Anda di halaman 1dari 11

RESUME

INSTRUMENTASI TEHNIK SCTP + MOW PADA KLIEN NY. H (41


tahun) DENGAN G4P2002 Ab100 gr 38-39 mgg + HT Kronis
DI KAMAR OPERASI 5 (OBGYN)

Oleh :
ERLISTYA LUTFI UNTARI

PELATIHAN INSTRUMENTATOR KAMAR OPERASI


RUMAH SAKIT DR. SAIFUL ANWAR MALANG
2015
I. PENGERTIAN
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina.
Etiologi dari operasi ini adalah kelainan dalam bentuk janin (bayi terlalu
besar, gawat janin, janin abnormal, kembar), kelainan panggul, hambatan
jalan lahir (Denise, 2006).
Teknik Instrumentasi Sectio Caesarea Trans Peritonealis (SCTP)
merupakan suatu tindakan instrumentasi untuk membantu persalinan
(persalinan buatan) dengan cara janin dilahirkan melalui insisi dinding
perut dan dinding rahim dimana berat janin diatas 500 gram.
MOW ( Metode operasi wanita) / tubektomi adalah tindakan
penutupan terhadap kedua saluran telur kanan dan kiri, yang menyebabkan
sel telur tidak dapat melewati sel telur, dengan demikian sel telur tidak
dapat bertemu dengan sperma laki-laki sehingga tidak terjadi kahamilan.

II. INDIKASI SC
 Power
Yang memungkinkan dilakukan operasi caesar, misalnya daya
mengejan lemah, ibu berpenyakit jantung atau penyakit menahun lain
yang mempengaruhi tenaga.
 Passanger
Diantaranya, anak terlalu besar, anak “mahal” dengan kelainan letak
lintang, primi gravida diatas 35 tahun dengan letak sungsang, anak
tertekan terlalu lama pada pintu atas panggul, dan anak menderita
fetal distress syndrome (denyut jantung janin kacau dan melemah).
 Passage
Kelainan ini merupakan panggul sempit, trauma persalinan serius
pada jalan lahir atau pada anak, adanya infeksi pada jalan lahir yang
diduga bisa menular ke anak, umpamanya herpes kelamin (herpes
genitalis), condyloma lota (kondiloma sifilitik yang lebar dan pipih),
condyloma acuminata (penyakit infeksi yang menimbulkan massa
mirip kembang kol di kulit luar kelamin wanita), hepatitis B dan
hepatitis C.
(Dewi Y, 2007, hal. 11-12)

III. PERSIAPAN LINGKUNGAN


1. Mengatur dan mengecek fungsi mesin couter, mesin suction, lampu
operasi, meja operasi, meja instrument dan meja mayo
2. Memasang doek dan underpad on pada meja operasi,memasang doek
steril pada meja instrument, sarung meja mayo, mempersiapkan linen
steril dan instrument yang akan digunakan
3. Menempatkan tempat sampah pada tempat yang sesuai sehingga
mudah digunakan
4. Menyiapkan peralatan on steril untuk posisi pasien ( bantal,
doekenboo, armbod )
IV. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
2. Kondisi fisik dan psikis
3. Kelengkapan alat instrument

V. PERSIAPAN PASIEN
1. Pasien di persiapkan dalam kondisi bersih dan menggunakan pakaian
khusus masuk kamar operasi
2. Pasien menanggalkan semua perhiasan yang di pakai
3. Persetujuan tindakan operasi
4. Pasien diposisikan pada posisi supinasi di meja operasi
5. Memasang arde atau plat diatermi pada betis kanan pasien
6. Mencuci area yang akan di lakukan insisi dengan povidone iodine

VI. PERSIAPAN ALAT


A. Instrumentasi Pada Meja Mayo
1. Doek Klem :5
2. Disinfeksi klem :1
3. Pinset Anatomi :2
4. Pinset Chirurgi :2
5. Gunting Metzenboum :1
6. Gunting Kasar :1
7. Handvast Mess No.22 :1
8. Klem Mosquitto :2
9. Klem Pean bengkok Sedang :2
10. Klem pean bengkok besar :2
11. Kocher Sedang :2
12. Nald Voeder :2
13. Gunting Benang :1
14. Klem Peritonium :4
15. Ring klem :2
16. Langen Beck :1
17. Hak Berdaun Dalam :1
18. Bebcook :1
19. Jarum body round :1
20. Jarum body cutting :1

B. Instrumentasi Pada Meja Instrument


1. Handscoen Steril : secukupnya
2. Doek Besar :3
3. Doek Panjang :2
4. Doek Kecil :3
5. Skort Operasi (gown) :5
6. Handuk Steril :5
7. Kassa : 20
8. Deppers :5
9. Bigkas :3
10. Cucing Disinfektan :1
11. Bengkok Sedang :2
12. Kom Berisi Cairan NaCL 0,9 % :1

C. Di Washkom
1. Kabel Couter :1
2. Selang Suction :1

D. Alat Non Steril


1. Lampu Operasi :1
2. Meja Operasi :1
3. Mesin Suction :1
4. Mesin Couter :1
5. Tempat sampah :1

E. BHP (Bahan Habis Pakai)


1. Handscoen Steril no. 6,5 / 7 / 7,5 :3/1/1
2. Mess no.22 :1
3. NaCL 0.9% : 1 ltr
4. Povidon Iodine 10% : sesuai kebutuhan
5. Deepers / Kassa / Bigkas : 5 / 20 / 10
6. Sufratule :1
7. Underpad Steril / Non Steril : 3/ 2
8. Spuit no. 10 :2
9. Towel :1
10. Hipavik : sesuai kebutuhan
11. Urobag :1
12. Kateter no.16 :1
13. T suture pack :
 T cromic no.2 :1
 T vio no.1 :1
 T plain no.1 :1
 T mono no.3/0 :1
VII. INSTRUMENTASI TEKNIK
1) Pasien datang di ruang premedikasi, mengecek kelengkapan pasien
2) Menulis identitas pasien di buku register dan buku kegiatan
3) Saat pasien berada di ruang premedikasi, lakukan proses sign in
sebelum dilakukan induksi anestesi, meliputi:
 Konfirmasi identitas, area operasi, tindakan operasi, dan lembar
persetujuan operasi.
 Kesiapan mesin anestesi dan obat-obatannya
 Penandaan area operasi
 Kesiapan fungsi pulse oksimeter
 Riwayat alergi pasien
 Adanya penyulit airway atau resiko aspirasi
 Resiko kehilangan darah
4) Bawa masuk pasien kemudian posisikan pasien di atas meja operasi
dengan posisi supinasi.
5) Pasien dibius oleh dokter anestesi
6) Pasang plat diatermi di betis kanan pasien
7) Perawat sirkuler memasang kateter pada pasien
8) Perawat sirkular melakukan scrub area operasi dengan isodine cair /
savlon dan di keringkan dengan kassa atau duk kecil steril
9) Instrumentator melakukan scrubing, gowning, dan gloving
10) Instrumentator membantu tim bedah melakukan gowning dan gloving
11) Perawat instrumen memberikan desinfeksi klem dan cucing yang
didalamnya telah diberi deppers dan povidon iodine pada operator
untuk desinfeksi dengan povidone iodine dan deppers yang telah
dituang perawat sirkuler ke dalam cucing
12) Lakukan draping area operasi,dengan memberikan:
 Underpad steril 1 pada bagian atas simpisis dan paha
 Doek besar tebal 1 pada bagian bawah
 Doek besar tebal 1 pada bagian atas
 Doek panjang 1 pada samping kanan
 Doek panjang 1 pada samping kiri
 Doek kecil 1 pada bagian bawah
 Fiksasi doek dengan doek klem (4)
13) Pasang kabel couter dan selang suction, kemudian jadikan satu dengan
kasa
14) Fiksasi kasa pada kabel couter dan selang suction ke duk
menggunakan doek klem dan cek fungsi kelayakan alat.
15) Mendekatkan meja mayo, meja instrumen dan washkom ke meja
operasi
16) Lakukan time out sebelum dilakukan insisi, meliputi:
 Konfirmasi pengenalan nama dan tugas masing-masing tim bedah
 Konfirmasi nama pasien, jenis tindakan, dan area yang akan
dioperasi
 Pemberian antibiotik profilaksis 60 menit sebelum operasi.
 Antisipasi kejadian kritis yang berkaitan dengan operator, anestesi
maupun instrumen.
 Penggunaan instrumentasi radiologi
Dan operator memimpin do’a.
17) Berikan pinset chirurgi kepada operator untuk test pain.
18) Berikan pinset cirugis dan handvast mess no 22 dalam bengkok pada
operator untuk insisi.
19) Berikan kassa, klem dan cother untuk rawat perdarahan
20) Setelah kulit dan lemak di insisi, berikan pinset cirurgis pada asisten,
dan gunting kasar, pinset cirurgis pada operator untuk membuka fasia
dan di lebarkan sampai ke otot.
21) Pada lapisan otot, di buka dengan tangan operator secara tumpul
22) Berikan double pinset anatomis & gunting metzenboum pada operator
dan asisten untuk membuka Peritoneum
23) Setelah rongga abdomen terbuka tampak uterus gravidarium berikan
hak besar dan bigkaas,
24) Berikan pincet cirurgis dan gunting metzenboum pada operator.
Berikan kokher pada asisten ini untuk melakukan bladder flap.
( dengan cara menjepit pada 1 cm diatas plica vesika urinaria lalu
dilebarkan dengan gunting metzenboum kearah kanan dan kiri)
25) Memberikan handvast mess no. 22 pada operator untuk menginsisi
uterus dan suction perdarahan. Insisi dilakukan sampai terlihat
kantong amnion yang masih utuh.
26) Memberikan 1 kocker pada operator untuk membuka kantong amnion
dan 1 big kass yang telah dibasahi NS
27) Perawat instrumen menyingkirkan semua alat dan kassa kecil di
sekitar lapangan operasi sebelum bayi dilahirkan
28) Suction perdarahan dan cairan ketuban, operator meluksir kaki kiri,
bokong, kaki kanan dan kepala dan asisten mendorong fundus uteri.
29) Setelah bayi dilahirkan lap muka bayi dengan bigkaas basah dan
berikan 2 klem pean bengkok besar pada operator untuk menjepit tali
pusat setelah itu berikan gunting kasar untuk memotong tali pusat
diantara kedua klem.
30) Memberikan bayi kepada petugas bayi oleh operator
31) Operator melakukan peregangan dengan memegang klem pean pada
tali pusat hingga plasenta dapat dikeluarkan
32) Memberikan 1 ring klem pada operator untuk membantu
mengeluarkan sisa plasenta dan eksplorasi cavum uteri terdapat
perdarahan dan sisa placenta
33) Meletakkan plasenta pada bengkok dan pindahkan pada tempat
plasenta
34) Berikan 4 ring klem untuk menjepit uterus atas, bawah, kanan, kiri.
35) Memberikan nald foder dan benang T-Chromic no.2 dan pinset
chirurgis untuk menjahit sudut uterus dan uterus selanjutnya
- Lapis 1 : Endometrium sampai myometrium
- Lapis 2 : Myometrium sampai perymetrium atau retro
36) Memberikan steel deepers (kassa kering bersih, di lipat dan dijepit
dengan ring klem) secukupnya untuk rawat perdarahan
37) Memberikan nald foder + benang T-Vio no.1 + pinset chirurgis pada
operator untuk menjahit cross/engkle pada uterus
38) Memberikan pada asisten steel deepers + suction untuk rawat
perdarahan
39) Setelah selesai menjahit uterus,operator mengidentifikasi tuba.
40) Berikan pada operator bebcook untuk memegang tuba, klem pean
tanggung untuk menjepit tuba pada sisi sebelah bebcook.
41) Berikan nald voeder + benang T plain no.0 untuk menjahit tuba pada
sisi sebelah klem dan berikan gunting kasar untuk memotong benang.
Lepaskan klem dan gunting tuba dengan gunting kasar pada daerah
bekas klem (daerah yang avaskuler)
42) Lakukan pada sisi yang lain.
43) Berikan peritoneum klem 4 untuk menjepit peritoneum atas, bawah,
kanan dan kiri.
44) Berikan suction kepada asisten, steel deep pada operator dan berikan
kom berisi NaCL 0,9% hangat untuk mencuci rongga perut dan untuk
mengecek adanya perdarahan. Jika sudah diyakini tidak ada
perdarahan,
45) Lakukan sign out, meliputi:
 Jenis tindakan
 Kecocokan jumlah instrumen, kassa, dan jarum sebelum dan
sesudah operasi
 Label pada spesimen
 Permasalahan pada alat yang digunakan
 Perhatian khusus pada masa pemulihan
46) Jahit luka abdomen lapis demi lapis:
 Peritonium dan otot dengan T-plain no. 1
 Berikan 2 kocher untuk menjepit kedua sudut fasia, jahit Fasia
dengan T-vio no. 1
 Fat dengan T-plain no. 1
 Kulit dengan T-mono no. 3/0
47) Bersihkan luka bekas sayatan dan sekitarnya dengan kassa basah lalu
keringkan dengan kasa kering. Tutup luka dengan sufratul dan tutup
lagi dengan kasa steril, fiksasi dengan hypafik.
48) Berikan cucing berisi povidon iodin & deppers pada operator untuk
membersihkan vagina pasien ( VT: untuk memastikan adanya
pembukaan porsio untuk mengeluarkan sisa-sisa perdarahan/ locea)
49) Operasi selesai, pasien dibersihkan dan dirapikan dengan memasang
underpad, gurita dan kain panjang, dan pasien dibawa ke RR
50) Inventarisasi alat-alat yang telah dipakai dan hitung bahan habis pakai
51) Catat pemakaian alat dan bahan habis pakai pada lembar depo
52) Rapikan dan cuci alat instrumen yang telah dipakai,set alat dan
bersihkan ruangan

PEMBIMBING
OK 5 OBGYN

(………………………………….)

Anda mungkin juga menyukai