Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

Perkembangan Islam di Asia Tenggara

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Materi PAI SMA/SMK


Dosen Pengampu: Dr. Suriyati, M.Pd.I.

OLEH KELOMPOK 11:

NUR ADILLAH 210101024


NUR ZAKIRA SYAHRANI 210101017
MUSDALIFAH 210101022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM AHMAD DAHLAN SINJAI
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan petunjuk-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul
“Perkembangan Islam di Asia Tenggara” Dan tak lupa pula kita kirimkan
sholawat serta salam kepada junjungan kita Nabiyullah Muhammad SAW. Nabi
yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang
benderang seperti sekarang ini. Makalah ini disusun bertujuan untuk memenuhi
tugas mata kuliah Materi PAI SMA/SMK menempuh pendidikan di Universitas
Islam Ahmad Dahlan Sinjai. Serta kami menghaturkan terima kasih kepada
bapak Dr. Suriyati, M.Pd.I selaku dosen pengampuh yang telah memberikan
tugas ini kepada kami.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan
dalam penyajian data dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini berguna dan dapat menambah pengetahuan
pembaca maupun pendengar.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Sinjai, 13 Desember 2023

KELOMPOK 11

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah....................................................................................................2

C. Tujuan......................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................3

A. Sejarah Perkembangan Islam di Asia Tenggara......................................................3

B. Yang Membawa Islam di Asia Tenggara.................................................................6

C. Sejarah Yang Masih Ada Mengenai Masuknya Islam di Asia Tenggara................8

D. Bukti Islam Masuk di Asia Tenggara......................................................................9

BAB III PENUTUP..........................................................................................................18

A. Kesimpulan............................................................................................................18

B. Saran......................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................19

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengertian sejarah secara etimologi berasal dari kata Arab, syajarah artinya
“pohon”. Dalam bahasa Inggris peristilahan sejarah disebut history yang berarti
pengetahuan tentang gejala-gejala alam, khususnya manusia yang bersifat kronologis.
Sementara itu, pengetahuan serupa yang tidak kronologis diistilahkan dengan science.
Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa sejarah itu adalah aktivitas manusia yang
berhubungan dengan kejadian-kejadian tertentu yang tersusun secara kronologis.
Pengertian sejarah juga berarti ilmu pengetahuan yang berikhtiar untuk menjelaskan
fenomena kehidupan sepanjang terjadinya perubahan karena adanya hubungan antara
manusia terhadap masyarakatnya (S. Nasution, 2022).
Pengertian sejarah lainya adalah ilmu yang tersusun dari serangkaian
peristiwa masa lampau dari keseluruhan pengalaman manusia. Dari beberapa
pengertian sejarah di atas dapat diketahui bahwa sejarah itu adalah ilmu pengetahuan
yang berusaha melukiskan tentang peristiwa masa lampau umat manusia yang
disusun secara kronologis untuk menjadi pelajaran bagi manusia yang hidup sekarang
maupun yang akan datang. Itulah sebabnya, dikatakan orang bahwa sejarah adalah
guru yang paling bijaksana (S. Nasution, 2022).
Perkembangan dan kemajuan sebuah bangsa ditunjukan oleh beberapa faktor,
salah satunya adalah pendidikan. Pendidikan diibaratkan sebagai faktor penentu bagi
terciptanya sumber daya manusia yang kompeten dan kredibel dalam perannya
membangun bangsa. Dalam dinamika kehidupan sosial manusia dituntut untuk terus
mengaktualisasikan diri bagaimana ia mampu bersaing dan berkompetisi dalam
kehidupan global. Oleh karena itu lahirnya term yang merujuk kepada pendidikan
bahwa suatu proses pembelajaran yang dilakukan tidak ada kata henti dan stagnan
sehingga pemikiran yang memunculkan istilah pendidikan sepanjang hayat adalah
shohih dan tidak terbantahkan (Salim & Kurniawan, 2013).
Blia dilihat dari segi kuantitas maka umat Islam yang di Asia Tenggara
merupakan Muslim terbesar di dunia, baik di dunia Timur maupun Dunia Barat.
Islam di kawasan Asia Tenggara merupakan suatu kekuatan sosial politik yang patut
diperhitungkan. Indonesia adalah negara dengan penduduk terbesar nomor lima di
dunia. Jadi dapat dibayangkan bagaimana kekuatan sosial politik di kawasan Asia

1
Tenggara. Walaupun pada sisi lain, Islam masih minoritas di negara Filipina,
Singapura, Tailand, Kamboja, dan lain sebagainya. Jumlah umat Islam di Asia
Tenggara sekitar 200 juta orang yang mengaku sebagai Muslim (Suhaimi, 2021).
Bila dilihat dari segi kualitas keislaman, maka keislaman mereka pun tidak
berbeda dengan kaum Muslim mana pun. Oleh karena itu tidak benar pandangan
orientalis yang mengatakan bahwa umat Islam di Asia Tenggara merupakan Islam
yang jauh dari bentuk “asli”nya, atau tidak benar seperti yang ada di Timur Tengah.
Nampaknya di kalangan orientalis, ada yang ingin mengecilkan Islam di Asia
Tenggara dan berpandangan bahwa Islam Asia Tenggara bukanlah “Islam yang
sebenarnya”. Sebagaimana yang berkembang di Timur Tengah karena telah
bercampur baur dengan budaya dan sistem kepercayaan lokal (Suhaimi, 2021).
Sejarah masuknya Islam di Asia Tenggara mencakup proses yang kompleks
dan melibatkan berbagai faktor budaya, ekonomi, dan politik. Berdasarkan dari
penjelasan tersebut, penulis tertarik mengkaji lebih dalam terkait Perkembangan
Islam di Asia Tenggara. Hal tersebut akan dijelaskan pada bab selanjutnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah perkembangan Islam di Asia Tenggara?
2. Siapa saja yang membawa Islam di Asia Tenggara?
3. Bagaimana sejarah yang masih ada mengenai masuknya Islam di Asia
Tenggara?
4. Apa saja bukti Islam masuk di Asia Tenggara?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan Islam di Asia Tenggara.
2. Untuk mengetahui yang membawa Islam di Asia Tenggara.
3. Untuk mengetahui sejarah yang masih ada mengenai masuknya Islam di
Asia Tenggara.
4. Untuk mengetahui bukti Islam masuk di Asia Tenggara.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Islam di Asia Tenggara


Peradaban Islam di Asia Tenggara tergolong sebagai salah satu bukti
bahwa Islam demikian kuat pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat
dikawasan ini. Hal ini salah satunya disebabkan proses masuknya Islam di
kawasan Asia Tenggara berbeda dengan proses masuknya Islam di kawasan
lainnya yang disebarluaskan melalui penaklulan Arab dan Turki (S. Nasution,
2022).
Mengenai kedatangan Islam di negara-negara yang ada di Asia
Tenggara hampir semuanya didahului oleh interaksi antara masyarakat di
wilayah kepulauan dengan para pedagang Arab, India, Bengal, Cina, Gujarat,
Iran, Yaman dan Arabia Selatan. Pada abad ke-5 sebelum Masehi Kepulauan
Melayu telah menjadi tempat persinggahan para pedagang yang berlayar ke
Cina dan perska Kehath metalin hubungan dengan masyarakat sekitar Pesisir
Kondisi semacam inilah yang dimanfaatkan para pedagang Muslim yang
singgah untuk menyebarkan Islam pada warga sekitar pesisir (Amin, 2018).
Masuknya Islam ke berbagai wilayah di Asia tenggara tidak berada
dalam satu waktu yang bersamaan tetapi berada dalam satu kesatuan proses
sejarah yang panjang. Kerajaan-kerajaan dan wilayah itupun berada dalam
situasi politik dan kondisi sosial budaya yang berbeda-beda. Ketika sriwijaya
mengembangkan kekuasaannya sekitar abad VII dan VIII, jalur selat malaka
sudah ramai oleh para pedagang Muslim Data ini penga diperkuat dengan
berita Cina jaman dinasti T'ang yang dapat memberikan gambaran bahwa
ketika itu telah ada masyarakat Muslim di kanfu (kanton) dan daerah
Sumatera Diperkirakan terjalinnya perdagangan yang bersifat Internasional
ketika itu juga sebagai akibat kegiatan kerajaan Cina jaman dinasti Tang di
Asia timur dengan kerajaan Islam dibawah Bani Umayyah di atang emiag
eChi Malak erdag ulan bagian Barat, dan tentunya kerajaan Sriwijaya sendiri
diperka wilayah Asia Tenggara. Keberadaan pedagang-pedagang di Asia

3
Tenggara ketika itu mungkin belum memberikan lenga pengaruh pada
kerajaan-kerajaan yang ada. Setelah pecahnya pemberontakan petani Cina
Selatan terhadap kaisar Hi-Tsung (878-889 M) yang menyebabkan banyak
orang Islam di bunuh maka mulailah mereka mencari perlindungan ke Kedah.
Hal ini berarti orang Islam telah mulai melakukan politik yang tentunya
banyak membawa akibat pada kerajaan di Asia Tenggara dan Cina Syed
Naguib al-attas mengatakan bahwa sejak abad VII orang Islam telah
mendirikan perkampungan di kanton dengan derajat keagamaan yang tinggi
dan menyelenggarakan pemerintahan perkampungan sendiri di Kedah dan
Palembang (Amin, 2018).
Ada beberapa teori tentang masuknya Islam ke kawasan Asia
Tenggara, seperti teori kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari Arab, Cina
dan India.
1. Teori kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari Arab
Dikemukakan oleh John Crawford Menurutnya Islam datang dari
Arab melalui pedagang. Buktinya catatan China mengatakan orang Arab
dan Persia telah mempunyai pusat perniagaan di Canton sejak tahun 300
M. Pedagang Arab yang ke China singgah di pelabuhan Asia Tenggara
tepatnya di Selat Malaka karena posisinya yang strategis, dalam jalur
perdagangan. Kemudian Pedagang Arab ini tinggal beberapa bulan di Asia
Tenggara dan ada yang menetap serta membina perkampungan Arab
Perkampungan ini juga menjadi tempat untuk berdagang. Ada juga
pedagang Arab yang menikah dengan wanita setempat dan menyebarkan
Islam. Karena sebagian besar pedagang menggunakan jalur laut sebagai
sarana transportasi maka pada masa menunggu angin muson/musim
digunakan oleh pedagang Arab untuk mengembangkan Islam (Rahmawati,
2014).
Mulai abad ke-7 dan ke-8 (abad ke-1 dan ke-2 H), orang Muslim
Persia dan Arab sudah turut serta dalam kegiatan 1) pelayaran dan
perdagangan sampai ke negeri China. Pada masa pemerintahan Tai Tsung
(627-650) kaisar ke-2 dari Dinasti Tang, telah datang empat orang Muslim

4
dari jazirah Arabia Yang pertama, bertempat di Canton (Guangzhou), yang
kedua menetap dikota Chow, yang ketiga dan keempat bermukim di
Coang Chow. Orang Muslim pertama, Sa'ad bin Abi Waqqas, adalah
seorang muballigh dan sahabat Nabi Muhammad SAW dalam sejarah
Islam di China, la bukan saja mendirikan masjid di Canto, yang disebut
masjid Wa-Zhin-Zi (masjid kenangan atas nabi). Karena itu, sampai
sekarang kaum Muslim China membanggakan sejarah perkembangan
Islam di negeri mereka, yang dibawa langsung oleh sahabat dekat Nabi
Muhammad SAW sendiri, sejak abad ke-7 dan sesudahnya (Rahmawati,
2014).
Adapun beberapa bukti dari teori ini yaitu :
a. Telah ada perkampungan Arab di Sumatera (Barus) pada 625 M
(menurut literatur kuno Tingkok.
b. Persamaan penulisan dan kesusasteraan Asia Tenggara dan Arab.
Karya-karya yang menceritakan pengislaman raja tempatan oleh
syeikh dari Tanah Arab contohnya hikayat Raja-raja samudra Pasai
mengatakan Raja Malik di Islamkan oleh ahli sufi dari Arab yaitu Syeikh
Ismail.
2. Teori masuknya Islam ke Asia Tenggara dari Cina.
Dikemukakan oleh E.G Eredia dan S.Q. Fatimi. Menurut Eredia,
Kanton pernah menjadi pusat Perdagangan bagi para pedagang Arab
hingga pedagang Cina yang memeluk Islam. Pedagang China Islam ini
kemudiannya berdagang di Asia Tenggara selain menyebarkan Islam.
Sedangkan menurut Fatimi, pedagang Cina Canton pernah
berpindah beramai-ramai ke Asia Tenggara.
Adapun bukti masuknya Islam dari Tiongkok ini, yaitu:
a) Pada Batu Bersurat Terengganu, batu nisan yang mempunyai ayat
al-Quran di Pekan, Pahang.
b) Wujud persamaan antara seni Bangunan Cina dengan seni
Bangunan masjid di Kelantan, Melaka dan Jawa yaitu seperti
bumbung pagoda, ciri khas atap genteng dari China (Kharis, 2020).

5
3. Teori kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari India/Gujarat.
Dikemukakan oleh S.Hurgronje, Menurutnya Islam datang dari
Gujarat/India dan pantai Koromandel di Semenanjung India. Hubungan
dagang Asia Tenggara dengan India telah terwujud sejak lama, hal ini
memberikan peluang bagi pedagang Islam India untuk menyebarkan
Islam.
Adapun beberapa bukti dari teori ini yaitu:
a. Terdapat batu marmar pada batu nisan mempunyai cirri buatan India,
contohnya di batu nisan Raja Malik Pasai.
b. Unsur budaya India amat banyak kita jumpai di Negara-negara Asia
Tenggara.
Kurun waktu abad ke-11 hingga abad ke-14 adalah fase awal dari
perkembangan Islam di kepulauan Asia Tenggara. Pedagang-pedagang
arab dan Muslim India adalah agen-agen perubahan yang mebawa Islam
ke kawasan itu. Tersebarnya Islam Tidak terlepas dari pengaruh kerajaan
yang berada di nusantara yang di pimpin oleh raja-raja yang memeluk
agama Islam Seperti, kerajaan Samudera Pasai yang dipimpin oleh Sultan
Malik As-saleh. Perlak (Peureulak) adalah sebuah bandar niaga penting di
pesisir timur Sumatera Utara pada abad ke-13. Marco Polo mengunjungi
pelabuhan itu pada tahun 1292 dan melaporkannya telah menjadi sebuah
negara Islam Marco Polo menulis tentang Perlak kerajaan ini, anda harus
tahu sering dikunjungi saudagar-saudagar Saracen secara teratur, yang
kemudian membaiat penduduk pribumi pada hukum Muhammad Saw
(Wicaksono, 2020).

B. Yang Membawa Islam di Asia Tenggara


Islam masuk ke Asia Tenggara melalui suatu proses damai yang
berlangsung selama berabad-abad. Banyak peneliti yang mengatakan bahwa
Islam telah datang ke Asia Tenggara sejak abad pertama Hijrah (7M), seperti
diyakini oleh Arnold. Ia mendasarkan pendapatnya ini pada sumber-sumber
Cina yang menyebutkan bahwa menjelang akhir perempatan ketiga abad ke-7

6
seorang pedagang Arab menjadi pemimpin sebuah pemukiman Arab Muslim
di pesisir pantai Sumatera. Sebagian orang-orang Arab ini dilaporkan
melakukan perkawinan dengan wanita lokal, sehingga membentuk nukleus
sebuah komunitas Muslim yang terdiri dari orang-orang Arab pendatang dan
penduduk lokal (Helmiati, 2014).
Kawasan Asia Tenggara yang berbentuk kepulauan, menjadi pusat
pelayaran dan perdagangan dunia. Agama Islam berkembang pesat di wilayah
ini karena dakwah yang dilaksanakan oleh para saudagar dunia dengan
melalui metode atau menggunakan jalur perdagangan tanpa melalui ekspansi
kekuasaan dan penaklukan (Suliyah, 2021).
Para ahli memiliki pendapat yang berbeda mengenai siapa, kapan dan
bagaimana Islam disebarkan di kawasan Asia Tenggara. Secara garis besar
ada tiga teori mengenai siapa yang membawa Islam pertamakali ke Asia
Tenggara.
1. Teori India
Teori India yang secara umum menyatakan bahwa Islam berasal
dari India. Teori India dan berpendapat bahwa tempat asal-usul agama
Islam di Kepulauan Nusantara adalah dari Anak Benua India; bukan Arab
atau Persia. Teori ini pertama kali diungkapkan oleh Pijnappel yang
merupakan professor pertama tentang studi Melayu di Universitas Leiden.
Teori Pijnappel kemudian dikembangkan oleh sarjana Belanda lainnya
yaitu Snouck Hurgronje yang juga berpendapat bahwa Islam dibawa ke
Nusantara dari India, dan bukan langsung dari Arab (Amin & Ananda,
2019).
2. Teori Persia
Teori ini menyatakan bahwa Islam yang datang di Nusantara
berasal dari Persia, nukan India atau Arabia. Teori ini memfokuskan
tinjauannya pada sosio-kultural di kalangan masyarakat Islam Indonesia
yang ada kesamaan dengan di Persia (Ni’mah, 2022). Diantara pendukung
teori ini adalah Hoesin Djajadiningra yang menyatakan tiga alasan.
Pertama, ajaran manunggaling kawula gusti Sheikh Siti Jenar dan/atau

7
waḥdah alwujūd Hamzah al-Fansūrī dalam mistik Islam (sufisme)
Indonesia adalah pengaruh sufisme Persia dari ajaran waḥdah al-wujūd al-
Hallāj Persia. Kedua, penggunaan istilah bahasa Persia dalam sistem
mengeja huruf Arab, terutama untuk tanda bunyi harakat dalam pengajaran
Al-Qur’an. Ketiga, tradisi peringatan 10 Muharram atau ‘Ashshūrā sebegai
hari peringatan Shiah terhadap shahidnya Husein bin Ali bin Abi Thalib di
Karbala (Amin & Ananda, 2019).

3. Teori Arab
Menurut Arnold, bahwa para pedagang Arab juga menyebarkan
Islam ketika mereka mendominasi perdagangan di Barat-Timur sejak
beberapa abad awal Hijriah atau abad ke-7 dan ke-8 Masehi (Amin &
Ananda, 2019). Alasan kuat teori ini menurut Hamka adalah bahwa
Gujarat hanya sebagai tempat singgah, sedangkan Mekkah atau Mesir
adalah sebagai tempat pengambilan ajaran Islam. Ia juga mendasarkan
bahwa mazhab terbesar yang dianut sebagian umat Islam adalah Mazhab
Syafi’I dan mazhab yang sama dianut di Mekkah masa itu (Ni’mah, 2022).

C. Sejarah Yang Masih Ada Mengenai Masuknya Islam di Asia Tenggara


Islam masuk di Asia Tenggara sejak Abad VII didasarkan bukti
arkiologis berupa batu nisan yang bertuliskan arab kufi dengan menyebut
nama Ahmad bin Abu Ibrahim bin Abu Aradah alias Abu Kamil wafat pada
hari Kamis 29 safar 431H. ditemukan di jalur pelayaran dan perdagangan di
Pharang, Campa Selatan, yang kini masuk daerah Vietnam. Batu nisan yang
kedua, keadaannya sudah rusak dan tulisannya lebih mirip tulisan jawi (Arab-
Melayu) yang isinya mengenai pembayaran pajak, utangpiutang dan tempat
tinggal. Dari bukti arkiologis itu terlihat bahwa Islam telah datang di daerah
Campa dan membentuk komunitas muslim (Herawati, 2018).
1. Sejarah yang masih ada di Indonesia
Bukti-bukti awal penyebaran Islam dapat ditemukan dalam
berbagai bentuk, baik catatan perjalanan tertulis orang asing maupun

8
barang bukti berupa batu nisan. Bukti-bukti fisik atau artefak yang
menunjukkan awal Islamisasi di Indonesia yaitu antara lain:
a. Batu nisan berukir huruf Arab ditemukan di Gresik, Leran. Nisan ini
berisi informasi tentang kematian seorang wanita bernama Fatimah
binti Maimun, tahun 75 Hijriah (1082 M).
b. Sebuah batu nisan Sultan Malik al-Saleh berangka tahun 696 Hijriah
(1297 M) ditemukan di Sumatera (pantai timur laut Aceh).
c. Serangkaian batu nisan yang sangat penting, yaitu Trowulan dan
Troloyo, ditemukan di pekuburan Jawa Timur di dekat Keraton
Majapahit. Batu nisan memiliki kuburan Muslim, tetapi menggunakan
tahun Saka Jawa kuno di India daripada tahun Hijriah dan angka Arab.
Nisan pertama yang ditemukan di Trowulan memuat tahun 1290 Saka
(1368-1369 M). Troloyo memiliki batu nisan dari tahun 1298 hingga
1533 Saka (1376 hingga 1611 M). Batu nisan ini berisi ayat-ayat Al-
quran (A. G. J. Nasution et al., 2023).
2. Sejarah yang masih ada di Malaysia
Sejarah yang masih ada di Malaysia
Perkembangan peradaban Islam di Malaysia tidak kalah dengan negara-
negara Islam yang lain, seperti:
a. Adanya bangunan-bangunan masjid yang megah, seperti Masjid
Ubaidiyah di Kuala Kancong;
b. Banyaknya bangunan-bangunan sekolah Islam; dan
c. Berlakunya hukum Islam pada pemerintahan Malaysia (Tabrani et al.,
2019).

D. Bukti Islam Masuk di Asia Tenggara


1. Islam di Indonesia
Indonesia terdiri dari kumpulan pulau yang jumlahnya terbanyak di
dunia (lebih dari 13.600 pulau) dihubungkan dengan dua samudera, yaitu
Samudera Hindia dan Samudera Pasifik Juga dihubungkan oleh setengah

9
bola dunia utara dan selatan.Luas wilayah ini mencapai 1.919.440 km2,
letaknya di Asia Tenggara.Pulau-pulau terbesar adalah Sumatera, Jawa,
Irian, dan Borneo (Kalilmantan) Dari segi jumlah penduduk, negeri ini
menempati urutan keempat terbanyak di dunia, setelah China, India dan
Amerika Serikat tapi urutan pertama pada tingkat dunia Islam Mayoritas
mereka berasal dari Melayu dan China. Presentase kaum muslim di negeri
ini mencapai 89 % (sebagian besar adalah pengikut Sunni), juga terdapat
sedikit Nasrani, Hindu dan Budha. Sebanyak 12,9 persen dari total Muslim
dunia hidup di Indonesia (Rahmawati, 2014).
Waktu kapan Islam masuk ke Indonesia masih ada perbedaan
pendapat, berikut beberapa teori mengenai masuknya Islam ke Indonesia
yaitu:
a. Teori Gujarat
Teori ini merupakan teori tertua yang menjelaskan tentang
masuknya Islam di Nusantara. Dinamakan Teori Gujarat, karena
bertolak dari pandangannya yang mengatakan bahwa Islam masuk ke
Nusantara berasal dari Gujarat, pada abad ke-13 M, dan pelakunya
adalah pedagang India Muslim. Bukti-bukti dari teori ini yaitu
(Suhaimi, 2021):
1) Bukti batu nisan Sultan pertama Kerajaan Samudera Pasai, yakni
Malik al-Shaleh yang wafat pada tahun 1297, relif nisan tersebut
bersifat Hinduistis yang mempunyai kesamaan dengan nisan yang
terdapat di Gujarat.
2) Adanya kenyataan bahwa agama Islam disebarkan melalui jalan
dagang antara Indonesia-Cambai (Gujarat)-Timur Tengah-Eropa.
b. Teori Makkah
Teori ini dikemukakan oleh Hamka, la lebih memperkuat teorinya
dengan mendasarkan kecuali pada kegunaannya bangsa Arab sebagai
pembawa agama Islam ke Indonesia, kemudian diikuti oleh orang
Persia dan Gujarat. Gujarat dinyatakan sebagai tempat singgah semata,
dan Makkah sebagai pusat, atau Mesir sebagai tempat pengambilan

10
ajaran Islam.nHamka menolak pendapat yang mengatakan bahwa
Islam baru masuk pada abad 13, karena kenyataanya di Nusantara pada
abad itu telah berdiri suatu kekuatan politik Islam, maka sudah tentu
Islam masuk jauh sebelumnya yakni abad ke-7 (670 M) atau pada abad
pertama Hijriyah (Amin, 2018).
Pendapat ini juga di dukung oleh Drs. Juned Periduri yang
berkesimpulan bahwa agama Islam pertama kali masuk pada abad ke-
7. Hal ini didasarkan pada penyelidikan sebuah makam Syeikh
Mukaiddin di Tapanuli yang berangka tahun 48 H (670 M). Pada 674
M telah terdapat perkampungan perdagangan Arab Islam di Pantai
Barat Sumatera, bersumber dari berita Cina.kemudian berita Cina ini
ditulis kembali oleh T.W. Arnold (1896), J.C. van Leur (1955) dan
Hamka (1958). Timbulnya perkampungan perdagangan Arab Islam ini
karena ditunjang oleh kekuatan laut Arab (Amin, 2018).
Dari keterangan tentang peranan bangsa Arab dalam dunia
perniagaan seperti di atas, kemudian diperkuat dengan fakta sejarah
adanya perkampungan Arab Islam di pantai barat Sumatera pada abad
ke-7, maka terbukalah kemungkinan peranan bangsa Arab dalam
memasukkan Islam ke Nusantara (Rahmawati, 2014).
c. Teori Persia
Pencetus teori ini adalah P.A. Hoesein Djajadiningrat Teori ini
berpendapat bahwa agama Islam yang masuk ke Nusantara berasal dari
Persia, singgah ke Gujarat, sedangkan waktunya sekitar abad ke-13.
Teori ini lebih menitikberatkan tinjauannya kepada kebudayaan yang
hidup di kalangan masyarakat Islam Indonesia yang dirasakan
memiliki persamaan dengan Persia (Morgan, 1963: 139-140). Di
antaranya adalah:
1) Peringatan 10 Muharram atau Asyura sebagai hari peringayan
Syi'ah atas syahidnya Husein.
2) Adanya kesamaan ajaran antara Syaikh Siti Jenar dengan ajaran
Sufi Iran al-Hallaj, meskipun al-Hallaj telah meninggal pada

11
310H/922 M, namun ajarannya berkembang terus dalam bentuk
puisi, sehingga memungkinkan Syeikh Siti Jenar yang hidup pada
abad ke-16 dapat mempelajarinya (Nada, 2023).
Dari uraian tentang tiga teori masuknya Islam ke Indonesia di atas,
dapat dilihat beberapa perbedaan dan kesamaannya:
1) Teori Gujarat dan Persia mempunyai persamaan pandangan
mengenai masuknya agama Islam ke Nusantara berasal dari
Gujarat. Perbedaannya terletak pada teori Gujarat yang melihat
ajaran Islam di india mempunyai kesamaan ajaran dengan mistik di
India. Sedangkan teori Persia yang memandang adanya kesamaan
dengan ajaran sufi di Persia Gujarat dipandangnya sebagai daerah
yang dipengaruhi oleh Persia, dan menjadi tempat singgah ajaran
Syi'ah ke Indonesia.
2) Dalam hal Gujarat sebagai tempat singgah, teori Persia mempunyai
persamaan dengan teori Makkah, namun yang membedakannya
adalah teori Makkah memandang Gujarat sebagai tempat singgah
perjalanan laut antara Indonesia dengan Timur Tengah, sedangkan
ajaran Islam diambilnya dari Makkah atau dari Mesir.
3) Teori Gujarat dan Persia keduanya tidak memandang peran bangsa
Arab dalam perdagangan. Dalam hal ini keduanya lebih
memandang pada peranannya
4) Dalam melihat sumber negara yang mempengaruhi Islam di
Nusantara, teori Makkah lebih berpendirian pada Makkah dan
Mesir dengan mendasarkan tinjauannya pada besarnya pengaruh
madzhab Syafi'i di Indonesia. Sedangkan teori Persia, meskipun
mengakui pengaruh madzhab Syafi'i di Indonesia tetapi, bagi teori
ini, hal itu merupakan pengaruh madzhab Syafi'i yang berkembang
di Malabar, oleh karena itu teori ini lebih menunjuk India sebagai
negara asal Islam Indonesia (Suhaimi, 2021).
Walaupun dari analisa perbandingan di atas ketiga teori tersebut
lebih menampakkan tajamnya perbedaan dari pada persamaan, namun

12
ada titik temu yang bisa disimpulkan yakni, bahwa (Nada, 2023):
1) Pertama, Islam masuk dan berkembang melalui jalan damai
(infiltrasi kultural),
2) Kedua, Islam tidak mengenal adanya misi sebagaimana yang
dijalankan oleh kalangan Kristen dan Katolik.
3) Para Ulama awal yang menyebarkan Islam di Indonesia adalah
Hamzah Fansuri, Syamsuddin Al-Sumatrani, Nuruddin Ar-Raniri,
Abdurauf Singkel, Syeikh Muhammad Yusuf Al-Makassari,
Syeikh Abdussamad al-Palimbani, Syekh Muhammad Arsyad al-
Banjari, Syeikh Muhammad Nafis al- Banjari, Syeikh Muhammad
bin Umar al-Nawawi al-Bantani, Khatib Minangkabau.
2. Islam di Malaysia
Islam merupakan agama resmi negara federasi Malaysia. Hampir
50% dari 13 juta penduduknya adalah Muslim dan sebagian besar
diantaranya adalah orang melayu yang tinggal di Semenanjung Malaysia.
Adapun sisanya terdiri dari kelompok-kelompok etnik yang minoritas
yakni diantaranya Cina yang terdiri sekitar 38% dari penduduk Malaysia
dan yang lainnya India dan Arab, Diantara warga Muslim dan non Muslim
dapat hidup rukun tanpa ada permusuhan sehingga masyarakat di sana
tentram dan damai. Perkembangan Islam di Malaysia telah membawa
peradaban- peradaban baru yang diakui Dunia Islam. Sampai saat ini
Muslim Malaysia dikenal sebagai Muslim yang taat ibadahnya, kuat
memegang hukum Islam dan juga kehidupan beragamanya yang damai
serta mencerminkan kelslaman agamanya baik di perkampungan maupun
dalam pemerintahan. Mengenai hasil peradaban Islam di Malaysia ini juga
tidak kalah dengan negara-negara Islam yang lain, seperti:
a. Adanya bangunan-bangunan masjid yang megal seperti Masjid
Ubaidiyah di Kuala Kancong.
b. Banyaknya bangunan-bangunan sekolah Islam.
c. Berlakunya hukum Islam pada pemerintahan Malaysia (hukum Islam
di sana mendapat kedudukan khusus karena dijadikan hukum negara).

13
d. Selain itu juga keputusan yang diambil oleh Perdana Mentri Mahatir
Muhammad pada tahun 1982untuk menjalankan kebijakan penanaman
nilai-nilai Islami dalam pemerintahan juga membuat peran islam
semakin penting terutama ketika kebijakan tersebut dilaksanakan
secara nyata (Rahmawati, 2014).
3. Islam di Singapura
Komunitas muslim di Singapura terdiri dari 2 kelompok, yaitu
migran dari wilayah indonesia dan migran dari luar wilayah indonesia
(India dan Arab). Studi islam di Singapura telah lama berkembang. Hal ini
dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti muslim.
Selanjutnya, disebutkan bahwa etnis melayu merupakan komunitas
muslim terbesar di Singapura. Tapi berdasarkan hasil sensus tahun 1980
yang menyatakan bahwa orang-orang muslim Singapura tertinggal dari
etnis lain dalam bidang sosial ekonomi, maka lembaga-lembaga muslim
memberikan motivasi untuk meningkatkan pendidikan dan berkompetensi
secara profesional (Wicaksono, 2020).
Dari gerakan tersebut muncullah beberapa profesional muslim
seperti Maarof Saleh (Presiden Himpunan Belia Islam), Dr. Muhd.
Hussain Muthalib (Direktur Eksekutif MUIS dan Dosen University of
Singapore) dan Ridwan Abdullah (Presiden The Muslem Convert
Assosiation Darul Arqam). Sedangkan dalam bidang pendidikan, pada
tahun 1981 ini didirikan sebuah lembaga yang bergerak pada
permasalahan pendidikan anak muslim dan mendapatkan dukungan dari
pemerintah setempat. Keberadaan lembaga ini juga mempercepat lahirnya
karya-karya yang terkait dengan pendidikan bagi kaum minoritasmuslim
di Singapura (Wicaksono, 2020).
4. Islam di Thailand
Islam di Muangthai adalah agama minoritas hanya 4%, selain itu
masyarakat Muangthai menganut agama Budha dan Hindu Orang Melayu
Muslim merupakan golongan minoritas terbesar ke-dua di Muangthai,
sesudah golongan Cina Mereka tergolong Muslim Sunni dari madzab

14
Syafi'l yang merupakan madzab paling besar dikalangan umat Islam di
Muangthai Ikatan-ikatan budayanya telah membantu memupuk suatu
perasaan keterasingan dikalangan mereka terhadap lembaga-lembaga
sosial, budaya, dan politik Muangthai Sejak bangsa Muangthai untuk
pertama kali menyatakan daerah itu sebagai wilayah yang takluk kepada
kekuasaannya. Pada akhir abad ke-13 orang Melayu Muslim terus-
menerus memberontak terhadap kekuasaan Muangthai Keinginan mereka
adalah untuk menjadi bagian dari Dunia budaya Melayu Muslim dengan
pemerintahan otonom. Akhirnya keinginan yang tak pernah mengendor itu
pudar dalam sejarah, dan ciri-ciri sosial ekonomi dan budaya mereka telah
membuat mereka sadar bahwa mereka hanyalah kelompok kecil yang
mempunya identitas terpisah dari bagian utama penduduk Negeri
Muangthai Masyarakat Muslim di Muangthai sebagian besar
berlatarbelakang pedesaan. Dan Perkembangan Islam di Muangthai telah
banyak membawa peradaban-peradaban, misalnya:
a. Di Bangkok terdaftar sekitar 2000 bangunan masjid yang sangat
megah dan indah.
b. Golongan Tradisional dan golongan ortodoks telah menerbitkan
majalah Islam “Rabittah”.
c. Golongam modernis berhasil menerbitkan jurnal “Al Jihad”. (Kharis,
2020)
5. Islam di Brunei Darussalam
Brunei Darussalam memperoleh kemerdekaan penuhnya pada
tanggal 1 Januari 1984. Penduduk negara ini terdiri dari 65% suku melayu,
25% keturunan cina dan sisanya kelompok pribumi kalimantan. Beberapa
sumber menyatakan bahwa agama islam masuk ke negara ini pada abad
ke-15, dan sejak itu negara ini berubah menjadi kesultanan Islam. Agama
resminya juga Islam dan tradisi keislaman juga dijaga sangat baik sampai
sekarang. Dari segi politik situasi di negara ini terbilang tenang dan stabil
karena ukuran negara ini kecil. Dan sebagai agama resmi negara islam
mendapatkan perlindungan dari negara, Dominasi keluarga kerajaan di

15
bidang pemerintahan dan tidak adanya demokrasi politik memungkinkan
pemerintah memberlakukan kebijakan di bidang agama dan bidang lainnya
tanpa banyak kesulitan (Kharis, 2020).
6. Islam di Filiphina
Islam tersebar di wilayah ini pada abad ke-6 H/12 M. Saat itu
penjajah Portugis telah sampai di wilayah ini. Kemudian disusul oleh
Belanda dan Inggris yang datang pada tahun 1211H/1796 M. Terjadilah
perlawanan dan revolusi di negeri ini sejak tahun 1305 H. Negeri ini
berada dibawah perlindungan Inggris sejak tahun 1367 H/ 1947 M, dan
mengumumkan diri sebagai negara republic yang merdeka pada tahun
1385 H/ 1965 M. Adapun di Filiphina, Islam tersebar hampir mencapai
seluruh kepulauannya, pula telah berdiri pemerintahan Islam. Akan tetapi,
munculah arus pemiliran keagamaan yang dibawa oleh penjajah Spanyol
yang amat dibenci. Pada tahun 928 H/ 1521 M, secara mendadak Spanyol
menyerbu kepulauankepulauan Filipina. Mereka datang denagn membawa
seluruh dendam orang-orang salib terhadap kaum muslimin (S. Nasution,
2022).
Maka, situasi di Filipina saat itu hamper sama denagn situasi yang
dialami oleh Islam Andalusia. Penjajah Spanyol berada di Filiphina ini
hingga tahun 1316 H/ 1898 M. Selama masa yang hampir mencapai 4
abad, telah terjadi upaya penjauhan ajaran Islam dari generasi kaum
muslim secara berturut-turut lewat jalan peperangan yang menghancurkan
kaum muslimin dan memaksa mereka untuk memeluk agama Nasrani
denagn ancaman kekerasan. Sekalipun demikian, mereka tidak juga
mampu mengalahkan pemerintahan- pemerintahn Muslim, sehingga
disana masih tersisa beberapa pemerintahan Spanyol belum berhasil
sepenuhnya menguasai Filipina khususnya kepulauan Mindanao dan Sulu.
Amerika Serikat kemudian menguasai kepulauan Filipina pada tahun 1317
H/1899 M. Maka timbulah perlawanan menentanganya dan berlangsung
hingga tahun 1339 H/ 1920 M (Salim & Kurniawan, 2013).
Setelah itu kaum Muslimin menyerah, karena mereka tealh ditimpa

16
penyakit “wahn” (penyakit cinta dunia dan takut mati). Kemudian
tersebarlah berbagai penyakit, kemiskinan, kebodohan, dan
keterbelakangan diantara mereka. Pada saat itulah orang-orang salib
menawarkan berbagai bantuan, hingga akhirnya Islam surut kembali di
negeri itu. Amerika lalu mengumumkan kemerdekaan bagi Filipina pada
tahun 1366 H/ 1946 M. Sekarang ini Islam hanya tinggal ada di 13
wilayah di selatan filipina, yang sampai saat ini masih tetap menuntut
pemerintahan otonomi dengan segala upayanya (Amin, 2018).

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sejarah perkembangan Islam di Asia Tenggara menunjukkan bahwa
penyebaran agama ini tidak bersifat statis, melainkan dinamis dan berlangsung
selama periode waktu yang panjang. Proses ini terkait erat dengan hubungan
perdagangan, pertukaran budaya, dan perpindahan penduduk. Islam di Asia
Tenggara tidak datang dengan cara yang memaksakan, tetapi melibatkan
integrasi dengan budaya lokal. Akulturasi antara nilai-nilai Islam dan tradisi
lokal menciptakan bentuk-bentuk unik dari Islam di setiap negara. Pusat-pusat
pendidikan Islam, seperti pesantren dan madrasah, memiliki peran sentral
dalam menyebarkan dan melestarikan ajaran Islam. Ulama berperan sebagai
pemimpin spiritual dan penjaga keberlanjutan tradisi Islam. Berbagai kerajaan
Islam di Asia Tenggara, seperti Kesultanan Melaka, Kesultanan Aceh, dan
Kesultanan Demak, menjadi pusat penyebaran dan pembentukan identitas
Islam. Pusat-pusat kekuasaan ini memainkan peran besar dalam
mempengaruhi perkembangan Islam di kawasan ini.

B. Saran
Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini banyak sekali
kesalahan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus
memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah kami kedepannya. Serta diharapkan, dengan
diselesaikannya makalah ini, baik pembaca maupun penulis dapat

18
mengetahui hakikat metode pendidikan Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Amin, F. (2018). Kedatangan dan Penyebaran Islam di Asia Tenggara: Tela’ah


Teoritik Tentang Proses Islamisasi Nusantara. Jurnal Studi Keislaman, 18(2),
94–94.

Amin, F., & Ananda, R. A. (2019). Analisis : Jurnal Studi Keislaman Kedatangan
dan Penyebaran Islam di Asia Tenggara : Tela ’ ah Teoritik Tentang Proses
Islamisasi Nusantara A . Pendahuluan Sebagai fenomena sosial , agama
Islam pertama kali muncul di Jazirah Arab pada abad ke- 7 Masehi . 18(2),
67–100.

Helmiati. (2014). Sejarah Islam Asia Tenggara (1st ed.). CV. Nuansa Jaya
Mandiri Pekanbaru.

Herawati, A. (2018). Eksistensi Islam di Asia Tenggara. 4(2), 119–129.

Kharis, M. A. (2020). Islamisasi Jawa : Sayyid Ja’far Shadiq dan Menara Kudus
Sebagai Media Dakwahnya. Jurnal Indo-Islamika, 10(1), 1–14.
https://doi.org/10.15408/idi.v10i1.17508

Nada, S. Q. (2023). Penyebaran Agama-Agama di Asia Tenggara : Studi kasus.


Maliki Interdisciplinary Journal (MIJ), 1(2), 1–12.

Nasution, A. G. J., Nasution, N. S., Tanjung, R. R., & Azhari, Y. (2023).


PERDEBATAN DAERAH PERTAMA MASUKNYA ISLAM DI
INDONESIA. Jurnal Inspirasi Pendidikan (ALFIHRIS), 1(1).

Nasution, S. (2022). Sejarah Islam Asia Tenggara. PT RAJAGRAFINDO


PERSADA.

Ni’mah, U. L. (2022). Pengembangan Islam Asia Tenggara Dalam Perekonomian

19
Negara Pendahuluan. Journal of Community Development and Disaster
Management, 4(1), 37–48.

Rahmawati. (2014). Islam Di Asia Tenggara. Jurnal Rihlah, 2(1), 127–135.

Salim, M. H., & Kurniawan. (2013). Studi Pendidikan Islam. Arruz-Media.

Suhaimi. (2021). Dinamika Islam di Asia Tenggara. CV Cahaya Firdaus.

Suliyah. (2021). Sejarah Kebudayaan Islam Perkembangan Islam di Nusantara,


Asia, Afrika, dan Dunia Barat (Muhajir (ed.); 1st ed.). Eureka Media Aksara.

Tabrani, A., Sutiyono, A., Khunaifi, A., Istiyani, D., & Arif, M. (2019). Modul
Perkembangan Islam di Nusantara dan Asia Tenggara (1st ed.). Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia.

Wicaksono, H. (2020). Sejarah dan Penyebaran Islam di Asia dan Afrika. Jurnal
Rihlah, 8(1), 46–65.

20

Anda mungkin juga menyukai