PENDAHULUAN
Agar tercapainya tujuan antara penutur dan mitra tutur, maka penutur
harus memiliki kesantunan dalam berbahasa. Ketika dalam berintraksi ataupun
berkomunikasi harus mengetahui tata cara berkomunikasi dengan baik yang sesuai
dengan tata cara adat ataupun kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat pada
umumnya (Sutrisna, 2021). Dalam berinteraksi, ada aturan-aturan yang hendak
dipatuhi antara penutur dan lawan tutur agar nantinya dapat terjalin komunikasi
yang baik di antara keduanya. Aturan-aturan tersebut terdapat pada prinsip
kesantunan yang terdiri dari enam prinsip kesantunan yaitu maksim
kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim penghargaan, maksim
kesederhanaan, maksim permufakatan dan maksim kesimpatian.Pragmatik dalam
hal ini, kesantunan berbahasa dapat dilihat dari karya sastra, misalnya novel
(Prasetya, Ramadhan, & Sari, 2022).
1
Pragmatik adalah sebuah disiplin ilmu yang mempelajari bagaimana
konteks dan situasi mempengaruhi pemahaman, penggunaan, dan interpretasi
bahasa. Dalam kajian pragmatik, salah satu konsep yang penting untuk dipelajari
adalah prinsip kesantunan dan skala kesantunan. Prinsip kesantunan adalah
prinsip yang berkaitan dengan cara berbicara seseorang dalam interaksi sosial
yang menjaga agar hubungan antarindividu tetap harmonis dan tidak
menyinggung perasaan orang lain. Prinsip kesantunan terdiri dari dua jenis, yaitu
kesantunan positif dan kesantunan negatif.
2
seseorang harus menggunakan bahasa yang sangat sopan dan menghindari
penggunaan kata-kata yang kasar atau tidak sopan (Aji & Yakub Nasucha, 2020).
3
Menurut Tarigan (1986: 33) Pragmatik adalah telaah mengenai hubungan
antara bahasa dan konteks yang tergramatisasikan atau disandikan dalam struktur
sesuatu bahasa Hal ini sejalan dengan pendapat Levinson (1983) (dalam Rahardi,
2005:48) mendefinisikan pragmatik sebagai studi bahasa yang yang mempelajari
relasi bahasa dengan konteksnya. Konteks yang dimaksud tergramatisasi dan
terkodifikasi sehingga tidak dapat dilepaskan dari struktur bahasanya. Peneliti
menggunakan teori pragmatik dalam mengananalisis novel karena di dalam
percakapan pada novel hendaknya melakukan pertuturan sesuai dengan konteks
atau situasi pembicaraan apabila seorang penutur mengutarakan maksud yang
sesuai dengan konteks kepada mitra tutur maka mitra tutur bisa menangkap
informasi dan tujuan yang disampaikan penutur. Begitupun sebaliknya, apabila
penutur berbicara tanpa memperhatikan konteks maka tujuan tuturan tersebut
tidak tercapai. Oleh karena itu agar tercapainya tujuan antara penutur dan mitra
tutur, maka penutur harus memiliki kesantunan dalam berbahasa yang sesuai
dengan tata caraadat atau kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat pada
umumnya. Sehingga dalam berinteraksi, ada aturan-aturan yang hendak dipatuhi
oleh penutur dan mitra tutur agar nantinya terjalin komunikasi yang
baik.Aturanaturan tersebut terdapat pada prinsip-prinsip kesantunan Leech yang
terdiri dari enam maksim yaitu maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan,
maksim penghargaan atau pujian, maksim kesederhanaan, maksim kemufakatan
dan maksim kesimpatian.
4
untuk mempertimbangkan konteks sosial, budaya, dan situasional di mana bahasa
digunakan, serta maksud dan tujuan pembicara dalam menggunakan bahasa.
Skala kesantunan juga dapat diamati dalam novel ini, terutama dalam
interaksi antara tokoh-tokoh utama. Skala kesantunan mengacu pada tingkat
kesopanan yang digunakan dalam interaksi. Misalnya, saat Yudha berbicara
dengan orang yang lebih tua atau memiliki status yang lebih tinggi, dia
menggunakan bahasa yang sangat sopan dan merendahkan dirinya sendiri.
Namun, ketika dia berbicara dengan teman sebayanya, dia menggunakan bahasa
yang lebih santai dan tidak terlalu formal.
5
1.2 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah terbatas pada analisis prinsip
kesantunan dan skala kesantunan dalam novel tenggelamnya kapal van der wijck
karya Buya Hamka dengan menggunakan pendekatan pragmatik. Penelitian ini
tidak mencakup analisis aspek lain dalam novel, seperti plot, karakter, dan tema.
6
1.5 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Pada bagian ini, dijelaskan mengenai latar belakang masalah, batasan masalah,
rumusan masalah, dan tujuan penelitian.
Pada bagian ini, dijelaskan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini, seperti
teori pragmatik, prinsip kesantunan, dan skala kesantunan.
Pada bagian ini, dijelaskan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian,
seperti pendekatan pragmatik dan teknik analisis data yang digunakan.
Pada bagian ini, dijelaskan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan,
seperti identifikasi prinsip kesantunan dalam novel tenggelamnya kapal van der
wijck, analisis penggunaan skala kesantunan dalam interaksi antara tokoh-tokoh
utama, dan penjelasan bagaimana analisis pragmatik dapat membantu memahami
interaksi sosial dan bahasa yang digunakan dalam novel.
BAB V PENUTUP
Pada bagian ini, dijelaskan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan, dan
menjawab rumusan masalah yang telah ditentukan. Pada bagian ini, dijelaskan
saran-saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya.
7
DAFTAR PUSTAKA
Aji, J. P., & Yakub Nasucha, M. (2020). Analisis Kesantunan Berbahasa menurut
Leech pada Tuturan Tokoh NYAI ONTOSOROH dalam Novel BUMI
MANUSIA: kajian Pragmatik (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).
Asror, A. G., & Udin, S. (2018). Skala kesantunan dan faktor penyebabnya pada
acara indonesia lawyers club episode (ketika ahok minta maaf). Prosiding
SNasPPM, 3(1), 24-28.
Hartini, L., Saifullah, A. R., & Sudana, D. (2020). Linguistik Forensik terhadap
Perbuatan Tidak Menyenangkan di Media Sosial (Kajian
Pragmatik). Deiksis, 12(03), 259-269.
8
Kuntarto, E., & Gafar, A. (2016). Manifestasi Prinsip kesantunan, Prinsip Kerja
sama, dan Implikatur Percakapan pada Interaksi di Lingkungan
Sekolah. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 16(3), 30-45.
Buya Hamka , A. (2016). tenggelamnya kapal van der wijck. Penerbit Republika.
9
Santoso, A. (2008). Jejak Halliday dalam linguistik kritis dan analisis wacana
kritis. Jurnal Bahasa dan Seni, 36(1), 1-14.
Scollon, R., & Scollon, S. W. (2004). Nexus analysis: Discourse and the
emerging internet. Routledge.
Sugiarto, S., & Qurratulaini, R. (2020). Potensi Kriminal Cyber Crime pada
Meme: Sebuah Kajian Linguistik Forensik. Deiksis: Jurnal Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, 7(1), 46-57.
Syah, N. A. (2017). Kesantunan Tindak Tutur Direktif dalam Talk Show Satu Jam
Lebih Dekat di TV One (Tinjauan Pragmatik) (Doctoral dissertation, UNS
(Sebelas Maret University)).
10