Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Bahasa dan Sastra

Volume 2 No 1 (2017)
ISSN 2302-2043

PRINSIP KERJA SAMA DALAM DIALOG


ANTARTOKOH PADA NOVEL
“RANTAU 1 MUARA” KARYA AHMAD FUADI
ERNAWATI S. SAMAD
ernawatisamad953@gmail.com
Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Universitas Tadulako
Jl. Soekarno Hatta KM. 9 Kampus Bumi Tadulako, Sulawesi Tengah

Abstrak- Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, bagaimanakah prinsip kerja sama
dalam novel “Rantau 1 Muara” karya Ahmad Fuadi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
bentuk prinsip kerja sama (maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim
pelaksanaan) dalam novel “Rantau 1 Muara” karya Ahmad Fuadi. Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah novel “Rantau 1 Muara” karya
Ahmad Fuadi, sedangkan data dalam penelitian ini berupa kutipan-kutipan percakapan prinsip
kerja sama yang dilihat dari empat maksim, yaitu maksim kualitas, maksim kuantitas, maksim
relevansi, dan maksim pelaksanaan yang terdapat dalam novel “Rantau 1 Muara” karya Ahmad
Fuadi. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik yang dikemukakan oleh Milles dan
Huberman yakni teknik analisis data kualitatif mencakup tiga kegiatan yang bersamaan, yaitu
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ditemukan semua bentuk prinsip kerjasama (maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim
relevansi, dan maksim pelaksanaan) dengan rincian: Lima maksim relevansi dan pelaksanaan.
Lima maksim kualitas dan pelaksanaan. 37 maksim kualitas, relevansi, dan pelaksanaan. Lima
maksim kuantitas, kualitas, dan pelaksanaan, dan 71 maksim kuantitas, kualitas, relevansi, dan
pelaksanaan.

Kata Kunci: Prinsip Kerja Sama; Dialog antartokoh.

I. PENDAHULUAN merasa bosan. Dalam berkomunikasi sering


Bahasa adalah salah satu alat interaksi terdapat kendala dalam memahami makna
sosial masyarakat, seperti halnya aktivitas tuturan. Dalam menghadapi kendala-kendala
sosial yang lain, terwujudnya kegiatan dalam berkomunikasi perlu adanya prinsip
berbahasa apabila manusia terlibat di kerja sama antar penutur dan mitra tutur agar
dalamnya. Bahasa hanya dimiliki manusia yang menghasilkan komunikasi yang baik dan
pada hakikatnya berfungsi sebagai alat mudah dimengerti sehingga akan melahirkan
komunikasi. Dalam berbicara, penutur dan sebuah wacana yang berkesinambungan dan
lawan tutur sama-sama menyadari bahwa utuh.
tindakannya, bahasa yang digunakannya, dan Dalam peristiwa komunikasi secara
interpretasinya terhadap tindakan dan ucapan lisan, wacana dapat dilihat sebagai proses
lawan tuturnya diatur oleh kaidah-kaidah. Oleh komunikasi antara penutur dan mitra tutur,
karena itu, Allan dalam Wijana (1996: 45) sedangkan dalam komunikasi secara tulisan,
menyatakan setiap peserta tindak tutur wacana merupakan hasil pengungkapan ide
bertanggung jawab terhadap tindakan dan atau gagasan penyapa. Karangan yang utuh
penyimpangan terhadap kaidah kebahasaan di biasanya kita jumpai dalam bentuk novel.
dalam interaksi berbahasa itu. Novel adalah media yang digunakan oleh
Seorang penutur bermaksud untuk penyapa dalam menyampaikan ide atau
mengomunikasikan sesuatu kepada lawan gagasannya dalam bentuk tulisan. Dengan kata
bicara dan berharap lawan bicaranya lain novel adalah salah satu alat komunikasi
memahami tuturannya. Untuk itu, penutur dalam bentuk tulisan.
selalu berusaha agar tuturannya relevan Novel “Rantau 1 Muara” yang ditulis
dengan konteks, jelas, mudah dipahami, padat oleh Ahmad Fuadi menceritakan tentang
dan ringkas serta sesuai pada persoalan kehidupan remaja hingga dewasa. Ahmad
sehingga tidak membuat mitra tuturnya Fuadi mendeskripsikan peristiwa pada novel

8
Jurnal Bahasa dan Sastra
Volume 2 No 1 (2017)
ISSN 2302-2043
dengan menggunakan bahasa yang mudah Penelitian sebelumnya yang berkaitan
dipahami disertai dengan dialog yang dapat dengan penelitian yang akan penulis lakukan
menunjang keutuhan cerita pada novel. adalah penelitian yang dilakukan oleh Januarti
Dialog antartokoh pada novel berperan (2013) tentang Prinsip Kerja Sama Tuturan
penting dalam mempengaruhi emosi pembaca. Antartokoh pada novel Ranah 3 Warna karya
Penulis novel “Rantau 1 Muara” mampu Ahmad Fuadi dan Implikasinya terhadap
menghidupkan cerita pada novel tersebut pembelajaran bahasa di SMA”. Syahlan (2015)
dengan diksi dan gaya bahasa serta dialog meneiti tentang Pelanggaran Prinsip Kerja
antartokoh yang terkesan sangat natural. Sama Dalam Wacana Humor Opera Van Java di
Penelitian teks perlu dilakukan untuk Trans 7.
dapat memahami inti sebuah novel mengingat
percakapan yang terjadi dalam sebuah novel 2.2 Landasan Teori
baik sengaja ataupun tidak, pasti 2.2.1 Pragmatik
menggunakan prinsip-prinsip percakapan Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa
diantaranya prinsip kerja sama dan prinsip memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu
sopan santun yang ditujukan kepada mitra salah satunya adalah pragmatik. Pragmatik
tutur untuk menjaga kelancaran proses adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari
berkomunikasi meskipun banyak terdapat struktur bahasa secara eksternal, yakni
pelanggaran maksim di dalamnya. Tujuan bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan di
prinsip kerja sama adalah menyampaikan dalam komunikasi (Wijana, 1996: 1). Secara
informasi secara jelas, sedangkan prinsip eksternal bila dilihat dari penggunaannya, kata
sopan santun menyampaika informasi secara “hebat” tidak selalu bermakna “baik” seperti
santun. terlihat pada tuturan berikut.
Penulis memusatkan penelitian ini pada kakak :“Bagaimana hasil pertandingan hari
analisis prinsip kerja sama Grice yang berdasar ini?”
pada empat maksim, yaitu maksim kuantitas, Adik : Wah, kalah lagi kak.
maksim kualitas, maksim relevansi, dan kakak : “hebat, besok tidak usah latihan,
maksim pelaksanaan. Penulis mamilih novel santai-santai saja.”
berjudul "Rantau 1 Muara” karya Ahmad Fuadi Kata “hebat” dalam tuturan di atas tidak
sebagai objek penelitian karena novel bermakna “baik”, tetapi memiliki makna
merupakan karya narasi yang di dalamnya sebaliknya. Dari uraian di atas, terlihat bahwa
terdapat tanda-tanda bahasa yang membangun makna yang dikaji oleh pragmatik adalah
komunikasi. makna terikat konteks. Sehubungan dengan
Penelitian ini bertujuan untuk keterikatan konteks ini tidak hanya kata
mendeskripsikan prinsip kerja sama dalam "hebat” yang bermakna buruk tetapi “besok
dialog antartokoh pada novel “Rantau 1 Muara” tidak usah latihan” dan “santai-santai saja”
karya Ahmad Fuadi. juga bermakna “besok serius latihan dan
Penelitian ini diharapkan dapat “hentikan kebiasaan santai”. Sehubungan
bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman dengan bermacam-macamnya makna, maka
mengenai kajian pragmatik khususnya prinsip terdapat aspek-aspek yang harus
kerja sama dalam tuturan antartokoh pada dipertimbangkan dalam rangka studi
novel “Rantau 1 Muara” karya Ahmad Fuadi. pragmatik. Aspek-aspek itu yaitu aspek-aspek
Secara umum, penelitian ini dapat membuat situasi tutur.
kesepahaman antara pengguna bahasa, Tarigan, (2009: 30) menyatakan bahwa
khususnya antara penutur dan mitra tutur agar pragmatik adalah telaah mengenai hubungan
dapat mewujudkan tujuan komunikasi. Prinsip antara bahasa dan konteks yang
kerja sama tuturan dengan sejumlah maksim- tergramatisasikan atau disandikan dalam
maksimnya, yakni maksim kuantitas, maksim struktur suatu bahasa. Selanjutnya, Leech
kualitas, maksim relevansi, serta maksim dalam Wijana, (1996:9) mengungkapkan
pelaksanaan menjadi dasar teori komunikasi bahwa pragmatik adalah studi kebahasaan
yang komunikatif. yang terkait konteks. Untuk memperjelas
batasan ini, terlebih dahulu dapat disimak
2. KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN kalimat berikut:
TEORI “Lantainya baru dipel”
Secara formal, tanpa mempertimbangkan
2.1Penelitian yang Relevan konteks pemakainya, kalimat di atas adalah
kalimat deklaratif. Sebagai kalimat deklaratif,

9
Jurnal Bahasa dan Sastra
Volume 2 No 1 (2017)
ISSN 2302-2043
kalimat tersebut berfungsi untuk Tuturan yang digunakan di dalam
menginformasikan sesuatu, yakni “lantainya rangkaian pragmatik, seperti yang
baru dipel”. Akan tetapi bila konteks dikemukakan dalam keempat kriteria
keberadaan kalimat itu dipertimbangkan secara merupakan bentuk dari tindak tutur. Oleh
seksama, kalimat di atas memungkinkan karena itu, tuturan yang dihasilkan merupakan
dipergunakan untuk menyatakan berbagai bentuk dari tindak verbal. Sebagai contoh
maksud. Oleh karena itu, penting bagi kita kalimat “Apakah rambutmu terlalu panjang?”
untuk memahami aspek-aspek situasi tutur. dapat ditafsirkan sebagai pertanyaan atau
Aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut: perintah. Dalam hubungan ini dapat ditegaskan
a. Penutur dan lawan tutur ada perbedaan mendasar antara kalimat
Konsep penutur dan lawan tutur ini juga dengan tuturan. Kalimat adalah entitas
mencakup penulis dan pembaca bila tuturan gramatikal sebagai hasil kebahasaan yang
bersangkutan dikomunikasikan dengan media diidentifikasikan lewat penggunaanya dalam
tulisan. Aspek-aspek yang berkaitan dengan situasi tertentu (Wijana, 1996: 12-13).
penutur dan lawan tutur ini adalah usia, latar
belakang sosial ekonomi, jenis kelamin, 2.2.2 Aktivitas Bertutur
tingkat keakraban (Wijana, 1996: 10-11). Tindakan merupakan karakteristik
b. Konteks tuturan dalam komunikasi. Diasumsikan dalam
Konteks tuturan penelitian linguistik merealisasikan tuturan atau wacana, seseorang
adalah konteks dalam semua aspek fisik atau berbuat sesuatu, yaitu performansi tindakan,
seting sosial yang relevan dari tuturan tuturan yang berupa performansi ini disebut
bersangkutan. Di dalam pragmatik konteks itu dengan tuturan performatif, yakni tuturan yang
pada hakikatnya adalah semua latar belakang dimaksudkan untuk melakukan suatu tindakan.
pengetahuan yang dipahami bersama oleh Tindak lokusi adalah tindak tutur untuk
penutur dan lawan tutur (Wijana, 1996: 11). menyatakan sesuatu (Wijana, 1996: 17). Bila
Konteks telah diberi berbagai arti: antara diamati secara seksama konsep lokusi adalah
lain diartikan sebagai aspek-aspek yang gayut konsep yang berkaitan dengan proposisi
dengan lingkungan fisik dan sosial sebuah kalimat. Kalimat atau tuturan dalam hal ini
tuturan (Leech, 2011: 20). Leech mengartikan dipandang sebagai satu satuan yang terdiri dari
konteks sebagai suatu pengetahuan latar dua unsur, yakni subyek/topik dan
belakang yang sama-sama dimiliki oleh predikat/comment (Nababan dalam Wijana,
penutur dan lawan tutur. 1996:18). Selanjutnya, Parker dalam Wijana
c. Tujuan tuturan (1996:18) menyatakan tindak lokusi adalah
Bentuk-bentuk tuturan yang diutarakan tindak tutur yang relatif paling mudah untuk
oleh penutur dilatarbelakangi oleh maksud dan diidentifikasikan karena pengidentifikasiannya
tujuan. Dalam hubungan itu bentuk-bentuk cenderung dapat dilakukan tanpa
tuturan yang bermacam-macam dapat menyertakan konteks tuturan yang tercakup
digunakan untuk menyatakan maksud yang dalam setuasi tutur. Jadi, dari perspektif
sama. Di dalam pragmatik berbicara pragmatik tindak lokusi sebenarnya tidak atau
merupakan aktivitas yang berorientasi pada kurang begitu penting peranannya untuk
tujuan (Wijana, 1996: 11) memahami tindak tutur.
d. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau Sebuah tuturan selain berfungsi untuk
aktivitas mengatakan atau menginformasikan sesuatu,
Wijana, (1996: 12) menyatakan bila dapat juga dipergunakan untuk melakukan
gramatikal menangani unsur-unsur kebahasaan sesuatu. Bila hal ini terjadi, tindak tutur yang
sebagai entitas (wujud) yang abstrak, seperti terbentuk adalah tindak tutur ilokusi. Tindak
kalimat dalam studi sintaksis, proposisi dalam ilokusi disebut sebagai tindakan untuk
studi semantik, dan sebagainya, maka melakukan sesuatu. Tindak ilokusi sangat
pragmatik berhubungan dengan tindak verbal sukar diidentifikasi karena terlebih dahulu
yang terjadi dalam situasi tertentu. Dalam harus mempertimbangkan siapa penutur dan
hubungan pragmatik menangani bahasa dalam lawan tutur, kapan dan di mana tindak tutur itu
tingkatannya yang lebih konkret dibandingkan terjadi, dan sebagainya. Dengan demikian
dengan tata bahasa. Tuturan sebagai entitas tindak ilokusi merupakan bagian sentral untuk
yang konkret jelas penutur dan lawan tuturnya, memahami tindak tutur (Wijana, 1996: 18-19).
serta waktu dan tempat pengutaraannya. Wijana, (1996: 19-20) menyatakan
e. Tuturan sebagai produk tindak verbal bahwa tindak tutur yang diutarakan oleh
seseorang mempunyai daya pengaruh bagi

10
Jurnal Bahasa dan Sastra
Volume 2 No 1 (2017)
ISSN 2302-2043
yang mendengarkannya. Efek atau daya memberikan kontribusi yang secukupnya atau
pengaruh ini dapat secara sengaja atau tidak sebanyak yang dibutuhkan oleh lawan
sengaja dikreasikan oleh penuturnya. Tindak bicaranya, misalnya berbicara secara wajar
tutur yang pengutaraannya dimaksudkan untuk tentu akan memilih “Tetangga saya hamil”
mempengaruhi lawan tutur disebut dengan dibandingkan “Tetangga saya yang perempuan
tindak perlokusi. hamil”. Untuk ujaran yang pertama di samping
lebih ringkas, juga tidak menyimpang dari nilai
2.2.3 Prinsip Kerja Sama kebenarannya. Namun, untuk ujaran yang
Penutur dan mitra tutur hendaknya kedua kurang ringkas dan dengan hadirnya
dapat saling memahami dan bekerja sama kata perempuan justru menerangkan hal-hal
dalam suatu peristiwa percakapan agar yang kurang jelas dan bertentangan dengan
komunikasi berjalan lancar. Apabila ada salah maksim kuantitas.
satu pihak yang tidak terlibat aktif dalam Di dalam maksim kuantitas, seorang
percakapan, dapat dipastikan percakapan itu penutur diharapkan dapat memberikan
tidak dapat terlaksana dengan baik. Hal ini informasi yang cukup, relatif memadai, dan
sejalan dengan apa yang disampaikan Allan seinformatif mungkin. Informasi demikian itu
(1986) dalam Rahardi (2005:52) yaitu: Agar tidak boleh melebihi informasi yang sebenarnya
proses komunikasi penutur dan mitra tutur dibutuhkan si mitra tutur. Tuturan yang tidak
dapat berjalan baik dan lancar, mereka harus mengandung informasi yang sungguh-sungguh
saling dapat bekerja sama. diperlukan si mitra tutur dapat dikatakan
Pendapat lain dikemukakan oleh Yule, melanggar maksim kuantitas dalam prinsip
(2006: 63) menjelaskan prinsip kerja sama; kerja sama Grice (Rahardi, 2005:53).
Buatlah percakapan anda sendiri seperti yang
diminta, pada taraf di mana percakapan itu 2.2.3.2 Maksim Kualitas
terjadi, dengan maksud atau arah pergantian Maksim kualitas mewajibkan setiap
bicara yang dapat diterima di mana Anda peserta percakapan hendaknya didasarkan
terlibat di dalamnya. pada bukti-bukti yang memadai. Misalnya
Bagi Grice, (1975) dalam Fauzi (2011: seorang harus mengatakan bahwa ibu kota
29-30), kerja sama merupakan prinsip yang Indonesia adalah Jakarta, bukan kota-kota
mengatur rasionalitas pada umumnya dan yang lain kecuali benar-benar tidak tahu.
rasionalitas pada khususnya. Kerja sama Namun, apabila terjadi hal yang sebaliknya,
membentuk struktur kontribusi-kontribusi kita tentu ada alasan-alasan mengapa hal demikian
sendiri terhadap percakapan dan bagaimana bisa terjadi (Grice dalam Wijana, 1996:45).
kita mulai menginterpretasikan kontribusi- Secara lebih rinci maksim ini dapat diuraikan
kontribusi orang lain. Grice mengemukakan sebagai berikut
definisinya tentang prinsip kerja sama dalam 1. Jangan mengatakan sesuatu yang anda
bentuk perintah yang diarahkan pada penutur yakini salah
yakni: “Buatlah kontribusi percakapan anda 2. Jangan mengatakan sesuatu jika anda
sesuai dengan yang diperlukan pada tahap tidak memiliki bukti yang memadai,
terjadinya kontribusi itu, berdasarkan tujuan Hal ini sejalan dengan ungkapan
atau arah yang diterima dalam pertukaran Rahardi (2005:55) bahwa dengan maksim
percakapan yang anda lakukan”. kuantitas, seseorang peserta tutur diharapkan
Lebih lanjut, Grice dalam Wijana mampu menyampaikan sesuatu yang nyata
(1996:46) mengemukakan bahwa di dalam dan sesuai fakta kebenarannya di dalam
rangka melaksanakan prinsip kerja sama itu, bertutur. Fakta itu harus didukung dan
setiap penutur harus mematuhi empat maksim didasarkan pada bukti-bukti yang jelas.
percakapan, yakni maksim kuantitas, maksim
kualitas, maksim relevansi, dan maksim 2.2.3.3 Maksim Relevansi
pelaksanaan. Maksim-maksim tersebut Maksim relevansi mengarahkan pada
mengatur agar percakapan dapat dilakukan terjalinnya kerja sama yang baik antara
secara efektif dan efisien. Keempat maksim itu penutur dan mitra tutur. Rahardi, (2005: 56)
akan dipaparkan sebagai berikut. mengemukakan bahwa agar kerja sama yang
baik antara penutur dan mitra tutur, masing-
2.2.3.1 Maksim Kuantitas masing hendaknya dapat memberikan
Grice dalam Wijana (1996: 46) kontribusi yang relevan tentang sesuatu yang
mengungkapkan bahwa maksim kuantitas sedang dipertuturkan. Bertutur dengan tidak
menghendaki setiap peserta pertuturan memberikan kontribusi yang demikian

11
Jurnal Bahasa dan Sastra
Volume 2 No 1 (2017)
ISSN 2302-2043
dianggap tidak mematuhi dan melanggar Novel adalah sebuah karya sastra yang
prinsip kerja sama. mempunyai ruang lingkup yang luas. Novel
Selain itu, Grice dalam Wijana, (1996: mengungkapkan seluruh episode perjalanan
36) berpendapat bahwa dalam maksim hidup tokoh dalam ceritanya. Bahkan novel
relevansi mengharuskan setiap peserta dapat pula menyinggung masalah-masalah
percakapan memberikan kontribusi yang yang kaitannya sudah agak renggang. Di sisi
relevan dan memadai dengan pembicaraan. lain, novel merupakan suatu cerita prosa yang
Untuk lebih jelas perhatikan wacana berikut. fiktif dan panjang yang melukiskan para tokoh,
(1) + Novi, ada tamu. Katanya mau gerak serta adegan kehidupan nyata yang
ketemu kamu. representatif dalam suatu alur atau suatu
- sekarang saya lagi memasak, Kak. keadaan yang agak kacau atau kusut (Tarigan,
(2) + Pukul berapa sekarang, Bu. 2011:167).
- penjual bubur sudah lewat.
Jawaban (-) pada (1) dialog di atas, 3. METODE PENELITIAN
mengimplikasikan bahwa saat itu ia tidak dapat
menyambut tamu itu secara langsung. Ia 3.1 Jenis Penelitian
secara tidak langsung menyuruh/ meminta Penelitian merupakan suatu usaha
tolong agar kakaknya melayani tamunya itu. menemukan pengetahuan ilmiah. Dalam
Demikian pula kontribusi (-) pada (2) dialog di penelitian ini, metode penelitian yang
atas memang tidak menjawab pertanyaan (+) digunakan adalah metode deskriptif dengan
dalam (2). Akan tetapi dengan memerhatikan pendekatan kualitatif.
kebiasaan penjual bubur menjajakan buburnya Penerapan metode deskriptif dilakukan
kepada mereka. Tokoh (+) dalam (2) di atas dengan mengumpulkan data yang berasal dari
dapat mengetahui pukul berapa ketika itu. naskah, wawancara, catatan, lapangan, foto,
Situasi yang dilihat antara penutur dan mitra video, tape, dokumen pribadi, dsb. Data
tutur memiliki asumsi yang sama sehingga digambarkan sesuai dengan hakikatnya (ciri-
hanya dengan mengatakan “Penjual bubur cirinya yang asli). Data yang disusun dalam
sudah lewat” maka tokoh (+) dalam (2) sudah tulisan ilmiah harus dipilah (diklasifikasi
merasa terjawab pertanyaannya. Fenomena berdasarkan kriteria ilmiah tertentu) secara
(1) dan (2) mengisyaratkan bahwa kontribusi intuitif kebahasaan, berdasarkan pemerolehan
peserta tindak tutur relevansinya tidak selalu (pengalaman gramatika) kaidah kebahasaan
terletak pada makna ujarannya, tetapi tertentu sebagai hasil studi pustaka pada awal
memungkinkan pula pada apa yang penelitian (tahap studi pustaka sebelum
diimplikasikan ujaran itu. penelitian dimulai). Hal tersebut hendaknya
disusun dengan teliti bagian demi bagian
2.2.3.4 Maksim Pelaksanaan dengan pertimbangan Ilmiah. Peneliti dalam
Maksim pelaksanaan mengharuskan hal ini selalu terlibat dalam pertanyaan: (1)
peserta pertuturan bertutur secara langsung, mengapa, (2) apa alasan ilmiah pemilihan
jelas dan tidak kabur (Rahardi, 2005: 57). data, dan (3) bagaimana terjadinya. Sehingga
Maksim pelaksanaan menyatakan “usahakan peneliti dapat mempersiapkan kaidah, baik
agar Anda berbicara dengan teratur, ringkas, masih di lapangan dengan mencatat data yang
dan jelas”. Secara lebih rinci maksim ini dapat memiliki ciri-ciri tertentu.
diuraikan sebagai berikut Penelitian kualitatif adalah penelitian
1. Hindari ketidakjelasan/ kekaburan yang menekankan pada hal yang terpenting
ungkapan; dari sifat suatu barang/jasa. Hal terpenting dari
2. Hindari ambiguitas makna; sifat suatu barang atau jasa berupa
3. Hindari kata-kata berlebihan yang tidak kejadian/fenomena/gejala sosial adalah makna
perlu; dibalik kejadian tersebut yang dapat dijadikan
4. Anda harus berbicara dengan teratur. pelajaran berharga bagi suatu pengembangan
Maksim pelaksanaan mengharuskan konsep teori. Penelitian kualitatif dapat
setiap peserta percakapan berbicara secara didesain untuk memberikan sumbangannya
langsung, tidak kabur, tidak taksa, dan tidak terhadap teori, praktis, kebijakan, masalah-
berlebih-lebihan, serta runtut (Grice dalam masalah sosial dan tindakan (Djam’an dan Aan
Wijana, 1996: 47). Komariah, 2009:22).

2.2.4 Novel 3.2. Data dan Sumber Data

12
Jurnal Bahasa dan Sastra
Volume 2 No 1 (2017)
ISSN 2302-2043
Data penelitian adalah sejak pengumpulan data. Dalam penelitian ini,
dialog/percakapan antartokoh pada novel peneliti menggunakan model analisis data
“Rantau 1 Muara” karya Ahmad Fuadi. Sumber kualitatif yang dikembangkna oleh Milles dan
data penelitian ini adalah novel Rantau 1 Muara Huberman. Milles dan Huberman (1992)
karya Ahmad Fuadi. Tebal novel 400 halaman, mengemukakan teknik analisis data kualitatif
cetakan pertama Mei 2013, diterbitkan oleh PT. mencakup tiga kegiatan yang bersamaan, yaitu
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan (Basrowi dan Suwandi, 2008:209).
3.3. Teknik Pengumpulan Data Berdasarkan aktivitas tersebut, tahapan
Teknik pengumpulan data adalah teknik analisis penelitian ini dibagi menjadi empat
studi dokumen. Dokumen merupakan catatan tahapan yaitu:
peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa 1. Tahap pengumpulan data
berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya 2. Tahap reduksi data
monumental deri seseorang. Dokumen yang 3. Tahap penyajian data
berbentuk tulisan misalnya catatan harian, 4. Tahap verifikasi dan kesimpulan
sejarah kehidupan (life histories), catatan
harian ceritera, biografi, peraturan, kebijakan 3.7. Penyajian Hasil Analisis Data
(Sugiyono, 2014: 240). Sumber data yang Hasil analisis data yang berupa temuan
digunakan penulis berupa dokumen tertulis, penelitian sebagai jawaban atas masalah yang
yaitu novel yang berisikan sejarah kehidupan hendak dipecahkan, haruslah disajikan dalam
dari Ahmad Fuadi yang disajikan dalam bentuk bentuk teori. Dalam penyajian hasil analisis
fiksi. Langkah-langkah yang ditempuh dalam data, metode yang digunakan oleh peneliti
menganalisis data sebagai berikut. adalah metode informal. Metode informal yaitu
a. Membaca dengan cara intensif novel “Rantau penyajian hasil analisis data dengan
1 Muara” karya Ahmad Fuadi. menggunakan uraian kata-kata biasa
b. Mencari dan menandai kutipan-kutipan (Sudaryanto, 1993:145). Dalam penerapan
dialog penting yang berkaitan dengan metode informal, peneliti perlu
prinsip kerja sama antartokoh di pada novel mempertimbangkan beberapa faktor seperti
“Rantau 1 Muara” karya Ahmad Fuadi. tata urut penyajian, dan cara merumuskan
c. Menyajikan hasil analisis berupa prinsip kerja kaidah.
sama tuturan antartokoh yang telah
ditemukan pada novel “Rantau 1 Muara” 4 . HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
karya Ahmad Fuadi. 4.1 Hasil Penelitian
Hasil analisis data dialog atau
3.4. Instrumen Penelitian percakapan yang telah dikumpulkan, penulis
menemukan prinsip kerja sama dalam novel
3.4.1. Peneliti sebagai Instrumen “Rantau 1 Muara” karya Ahmad Fuadi
Penelitian menggunakan empat maksim yang mengacu
Dalam penelitian ini peneliti menjadi pada pandangan Grice dalam Wijana
instrumen penelitian karena peneliti sebagai (1996:46). Adapun bentuk-bentuk maksim
pencaritahu alamiah dalam mengumpulkan yang ditemukan adalah (1) maksim relevansi
data dan lebih banyak bergantung pada dirinya dan pelaksanaan, (2) penaatan maksim
sendiri sebagai alat pengumpul data. kualitas dan pelaksanaan, (3) maksim kualitas,
relevansi, dan pelaksanaan (4) maksim
3.4.2. Novel kuantitas, kualitas, dan pelaksanaan, (5)
Novel sebagai instrumen. Nama lain dari maksim kuantitas, kualitas, relevansi, dan
instrumen adalah alat yang merujuk kepada pelaksanaan. Di bawah ini adalah rincian data
sarana pengumpulan data. Instrumen yang dialog yang menggunakan maksim percakapan.
dipakai adalah novel itu sendiri artinya novel 4.2 Pembahasan
sebagai sumber data pada saat yang sama 4.2.1 Maksim Relevansi dan Pelaksanaan
berperan sebagai alat pengumpul data. Novel Penulis menemukan lima dialog yang
adalah objek dan sumber data dalam bentuk menaati maksim relevansi dan pelaksanaan.
teks dokumen. Dialog tersebut dikategorikan menaati maksim
relevansi dan pelaksanaan karena tuturan yang
3.6. Teknik Analisis Data diungkapkan oleh penutur berhubungan
Analisis data pada penelitian ini dimulai dengan tuturan sebelumnya. Selain itu, tuturan
sejak kegiatan penelitian berlangsung, yaitu dalam dialog tersebut juga menggunakan

13
Jurnal Bahasa dan Sastra
Volume 2 No 1 (2017)
ISSN 2302-2043
bahasa yang tidak mengandung maksim relevansi ditandai dengan tuturan yang
ketaksaan/ambiguitas, sehingga dapat tidak saling berhubungan sehingga komunikasi
diketegorikan sebagai dialog yang menaati tidak efektif. Berikut adalah dialog yang
maksim pelaksanaan. Namun, 4 dialog ini menaati maksim kualitas dan maksim
melanggar maksim kuantitas, dan kualitas pelaksanaan.
karena adanya tuturan yang melebihi jumlah Data 1
yang dibutuhkan, dan adanya pernyataan yang Alif : “Emangnya Uda pernah pakai
tidak disertai bukti yang memadai. Berikut ini internet?”
adalah uraian dialog yang menaati maksim Uda Ramon : “Belum, baru lihat orang-orang
relevansi dan pelaksanaan. saja di warnet. Tapi aden melihat
Data 1 masa depan bisnis ada di sana.
Alif : “Tapi kita benar-benar harus berjanji Makanya ini gunanya wa’ang di
akan serius mencari kos ya.” sini, mengajari aden teknologi dan
Pasus : “Iya, iya. Tiap hari kita nyari.” peluang bisnis masa depan. Besok
Tuturan Alif dan Pasus manaati maksim kita latihan di warnet ya.”
relevansi karena tuturannya relevan dengan Dialog di atas, menaati maksim kualitas
konteks tuturan yaitu Alif dan Pasus belum dan pelaksanaan. Jawaban Uda Ramon Belum,
mendapat tempat kos sehingga mereka harus baru lihat orang-orang saja di warnet
terus berusaha mencari kos. Tuturan Alif dan merupakan pernyataan yang diyakini
Pasus juga menaati maksim pelaksanaan yang kebenarannya karena dituturkan oleh Uda
ditandai dengan tuturan yang jelas, tidak kabur Ramon sendiri yang tentunya lebih mengetahui
dan diucapkan secara langsung sehingga mitra sejauh mana kapasitas dirinya. Dalam tuturan
tuturnya tidak kesulitan dalam memahami penutur dan mitra tutur tidak ada kata yang
tuturan tersebut. Namun Tuturan Pasus bermakna ambigu sehingga keduanya saling
melanggar maksim kuantitas kerena informasi mamahami makna tuturan. Tuturan Uda
yang diberikan melebihi yang dibutuhkan oleh Ramon merupakan tindak tutur ilokusi karena
mitra tutur yaitu penutur mengulang kata iya tuturan tersebut merupakan pernyataan atau
yang jika diucapkan sekali saja sudah cukup informasi sekaligus untuk melakukan sesuatu
informatif untuk mejelaskan maksud yang dalam hal ini memulai usaha membuka
tuturannya. Selanjutnya, tuturan Pasus juga warnet.
melanggar maksim kualitas karena tidak
disertai dengan bukti yang mendukung 4.2.3. Maksim Kualitas, Relevansi, dan
kebenaran tuturan tersebut yaitu keseriusan Pelaksanaan
untuk segera mencari kos. Pelanggaran Penulis menemukan 37 dialog yang
maksim kualitas tersebut dilatarbelakangi oleh mematuhi maksim kualitas, relevansi, dan
spontanitas Pasus yang didesak oleh Alif untuk pelaksanaan. Dikatakan demikian karena
segera mencari kos sehingga pengulangan kata peserta percakapan bertutur dengan
Iya ditujukan untuk membuat Alif yakin dengan berdasarkan pada bukti-bukti yang memadai,
ujaran Pasus. peserta percakapan memberikan kontribusi
yang relevan dengan pembicaraan, dan peserta
4.1.2 Maksim kualitas dan pelaksanaan pertuturan bertutur secara langsung, jelas dan
Penulis menemukan lima dialog yang tidak kabur. Namun, 37 dialog ini melanggar
manaati maksim kualitas dan pelaksanaan. maksim kuantitas karena peserta pertuturan
Dioalog tersebut dikategorikan sebagai dialog memberikan kontribusi yang melebihi yang
yang menaati maksim kualitas dan maksim dibutuhkan oleh lawan bicaranya. Berikut
pelaksanaan karena tuturan yang terdapat adalah uraian data yang menaati 3 maksim
dalam 5 dialog tersebut disertai dengan bukti percakapan tersebut.
yang memadai dan adanya pernyataan yang Data 1
mengandung kebenaran. Selanjutnya, lima Raisa :” Jadi udah kerja di mana nih
dialog ini menaati maksim pelaksanaan karena sekarang? Pakai dasi gaya sekali?”
kata yang diucapkan oleh penutur dan mitra Alif : “Aku masih menunggu hasil beberapa
tutur tidak mengandung ketaksaan/ambiguitas. wawancara. Sementara itu aku terus
Namun, lima dialog tersebut melanggar menulis.”
maksim kuantitas dan relevansi. Pelanggaran Tuturan Raisa dan Alif menaati maksim
maksim kuantitas ditandai dengan adanya kualitas karena tuturan Raisa pakai dasi, gaya
tuturan yang melebihi jumlah yang dibutuhkan sekali , dan jawaban Alif masih manunggu hasil
dalam proses komunikasi, dan pelanggaran wawancara sambil terus menulis merupakan

14
Jurnal Bahasa dan Sastra
Volume 2 No 1 (2017)
ISSN 2302-2043
fakta karena disertai dengan bukti yang melakukan penilaian terhadap wartawan baru
memadai. Tuturan Alif juga menaati maksim yang sedang bersaing untuk menjadi wartawan
relevansi karena jawabannya relevan dengan tetap di Derap. Dalam proses percakapan
pertanyaan yang dilontarkan oleh Raisa berlangsung, penutur dan mitra tutur
sehingga trjadi komunikasi yang baik antara menggunakan bahasa yang tidak mengandung
Alif dan Raisa. Tuturan Alif dan Raisa juga ketaksaan sehingga keduanya mudah saling
menaati maksim pelaksanaan karena bahasa memahami maksud tuturan. Namun jawaban
yang digunakan tidak berlebihan, tidak kabur Alif Mungkin saya perlu tantangan baru Mas
dan diucapkan secara langsung sehingga mitra tidak relevan dengan pertanyaan Mas Malaka
tutur tidak kesulitan memahami maksud Ada masalah apa?. Dengan jawaban Alif yang
penutur. Namun tuturan Alif meanggar maksim demikian, maka pertanyaan Mas Malaka tidak
kuantitas karena Alif memberikan informasi terjawab karena Alif tidak menceritakan
yang berlebihan kepada mitra tuturnya dengan masalah yang sedang ia hadapi yang
mengatakan saya masih menunggu hasil menyebabkan menurunnya kualitas kinerjanya.
wawancara sementara dalam hal ini Raisa
hanya menanyakan pekerjaan yang sekarang 4.2.5. Maksim Kuantitas, Kualitas,
digeluti oleh Alif. Relevansi, dan Pelaksanaan
penulis menemukan 71 dialog yang
4.2.4 Maksim Kuantitas, Kualitas, dan mematuhi maksim kuantitas, kualitas,
Pelaksanaan relevansi dan pelaksanaan yang sesuai dengan
Penulis menemukan 5 dialog yang prinsip kerja sama Grice. Hal ini ditandai
menaati maksim kuantitas, kualitas dan dengan kontribusi peserta tuturan tidak
pelaksanaan. Hal ini ditandai dengan melebihi jumlah yang dibutuhkan. Selain itu 71
kontribusi peserta tuturan tidak melebihi dialog ini juga didasari dengan bukti yang
jumlah yang dibutuhkan, didasari dengan bukti memadai. Selanjutnya dikatakan menaati
yang memadai. Selanjutnya dialog ini juga maksim relevansi karena dialog tersebut saling
tidak mengandung ketaksaan/ambiguitas berhubungan/ relevan antara tuturan satu
sehingga dikatakan menaati maksim dengan yang lainnya. Dialog ini juga tidak
pelaksanaan. Namun 5 dialog tersebut mengandung ketaksaan/ambiguitas sehingga
melanggar maksim relevansi. Dikatakan dikatakan menaati maksim pelaksanaan.
melanggar maksim relevansi karena dialog Berikut adalah dialog yang menaati keempat
tersebut tidak saling berhubungann antara maksim tersebut.
tuturan satu dengan yang lainnya. Berikut Data 1
adalah uraian dialog yang menaati ketiga Alif : “Apa itu Cin?”
maksim tersebut. Dinara : “Catatan keuangan kita.”
Data 1 Tuturan Dinara menaati maksim
Mas Malaka : “Lif, coba ke sini sebentar, kita kuantitas karena informasi yang diberikan tidak
ngobrol di ruang rapat kecil. Ada melebihi yang dibutuhkan oleh Alif. Tuturan
masalah apa? Saya dan Mas Aji Dinara Catatan keuangan kita menaati maksim
memperhatikan kamu. Di dua kualitas karena tuturan tersebut memberikan
edisi majalah terakhir kinerjamu informasi sesuai dengan fakta dan
turun. Reportase bolong-bolong, mengandung kebenaran yaitu Dinara sedang
dan narasumber penting kadang mencatat keuangan keluarga mereka. Tuturan
tidak tembus.” Dinara juga menaati maksim relevansi karena
Alif : “Mungkin saya perlu tantangan tuturannya berhubungan dengan pertanyaan
baru Mas.” Alif apa itu cin? Dan jawabannya sudah cukup
Dialog Mas Malaka dan Alif menaati jelas. Selanjutnya tuturan Dinara menaati
maksim kuantitas, kualitas, dan pelaksanaan. maksim pelaksanaan dikarenakan Dinara
Dalam dialog tersebut penyampaian informasi menggunakan kata-kata yang tidak berlebihan,
dari penutur dan mitra tutur tidak berlebihan. dan tidak taksa.
Pernyataan Mas Malaka Saya dan Mas Aji
memperhatikan kamu. Di dua edisi majalah 5. KESIMPULAN DAN SARAN
terakhir kinerjamu turun. Reportase bolong-
bolong, dan narasumber penting kadang tidak 5.1Kesimpulan
tembus, merupakan suatu kebenaran dan Berdasarkan hasil analisis pada bab IV
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dapat disimpulkan bahwa dalam novel Rantau
karena Mas Malaka dan Mas Aji benar-benar 1 Muara karya Ahmad Fuadi terdapat penaatan

15
Jurnal Bahasa dan Sastra
Volume 2 No 1 (2017)
ISSN 2302-2043
dan pelanggaran prinsip kerja sama Grice yang [11] Sugiyono, (2014). Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta
terdiri atas empat maksim percakapan yaitu,
[12] Syahlan. (2015). Pelanggaran Prinsip Kerja Sama
maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim dalam Wacana Humor Opera Van Java di Trans 7.
relevansi, dan maksim pelaksanaan. Dalam Skripsi sarjana Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP
novel “Rantau 1 Muara” tidak terdapat Universitas Tadulako. Palu: tidak diterbitkan
[13] Tarigan, H.G. (2009). Pengajaran Pragmatik.
pelanggaran maksim pelaksanaan karena
Bandung: Angkasa
ujaran penutur dan mitra tutur dalam novel [14] Tarigan, H.G. (2011). Prinsip-Prinsip Dasar Sastra.
tersebut cenderung diungkapkan secara jelas, Bandung: Angkasa
tidak kabur sehingga mudah untuk saling [15] Wijana, I.D.P. (1996). Dasar-Dasar Prgmatik.
Yogyakarta: Andi Yogyakarta
memahami.
[16] Yule, G. (2006). Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka
Adanya pelanggaran prinsip kerja sama Pelajar
yang ditemukan dalam hasil penelitian, dapat
disimpulkan pula bahwa dalam proses
komunikasi, penutur dan mitra tutur perlu
memperhatikan aspek situasi tutur, terutama
konteks tuturan, tujuan tuturan, dan kondisi
atau latar belakang penutur dan lawan tutur.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitin, dapat
dilihat bahwa terkadang dalam proses
komunikasi terjadi kesalahpahaman antara
penutur dan mitra tutur yang disebabkan oleh
kurangnya pemahaman terhadap prinsip kerja
sama tuturan. Oleh karena itu, sebagai
pengguna bahasa Indonesia yang baik dalam
berkomunikasi dianjurkan kita selalu mematuhi
prinsip kerja sama tuturan yang terdiri atas
empat maksim yakni maksim kuantitas,
maksim kualitas, maksim relevansi, dan
maksim pelaksanaan agar proses komunikasi
berjalan lancar. Untuk merealisasikan maksim
percakapan, hal yang penutur dan mitra tutur
harus memperhatikan aspek situasi tutur.

DAFTAR RUJUKAN
[1] Basrowi dan Suwandi. (2008). Memahami
Peneltian Kualitatif. Bandung: Rineka Cipta
[2] Djam’an dan Aan K. (2009). Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: Alfabeta
[3] Fatimah, T. (2010). Metode Linguistik: Ancangan
Metode Penelitian dan Kajian. Bandung: Refika
Aditama
[4] Fauzi, M.S. (2011). Pragmatik dan Ilmu Al-
Ma’aniy: Persinggungan Ontologik dan
Epistemologik. Malang: Uin Maliki Press.
[5] Fuadi, A. (2013). Rantau 1 Muara. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
[6] Januarti, U. (2013). Prinsip Kerja Sama Tuturan
Antartokoh Pada novel Ranah 3 Warna Karya
Ahmad Fuadi Dan Implikasinya Terhadap
Pembelajaran Bahasa di SMA. Skripsi Program
Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP
Universitas Lampung: Tidak diterbitkan
[7] Karim, A. (2012). Analisis Wacana:Kajian Teori
dan Praktik. Palu: Tadulako University Press
[8] Leech, G. (2011). Prinsip-Prinsip Pragmatik.
Jakarta: Universitas Indonesia Press
[9] Rahardi, K. (2005). Pragmatik: Kesantunan
Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga
[10] Sudaryanto. (1993). Metode dan Teknik Analisis
Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University
Press

16

Anda mungkin juga menyukai