Anda di halaman 1dari 10

METAFORA KEMISKINAN DALAM KUMPULAN PUISI “NYANYIAN AKAR

RUMPUT” KARYA WIJI THUKUL

PROPOSAL SKRIPSI

Ditulis Sebagai Salah Satu Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S)
Pada program Studi Sastra Indonesia

INDRI NUR SAPUTRI


211010700044

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA


FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan proposal skripsi ini dengan judul "Metafora Kemiskinan dalam Kumpulan Puisi
'Nyanyian Akar Rumput' karya Wiji Thukul". Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada
Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umat ke jalan yang benar.
Penulisan proposal skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di
Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas sastra, Universitas Pamulang. Dalam penyusunan
proposal ini, penulis mendapat banyak bantuan, bimbingan, serta dorongan dari berbagai pihak
yang tidak mungkin bisa disebutkan satu per satu.
Penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak Zaky
Mubarok, S.S., M.Pd. selaku dosen pembimbing dan ibu ulfah julianti, S.S., M.Pd. selaku dosen
metode penelitian sastra yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama proses
penyelesaian proposal penelitian ini.
Harapan penulis, semoga proposal skripsi ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi
yang positif bagi perkembangan ilmu sastra Indonesia. Semoga penelitian ini juga dapat
memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai metafora kemiskinan dalam karya
sastra, khususnya puisi, serta dapat menjadi bahan referensi yang berguna bagi peneliti-peneliti
masa depan.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi penyempurnaan proposal
ini.

Tangerang, Maret 2024

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kemiskinan merupakan realitas sosial yang kompleks dan multidimensional. Dalam
konteks Indonesia, kemiskinan menjadi isu yang terus menerus menjadi perhatian, terutama
dalam konteks sejarah dan politik sosial.
Puisi merupakan salah satu bentuk sastra yang sering digunakan sebagai sarana ekspresi dan
kritik sosial. Dalam konteks puisi "Nyanyian Akar Rumput", Wiji Thukul menggunakan
metafora untuk menggambarkan realitas kemiskinan yang dihadapi oleh masyarakat.
Metafora digunakan dalam puisi untuk menyampaikan makna yang lebih dalam dan kompleks
melalui pemilihan kata-kata yang kaya akan simbol-simbol.
Wiji Thukul dikenal sebagai penyair yang vokal dalam menyuarakan kepeduliannya terhadap
nasib rakyat kecil, termasuk masalah kemiskinan. Melalui metafora dalam puisinya, Wiji Thukul
mungkin mencerminkan pandangannya terhadap ketidakadilan sosial dan politik.
Dengan memahami latar belakang tersebut, penelitian terkait metafora kemiskinan dalam
kumpulan puisi "Nyanyian Akar Rumput" dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam
tentang bagaimana Wiji Thukul menggunakan bahasa dan metafora untuk menggambarkan
realitas sosial, terutama dalam konteks kemiskinan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah penilitian
yakni:
1. Bagaimana metafora digunakan dalam kumpulan puisi “nyanyian akar rumput” karya wiji
thukul untuk menggambarkan konsep kemiskinan?
2. Bagaimana metafora dalam puisi-puisi tersebut mecerminkan pandangan wiji thukul
terhadap kemiskinan dan kehidupan sosial politik pada masanya?
1.3 Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang akan dibahas maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mendeskripsikan metafora kemiskinan dalam kumpulan puisi “nyanyian akar rumput”
karya wiji thukul.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat mengembangkan metode analisis sastra baru atau memperluas
penerapan metode yang sudah ada untuk menggali makna dan dampak penggunaan
metafora dalam karya sastra
2. Manfaat praktis
1. Pemahaman yang Lebih Mendalam:
Proposal ini dapat membantu pembaca untuk memahami secara lebih mendalam tentang
bagaimana metafora kemiskinan digambarkan dalam karya sastra, khususnya puisi.
2. Pengembangan Pengetahuan:
Melalui analisis metafora dalam puisi, proposal ini dapat membantu dalam pengembangan
pengetahuan tentang penggunaan bahasa figuratif untuk menyampaikan pesan sosial dan
politik.
3. Pengenalan terhadap Karya Sastra Indonesia: Karya Wiji Thukul merupakan bagian
penting dari sastra Indonesia yang berbicara tentang realitas sosial-politik pada masanya.
Dengan mengkaji karya ini, pembaca dapat lebih mengenal dan memahami dinamika sosial
di Indonesia.
4. Kontribusi terhadap Kajian Sastra Indonesia: Proposal ini dapat memberikan kontribusi
terhadap kajian sastra Indonesia, terutama dalam bidang kajian puisi dan analisis karya
sastra yang berbicara tentang ketimpangan sosial dan kemiskinan.
5. Relevansi dengan Konteks Sosial:
Melalui kajian metafora kemiskinan dalam puisi, proposal ini juga dapat menyoroti
relevansi isu kemiskinan dalam konteks sosial saat ini, sehingga memberikan pemahaman
yang lebih dalam tentang persoalan sosial yang masih dihadapi oleh masyarakat Indonesia.
6. Pengembangan Keterampilan Analisis: Proposal ini dapat membantu dalam
pengembangan keterampilan analisis teks sastra, khususnya dalam mengidentifikasi dan
menginterpretasikan metafora dalam karya sastra.
7. Kontribusi terhadap Pemikiran Kritis:
Melalui analisis metafora, proposal ini dapat memberikan kontribusi pada pengembangan
pemikiran kritis terhadap realitas sosial-politik yang dihadapi oleh masyarakat.
8. Pengembangan Kemampuan Penulisan: Dengan menyusun proposal ini, pembaca dapat
mengembangkan kemampuan dalam menyusun argumentasi yang koheren dan terstruktur
secara akademis.
1.5 Tinjauan pustaka
1. Pengertian Metafora dalam Sastra
Metafora telah menjadi salah satu alat bahasa yang paling penting dalam sastra, yang
memungkinkan penyair dan penulis untuk menyampaikan ide dan pengalaman dengan cara
yang kreatif dan mendalam. Menurut Lakoff dan Johnson (1980), metafora adalah
peralihan pikiran dari satu konsep ke konsep lain yang tidak biasa, namun memiliki
kesamaan atau keterkaitan tertentu. Dalam konteks sastra, metafora sering kali digunakan
untuk menggambarkan pengalaman manusia, emosi, dan kondisi sosial dengan cara yang
lebih mendalam dan kaya makna.
2. Fungsi Metafora dalam Puisi
Dalam puisi, metafora sering digunakan untuk menciptakan gambaran yang kuat dan
imajinatif, serta untuk menyampaikan makna yang lebih dalam melalui perbandingan
atau analogi antara objek atau konsep yang berbeda. Menurut Black (1962), metafora
merupakan salah satu dari empat jenis tropis yang paling umum digunakan dalam sastra,
bersama dengan metonimi, personifikasi, dan simile. Metafora memberikan kebebasan
ekspresi yang besar kepada penyair, memungkinkannya untuk mengeksplorasi realitas
secara lebih subjektif dan eksperimental.
3. Metafora dalam Karya Sastra Kontemporer
Studi tentang penggunaan metafora dalam karya sastra kontemporer telah menjadi topik
yang menarik bagi para peneliti sastra. Banyak penulis kontemporer menggunakan
metafora sebagai alat untuk menjelajahi isu-isu kompleks dalam masyarakat modern,
seperti globalisasi, identitas, dan alienasi. Beberapa penelitian terbaru menunjukkan
bahwa metafora sering digunakan sebagai cara untuk menyampaikan pesan politik, sosial,
dan budaya dengan cara yang lebih halus dan kompleks.
4. Penelitian tentang Metafora dalam Puisi
Sejumlah penelitian telah dilakukan untuk mengungkap penggunaan metafora dalam
puisi dan dampaknya terhadap interpretasi pembaca. Misalnya, Smith (2010)
menganalisis penggunaan metafora dalam puisi-puisi Emily Dickinson dan menemukan
bahwa metafora sering digunakan untuk menciptakan ketidakpastian dan kompleksitas
dalam makna. Selain itu, Jones (2015) meneliti metafora dalam puisi-puisi Sylvia Plath
dan mengidentifikasi motif tertentu yang muncul secara konsisten dalam karyanya.
5. Relevansi Penelitian Metafora dalam Sastra Indonesia
Meskipun banyak penelitian telah dilakukan tentang penggunaan metafora dalam sastra
Barat, penelitian tentang metafora dalam sastra Indonesia masih terbatas. Oleh karena itu,
penelitian ini memiliki relevansi yang besar dalam konteks sastra Indonesia, terutama
karena dapat memberikan wawasan baru tentang penggunaan metafora dalam karya sastra
Indonesia modern dan dampaknya terhadap pemahaman sastra dan budaya. Dengan
merangkum penelitian-penelitian sebelumnya tentang metafora dalam sastra dan
mengidentifikasi celah penelitian dalam konteks sastra Indonesia, penelitian ini bertujuan
untuk menyumbangkan pemahaman yang lebih dalam tentang penggunaan metafora
dalam sastra Indonesia modern dan implikasinya terhadap pemahaman sastra dan budaya
di Indonesia.

BAB II
METODE PENELITIAN
2.1 Pendekatan dan strategi penyelidikan
1. Analisis Sastra:
 Analisis Teks Puisi: Memilih puisi-puisi tertentu dari kumpulan "Nyanyian Akar
Rumput" yang secara khusus membahas atau menggambarkan kemiskinan. Melakukan
analisis mendalam terhadap struktur, bahasa, dan tema yang digunakan dalam puisi-puisi
tersebut.
 Analisis Gaya Bahasa: Mempelajari penggunaan metafora, simbolisme, dan figur bahasa
lainnya dalam puisi-puisi untuk menyampaikan konsep dan pengalaman kemiskinan.
2. Analisis Kontekstual:
 Konteks Sejarah dan Sosial: Mempelajari konteks sosial, politik, dan ekonomi di mana
puisi-puisi tersebut ditulis. Menyelidiki bagaimana kondisi sosial dan ketidakadilan
ekonomi pada masa itu tercermin dalam karya-karya Wiji Thukul.
 Analisis Kehidupan Penyair: Mempelajari kehidupan dan pengalaman Wiji Thukul
sebagai aktivis dan penyair, serta bagaimana itu memengaruhi karya-karyanya, terutama
dalam konteks tema kemiskinan.
Strategi Penyelidikan:
1. Analisis Perbandingan:
 Perbandingan dengan Karya-karya Lain: Membandingkan penggunaan metafora
kemiskinan dalam kumpulan puisi "Nyanyian Akar Rumput" dengan karya sastra lain
yang mengangkat tema serupa, baik dalam konteks sastra Indonesia maupun
internasional.
2. Studi Kasus:
 Puisi-Puisi Tertentu: Memilih beberapa puisi tertentu yang menampilkan metafora
kemiskinan sebagai studi kasus. Melakukan analisis mendalam terhadap masing-masing
puisi untuk memahami bagaimana metafora digunakan untuk menyampaikan pengalaman
kemiskinan.
3. Pendekatan Interdisipliner:
 Studi Kritis: Menggabungkan pendekatan sastra dengan pendekatan kritis, seperti
feminisme, marxisme, atau postkolonialisme, untuk mendapatkan wawasan yang lebih
dalam tentang bagaimana metafora kemiskinan menggambarkan ketidakadilan sosial dan
politik.
4. Analisis Semiotik:
 Semiotika Sastra: Melakukan analisis semiotik terhadap metafora yang digunakan dalam
puisi untuk memahami bagaimana simbol-simbol tersebut merujuk pada konsep-konsep
kemiskinan dan penderitaan.
Metode Penelitian:
1. Analisis Kualitatif:
 Analisis Tekstual: Melakukan analisis teks kualitatif terhadap puisi-puisi untuk
mengidentifikasi metafora dan menganalisis cara penggunaannya dalam konteks
kemiskinan.
2. Wawancara dan Survei:
 Wawancara dengan Pakar Sastra: Melakukan wawancara dengan pakar sastra atau ahli
Wiji Thukul untuk mendapatkan wawasan tambahan tentang penggunaan metafora dalam
karya-karya penyair ini.
3. Pendekatan Fenomenologi:
 Studi Kasus Pembaca: Melakukan penelitian fenomenologis dengan mewawancarai
pembaca puisi "Nyanyian Akar Rumput" untuk memahami bagaimana mereka
menafsirkan dan merespons metafora kemiskinan dalam karya tersebut.
2.2 Sampling
1. Puisi: "Rakyat Berbicara"
 Analisis: Puisi ini menggunakan metafora tentang "rakyat" sebagai akar yang
berbicara, menyiratkan kekuatan dan keberanian dalam menyampaikan suara
mereka yang tertindas. Metafora ini mencerminkan perjuangan rakyat kecil dalam
menghadapi ketidakadilan sosial dan politik.
2. Puisi: "Di Atas Zaman"
 Analisis: Metafora dalam puisi ini menggambarkan penderitaan dan kesulitan
hidup rakyat kecil sebagai "kuda betina muda yang malang", menyoroti
ketidakadilan ekonomi dan sosial yang mereka hadapi dalam masyarakat yang
modern.
3. Puisi: "Akar Rumput"
 Analisis: Metafora tentang "akar rumput" dalam puisi ini merepresentasikan
kekuatan dan ketahanan rakyat kecil dalam menghadapi kesulitan dan penindasan.
Meskipun terinjak-injak dan diabaikan, akar rumput tetap bertahan,
mencerminkan semangat perlawanan dan keberanian.
4. Puisi: "Bendera"
 Analisis: Metafora tentang "bendera" dalam puisi ini digunakan untuk
menyimbolkan perjuangan dan kebangkitan rakyat dalam mencari keadilan dan
kemerdekaan. Puisi ini menggambarkan semangat perlawanan dan kesetiaan
terhadap cita-cita kebebasan, meskipun dalam kondisi kemiskinan dan
ketidakadilan.
2.3 Metode pengambilan data
1. Seleksi Puisi: Memilih puisi-puisi yang relevan dari kumpulan "Nyanyian Akar Rumput"
yang secara eksplisit atau implisit menggambarkan tema kemiskinan atau ketidakadilan
sosial. Pemilihan puisi dilakukan berdasarkan analisis awal terhadap teks-teks puisi yang
ada.
2. Identifikasi Metafora: Membaca puisi-puisi yang telah dipilih dengan cermat untuk
mengidentifikasi penggunaan metafora yang berkaitan dengan kemiskinan. Catat setiap
metafora yang digunakan oleh Wiji Thukul dalam menggambarkan kondisi sosial dan
ekonomi yang tertindas.
3. Transkripsi dan Analisis Teks: Transkripsi teks puisi yang terpilih ke dalam format yang
mudah diakses dan dipahami. Kemudian, lakukan analisis teks secara mendalam untuk
mengidentifikasi konteks penggunaan metafora, makna yang tersirat, dan efek
keseluruhan terhadap pesan puisi.
4. Kategorisasi Metafora: Kategorisasi metafora berdasarkan tema atau konsep yang
direpresentasikan. Misalnya, metafora tentang akar, rumput, atau tumbuh-tumbuhan
dapat dikelompokkan sebagai simbol kekuatan dan ketahanan rakyat kecil.
5. Pembuatan Data Tertulis: Membuat catatan tertulis atau tabel yang mencantumkan setiap
metafora yang ditemukan, puisi yang bersangkutan, konteks penggunaan, serta analisis
singkat tentang makna dan dampaknya terhadap interpretasi puisi.
6. Validasi Data: Memastikan keakuratan dan konsistensi data dengan melakukan validasi
silang antara peneliti dan, jika memungkinkan, melibatkan penelaah independen dalam
meninjau hasil analisis metafora.
7. Pengembangan Temuan: Mengembangkan temuan-temuan dari analisis metafora untuk
menggambarkan bagaimana metafora digunakan oleh Wiji Thukul dalam
merepresentasikan kemiskinan dan ketidakadilan sosial dalam kumpulan puisinya.

Anda mungkin juga menyukai