Anda di halaman 1dari 9

TINDAK TUTUR LOKUSI DAN ILOKUSI DALAM KONTEN

INSTAGRAM @narabahasa: KAJIAN PRAGMATIK


Indri Nur Saputri
Email: indrinursaputri343@gmail.com
Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra
Universitas Pamulang
Tangerang

Abstrak
Tujuan penelitian ini yaitu (1) Mendeskripsikan tindak tutur lokusi dalam konten instagram
@narabahasa dan (2) Mendeskripsikan tindak tutur ilokus dalam konten instagram
@narabahasa. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian dengan pendekatan kualitatif
deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik simak, dan catat, Teknik simak
dilakukan secara daring melalui laman Instagram @narabahasa berupa konten/foto yang
diunggah. Kajian ini membahasa dua permasalahan yaitu tindak tutur ilokusi dan tindak tutur
lokusi. Sumber data penelitian ini adalah konten/poto yang diunggah akun Instagram
@narabahasa. Hasil penelitian ini adalah (1) Tindak tutur lokusi dalam konten instagram
@narabahasa dan (2) Tindak tutur ilokusi dalam konten instagram @narabahasa. Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang ilokusi dan lokusi dalam kajian
pragmatik. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan John Langshaw
Austin.

Kata Kunci: Tndak Tutur, Lokusi dan Ilokusi, Instagram

Abstract
The objective of this research is to (1) describe illocutionary speech acts in the content of the
Instagram account @narabahasa and (2) depict illocutionary speech acts in the content of
Instagram @narabahasa. This research adopts a qualitative descriptive approach, utilizing
data collection techniques such as observation and note-taking. The observation is conducted
online through the Instagram page @narabahasa, focusing on the uploaded content/photos.
The study addresses two issues: illocutionary and locutionary speech acts. The data source for
this research is the content/photos posted on the Instagram account @narabahasa. The
findings of this research encompass (1) illocutionary speech acts in the content of Instagram
@narabahasa and (2) illocutionary speech acts in the content of Instagram @narabahasa. This
study aims to provide an understanding of illocution and locution in the field of pragmatics.
The research approach employed is based on the framework proposed by John Langshaw
Austin.

Keywords: Speech Acts, Locution and Illocution, Instagram

PENDAHULUAN
Bahasa memegang peranan sentral dalam suatu negara atau budaya. Kehadirannya
menjadi krusial karena bahasa menjadi sarana utama bagi individu untuk berkomunikasi satu
sama lain. Tidak hanya sebagai alat komunikasi, bahasa juga memiliki peran dalam
membentuk hubungan interpersonal dan menciptakan rasa kebersamaan. Oleh karena itu,
bahasa merupakan elemen yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari kita.
Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi yang memungkinkan seseorang
menyampaikan pikiran dan perasaannya, memainkan peran penting dalam menyatakan hal-
hal yang tersembunyi dalam pikiran. Aktivitas manusia secara dasarnya tak dapat terlepas
dari kegiatan berbahasa. Bahasa memiliki peran krusial dalam komunikasi dan interaksi
manusia. Penelitian bahasa tidak hanya terbatas pada aspek internal atau masalah
keterbahasaan, tetapi juga dapat diselidiki dari perspektif penggunaannya dalam masyarakat.
Pande, N. K. N. N., & Artana, N. (2020) Menyatakan dalam lingkup kajian linguistik,
terdapat dua pendekatan utama, yaitu kajian bahasa secara struktural dan fungsional. Bahasa,
sebagai alat komunikasi, erat kaitannya dengan ilmu pragmatik. Kajian pragmatik
memfokuskan pada maksud yang terkandung dalam ujaran seorang pembicara dan lawan
bicara yang terikat pada konteks tertentu. Dalam kajian pragmatik, berbagai fitur linguistik
teridentifikasi yang terkait dengan konteks, termasuk konteks sosial, waktu, tempat, suasana,
pendidikan, dan budaya. Oleh karena itu, peran konteks berbicara sangat signifikan dalam
memahami maksud komunikasi yang terjadi.
Zamzami, A. R. (2022) Menjelaskan pragmatik adalah salah satu cabang ilmu tata
bahasa yang terfokus pada tindak tutur. Pragmatik merupakan studi mendalam tentang bahasa
yang terkait dengan penggunaannya oleh individu (pengguna bahasa). Konteks dalam sebuah
tindak tutur dianggap sebagai elemen yang tak dapat dipisahkan. Jika mitra bicara
menginterpretasikan makna pembicara tanpa memperhatikan konteks, maka dapat dikatakan
bahwa mitra bicara tersebut belum sepenuhnya memahami informasi atau tujuan yang ingin
disampaikan oleh pembicara. Sebaliknya, jika pembicara berbicara tanpa memperhatikan
konteks, maka tujuan dari tuturannya mungkin belum dapat tercapai sepenuhnya.
Tindak tutur merujuk pada teori penggunaan bahasa yang pertama kali diusulkan oleh
John Langshaw Austin dalam bukunya yang berjudul "How to do things with words" pada
tahun 1962. Austin, seorang filsuf terkemuka, merupakan bagian dari kelompok yang dikenal
sebagai Oxford School of Ordinary Language Philosophy. Teori ini kemudian dikembangkan
lebih lanjut oleh muridnya, yaitu Searle pada tahun 1979. Sejak saat itu, pemikiran dari
Austin dan Searle menjadi dominan dalam studi penggunaan bahasa, khususnya dalam ilmu
pragmatik.
Saifudin, A. (2019) Sebelum konsep tindak tutur muncul, para ahli bahasa
memandang bahasa sebagai suatu bentuk deskripsi tentang keadaan atau fakta. Dalam konsep
semacam itu, setiap pernyataan dalam bahasa dianggap terikat pada apa yang disebut sebagai
syarat atau kondisi kebenaran. Kondisi kebenaran dianggap sebagai satu-satunya kriteria
yang menentukan kebenaran suatu kalimat. Dalam pendekatan ini, kebenaran atau
ketidakbenaran makna kalimat bergantung pada kebenaran atau ketidakbenaran proposisi
atau isi kalimat tersebut. Misalnya, pernyataan "Senyummu sangat menawan" diukur
berdasarkan kenyataan apakah senyuman tersebut benar-benar membuat orang terpesona atau
tidak. Dengan kata lain, penilaian terhadap sebuah kalimat harus didasarkan pada fakta
empiris.
Setelah mengkategorikan tuturan menjadi dua jenis, yaitu konstatif dan performatif,
John Langshaw Austin juga mengusulkan pembagian tindak tutur menjadi tiga, yaitu tindak
lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Ketiga jenis tindak tutur ini terjadi pada saat tuturan diucapkan.
Tindak lokusi merupakan tindakan dari pihak penutur yang menuturkan sesuatu. Austin
menjelaskan bahwa lokusi melibatkan perbuatan menyampaikan informasi, berbicara,
bertanya, dan sebagainya (Austin, 1962, p. 108) dalam (Saifudin, A. 2019). Tuturan lokusi
tunduk pada kondisi kebenaran dan memerlukan akal/kesadaran dan referensi agar dapat
dipahami. Referensi tersebut bergantung pada pengetahuan atau pemahaman yang dimiliki
oleh pembicara pada saat tuturan.
Tindakan kedua adalah tindak ilokusi, yang merupakan perbuatan melakukan sesuatu
berdasarkan apa yang diucapkan. Menurut Habermas (1998), dalam (Saifudin, A. 2019).
Ilokusi adalah hasil yang dicapai dengan menyampaikan niat untuk mencapai suatu tujuan.
Tuturan memiliki kemampuan untuk menyimpan "daya" tertentu. Melalui tuturan, seseorang
dapat menciptakan hal-hal baru, mendorong orang untuk melakukan sesuatu, mengubah
keadaan, dan sebagainya.
Instagram adalah aplikasi media sosial berbagi foto dan video yang didirikan oleh
Kevin Systrom dan Mike Krieger. Salah satu fitur unggulan Instagram adalah "Reels," yang
memungkinkan pengguna membuat video pendek dengan durasi minimal 3 detik dan
maksimal 90 detik. Fitur ini dilengkapi dengan berbagai efek suara, filter, dan tata letak untuk
meningkatkan kreativitas konten. Dalam akun Instagram @narabahasa, terdapat beberapa
tindak tutur ilokusi dan lokusi. Tindak tutur ilokusi mencakup tujuan atau hasil yang ingin
dicapai melalui unggahan konten, seperti menyampaikan pesan, memberikan informasi, atau
menghibur. Sementara itu, tindak tutur lokusi berkaitan dengan ekspresi bahasa yang
digunakan, gaya penulisan, dan pemilihan kata untuk mencapai efek komunikatif tertentu.
Analisis terhadap akun tersebut dapat memberikan pemahaman lebih dalam tentang
bagaimana Instagram digunakan sebagai medium komunikasi dengan berbagai tindak tutur
ilokusi dan lokusi.
Nara Bahasa menggunakan platform media sosial seperti Instagram dan Twitter
sebagai sarana pembelajaran bahasa Indonesia. Pada tanggal 1 Februari 2020, Nara Bahasa
diresmikan sebagai langkah baru dalam mengukuhkan peran bahasa. Misi dari Narabahasa
mencakup edukasi, konsultasi, publikasi, dan pengembangan aplikasi kebahasaan, dengan
visi untuk "menguasai bahasa, menguasai dunia." Mereka meyakini bahwa bahasa memegang
peranan kunci dalam penguasaan pengetahuan dunia. Nara Bahasa menjadi wadah untuk
memperkaya keahlian menulis dan berbicara, sehingga individu dapat bersinar dalam
komunikasinya. Mereka juga menyadari bahwa kemampuan mengekspresikan pikiran dengan
baik dan lancar adalah kunci keberhasilan, sementara keterbatasan dalam penggunaan bahasa
dapat menghambat kejernihan ide. Efektivitas komunikasi yang baik dapat dicapai melalui
penguasaan bahasa. Visi dan misi Narabahasa mementingkan peran bahasa dalam
mengungkapkan perasaan, membangun hubungan sosial, dan menjalankan fungsi-fungsi khas
manusia. Dengan makna "Nara-" yang berarti 'orang', Narabahasa bertujuan menjadi 'orang
bahasa' yang mengaktualisasikan peranannya dalam meningkatkan pemahaman dan
penguasaan atas fungsi-fungsi bahasa tersebut (Narabahasa.id, 2020).

METODE
Penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian deskriptif kualitatif, karena
menggunakan sumber data tertulis dalam bentuk bahasa tulis yang terdapat pada takarir
unggahan akun Instagram @narabahasa. Teknik pengumpulan data melibatkan teknik
dokumentasi, teknik baca, teknik simak, dan teknik catat. Subjek penelitian ini adalah
unggahan foto dalam Instagram @narabahasa, dengan objek penelitian berfokus pada tindak
tutur dalam takarir yang mencakup tindak tutur lokusi dan ilokusi. Pengumpulan data
dilakukan dengan menganalisis takarir yang terdapat pada unggahan Instagram @narabahasa.
Data yang dianalisis melibatkan tindak tutur lokusi dan ilokusi yang tercermin dalam tulisan
tersebut. Hasil analisis data dicatat dalam kartu data sesuai dengan rumusan masalah yang
telah ditetapkan. Dalam metodologi penelitian ini, fokus utama adalah pada analisis tindak
tutur yang termanifestasi dalam unggahan Instagram, dan data yang diperoleh dari metode
dokumentasi disusun dan dianalisis untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik terkait
dengan rumusan masalah yang telah diajukan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pemahaman tentang ilokusi dan lokusi dalam kajian pragmatik. Pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu pendekatan John Langshaw Austin.

KAJIAN PUSTAKA
Penelitian ini berjudul Tindak tutur lokusi dan ilokusi dalam konten instagram
@narabahasa: kajian pragmatik. Adapun tujuan penelitian ini yaitu (1) Mendeskripsikan
tindak tutur ilokusi dalam konten instagram @narabahasa dan (2) Mendeskripsikan tindak
tutur ilokusi dalam konten instagram @narabahasa. Mengacu pada penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Ni Kadek Nita Noviani Pande dan I Nyoman Artana pada tahuan, 2020.
Dengan judul Kajian Pragmatik Mengenai Tindak Tutur Bahasa Indonesia dalam Unggahan
Media Sosial Instagram @halostiki. Penelitin ini memiliki persamaan antara lain tindak tutur
ilokusi, lokusi, dan perlokusi. Sedangkan perbedaan penelitian ini pada akun media sosial
Instagram yaitu @halostiki

PEMBAHASAN
Instagram, sebagai media sosial, memiliki peran penting dalam merepresentasikan
komunikasi melalui kata-kata kepada sesama penggunanya. Di samping menggunakan kata-
kata, Instagram juga memanfaatkan media foto dan video dalam kontennya. Kehadiran
Instagram tentu memerlukan tindak tutur yang dapat memicu respon yang sesuai dari
pengguna Instagram, sesuai dengan tujuannya. Dalam konteks Instagram, tindak tutur
menjadi kunci untuk mencapai respons dan interaksi dari audiens. Tindak tutur tersebut dapat
melibatkan penggunaan kata-kata yang menarik, caption yang kreatif, dan konten visual yang
menarik perhatian. Instagram, dengan format visualnya, memberikan dimensi tambahan pada
tindak tutur, di mana foto dan video menjadi sarana ekspresi dan komunikasi yang kuat.
Penggunaan Instagram sebagai platform komunikasi menunjukkan pergeseran dari
komunikasi yang berbasis teks menjadi kombinasi teks, foto, dan video. Oleh karena itu,
pemahaman terhadap tindak tutur dalam konteks ini sangat penting untuk mencapai tujuan
komunikasi yang diinginkan.
1. Tindak Tutur Lokusi Dalam Konten Instagram @narabahasa
Tindak ilokusi adalah bentuk tindak tutur yang melibatkan melakukan sesuatu
(the act of to do something). Berbeda dengan tindak tutur lokusi, tindak ilokusi
melibatkan tujuan dan fungsi tertentu, atau disebut juga sebagai daya tuturan. Dengan
kata lain, dalam tindak ilokusi, terkandung maksud atau niat yang lebih dari sekadar
menyampaikan makna (Zamzami, A. R. 2022)

Sumber: @narabahasa

Lokusi dari Teks Utama:


Lokusi dari teks ini adalah menyampaikan informasi tentang kelas daring
praktis yang diselenggarakan oleh Narabahasa dengan topik "Data Storytelling
(Penceritaan Data)." Lokusi mencakup karakteristik penceritaan data, komponen
penceritaan data, studi kasus, praktik, waktu pelaksanaan (Selasa, 21 November 2023,
pukul 19.00-21.00 WIB), dan fasilitas yang disediakan (kelas telekonferensi Zoom,
materi dan rekaman kelas, serta sertifikat elektronik).
Jenis lokusi ini adalah deskriptif karena memberikan gambaran atau deskripsi
secara rinci tentang kelas daring, mencakup topik, karakteristik, komponen, studi
kasus, praktik, waktu pelaksanaan, dan fasilitas yang disediakan.
Lokusi dari Informasi Pendaftaran:
Lokusi pada bagian pendaftaran memberikan informasi tentang cara
mendaftar, yaitu melalui sinara.narabahasa.id, dan menyertakan biaya pendaftaran
sebesar Rp129.000.
Lokusi pada bagian pendaftaran termasuk dalam jenis lokusi instruktif karena
memberikan informasi tentang cara mendaftar, yaitu melalui sinara.narabahasa.id, dan
juga mencantumkan biaya pendaftaran sebesar Rp129.000.
2. Tindak Tutur Ilokusi Dalam Konten Instagram @narabahasa
Tindak lokusi dapat diidentifikasi dalam teks atau postingan yang
dipublikasikan di media sosial Instagram @narabahasa. Tindak tutur lokusi dalam
konteks ini melibatkan ungkapan atau pernyataan dalam bentuk kata-kata yang
dimaksudkan untuk menyampaikan suatu makna atau pesan kepada audiens. Analisis
tindak lokusi dalam postingan tersebut dapat membantu memahami tujuan
komunikatif dari setiap teks yang diposting di akun Instagram @narabahasa
(Zamzami, A. R. 2022)

Sumber: @narabahasa

Ilokusi dari Teks Utama:


Ilokusi dari teks ini adalah memberikan undangan kepada pembaca yang
berminat untuk mengikuti kelas daring praktis tentang Data Storytelling. Tujuan
ilokusi ini adalah untuk mendorong partisipasi dan keikutsertaan peserta dalam
kegiatan tersebut.
Ilokusi dari teks utama termasuk dalam jenis persuasif karena tujuan ilokusi
ini adalah untuk memberikan undangan kepada pembaca yang berminat agar mereka
terdorong untuk mengikuti kelas daring praktis tentang Data Storytelling. Ini
menciptakan efek persuasif untuk meningkatkan partisipasi.

Ilokusi dari Informasi Pendaftaran:


Ilokusi pada bagian pendaftaran adalah memberikan petunjuk atau instruksi
kepada pembaca tentang langkah-langkah yang perlu diambil untuk mendaftar.
Tujuan ilokusi ini adalah untuk memudahkan calon peserta dalam proses pendaftaran.
Ilokusi pada bagian pendaftaran dapat dianggap sebagai jenis instruktif
karena tujuannya adalah memberikan petunjuk atau instruksi kepada pembaca tentang
langkah-langkah yang perlu diambil untuk mendaftar. Ini membimbing calon peserta
dalam proses pendaftaran.

Penjelasan:
Lokusi adalah ekspresi langsung dari informasi atau pesan yang disampaikan
dalam teks, sedangkan ilokusi mengacu pada tujuan atau efek yang ingin dicapai
melalui penyampaian informasi tersebut. Dalam konteks ini, lokusi mencakup semua
detail tentang kelas daring, sementara ilokusi adalah untuk mengundang dan
membimbing pembaca dalam proses pendaftaran. Jadi, lokusi memberikan konten
informasional, sedangkan ilokusi memberikan dimensi tujuan atau ajakan kepada
pembaca.

KESIMPULAN
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan tindak tutur lokusi dan ilokusi dalam
konten Instagram @narabahasa dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif.
Data dikumpulkan melalui teknik simak dan catat, terutama melalui laman Instagram
tersebut. Fokus penelitian adalah pada tindak tutur lokusi dan ilokusi.
Penelitian ini diharapkan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang
tindak tutur lokusi dan ilokusi dalam konten Instagram @narabahasa. Pendekatan
John Langshaw Austin digunakan sebagai landasan teoritis. Hasil penelitian dapat
bermanfaat dalam konteks kajian pragmatik dan memahami bagaimana tindak tutur
beroperasi di media sosial.

DAFTAR PUSTAKA

Agustini, R., Andini, S., & Hidayat, T. (2023). Analisis Kesalahan Berbahasa dalam

Iklan Produk Pandai Besi. Literasi: Jurnal Bahasa dan Sastra Indonesia serta

Pembelajarannya, 7(2), 334-339.

Merlina, T., Fransisca, Y., & Novalia, N. (2023). ANALISIS PENGGUNAAN

BAHASA PADA KONTEN IKLAN PROMOSI UNNUR DI MEDIA

SOSIAL INSTAGRAM UNNUR. JURNAL PENDIDIKAN, HUMANIORA,

LINGUISTIK DAN SOSIAL (JAGADDHITA), 1(2), 65-75.

Hamidah, J., & Normuliati, S. Analisis Tindak Tutur Endorse Di Media Sosial

Instagram.

Pande, N. K. N. N., & Artana, N. (2020). Kajian pragmatik mengenai tindak tutur

bahasa indonesia dalam unggahan media sosial instagram@ halostiki.

ALFABETA: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya, 3(1), 32-38.

Saifudin, A. (2019). Teori tindak tutur dalam studi linguistik pragmatik. LITE: Jurnal

Bahasa, Sastra, Dan Budaya, 15 (1), 1–16.

Zamzami, A. R. Tindak Tutur Ilokusi pada Media Sosial Instagram@

Ganjar_Pranowo (Bachelor's thesis, Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta).

Anda mungkin juga menyukai