Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa berpengaruh di masyarakat, karena bahasa berperan penting dalam


kehidupan sehari-hari untuk kelancaran dalam berinteraksi antar individu yang
satu dengan yang lainnya, antar kelompok dengan kelompok lainnya
(Hartiningrum, & Sulistyono, 2017). Tanpa bahasa manusia sulit berkomunikasi
dengan sesamanya. Selain digunakan untuk berinteraksi, bahasa digunakan untuk
menyampaikan perasaan, gagasan, keinginan, pendapat dan lain-lain kepada orang
lain. Menurut Syah (2017) pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang
berkaitan erat dengan tindak tutur. Suatu tindak tutur tidak dapat dipisahkan
dengan konteks dalam bertutur. Konteks yang dimaksud tergramatisasi dan
terkodifikasi sehingga tidak dapat dilepaskan dari struktur bahasanya.Apabila
seorang mitra tutur mengutarakan maksud dari penutur tanpa memperhatikan
konteks maka dapat dikatakan mitra tutur itu belum sepenuhnya menangkap
informasi dan tujuan apa yang disampaikan oleh penutur. Begitupun sebaliknya,
jika penutur berbicara seenaknya saja tanpa memperhatikan konteks, maka tujuan
dari tuturan tersebut tidak tercapai.

Agar tercapainya tujuan antara penutur dan mitra tutur, maka penutur
harus memiliki kesantunan dalam berbahasa. Ketika dalam berintraksi ataupun
berkomunikasi harus mengetahui tata cara berkomunikasi dengan baik yang sesuai
dengan tata cara adat ataupun kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat pada
umumnya (Sutrisna, 2021). Dalam berinteraksi, ada aturan-aturan yang hendak
dipatuhi antara penutur dan lawan tutur agar nantinya dapat terjalin komunikasi
yang baik di antara keduanya. Aturan-aturan tersebut terdapat pada prinsip
kesantunan yang terdiri dari enam prinsip kesantunan yaitu maksim
kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim penghargaan, maksim
kesederhanaan, maksim permufakatan dan maksim kesimpatian.Pragmatik dalam
hal ini, kesantunan berbahasa dapat dilihat dari karya sastra, misalnya novel
(Prasetya, Ramadhan, & Sari, 2022).

1
Pragmatik adalah sebuah disiplin ilmu yang mempelajari bagaimana
konteks dan situasi mempengaruhi pemahaman, penggunaan, dan interpretasi
bahasa. Dalam kajian pragmatik, salah satu konsep yang penting untuk dipelajari
adalah prinsip kesantunan dan skala kesantunan. Prinsip kesantunan adalah
prinsip yang berkaitan dengan cara berbicara seseorang dalam interaksi sosial
yang menjaga agar hubungan antarindividu tetap harmonis dan tidak
menyinggung perasaan orang lain. Prinsip kesantunan terdiri dari dua jenis, yaitu
kesantunan positif dan kesantunan negatif.

Kesantunan positif adalah prinsip kesantunan yang menunjukkan upaya


untuk menghargai dan menghormati orang lain. Prinsip ini meliputi penggunaan
kalimat yang sopan, meminta dengan santun, mengucapkan terima kasih, dan
sebagainya. Di sisi lain, kesantunan negatif adalah prinsip kesantunan yang
menunjukkan upaya untuk tidak mengganggu atau menimbulkan
ketidaknyamanan bagi orang lain. Prinsip ini meliputi penggunaan bahasa yang
tidak kasar, tidak memaksakan kehendak, tidak mengganggu privasi, dan
sebagainya (Asror & Udin, 2018). Skala kesantunan, di sisi lain, adalah sebuah
sistem nilai yang digunakan dalam berkomunikasi. Skala kesantunan
menunjukkan tingkat kesopanan atau kesantunan yang diperlukan dalam interaksi.
Skala kesantunan ini dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu skala kesantunan
rendah, skala kesantunan sedang, dan skala kesantunan tinggi (Rahayu, (2019).

Skala kesantunan rendah adalah jenis kesantunan yang sering digunakan


dalam interaksi informal, seperti antara teman sebaya, saudara, atau kerabat.
Dalam skala kesantunan rendah, seseorang dapat menggunakan bahasa yang lebih
santai dan cenderung tidak formal, seperti menggunakan kata-kata slang atau
bahasa gaul. Skala kesantunan sedang, di sisi lain, digunakan dalam interaksi yang
lebih resmi, seperti dalam pertemuan bisnis atau pertemuan dengan orang yang
lebih tua. Dalam skala kesantunan sedang, seseorang harus menggunakan bahasa
yang lebih sopan dan formal, seperti menggunakan ungkapan "Mohon maaf" atau
"Terima kasih". Sedangkan skala kesantunan tinggi digunakan dalam interaksi
dengan orang yang memiliki kedudukan yang lebih tinggi, seperti dalam
pertemuan dengan pejabat atau tokoh agama. Dalam skala kesantunan tinggi,

2
seseorang harus menggunakan bahasa yang sangat sopan dan menghindari
penggunaan kata-kata yang kasar atau tidak sopan (Aji & Yakub Nasucha, 2020).

Dalam kajian pragmatik, prinsip kesantunan dan skala kesantunan menjadi


penting karena dapat mempengaruhi cara berkomunikasi seseorang dengan orang
lain. Ketika seseorang tidak memperhatikan prinsip kesantunan dalam
berkomunikasi, hal itu dapat menimbulkan ketidaknyamanan atau bahkan
menyinggung perasaan orang lain. Oleh karena itu, penting bagi seseorang untuk
memahami prinsip kesantunan dan skala kesantunan dalam berkomunikasi. Karya
sastra merupakan karya lisan maupun tulisan yang menggambarkan dan
membahas segala kehidupan manusia. Kehidupan dalam karya sastra dibangun
dengan unsur intrinsik dan ekstrinsik baik itu berupa roman, novel, puisi, dan
drama. Menurut Baharudin, (2005) bahasa yang digunakan dalam karya sastra
pun bukan bahasa sehari-hari, tetapi bahasa yang memiliki ciri khas. Ciri khas
tersebut diciptakan oleh para pengarang agar menambah keindahan dari karya
sastra yang dihasilkannya. Novel berisi tentang gambaran kehidupan sehari-hari
yang diangkat dari realita yang ada dalam masyarakat. Ide-ide yang pengarang
ekspresikan dalam karyanya tidak dapat dipisahkan dari situasi kehidupan
masyarakat. Dengan kata lain pengalaman, kejadian, dan situasi yang pengarang
alami diolah sedemikian rupa sehingga menciptakan karya sastra berupa novel
(Brown & Levinson, 1987).

Karya sastra merupakan karya lisan maupun tulisan yang menggambarkan


dan membahas segala kehidupan manusia. Kehidupan dalam karya sastra
dibangun dengan unsur intrinsik dan ekstrinsik baik itu berupa roman, novel,
puisi, dan drama.Bahasa yang digunakan dalam karya sastra pun bukan bahasa
sehari-hari, tetapi bahasa yang memiliki ciri khas.Ciri khas tersebut diciptakan
oleh para pengarang agar menambah keindahan dari karya sastra yang
dihasilkannya. Novel berisi tentang gambaran kehidupan sehari-hari yang
diangkat dari realita yang ada dalam masyarakat. Ide-ide yang pengarang
ekspresikan dalam karyanya tidak dapat dipisahkan dari situasi kehidupan
masyarakat. Dengan kata lain pengalaman, kejadian, dan situasi yang pengarang
alami diolah sedemikian rupa sehingga menciptakan karya sastra berupa novel.

3
Menurut Tarigan (1986: 33) Pragmatik adalah telaah mengenai hubungan
antara bahasa dan konteks yang tergramatisasikan atau disandikan dalam struktur
sesuatu bahasa Hal ini sejalan dengan pendapat Levinson (1983) (dalam Rahardi,
2005:48) mendefinisikan pragmatik sebagai studi bahasa yang yang mempelajari
relasi bahasa dengan konteksnya. Konteks yang dimaksud tergramatisasi dan
terkodifikasi sehingga tidak dapat dilepaskan dari struktur bahasanya. Peneliti
menggunakan teori pragmatik dalam mengananalisis novel karena di dalam
percakapan pada novel hendaknya melakukan pertuturan sesuai dengan konteks
atau situasi pembicaraan apabila seorang penutur mengutarakan maksud yang
sesuai dengan konteks kepada mitra tutur maka mitra tutur bisa menangkap
informasi dan tujuan yang disampaikan penutur. Begitupun sebaliknya, apabila
penutur berbicara tanpa memperhatikan konteks maka tujuan tuturan tersebut
tidak tercapai. Oleh karena itu agar tercapainya tujuan antara penutur dan mitra
tutur, maka penutur harus memiliki kesantunan dalam berbahasa yang sesuai
dengan tata caraadat atau kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat pada
umumnya. Sehingga dalam berinteraksi, ada aturan-aturan yang hendak dipatuhi
oleh penutur dan mitra tutur agar nantinya terjalin komunikasi yang
baik.Aturanaturan tersebut terdapat pada prinsip-prinsip kesantunan Leech yang
terdiri dari enam maksim yaitu maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan,
maksim penghargaan atau pujian, maksim kesederhanaan, maksim kemufakatan
dan maksim kesimpatian.

Pengarang mengekspresikan karyanya berupa novel menjadi lebih hidup


karena disisipkan interaksi antar tokoh dalam suatu konteks atau situasi dalam
kehidupan sehari-hari. Konteks atau situasi dalam kehidupan sehari hari pada
novel biasanya berkaitan dengan masalah pendidikan, kekeluargaan, kemiskinan,
percintaan, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, novel dapat dikaji dengan ilmu
pragmatik tentang prinsip kesantunan dalam berbahasa karena terdapat interaksi
antar tokoh dengan konteks atau situasi seperti dalam kehidupan sehari hari.

Analisis prinsip kesantunan dan skala kesantunan dapat dilakukan dalam


novel tenggelamnya kapal van der wijck karya Buya Hamka dengan
menggunakan pendekatan pragmatik. Pragmatik adalah studi tentang penggunaan
bahasa dalam konteks sosial dan situasional. Dalam analisis pragmatik, penting

4
untuk mempertimbangkan konteks sosial, budaya, dan situasional di mana bahasa
digunakan, serta maksud dan tujuan pembicara dalam menggunakan bahasa.

Prinsip kesantunan adalah aturan yang mengatur perilaku bahasa untuk


mempertahankan hubungan sosial yang harmonis antara pembicara. Skala
kesantunan, di sisi lain, mengacu pada tingkat atau derajat kesantunan yang
digunakan dalam komunikasi. Dalam analisis pragmatik, prinsip kesantunan dan
skala kesantunan dapat digunakan untuk memahami perilaku bahasa dalam
interaksi sosial yang kompleks, seperti yang terjadi dalam novel tenggelamnya
kapal van der wijck.

Dalam novel tenggelamnya kapal van der wijck, prinsip kesantunan


terlihat dalam interaksi antara tokoh-tokoh utama. Contohnya, ketika tokoh utama,
Yudha, bertemu dengan orang yang lebih tua atau memiliki status yang lebih
tinggi, dia menggunakan bahasa yang sopan dan merendahkan diri sendiri untuk
menunjukkan rasa hormatnya. Selain itu, Yudha juga menggunakan bahasa yang
sopan ketika berbicara dengan orang yang memiliki hubungan dekat dengan
dirinya, seperti saudara perempuannya.

Skala kesantunan juga dapat diamati dalam novel ini, terutama dalam
interaksi antara tokoh-tokoh utama. Skala kesantunan mengacu pada tingkat
kesopanan yang digunakan dalam interaksi. Misalnya, saat Yudha berbicara
dengan orang yang lebih tua atau memiliki status yang lebih tinggi, dia
menggunakan bahasa yang sangat sopan dan merendahkan dirinya sendiri.
Namun, ketika dia berbicara dengan teman sebayanya, dia menggunakan bahasa
yang lebih santai dan tidak terlalu formal.

Dalam analisis pragmatik, prinsip kesantunan dan skala kesantunan dapat


membantu memahami hubungan sosial dan situasional dalam novel
tenggelamnya kapal van der wijck. Analisis ini dapat memberikan wawasan yang
lebih dalam tentang interaksi sosial dan bahasa yang digunakan dalam konteks
budaya tertentu. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian berjudul “Analisis Prinsip Kesantunan Dan Skala Kesantunan
Dalam Kajian Pragmatik pada Novel tenggelamnya kapal van der wijck
Karya Asma Buya Hamka ”

5
1.2 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah terbatas pada analisis prinsip
kesantunan dan skala kesantunan dalam novel tenggelamnya kapal van der wijck
karya Buya Hamka dengan menggunakan pendekatan pragmatik. Penelitian ini
tidak mencakup analisis aspek lain dalam novel, seperti plot, karakter, dan tema.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah tersebut, rumusan masalah dalam penelitian


ini adalah:

1. Bagaimana prinsip kesantunan tercermin dalam novel tenggelamnya kapal


van der wijck karya Asma Buya Hamka ?

2. Bagaimana skala kesantunan digunakan dalam interaksi antara tokoh-


tokoh utama dalam novel tenggelamnya kapal van der wijck karya Asma
Buya Hamka ?

3. Bagaimana analisis pragmatik dapat membantu memahami interaksi sosial


dan bahasa yang digunakan dalam novel tenggelamnya kapal van der
wijck karya Asma Buya Hamka ?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengidentifikasi prinsip kesantunan dalam novel tenggelamnya kapal van


der wijck karya Asma Buya Hamka .

2. Menganalisis penggunaan skala kesantunan dalam interaksi antara tokoh-


tokoh utama dalam novel tenggelamnya kapal van der wijck karya Asma
Buya Hamka .

3. Menjelaskan bagaimana analisis pragmatik dapat membantu memahami


interaksi sosial dan bahasa yang digunakan dalam novel tenggelamnya
kapal van der wijck karya Asma Buya Hamka .

6
1.5 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Pada bagian ini, dijelaskan mengenai latar belakang masalah, batasan masalah,
rumusan masalah, dan tujuan penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bagian ini, dijelaskan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini, seperti
teori pragmatik, prinsip kesantunan, dan skala kesantunan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bagian ini, dijelaskan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian,
seperti pendekatan pragmatik dan teknik analisis data yang digunakan.

BAB IV HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

Pada bagian ini, dijelaskan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan,
seperti identifikasi prinsip kesantunan dalam novel tenggelamnya kapal van der
wijck, analisis penggunaan skala kesantunan dalam interaksi antara tokoh-tokoh
utama, dan penjelasan bagaimana analisis pragmatik dapat membantu memahami
interaksi sosial dan bahasa yang digunakan dalam novel.

BAB V PENUTUP

Pada bagian ini, dijelaskan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan, dan
menjawab rumusan masalah yang telah ditentukan. Pada bagian ini, dijelaskan
saran-saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya.

7
DAFTAR PUSTAKA

Aji, J. P., & Yakub Nasucha, M. (2020). Analisis Kesantunan Berbahasa menurut
Leech pada Tuturan Tokoh NYAI ONTOSOROH dalam Novel BUMI
MANUSIA: kajian Pragmatik (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).

Asror, A. G., & Udin, S. (2018). Skala kesantunan dan faktor penyebabnya pada
acara indonesia lawyers club episode (ketika ahok minta maaf). Prosiding
SNasPPM, 3(1), 24-28.

Baharudin, R. (2005). Pemerian polisemi" datang": Satu analisis linguistik


kognitif. Jurnal bahasa, 5(4), 23-39.

Brown, P., & Levinson, S. C. (1987). Politeness: Some universals in language


usage (Vol. 4). Cambridge University Press.

Hartini, H. I., & AR, H. F. (2017). Kesantunan Berbahasa dalam Komentar


Caption Instagram. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, 4(2), 1-14.

Hartini, L., Saifullah, A. R., & Sudana, D. (2020). Linguistik Forensik terhadap
Perbuatan Tidak Menyenangkan di Media Sosial (Kajian
Pragmatik). Deiksis, 12(03), 259-269.

Hartiningrum, W., & Sulistyono, Y. (2017). Penyimpangan Prinsip Kesantunan


pada Teks Pengumuman Karya Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 4
Sambi TahuN Ajaran 2015/2016: Tinjauan Pragmatik. Jurnal Penelitian
Humaniora, 18(2), 95-104.

Ide, S. (1989). Formal forms and discernment: Two neglected aspects of


universals of linguistic politeness. Multilingua-Journal of Cross-Cultural
and Interlanguage Communication, 8(2-3), 223-248.

Iku, P. F., & Sii, P. (2021). KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KOLOM


OPINI KOMPAS (KAJIAN PRAGMATIK). PROLITERA: Jurnal
penelitian pendidikan, bahasa, sastra, dan budaya, 4(2), 43-56.

8
Kuntarto, E., & Gafar, A. (2016). Manifestasi Prinsip kesantunan, Prinsip Kerja
sama, dan Implikatur Percakapan pada Interaksi di Lingkungan
Sekolah. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 16(3), 30-45.

Kusno, A. (2021). Analisis Wacana Kritis Model Fairclough Sebagai Alternatif


Pendekatan Analisis Kasus Hukum Dugaan Pencemaran Nama Baik
(Kajian Linguistik Forensik). Jurnal Forensik Kebahasaan, 1(2), 134-161.

Leech, G. (1983). Principles of pragmatics. Longman Group Limited.

Maskar, S., Puspaningtyas, N. D., & Puspita, D. (2022). Linguistik Matematika:


Suatu Pendekatan untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Non-Rutin Secara Matematis. MATHEMA: JURNAL PENDIDIKAN
MATEMATIKA, 4(2), 118-126.

Mey, J. L. (1993). Pragmatics: An introduction. Blackwell Publishers.

Buya Hamka , A. (2016). tenggelamnya kapal van der wijck. Penerbit Republika.

Prasetya, G. A., Ramadhan, H., & Sari, R. P. (2022). PRINSIP KESANTUNAN


DALAM JUAL BELI ONLINE DI INSTAGRAM: SUATU KAJIAN
PRAGMATIK. JURNAL KONFIKS, 9(2), 68-81.

Prihantoro, S. (2019). Analisis Kesalahan Bahasa Pada Taksonomi Linguistik


Dalam Penulisan Insya’. Al Mahāra: Jurnal Pendidikan Bahasa
Arab, 5(1), 41-62.

Putri, S. C. (2018). Penyimpangan Maksim Kesantunan pada Film Kartun


Spongebob Squarepants Karya Stephen Hillenburg (Kajian
Pragmatik). Aksis: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 2(2),
216-245.

Rahardi, R. K. (2005). Pragmatik: kesantunan imperatif bahasa Indonesia.


Erlangga.

Rahayu, S. (2019). Analisis Kesantunan Berbahasa Media Sosial Instagram:


Kajian Pragmatik (Doctoral dissertation).

9
Santoso, A. (2008). Jejak Halliday dalam linguistik kritis dan analisis wacana
kritis. Jurnal Bahasa dan Seni, 36(1), 1-14.

Sari, E. S. (2018). Pelanggaran Prinsip Kesantunan Berbahasa dalam Acara Dua


Arah Kompas TV. Jurnal Sapala, 5(1), 1-10.

Scollon, R., & Scollon, S. W. (2004). Nexus analysis: Discourse and the
emerging internet. Routledge.

Searle, J. R. (1969). Speech acts: An essay in the philosophy of language.


Cambridge University Press.

Setiawan, L. G. I. P. S. (2020). Hubungan Kekerabatan Bahasa Bali dan Sasak


dalam Ekoleksikon Kenyiuran: Analisis Linguistik Historis
Komparatif. Jurnal Inovasi Penelitian, 1(1), 27-30.

Sugiarto, S., & Qurratulaini, R. (2020). Potensi Kriminal Cyber Crime pada
Meme: Sebuah Kajian Linguistik Forensik. Deiksis: Jurnal Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, 7(1), 46-57.

Sutrisna, D. (2021, October). Peran Pragmatik Dalam Pembentukan Karakter


Kesantunan Berbahasa. In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan (Vol.
3, pp. 373-378).

Sutrisna, D. (2021, October). Peran Pragmatik Dalam Pembentukan Karakter


Kesantunan Berbahasa. In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan (Vol.
3, pp. 373-378).

Syah, N. A. (2017). Kesantunan Tindak Tutur Direktif dalam Talk Show Satu Jam
Lebih Dekat di TV One (Tinjauan Pragmatik) (Doctoral dissertation, UNS
(Sebelas Maret University)).

Watts, R. J. (2003). Politeness. Cambridge University Press.

Wulandari, F. M. (2016). Pelanggaran Prinsip Kesantunan Ahok (AK) dalam


Wawancara Eksklusif Kisruh DPRD DKI Jakarta di Kompas
TV. BELAJAR BAHASA: Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, 1(1).

10

Anda mungkin juga menyukai