Anda di halaman 1dari 25

37

BAB III

KONDISI SOSIAL OBJEK DESA LUWUNG


KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON

A. Sejarah Desa Luwung Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon


Cirebon yang terletak diwilayah pantai utara Tanah Jawa, merupakan
salah satu pusat penyebaran agama Islam di Indonesia. Terbukti dengan
banyaknya wisata ziarah dan juga makam yang dapat dikunjungi diwilayah
ini. Selain dikenal sebagai Kota Wali, Cirebon juga dikenal sebagai ragam
tempat wisata ziarah, salah satunya adalah sebuah kompleks makam di Desa
Luhung, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon.
Diarea makam ini terdapat sebuah makam, yang diyakini bersemayan
jasad seorang penyebar agama Islam di jaman dahulu, yang juga merupakan
salah seorang cucu dari Syarif Hidayatullah, atau dikenal dengan nama Sunan
Gunungjati.Syekh Raja Muhammad, nama dari tokoh penyebar agama Islam
tersebut. Masyarakat sekitar juga mengenalnya dengan julukan Pangeran
Luhung.
Luwung artinya hutan kosong. sebelum tahun 1830 desa Luwung
masih merupakan hutan kosong. Pada saat itu di desa Luwung ada dua orang
kakak beradik bernama "Banteng Kuntet" dan adiknya bernama "Sutajiwa".
Kedua orang itu sering berselisih paham dan bertengkar, masing-masing
mecari pengaruh di desa Lengkong. Pertengkaran itu berlanjut sampai mereka
masing-masing mengeluarkan kesaktiannya masing-masing, sehingga
adiknya yang bernama Sutajiwa melarikan diri ke hutan kosong (asal mula
Luwung).
Selama dalam pelarian ki Sutajiwa mencari dan berusaha mencari
teman (sahabat) dengan cara membuka lahan di hutan Luwung, sebagai
pemukiman dan lahan pertanian. Hanya beberapa tahun ki Sutajiwa berhasil
menyulap Luwung yang dulunya hutan menjadi lahan yang bagus dan banyak
sekali orang yang berpindah ke Luwung untuk ikut membuka hutan di

37
38

Luwung sebagai pemukiman dan pertanian. Perpindahan orang terjadi dari:


sebelah timur hutan Luwung dari desa Tapen dan Tohok, dari sebelah utara
yaitu dari desa Lengkong dan dari sebelah selatan yaitu desa Gumiwang.
Pada tahun 1830 penduduk di hutan Luwung makin bertambah banyak,
maka pada tahun itu secara aklamasi ki Sutajiwa diangkat menjadi sesepuh
hutan Luwung, sekaligus hutang Luwung diberi nama desa "Luwung".
Selama dalam pemerintahan ki Sutajiwa berhasil membuat saluran air dari
sungai Pekacangan masuk ke desa Luwung. Kemakmuran semakin nampak
setelah masuknya saluran air dari sungai Pekacangan, sehingga masyarakat
desa Luwung dapat bercocok tanam, dan membuka persawahan. Kurang lebih
tahun 1835 Ki Sutajiwa menyuruh kulinya membajak sawah, tiba-tiba
bajaknya mengenai tembikar (dalung) yang berisi penuh emas. Dan emasnya
diserahkan kepada "Ndoro Kanjeng" (Bupati Banjarnegara). Setelah emas
diterima oleh "Ndoro Kanjeng", segera Ndoro Kanjeng mendatangi tempat
dimana ditemukan emas, untuk melihat dari dekat. Setelah sampai di tempat
lokasi penemuan emas Petak Sawah (kotak) tempat berdiri "Ndoro Kanjeng"
diberi nama "Kotak Janggleng" (kotak nggo njangglenge ndoro kanjeng).
Ndoro Kanjeng hadir di Luwung bersama sang istri (Nyai Kanjeng). Pada
saat nyai kanjeng mengikuti perjalanan ndoro kanjeng ke areal penemuan
emas tersebut tiba-tiba sabuk (bengking) nyai kanjeng "lepas" (ucul), dari
kejadian ini maka kotak (petak) itu diberi nama kotak "sabuk". Setelah selesai
berkeliling ke lokasi tempat penemuan emas Ndoro kanjeng dan Nyai
Kanjeng mencuci kakinya yang terkena lumpur, dan lagi-lagi tempat mencuci
kaki Ndoro kanjeng dan nyai kanjeng diberi nama kotak "Paruk" (tempat air
yang dibuat dari tanah).
Dari hasil penemuan emas tersebut Ki Sutajiwa mendapat hadiah dari
Ndoro Kanjeng berserta rakyatnya 40 ekor kerbau, karena kejujuran ki
Sutajiwa maka Ndoro Kanjeng mengatakan di hadapan rakyat desa Luwung
bahwa "Tedak 7, turun 8 Lurah Luwung ada pada keturunan ki Sutajiwa".
Ki Sutajiwa mempunyai 2 orang anak. Pertama Ni Dening dan kedua
Ke Semi. Pada tahun 1856 ki Sutajiwa mengundurkan diri dari kepala desa di
39

Luwung. Untuk menghindari pertengkaran 2 orang anaknya atas persetujuan


rakyantnya, desa Luwung dipecah menjadi 2 desa. Yang pertama Desa
Luwung yang dikepalai oleh suami Ni Dening yaitu Tertojiwo, dan sebagian
Desa Karang Tanjung yang dikepalai oleh anak laki-lakinya yaitu Ki Semi.
Kepala desa Dari Masa-kemasa
1. Ki Sutajiwa (1835-1856)
2. Ki Semi (1856-1868) Kades Kr Tanjung, / 2. Ki Dening (1856-1867)
Kades Luwung
3. Ki Sranggayuda (1869-1897) Kades K. Tjg, / 3. Ki Lawuk (1867-1895)
Kds. Luwung
4. Ki Tuwuh (1897-1915) Kds. Krg Tjg, / 4. Ki Kanang (1895-1915) Kds.
Luwung Mulai tahun 1915 Luwung kembali menjadi satu desa
5. Supardi - Wirayuda (1915-1945)
6. Ali Muchtar (1945-1975)
7. Sakiyo Sukarman (1975-1989)
8. Muchtasor (1989-1999)
9. Teguh Hari Wibowo, SE (2002 – 2006)
10. R.A Kosasi, S.Pd.I (2006-2013)
11. Keberhasilan Kepala Desa dari Waktu ke Waktu
Selam pemerintahan Kepala desa ke 2 sampai dengan ke 5 berakhir
tahun 1945 belum dapat membangun desa disebabkan negara Indonesia
dalam masa penjajahan, sehingga kepala desa berserta perangkatnya hanya
sibuk menarik pajak tanah (land rente) yang sangat berat dirasakan oleh
rakyatnya. Kalau ada rakyat yang nakal atau membangkang pada peraturan
penjajah ditangkap dan dijadikan romusa (kerja paksa).
Pada masa pemerintahan kepala desa yang ke 6 (Bapak Ali Muchtar)
negara Indonesia baru saja lepas dari belenggu penjajahan. Desa Luwung
yang pada saat itu bodoh serta penghasilannya kecil mulai bangkit
membangun desanya. Dengan skala prioritas pada saat itu adalah sarana dan
prasarana yang sangat mendesak yaitu jembatan dan jalan desa. Sehingga
selama kurun waktu 30 tahun masa kepemimpinan Bapak Ali Muchtar
40

berhasil membangun antara lain jembatan mulai dibangun menggunakan batu,


sarana pendidikan : mulai dibangunnya SD. Jembatan yang sangat vital
adalah jembatan gantung yang menghubungkan Luwung dengan gumiwang
yang melintas di atas sungai serayu. Kemudian bentungan kali winong,
meskipun baru menggunakan pohon kelapa namun sangatlah membantu
pengairan di Wilyah Selatan (Karang Tanjung).1

B. Gambaran Situs Makam Pangeran Luhung (Syekh Sayyid Muhammad)


1. Gambar Situs Makam Pangeran Luhung
Situs Syekh Sayyid Muhammad (Pangeran Luhung) merupakan
salah satu situs yang mempunyai mistik yang cukup tinggi yang terletak
dari desa Luwung Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon.
Desa Luwung adalah sebuah desa yang mayoritas penduduknya
mempunyai terhadap adanya mistis dan keramat, dan telah diyakininya
membawa pengaruh bagi pola kehidupan mereka. Pola kehidupan
penduduk desa ini sangat dinamis dengan berbagai macam mata
pencaharian masyarakat, sehingga tidak gergantung kepada keadaan alam.
Secara geografis situs Syekh Sayyid Muhammad (Pangeran
Luhung) berada di kadus II RT 01 RW 02 Desa Luwung tepatya di blok
keramat. Letak Desa Luwung berada disebelah Barat jalan pantura dan
pesisir laut jawa.
Untuk mengetahui lebih jelas tentang letak geografis Syekh Sayyid
Muhammad (Pangeran Luhung), maka akan diuraikan pada skema atau
denah peta sebagai berikut :

1
Yudha Putra Sarandil, Sejarah Desa Luwung Mundu Kabupaten Cirebon (Blogspot Jumat,
11 November 2011)
41

Gambar 1. Peta Desa Luwung Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon


Diambil dari google maps

Gambar 2. Peta Desa Luwung Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon


42

Gambar 3. Gambar denah komplek Syekh Sayyid Muhammad (Pangeran


Luhung)

I II

III VI

IV V
VII
I
VIII

XII
IX
XI
X XIII

Keterangan denah :
I. Makam masyarakat umum
II. Makam pengikut Syekh Sayyid Muhammad (Pangeran Luhung)
III. Bangunan Pancaniti
IV. Makam para pejabat masyarakat luwung
V. Makam ratu mas purba sari (istri Syekh Sayyid Muhammad
(Pangeran Luhung)
VI. Makam keramat Syekh Sayyid Muhammad (Pangeran Luhung)
VII. Makam P. Mertsari dan dewi tepasari (anak Syekh Sayyid
Muhammad Pangeran Luhung)
VIII.Makam empu supa dan empu sura utusan kerajaan majapahit
IX. Bangunan madrasah ibtidaiyah desa luwung
X. Masjid desa luwung
43

XI. Tempat wudu


XII. Rumah R. Hasanudin
XIII.Rumah R.Ahmad Kosasi (kuncen III)
Adapun batas desa atau wilayah yang memelilingi situs Syekh
Sayyid Muhammad (Pangeran Luhung) adalah sebagai berikut :
1. Wilayah sebelah barat berbatasan dengan desa Kenari Kecamatan
Mundu
2. Wilayah sebelah timur berbatasan dengan desa Bandengan Kecamatan
Mundu
3. Wilayah sebelah utara berbatasan dengan desa Mundu Kecamatan
Mundu
4. Wilayah sebelah selatan perbatasan dengan desa Kanci kulon
Kecamatan Asjap
Sedangkan jarak obrbitarse lokasi situs Syekh Sayyid Muhammad
(Pangeran Luhung) ke ibu kota provinsi 235km dengan waktu tempuh ±5
jam, jarak ke ibu kota kabupaten 47km dengan waktu tempuh ± 1,30 jam,
dan jarak ke ibu kota kecamatan ±3 km dengan waktu tempuh ±0,20jam.
Dari keterangan di atas menunjukan bahwa letak lokasi situs relatif
jauh dari ibukota provinsi manun demikian tergolong strategis karena bisa
digunakan untuk jalan yang menghubungkan antara provinsi jawa barat
dan jawa tengah. Situs Syekh Sayyid Muhammad (Pangeran Luhung)
memiliki luas tanah 1,00443 HA, dengan perincian sebagai belikut :
44

Tabel 1. Jumlah Bangunan / Tempat di lokasi situs Syekh Sayyid


Muhammad (Pangeran Luhung)

No Bangunan / tempat Luas HA


1 Makam keramat Syekh Sayyid Muhammad (P.Luhung) 0,150
2 Makam Ratu Mas Purbasari 0,036
3 Makam P.Marta Sari dan Dewi Tepasari 0,036
4 Makam Empu Supa dan Empu Sura 0,009
5 Makam p. Santri / p.alas 0,009
6 Pancaniti 0,056
7 Masjid 0,252
8 Kuta bata keliling 0,450
9 Tempat wudu 0,045
Jumlah 1,0043

Syekh Sayyid Muhammad (Pangeran Luhung) adalah salah satu


ulama besar di Cirebon, dan ia sebagai cucu Sunan Gunung jati yang telah
berjasa dalam menyebarkan agama Islam di Cirebon, khususnya di
wilayah Mundu (Luwung). Banyak yang menyebutnya sebagai wali
Allah, karena derajat keilmuan yang dimilikinya serta kemasyhuran dan
kepandaiannya dalam bidang agama Islam2.
Nama lengkapnya adalah Muhammad Ibn Fadhilah Khan Ibn
Mahkdar Ibrahim Ibn Abdul Gafur Ibn Berkat Zaenal Alim. Sebutan atau
laqob “Sayyid” diambil dari nasab (garis keturunan) Nabi Muhammad
SAW, (Imron Abu Amar 1992 ;15) kata “Syarif” ataupun “Sayyid”
merupakan gelar penghormatan bagi mereka yang mempunyai kedekatan
silsilah dengan Nabi. “Syarif” atau “Sayyid” berarti yang mulia.
Sedangkan sebutan “Syekh” biasanya gelar yang dipakai untuk para
ulama besar yang mempunyai derajat kealiman (sufi) yang tinggi serta
mempunyai pengikut (murid) yang banyak. Selain itu juga gelar tersebut
biasanya dipakai untuk seorang imam yang mencetus tariqat seperti,
Syekh Al-Tijani dengan tariqatnya Tijani. Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani
dengan tariqatnya Qadariyyah dan sebagainy.3
2
(TD. Sujana / sejarawan-budaya cirebon, wawancara senin 11 Oktober 2018)
3
Muhaimin, Islam Dalam Bingkai Budaya Lokal dari Cirebon, Jakarta : (logos
2001);h.229
45

Dalam buku “mengenal pandangan hidup dan adat budaya


Cirebon” yang sedang diproses edit oleh Kartani (sejarawan-budayawan
Cirebon) menyatakan pada sekitar tahun 1950 an Cirebon kedatangan
utusan dari demak, ki Padilah (Fadillah Khan) yang ditugaskan untuk
menghimpun kekuatan guna menghalangi persekongkolan portugis-
pajajaran yang akan menghambat syiar islam di tanah jawa. Ki Padillah
sendiri bukan orang asing di Cirebon. Beliau yang di Cirebon lebih
dikenal dengan sebutan wong agung pase adalah menantu sunan gunung
jati, dan merupakan suami kedua dari ratu wulung ayu, puteri Gungng
Jati yang menjanda sejak wafatnya suami yang pertama, yaitu Adipati
Yunus (Pangeran Sebrang Lor) dari Demak. Dari perkawinan tersebut Ki
Padillah mempunyai sepasang putra-putri yaitu Nyi ratu Wanawati Raras
dan Pangeran Luhung atau Pangeran Seda Ing Garuda.(Kartani
Wawancara 13Oktober 2018).
Munurut A.Kosasi Kuncen I menyatakan bahwa dalam pemyebaran
agama Islam diluwung Syekh Sayyid Muhammad (Pangeran Luhung)
telah menikahi putri Kigedeng Luwung atau Pangeran Cempaka yaitu
Ratu Mas Purbasari dari hasil perkawinanya itu Pangeran Luhung telah
mempunyai dua orang anak yaitu Pangeran Merta Sari (Pangeran Anom)
dan Dewi Tepa Sari. Namun keduannya meninggal dunia ketika diusia
remaja. Dengan demikian beliau tidak mempunyai penelus dalam
melanjutkan misinya untuk menyebarkan agama islam di Cirebon Jawa
Barat.
Syekh Sayyid Muhammad (Pangeran Luhung) dalam metodenya
menyebarkan agama Islam di Luwung pertama-tama beliau membuat
pendopo atau pondok sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu-ilmu
dan ajaran-ajaran Islam kepada penduduk yang sebelumnya memeluk
agama hindu-budha. Penduduk yang tinggal disana jumlahnya ± 10 kk
yang dipimpin oleh Kibuyut Luwung (orang yang dituakan). Dengan
metode tersebut beliau berhasil menyadarkan penduduk untuk memeluk
agama Islam dan menginggalkan kepercayaan nenek moyangnya.
46

Selain membuat pendopo beliau juga membuat pandai yang


bertujuan sebagai media pengembangan keterampilan bagi masyarakat
dalam membuat benda-benda pusaka seperti keris, tombak dan pedang.
Menurut R.Suchri Hidayat menyatakan :
“Pangeran Raja Muhammad punika betah kumarasa kalian empu
sura, ingkang wekdal perang demak kalian Majapajit tahun 1401-1403b,
empu sekalipun punika kabujuk guruipun (Sunan Kali Jaga) supados
kndang inglar majapahit. Empu sakalihipun mituhu dumateng maha
guru, lajeng kesa lalayu mangilen, achripun manggen dating kukuban
Cirebon sakidul kilenipun Mundu.
Sanunggalipun wekdal empu Pangeran Raja Muhammad
katimbalan dumateng Eyang Sinuhun Sunan Gunungjati hautus wangun
dulung antawis lami ingkang eyang rawuh dating panggenan empu
karsaipun bade mendet dulung atau luhung namung dereng kawangun
teksih awujudtosan (bahan). Ingkang eyang katingal semugeluh, lajeng
tisan bahan wawu dipun banting Pangeran Raja Muhammad (Luhung)
dateng paron pande geletrak dumadakan sampun dados awujud duhung,
adapuripun persis kados dene pamundutipun ingkang eyang sinuhun
Sunan Gunung Jati.
Lah datengriku imngkang Eyang Sinuhun Sunan Gunungjati
uninga kesaktenipun ingkang waya, sakejot eyangipun sampun dumadi,
mila Pengeran Raja Muhammad dipun paringin jenengan pangeran
luwung, sebab luhung karamatipun, seged ngelaksanakaken sakejotipun
ingkang eyang sinuhun sunan gunung jati4.

Artinya :
Pangeran Raja Muhammad adalah akbar dengan Empu Supa dan
Empu Sura yang terjadi pada waktu perang antara Demak dengan
Majapahit padatahun 1401-1403b, kedua empu tadi dibujuk oleh gurunya
yaitu Sunan Kali jaga supaya kedua empu tersebut menurut kepada maha
guru kemudian pergi kearah barat, akhirmya singga kedaerah Cirebon
sebelah baratnya Mundu.
Pada suatu waktu Pengeran Raja Muhammad dipanggil oleh Eyang
Sinuhun Sunan Gunung Jati disuruh membuat dulung atau keris tidak
lama kemudian Eyang Sinuhun Gunung Jati datang ditempat empu/pande
yang tujuannya mengambil keris tadi, namun bahan tadi belum juga
dibuat keris, masih jadi wujud tosan atau bahan. Eyang sinuhun Gunung

4
R.Suchri Hidayat Sejarah Caruban Kawedar (TT 174)
47

Jati agak menyesal, kemudian bahan tadi dibanting oleh Pangeran Raja
Muhammad (Empu) ditempat pande, tiba-tiba bahan tadi berubah sudah
jadi wujud keris, persis seperti apa yang diperintah oleh Eyang Sinuhun
Gunung Jati.
Dari situ Eyang Sinuhun Gunung jati mengetahui
kesaktian/kekeramatan cucunya dengan sekejap langsung jadi sehingga
Pengeran Raja Muhammad diberi gelar / lakob Pengeran Luhung, sebab
luhung /luhur keramatnya bisa melaksanakan dengan sekejap yang Eyang
Sinuhun Gunung jati mau.
2. Silsilah Syekh Sayyid Muhammad (Pangeran Luhung)
Secara etimologi silsilah mempunyai arti “turun-temurun” atau
rantang berantai “suatu keluarga”. Jika ditinjau secara terminologi
silsilah adalah berantainya suatu keluarga atau keturunan dari yang
paling tua usianya sampai kepada yang paling muda. Atau menarik
garis keturunan secara turun temurun atau ranta-berantai dimulai dari
induk sampai yang akhir. Dalam kamus bahasa indonesia kata silsilah
mengandung arti asal usul keluarga.5
Apabila dilihat dari garis keturunan sang ayah Syekh Sayyid
Muhammad berasal dari keturunan kerajaan demak dan apabila dilihat
dari garis keturunan sang ibu Syekh Sayyid Muhammad berasal dari
keturunan kerajaan cirebon dan mempunyai kedekatan silsilah dan
cerita sejarah P.Luhung yang ditulis oleh R.Atmabrata (Joetara) pada
tahun 1940 serta didukung oleh pendapatnya Sulendranungrat yang
ditulis dalam buku”Babad Tanah Sunda Babad Cirebon” dalam
bentuk ragkaian sebagai berikut:
Nabi Muhammad SAW
Puputra
Siti Fatimah + Sayyidina Ali Ibn Abi Thalib
Puputra
Husain Assabti
Puputra
Jaenal Abidin

5
Widodo, Kamus Bahasa Indonesia, 2001 Jakarta (Balai Pustaka) h.679
48

Puputra
Muhammad Al – Bakir
Puputra
Jafar Sidiq
Puputra
Kosim Al-Kamil (Ali al-Uraid)
Puputra
Muhammad dan Nagib (Idris)
Puputra
Isa Al- Basri (Al-Bakir)
Puputra
Ahmad Al-Muhajir
Puputra
Ibaidillah
Puputra
Muhammad
Puputra
Alwi
Puputra
Ali Al-Gazam
Puputra
Muhammad
Puputra
Alwi Amir Faqih
Puputra
Abdul Malik
Puputra
(Abdullah Kjan Nudinir)
Puputra
Al-Amir Ahmad Jalaludin
Puputra
Jamaludin Husain

Ali Nurul Alim Berkat Jaenal Alim Ibrahim Jaenal Akbar


Syarif Abdullah(Sultan Mesir)
Puputra
Syarif hidayatullah / Sunan Gunung Jati + Nyi Ageng Tepasari Puteri pembesar
Majapahit

Ratu Wulung Ayu+Fadillah Khan (Falatehan) Moh.Arifin (P.Pesarean)


49

Syekh Sayyid Muhammad (P.Luhung)

Menurut TD. Sujana (Wawancara. 14 Oktober 2018) dan


dilengkapi oleh Dadan Wildan menjelaskan silsilah Syekh Sayyid
Muhammad (P.Luhung) adalah sebagai berikut:“Syekh Sayyid
Muhammad (P.Luhung) itu putera dari Fadillah Khan yang menikah
dengan Ratu Wulung Ayu. Ratu Wulung Ayu adalah putri Syekh Sarif
Hidayatullah yang telah menikah dengan ratu tepa sari. Syekh Sarif
Hidayatullah putra dari Syarif Abdullah yang menikah dengan Syarifah
Mudaim (Nyai Rarasantang). Syarif Abdullah putra dari nur alim yang
menikah dengan seorang putri raja mesir. Nurul alim putra dari Jamaludin
yang menetapp dinegara kamboja. Jamaludin putra dari Amir, Amir adalah
putra dari Abdul Malik yang menetap di India. Abdul Malik adalah putra
dari Ali yang menetap di Mesir. Alwi adalah putra dari Muhammad,
Muhammad adalah putra dari Al Gajam. Al Gajam adalah putra dari Alwi
putra dari Muhammad. Muhammad putra dari Ubaidillah Ubaidillah
adalah putra dari Ahmad. Ahmad putra dari Al Bakir. Al Bakir adalah
putra dari Idris, Idris putra dari Kasim Al Malik. Kasim Al Malik putra
dari Jafar Sidiq dari Parsi. Jafar Sidiq putra Muhammad Bakir.
Muhammad Bakir putra dari Jaenal Abidin, Jaenal Abidin putra dari
Sayidinna Husain putra dari Sayidinna Ali yang menikah dengan
Sayidatina Fatimah putri dari nabi Muhammad SAW.6
Selain itu dapat diketahui juga garis keturunan syekh Syekh Sayyid
Muhammad (Pangeran Luhung) dari pihak ayah. Menurut Kartani
(Wawancara. 15 oktober 2018) adalah bahwa Pangeran Luhung putra dari
Padilah Khan yang menikah dengan Ratu Wulung Ayu Putri Sunan
Gunung Jati. Sedangkan Padillah Khan atauFaletehah adalah putra dari
Madhar Ibrahim bersala dari Gujarat yang menetap di Samudra Pasai dan
menjadi guru agama Islam. Maulana Mahdar Ibrahim adalah putra dari
Abdul Gofur dan Abdul Gofur putra dari Barkat Zaenal Alim yang
6
Dadan Wildan , Sunan Gunungjati (antara fiksi dan fakta) Pembumian Islam dengan
pendekatan struktural dan kulturan,2002 Bandung (Humaiora Utama Pers) h.33
50

merupakan saudara muda dari Nurul Alim. Nurul Alim adalah ayah handa
Syarif Abdullah. Adapun Syarif Abdullah adalah ayah handa Sunan
Gunung Jati atau Syekh Syarif Hidayatullah jadi Sunan Gunung Jati
mempunyai hubungan saudara yang erat dengan Padilah Khan.
Mengenai Padilah Khan atau Faletehan, menurut Sidique yang
dikutip oleh dadan Wildan mengemukakan penjelasnnya yang hampir
sama dengan penjelasan Sulendra Ningrat bahwa Padillah Khan berasal
dari Pasai yang terpaksa mengungsi ke Demak setelah Portugis
mengalahkan saudra pasai pada tahun 1531. Di Demak beliau menikah
dengansalah seorang adik dari P. Trenggono Sultan Demak yang bernama
Ratu Tambayun dan kemudian beliau menjadi Jendral tentara angkatan
perang Demak. Beberapa waktu kemudian, ia pun menikah demngan Ratu
ayu, seorang putri dari Sunan Gunung Jati dan merupakn janda dari P
Sebrang Lor. 7
Kalau diihat dari silsilah di atas Syekh Sayyid Muhammad
(Pangeran Luhung) masih memilki inasab dengan Nabi Muhammad yaitu
generasi ke 26 yang diambil dari keturunan garis kakenya yaitu Syekh
Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) ibunya bermana Ratu Wulung
Ayu, merupakan anak Sunan Gunung Jati dari istri yangbernama Ratu
Tepa Sari (putri pembesar kerajaan Majapahit). Sedangkan ayahnya
bernama Padillah Khan atau Faletehan putra Makdar Ibrahim apabila
dirangkai dari garis keturunan sang ayah, keberadaanya tidak dapat
dilepaskan dengan 2 kerajaan Islam yang pernah berkuasa di pulai jawa
Sumatera yaitu kerajaan Demak Saudra Pasai. Beliau merupakan panglima
besar kerajaan Demak yang pernah melakukan kerjasama dengan
Kerajaan Cirebon pada masanya.
Pada waktu Sunan Gunung Jati mengadakan sidang di Keraton
Pakung Wati Cirebon pada tahun 1526 M . dihadiri oleh para pembesar
negara para wali, dan para senopati Negara Caruban Atau Cirebon

7
Dadan Wildan , Sunan Gunungjati (antara fiksi dan fakta) Pembumian Islam dengan
pendekatan struktural dan kulturan,2002 Bandung (Humaiora Utama Pers) h.284
51

datanglah bala tentara Demak yang dipimpin oleh panglima besar Padillah
Khan atau Faletehan. Demikian Sunan Gunung Jati mengutus nenatunya
itu agar memimpin tentara muslim untuk merebut negara Banten dan
Sunda Kelapa bawahan pasukan Pajajaran itu sebab anda adalah panglima
pertama dari pada senopati-senopati Demak. Berita rencana kedatangan
tentara Potrugis kesunda kelapa sudah diketahui oleh Sunan Gunung Jati
sehingga belai juga mengutus P. Cirebon (Panglima Besar Cirebon)
Adipati Keling untuk memipin bala tentara Cirebon berperang ke Banten
dan Sunda Kelapa. Bersama Senopati Padilah Khan.8
Sejak itulah Cirebon menjadi negara merdeka yang bercorak Islam.
walaupun sebelumnya para Wali Sanga dalam rangka ekspansi agama
Islamnya ke Cirebon telah dibentuk sebuah dewan Wali Sanga yang telah
diketuai oleh Sunan Ampel dan setelah Sunan Ampel wafat, dewan wali
sanga ini diserahkan oleh Sunan Gunung Jati sebagai ketuanya,Proses
inilah yang menjadikan Sunan Gunung Jati menjadi raja besar di Cirebon.9
Dari silsilah diatas, terdapat beberapa perbedaan nama dan
hilangnya urutan-urutan nama dari garis keturunan Syekh Sayyid
Muhammad ke atas. Karena pada dasarnya makna yang terkandung di
dalam silsilah di atas menunjukan adanya upaya legitimasi Syekh Sayyid
Muhammad sebagai orang yang mempunyai otoritas kekuatan sebagai raja
di desa Luwung. Maka munculnya silsilah ini merupakan ciri khas dari
cerita legenda yang menghubungkan keturunan seseorang dengan tokoh-
tokoh tertentu yang mempunyai tujuan tertentu pula, baik sebagai upaya
untuk mensucikan tokoh itu maupun melegitimasikan keberadaannya
sesuai dengan kedudukannya10.

3. Sejarah Munculnya Situs Syekh Sayyid Muhammad (Pangeran Luhung)


Setelah kerajaan pajajaran berdiri, semua kerajaan kecil di Jawa Barat
termasuk di wilayah Cirebon telah menjadi :kerajaan bawahan” Pajajaran.

8
Sulenrda Ningrat, Sejarah Cirebon, 1985 (Balai Pustaka)h. 101-102
9
Sulenrda Ningrat, Sejarah Cirebon, 1985 (Balai Pustaka)h.18-20
10
Sulenrda Ningrat, Sejarah Cirebon, 1985 (Balai Pustaka).h.199-200
52

Mereka diberikan hak otonomi yang cukup besar. Raja-rajanya diresmikan


oleh Maha Raja Pajajaran, mulai dari masa Prabu Siliwangi hingga
pengganti-penggantinya11
Namun sesudahnya kerajaan Pajajaran padam, Cirebon telah menjadi
kerajaan yang mempunyai wilayah kekuasaan yang cukup luas. Terutama
pada masa pemerintahan Sunan Gunung Jati, Cirebon adalah sebuah negara
besar yang aman dan sentosa.
Sunan Gunung Jati adalah penetap panatagama Rasul seluruh sunda
(Jajirah bekas Kerajaan Pajajaran) yang bersemayam di Keraton Pakung
Wati Cirebon bersama uwanya yaitu P. Cakrabuana yang bergelar Sri
Mangana. Cirebon disebut oleh para wali sanga sebagai negara Puser
Bumi.Sedangkan oleh rakyatnya disebut negara gede, lama-lama sebuatan
ini menjadi Gerage (Staf sejarah dan Kaprabonan Cirebon, 1972:9).
Sementara itu menurut Kartani sejarawan-budayawan Cirebon
(Wawancara 20 Oktober 2018.) mengatakan pada paro abad ke-15 di
Cirebon, kemungkinan besar Sunan Gunung jati mengutus P. Luhung
(Pangeran Seda Ing Garuda) untuk menyebarkan agama islam di wilayah
Cirebon Timur, tepatnya di desa Luwung (sekarang). Diceritakan pada
waktu itu Luwung adalah daerah yang keadaanya masih hutan belantara
yang dihuni oleh penduduk ber-etnis Sunda- Jawa dengan jumlah ± 10KK
dengan lamanya masa dan kegigihan Raja tersebut, Luwung berubah
menjadi sebuah desa yang berpenduduk mayoritas Islam.
Perjalanan sejarah menunjukan bahwa setiap masa pasti ada
berakhirnya, hal yang sama juga dialami oleh Syekh Sayyid Muhammad
(P.Luhung) seteanya berhasil mengislamkan wilayah kecamatan Mundu
(sekarang) kemudian beliau wafat dan dimakamkan bersama keluarganya di
desa Luwung.
Sebagai penghormatan yang paling besar dan berharga bagi pihak
keraton kepada segenap keturunan Sunan Gunung Jati, para auliya

Unang Sunarjo, Meninjau Sepintas Panggung sejarah Pemerintahan Kerajaan Cirebon,


11

1996(Bandung Tarsito) h.10


53

Masyayikh dan para sesepuh yang telah berjasa dalam menyebarkan agama
islam di Indonesia, khususnya di Cirebon, maka pihak keraton mengutus
beberapa orang-orangnya untuk melakukan pemeliharaan dan menjaga
makam-makam para pejuang agama itu. Sebab selain untuk dimuliakan dan
di do’a kan makam-makam tersebut sekaligus sebagai bukti adanya
peninggalan sejarah Islam masa lampau yang berorientasi di Cirebon,
makam-makam itu salah satunya adalah makam Syekh Sayyid
Muhammmad (P.Luhung) telah kita ketahui bersama bahwa Cirebon
terdapat tiga kesultanan yaitu: kesultanan kesepuhan, kanoman, dan
kacirebonan12. Diceritakan bahwa pada tahun 1915 kesultanan kesepuhan
mengutus R. Atmabrata (Joetara) agar memelihara, menjaga dan merangkap
sebagai kuncen pertama makam Syekh Sayyid Muhammad, sebab menurut
R. Ahmad Kosasi (wawancara 20 Oktober 2018) pihak kekeratonan Cirebon
mengakui para pejuang yang menyebarkan islam di Cirebon sebagai
keluarga famili keraton yang makamnya harus dipelihara, diziarahi serta
dimuliakan.
Pemujaan terhadap wali atau orang yang dimulikan dalah ritual yang
berlaku sejak lama dikalangan duni islam. Sejak pengaruh ibnu Taymiyah
dan muridnya Ibnu Qoyyim.
Mendunianya pemujaan wali dibahas oleh Goldziher, Patton, dan
Amold bahwa di Indonesia khususnya di Jawa, pemujaan wali atau ziarah
ke makam wali adalah ritual yang sangat lazim. Mengenai pemujaan wali di
Jawa dan hubungannya dengan tradisi umum masyarakatnya (dianggap dari
bagian ketakwaan). Ritual ini dilakukan sebagai pernyataan rasa hormat
kepada wali atau orang suci.13 (muhaimin AG, 2001: 227- 229) .
Seiring dengan lajunya waktu dan berkembangnya zaman, maka
makam Syekh Sayyid Muhammad (P.Luhung) banyak dikunjungi oleh
masyarakt untuk melakukan ziarah baik yang datang dari dalam maupun

12
Ahmad Zaeni Hasan, Perlawanan Ditanah Pengasingan (kiyai Abas Pesantren Bunten
dan bela negara) 2000. Jakrta Elsas. H7
13
Muhaimin AG, Islam Dalam Bingkai Budaya Lokal Potret dari Cirebon, 2001 Jakarta
Logos H.227-229
54

dari luar pulau Jawa. Dengan demikian, maka pada tahun 1965 makam
tersebut diresmikan oleh lembaga cagar budaya Cirebon dan Banten
dijadikan sebagai objek wisata / situs ziarah dan berkembang hingga
sekarang.
Adapun yang ditugaskan sebagai kuncen situs oleh Keraton Kesepuhan
adalah:
1. R.Atmabrata (Joetara) dari tahun 1915-1965
2. R.Bratawijaya (Soeleman) dari tahun 1965-2001
3. R Ahmad Kosasi (Kuwu Luwung) dari tahun 2001 sampai sekarang.

b. SitusMakam Pangeran Luhung sebagai peninggalan sejarah di desa


Luwung
Islam di Nusantara banyak meninggalkan sejumlah besar makam atau
komplek makam, sejak mulai dari Aceh sampai ke Ternate Tidore. Sebagaian
dai komplek makam tersebut, kususnya makam para Raja atau Sultan dan para
wali, lebih khusus lagi di jawa masih memperoleh perlakuan tertentu dari
sebagian masyarakat. Sebagain makam tersebut dianggap suci dan keramat, 14,
seperti halnya anggapan masyarakat desa Luwung terhadap makam Syekh
Sayyid Muhammad (Pangeran Luhung).
Desa Luwung adalah salah satu desa diwilayah Cirebon yang memiliki
nilai sejarah tinggi. Ddesa ini secara administratif terletak diwilayah
Kecamatan Mundu, dan strategisnya dapat meghubungkan antara kota Cirebon
dengan kota-kota lain diwilayah jwa tengah. Di desa ini terdapat sebuah
peninggalan sejarah Islam masa lampau yang sampai saat ini masih tetap
dirawat dengan baik dan dilestarikan. Peninggalan tersebut adalah situs Syekh
Sayyid Muhammad (Pangeran Luhung) yang keberadaanya sudah ada sejak
abad ke 16 san.
Menurut R.A Kosasi (wawancara 21 Oktober 2018.) menjelaskan
bahwa situs Syekh Sayyid Muhammad (Pangeran Luhung) yaitu merupakan
sebuah makam yang telah dipercayai masyarakat mengandung, keramat dan
14
Hasan Muarif Ambari, Menemukan Peradaban (Jejak arkeologis dan historis Islam
indonesia, 2001 Jakarta (Logos wacana ilmu)h.41
55

mistis yang cukup besar. Beliau juga dingggap oleh msyarakat setempat
sebagai pendiri desa tersebut.
Area situs Syekh Sayyid Muhammad (Pangeran Luhung) merupakan
sebuah komplek pemakaman yang dikelilingi oleh pagar yang terbuat dari
tumpukan bata. Didalam areal tersebur terdapat beberapa makam yang
menjadi peninggalan sejarah didwsa luwung yang urutannya adalah sebagai
berikut :
1. Makam Syekh Sayyid Muhammad (Pangeran Luhung) berada ditengah
areal pemakaman.
2. Makam Ratu Mas Purbasari (istri Syekh Sayyid Muhammad (Pangeran
Luhung) terletak didepan sebelah kiri makam Syekh Sayyid Muhammad
(Pangeran Luhung).
3. Makam P. Mertasari dan Dewi Tepa Sari anak Syekh Sayyid Muhammad
(Pangeran Luhung) terletak dibelakang sebelah kiri makam Syekh Sayyid
Muhammad (Pangeran Luhung).
4. Makam Empu Supa dan Empu Sura (utusan Kerajaan Majapahit) terletak
dibelakang masjid
5. Makam R.Atmabrata (Jotara Utusan Kesultanan Kasepuhan Cirebon)
Kuncen I
6. Makam R. Baratawijaya (Suleman, anak R.Atmabrata) Kuncen II
7. Makam keluarga besar masyarakat luwung
8. Makam para pengikut Syekh Sayyid Muhammad (Pangeran Luhung) dan
para pejabat masyarakat Luwung.
Selain makam-makam yang telah disebutkan diatas, pada kompleks
Syekh Sayyid Muhammad (Pangeran Luhung) terdapat beberapa
sekumpulan bangunan, baik yang sudah direnovasi namun yang belum,
yang berpusat dikomplek situs. Komplek bangunan dan makam tersebut
oleh masyarakat setempat dinakaman kompleks keramat Syekh Sayyid
Muhammad (Pangeran Luhung) atau Luwung blok Keramat.
Bangunan-bangang dilakukan oleh sunan yang terdapat disitus
Syekh Sayyid Muhammad (Pangeran Luhung) antara lain :
56

1. Masjid yaitu sebagai pusat penyiaran agama Islam yang dilakukan oleh
Syekh Sayyid Muhammad (Pangeran Luhung), merupakan tempat
ibadah masyarakat yang beragama Islam.namun sampai sekarang
bentuknya sudah mengalami pemugaran atau revovasi.
2. Pancaniti yaitu tempat yang dipakai untuk peristirahatan, musyawarah
dan selaligus dipakai untuk menerima tamu.
3. Serambi sutus yaitu tempat bermalamnya para peziarah yang datang
dari luar kota ataupun luar jawa untuk melakukan semedi atau nyepi
ritual disitus Syekh Sayyid Muhammad (Pangeran Luhung).
4. Makam Syekh Sayyid Muhammad (Pangeran Luhung) beserta
keluarga dan pengikut-pengikutnya sebagai pusat situs yang dipakai
para peziarah untuk berdoa dan berziarah.
Kehadiran bangunan-bangunan sejarah di atas merupakan bukti
adanya aktivitas sejarah yang dilakukan orang-orang terdahulu dalam
mengebarkan islam didesa tersebut. Berangkat dari alasan tadi dapat
dikatakan bahwa situs makam adalah sebagai wujud nyata dan menjadi
bukti fisik yang mengandung nilai sejarah bagi penduduknya. Hal ini telah
dikuatkan oleh adanya makam Syekh Sayyid Muhammad (Pangeran
Luhung) yang menjadi bukti utama peninggalan sejarah masa lampau di
desa Luwung.
Makam adalah salah satu aspek dalam subsistem agama dalam suatu
sistem budaya. Namun apabila ditinjau secara kajian arkeologis,
antropologis, kualitatif dan komprehensif dapat memberikan signifikansi
kesejarahan yang cukup memadai. Ini disebabkan antara lain, makam
adalah salah satu produk ideoteknok seningga keberagaman dan nilai-nilai
pada pranata makam akan mencerminkan keberagaman serta dapat
memberikan nilai-nilai sejarah dalam subsitem religi. Sebagai contohnya
yaitu terhadap makan sunan gunung jati.15Dari sana dapat memunculkan
bayak sekali aspek nilai sejarah dari berbagai macam prespektif dan

15
Hasan Muarif Ambari, Menemukan Peradaban (Jejak arkeologis dan historis Islam
indonesia, 2001 Jakarta (Logos wacana ilmu).h.103-104
57

paradigma para ahli tentang perjalanan sejarahnya dijawa barat khusunya


diCirebon.

C. Daya Tarik Situs Makam Pangeran Luhung (Syekh Sayyid Muhammad)


Kepercayaan masyarakat jawa terhadap benda-benda yang dianggap
memiliki nilai mistik dan keramat sudah mengkultur, mendarah peninggalan-
peninggalan bersejarah, serta diakui mengandung kekuatan mistik.
Dipercayainya peninggalan-peninggalan bersejarah oleh masyarakat memiliki
kekuatan mistik, disebabkan adanya mitos, cerita, legenda maupun sejarah
fiksi atau fakta yang diwariskan oleh generasi –generasi sebelumnya.
Sampai saat ini masyarakat jawa terutama beberapa komunitas muslim,
masih menunjukan kegemaran mereka terhadap mistik dan keramat. Hal
demikian tampak dengan jelas terhadap perilaku mereka yang telah
mengagung-agungkan para aulianya dan orang-orang suci dengan cara
mengunjungi makam-makam mereka sambil berharap barokah dan keramat
dari tokoh-tokoh tersebut. Perlakuakn itu bukan berarti masyarakat
mempunyai dua kepercayaan (syirik kepada Allah) tetapi para aulianya dan
orang-orang suci hanya sebatas perantara antara mereka dengan Allah saja.
Jadi permohonan masyarakat dalam masalah dunia atuapun akhirat hanya
sebagai legimitasi mereka terhadap para wali, karena para wali dekat dengan
Allah dan dipercaya memiliki karomah dan dapat memberikan berkah. Hal
inipun tidak terlepas dari kekuasaan Allah sebab Allah yang merupakan titik
sentral dari segala permasalahan dunia dan akhirat.
Begitu juga dengan situs Syekh Sayyid Muhammad (Pangeran Luhung)
diakui masyarakat sebagai peninggalan wali, karena didalam situs tersebut
terdapat makam keramat Syekh Sayyid Muhammad (Pangeran Luhung)
merupakan orang suci yang dekat dengan Allah dan dipercayai masyarakat
luwung sebagai wali Allah dimana makamnya memiliki keramat cukup tinggi
yang dapat memberikan bantuan rohani maupun jasmani.
Ketika penulis wewawancarai beberapa pengunjung yang datang dari
berbagai wilayah, penulis mendapatkan keterangan bahwa keberadaan situs ini
58

mempunyai nilai penting yang koheren atau saling mengikat dan dapat
meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar serta para peziarah. Ketiga nilai
tersebut yaitu nilai historis, nilai kramatis, dan nilai mistis.
Menurut Ust. Mohamad Nawawi, pengunjung asal Kalisapu
(wawancara selasa 26 Oktober 2018) mengatakan bahwa, keberadaan situs ini
tidak terlepas dari nilai sejarah penyebaran agama Islam di Cirebon dan juga
merupakan salah satu situs di cirebon yang memiliki kekuatan keramat dan
mistis yang cukup besar. Ia mengakui bahwa kunjungan sudah tiga kali ini dan
setiap kalinya hanya menjalankan ritual di makam Syekh Sayyid Muhammad
(Pangeran Luhung). Ritual yang dijalankan yaitu berpuasa satu hari satu
malam dengan buka satu kali ketika waktu magrib tiba selain itu juga ia
menjalankan wirid dan matigeni atau melek malam semua itu dilakukannya
demi untuk memenuhi kebutuhan spiritualnya, serta mencari ilham dari allah
lewat keramatnya Syekh Sayyid Muhammad (Pangeran Luhung). Menurutnya
dengan melakukan ritual dimakan Syekh Sayyid Muhammad (Pangeran
Luhung) akan mendapatkan ketentraman hidup melalui ilham tadi.
Berbeda dengan pendapat Bapak H. Subki pengunjung asal Lagon
Jakarta (wawancara 26 Oktober 2018) mengatakan bahwa keberaddan situs
ini untuk perantara mendekatkan diri kita kepada allah. Selain itu juga sebagai
perantara untuk meminta barokahdunia dan akhirat, bagi sipapa saja yang
mempercayai keramatnya. Salah satu motivasi terbesar dari kunjungannya itu
adalah meminta keramatnya Syekh Sayyid Muhammad (Pangeran Luhung)
agar penyakit yang dideritannya cepat sembuh. Ia percaya dengan
menjalankan rutual berpuasa dan mandi malam di sumur keramat Syekh
Sayyid Muhammad (Pangeran Luhung) penyakit jantung dan struknya dapat
disembuhkan. Ia juga menambahkan, setelah menjalakan ritual selama 5 hari
disitus kondisi kesehatannya telah mengalami kemajuan dari sebelumnya.
Sehingga hal ini yang menyebabkan ia lebih panatis lagi untuk mempercayai
mistik dan keramat yang terkandung pada situs tersebut. Menurutnya keramat
dan mistik bentuknya tidak bisa dilihat namun bisa dirasakan.
59

Sedangkan menurut Abdul Hanif asal Indramayu.(wawacara 26


Oktober 2018.) mngatakan bahwa keramat situs Syekh Sayyid Muhammad
(Pangeran Luhung) dapat emberikan barokah terhadap halayak masyarakat
yang berada disekelilingnya. Menurutnya ada hikmah dan barokah yang
diturunkan oleh allah terhdap makam-makam orang-orang suci dan makam
para aulia, sehingga barokah tersebut dapat pula dirasakan oleh kita yang
masih hidup.
Hal yang sama diungkapkan oleh Bapak Mui penduduk asli desa
Luwung blok Cantilan adalah termasuk salah satu orang yang panatis terhadap
kesakralan para wali, termasuk terhadap keramatnya Syekh Sayyid
Muhammad (Pangeran Luhung) menurutnya berdasarkan pengetahuan yang
diperoleh dari pengalaman-pengalamannya berziarah ditempat-
tempat/peninggalan-peninggalan para wali yang mengandung kaisat dan
mendatangkan barokah, dia mengakui dalam kehidupannnya selalu merasa
berkecukupan dan diberi barokah dari allah. Oleh karena itu ia percaya dan
panatis terhadap keramat yang terkandung di situs Syekh Sayyid Muhammad
(Pangeran Luhung) yang merupakan cucu dari Syeh Sarif Hidayatullah (Sunan
Gunungjati).
Bagi ibu Dede Endang Sulatri juga merupakan penduduk desa Luwung,
menyatakan bahwa mempercayai terhadap makna keramat atau hal-hal yang
berbau goib adalah suatu keharusan bagi kita umat Islam, asalkan
kepercayaanya masih berada pada garis iman taqwa. Menurut arwah para
leluhur yang dimuliakan seperti para nabi, para wali dan orang-orang suci
kuburannnya dipercaya dapat mendatangkan karomah serta dapat memberikan
barokah bagi kita yang masih hidup. Dengan demikian ibu Siti Maesaroh
secara pribadi memanfaatkan situs Syekh Sayyid Muhammad (Pangeran
Luhung) sebagai salah satu media untuk mempercayai sesuatu yang goib,
sehingga dapat mendekatkan dirinya kepada Allah.
Dari beberapa keterangan yang penulis dapatkan dari para penginjung,
ternyata keberadaan situs Syekh Sayyid Muhammad (Pangeran Luhung)
direspon masyarakat telah memiliki kekuatan keramat dan mistik yang besar
60

dan dipercaya dapat memberikan dampak bagi kehidupan manusia baik lahir
maupun batin.
Kepercayaan masyarakat terhadap keramat dan mistik mereka
ekspresikan melalui beberapa rutal dan tradisi masyarakat, sehingga diakui
atau tidak dimana situs itu berada, pasti mempunayi keterkaitan dengan tradisi
dan kebudayaan masyarakat yang menempatinya16
Melihat perilaku masyarakat yang penuh dengan kepercayaan terhadap
mistik dan keramat yang terkandung pada makam Syekh Sayyid Muhammad
(Pangeran Luhung) menunjukan bahwa mayoritas dari mereka telah merespon
dengan baik keberadaan situs tersebut. Hal demikian sejalan dengan pendapat
17
wood ward yang dikutp oleh Murtado yang menyatakan bahwa Islam
menurutnya adalah unik. Keunikannya terletak bukan pada kemampuannya
mempertahankan aspek-aspek budaya pra Islam, akan tetapi pada konsep-
konsep sufistiknya terhadap beberapa tema seperti kewalian, keramat, jalan
mistik dan kesempurnaan manusia yang diterapkan dalam pormulasi suatu
kultus Kraton. Dalam hal ini Penulis sepakat bahwa untuk memandang
penomena keberagaman di jawa, hanya teradisi sufisme dalam islamlah yang
bisa digunakan. Apalagi kalau melihat praktek-praktek ritual yang dilakukan
orang jawa, seperti praktek ritual sebagai usaha untuk mencari keselamatan,
laku-laku tertentu sebagai usaha untuk mencari kekuatan lebih pensucian diri
dan sebagainya yang merupakan contoh-contoh laku mistik. Terlepas dari
respon masyarakat tentang keberadaan situs Syekh Sayyid Muhammad
(Pangeran Luhung) menurut penulis perpaduan Islam dengan budaya Islam itu
sah-sah saja. Dasarnya terdapat pada keadah atau ketentuan dasar usul fiqih
yang menyatakan “adat itu dihukumkan” (AlAdah Muhakamah)atau lebih
lengkapnya adat dalam syariat itu dihukumkan (Al Adah Syariah Muhakamah)
artinya adat atau kebiasaan suatu masyarakat atau budaya lokalnya adalah

16
Hasan Muarif Ambari, Menemukan Peradaban (Jejak arkeologis dan historis Islam
indonesia, 2001 Jakarta (Logos wacana ilmu). h.33
17
Hasan Muarif Ambari, Menemukan Peradaban (Jejak arkeologis dan historis Islam
indonesia, 2001 Jakarta (Logos wacana ilmu) h.87-88
61

merupakan salah satu sumber hukum dalam islam dengan cacatan adat
tersebut tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam.

Anda mungkin juga menyukai