Gangguan muskuloskeletal pada anak dan remaia adalah lazim, jang tungkai (humerus, radius-ulna, femur, dan tibia{ibula) mempunyai
dan dokter anak biasanya merupakan dokter pertama yang dimintai lempeng pertumbuhan atau fisea pada setiap ujungnya Masing-
nasehat. Banyak dari gangguan ini dapat ditangani dengan aman dan masing akan sedikit banyak turut mempengaruhi pertumbuhan longitu-
efektif oleh dokter anak asalkan diagnosis yang tepat dapat ditegak- dinal tulang individu, juga tungkai, melalui proses yang disebut ossl/l-
kan. Diagnosis banding gangguan muskuloskeletal pediatrik luas dan kasi endokondral. Ujung-ujung setiap tulang panjang tersusun dari
melibatkan semua kategori diagnostik: kongenital, perkembangan, di- epifisis. Ujung-ujung ini ditutup oleh kartilago artikuler dan membentuk
dapat, infeksi, neuromuskuler, neoplastik, luga psikogenik. Bab ini sendi yang sesuai. Epifisis pada mulanya hampir seluruhnya kartilagi-
memberi informasi dasar yang relevan terhadap gangguan yang lebih nosa dan kemudian secara progresif semakin tua menjadi lebih bertu-
lazim dan menekankan peran dokter anak dalam membuat diagnosis lang. Kartilago artikuler luga mempunyai potensi pertumbuhan, yang
yang tepat. Neoplasma (benigna dan maligna), infeksi (osteomielitis turut menyebabkan pertumbuhan epifisis. Cincin perikondria, yang
dan artritis septik), dan gangguan neuromuskuler (serebral palsi, mielo- mengelilingi lempeng fisea, juga perikondrium sekeliling epifisis dan
displasia, dan distrofi muskularis) disajikan pada bab lain. periosteum, yang mengelilingi metafisis dan daerah diatisis iulang, tu-
Sebelum anak yang memiliki masalah ortopedi mulai dievaluasi, rut menyebabkan pertumbuhan aposisional atau melingkar.
kita harus mempunyai pengertian dasar tentang pengaruh-pengaruh Tulang tanpa lempeng fisea, seperti pelvis, skapula, karpal dan tu-
posisi dalam uterus, mekanisme terjadinya pertumbuhan muskulo- lang tarsal, tumbuh dengan pertumbuhan tulang sebelah menyebelah
skeletal normal dan hubungan antara pertumbuhan, maturasi neurolo- dari perikondrium dan periosteum sekelilingnya. Tulangtulang lain, se-
gis, dan perkembangan normal kejadian-kejadian penting. perti metakarpal, metatarsal, falang, dan spina, tumbuh dengan kombi-
POSISI DALAM UTERUS. Pada bayi baru lahir, kesan posisi da- nasi osifikasi sebelah menyebelah dan endokondra.
lam uterus dapat nyata dan dapat dikira sebagai kelainan. Posisi dalam Trauma, infeksi, defisiensi nutrisi (rakitis), penonjolan laringan lu-
uterus menimbulkan kontraktur pada sendi dan otot dan mempenga- nak, kesalahan metabolisme bawaan (mukopolisakaridosis, mukolipi-
ruhi torsi tulang paniang, terutama ekstremitas bawah' Bayi baru lahir dosis, penyakit Gaucher, dan gangguan kartilago serta sintesis kartila-
cukup bulan normalnya mengalami 20-30 derajat kontraktur fleksi ping- go), dan proses metabolik lain, menghasilkan perubahan yang ber-
gul dan lutut. Keadaan ini sembuh pada umur 4-6 bulan. Pinggul bayi beda dalam fungsi pertumbuhan tertentu.
baru lahir berotasi 80-90 derajat ke arah eksterna dan berotasi interna KEJADIAN-KEJADIAN PERKEMBANGAN YANG PENTING.
terbatas sampai O-10 deraiat. Tungkai bawah seringkali mengalami ro- Maturasi neurologis, ditandai oleh terjadinya kejadian-kejadian penting
tasi ke dalam (torsi tibia lnterna), dan kaki bersupinasi dari tepi medi- neurologis pada interval yang teratur, adalah penting untuk perkem-
alnya, terbungkus sisi posterolateral paha yang berhadapan' Uiung bangan muskuloskeletal normal. Kejadian-keiadian pergerakan yang
kaki pada posisi dalam'uterus dapat menunjukkan lebih banyak peru- penting meliputi duduk bebas pada umur 6 bulan, atau merangkak
bahan daripada pangkal kaki. Muka dapat juga berubah, sedang spina pada umur 9 bulan, berjalan tanpa bantuan pada umur 12-15 bulan,
dan tungkai atas kurang terpengaruh oleh posisi dalam uterus. Kare- dan lari pada umur 18 bulan (lihat Bab 11). Ada hubungan yang khas
nanya, pengaruh posisi dalam uterus pada mulanya fisiologis, tetapi antara bentuk skelet dan fungsi motor kasar. Setiap proses yang me-
dapat menimbulkan kekuatiran orang tua. Anak mungkin berumur 3-4 nimbulkan kelainan neurologis dapat secara sekunder menyebabkan
tahun pada saat pengaruh posisi dalam uterus sembuh sempurna. keterlambatan dalam perkembangan kejadian-kejadian penting dan
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN. Setiap komponen sis- perubahan pertumbuhan skelet normal.
tem skeletal individu tumbuh melalui berbagai mekanisme. Tulang pan-
622 . Evaluasi Anak 2329
T Bee 622
Evaluasi Anak
TABEL 622-2. Diagnosis Banding Pincang tuk memungkinkan mengamati tungkai bawah dan badannya
selama berjalan.
PINCANG. Pincang digolongkan menjadi yang nyeri (antal-
gik) atau tidak nyeri (gaya berjalan Trendelenburg) berdasar-
kan lama fase berdiri. Pada gaya berjalan yang nyeri, fbse
berdiri pendek karena anak mengurangi waktu yang digunakan
pada tungkai yang nyeri. Pada gaya berjalan tidak sakit, yang
merupakan petunjuk adanya kelemahan otot proksimal atau
ketidakstabilan pinggul, fase berdiri sama antara sisi yang pin-
cang dan yang tidak pincang, tetapi anak akan membungkuk
atau menggeser pusat gravitasi pada tungkai yang pincang un-
tuk keseimbangan. Jika gangguannya bilateral, gangguan ini
akan menimbulkan goyangan gaya berjalan. Diagnosis ban-
ding pincang adalah luas. Sebagian besar penyebab melibat-
kan tungkai bawah, tetapi harus diingat bahwa gangguan
spinal, terutama medula spinalis atau gangguan saraf perifer,
dapat juga menghasilkan ketimpangan dan kesukaran berjalan.
Gaya berjalan yang nyeri terutama adalah akibat trauma, in-
feksi, neoplasia, dan gangguan rematologis. Gaya berjalan
Trendelenburg biasanya karena gan g guan kon genital, gan-q gu-
an selama masa perkembangan, atau gangguan otot. Dengan
demikian, gaya berjalan antalgik merupakan proses akut, se-
r;l
mu*der ',:,
P hi ladelphia. WB Saunde rs.
,, ;' osb!g!j9_Iiti;,,, Falsi*diebral.,
pinfilt$:iilliiir
ftl
;r rilLil b'Unyii;',;.';' j!i:r ,:,.
ri,i1t,t',F,$.$i i
adalah masa waktu saat salah satu dari dua kaki ada pada il;,,,,rNg.gpla$in=r::;,r :; ;::;:.
nl$loEasirpinssp
, :,.
tanah. Fase berjalannya adalah bagian dari siklus gaya berjalan h{a*amak, ';
i :,.,kifeksj.,..::=:,,t, :
dewasa.
Gangguan gaya berjalan yang lazim meliputi pincang (an- PLCP = Penyakit Legg-Calve-Perthes; IRA = artritis renatoid juvenil;
SCFE = slipped capital femoral epipltl,sis; DDH = displasia perkenthangan
talgik dan Trendelenburg), variasi torsi (ari kaki ke dalam dan pinggul; (-) = tidak ada; (+) = ada.
jari kaki ke luar), dan berjalan dengan jari kaki. Dalam meng- Dari Thompson GH: Gangguan gaya berjalan. In: Kliegrnun RM, Niedler
evaluasi gangguan gaya berjalan, penting mengamati anak ML, Super DM (eds): Practical Strategies of Pediatrics Diagrutsis and Theru
yang sedang berjalan dan lari. Anak harus,cukup telanjang un- py. Philudelphia. WB Saunders. in pres.s.
622 r Evaluasi Anak 2331
TABEL 622-4.Penyebab Jari Kaki Ke dalam dan Jari Kaki Ke luar lainan medula spinalis, (2) kontraktur tendon-Achilles konge-
nital, (3) ketidaksesuaian panjang kaki, dan (4) kebiasaan.
Evaluasi Neurologis. Sesudah pemeriksaan muskuloskele-
tal, evaluasi neurologis yang cermat harus dilakukan. Evaluasi
ini harus meliputi uji kekuatan otot,'penilaian sensoris, dan
evaluasi refleks tendon dalam dan refleks patologis, seperti
Babinski. Temuan-temuan negatif dan positif harus direkam
untuk rujukan yang akan datang. Bagian dari evaluasi neurolo-
Dari Thompson GI'I: Pediatric orthopedics (spine, hips lower extremities'
andJbet). In: Marcus RE (ed): Orthopedics. Los Angeles. Prrtctice Manage- gis harus juga meliputi penilaian spina. Ini meliputi adanya
ment Information Corporation. l99I, pp 209-300 deformitas seperti skoliosis atau kifosis juga mobilitas spinal.
Kemampuan anak menekuk ke depan dan bergerak berla-
wanan dengan lordosis lumbal normal merupakan tanda mo-
bilitas yang normal. Daerah nyeri dan spasme otot ditentukan
dang gaya berjalan Trendelenburg adalah kronis. Diagnosis dengan palpasi.
banding pincang disajikan pada Tabel 622-2 dan sebab-sebab PENILAIAN RADIOGRAFI. Radiografi adalah metode utama
menurut umurnya padaTabel 622-3. untuk mengevaluasi sistem .muskuloskeletal pediatri. Hal ini
Vnnnst ToRst. Variasi torsi, jari kaki ke dalam dan jari kaki meliputi baik radiografi rutin maupun prosedur khusus seperti
ke luar, adalah gangguan gaya berjalan paling lazim yang me- sken teknitium tulang, tomografi komputasi (CT), foto reso-
nyebabkan orang tua bertanya pada dokter anaknya (lihat Bab nansi magnetik (MRD, dan ultrasonografi.
624). Banyak yang tidak memerlukan pengobatan karena ke-
Radiografi Rutin. Ini
merupakan langkah pertama dalam
lainan ini pada dasarnya fisiologis dan akan membaik serta
mengevaluasi gangguan muskuloskeletal pada kebanyakan pa-
sembuh pada pertumbuhan dan perkembangan nonnal. Na-
sien anak. Radiografi rutin terdiri dari pandangan anteroposte-
mun, gangguan ini menimbulkan kekuatiran yang berarti dan
rior dan lateral sendi, tulang, dan daerah yang terkena. Pan-
dokter anak perlu memahami secara jelas mengenai penyebab
dangan pembanding sisi yang berhadapan, jika tidak terkena,
dan riwayat alamiahnya untuk meyakinkan'keluarga secara te-
dapat membantu pada situasi yang sukar tetapi biasanya tidak
pat. Penyebab yang lazim jari kaki ke dalam dan jari kaki ke
perlu atau tidak dilakukan secara rutin. Tipe radiografi untuk
luar disajikan pada Tabel 622-4. Penting disadari bahwa jari
setiap daerah anatomi dibahas pada seksi pada gangguan spe-
kaki ke dalam dan ke luar tidak berarti kelainan kaki tetapi
sifik.
hanya arah kaki selama berjalan. Penyebab variasi torsi dapat
terjadi dari proksimal (pinggul) ke distal (kaki) pada tungkai Sken Tulang Teknitium. Ini terutama berguna pada penilai-
yang terlibat. Beberapa penyebab, seperti kaki pekuk (c/ab- an lesi tersembunyi bila hasil radiografi rutin normal. Indikasi
yang lazim untuk sken tulang meliputi (1) artritis septik awal
foot), jelas, sedang yang lain dapat tidak kentara'
Benln-lH Jttur. Berjalan jinjit atau gaya berjalan ekuinus atau osteomielitis; (2) tumor seperti osteoma osteoid; (3) lesi
adalah salah satu dari penyebab gangguan gaya berjalan yang metastatik; (4) fraktur tersembunyi seperti fraktur tibia pada
sangat jarang. Gaya ini dapat merupakan temuan normal pada anak usia belajar jalan; dan (5) gangguan radang. Sayangnya
anak sampai umur 3 tahun. Berjalan jinjit yang menetap atau kadar radiasi tinggi, dan sken ini harus dilakukan hanya bila
berjalan clengan jari kaki yang didapat pada umur yang lebih perl u.
tua dianggap abnormal dan memerlukan evaluasi yang cermat' Tomografi Terkomputasi (CT). Pemeriksaan korona dan
Penyebab yang lazim berjalan jinjit unilateral atau bilateral potong lintang aksial dengan CT dapat bermanfaat dalam me-
terdapat pada Tabel 622-5. Diagnosis banding untuk berjalan ngatasi gangguan spina, pelvis, dan kaki yang kompleks. Cara
jinjit persisten atau didapat adalah (1) gangguan neuromusku- ini memungkinkan visualisasi anatomi tulang dan hubungan
ler seperti palsi serebral, distrofi muskularis Duchene, atau ke- tulang dengan struktur yang bersebelahan, yang tidak dapat di-
iakukan dengan radiografi rutin.
Pencitraan Resonansi Magnetik (MRl). Ini mencegah radiasi
pengion dan dianggap tidak menimbulkan pengaruh yang ber-
TABEL 622-5, Penyebab Lazim Berjalan dengan Jari Kaki (Gaya bahaya secara biologis. Cara ini menghasilkan gambaran ana-
Berjalan Equinus)
tomi sistem muskuloskeletal yang sangat baik, termasuk me-
dula spinalis dan otak. Foto ini terutama berguna untuk lesi ja-
ringan lunak, yang memungkinkan pembedaan antara berbagai
otot dan kelompok otot. Struktur kartilago dapat divisualisasi
dan bahkan dibedakan berdasarkan bentuknya; kartilago ar-
tikuler lutut dapat dibedakan dari fibrokartilago meniskus.
MRI dapat amat membantu dalam memvisualisasikan sendi
yang tidak terosifikasi, seperti yang terjadi pada bahu, siku,
dan pinggul bayi muda. MRI dapat juga membedakan peru-
DDH = Displasia perkembangan pinggul (developmental dysplasia of the bahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada sumsum tulang
hip.
Dari Thompson GH: Gait disturbance. In: Kliegman RM, Niedler ML, Su- yang berkenaan dengan umur dan penyakit seperti nekrosis
per DM (eds): Practical Stralegic of Pediatric Diagnosis and Therapy, Phila' avaskuler. Pada anak, MRI dapat sangat berguna pada evaluasi
delphia, WB Saunders, in Press. (1) nekrosis,tulang avaskuler, terutama epifisis kaput femoris
2332 BAGIAN XXXII I Gangguan Tulang dan Sendi
Forero N, Okamura LA, Larson MA: Normal ranges of hip motion in neo-
atau kaput femoris; (2) tulang dan neoplasma jaringan lunak; nates. J Pediatr Orthop 9:391, 1989.
(3) kelainan intraartikuler sendi lutut; dan (4) penilaian kelain- Hall TR, Kangarloo H: Magnetic resonance imaging of the musculoskeletal
an intraspinal. system in children. Clin Orthop 244:199,1989.
Ultrasonografi. Evaluasi ultrasonografi semakin banyak di- Harcke HT, Grissom LE, Finkelstein MS: Evaluation of the muskuloskeletal
system with sonography. AJR 150:1253, 1988.
gunakan pada ortopedi pediatri. Seperti dengan sken MRI,
Harcke HT, Kumar SJ: Current concepts review: The role of ultrasound in the
cara ini tidak memiliki bahaya radiasi ionisasi, tidak menggu- diagnosis and management of congenital dislocation and dysplasia of the
nakan bahan kontras, dan tidak ada pengaruh berbahaya secara hip. J Bone Joint SurgT3A:622, 7991.
biologis, serta dapat diulang sesering diperlukan. Perlengkap- Jones ET: Use of the computed axial tomography in pediatric orthopaedics. J
Pediatr Orthop I :329. 1981.
annya ringkas tetapi relatif mahal. Sken dapat diperoleh pada
Scoles PV (ed): Pediatric Orthopedics in Clinical Practice, 2nd ed. Chicago,
setiap bidang. Kerugian ultrasonografi adalah: tulang tidak Year Book Medical Publishers, 1988.
tertembus oleh gelombang suara, (2) fotostatik sukar diinter- Sutherland DH, Olsten R, Cooper L, et al: The development of gait. J Bone
pretasi, dan (3) hasilnya sangat tergantung operator. Indikasi Joint Surg 62A:336,1980. Thompson GH: Gait disturbances, 1n: Kliegman
RM, Nieder ML, Super DM (eds): Practical Strategies in Pediatrics Diagno-
utama untuk ultrasonografi adalah (1) pemeriksaan obstetri,
sis and 1'herapy. Philadelphia, WB Saunders, in press.
ekstremitas dan spina; (2) displasia perkembangan pinggul; (3)
efusi sendi; (4) disrafisme spinal neonatus tersembunyi; (5)
benda asing padajaringan lunak; dan (6) kista poplitea lutut.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM. Kadang-kadang pemerik-
saan hematologis diperlukan dalam evaluasi sistem muskulo-
skeletal pediatri. Hal ilni meliputi hitung darah total, laju en-
dap darah, dan protein C-reaktif untuk gangguan infeksi, se-
I Bne 623
perti artritis septik, atau osteomielitis. Faktor rematoid, anti-
bodi antinuklear, dan antigen 827 leukosit manusia diperlukan Kaki dan Jari Kaki
pada anak clengan gangguan yang dicurigai rematologi. Kreati-
nin fosfokinase, aldolase, serum glutamin-oksaloasetat trans-
aminase, dan uji distrofin terindikasi pada anak yang dicurigai
mengalami gangguan otot serat lintang seperti distrofi musku-
laris Duchenne atau Becker. Kaki dan jari kaki penting untuk berdiri dan berjalan' Ke-
BERBICARA DENGAN ORANG TUA. Berbicara secara efek- lainan yang mengenai kaki dapat menimbulkan nyeri dan pe-
tif dengan orang tua anak mengenai masalah muskuloskeletal makaian sepatu yang abnormal serta berpengaruh buruk pada
sangat penting serta menantang. Banyak masalah normal atau fungsi. Kaki berartikulasi dengan ujung bawah tibia. Sendi
variasi fisiologis, akan sembuh bersama dengan pertumbuhan pergelangan kaki adalah sendi kotak, yang memungkinkan
dan perkembangan dan hanya memerlukan observasi. Ini teru- kaki bergerak dorsofleksi dan plantarfleksi tanpa berotasi. Ta-
tama berkenaan dengan variasi torsi tungkai bawah, yang da- lus berartikulasi dengan ujung distal tibia. Tumpuan berada
pat menimbulkan kecemasan yang berarti pada orang tua dan pada maleolus medialis tibia dan maleolus lateralis fibula dis-
kakek-nenek. Membentuk hubungan yang kuat dengan keluar- tal. Kaki dibagi menjadi tiga regio: kaki belakang, kaki te-
ga merupakan komponen penting pada hubungan penderita- ngah, dan kaki depan. Jari kaki merupakan bagian dari kaki
keluarga-dokter. Penanganan aktif terindikasi bila gangguan depan.
tersebut berpotensi menimbulkan kecacatan dan penanganan Kaki belakang tersusun dari talus dan kalkaneus. Kalkaleus
efektif dalam mengubah riwayat alamiah. Pada banyak keada- ini membentuk tumit. Sendi antara kedua tulang tersebut ada-
an, penanganan tidak dapat memperbaiki keadaan anak secara lah sendi talokalkaneus atau subtalus. Sendi ini mempunyai
bermakna pada mulanya, tetapi dengan mengubah riwayat gerakcn meluncur dan berputar, yang memungkinkan kaki be-
alamiah, masalah pada kehidupan dewasa seperti osteomielitis lakang inversi dan memutar keluar (eversi). Ini penting untuk
degeneratif, akan terhindarkan. berjalan pada tempat yang tidak rata.
Beberapa langkah membantu dalam menegakkan hubungan Kaki tengah tersusun dari tulang navikulare, tulang kuboid,
kerja dengan orang tua. Diagnosis harus tepat dan disertai de- dan tiga tulang kuneiformis. Kaki tengah dan kaki belakang
ngan penjelasan yang rinci tentang penyebab dan riwayat berartikulasi melalui sendi tarsal transversal (sendi kalka-
alamiah gangguan ini. Pilihan-pilihan penanganan, termasuk neokuboid dan talonavikulare). Sendi ini penting untu.k perge-
observasi, harus dibahas bersama dengan hasil yang diharapkan, rakan rotasi kaki tengah dan saat berjalan pada jalan yang ti-
jangka pendek maupun jangka panjang. Jika observasi dianjur- dak rata. Deformitas atau salah penjajaran (alignment) sendi
kan, evaluasi tindak lanjut harus dilakukan untuk mencdtat ada- subtalus, talonavikulare, atau kalkaneokuboid dapat mempu-
nya penyembuhan dan memberi keyakinan tambahan pada ke- nyai pengaruh yang berarti pada penjajaran dan fungsi kaki
luarga. dan menghasilkan tekanan abnormal pada sendi pergelangan
Akhirnya, tidak semua keadaan fisiologis dapat sembuh. kaki.
Sebagian kecil gangguan ini dapat menetap sampai dewasa. Ini Kaki depan tersusun dari metatarsus dan jari kaki. Metatar-
mungkin memerlukan penanganan jika masalah saat dewasa ha- sus pertama unik karena mempunyai satu plat fisea yang terle-
rus dihindari. Makin lama masalah menetap, makin besar pe- tak di sebelah proksimal. Empat metatarsus lateral mempunyai
luang ketidaksembuhan dan mungkin memerlukan penanganan. satu fisis yang terletak di sebelah distal. Jempol kaki tersusun
dari falangs proksimal dan distal serta satu sendi interfalangs.
Empat jari'kaki lateral mempunyai falangs proksimal, tengah;
623 t Kaki dan Jari Kaki 2333
dan distal yang berartikulasi melalui sendi interfalangs proksi- dan kaki tengah pada posisi netral dengan satu tangan dan
mal dan sendi interfalangs distal. Semua falangs mempunyai memberikan tekanan pada kaput metatarsus dengan yang lain.
plat fiseanya yang terletak sebelah proksimal. Fungsi normal Pada anak yang sedang berjalan dengan deformitas metatarsus
kaki dan jari kaki memerlukan gerakan terkoordinasi antara adduktus tidak terkoreksi, dapat terjadi gaya berjalan dengan
otot ekstrinsik betis dan otot instrinsik kaki. jari kaki ke dalam dan pemakaian sepatu yang tidak normal.
EVALUASI RADIOLOGIS. Radiografi kaki tidak secara rutin
diperlukan pada metatarsus adduktus karena tidak mempera-
GANGGUAN KAKI gakan mobilitas kaki depan. Radiografi anteroposterior (AP)
dan lateral dengan pembebanan atau simulasi pembebanan da-
Gangguan kaki pediatri yang paling lazim adalah (1) meta- pat diambil bila perlu. Radiografi AP akan memperlihatkan
tarsus adduktus, (2) kaki kalkaneovalgus, (3) talipes equinova- adduksi metatarsus pada artikulasio tarsometatarsus dan pe-
rus (kaki pekuk), (4) talus vertikal kongenital, (5) pes planus nambahan sudut intermetatarsus antara metatarsus pertama
hipermobil, (6) penggabungan tarsus, (7) kaki kavus, (8) os- dan kedua. Empat metatarsus lateral tampak bertambah kera-
teokondrosis, dan (9) luka tembus kaki. patannya dan kadang-kadang tumpang tindih pada basisnya.
Kaki belakang dan kaki tengah normal.
PENANGANAN. Penanganan metatarsus adduktus terutama
62 3. I Metatursus Adduktus nonoperatif. Ada indikasi terbatas untuk pembedahan.
Nonoperatif. Kebanyakan anak dengan deformitas metatar-
Metatarsus adduktus kongenital adalah masalah yang lazim sus adduktus menjalani penanganan konservatif. Kaki dapat
pada bayi dan anak kecil. Kelainan ini juga dikenal sebagai diklasifikasi dalam tiga kelompok, tergantung pada fleksibili-
varus metatarsus jika kaki depan tersupinasi serta adduksi. Ke- tas kaki depan. Kaki tipe I fleksibel dan dikoreksi secara aktif
lainan ini terjadi pada perbandingan yang sama antara anak serta pasif menjadi abduksi ringan. Koreksi dengan sengaja
laki-laki dan wanitd dan terjadi bilateral pada sekitar 50Vo pen- dapat dilakukan dengan merangsang otot-otot peroneus de-
derita. Ada kecenderungan herediter; dan lebih lazim menge- ngan cara memukul tepi lateral kaki. Kaki ini biasanya tidak
nai anak pertama daripada anak-anak yang lahir berikutnya se- memerlukan pengobatan. Kaki tipe II dapat dikoreksi ke posisi
bagai akibat dari pengaruh lebih besarnya efek molose pada netral secara pasif maupun aktif. Kaki ini dapat diperbaiki de-
uterus dan dinding perut primipara. Ada juga hubungan de- ngan ortosis atau mengenakan sepatu korektif, seperti sepatu
ngan displasia pinggul. Sekitar l}Vo anak dengan metatarsus ujung lurus atau kebalikannya. Ini dipakai secara penuh (22
adduktus akan mengalami displasia asetabulum. Jadi pemerik- jam/hari), dan keadaannya dievaluasi ulang dalam 4-6 minggu.
saan klinis pinggul yang cermat diperlukan pada setiap anak Jika terjadi perbaikan, penanganan dapat dilanjutkan. Jika ti-
dengan metatarsus adduktus. Radiografi pelvis diambil pada dak terjadi perbaikan, maka diperlukan perban gips serial seri.
kasus yang mencurigakan. Kaki tipe III kaku dan tidak mengkoreksi ke netral. Kaki ini
MANIFESTASI KLlNlS. Secara klinis, kaki depan teradduksi ditangani dengan perban gips serial. Hasil terbaik diperoleh
dan kadang-kadang tersupinasi. Kaki belakang dan kaki te- bila perban gips dimulai sebelum umur 8 bulan. Bila koreksi
ngah normal. Tepi lateral kaki konveks, dan dasar metatarsus telah dicapai, ortosis atau sepatu korektif dapat digunakan se-
ke-5 tampak menonjol (Gbr. 623-1). Tepi media kaki konkaf. lama 1-2 bulan, sebagai tambahan untuk mempertahankan ko-
Biasanya ada pelebaran interval antara jari kaki pertama dan reksi. Varus haluks ringan, 'Jari kaki tersebar", dapat menetap
kedua, dengan jempol dipertahankan pada posisi varus yang selama beberapa tahun sesudah koreksi konservatif dan dapat
lebih besar. Dorsofleksi pergelangan kaki dan fleksi plantar mencemaskan orang tua. Namun, akhirnya akan hilang sesuai
normal. Mobilitas kaki d6pan dapat bervariasi mulai dari flek- pertumbuhan dan pemakaian sepatu.
sibel hingga kaku. Ini dinilai dengan stabilisasi kaki belakang Operatif. Deformitas metatarsus adduktus pada anak umur
4 tahun dan yang lebih tua memerlukan tindakan bedah. Anak
umur 4-6 tahun mendapat manfaat dari pelepasan jaringan lu-
nak. Perban gips serial dilakukan sarnpai koreksi kaki depan
telah dicapai. Ini biasanya memerlukan waktu 2-3 bulan. Anak
umur 6 tahun atau lebih tua memerlukan osteotomi basis meta-
tarsus atau prosedur tulang lainnya untuk memperoleh koreksi
yang memuaskan.
uterus, yang memaksanya menjadi hiperdorsifleksi, abduksi, tambah. Kelainan mikroskopik elektron juga ada. Temuan-te-
dan posisi terotasi ke eksterna. Posisi ini juga menyebabkan muan ini berbeda dengan teori etiologi sebelumnya dimana
torsi tibia eksterna. Bila dua keadaan ini digabung dengan pe- deformitas talus diduga merupakan kelainan primer. Walau-
nambahan rotasi pinggul bayi baru lahir normal (kapsul poste- pun talus dipastikan berubah bentuk dengan deviasi media ke-
rior yang ketat), tungkai bawah akan terotasi eksterna secara pala dan leher, ini sekarang dianggap merupakan deformitas
berlebihan. sekunder.
MANIFESTASI KLlNlS. Posisi yang khas adalah jari kaki MANIFESTASI KLlNlS. Bentuk kongenital kaki pekuk, yang
tungkai mengarah ke luar. Dorsum kaki dapat dengan mudah merupak4n sekitar lS%o"dari semua kasus, ditandai dengan (1)
berkontak dengan sisi anterior tibia; kaki depan akan terab- tidak adanya kelainan kongenital lain, (2) berbagai kekakuein
duksi, dan tumit akan meniadi valgus. Ini tidak boleh dirancu- kaki, (3) atrofi betis ringan, dan (4) hipoplasia tibia, fibula,
kan dengan klasifikasi maturitas neonatus Dubowitz (lihat Bab dan tulang-tulang kaki ringan. Kelainan ini terjadi lebih sering
82). Torsi tibia eksterna (20-50 derajat) merupakan penemuan pada anak laki-laki (2:1) dan bilateral pada 50Vo kasus. Ke-
terkait yang lazim. Gerakan pergelangan kaki akan menunjuk- mungkinan terjadinya deformitas secara acak adalah 1:1.000
kan plantar fleksi normal atau hampir normal. kelahiran, tetapi pada keluarga yang terkena mungkin sekitar
Tiga keadaan harus dibedakan dari kaki kalkaneovalgus: 3Vo pada saudara kandung, dan 20-30Vo pada anak dari orang
(1) talus vertikal kongenital, (2) lengkungan tibia posterome- tua yang terkena.
dia, dan (3) kelainan neuromuskuler dengan paralisis otot gas- Pemeriksaan pada bayi kaki pekuk menunjukkan equinus
troknemius. Diferensiasi biasanya dapat dibuat secara klinis kaki belakang, varus kaki belakang dan kaki tengah, adduksi
selama pemeriksaan fisik. kaki depan, dan berbagai kekakuan. Semua temuan ini adalah
EVALUASI RADIOGRAFI. Radiografi posisi AP dan lateral akibat dislokasi medial sendi talonavikuler. Pada anak yang le-
kaki dengan beban mungkin perlu untuk membedakan antara bih tua, atrofi betis dan kaki lebih nyata daripada bayi, tanpa
kaki kalkaneovalgus dan talus vertikal konge-nital' Pada kaki memandang seberapa baik kaki terkoreksi atau fungsionalnya.
kalkaneovalgus, gambaran radiografi tampak normal atau Temuan ini adalah karena aspek-aspek etiologi kaki pekuk,
mungkin menambah valgus kaki belakang dan abduksi kaki bukan metode pengobatannya.
depan. Jika lengkungan posteromedial tibia dicurigai, diperlu- EVALUASI RADIOGRAFI. Radiografi AP dan lateral dengan
kan radiografi AP dan lateral tibia dan fibula. posisi berdiri atau dengan beban digunakan dalam penilaian
PENANGANAN. Kaki kalkaneovalgus yang khas tidak me- kaki pekuk. Radiografi tanpa pembebanan tidak berguna. Da-
merlukan pengobatan. Hiperdorsofleksi kaki akan sembuh da- pat dibuat beraneka pengukuran radiografik. Tuiang naviku-
lam 6 bulan pertama. Namun, torsi tibia eksterna, akan mene- lare, yang merupakan tempat utama deformitas, tidak menu-
tap dan mengikuti riwayat alamiah yang sama seperti torsi lang sampai 3 tahun pada perempuan dan 4 tahun pada laki-
tibia interna. Perbaikan spontan tidak akan terjadi sampai anak laki. Diperlukan pengukuran garis untuk menentukan posisi
mulai berdiri dan berjalan secara bebas. Penyembuhan ini akan tulang navikulare yang tidak menulang dan posisi kaki secara
memerlukan sekitar 6-12 bulan lagi untuk terjadi lioreksi total. menyeluruh.
Sebagian besar bayi dengan kaki kalkaneovalgus dan torsi PENANGANAN. Nonoperatif. Metode konservatif pengobat-
tibia eksterna, kaki dan tungkai bawahnya akan saling berde- an meliputi penggunaan perban dan bidai lunak terutama ber-
katan secara normal pada umur 2 tahun. manfaat bagi bayi prematur sampai ukurannya tepat untuk me-
makai gips. Gips serial merupakan metode penanganan non-
operatif utama. Sebelum gips dipasang, kaki dimanipulasi ke
3 Talip e s, E quin
62 3. ov aru s arah posisi yang terkoreksi. Gips kemudian dipasang dan di-
ganti setiap l-2 minggu. Koreksi total, baik secara klinis mau-
(Kaki Pekuk) pun radiografis, harus dicapai pada umur 3 bulan. Jika ini
diselesaikan, kemudian digunakan gips penahan selama 3-6
Kaki pekuk (clubfoot) menggambarkan deformitas bukan
bulan lagi disertai dengan ortosis atau sepatu korektif sampai
hanya pada kaki tetapi seluruh tungkai bawah. Kaki pekuk ini
anak dapat berjalan baik. Kegagalan memperoleh perbaikan
dapat digolongkan dalam tiga golongan: (1) kongenital, (2)
klinis dan radiografi pada umur 3 bulan merupakan indikasi
teratologis, dan (3) karena posisi. Kakr pekuk kongenital bia-
untuk pengobatan bedah. Upaya lebih lanjut-pada penatalak-
sanya kelainan tersendiri, sedang bentuk teratologis disertai
sanaan konservatif dapat mengakibatkan cedera artikuler dan
dengan gangguan neuromuskuler seperti mielodisplasia, artro-
kaki tengah bagian belakang (rocker-bottom deformity).
giposis multipleks kongenital, atau sindroma kompleks. Ben-
tuk kongenital juga disebut idiopatik atau neurogenik berda- Operatif. Metode penanganan bedah sekarang adalah pele-
sarkan penyebabnya. Kaki pekuk karena posisi merupakan pasan jaringan lunak total. Hasil jangka panjang yang me-
kaki normaL yang ditahan dalam posisi yang salah dalam muaskan dapat diharapkan pada 80-90Vo kasus. Kaki dengan
uterus. hasil tidak memuaskan yang memerlukan penanganan tambah-
Penyebab kaki pekuk belum diketahui. Ada faktor keturun- an biasanya adalah akibat ketidakseimbangan otot ekstrinsik,
an, dan sekarang dianggap multifaktorial dengan pengaruh bukannya koreksi yang tidak sempurna. Transfer tendon.dan
utama dari gen tunggal autosom dominan. Pemeriksaan biopsi perbaikan tulang, termasuk artrodeses (fusi), terutama dipakai
otot-otot ekstrinsik betis baru-baru ini menunjukkan kemung- untuk menangani kaki yang dikoreksi berulang atau tidak sem-
kinan penyebab neuromuskuler. Ada ketidakseimbangan tipe purna. Sentralisasi tendon tibialis anterior terutama bermanfaat
serabut dan sambungan neuromuskuler dalam otot-otot ini ber- pada anak \ecil dengan pes varus dinamik, kelainan sisa yang
623 | Kaki dan Jari Kaki 233s
paling lazim. Artrodeses rangkap tiga terindikasi pada kaki jukkan gejala dan tidak mempunyai keterbatasan fungsi. Kaki
yang nyeri, berubah bentuk pada remaja. rata lazim pada neonatus dan anak belajar jalan karena kele-
mahan pada kompleks tulang-ligamentum kaki dan lemak pa-
da daerah arkus longitudinale mediale. Anak ini biasanya me-
623.4 Talus Vertikal Kongenital ngalami perbaikan yang berarti pada usia 6 tahun. Pada anak
yang lebih tua, kaki rata fleksibel biasanya akibat kelemahan
Talus vertikal kongenital adalah deformitas kaki yang tidak ligamentum secara menyeluruh, suatu keadaan autosom domi-
lazim dengan penyebab yang serupa dengan deformitas kaki nan. Hampir semua anak dan remaja dengan kaki rata yang
fl eksibel tidak mengalami gangguan.
talipes equinovarus. Kelainan ini dapat dibedakan dengan kaki
kalkaneovalgus, yang merupakan deformitas yang jauh lebih MANIFESTASI KLlNlS. Dengan posisi tanpa pembebanan
lazim. Secara khas talus vertikal kongenital adalah rocker- pada anak yang lebih tua dengan kaki rata fleksibel, terdapat
bottont deformity yang kaku. Sebagian besar bayi yang terkena arkus longitudinale mediale, tetapi pada posisi dengan pembe-
akan mempunyai gangguan yang mendasari seperti malfor- banan (menahan berat), kaki menjadi pronasi dengan berbagai
masi teratologi (mielodisplasia dan afirogriposis multipleks tingkat pes planus dan valgus tumit. Meskipun diberikan be-
kongenital) atau sindroma seperti trisomi 18. ban pada kolam lateral kaki, mengakibatkan berat badan terge-
MANIFESTASI KLlNlS. Karakteristik klinis talus vertikal ser ke medial, da-n terjadi pronasi. Gerakan subtalus akan nor-
kongenital adalah kaki rocker-bottom. Ada equinovalgus kaki mal atau sedikit meningkat. Kehilangan gerakan subtalus me-
belakang, permukaan plantar yang konveks, abduksi dan dorsi- nunjukkan kaki datar yang kaku. Penyebab yang lazim meli-
fleksi kaki depan, serta kekakuan. Pemeriksaan fisik yang cer- puti kontraktur tendon Achilles, koalisi tarsus, kelainan neuro-
mat harus dilakukan pada semua anak untuk menilai adanya muskuler (palsi serebral) dan kelainan familial.
gangguan atau sindroma. EVALUASI RADIOLOGIS. Radiografi rutin pada kaki rata
EVALUASI RADIOGRAFI. Evaluasi radiografi talus vertikal fleksibel tidak bergejala biasanya tidak terindikasi. Radiografi
kongenital terdiri dari radiografi dengan pembebanan secara AP dan lateral dengan pembebanan dilakukan jika ada keka-
AP dan lateral, juga foto lateral fleksi plantar maksimum. Ini kuan atau gejala lainnya. Pada radiografi AP, akan ada valgus
biasanya akan menunjukkan talus yang mengarah ke vertikal, tumit yang berlebihan. Pandangan lateral menunjukkan dis-
perpindahan ke dorsal kaki tengah pada kaki belakang, valgus torsi hubungan garis lurus normal antara sumbu panjang talus
kaki belakang, dan mobilitas. dan metatarsus pertama dengan kelonggaran sendi talonaviku-
PENANGANAN. Seperti pada kaki pekuk, pengobatan non- lare atau navikulokuneiformis, mengakibatkan perataan arkus
operatif adalah metode penanganan awal. Namun, sebagian longitudinale mediale normal.
besar anak dengan talus vertikal kongenital akan memerlukan PENANGANAN. Penanganan kaki rata fleksibel adalah kon-
koreksi bedah. servatif. Anak yang terkena tidak dapat diramalkan akan me-
Nonoperatif. Perban gips secara seri sesudah manipulasi ngalami gangguan di kemudian hari. Karenanya penggunaan
kaki dilakukan mulai saat lahir. Kaki depan dimanipulasi men- sepatu yang dimodifikasi dan ortoses tidak secara bermakna
jadi equinus untuk mereduksi tulang navikulare pada kaput ta- akan mengubah penampakan klinis atau radiografi kaki. Harus
lus. Namun, angka keberhasilan dengan penanganan nonope- ditekankan bahwa diagnosis kaki rata fleksibel biasanya tidak
ratif sangat rendah. dapat ditegakkan sampai sesudah umur 6 tahun. Pengobatan
0peratif. Penatalaksanaan operatif talus vertikal kongenital terindikasi bila ada ukuran dan bentuk sepatu abnormal atau
terutama melalui pelepasan jaringan lunak yang luas atau total gejala-gejala yang tidak dianggap berasal dari penyebab lain.
yang dilakukan sebagai prosedur satu fase atau dua fase. Ka- Kaki yang bergejala dengan aktivitas fisik yang berat biasanya
dang-kadang, pada deformitas berat, navikulektomi dapat berespons baik terhadap penggunaan bantalan pendukung ar-
diperlukan untuk menyekutukan kembali kaki tengah dan kaki kus longitudinale media yang tersedia bebas. Bantalan pendu-
belakang secara baik. Untungnya, ini jarang diperlukan. Pada kung yang dibuat menurut pesanan harganyajauh lebih mahal
anak yang lebih tua dengan valgus dan pronasi kaki belakang dan pada kebanyakan kasus, tidak lebih efektif.
menetap, artrodesis subtalus atau artrodesis rangkap tiga
mungkin diperlukan untuk menyekutukan kaki kembali dan 623.6 Penggebungqn Tarsus
memberikan stabilitas.
Tujuan penanganan talus vertikal kongenital bersifat pesi- Penggabungan tarsus, juga dikenal sebagai kaki rata spastik
mistik dan meliputi perbaikan berjalan dengan telapak kaki; peroneus, merupakan gangguan kaki yang relatif sering yang
kaki bebas nyeri yang mampu memakai sepatu. Penatalaksa- ditandai dengan deformitas kaki datar yang menimbulkan nyeri
naan ortotik seringkali diperlukan untuk masa yang lama pas- dan kaku, serta spasme otot peroneus (betis lateral) tetapi tanpa
cabedah, jika tidak untuk sepanjang hidup, karena kelemahan spastisitas yang sebenarnya. Kelainan ini menggambarkan fusi
otot yang terkait akibat dari gangguan yang mendasari. atau kegagalan kongenital segmentasi antara dua atau lebih tu-
lang tarsus. Namun, setiap keadaan yang mengubah gerakan
meluncur dan rotasi normal sendi subtalus dapat menimbulkan
623.5 Pes Planus Hipermobil gejala klinis penggabungan tarsus. Dengan demikian, malfor-
(Kaki Rata Fleksibel) masi kongenital, artritis atau gangguan radang, infeksi, neoplas-
ma, dan trauma dapat merupakan penyebab yang mungkin.
Kaki rata hipermobil atau kaki pronasi merupakan sumber Penggabungan tarsus yang paling lazim terjadi pada sisi ta-
kecemasan bagi orang tua. Pada umumnya, anak tidak menun- lokalkaneus mbdial (subtalus) dan antara kalkaneus dan tulang
2336 BAGIAN XXXII . Gangguan Tulang dan Sendi
navikulare tarsus (kalkaneonavikulare). Penggabungan dapat dalam evaluasi penggabungan, terutama yang melibatkan sen-
bersifat fibrosa, kartilaginosa, atau oseosa' Penggabungan tar- di subtalus.
sus terjadi pada sekitar 7Vo pada populasi umum, dan tampak- PENANGANAN. Penanganan penggabungan tarsus bergejala
nya diwariskan sebagai ciri autosom dominan unifaktorial de- bervariasi menurut tipe penggabungan, umur penderita, luas
ngan penetrasi yang hampir penuh. Sekitar 60% ka.lkaneo- penggabungan, ada atau tidak adanya osteoartritis degeneratif,
navikulare dan 50% penggabungan sisi medial talokalkaneus dan derajat ketakberdayaan penderita. Penanganan dapat non-
adalah bilateral. bedah atau bedah. Penanganan nonbedah dapat terdiri dari
MANIFESTASI KLI NlS. Mulainya gej ala- gej ala biasanya ter- imobilisasi dengan gips, pemakaian sepatu, atau ortotik. Pena-
nganan bedah terdiri dari eksisi penggabungan dan meletakkan
.jadi selama umur dekade ke 2' Walaupun keterbatasan
gerak
subtal'us ringan, dan kaki rata mungkin telah ada sejak masa otot (kalkaneonavikulare) dan lemak di antaranya atau mem-
anak dini, mulainya gejala akan bervariasi menurut umur di- belah tendo fleksor hallusis longus (sisi medial talokalkaneus)
mana batang. fibrosa atau kartilaginosa mulai menulang dan untuk mencegah pembentukan hematoma dan reosiflkasi
selanjutnya gerakan mengurang. Penggabungan talonavikulare penggabungan tersebut (Gbr. 623-2). Reseksi amat efektif da-
menulang antara umur 3 dan 5 tahun, penggabungan kalkaneo- lam meredakan nyeri, memperbaiki gerakan subtalus, dan me-
navikulare antara 8 dan 12 tahun, dan sisi medial penggabung- mungkinkan dimulainya lagi aktivitas normal. Namun, jika
an talokalkaneus antara 12 dan 16 tahun. Nyeri khas terasa ada osteoartritis degeneratif, tiga serangkai artrodesis mungkin
pada sebelah lateral pada kaki belakang dan menyebar ke diperlukan,
proksimal sepanjang malleolus lateralis dan fibula distal
(spasme otot peroneus). Gejala-gejala sering diperparah oleh
623.7 Kaki Kavus
olah raga atau berjalan pada jalan yang tidak rata. Secara kli-
nis, kakinya rata atau pronasi baik pada posisi terbeban mau- Kaki kavus merupakan kaki dengan kelebihan arkus longi-
pun tak terbeban. Gerakan sendi subtalus dan tarsus transver- tudinale mediale yang disertai dengan varus kaki belakang dan
sal berkurang atau hilang dan upaya melakukan gerakan dapat kadang-kadang adduksi kaki depan. Bila yang kedua terjadi,
menyebabkan sakit. deformitasnya disebut deformitas kavovarus. Tipe deformitas
EVALUASI RAbIOGHAFI. Diagnosis penggabungan'tarsus
ini paling lazim ditemukan selama pertengahan masa anak.
Tipe idiopatik maupun neuromuskuler dapat ditemukan. Pada
diperkuat secara radiografi. Pada mulanya harus dilakukan
kasus yang manapun kaki kavovarus biasanya merupakan de-
foto rontgen AP dan lateral dengan pembebanan dan radiografi
formitas progresif yang menyebabkan gangguan fungsi kaki
oblik kaki. Sisi anterior talus berbentuk paruh pada pandangan
yang sangat. Deformitas ini cenderung kaku. Aspek yang pa-
lateral mengarahkan kepada 'adanya penggabungan tarsus.
Pandangan oblik akan memperlihatkan penggabungan kal-
ling penting dari evaluasi penderita dengan kaki kavovarus
adalah menegakkan diagnosis yang tepat. Penyebab yang
kaneonavikulare. Pandangan aksial melalui kaki belakang da-
pat berguna dalam diagnosis penggabungan talokalkaneus sisi
mungkin adalah penyakit medula spinalis dan neuropati peri-
fer, seperti penyakit Charcot-Marie-Tooth.
medial. Namun, tomografi komputasi adalah prosedur pilihan
PENANGANAN. Penanganan agresif biasanya diperlukan Iekuk, (3) iari kaki kelima tumpang tindih, (4) polidaktili' (5)
untuk kaki kavus sedang sampai berat. Ini biasanya melibatkan sindaktili, (6) jari kaki palu (hammer toe), (1) jari kaki martil
pembedahan rekonstruktif. Sepatu khusus dan modifikasi se- (mallet toe), (8) jari kaki cakar, (9) pita anuler (cincin kon-
patu tidak membantu dari segi terapeutik, tetapi kadang-ka- striksi), (10) eksostosis subungual, dan (11) kuku jari kaki
dang dapat diperlukan untuk memberikan kelegaan dari tekan- tumbuh ke dalam.
an abnormal selama menyandang beban. Koreksi bedah de-
ngan menyeimbangkan jaringan lunak dan kadang dengan
prosedur penulangan biasanya diperlukan. BENGKAK JEMPOL KAKI REMAJA (BUNION)
JARI KAKI BENGKOK kelahiran. Sekitar 30% penderrta mempunyai riwayat keluar-
ga. Adalah penting untuk menilai deformitas lain seperti poli-
Deformitas jari kaki kecil yang paling iazim pada masa daktili tangan dan sindaktili jari kaki yang berdekatan. Du-
anak adalah jari kaki bengkok. Ini menggambarkan deformitas plikasi ibu jari kaki juga dapat terjadi. Mungkin disertai dc-
fleksi pada sendi interfalangs proksimal dengan rotasi lateral ngan kelainan metatarsus.
dan persekutuan varus jari kaki (Gbr. 623-3). Jari kaki keem- Radiografi kedua kaki AP dan lateral dengan pembebanan
pat dan kelima yang paling sering terkena. Gangguan ini bia- dilakukan pada penatalaksanaan anak dengan polidaktili. Ra-
sanya familial, bilateral, simetris, dan tidak bergejala. Keadaan diografi akan memperlihatkan apakah duplikasi tersebut berar-
ini akibat tendon fleksor digitorum longus dan fleksor digito- tikulasi atau rudimenter dan apakah ada kelainan metatarsus.
rum brevis pendek, kencang. Kekencangan pada tendon ini PENANGANAN. Penatalaksanaan nonoperatif polidaktili ti-
menyebabkan dorsofleksi kaki, yang akan menambah kebeng- dak terindikasi. Jari tipe rudimenter dapat diikat pada saal la-
kokan jari kaki. Fleksi plantar biasanya menyebabkan perbaik- hir dan dibiarkan mengalami autoamputasi. Polidaktili yang
an. Evaluasi radiografi deformitas jari kaki bengkok tidak di- berartikulasi memerlukan eksisi pada sekitar umur 1 tahun.
perlukan. Pokok pikiran polidaktili adalah menyelamatkan jari yang pa-
PENANGANAN. Pada bayi dan anak kecil deformitas jari ling sejajar dengan sumbu, memotong tonjolan jari yang
kaki bengkok harus diamati karena 25-50Vo akan sembuh sbca- mengganggu, memperbaiki kapsul, menyeimbangkan jaringan
ra spontan. Pemakaian perban atau bidai tidak efektif. Pada lunak. dan membuang prominensia metatarsus.
umur 3-4 tahun, tenotomi terbuka tendon fleksor iari kaki da-
pat dilakukan. Pada anak yang lebih tua dan remaja, fusi sendi
interfalangs proksimal mungkin diperlukan. SINDAKTILI
dan fleksor digitorum brevis yang kontraktur. Kadang-kadang TABEL 623-1. Diagnosis Banding Nyeri Kaki Menurut Umur
juga diperlukan pemindahan tendon.
Ross ERS, Menelaus MB: Open flexor tenotomy for hammer and curly toes in
Modifikasi sepatu kadang-kadang cocok untuk masalah
children. J Bone Joint Surg 668:770, 1984.
jika tungkai pendek, dan
tertentu. Penambalan dapzit diberikan
penyisipan alas sepatu mungkin membantu pada kaki yang TUMPANG TINDIH JARI KAKI KEI-IMA
kaku dan berubah bentuk untuk meratakan titik berat pada alas Black GB, Grogan DP, Bobechko WP: Butler arthroplasty for correction of
the adducted fifth toe: A retrospective study of 36 operations between 1968
sepatu.
and 1982. J Pediatr Orthop 5:439, 1985.
DeBoeck H: Butler's operation for congenital overriding of the fifth toe: Ret-
rospective 7-7 year study of23 cases. Acta Orthop Scand 64:343,1993.
Paton RW: V-Y plasty for correction of varus fifth toe. J Pediatr Ofihop
METATARSUS ADDUKTUS 10:248, 1990.
Crawford AH, Gabriel KR: Foot and ankle problems. Orthop Clin North Am
I 8:649, I 987. POLIDAKTILI
Farsetti P, Weinstein SL, Ponseti IV: The long-term functional and radio- Crawford AH, Gabriel KR: Foot and ankle problems. Orthop Clin North Am
graphic outcomes of untreated and non-operatively treated metatarstis ad- 18:649,1987.
ductus. J Bone Joint SurgT6A:251, 1994. Mubarak SJ, O'Brien TJ, Davids JR: Metatarsal epiphyseal bracket: Treatment
by central physiolysis. J Pediatr Orthop l3:5,1993.
KAKI KALKANEOVALGUS Nogami H: Polydactyly and polysyndactyly of the fifth toe. Clin Onhop
Gibson DA: Torsional variations in the lower limbs of children. Appl Ther 204:216,1986.
8:236,1966 Phelps DA, Grogan DP: Polydactyly of the foot. J Pediatr Orthop 5:446, I 985.
Meehan P: Other conditions of the foot. 1n.' Morrissy RT (ed): Lovell and Venn-Watson EA: Problems in polydactyly of the foot. Onhop Clin Nonh Am
Winter's Pediatric Orthopaedics. Philadelphia, JB Lippincott, 1990, pp 997- 1:909,1976.
998
. SINDAKTILI
TALIPES EQUINOVARUS KONGENITAL (KAKI PEKUK) Meehan PL: Other conditions of the foot. 1n.' Morrissy RT (ed): Lovell and
Cowell HR, Wein BK: Current concepts review: Genetic aspects of clubfoot. J Winter's Pediatric Orlhopaedics. Philadelphia, JB Lippincott, 1990, pp 991-
Bone Joint Surg 62A:1381, 1980. 1021.
Handelsman J, Badalamente MA: Neuromuscular studies in clubfoot. J Pediatr
Orthop l:23,1981. JARJ KAKI PALU
Herzenberg JE, Carroll NC, Christofersen MR, et al: Clubfoot analysis with Newman RJ, Fitton JM: An evaluation of operative procedures in the treat-
:three dimensional computermodeling. J Pediatr Orthop 8:257, 1988. ment of hammer toe. Acta Orthop Scand 50:709, 1979.
Howard CB, Benson MKD: Clubfoot: Its pathological anatomy. J Pediatr Or- Ross ERS, Menelaus MB: Open flexor tenotomy for hammer toes and curly
thop l3:654,1993. toes in childhood. J Bone Joint Surg 668:'770, 1984.
Ponseti IV: Current concepts review: Treatment of congenital club foot. J
Bone Joint Surg 7 4 A:448, 1992. JARI KAKI MARTIL
Thompson GFf, Simons GW III: Congenital talipes equinovarus (clubfeet) and Tachdjian MO: Pediatric orthopaedics. Philadelphia, WB Saunders, 1992, pp
metatarius adductus. /n.' Drennan JC (ed): The Child's Foot and Ankle. 2670-2671.
New York, Raven Press, 1992,pp97-133.
JARI KAKI CAKAR
TALUS VERTIKAL KONGENITAL Coughlin MJ, Mann RA: Lesser toe deformities. 1n: Mann RA (ed): Surgery
Drennan JC: Congenital vertical talus. ln. Drennan JC (ed): The Child's Foot ofthe Foot. St. Louis, CV Mosby, 1986, pp 132-148.
and Ankle. New York, Raven Press, 1992,pp 155-168. Myerson MS, Shereff MJ: The pathological anatomy of claw and hammer
toes. J Bone Joint Surg.71A:45, 1989.
KAKI RATAHIPERMOBIL
Staheli LT, Chew DE, Corbet M: The longitudinal arch: A survey of 882 feet PITA ANULARE
in normal children and adults. J Borre Joint Surg 694;426, 1987. Greene WB: One-stage release of congenital circumferential constriction
Wenger DR, Mauldin D, Speck G, et al: Conective shoes and inserts as treat- bands. J Bone Joint Surg 754:650, 1993.
ment for a flexible flatfoot in infants and children. J Bone Joint Surg Tada K, Yanenobu K, Swanson A: Congenital constriction band syndrome. J
berasal fisiologis, sedang yang lain dapat kongenital atau dida- PROFIL TORSI
pat. Adalah penting untuk dapat membedakan deformitas yang
fisiologis dan yang akan sembuh pada pertumbuhan dan per- Profil torsi dapat amat bermanfaat dalam mendiagnosis
kembangan normal dengan deformitas yang memerlukan dan memonitor anak dengan variasi torsi (Gbr. 624-2). Hal ini
pengobatan. terdiri dari (1) progresi sudut kaki; (2) rotasi pinggul pada eks-
tensi; (3) sudut paha-kaki; dan (4) bentuk kaki.
0
34 56 7I e 1011 13-ls3!g! saran -35 sampai 40 derajat) sebagai akibat posisi normal da-
lam uterus. Pada pertengahan masa anak sampai dengan
Y
9^
(lF-e -5 kehidupan dewasa, rata-rata sudut paha-kaki adalah 10 derajat
Jc6 (dengan kisaran -5 sampai 30 derajat).
o8s!-to
S!c:
-9=-1s Bentuk Kaki
:., 'v
Umur (tahun)
c. ROTASI MEDIAL D. ROTASI MEDIAL
RM perempuan r\ RM raki-taki
ao.
DEFORMITAS TORSI nyebab torsi femoris masih kontroversial. Beberapa pakar per-
caya bahwa kelainan ini kongenital sebagai akibal antcversi
Penyebab lazimjari kaki ke dalam danjari kaki ke luar ter- femur infantil menetap, sedang lainnya menganggap kelainan
dapat pada Tabel 622-4. ini didapat akibat kebiasaan duduk yang abnormal.
MANIFESTASI KLlNlS. Tanda-tanda klinis torsi femur in-
terna adalah seluruh kaki bawah terotasi ke dalam seiama gaya
GAYA BERJALAN JARI KE DALAM berjalan. Secara khas, terdapat 80-90 derajat rotasi intelna
pinggul pada posisi tengkurap (profil torsi). Rotasi eksterna,
Tungkai bawah yang menyebabkan gaya berjalan dengan
sebagai akibatnya, terbatas sampai 0-10 derajat (Gbr.624-7).
jari kaki ke dalam umumnya terdiri dari torsi femoris interna
Akan ada tanda-tanda kelemahan ligamentum menyeluluh.
dan torsi tibia interna.
termasuk hiperekstensi siku dan jari, hiperabduksi ibu jari
kaki, pembengkokan lutut ke belakang, dan hipermobil pes
planus. Anak yang terkena biasanya duduk dalam posisi gaya
624.2 Torsi Femoris Interna "televisi" atau "W". Diduga bahwa posisi ini memungkinkan
kaki bawah bekerja sebagai pengungkit, dengan demikian
Torsi femoris interna adalah penyebab jari kaki ke dalam menghasilkan perubahan torsi pada femur "plastik secara bio-
yang paling sering terjadi pada anak umur 2 tahun atau lebih logis". Keadaan ini disebut juga anteversi femur, menunjuk-
tua. Kelainan ini lebih sering terjadi pada anak perempuan kan kelainan femur proksimal. Namun, torsi sebenarnya ter-
daripada laki-laki (2:1). Sebagian besar anak dengan keadaan jadi di selupuh badan femur dan mengakibatkan perubahan
ini mempunyai kelemahan ligamentum secara menyeluruh. Pe- pertemuan normal antara pinggul dan lutut.
624 t Deformitas Puntir (Torsi) dan Angular (Bengkok) 2343
reksi kebiasaan duduk dapat amat sukar pada anak usia pra-
sekolah dan biasanya tidak terjadi sampai mereka mencapai
umur sekolah. Penggunaan ortosis di malam hari atau kabel
belit di siang hari tidak bermanfaat dan dapat menimbulkan
torsi tibia eksterna kompensatoir. Kombinasi torsi femur in-
terna dan tibia eksterna kompensatoir menghasilkan deformi-
tas genu valgum patologis. Ini dapat mengakibatkan salah
persekutuan patelofemoral disertai subluksasio atau dislokasi
patela dan nyeri.
Anak umur 10 tahun atau lebih tua mungkin tidak menga-
lami pertumbuhan muskuloskeleton sisa agar memungkinkan
terjadinya koreksi spontan, dan mungkin perlu tindakan pem-
bedahan. Prosedur yang dianjurkan adalah osteotomi derotasi
GARIS PERJALANAN MAJU varus femur proksimal dan osteotomi derotasi sederhana fe-
mur proksimal atau distal. Derotasi cukup dilakukan untuk
memungkinkan penyamaan rotasi pinggul interna dan eksterna
pasca bedah.
Gambar 624-3. Sudut perjalanan maju kaki. Sumbu panjang kaki dibanding- Torsi tibia interna merupakan penyebab jari kaki ke dalam
kan dengan arahjalan anak. Jika sumbu panjang kaki diarahkan ke luar, sudut- yang paling lazim pada anak sebelum umur 2 tahun dan meru-
nya adalah positif. Jika sumbu kaki tersebut diarahkan ke dalam, sudutnya pakan keadaan normal akibat posisi dalam uterus. Keadaan ini
adalah negatif dan merupakan petunjuk jari kaki ke dalam (Dari Thompson
biasanya ditemukan saat umur tahun ke 2 dan dapat terkait de-
GH: Gait disturbances. /n: Kliegman RM, Nieder ML, Super DM [eds]: Prac-
tical Stategies in Pediatric Diagnosis and Therapy. Philadelphia, WB Saun- ngan metatarsus adduktus.
ders. in press). MANIFESTASI KLINIS Dbrajat torsi tibia dapat diukur pada
sudut paha-kaki saat tengkurap (profil torsi).
EVALUASI RADIOGRAFI. Penilaian radiografi tidak ber-
EVALUASI RADIOGRAFI. Evaluasi radiografi torsi femur in- manfaat pada gangguan yang terutama bersifat klinis ini.
terna tidak secara rutin diperlukan, walaupun telah diuraikan PENANGANAN. Penanganan torsi tibia interna juga dilaku-
berbagai teknik radiografi untuk mengukur torsi femur. Tomo- kan dengan observasi. Hal ini merupakan keadaan fisiologis,
grafi koinputasi dan ultrasonografi dapat menilai hubungan dan penyembuhan secara spontan dapat terjadi seiring dengan
antara femur proksimal dan distal. Penelitian ini jarang terindi- pertumbuhan dan perkembangan normal. Namun, perbaikan
kasi karena pengukuran klinis sama akuratnya. yang bermakna biasanya tidak terjadi sampai anak mulai ber-
PENANGANAN. Penanganan torsi femur interna terutama a- diri dan berjalan secara b€bas. Sesudahnya, ia memerlukan 6-
dalah dengan observasi. Koreksi kelainan kebiasaan duduk 12 bulan, dan kadang-kadang lebih lama, untuk mencapai ko-
biasanya akan memungkinkan torsi menyembuh seiring de- reksi sempurna. Bidai malam hari tidak bermanfaat dan harus
ngan pertumbuhan dan perkembangan normal. Namun, diper- dihindari. Torsi tibia interna yang menetap pada anak yang le-
lukan waktu 1-3 tahun agar te{adi koreksi sempurna, ter- bih tua atau remaja mungkin memerlukan pembedahan dero-
gantung umur anak ketika kebiasaan duduk dikoreksi. Mengo- tasi; namun, ini amat jarang.
B
2344 BAGIAN XXXII f Gangguan Tulang dan Sendi
A B
Gambar 624-5. Sudut paha.kaki. Dengan anak dalam posisi tengkurap dan lutut fleksi dan berdekatan, sumbu panjang kaki dapat dibandingkan dengan sumbu
panjang paha. Sumbu panjang kaki membagi dua tumit dan jari kaki kedua atau terletak antarajari kaki kedua dan ketiga. Torsi tibiir ekstema (A) menyebabkan
rotasi ke luar yang berlebihan. Persekutuan normal (B) ditandai dengan rotasi eksterna ringan. Torsi tibia interna menimbulkan rotasi ke dalam kaki dan adalah
sudut negatif (C). (Dari Thompson GH: Gait disturbances. 1n: Kliegman RM, Nieder ML, Super DM [eds]: Practical Strategies in Pediatric Diagnosis and
Therapy. Philadelphia, WB Saunders, in press.)
GAYA BERJALAN JARI KAKI KE LUAR dihubungkan dengan epifisis kaput femoris tergelincir (sLipped
capital femo ral e piphy sis I S C F E ]).
Penyebab tungkai bawah yang lazim untukjari kaki ke luar MANIFESTASI KLlNlS. Pemeriksaan klinis torsi femur
adalah torsi femur eksterna dan torsi tibia eksterna. eksterna akan menunjukkan rotasi eksterna pinggul yang ber-
lebihan dan keterbatasan rotasi interna. Khas, pinggul akan be-
rotasi eksterna10-90 derajat, sedang rotasi interna hanya 0-20
624.4 Torsi Femur Eksterna derajat. Biasanya ada gangguan bilateral bila terjadi secara
idiopatik. Jika deformitas unilateral, terutama pada anak yang
Torsi femur eksterna, juga dikenal sebagai retroversi fe-
lebih tua atau remaja muda yang gemuk, adanya SCFE harus
mur, merupakan gangguan yang jarang terjadi, kecuali kalau
dikesampingkan.
EVALUASI RADIOGRAFI. Radiografi anteroposterior dan
Lauenstein (katak) lateral pelvis diperlukan pada setiap anak
atau remaja yang datang dengan torsi femur eksterna, terutama
mereka yang gemuk atau yang menderita nyeri paha atau lutut
anterior non traumatis (nyeri terarah) atau bila deformitas uni-
lateral untuk menilai kemungkinan SCFF.
PENANGANAN. Penanganan torsi femur bksterna idiopatik
biasanya observasi karena torsi ini biasanya tidak menyebab-
kan gangguan fungsi yang berarti. Retroversi femur yang mc-
rupakan akibat SCFE ditangani secara bedah.
Kadang-kadang, retroversi femur yang menetap sesudah
SCFE dapat menyebabkan gangguan fungsi seperti gaya berja-
lanjari kaki ke luar dan kesukaran merapatkan lututnya sendiri
dalam posisi duduk. Yang kedua ini dapat amat mengganggu
wanita remaja. Seandainya hal ini terjadi, osteotomi derotasi
akan bermanfaat.
:rui
dffih-
:Fi$i :
ii ::."f r
jl j:rl:
Gambar 624-7. A, Anak perempuan umur 5 tahun dengan torsi femur bilate"al. Rotasi intema bilateralnya sekitar 80 derajat. B. Rotasi ekstema terbatas pada se-
kitar 15 derajat, dan arkus total rotasi pinggul 90-95 derajat. (Dari Thompson GH: Cait disturbances. /n: Kliegman RM, Nie.der ML, Super DM [eds]: Practical
Strategies in Pediatric Diagnosis and Therapy. Philadelphia. WB Saunders, in press.)
khas 30-50 derajat. Akan terdapat kaki kalkaneovalgus (Gbr. Genu Varum Fisiologis
624-8).
EVALUASI RADIOGRAFI. Penilaian radiografi untuk torsi
Kaki bengkok. fisiologis merupakan torsi yang lazim yang
merupakan akibat posisi normal dalam rahim. Kapsul pinggul
tibia eksterna tidak diperlukan karena tidak ada kelainan radio-
posterior yang ketat mengakibatkan kontraktur rotasi eksterria.
grafi yang dapat dilihat.
PENANGANAN. Penanganan torsi tibia eksterna adalah ob-
Bila dikombinasi dengan torsi tibia interna, akan memberikan
gambaran klinis deformitas kaki bengkok. Karena kelainan ini
ser.uasi. Keadaan ini akan menyertai perjalanan klinis yang
adalah fisiologis, penyembuhan spontan pada pertumbuhan
sama seperti torsi tibia interna. Perbaikan bermakna tidak ter-
dan perkembangan nonnal dapat diharapkan. Perbaikan yang
iadi selama umur tahun pertama. Namun, dengan mulainya
bermakna terjadi selama umur tahun pertama. Pada umur 2 ta-
anak berjalan, perbaikan spontan akan terjadi dan biasanya
hun, sebagian besar anak mempunyai tungkai bawah yang me-
sempurna pada umur 2-3 tahun.
nyatu lurus atau netral.
DEFORMITAS ANGULAR
Tibia Vara
624.6 Genu Vurum (Kaki Bengkok)
Tibia vara idiopatik, atau penyakit Blount, adalah ganggu-
Klasifikasi genu varum disajikan pada Tabel 624-l . Genu an yang jarang terjadi yang ditandai oleh kelainan pertum-
varum fisiologis dan tibia vara (penyakit Blount) adalah gang- buhan sisi media epifisis tibia proksimal, mengakibatkan
guan yang paling lazim terjadi. angulasi varus progressif dibawah lutut. Tibia vara dapat ter-
jadi pada setiap kelompok umur pada anak yang sedang tum-
buh dan diklasifikasikan sebagai infantil (l-3 tahun), juvenil
TABEL 624-1. Klasifikasi Genu Varum (Kaki bengkok) (4-10 tahun), dan remaja (11 tahun atau lebih tua). Bentuk ju-
venil dan remaja biasanya digabung sebagai tibia vara mulai
lambat. Ketiga kelornpok ini sama-sama memiliki karakteris-
tik klinis yang relatif lazim, sedang perubahan radiografi pada
kelompok mulai-lambat kurang menonjol daripada pada ben-
tuk infantil. Walaupun penyebab tibia vara yang pasti tetap be-
lum diketahui, kelainan ini tampaknya akibat supresi pertum-
buhan dari kenaikan gaya kompresif di sisi media lutut.
MANIFESTASI KLlNlS. Bentuk infantil tibia vara paling la-
zim, terutama mengenai anak perempuan dan kulit hitam, ter-
dapat obesitas yang nyata, sekitar 80Vo terjadi bilateral, ton-
jolan metafisis media hebat, torsi tibia interna, dan ketidakse-
suaian panjang kaki. Yang khas pada bentukjuvenil dan rema-
ja (mulai-lama) didominasi laki-laki dan kulit hitam, obesitas
yang nyata, tinggi normal dan diatas normal, sekitar 50%
keterlibatan bilateral, deformitas genu varum progresif lambat,
nyeri yang lebih merupakan keluhan utama awal, tidak teraba
tonjolan metafisis medial proksimal, torsi tibia interna mini-
mal, kelemahan ligamentum kolaterale mediale ringan, dan
ketidaksesuaian panjang tungkai bawah yang ringan. Perbe-
Dimodifikasi dari Thompson GH: Angular deformities ttf the lower extre- daan antara tiga kelompok tampak terutama karena umur mu-
ln Chapman MW (ed): Operative ortlnpedics, 2nd ed. Philadelphia'
nteties. lainya, besarnla sisa pertumbuhan, dan besar gaya kompresi
JB Lippincott, 1993, pp 3l3l-3161.
2346 BAGIAN XXXII I Cangguan Tulang dan Sendi
medial. Kelompok infantil mempunyai potensi terbesar untuk deformitas klinis maksimal. Fragmentasi dengan defonrritas
terjadinya deformitas, dan kelompok remaja mempunyai po- tahap penonjolan dan penonjolan metafisis tibia medial proksi-
tensi yang terkecil. mal merupakan tanda-tanda utama kelompok infantil. Peru-
EVALUASI RADIOGRAFI. Pada anak dengan tibia vara bia- bahan dalam metafisis tibiale medialis kurang mencolok pada
sanya dilakukan foto rontgen AP pada kedua ekstremitas ba- bentuk-bentuk mulai awal, yang ditandai oleh adanya baji ba-
wah dan posisi lateral pada ekstremitas yang terkena. Posisi gian medial epifisis, depresi artikuler posteromedial ringan.
anak berdiri dengan pembebanan memungkinkan terlihatnya fisis lengkung ke arah kepala serpiginosa, dan tidak ada frag-
Gambar 624'9 Bayi dengan genu varum bilateral pada umur I 8 bulan. Ini sembuh spontan sebelum umur 7 tahun. A. Fotografi klinis. B. Radiograf anter.oposre
riortungkai bawah berdiri (Dari Tachdjian MO: Pediatric Orthopedics, 2nd ed. Philadelphia, WB Saunders, 1990).
624 a Delormitas Puntir (Torsi) dan Angular (Bengkok) 2347
Gambar 624-10 A. Anak lakilaki umur 13 tahun dengan tibia vara mulai-lambat, atau remaja. Ada obesitas yang nyata dan deformitas genu varur.n ringan lutut
kiri. B. Pandangan posterior pada anak yang sama. Radiografi anterioposterior berdiri lutut kiri memperagakan deformitas tibia vara tetapi <iengan perubahan
yang kurang nyata daripada bentuk infantil. Sisi medial epifisis tibia proksimal sempit dan plat perlumbuhan tidak teratur. "Tonjolan" metafisis khas tidak ada.
mentasi atau ringan atau tonjolan metafisis medial proksimal yang lebih tua dengan tibia vara infantii dapat diterapkan pada
1Gbr. 624- l0 ). kelompok umur ini. Osteotomi valgus tibia proksimal dan os-
Kadang-kadang, artrografi, foto resonansi magnetik, atau teotomi diafisis fibula merupakan prosedur yang paling lazim.
tomografi mungkin perlu untuk menilai meniskus, perrnukaan
artikuler tibia proksimal, atau integritas fisis tibia proksimal.
L,i biasanya dicadangkan untuk defomitas yang lebih berat. 624.7 Genu Valgum (Kaki Pengkor ke
PENANGANAN. Penatalaksanaan tibia vara dapat nonopera- Dalam)
tif maupun operatif pada lentuk infantilnya. Tibia vara mulai-
lambat ditangani secara operatif. Klasifikasi genu valgum terdapat pada Tabel 624-2. Un-
Nonoperatif. Penatalaksanaan ortotik dapat dipertimbang- tungnya, penyebab patologis, kecuali gangguan pasca trauma,
kan pada anak dengan tibia vara infantil yang berumur 3 tahun relatif tidak lazim. Karena koreksi spontan kaki bengkok fi-
atau lebjh muda dengan deformitas ringan. Pada sekitar 507o siologis akan berlanjut, biasanya ada koreksi berlebihan dari
anak yang memenuhi kriteria ini, deformitas dapat terkoreksi berbagai tingkat menjadi genu valgum ringan, atau kaki peng-
secara memadai. Orthosis lutut-pergelangan kaki-kaki harus kor ke dalam. Variasi angular fisiologis ini, atau genu valgum,
digunakan dengan satu medial tegak, tampa lutut bergantung. biasanya terjadi antara umur 3 dan 5 tahun. Adalah benar bah-
Bantalan dan talipengikat harus ditempatkan pada femur distal wa deformitas angular sembuh secara spontan, dengan per-
dan tibia proksimal untuk mempergunakan gaya valgus. Or- sekutuan lutut normal dicapai antara 5 dan 8 tahun. Jarang
thosis harus dipasang 22-23 jam setiap hari. Trial maksimum I ortosis terindikasi untuk kaki pengkor ke dalam. Pembedahan
tahun menejemen orthotik sekarang dianjurkan. Jika koreksi mungkin diperlukan pada remaja yang menderita deformitas
total tidak dicapai sesudah 1 tahun atau jika penjelekan terjadi menetap. Pilihannya meliputi bahan fisea medial, hemiepi-
selama waktu ini, kemudian terindikasi osteotomi korrektif. fisiodesis medial, dan osteotomi korektif.
Gamlrar 624-ll, A, Anak wanita umur 4 tahun dengan tibia vara infantil. Ia gemuk dan mendenta de-
formitas genu varum kiri sedang. B, Radiografi anteroposterior lutut kiri memperlihatkan deformitas
genu varum. Ada penyempitan dan ketidakieraturan sisi medial epifisis tibia proksinal dan tonjolan
metahsis media. C Radiograh ulangan 2 tahun sesudah osteotomi korektif tibia proksimal dan diafisis
fibula. Osteotomi sembuh, dan pertumbuhan relatif normal terjadi pada epifisis tibia proksimal. D. Fo-
tografi klinis pasca bedah memperlihatkan persekutuan simetris tungkai bawah.
yang merupakan proses benigna, dan pembengkokan antero- bengkokan posteromedial tanpa kelainan tulang yang lain. Ba-
lateral, yang adalah proses patologis. gian kaki kalkaneovalgus yang terkena adalah akibat posisi
ANGULAST (PEMBENGKoKAN) TIBIA PoSTERoMEDIAL tibia distal dan pergelangan kaki.
K0NGENITAL. Ini adalah deformitas angular yang tidak lazim Penyebab pembengkokan posteromedial kongenital belum
yang melibatkan sepertiga distal tibia dan fibula. Terdapat diketahui. Riwayat alamiah ditandai oleh penyembuhan spon-
pembengkokan posteromedial bersamaan dengan kaki kal- tan pada umur 3-5 tahun. Namun, akan ada pemendekan sisa
kaneovalgus. Penampakan klinis dapat amat dramatis. Diagno- pada tibia dan fibula. Fibula biasanya agak lebih pendek dari-
sis diperkuat dengan radiografi. Ini akan menunjukkan pem- pada tibia.'Rata-rata hambatan pertumbuhan adalah 12-I3Vo
624 | Deformitas Puntir (Torsi) dan Angular (Bengkok) 2349
fABEL 624-2. Klasifikasi Genu Valgurn (Kaki Pengkor ke Dalam) menggambarkan tidak adanya tibia kongenital, sebagian atau
total. Rekonstruksi bedah deformitas ini sukar, dan kebanyak-
Fisiologis an defek memerlukan amputasi untuk mencapai fungsi yang
Pertumbuhan Asimetri
memuaskan. Pseudoartrosis kongenital tibia biasanya disertai
Tibia valga
'Luka fisea i
dengan neurofibromatosis. Gambarannya berupa defek pada
Trauma pasca,fiaktur:nieJafisis libia lll\Simgl tibia sehingga mudah terjadi fraktur patologis yang tidak akan
lnleksi sembuh. Berbagai teknik pembedahan, termasuk pemberian
Tumor .:"':::: r : :,t.t'' balok intramedular, stimulasi listrik, dan transplan fibula ter-
Gangguan Metabolisme vaskularisasi, telah digunakan dengan berbagai tingkat keber-
Osteo<tistrofi:ginjal,"': . .t '.. '."'' ,: .::: :!lllr:r
hasilan pada masalah yang amat kompleks ini.
Displasia skeleton
Sindrom Kniest
Kelainan Kongenitat DEFORMITAS PUNTIR (TORSI)
oiitotaSi t<ongenjtalptlela I
^
Gang$ian
.i,=,-,, :, I
Neuromuskuler.-'.,'r':.:: .,,;
L
Torsi Mcdia Tibia dan Femur
Ruwe PA, Gage JR, Ozonoff MB, et al: Clinical detcnninatiorl of fernoral an-
Palsi ierebral
teversion: A comparison of established techniques. J Bone Joint Surg
MiClodisplasi4 '/44:820, 1992.
Staheli LT, Corbett M, Wyss C, et al: Lower extremity rotational problems in
Duri Thonltson GH: Angular de.fttnnitas of the ktwer extrentities. In: Chap'
children: Normal values to guide management. J Bone Joint Surg 674:39.
mun MW (ed): Operarive Orthopedic,.2nd ed. Philadelphia' JB Lippittcrttt'
1985.
1993. pD 3131-3164.
Staheli LT: Rotational problems of the lower extremities. Orthop Clin North
Am l8:503,1987.
Staheli LT: Instructional course lecture: Rotational problerns in children. J
Bone Joint Surg 75A:939, 1993.
Svenvingsen S, Terjesen T, Auflein M, et al: Hip rotation and intoeing gait:
(dengan kisaran 5-27Vo). Rata-rata ketidakcocokan panjang A study of normal subjects from four years until adult age. Clin Onhop
kaki pada maturitas adalah 4 cm (3-7 cm). 251:l'7'7, 1990.
Penanganan pembengkokan posteromedial kongenital tibia
dan fibula adalah observasi. Semua komponen deformitas,
DEFORMITAS ANGULAR
kecuali ketidaksamaan panjang kaki, akan sembuh seiring de-
ngan pertumbuhan dan perkembangan. Pada anak harus dila- Genu Varum dan Genu Valgum Fisiologis
kukan pengukuran radiografi secara periodik untuk menen- Kling TF Jr: Angular deformities of the lower lirnbs in children. Orthop Chn
Nonh Am l8:513. 1987.
tukan tingkat ketidaksesuaian dan untuk meramalkan ketidak-
Levine AM, Drennan JC: Physiological bowing and tibia vara: The rnetaphys-
sesuaian maksimum saat dewasa. Ini akan juga memungkin- eal angle in the measurement of bowleg deformities. J Bone Joint Surg
kan informasi berkenaan dengan umur yang tepat untuk inter- 64A:l 158. 1982.
vensi pembedahan. Intervensi operatif untuk defek selain dari Salenius P, Vankka E: The development of the tibio-femoral angle in children
J Bone Joint Surg 574:259, 1 975.
ketidaksesuaian panjang kaki jarang terindikasi. Osteotomi ko-
Thompson GH: Angular deformities of the lower extremities in children. /1.
rektif mungkin diperlukan pada penderita dengan defotmitas Chapman MW (ed): Operative Orthopedics, 2nd ed. Philadelphia, JB Lip-
berat yang tidak membaik seiring dengan pertumbuhan dan pincott, 1993, pp 3131-3164.
perkembangan. Penderita dengan ketidaksesuaian yang lebih Vankka E, Salenius P: Spontaneous correction of severe tibiofemoral defornt-
ity in growing children. Acta Orthop Scand 53:567, I 982.
besar dari 5 cm dapat dilakukan pemanjangan.
PEMBENGKOKAN (ANGULASI) TIBIA ANTEROLATERAL Tibia Vara
KONGENITAL. Tipe pembengkokan ini disertai dengan gang- Henderson RC, Kemp GJ, Greene WB: Adolescent tibia vara: Alternatives for
guan patologi (lihat Tabel 624-3). Diagnosis dibuat secara ra- operative treatment. J Bone.Joint Svg74A:342, 1992.
Johnston CE II: Infantile tibia vara. Clin Orthop 255: 13, 1990.
dio-srafi. Hentimelia fibula kongenital menggambarkan tidak Langenskiold A: Tibia vara: A critical review- Clin Orthop 7:639, 1989.
adanya fibula dan biasanya bagian lateral kaki kongenital teru- Loder RT, Johnston CE II: Infantile tibia vara. J Pediatr Orthop 7-639 1987.
tama jari keempat dan kelima. Hemimelia tibia kongenital Schoenecker PL, Meade WC, Pienon RL, et al: Blounfs disease: A retrospec-
tive review and recommendations for treatment. J Pediatr Orthop 5:181.
1 985.
ihompson GH, Carter JR: Late-onset tibia vara (Blount's disease): Cunent
concepts. Clin Orthop 255:24, 1990.
TABEL 624-3. Diagnosis Banding Defbrmitas Angular Tibia dan
Greene WB: Instructional course lecture: Infantile tibia vara. J Bone Joint
Fibula Surg 75A: 130, 1993.
Henderson RC, Kemp GJ, Hayes PRL: Prevalence of late-onset tibia vara. J
Pediatr Orthop 13:255, 1993.
Feldman MD, Schoenecker PL: Use of metaphyseal-diaphyseal angle in the
evaluation of bowed-legs. J Bone Joint Surg 75A:1602, 1993.
I Bas 625
Ketidakc oc okan Panj ang Kaki
E
o
Y
Ketidakcocokan panjang kaki lazim terjadi pada masa (g
Y
anak, dan banyak faktor yang harus dievaluasi sebelum kepu- E
c
(o
tusan penatalaksanaan dibuat. E
=c0 (5
ET|OLOG|. Penyebab ketidakcocokan panjang kaki adalah Y o-
luas, dan penyebab yang lebih lazim disajikan pada Tabel 625-1. c
o
MANIFESTASI KLINIS DAN DIAGNOSIS. Tanda-tanda dan c
(tr
o_
gejala-gejala yang terkait dengan ketidakcocokan panjang kaki GRAFIK GARIS LURUS
untuk
biasanya dihubungkan dengan penyebab yang mendasari. Se- KETIDAKCOCOKAN PANJANG KAKI
tipe teknik radiografi tersedia. Teleoroentgenogram merupa- diselipkan secara ekstraperiosteum pada masing-masing sisi
kan pemaparan tunggal pada kddua tungkai bawah. Indikasi fisis yang diperlukan untuk melambatkan pertumbuhan de-
utamanya adalah untuk anak kecil, biasanya umur kurang dari ngan kecepatan cukup. Bila penyamaan telah dicapai penjepit
5 tahun. Ada sedikit kesalahan pembesaran, tetapi cara ini diambil, sehingga tulang dapat tumbuh normal lagi. Penjepit
mempunyai manfaat memperagakan setiap deformitas anguler pada satu sisi fisis dapat digunakan untuk mengkoreksi defor-
terkait. Orthoroentgenogram terdiri dari tiga bagian, pemapar mitas anguler sekitar lutut. Reseks i tulang terindikasi pada
pinggul, lutut, dan pergelangan kaki yang sedikit tumpang tin- ketidakcocokan akhir 5-6 cm pada orang dewasa atau remaja
dih pada kaset panjang. Panjang tulang diukur secara langsung yang mempunyai sisa pertumbuhan tidak cukup untuk dilaku-
pada radiografi. Pembesaran yang terjadi kurang, cara ini re- kan epifisiodesis. Femur diperpendek sampai dengan 6 cm dan
latif tepat, dan akan memperlihatkan deformitas anguler. Ska- tibia-fibula sampai dengan 3 cm sebelum terjadi kelemahan
nogram adalah metode penilaian yang sederhana dan tepat. otot yang ireversibel.
Cara ini terdiri dari tiga pemaparan sempit pinggul, lutut, dan Prosedur-Pemanjangan Tungkai. Manfaat pemanjangan
pergelangan kaki pada kaset standar dengan penggaris radio- adalah penyamaan ketidakcocokan panjang kaki yang ber-
grafi terletak dekat ekslremitas. Dengan demikian, terdapat makna; mempertahankan tinggi dewasa akhir; memelihara
pembesaran minimal, dan pengukuran yang tepat dapat dibuat. proporsi tubuh normal; pembedahan pada tungkai yang ter-
Namun, deformitas anguler tidak dapat sepenuhnya ditampak- kena; koreksi deformitas anguler yang ada dan pelenyapan or-
kan dan jika ada, dapat menyebabkan kesalahan dalam pengu- tosis. Kerugiannya adalah bahwa prosedur ini secara teknik
kuran. Tomografi komputasi adalah teknik yang paling tepat sukar untuk dilakukan dan mempunyai angka komplikasi yang
dan akanjuga menunjukkan deformitas anguler. bermakna. Komplikasi yangTazim meliputi infeksi daerah pe-
PENANGANAN. Status psikologis anak serta orang tua me- masangan pen, infeksi luka, hipertensi, subluksasio pinggul,
rupakan pertimbangan penting dalam pemilihan pengobatan. dan lutut, equinus pergelangan kaki, tidak dapat dikoreksi, pe-
Beberapa teknik sama-sama sederhana dan aman, sedangkan nyatuan terlambat, faktor kegagalan logam, dan fraktur kele-
yang lain, terutama prosedur pemanjangan, adalah kompleks lahan sesudah pencabutan logam. Osteotomi transilinka, atau
dengan angka komplikasi tinggi dan memerlukan kerja sama pemanjangan pelvis dapat memberikan penambahan sampai 3
yang baik dengan anak dan orang tua. Ketidakcocokan yang cm panjangnya. Ini biasanya dicadangkan bagi mereka yang
lebih besar dari 2 cm pada maturitas skeleton biasanya memer- menderita ketidakcocokan ringan yang mengalami pemen-
lukan penanganan karena ini sering menyebabkan penderita dekan ipsilateral dengan displasia asetabulum, pelvis asimetri,
pincang. Penyamaan dapat dicapai dengan cara nonbedah dan atau mungkin skoliosis dekompensata. Teknik kalotasis me-
bedah. Pada umumnya, tujuannya adalah untuk mempertahan- mungkinkan pemanjangan femur atau tibia secara progresif.
kan tinggi orang dewasa (5'6" pada laki-laki, 5'0" pada wanita) Osteotomi dilakukan sesudah pemakaian sistem pemanjangan
dan proporsi tubuh yang memadai. Prosedur pemendekan le- fiksator eksterna. Tidak ada pemanjangan awal. Sesudah 7-10
bih disukai, sedangkan pemanjangan harus dilakukan secara hari pemanjangan dimulai dengan 1,0 mm/hari (0,25 mm se-
hati-hati. tiap 6 jam). Ini memungkinkan terjadinya pemanjangan pem-
Ortotik dan Prostetik. Alat ortotik biasanya terindikasi un- bentukan kalus. Pemanjangan tulang yang bermakna dapat di-
tuk ketidakcocokan antara 2-3 cm pada individu yang skele- capai dengan teknik ini. Bila panjang yang diinginkan telah
tonnya telah matang. Peninggian tumit seringkali paling di- dicapai, kalus mungkin mengalami konsolidasi. Alat peman-
perlukan untuk memungkinkan penderita berjalan dengan gaya jang diambil sesudah konsolidasi. Keseluruhan proses ini me-
yang normal. Karena rotasi pelvis normal selama siklus gaya merlukan sekitar I bulan persentimeter pemanjangan. Manfaat
berjalan, penyamaan total tidak diperlukan. Peninggian terke- prosedur ini melebihi teknik pemanjangan sebelumnya karena
cil yang akan memungkinkan penderita berjalan tanpa pincang teknik ini hanya memerlukan satu prosedur, memungkinkan
adalah yang paling diperlukan. Prostesis diperlukan untuk ke- pemanjangan lebih besar, dan mempunyai angka komplikasi
tidakcocokan yang berat atau deformitas yang tidak dapat lebih rendah. Kadang-kadang, kombinasi pemanjangan transi'
dikoreksi. Iiaka, diafisis femur, atau tibia dan mungkin prosedur pemen-
Prosedur Pemedekan-Tungkai. Tiga prosedur digunakan dekan kaki seperti epifisiodesis diperlukan untuk menyamakan
untuk memperpendek tungkai yang lebih panjang. Epifisiode- panjang kaki. Kombinasi pemanjangan diafisis femur dan epi-
sis terindikasi pada anak yang mempunyai ketidakcocokan 5 fisiodesis kontralateral amat berguna untuk ketidakcocokan 8-
cm atau kurang yang diramalkan akan terjadi saat dewasa atau 10 cm bila satu pemanjangan tidak cukup untuk koreksi total.
sebelumnya, mempunyai pertumbuhan sisa yalg cukup untuk
koreksi yang memuaskan, dan mempunyai tinggi dewasa ter-
koreksi yang relatif normal. Prosedur ini memerlukan penen-
Aaron A, Weinstein D, Thickman D, et al: Col.nparison of orthoroentgenogra-
tuan waktu yang tepat untuk mencapai penyamaan panjang phy and computed tomography ir.r the measurement of limb-length discrep-
kaki pada maturitas. Kerugian epifisiodesis adalah perawakan ancy. J Bone Joint Surg 74A:897, 1992.
pendek, pembedahan pada tungkai yang tidak terkena, ke- Anderson M, Green WT, Messner M: Growth and predictions of growth in the
mungkinan deformitas pertumbuhan anguler, dan ireversibili- lower extremities. J Bone Joint Surg 45A:1 , 1963.
Barry K, McManus F, O'Brien T: Leg lengthening by the transiliac method. J
tas prosedur itu sendiri. Epifisiodesis perkutan dengan pengen- Bone Joint Surg T 4B :27 5, 1992.
dalian fluoroskopi sekar4ng merupakan teknik yang paling po- Canale ST, Russell TA, Holcomb RL: Percutaneous epiphysiodesis: Expen-
puler. Ini adalah prosedur rawat jalan yang efektif dan mempu- mental study and preliminary clinical results. J Pediatr Orthop 6:150, 1986.
nyai angka komplikasi rendah. Menjepit epifisea dilakukan Gruelich WW, Pyle SI: Radiographie Atlas of Skeletal Development of the
Hand and Wristj 2nd ed. Stanford, CA, Stanford University Press, 1959.
untuk memperlambat angka pertumbuhan fisea. Tiga penjepit
2352 BAGIAN XXXII . Gangguan Tulang dan Sendi
Huurman WW, Jacobsen FS, Anderson JC, et al: Limb-length discrepancy pada anak dan remaja dan dibahas pada bab kedokteran olah-
measured with computerized axial tomographic equipment. J Bone Joint raga (lihat Bab 633).
Surg 694:699, 1987.
Millis MR, Hall JE: Transiliac lengthening of the lower extremity: A modified
innominate osteotomy for the treatment of postural imbalance. J Bone Joint
Surg 6lA:l 182. 19'79. 62 6. 1 M eniskus Diskoid. I-aterqlis
Moseley CF: A straight line graph for leg-length discrepancies. J Bone Joint
Surg 59A:174, 1977. MANIFESTASI KLINIS DAN DIAGNOSIS. Setiap meniskus
Mosgley CF: Leg length discrepancy. Orthop Clin North Am 18:529,198'l . berbentuk semilunaris atau bentuk "C", tetapi kadang-kadang
Paley D: Current techniques of limb lengthening. J Pediatr Orthop 8:73, 1988.
meniskus lateralis ini menetap, seperti diskus kartilago prdat,
Shapiro F: Developmental patterns in lower extremity length discrepancies. J
Bone Joint Surg 64A:639, I 982. dan disebut meniskus diskoid lateralis. Meniskus normal me-
Tirnbcrlake RW, Bowen JR, Guille JT, et al: Prospective evaluation of 53 con- lekat pada bagian perifernya dan bergeser ke anterior dan pos-
secutive percutaneous epiphysiodeses of the distal femur and proximal tibia terior bersama dengan gerakan lutut, tetapi meniskus diskoid
and fibula- J PediatrOrthop l1:350, 1991.
kurang mobil dan dapat terobek. Kadang-kadang, tidak akan
Velazquez RJ, Bell DF, Armstrong PF, et al: Complications of use of the Iliza-
rov technique in the correction oflimb deformities in children. J Bone Joint ada perlekatan perifer sekitar sisi posterolateral meniskus,
Surg 75A:l 148. 1993. yang memungkinkannya berpindah ke anterior pada fleksi lu-
tut, menimbulkan suara klik atau kluk. Robekan atau perpin-
dahan anterior paling mungkin terjadi pada masa anak akl.rir
atau remaja awal (11-15 tahun). Pemeriksaan fisik dapat
menunjukkan efusi ringan dan uji McMurray positif dimana
I Bes 626 perpindahan meniskus dapat diraba dan dapat didengar. Ra-
diografi anteroposterior lutut hanya dapat menunjukkan pele-
baran sisi lateral sendi lutut. Foto resonansi magnetik (MRI)
Lutut atau artrografi diperlukan untuk diagnosis pastinya.
PENANGANAN. Penanganan meniskus diskoid adaiah me-
motong robekan dan membentuk kembali meniskus secara ar-
troskopi. Pelepasan perifer dapat diperbaiki dan dibentuk
Sendi lutut unik karena artikulasi tibiofemur dibatasi oleh kembali.
jaringan lunak, bukannya oleh kepasan geometrik. Femur dis-
tal berbentuk bubungan, memungkinkannya bergeser, dengan
gerakan engsel. Pembatas lutut utama adalah ligamentum ko- 626.2 Kista Poplitea
lateral media dan latera, ligamentum krusiatum posterior, serta
Kista poplitea (kista Baker) biasanya ditemukan selama
meniskus mediale dan laterale. Berat badan diteruskan melalui
pertengahan masa anak. Ada distensi bursa gastroknemius dan
kartilago maupun meniskus .artikuler. Daerah penting lutut
semimembranosa sepanjang sisi posterior lutut oleh cairan si-
yang kedua adalah sendi patelofemur. Sendi ini merupakan
novia dari selaput tendo atau sendi lutut. Radiografi lutut
tempat yang sering bermasalah, terutama pada remaja.
mungkin normal. Diagnosis dapat diperkuat dengan ultrasono-
Nyeri sekitar lutut merupakan salah satu keluhan yang pa-
grafi atau aspirasi. Penanganannya dengan pengamatan teru-
ling sering muncul pada anak yang lebih tua dan remaja. Hal
tama pada anak umur l0 tahun atau lebih muda, karena pe-
ini dapat timbul secara tersembunyi atau akibat trauma. Pe-
nyembuhan biasanya perlu waktu beberapa tahun. Satu-satu-
ngumpulan cairan (efusi) dalam lutut merupakan petunjuk
nya indikasi untuk bedah eksisi adalah adanya gejala-gejala
proses intraartikuler dbnormal. Cairan yang terkumpul sesudah
atau pembesaran yang progresif.
luka biasanya darah (hemartrosis) dan merupakan petunjuk
adanya luka yang serius pada satu atau lebih ligamentum atau
meniskus. Efusi berulang dapat menunjukkan kerusakan inter- 626.3 O steokondritis Dis ekuns
nal kronis seperti robekan meniskus. Kumpulan cairan yang ti-
Osteokondritis disekans biasanya melibatkan lutut dan ter-
dak terjelaskan dapat terjadi pada artritis (septik. virus, pasca
jadi ketika daerah tulang yang berdekatan pada kartilago ar-
infeksi, artritis reumatoid juvenilis, atau lupus eritematosus
tikuler menjadi avaskuler dan akhirnya lepas dari tulang yang
sistemik) dan pada aktivitas berlebihan. Kadang-kadang cairan
mendasarinya. Penyebab yang pasti belum diketahui, tetapi
ini memerlukan aspirasi untuk mengurangi ketidakenakan
yang juga membantu menegakkan diagnosis. Adanya tetesan- biasanya terjadi trauma dari spina tibia yang berdekatan. Bagi-
an lateral kondilus femoris medialis merupakan tempat yang
tetesan lemak dalam darah yang teraspirasi dari hemartrosis
paling lazim terkena.
dapat merupakan petunjuk fraktur yang tidak kelihatan.
Adanya bahan purulen menunjukkan artritis atau osteomielitis MANIFESTASI KLINIS DAN DIAGNOSIS. Anak atau iemaja
septik. secara khas datang dengan nyeri lutut yang tidak. jelas.
Kadang-kadang terdapat efusi ringan. Pada lutut yang terfleksi
secara penuh, mungkin teraba langsung daerah yang terkena
GANGGUAN LUTUT PEDIATBI
pada kartilago artikuler kondilus femoralis medialis. Ini biasa-
Masalah lutut pediatri yang lazim adalah (1) meniskus nya nyeri.
diskoid lateral, (2) kista poplitea, (3) osteokondritis disekans, Radiografi saluran lutut anteroposterior, dan lateral, diper-
dan (4) penyakit Osgood-Schlatter. Sindroma penggunaan ber- lukan untuk menegakkan diagnosis dan mengikuti proses pe-
lebihan, luka ligamentum, dan robekan meniskus juga terjadi nyakit. Pada anak yang lebih muda, kartilago artikuler yang
626 . Lutut 2353
menumpangi biasanya tetap utuh. Ketika terjadi revasku- an artikuler normal. Penyebab nyeri lutut, yang biasanya ter-
larisasi, tulang akan menyembuh secara spontan. Makin tua jadi pada awal remaja, belum diketahui.
risiko fraktur kartilago artikuler dan pelepasan fragmen tulang MANIFESTASI KLINIS DAN DIAGNOSIS. Nyeri lutut peripa-
semakin bertambah, menghasilkan bagian yang longgar. MRI tela anterior kurang terlokalisasi. Gejala-gejala biasanya diha-
membantu dalam menentukan integritas kartilago artikuler. silkan oleh aktivitas fisik yang keras, seperti lari. Khas, tidak
PENANGANAN. Pada anak umur 11 tahun dan lebih muda, ada riwayat jejas. Anak tidak mengeluh mengalami lutut yang
penanganan terutama adalah dengan pengamatan. Radiografi terkunci, terlepas, atau efusi berulang. Gaya berjalan, kisaran
periodik dan kadang-kadang sken MRI mungkin diperlukan gerakan, persekutuan tungkai bawah, stabilitas lutut, patela ke-
untuk menilai tingkat penyembuhan. Pada remaja umur 13 ta- luar, dan daerah nyeri setempat harus dievaluasi. Adanya
hun dan yang lebih tua, terutama mereka yang dicurigai me- krepitasi patelafemur adalah lazim pada individu normal dan
miliki bagian yang longgar, intervensi bedah artroskopi mung- tidak menunjukkan penyakit lutut yang mendasari. Radiografi
kiii diperlukan. Ini terdiri dari (1) irisan badan yang longgar, rutin, termasuk pandangan anteroposterior, lateral, dan salur-
(2) pergantian dan fiksasi interna, atau (3) pengeboran lesi an, sangat tidak membantu dalam mengevaluasi penyebab
yang utuh untuk menambah revaskularisasi dan penyembuhan. nyeri lutut anterior remaja. Mereka dapat melenyapkan sum-
ber nyeri lain.
PENANGANAN. Penanganannya terutama konservatif dan
62 6. 4 P e ny akit O s g o o d- S chlutter dapat meliputi latihan fisik kelenturan, latihan fisik kekuatan
(isometrik kuadriseps), terapi kontras (es dan panas), ortoses,
Tendo patela yang berinsersi pada tuberkulum tibia, meru-
dan obat-obatan (aspirin dan obat-obat anti radang nonster-
pakan perluasan epifisis tibia proksimal. Daerah ini rentan ter-
oid). Sekitar 70-90Vo keberhasilan dapat diharapkan. Hanya
hadap mikrofraktur selama masa anak akhir atau remaja, teru-
sesekali saja diperlukan evaluasi artroskopi lutut dan sendi pa-
tama pada mereka yang sering berolahraga, menimbulkan pe-
tellofemur.
nyakit Osgood-Schlatter. Penyakit ini lazim terjadi pada anak
laki-laki. Riwayat alamiah hampir selalu benigna. Pada peme-
riksaan fisik akan didapatkan pembengkakan, nyeri. dan ber-
tambahnya prominensia tuberkulum tibia. Radiografi biasanya 626.6 Subluksasi dan Dislokqsi Patela
diperlukan untuk menyingkirkan lesi lain. Istirahat, pembatas-
an aktivitas dan kadang-kadang imobilisasi lutut mungkin di- Salah mengikuti jalan (maltracking) patela biasanya karena
perlukan, bersama dengan program latihan fisik isometrik. defisiensi kongenital dalam sendi patelofemur. Ini dapat terdiri
Obat-obat antiradang biasanya tidak bermanfaat. Penyembuh- dari patela letak tinggi (patelo alta), genu valgum, hipoplasia
an total gejala-gejala melalui penyembuhan fisiologi (penu- kondilum femoris lateralis, dan kelemahan ligamentum. Sub-
tupan fisea) tuberkulum tibia biasanya akan memerlukan luksasi dan dislokasi patela traumatis dapat teriadi sebagai aki-
waktu l2-24 bulan. bat pukulan langsung ke patela sepanjang sisi medialnya.
tetapi ini tidak lazim.
MANIFESTASI KLINIS DAN DIAGNOSIS. Pemeriksaan anak
GANGGUAN PATELOFEMUR dengan maltracking patela yang cenderung menjadi dislokasi
biasanya akan menunjukkan subluksasi terminal bila lutut di-
Sendi patelofemur tergantung pada keseimbangan antara ekstensikan penuh. Mungkin ada nyeri pada palpasi pada per-
ligamentum yang menahan, gaya otot, dan'anatomi artikuler mukaan inferior sisi lateral patela. Upaya memindahkan patela
lekukan patelofemur. P4tela mempunyai dasar bentuk "V" kd lateral akan menghasilkan perasaan subjektif luksasi,
yang menuntunnya melalui lekukan yang sesuai (trakea) pada mengakibatkan penderita menangkap tangan pemeriksa. Ini di-
femur distal. Gaya otot yang menarik melalui mekanisme' sebut tanda ketakutan. Sesudah dislokasi akut, dapat.terjadi
kuadriseps dan tendo patela tidak.bekerja pada garis lurus ka- hemartrosis dari kapsula yang robek atau fraktur osteokondral.
rena tehdo patela condong sedikit ke arah lateral berkenaan de-
Radiografi diperlukan dalam evaluasi subluksasi patela
ngan.'garis kuadriseps. Gerakan lateral ini, bersama dengan
atau sesudah dislokasi akut. Ini harus meliputi pandangan
gerakan penahanan ligamentum, cenderung menggerakkan pa-
antero-posterior, lateral dan garis kaki dasar patela untuk
tela pada arah lateral. Otot Vastus medialis diperlukan untuk
menilai fraktur osteokhondral dari kondilus femoris lateralis
menetralkan gaya yang bekerja ke lateral. Keiainan satu atau
atau permukaan inferior patela.
Sekelompok faktor ini dapat menyebabkan sendi patelofemur
berfungsi sebara abnormal. Manifestasi klinis yang biasa ada- PENANGANAN. Sebagian besar anak datang dengan dislo-
lah nyeri lutut yang diperburuk oleh aktivitas yang berat. kasi patela akut yang dapat diobati secara nonbedah. Ini biasa-
nya terdiri dari imobilisasi dengan lutut pada ekstensi selama
sekitar 6 minggu. Namun, penderita dimulai pada latihan fisik
626.5 Sindroma Nyeri Lutut Anterior isometrik, mengangkat-kaki lurus sesegera mungkin. Bila
Remaja Idiopatik imobilisasi dihentikan, program latihan isometrik harus dilan-
jutkan sampai lutut sepenuhnya terehabilitasi. Dengan meng-
Gangguan patelofemur yang lazim ini sebelumnya dikenal gunakan metode ini, sekitar 75Vo penderita tidak akan men-
sebagai kondronwlasia patela. Istilah ini digunakan untuk derita dislokasi berulang.
menggambarkan permukaan artikuler patela yang kacau. Na- Pada subluksasi patela, penyebabnya harus ditentukan. Jika
mun, sekarang ada bukti yang menunjukkan bahwa permuka- subluksasi ini' disebabkan oleh ketidakseimban-uan dinamik
2354 BAGIAN XXXII . Gangguan Tulang dan Sendi
otot, kemudian program rehabilitasi otot tertentu, seperti tetapi agak "dapat didislokasi". Dislokasi cenderung terjadi se-
penguatan vastus medialis, dapat berhasil. sudah persalinan dan, dengan demikian, adalah berasal pasca
Pada anak dan remaja dengan dislokasi berulang atau kega- lahir, walaupun waktu yang tepat kapan dislokasi terjadi masih
galan penatalaksanaan konservatif untuk subluksasi patela, sta- kontroversial. Karena kelainan ini benar-benar berasal kon-
bilisasi operatif mungkin diperlukan. Tergantung pada penya- genital, sekarang direkomendasikan istilah displasia perkem-
kit, ini dapat terdiri dari pelepasan artroskopik lateral dan ka- bangan pinggul (DPP). DPP diklasifikasi menjadi dua kelom-
dang-kadang rekosntruksi jaringan lunak. Yang kedua ini da- pok besar; khas, pada bayi yang normal secara neurologis, dan
pat dilakukan sebelah proksimal atau sebelah distal tergantung teratologis, dimana ada gangguan neuromuskuler yang men-
pada umur penderita dan sifat penyakit. dasari seperti mielodisplasia, artrogriposis multipleks kongeni-
tal, atau sindroma kompleks. Dislokasi teratologis terjadi da-
lam rahim dan karenanya benar-benar kongenital. Pembahasan
Cash JD, Hughston JC: Treatment of acute patellar dislocation. Am J Sports
Med l6:244, 1988.
ini akan mengkonsentrasikan hanya pada DPP khas, bentuk
Dickhaut SC, Delee JC: The discoid lateral meniscus syndrome. J Bone Joint yang paling lazim.
Surg 64A:1068, 1982. ET|OLOG!. Banyak faktor penyebab DPP, baik fisiologis
Dinham JM: Popliteal cysts in children: The case against surgery. J Bone Joint maupun mekanik. Riwayat keluarga yang positif (20V0) dan
Surg 57B:69, 1975.
kelemahan ligamentum menyeluruh dihubungkan dengan fak-
Krause BPL, Williams JPR, Caterall A: The natural history of Osgood-
Schlatter's disease. J Pediatr Orthop l0:65, 1990. tor etiologi. Sebagian besar anak dengan DPP mempunyai ke-
Sandow MJ, Coodfellow JW: The natural history of anterior knee pain in ado- lemahan ligamentum menyeluruh, dan ini dapat memberi ke-
lescents. J Bone Joint Surg 678:36, 1985. cenderungan pada instabilitas pinggul. Estrogen ibu dan hor-
Stanitski CL: Instructional course lecture: Anterior knee pain syndromes in the
mon lain yang dihubungkan dengan relaksasi pelvis mengaki-
adolescent. J Bone Joint Surg 75A:1407, 1993.
batkan relaksasi sendi pinggul bayi baru lahir lebih lanjut,
meskipun sementara. Ada juga dominasi wanita 9:1.
Sekitar 60Vo anak dengan DPP khas adalah anak sulung,
dan 30-50Vo terjadi pada posisi bokong. Posisi bokong dengan
I Bes 621 pinggul fleksi dan lutut ekstensi adalah posisi yang benisiko
paling tinggi. Posisi bokong mengakibatkan fleksi pinggul
yang ekstrem dan keterbatasan gerakan pinggul. Bertambah-
Pinggul nya fleksi pinggul mengakibatkan peregangan kapsul dan liga-
mentum teres yang telah longgar. Posisi bokong ini juga me-
nyebabkan tidak tercakupnya kaput femoris posterior. Pengu-
rangan gerakan pinggul menyebabkan kurangnya perkem-
bangan normal asetabulum kartilaginosa.
Pinggul adalah sendi bola-dan-lekuk (berturut-turut kaput
Ada juga hubungan torsikolis muskuler kongenital (14-
femoris dan asetabulum) yang memungkinkan bergerak geo-
20Vo) dan adduktus metatarsus (1-10Vo) dengan DPP. Adanya
metris, termasuk fleksi, ekstensi, abduksi dan adduksi, dan ro-
salah satu keadaan memerlukan pemeriksaan pinggul yang
tasi interna dan eksterna. Bagian terbesar kaput femoris terdiri
cermat.
dari epifisis femoris besar (EFB). Kaput femoris dan asetabu-
Faktor-faktor pasca lahir j uga merupakan pe nen t u pe ntin g.
lum mempunyai hubungan gizi dan tidak tergantung pada per-
Mempertahankan pinggul pada posisi adduksi dan ekstensi da-
tumbuhan dan perkembangan normal. Bila hubungan'ini ter-
pat menyebabkan dislokasi. Ini menyebabkan pinggul yang ti-
ganggu, terjadi perkembangan pinggul abnormal. Keseim-
dak stabil berada di bawah tekanan karena kontraktur fleksi
bangan otot dan aktivitas yang dihubungkan dengan fungsi
dan abduksi pinggul normal. Kaput femoris yang tidak stabil,
motorik kasar yang tepat adalah sangat penting pada perkem-
sebagai akibatnya, dapat keluar dari asetabulum selama bebe-
bangan normal pinggul.
rapa hari atau beberapa minggu.
Pasokan darah pada EFB sangat unik. Pembuluh darah reti-
nakuler terletak pada permukaan kolum femoris tetapi intra- PATOANATOMI. Karena pinggul tidak terdislokasi pada
kapsuler. Mereka masuk epifisis dari perifer. Ini membuat pa- saat lahir, komponen-komponen sendi pinggul, tidak termasuk
sokan darah rentan terhadap cedera dan artritis septik, trauma, kapsul, dan ligamentum teres pinggul, relatif normal. Mungkin
dan serangan vaskuler lain. Jika pasokan darah hilang, dapat ada beberapa variasi dalam bentuk asetabulum kartilaginosa,
terjadi nekrosis avaskuler atau osteonekrosis. Ini dapat menga- terutama jika anak berkembang pada posisi bokong. Jika dislo-
kibatkan deforriritas, secara akut atau sebagai akibat pertum- kasi terjadi, kemudian akan berkembang displasia asetabulum
buhan dan perkembangan abnormal, dan memberi kecende- dan salah arah, anteversi (torsi) femor yang berlebihan, dan
rungan pada fungsi sendi pinggul abnormal dan osteoartritis kontraktur otot pinggul.
degeneratif sebagai orang dewasa. MANIFESTASI KLlNlS. Uji Barlow adalah manuaver yang
paling penting dalam pemeriksaan pinggul bayi baru lahir. Uji
provokatif terhadap dislokasi pinggul yang tidak stabil ini di-
Displasia P erkembqngan
627. 1 lakukan dengan menstabilisasi pelvis dengan satu tangan dan
(Kongenital) Pinggul kemudian memfleksi serta mengadduksi pinggul yang berha-
dapan dan menggunakan gaya posterior (Gbr. 627-1). Jika
Displasia perkembangan pinggul (DPP) biasanya terjadi pinggul dap4t didislokasi, pinggul biasanya akan berlokasi lagi
pada masa neonatus. Pinggul pada saat lahirjarang terdislokasi secara spontan. Telah diperkirakan bahwa hanya 1 dalam 100
627 . Pinggul 2355
seran femur ke lateral. D lebih besar daripada D'menunjukkan pergeseran femur ke arah kranial. Hubungan ini menunjukkan displasia
pinggul kiri penderita. B.
yang paling lateralnya. Fernur
Dislokasi perkembangan pinggul kiri. Atap tutang asetabulum kiri sangat miring, dan ada permulaan asetabulum palsu diatas sisi
kiri tergeser ke laterai dan superior. Pusat osifikasi epifisis femoral besar kiri lebih kecil daripada epifisis femur besar yang kanan.
lana Pavlik merupakan cara pengobatan utama pada kelompok diizinkan kembali pada aktivitas penuh secara bertahap. Lo-
umur ini. Pelanan ini berupaya menempatkan pinggul pada po- gam yang ditanam diambil segera sesudah penyembuhan un-
sisi manusia dengan memfleksinya lebih dari 90 derajat (lebih tuk mencegah penggabungan menjadi tulang yang sedang
baik 100-110 derajat) dan mempertahankan secara relatif pe- tumbuh. Umur 18 bulan bukan umur mutlak untuk prosedur
nuh tetapi abduksi halus (50-70 derajat). Ini mengarahkan ini. Telah diperagakan bahwa sekitar 25% anak yang telah di-
kembali kaput femoris ke arah asetabulum. Biasanya, relokasi lakukan penurunan tertutup antara umur 9 dan 12 bulan, 50olc
spontan kaput femoris akan terjadi dalam 3-4 minggu. Pelana yang telah dilakukan antara 72 dan 18 bulan, dan 75% yang
Pavlik berhasil pada sekitar 95Vo pada pinggul displastik atau telah diturunkan antara 18 dan 36 bulan akan mengalami dis-
subluksasi dan keberhasilan 80% pada dislokasi yang sebe- plasia asetabulum sisa yang memerlukan osteotomi pelvis atau
narnya. Jika penurunan dicapai. pelana dilanjutkan sampai pa- femur dikemudian hari.
rameter radiografi telah kembali ke normal. Jika penurunan KOMPLIKASI. Komplikasi DPP yang paling penting dan
spontan tidak terjadi, kemudian terindikasi pembedahan penu- berat adalah nekrosis avaskuler EFB. Ini merupakan kom-
runan tertutup. Ini terdiri dari (1) penarikan kulit awal selama plikasi iatrogenik; reduksi kaput femoris dengan tekanan
1-3 minggu untuk membawi kaput femoris berhadapan.de- menghasilkan kompresi kartilaginosa, dan ini dapat mengaki-
ngan asetabulum, (2) tenotomi adduktor perkutan, (3) penu- batkan oklusi pembuluh darah intraartikuler, ekstraosea epi-
runan tertutup, (4) artrogram untuk menilai konsentrisitas fisis dan menimbulkan infark EFB, sebagian atau total. Re-
penurunan, dan (5) pemasangan perban gips spica pinggul vaskularisasi menyertai, tetapi pertumbuhan dan perkcmbang-
pada posisi "manusia". Penanganan dilanjutkan sampei para- an abnormal dapat terjadi terutama jika lisis cedera bcrat.
meter radiografi ada dalam batas normal. Pinggul amat rentan terhadap komplikasi ini sebelum perkem-
Umur 6-18 bulan. Pada bayi yang lebih tua, pembedahan bangan nukleus penuiangan (4-6 bulan). Penatalaksanaan yang
reduksi tertutup merupakan metode utama pengobatan. Jika digambarkan sebelumnya dirancang untuk meminimalkan
pinggul yang direduksi menunjukkan ketidakstabilan sisa yang komplikasi ini; dengan penggunaan yang tepat penanganan
bermakna, reduksi terbuka dapat terindikasi. Ini dapat melarui ini, inside s nekrosis avaskuler akan menjadi sekitar 5-15%
pendekatan medial atau anterior. Kemungkrnan komplikasi lain pada DPP adalah dislokasi
Umur 18 buhn.8 tahun. Sesudah umur .8 bulan, rjeformitas ulang, subluksasi srsa atau displasia asetabulum, dan kom-
progressif begitu berat sehingga reduksi terbuka disertai de- plikasi pasca bedah seperti infeksi luka.
ngan osteotomi pelvis (inominata), osteotomi femur, atau ke-
duanya diperlukan untuk menyekutukan kembali pinggul. ARTRITIS SEPTIK DAN OSTEOMIELITIS
Osteotomi derotasi pemendekan femur dilakukan secara ber-
sama jika reduksi ketat, jika ada anteversi femur berlebihan, Lihat Bab 172 untuk pembahasan penuh. Diagnosis artritis
atau jika anak berumur 3 atau 4 tahun irtau lebih tua. Pasca be- septik dan osteomielitis dibuat dengan aspirasi pinggul (artro-
dah perban gips spica pinggul dipakai selama 6-8 minggu un- sentesis). Ini mungkin secara teknis sukar dan harus selalu di-
tuk mcmungkinkan penyembuhan. Sesudahnya, anak dapat lakukan dengan bantuan fluoroskopi. Jika tidak ada cairzrn
627 . Pinggul 2357
yang diperoleh dari sendi pinggul, artrogram harus dilakukan, nai laki-laki (4-5:1) dan bilateral pada sekitar 20Vo anak. Anak
memastikan bahwa sendi pinggul telah diikutsertakan. dengan PLCP juga sering mempunyai umur tulang yang ter-
lambat, pertumbuhan tidak seimbang, dan perawakan pendek
ringan.
MANIFESTASI KLlNlS. Mulai PLCP yang khas secara klinis
627.2 Sinovitis Monoartikuler Sementqra adalah antara umur 2 dan 12 tahun (rata-rata 7 tahun). Keba-
nyakan anak datang dengan nyeri ringan atau intermiten pada
Sinovitis pinggul sementara merupakan salah satu dari pe-
paha anterior dan pincang. Tanda klasik telah diuraikan seba-
nyebab pincang yang lebih lazim terjadi pada anak normal'
gai "pincang tidak nyeri". Tanda-tanda fisik awal yang berhu-
Kelainan ini ditandai dengan mulai nyeri akut, pincang, dan
pembatasan gerak ringan, terutama abduksi dan rotasi interna'
bungan dengan penyakit ini adalah gaya berjalan antalgik;
spasme otot dengan pembatasan gerakan ringan, terutama ab-
Artritis septik dan osteomielitis pinggul harus dikesampingkan
duksi dan rotasi interna; atrofi paha proksimal; dan pemendek-
sebelum diagnosis ini dapat dikonfirmasi. Penyebabnya tetap
an perawakan ringan.
belum pasti, tetapi kemungkinan meliputi (1) sindroma virus
EVALUASI RADIOGRAFI: DIAGNOSIS DAN PROGNOSIS.
sistemik aktif atau baru, (2) trauma, dan (3) hipersensitivitas
alergika. Spesimen biopsi dari sendi pinggul memperlihatkan
Radiografi anteroposterior dan Lauenstein (katak) lateral pel-
vis harus diambil untuk menegakkan diagnosis. Karakteristik
hipertrofi sinovia akibat reaksi radang nonspesifik.
MANIFESTASI KLlNlS. Sinovitis monoartikuler dapat terjadi
radiografi dapat dibagi menjadi lima stadium yang berbeda
pada semua kelompok umur, tetapi rata-rata umur mulainya
yang menggambarkan rangkaian proses penyakit: (1) peng-
hentian pertumbuhan EFB, (2) fraktur subkondral, (3) resorpsi
adalah 6 tahun; terjadi terutama pada kisaran umur 3 sampai 8
(fragmentasi), (4) reosifikasi, dan (5) stadium penyembuhan
tahun. Sekitar J}Vo anak yang terkena akan menderita infeksi
atau sisa.
saluran pernafasan atas nonspesifrkT-4 hari sebelum mulainya
gejala-gejala. Biasanya gejala bermula akut dengan rasa nyeri
Ada tiga sistem klasifikasi radiografi mengenai luasnya
pada selangkangan, paha anterior, atau lutut; nyeri paha ante-
keterlibatan EFB. Catterall mengembangkan empat-kelompok
rior nontraumatis atau nyeri lutut dapat berasal dari pinggul. klasifikasi atas dasar penampakan EFB pada resorpsi maksi-
mum. Walaupun klasifikasi ini telah membantu dalam analisis
Anak biasanya dapat berjalan, dan pinggul tidak tertahan pada
sikap fleksi, abduksi, dan rotasi ke lateral kecuali kalau ada
hasil retrospektif, tetapi nilai prognostiknya terbatas karena
sukar diterapkan pada fase proses penyakit yang paling awal.
efusi yang berarti. Namun, gaya berjalan menunjukkan rasa
nyeri dan pincang. Mereka biasanya tidak demam atau mende- Salter-Thompson menggunakan dua kelompok, dan Herring
serta kawan-kawan, tiga kelompok, berdasarkan pada keterli-
rita demam ringan (suhu kurang dari 38" C).
batan atau luasnya keterlibatan bagian lateral EFB. Bila utuh,
Angka laboratorium biasanya dalam batas-batas normal,
daerah ini berperan sebagai kolom pendukung atau tiang pe-
tetapi kadang-kadang dapat ditemukan kenaikan ringan laju
nyangga yang melindungi bagian EFB yang terlibat dari kom-
endap darah. Artrosentesis negatif, walaupun efusi sinovia se-
presi, yang dapat menimbulkan kolaps, deformitas, dan ke-
banyak l-3 ml tidak jarang ditemukan.
EVALUASI RADIOGRAFI. Radiografi pelvis anteroposterior
mungkinan ekstrusi. Adanya keterlibatan m-engakibatkan
prognosis lebih buruk.
dan Lauenstein (katak) lateral harus diambil dan biasanya nor-
Prognosis jangka pendek berhubungan dengan defbnnitas
mal. Ultrasonografi pinggul dapat memperagakan efusi sendi
pinggul. Sken tulang teknetium atau MRI mungkin bermanfaat kaput femoris pada penyempurnaan stadium penyembuhan.
Faktor risiko yang merugikan meliputi timbulnya gelaja klinis
untuk mengesampingkan adanya lesi lain, seperti infeksi atau
pada umur yang lebih tua, terkenanya EFB secara luas, pena-
penyakit Legg-Calv 6 Perthes (PLCP). Sinovitis monoartikuler
hanan kaput femoris, pengurangan kisaran gerakan pinggul,
scmentara merupakan diagnosis per eksklusionam.
dan penutupan prematur lempeng pertumbuhan. Prognosis
PENANGANAN. Penanganan sinovitis monoartikuler ping- jangka panjang berhubungan dengan kemungkinan untuk os-
gul adalah konservatif. Tirah baring tanpa pembebanan sampai
teoartritis pinggul pada masa dewasa. Anak yang lebih tua de-
nyeri sembuh disertai dengan pembatasar-r aktivitas merupakan
ngan deformitas kaput femoris sisa yang bermakna berisiko
penanganan pilihan. Kebanyakan anak diharuskan melakukan
terkena artritis degeneratif. Insidensinya 1007o pada anak yang
tirah baring selama sekitar 7 hari. Kemudian aktivitas dibatasi
mulai terkena berumur l0 tahun atau lebih dan yang menderita
selama l-2 minggu lagi. Ini kadang-kadang sukar karena anak
deformitas kaput femoris sisa. Ini sama dengan risiko pada
ingin kembali pada aktivitas normal bila gejalanya sembuh.
anak yang mulai terkena berumur 5 tahun dan lebih muda dan
Namun, jika anak diperbolehkan kembali melakukan aktivitas
38% bila mulainya terjadi antara umur 6 dan 9 tahun.
normal terlalu awal, dapat terjadi perburukan gejala.
Dua teknik radiografi mengevaluasi sferisitas kaput femo-
ris pada akhir proses penyakit. yang berkorelasi dengan risiko
osteoartritis degeneratif seperti orang dewasa. Pada kriteria
62 7. 3 P e ny akit Le g g- C alv 6-P erthe s lingkaran Mose, pola transparan dengan lingkaran konsentris
(PLCP) ditempatkan pada radiografi anteroposterior dan Lauenstein
lateral. Jika variasi spesfisitas kaput femoris pada dua pan-
PLCP adalah osteonekrosis atau nek-rosis avaskuler idiopa- dangan adalah 0-2 mm, hasilnya baik; 2-3 mm, cukup; dan 3
tik EFB, dan komplikasi terkait tentang hal ini, terjadi pada mm atau lebih, buruk. Lima kelompok klasifikasi Stulberg dan
anak imatur, yang sedang tumbuh. Osteokondrosis ini disebab- kawan-kawan didasarkan pada bentuk kaput femoris dan ke-
kan oleh gangguan pasokan darah EFB, yang terutama menge- serasian dengan asetabulum; kelas I, kaput femoris sferis yang
2358 BAGIAN XXXII . Gangguan Tulang dan Sendi
ukurannya sama dengan pinggul yang berhadapan yang tidak dipikirkan. Beberapa prosedur bedah setidaknya memperbaiki
terlibat, kelas II, kaput femoris sferis dengan koksa magna; ke- berbagai deformitas yang ada, dan dengan demikian, mereda-
las III, kaput femoris nonsferis dengan asetabulum harmonis, kan gejala-gejala terkait.
kelas IV, kaput femoris rata dengan kelainan kqllum femoris
dan asetabulum; dan kelas V, kaput femoris rata dengan ase-
tabulum normal. Kelas I dan II pinggul sferis serasi, kelas III 627.4 Epifisis Kaput Femoris Tergelincir
pinggul nonsferis serasi, kelas IV dan V pinggul tidak serasi.
PENANGANAN. PLCP adalah gangguan lokal, sembuh sen- Epifisis kaput femoris tergelincir (slipped capitaL femoraL
diri. Pencegahan deformiitas kaput femoris dan osteoartritis epiphysis ISCFE]) adalah gangguan pinggul yang paiing lazim
sekunder merupakan satu-satunya alasan pengobatan. Tujuan pada remaja. Penyebabnya belum diketahui, tetapi diduga hal
penanganan adalah (1) menghilangkan iritabilitas pinggul, (2) ini disebabkan endokrin karena SCFE seringkali disertai oleh
membentuk kembali dan mempertahankan kisaran gerakan kelainan pertumbuhan. Homon kelamin dan hormon pertum-
pinggul yang baik, (3) mencegah kolaps EFB, pengeluaran, buhan mengubah kecepatan proliferasi sel kartilago dalam
atau subluksasi dan (4) membentuk kaput femoris sferis pada fisis dan kecepatan pertumbuhan skeleton. SCFE khas terjadi
penyembuhan. Metode pengobatan sekarang menggunakan pada remaja yang gemuk dan maturasi skeleton terlambat atau
konsep penahanan (yaitu, kaput femoris ditahan dalam ase- pada individu kurus tinggi yang menderita percepatan pertum-
tabulum sehingga yang kedua ini bekerja sebagai cetakan un- buhan baru. Pada remaja gemuk, telah diketahui bahwa kadar
tuk reosifikasi EFB). Ini dapat disempurnakan dengan teknik hormon kelamin rendah, sedang pada individu kurus, tinggi,
nonbedah dan bedah. Bentuk penatalaksanaan baru yang telah terdapat hormon pertumbuhan. yang berlebihan. SCFE dapat
diterima akan dibahas. juga terjadi sebagai komplikasi gangguan endokrin seperti hi-
Observasi. Mengamati dengan seksama cocok diterapkan potiroidisme, gangguan pituitaria, pseudohipoparatiroidisme,
pada semua anak yang lebih muda dari 6 tahun pada mulainya dan lainlain. Bila penggelinciran terjadi sebelurn pubertas
gejala klinis tanpa memandang luasnya keterlibatan EFB. Na- (umur 10 tahun atau lebih muda), harus dicurigai kelainan hor-
mun, anak ini harus diawasi secara ketat, baik secara klinis mon atau gangguan sistemik.
maupun radiografi. EVALUASI RADIOGRAFI. Radiografi anteroposterior dan
Penanganan Gejala yang Hilang Timbul. Penanganan semen- Lauenstein (katak) lateral pelvis digunakan untuk penilaian
tara atau periodik dengan tirah baring atau latihan peregangan SCFE (Gbr. 627-3). Kedua pinggul harus diperiksa dan diban-
abduksi untuk mempertahankan mobilitas dapat digunakan dingkan. Tanda paling awal SCFE, adalah pelebaran lempeng
bersama dengan observasi. Episode berulang iritabilitas ping- pertumbuhan tanpa kemungkinan menggelincir, keadaan sebe-
gul dengan pengurangan sementara dalam gerakan biasa ter- lum tergelincir. Ketika terjadi kemungkinan penggelinciran,
jadi selama fase fraktur dan fragmentasi subkondral, dan anak
merasa lebih baik dengan hilangnya gejala.
Pengobatan Awal Definitif. Penahanan kaput femoris secara
nonbedah atau bedah pada perjalanan penyakit terindikasi bila
(1) umur pada mulainya klinis adalah 6 tahun atau lebih tua
(mungkin 5 tahun pada anak perempuan), (2) kolom lateral
atau tiang penopang EFB terkena, atau (3) kehilangan pena-
han, seperti ditampakkan dengan pengeluaran (ekstrusis) kaput
femoris pada radiogra[i anteroposterior.
Perumnru NoHgeolH. Gips abduksi (Petrie) atau ertoses
lazim digunakan untuk mengisi kaput femoris dalam asetabu-
lum. Penahan dilanjutkan hanya sampai ada reosifikasi sub-
kondral radiografi awal. Karena ini biasanya terjadi 12-17 bu-
lan sesudah mulai klinis, metode penahan nonbedah hanya ter-
batas pada umur 18 bulan atau kurang tanpa pengaruh yang
merugikan. Sekarang, ortosis Rumah Sakit Atlanta Scottish
Rite paling luas digunakan karena ortosis ini memungkinkan
gerakan timbal balik dan berjalan tanpa tongkat ketiak atau du-
kungan eksterna. Keberhasilan penahan nonbedah baru-baru
ini diragukan atas dasar bahwa penahan ini tidak mengubah ri-
wayat alamiah PLCP yang tidak diobati.
PENAHAN Beom. Pemilihan osteotomi pelvis atau femor un-
tuk penahan bedah didasarkan pada filosofi dan pakar teknik
pembedahan. Hasil penahan bedah tampak lebih baik daripada
hasil penahan nonbedah; sekitar 85Vo akan mempunyai Stul- Gambar 627-3-Epifisis kaput femoris tergelincir, pandangan anteroposterior.
Garis yang menumpangi kolum femoris superior normalnya memotong bagian
berg kelas I, II, atau III.
kaput (B dan D adalah normal). Pada epifisis tergelincir, garis tidak memo-
Penatalaksanaan Pembedahan Lambat untuk Deformitas. tong kaput femoris (A dan C). Kadang-kadang, pandangan kaki-katak (C dan
Jika deTormitas kaput femoris menghalangi penurunan kaput D) diperlukan untuk memperlihatkan penggelinciran (Dari Chung S: Diseases
femoris ke dalam asetabulum, metode alternatif harus of the developihg hip Joint, Pediatr Clin North Am'33:1457, 1986.)
627 . Pinggul 23s9
EFB tetap berada di dalam asetabulum dan kolum femoris KOMPLIKASI. Dua komplikasi yang serius pada SCFE ada-
berotasi terutama ke anterior (walaupun kadang-kadang ke su- lah osteonekrosis dan kondrolisis. Osteonekrosis terjadi seba-
perior), mengakibatkan kaput dan kolum femoris retroversi va- gai akibat jejas pada pembuluh darah retinakuler. Ini dapat
rus. Derajat kemungkinan menggelincir antara. EFB dan disebabkan karena manipulasi ketergelinciran akut yang di-
kollum femoris dapat digolongkan sebagai ringan (0-337o), se- paksakan, kompresi karena hematoma intrakapsul, atau luka
dang(34-50Vo), dan berat (lebih besar dari50Vo) dengan teknik indirek selama pembedahan. Bentuk osteonekrosis sebagian
pengukuran radiografi. dapat juga terjadi sesudah fiksasi interna sebagai akibat gang-
. KLASIFIKASI DIAGNOSTIK. SCFE disusun dalam empat guan pembuluh darah intraepifisis. Kondrolisis merupakan de-
kelompok klinis yang berbeda, seperti dibahas berikut ini. generasi kartilago sendi pinggul. Penyebabnya tidak jelas,
Sebelum mengelincir (Praslip). Fisis lebar, tetapi ke- tetapi kelainan ini (1) disertai dengan ketergelinciran yang le-
mungkinan menggelincir tidak ada. Mungkin ada rasa kurang bih berat, (2) terjadi lebih sering pada orang kulit hitam dan
nyaman, tetapi pemeriksaan fisik biasanya normal. Praslip se- wanita, dan (3) disertai dengan pen atau sekrup yang menonjol
ringkali ditemukan pada pinggul remaja yang pernah menga- keluar kaput femoris.
lami EFB pada pinggul yang lain.
SCFE Akut. Pada SCFE akut, tidak ada gejala-gejala atau
DISPLASIA PERKEMBANGAN (KONGENITAL) PINGGUL
hanya ringan seperti nyeri atau pincang selama kurang dari 3
Allan DB, Cray RH, Scott TD,"et al: The relationship between ligamelatous
minggu. Kemungkinan tergelincir terjadi mendadak, dengan clicks arising from the newborn hip end congenital dislocation. J Bone Joint
atau tanpa trauma yang berarti, dan nyeri begitu berat sehingga Surg 678:491, 1985.
anak biasanya tidak mampu berdiri atau menahan berat badan Aronsson DD, Goldberg MJ, Kling TF Jr, et al: Developmental dysplasia of
the hip. Pediatrics 94:201, 1994.
walaupun ada dukungan eksterna pada ekstremitas yang terli- Bemard AA, O'Hara JN, Bazin S, et al: An improved screening system for the
bat. SCFE akut tidak stabil. early detection of congenital dislocation of the hip. J Pediatr Orthopl 211,
SCFE Akut-pada-Kronis. Pada SCFE akut-pada-konis, epi- t98'7.
fisis menggelincir secara akut pada ketergelinciran kronis yang Bialik V, Tishman J, Katzir J, et al: Clinical assessment of hip instability in
the newbom by an orthopaedic surgeon arrd a pediatrician. Pediatr Orthop
sedang ada. Remaja ini telah mempunyai gejala-gejala sebe- 6:703, 1986.
lumnya (nyeri, pincang, gaya berjalan jari-kaki keluar) selama DeRosa GP, Feller N: Treatment of congenital dislocation of the hip: Manage-
beberapa bulan atau lebih lama. Kelainan ini juga tidak stabil ment before walking age. Clin Orthop 225:77,1987.
dan begitu nyeri sehingga anak tidak mampu berdiri atau me- Gabuzda GM, Renshaw TS: Current concept review: Reduction of congenital
dislocation ofthe hip. J Bone Joint SurgT4A:624,1992.
nahan beban berat badan pada sisi yang terlibat.
Grill F, Bensahel H, Canadell J, et al: The Pavlik harness in the treatment of
SCFE Kronis. Ini adalah tipe yang paling sering. Biasanya the congenitally dislocating hip: Report on a muticenter study of the Euro-
ada riwayat gejala di atas selama beberapa bulan sebeldmnya. pean Pediatric Orthopaedic Society. J Pediatr Orthop 8:1, 1988.
Biasanya gejala memburuk ketika ketergelinciran bertambah Harcke HT, Kumar SJ: Current concepts review: The role of ultrasound in the
diagnosis and management of congenital dislocation and dysplasia of the
parah. Namun, karena ada hubungan antara kolum femoris dan
hip. J Bone Joint Surg 73A:622, 1991.
EFB, gejala-gejala tidak berat, dan anak mampu berjalan de- Hensinger RD: Congenital dislocation of the hip: Treatment in infancy to
ngan antalgia ringan, gaya berjalan terotasi ke eksterna. SCFE walking age. Orthop Clin North Am 18:597, 1987.
kronis stabil. Hummer CD. MacEwen CD: The coexistence of torticollis and congenital dis-
location ofthe hip. J Bone Joint Surg 54A:1255 1972.
MANIFESTASI KLlNlS. Temuan-temuan fisik pada SCFE
Keret D, MacEwen GD: Growth disturbance of the proximal part of the femur
tergantung pada derajat penggelinciran dan klasifikasinya. after treatment for congenital dislocation of the hip. J Bone Joint Surg
Pada SCFE akut atau akut-pada-kronis yang tidak stabil, pe- 73A:410. 199 I .
meriksaan fisik terbatas sebagai akibat nyeri pada setiap upaya Viere RG, Birch JC. Herring J.A, et al: Use of the Pavlik hamess in congenital
dislocation of the hip: An analysis of failures of treatment. J Bone Joinr
gerakan pinggul. Pada'SCFE kronis stabil, penderita akan
Surg 724:238, 1990.
mengalami gaya berjalan antalgik, dan tungkai yang terkena
terotasi eksterna. Kisaran gerakan pinggul akan memperaga- SINOVITIS MONOARTIKULER SEMENTARA
Hauseisen DC, Weiner DS, Weiner SD: The characterization of "transient
kan tidak adanya rotasi interna dan bertambahnya rotasi
synovitis ofthe hip" in children. J Pediatr Orthop 6:11, 1986.
eksterna. Juga, ketika pinggul terfleksi, pinggul akan terotasi Landin LA, Danielsson LG, Wattsgard C: Transient synovitis of the hip Its
eksterna secara progresif. Keterbatasan fleksi dan abduksi da- incidence, epidemiology and relation to Perthes disease. J Bone Joint-Surg
pat juga ada karena deformitas varus femur proksimal. Dua 698:238, 1987.
puluh persen penderita hanya akan mengeluh nyeri pada lutut,
PENYAKIT LEGG-CALVE.PERTHES
walaupun kemampuan rotasi pinggul berkurang pada pemerik- Bos CFA, Bloem JL, Bloem RM: Sequential magnetic resonance imaging in
saan fisik. Remaja, terutama mereka yang gemuk, dengan Perthes disease. J Bone Joint Surg 73B:219, 1991. Catterall A: The natural
nyeri (nyeri alih) paha atau lutut anterior nontraumatis harus history of Perthes disease. J Bone Joint Surg 538:37, 1 97 I .
Hening JA, Neustadt JB, Williams JJ, et al: Therlateral pillar classification of
secara cerrnat dievaluasi untuk SCFE.
Legg-Calv6-Perthes disease. J Pediatr Orthop 12:143, 1992.
PENANGANAN. Tujuan penanganan SCFE adalah untuk Herring JA, Williams JJ, Neustadt JN, er al: Evolution of femoral head de-
mencegah penggelinciran lebih lanjut dan meminimalkan formity during the healing phase of Legg-Calvd-Perrhes disease. J pediatr
komplikasi. Ini disempurnakan dengan melakukan epifisiode- Ortliop l3:41. 1993.
Inoue A, Freeman MAR, Vernon-Roberts B, et al: The pathogenesis of per-
sis EFB. Penyematan ditempat asalnya dengan satu atau dua
thes disease. J Bolle Joint Surg 58B:453, 1976.
sekrup yang berkanulasi adalah teknik yang paling populer. Lovell WW, MacEwen GD, Stewart WR, et al: Legg-Perthes disease in girls.
Sekrup dapat diselipkan subkutan dengan bantuan fluoroskopi. J Bolle Joint Sorg 648:637, 1982.
Sekrup yang diambil sesudah penutupan EFB kontroversial. McAndrews MP, Weinstein SL: A long-term follow-up of Legg-Calvd-
Perthes disease, J Bone Joint Surg 664:860. 1984.
2360 BAGIAN XXXII I Gangguan Tulang dan Sendi
Meehan PL, Angel D, Nelson JM: The Scottish Rite abduction orthosis for the TABEL 628-1. Klasifikasi Defbrmitas Spinal
treatment of Legg-Perthes disease. J Bone Joint Surg 74A:2, I 992.
Pinto MR, Peterson HA, Berquist TH: Magnetic resonance imaging in early Skoliosib ' ' :': ::'r:rr': r'
diagnosis of Legg-Calvd-Perthes disease. J Pediatr Orthop 9: I 9, I 989, '' IdioPatik:
''
': Infantil :.'1 , ',;
,
Stulberg SD, Cooperman DR, Wallensten R: The natural history of Legg- ,
epiphysls: Spica cast imrnobilization J Bone Joirrt Surg 72A:587, 1990. Penyakit neuropati
Busch MT, Morrissey RT: Slipped capital femoral epiphysis Orthop Clin Neuron motor alils
North Ana l8:637, 1987. Palsi serebral
Carney BT, Wehlstein SL, Noble J: Long-term follow-up of slipped capital De$enerasi spinoSeiebeler (ataksia Friedreich, penyakit
femoral epiphysis. J Bone Joint Surg 73Al.677 , 1991. ' . Chariot Marie-Tooth)
Cooperman DR, Charles LM, Pathria M, et al: Post-mortem description of Siringomielia
slipped capital lenrolal epiphysis. J Bone Joint Surg 748:595 1992.
Tumor medula spinalis
lngram AJ, Clarke MS, Clarke CS Jr, et ai: Chondrolysis complicating slipped
capital femoral epiphysis. Clin Orthop 165:99, 1982.
Traumu medula spinalis .
I Bne 628
Kifusis kongenital
Bila batang tubuh dipandang dari samping dengan penderi- mentasi dapat terindikasi terutama pada lengkung torakolum-
ta pada posisi fleksi ke depan, derajat kifusis dapat dievaluasi. bal dan lumbal.
Normalnya, ada kifosis ringan yang bertahap secara halus atau
punggung melengkung di daerah toraks dan kebalikan lordosis
lumbal. Pembengkokan ke depan yang tajam, mendadak atau 628.2 Skoliosis Kongenital
jelas di daerah toraks atau torakolumbal merupakan petunjuk
deformitas kifosis. Kelainan perkembangan vertebra selama trimester pertama
EVALUASI RADIOGRAFI. Radiografi berdiri posteroanterior kehamilan sering mengakibatkan deformitas struktural spina
(PA) dan lateral seluruh spina diambil untuk penilaian skolio- yang nyata pada saat lahir atau awal masa anak. Skoliosis kon-
sis, kifosis, lordosis, malformasi kongenital, dan jika krista genital dapat diklasifikasikan sebagai (1) kegagalan pemben-
iliaka dapat dilihat, maturasi skeleton penderita. Derajat ke- tukan vertebra parsial atau total (vertebra bayi atau hemiver-
lengkungan diukur dari lengkungan yang paling miring atau tebra); (2) kegagalan segmentasi sebagian atau total (batang ti-
lengkungan ujung vertebra ke superior dan inferior, dengan dak bersegmen); atau (3) campuran. Skoliosis ini dapat terjadi
menggunakan metode Cobb. Pada. metode ini, garis ditarik tersendiri atau bersamaan dengan malformasi sistem organ
menyilang lempeng akhir proksimal ujung vertebra inferior, lain yang berdeferensiasi pada saat yang sama dengan spina.
dan ditarik garis tegak lurus. Sudut pada garis potong garis Malformasi genitourinarius kongenital terjadi pada 20Vo
tegak lurus menentukan derajat kelengkungan. Prosedur radio- anak dengan skoliosis kongenital. Agenesis ginjal unilateral
grafi lain yang kadang-kadang mungkin diperlukan pada pe- merupakan kelainan yang paling lazim. Duplikasi ureter, gin-
meriksaan deformitas spinal meliputi tomografi komputasi, jal bentuk sepatu, dan anomali genital juga terjadi. Sekitar 2Vo
MRI, mielografi, dan tomografi. Keputusan untuk prosedur ini anak dengan kelainan genitourinaria terkait akan menderita
didasarkan pada diagnosis banding. uropati obstruktif tanpa gejala. Ultrasonografi ginjal harus di-
PENANGANAN. Penanganan skoliosis idiopatik didasarkan lakukan pada semua anak dengan skoliosis kongenital untuk
pada perburukan lengkungan dan umur penderita. Tidak ada menilai kemungkinan adanya masalah genitourinaria. Prose-
pengobatan yang diperlukan untuk deformitas nonprogresif. dur lain seperti pielografi intravenosa atau MRI mungkin di-
Risiko perburukan lengkungan bervariasi sesuai dengan jenis perlukan jika ultrasonogram tidak normal. Penyakit jantung
kelamin, umur, status menarche, lokasi lengkungan, dan besar- kongenital terjadi pada l}-l1Vo anak yang menderita skoliosis
an lengkungan. Walaupun rasio perempuan : laki-laki pada kongenital.
skoliosis remaja idiopatik sekitar l:1, risiko perburukan kurva Disrafisme spinal merupakan istilah umum untuk defek
jauh lebih tinggi'untuk anak perempuan. Anak perempuan pra- vertebra dan medula spinalis bersama; kelainan ini terjadi
menarche dengan lengkungan lebih dari 20 derajat mempunyai pada sekitar 20Vo anak yang menderita skoliosis kongenital.
risiko lebih tinggi yang bermakna terhadap perburukan dari- Spina bifida tersembunyi merupakan defek paling lazim dan
pada anak perempuan 1-2 tahun sesudah menarche dengan benigna, sedang rnielomeningokel adalah yang paling berat.
lengkungan yang sama. $isiko perburukan pada anak perem- Lesi lain meliputi lipoma intradural dan ekstradural, kista dan
puan pramenarche dengan lengkungan lebih besar daripada 20 teratoma, dan serabut medula spinalis. Kelainan ini seringkali
derajat adalah sekitar 70Vo; risiko ini bahkan lebih tinggi jika dihubungkan dengan lesi kulit punggung seperti bercak ber-
lengkungan lebih besar daripada 30 derajat. Lengkungan ku- ambut, cekungan kulit, hemangioma, dan kelainan kaki serta
rang dari 25 derajat diamati dan diperiksa ulang secara radio- tungkai bawah seperti kaki kavus, atrofi betis, ukuran kaki
grafi pada interval 4-6 bulan. Lengkungan ini membutuhkan asimetris, perubahan neurologis. MRI merupakan prosedur
hanya satu radiograf spina PA berdiri. pilihan untuk mengevaluasi kemungkinan disrafisme spinal.
Penanganan skoliosis remaja idiopatik progresif adalah or- Skoliosis kongenital juga terjadi berkaitan dengan sin-
totik atau pembedahan. Latihan fisik saja tidak efektif. Leng- droma. Sekitar sepertiga anak dengan sindroma Klippel-Feil,
kungan progresif antara25 dan 45 derajat pada penderita yang kegagalan segmentasi dua vertebra servikalis atau lebih, akan
skeletonnya imatur ditatalaksana dengan ortosis. Lengkungan menderita anomali ginjal, penyakit jantung kongenital, elevasi
yang lebih besar dari 45 derajat memerlukan pembedahan. skapula kongenital (deformitas Sprengel), dan gangguan pen-
Pada penatalaksanaan ortotik, apeks lengkungan penting"Bila dengaran. Asosiasi VATER meliputi anomali vertebra, anus
vertebra apeks ada pada vertebra torakalis ke delapan atau le- imperforata, fistula trakeoesofagus, dan radius (tangan pekuk
bih tinggi, penahan Milwakee, ortosis spina servikotorakolum- lclubhandl) dan kelainan renal.
bal diperlukan untuk mengendalikan spina torakalis superior Risiko perburukan deformitas spina pada anak dengan sko-
dan servikalis. Bila apeks dibawahjajaran ini, dapat digunakan liosis kongenital bervariasi tergantung pada potensi pertum-
ortosis spina torakolumbalis dengan plastik cetakan (thora- buhan vertebra yang mengalami malformasi. Defek seperti
columbar spinal orthosis ITLSO]). Efektivitas ortosis seba- penyekatan vertebra mempunyai potensi pertumbuhan kecil
nyak 60-75Vo dalam mengendalikan perburukan lengkungan. dan biasanya tidak menyebabkan deformitas spina yang ber-
T*indakan ini tidak memberikan koreksi deformitas perrnanelr. arti. Hemivertebra dapat atau tidak dapat menyebabkan defbr-
Jika pembedahan diperlukan, berbagai teknik dapat digu- mitas yang bermakna, tergantung pada lokasi dan potensinya
nakan, tetapi paling umum melibatkan fusi spinal posterior dan untuk bertumbuh. Batang-batang tidak bersegmen unilaieral
beberapa tipe instrumentasi spina segmental (Gbr. 628-2). Ins- hampir selalu menimbulkan deformitas progresif. Secara kese-
trumentasi Harrington, Cotrel-Dubousset, Rumah Sakit Texas luruhan, sekitar 25Vo pendeita dengan skoliosis kongenital ti-
Scotish Rite, dan Isola adalah lazim digunakan untuk deformi- dak akan nlemperlihatkan perburukan lengkungan dan tidak
tas, idiopatik. Kadang-kadang, fusi spina anterior dan instru- memerlukan penanganan. Namun, lSVo penderita akan
628 . spina 2363
C ambar 628-2. A, Radiografi berdiri posteroanterior prabedah anak perempuan umur 13 tahun dengan potongan toraks kanan berat. Perhatikan teknik pengukur-
an Cobb. Angka dalarn kurung menunjukkan derajat koreksi deformitas pada radiografi sisi-bengkok. B, Radiografi pasca bedah memperagakan fusi torakolum-
bal kanan dan instrumentasi dari T-3 sampai L-2. Perhatikan perbaikan spontan pada lengkungan kiri kompensatoir sesudah koreksi lengkungan torakolumbal
kanan struktural-
menunjukkan suatu pemburukan dan sekitar 50Vo akan memer- ler pada masa anak. Gangguan yang lebih lazim meliputi palsi
lukan pengobatan. Jika terjadi pemburukan, pemburukan ini serebral, distrofi muskularis Duchene, atrofi muskuler spinal,
hampir selalu berlanjut sampai pertumbuhan berhenti. Pembu- mielodisplasia, dan artrogriposis multipleks kongenital. Perbu-
rukan cepat dapat diharapkan selama masa pertumbuhan cepat rukan biasanya berlanjut bila skoliosis dimulai. Besarnya de-
sebelum umur 2 tahun dan sesudah umur l0 tahun. formitas tergantung pada keparahan organ yang terkena, pola
Diagnosis awal dan pengobatan segera lengkungan progre- kelemahan, dan apakah proses penyakit progresif. Pada pende-
sif merupakan elemen yang paling penting dalam perawatan rita bukan rawat jalan, lengkungan cenderung panjang dan
deformitas spina kongenital. Penanganan ortotik bermanfaat menjalar, menimbulkan kemiringan pelvis, melibatkan spina
terbatas karena lengkungan ini cenderung kaku. Kombinasi servikalis, dan mengubah fungsi paru, menghasilkan masalah
fusi spina anterior dan posterior yang menyilangi daerah de- pernapasan. Ketika lengkungan ini memburuk, keseimbangan
formitas diperlukan untuk menghentikan perburukan dan me- duduk dapat hilang dan penderita harus menggunakan tangan,
netralkan gaya-gaya pertumbuhan yang kuat. Instrumentasi nya untuk mendukung posisi tegak, dengan demikian menam-
jarang diperlukan dan menaikkan risiko luka medula spinalis. bah kecacatannya lebih lanjut. Karenanya, adalah penting,
I\terupakan kesalahan yang serius bila menunda penanganan bahwa pemeriksaan spinal merupakan bagian dari pemeriksa-
kelengkungan spina progresif sementara menunggu pertum- an periodik anak dengan gangguan neuromuskuler. Penderita
buhan spina lebih lanjut. yang berjalan mempunyai insidens deformitas spinal yang
jauh lebih rendah daripada penderita yang tidak berjalan arau
yang terlibat lebih parah.
628.3 Skoliosis Neuromuskuler,
Uji membungkuk ke depan saat berdiri atau duduk dapat
Sindroma, dan Skoliosis Komp ensatoir digunakan untuk penilaian simetri persekutuan spinal. Setiap
Deformitas spina progresif adalah kelainan yang lazim dan asimetri merupakan indikasi untuk evaluasi radiografi. Ini ha-
berkemungkinan serius dengan banyak gangguan neuromusku- rus meliputi radiografi berdiri PA dan lateral seluruh spina.
2364 BAGIAN XXXII . Gangguan Tulang dan Sendi
Jika anak atau remaja tidak dapat berdiri, radiografi duduk PENYAKIT SCHdUERMANN
(Kifosis ldiopatik)
atau tengkurap (AP) mungkin diperlukan.
Tujuan penanganan skoliosis neuromuskuler adalah men-
Penyakit Scheuermann sering terjadi dan sekunder hanya
cegah pemburukan dan kehilangan fungsi akihat deformitas
terhadap skoliosis idiopatik sebagai penyebab deformitas spi-
spinal. Penderita yang tidak berjalan biasanya paling merasa
na. Penyakit ini terjadi dalam perbandingan yang sama pada
enak, lebih tidak tergantung, dan mempunyai fungsi pernapas-
anak laki-laki dan perempuan. Penyebabnyajuga tidak diketa-
an yang lebih baik bila mereka mampu duduk tegak tanpa du-
hui. Faktor herediter ada, tetapi tidak ada pola pewarisan ter'-
kungan eksterna. Penatalaksanaan ortotik atau penguatan
tentu. Kifosis yang tampak pada bayi atau anak kecil biasanya
biasanya tidak efektif pada skoliosis neuromuskuler' Ortotik
kongenital. Perbedaan antara kifosis postural dan penyakit
ini r.nungkin efektif pada kasus tertentu' terutama anak kecil,
Scheuermann ditentukan dengan pemeriksaan klinis dan radio-
dalam memperlambat kecepatan perburukan lengkungan, me-
grafi.
mungkinkan pertumbuhan spina lebih lanjut, dan menunda tin-
MANIFESTASI KLlNlS. Penderita dengan penyakit Scheuer-
dakan bedah. Pembedahan diperlukan pada kebanyakan kasus'
mann tidak dapat memperbaiki kifosis pada posisi berdiri atau
Sistem instrumentasi sekarang, terutama sistem batang Luque,
posisi tengkurap, hiperekstensi. Bila dipandang dari samping
cukup kuat dan menyebar gaya korektif sedemikian sehingga
pada posisi fleksi ke depan, penderita biasanya akan menun-
imobilisasi pasca bedah biasanya tidak diperlukan dan pende-
jukkan pembengkakan yang mendadak pada daerah toraks te-
rita mungkin meninggalkan tempat tidur segera sesudah pem-
ngah sampai bawah. Penderita dengan punggung bungkuk
bedahan.
postural menunjukkan kontur halus, simetris. Pada kedua kea-
SINDROMA. Anak dengan'sindroma tertentu juga bertam- daan, ada kebalikan lordosis lumbal normal. Sekitar 50Vo pen-
bah risiko untuk deformitas spinal. Sindroma yang lazim meli- derita dengan penyakit Scheuermann akan menderita nyeri
puti neurofibromatosis dan sindroma Marfan. Anak ini me- punggung apikal, terutama mereka yang dengan kifosis to-
merlukan evaluasi periodik yang cermat dan rujukan segera rakolumbal. Pemeriksaan neurologis yang cerrnat terindikasi.
untuk pemeriksaan ortopedik pada tanda permulaan deformitas
EVALUASI RADIOGRAFI. Penilaian radiografi untuk kilosis
spinal.
meliputi radiografi berdiri PA dan laterai seluruh spina (Gbr.
SKOLIOSIS KOMPENSATOIR. Remaja dengan ketidakco- 628-3). Temuan-temuan klasik kifosis Scheuermann adalah
cokan panjang kaki dapat mengalami pemeriksaan skrining (l) penyempitan sela diskus; (2) kehilangan tinggi anterior
untuk skoliosis (Bab 625). Pada kemiringan pelvis, penderita normal vertebra yang terkena, menimbulkan penjepitan 5 de-
akan berdiri tegak dan melengkungkan spinanya pada arah rajat atau lebih pada tiga vertebra atau lebih; (3) ketidaktera-
yang berlawanan agar berdiri tegak' Besarnya ketidakcocokan turan lempeng akhir; dan (4) nodus Schmorl. Radiografi te-
panjang kaki dapat diukur secara radiografi. Adalah penting
lentang hiperekstensi akan memperlihatkamn derajat fleksi-
untuk membedakan deformitas spinal struktural dan kompen- bilitas.
satoir. Setiap anak dengan ketidaksamaan tungkai bawah harus
PENANGANAN. Penanganannya serupa dengan skoliosis
dirujuk untuk pemeriksaan ortopedik.
dan tergantung pada umur penderita, derajat deforrnitas, dan
adanya atau tidak adanya nyeri di daerah apeks. Penanganan
nonoperatif terdiri dari plester gips korektif atau ortosis. Kifo-
sis toraks biasanya memerlukan bingkai penekan Milwaukee;
628.4 Kifusis pada penderita dengan kifosis torakolumbal, dapat digunakan
TLSO hiperekstensi lengan bawah. Dibandingkan dengan sko-
Kifosis merujuk fada deformitas punggung-bungkuk atau liosis, koreksi permanen deformitas kifosis biasanya dapat di-
pada bertambahnya pembengkokan pada spina torakalis atau
capai dengan penatalaksanaan nonoperatif. Penanganan bedah
torakolumbal pada bidang sagital. Deformitas kifosis dapat untuk penyakit Scheuermann jarang diperlukan. Penanganan
postural, idiopatik, atau berasal kongenital' Kifosis idiopatik ini terindikasi hanya untuk penderita yang pertumbuhannya te-
disebut penyakit Scheuerman.
lah selesai dengan deformitas yang bermakna, atau yang mcn-
derita nyeri kronis pada daerah apeks. Bila indikasi ini terjadi.
fusi spina anterior dan posterior biasanya diperlukan. Prosedur
anterior terdiri dari irisan diskus pada daerah apeks lengkung-
KIFOSIS POSTURAL
an. Ini menambah kelenturan spina dan menekan artrodesis.
(Punggung-Bungkuk)
Yang kedua mengurangi risiko pseudoartrosis. Koreksi defcr-
Kifosis postural adalah akibat postur yang jelek. Kelainan mitas dicapai melalui sebelah poterior menggunakan berbagai
ini seringkali menguatirkan orang tua. Kifosis postural didiag- peralatan (kompresi Harrington, Luque, Cotrel-Duboresset,
nosis melalui kemampuan remaja mengkoreksi sendiri pung- atau kompresi isola).
gung bungkuk pada posisi berdiri dan tengkurap. Secara ra-
diografis tidak ada kelainan vertebra' Mungkin ada beberapa KIFOSIS KONGENITAL
penambahan dalam kifosis normal daerah toraks, tetapi foto
hiperekstensi telentang akan menunjukkan koreksi sempurna. Kifosis kongenital, atau deformitas kifosis diakibatkan
Anak harus berusaha sendiri untuk mengkoreksi posturnya; oleh malformasi vertebra. Ada dua tipe dasar: (1) kegagalan
penanganan ortopedi aktif tidak terindikasi. Rujukan ortopedi pembentukan kongenital seluruh atau sebagian korpus verte-
untuk kifosis postural tidak diperlukan. bra kecuaii elemen-elemen posterior dan (2) kegagalan seg-
628 t spina 2365
mentasi anterior spina (batang anterior tidak bersegmen). 62 8.6 Spondilolisis dun Sp ondilolistesis
Deformitas yang lebih berat biasanya dikenali pada saat lahir
dan dengan bepat memburuk. Deformitas yang kurang nyata Spondilolisis merupakan defek pada pars interartikularis
mungkin tidak tampak sampai beberapa tahun'kemudian. Bila tanpa pergeseran ke depan satu vertebra pada yang lain. Spon-
perburukan dimulai, proses ini tidak berhenti sampai akhir per- dilolistesis merujuk pada pergeseran atau perpindahan ke de-
tumbuhan dan deformitas progresif pada spina torakalis dapat pan satu vertebra dalam hubungannya dengan yang lain. Ke-
mengakibatkan paraplegia. Yang kedua ini biasanya disertai lainan ini merupakan penyebab nyeri punggung bawah remaja
dengan kegagalan pembentukan vertebra. Penanganan skolio- yang paling lazim. Spondilolistesis istmus adalah tipe yang pa-
sis kongenital bila perlu, operatif. Penatalaksanaan ortotik ti- ling lazim, yang pada sekitar 57o populasi umum. Lesi tidak
dak efektif. ada pada saat lahir tetapi terjadi pada 5Vo anak umur 6 tahun
yang terkena. Anak yang melakukan olahraga tertentu, seperti
senam, mempunyai insidens spondilolisis hiperekstensi yang
628.5 Nyeri Punggung pada Anak lebih tinggi. Spondilolistesis digolongkan sesuai dengan dera-
jat penggelinciran satu vertebra'pada vertebra yang lain: dera-
Nyeri punggung pada anak adalah tidak biasa dan harus di- jat 1, kurang dari 25Vo; derajat 2, 25-50Vo; derajat 3, 50-15Vo;
anggap menguatirkan. Berbeda dengan orang dewasa yang se- derajat 4,75-100Vo; derajat 5, pergeseran total. Lokasi yang
ringkali karena mekanik atau psikologis, nyeri punggung pada paling lazim untuk spondilolistesis adalah vertebra lumbalis ke
anak sering karena penyebab organik, terutama pada prare- 5 pada sakrum' (L-5-S-l).
2366 BAGIAN XXXII . Gangguan Tulang dan Sendi
TABEL 628-2. Diagnosis Banding Nyeri Punggung umur penderita; (2) tipe defek; (3) derajat penggelinciran; dan
(4) salah persekutuan pada daerah yang terkena. Spondiloles-
tesis derajat I biasanya tidak memerlukan penanganan kecuali
"en$aftRlda;sf
kalau ada nyeri kronis. Penatalaksanaan konservatif pada mu-
,.Osteomielitis vertebp (iliogenik, tuberkulo$is),.,;,'i,,,
Abses epidura spina
lanya dapat dicoba; jika gagal, mungkin diperlukan pembe-
PieiOhefritis . ..::,
..t- dahan. Derajat 2 biasanya mem.erlukan fusi spinal karena
,Palr.iiuii*, ,,'"' ,".',.' : risiko tinggi untuk pemburukan lebih lanjut. Spondiiolistesis
PenyakitReumatologis I ,,.1 . ,.
derajat 3 dan 4 hampir selalu memerlukan fusi untuk mence-
:4rtri{is reumatoid juvenilis pausiartikuler,,,,. ,
, .. -. . :: : ...::::
gah delormitas lebih lanjut.
Sindrorna Reiter
Spondi litis ankilosing
Ar{ritis psoriasis
628.7 Infeksi Ruang Diskus
Penyakit Perkembangan
':.
. Spondilolisis (lazim pada rernpja), ,,'. :
Radang atau infeksi ruang diskus intervertebralis atau lerr.r-
peng akhir vertebra benigna, sembuh sendiri, biasanya diang-
kiri).':: gap sebagai osteomielitis lempeng akhir vertebra yang secara
skolio$ii {tertama torafs |i,,,,,' . ,, l
,
sekunder menginvasi diskus tanpa menghasilkan osteomielitis
tiaumi.aa*ratuinanv"tai'iN.....:.:.::.l.:.-
akut korpus vertebra. Namun, yang lain, menganggap ganggu-
; anomali pinggul.phlvie
Herniasi diskus an ini merupakan respons radang akibat trauma atau penyebab
Sindroma pbnggpnaanliedebihan (laz!m-padapdatihan nfle1ift.'.,1-: 1ain.
dan pada pesenam dan penari,l MANIFESTASI KLlNlS. Anak dapat datang dengan nyeri
Fraktur sues vertebra punggung atau perut atau nyeri pelvis. Temuan-temuan fisik
Ketidakstabilan spina servikalis atas pada anak dengan infeksi ruang diskus biasanya khas. Anak
Penyakit Neoplastik mempertahankan spina dalam posisi lurus, kaku atau terbidai
Tumor, primer Verrebia"(mi salnya sarkoma'osteo$enik),,,-.,',,,.-.. . dan akan menolak untuk memfleksi spina lumbalis. Lordosis
,T\rmoimetastasis(miialnyaneuroblastoma)..',,, lumbal normal terbalik, dan mungkin ada spasme otot paraver-
Tumor spina primer (misalilya neuroblastoma;:lipoma)
-r:: i:::. .
ini belum diketahui. Di Amerika Serikat, kurang dari lVo pen- Figueiredo UM, James JIP: Juvenile idiopathic scoliosis. J Bone Joint Surg
6lB 36, 19'19.
derita yang menjalani pemotongan diskus berumur kurang dari Lonstein JE: Natural history and school screening for scoliosis. Orthop Clin
15 tahun. Frekuensi herniasi diskus intervertebralis lebih ba- North Am 19:227,1988.
nyak pada orang Asia daripada kulit putih, mungkin karena Lonstein JE, Carlson JM: The prediction of curve progression in untreated
ukuran kanalis spinalisnya lebih kecil. idiopathic scoliosis during growth. J Bone Joint Surg 66A:1061, 1984.
MacEwen GD, Bunnell WP, Sriram K: Acute neurologic complications in the
MANIFESTASI KLlNlS. Gejala-gejala herniasi diskus inter- treatment of scoliosis (a report of the Scoliosis Research Society). J Bone
vertebralis pada remaja serupa dengan gejala-gejala herniasi Joint Surg 57 A:404,1975.
pada orang dewasa. Sebagian besar penderita yang terkena Maclean WE Jr, Green NE, Pierre CB, et al: Stress and coping with scoliosis:
melaporkan adanya nyeri punggung dan kebanyakan menderi- Psychological effects on adolescents and their families. J Pediatr Orthop
9:257,1989.
ta nyeri iskiadika. Sekitar sepertiga mengeluhkan penurunan Nottage W, Waugh TR, McMaster WC: Radiation exposure during scoliosis
sensoris atau parastesia pada tungkai bawah. Pada pemeriksa- screening radiology. Spine 6:456, 1981.
an fisik, spasme otot lumbal, skoliosis, dan kisaran penurunan Renshaw TS: Screening school chitdren for scoliosis. Clin Orthop 229:26,
gerakan lumbal adalah temuan-temuan yang lazim. Uji meng- I 988.
Scoles PV, Salvagno R, Villalba D, et al: Relationship of iliac crest matura-
angkat kaki lurus biasanya positif pada kebanyakan penderita. tion to skeletal and chronological age. J PediatrOrthop 8:639, 1988.
Kelainan pola refleks dan kelemahan iungkai lebih jarang di- Winter RB, Lonstein JE, Drogt J, et al: The effectiveness of bracing in the
jumpai pada penderita muda daripada orang dewasa. Riwayat nonoperative treatment ofidiopathic scoliosis. Spine 1 l:790, 1986"
trauma kadang-kadang ada, dan penderita cenderung untuk le- Wyatt MP, Barrack RL, Mubarak SJ, et al: Vibratory response in idiopathic
scoliosis. J Bone Joint Surg 688:714, 1986.
bih tinggi dan sedikit lebih berat daripada sebayanya. Riwayat
keluarga positif untuk penyakit diskus intervertebralis jarang
ada. SKOLIOSIS KONGENITAL
McMaster MJ: Occult intraspinal anomalies and congenital scoliosis. J Bone
EVALUASI RADIOGRAFI. Radiografi sering menunjukkan
Joint Surg 66A:588. 1984.
kehilangan lordosis lumbal dan skoliosis lumbal. Kehilangan McMaster MJ, Ohtsuka K: The natural history of congenital scoliosis: A study
ketinggian diskus intervertebralis jarang ditemukan pada foto of 251 patients. J Bone Joint Surg 688:588, 1986.
sederhana. MRI sekarang merupakan pilihdn untuk lokalisasi Winter RB: Congenital Deformities of the Spine. New York, Thieme-Stratton,
l 983.
lesi.
Winter RB, Haven JJ, Moe JH, et al: Diastematomyelia and congenital spine
PENANGANAN. Kebanyakan gejala berespons terhadap ti- deformities. J Bone Joint Surg 56A:27, 1974.
rah baring yang diikuti dengan memulai lagi aktivitas secara Winter RB, Moe JH, Eilers VE: Congenital scoliosis A study of 234 pa-
bertahap. Bila nyeri. iskiadika, kehilangan refleks, atau kele-
-
tients treated and untreated. J Bone Joint Surg 50A:1, 1968.
mahan menetap, pengirisan bedah diskus intervertebralis terin-
SKOLIOSIS NEUROMUSKULER
dikasi. Fusi tidak diperlukan kecuali kalau ada bukti ketidak- Cambridge W, Drennan JC: Scoliosis associated with Duchenne muscular
stabilan spina yang menyertainya. Hasil yang baik dapat di- dystrophy. J Pediatr Orthop 7:436,1987.
harapkan sekitar 75Vo dart waktunya. Insidens gejala-gejala Ferguson RI, Allen BL Jr: Consideration in the treatment of cerebral palsy pa-
tients with spinal deformities. Orthop Clin North Am l9:419, 1988.
berulang yang memerlukan pembedahan ulangan sekitar 25Vo.
Kalamchi A, Thompson GH: Congenital anomalies of the spine. 1n: Dee R,
Mango E, Hurst LC (eds): Principles of Orthopaedic Practice. New York,
McGraw-Hill, 1989, pp 839-860.
Nash CL: Spinal deformities. /n: Thompson GH, Rubin IL, Bilenker RM
628.9 Tumor (eds): Comprehensive Management of Cerebral Palsy. New York, Grune &
Strrtron. 1983. pp 257-272.
Nyeri punggung dapat menimbulkan keluhan pada anak Piggott H: The natural history of scoliosis in myelodysplasia. J Bone Joint
yang menderita tumor yang melibatkan kolumna vertebralis Surg 628:54, 1980.
Smith AD, Koreska J, Moseley CF: Progression of scoliosis in Duchenne
atau medula spinalis. Gejala-gejala terkait lain dapat meliputi muscular dystrophy. J Bone Joint Surg 7I A: I 066, I 989.
kelemahan tungkai bawah, skoliosis, dan gangguan sfingter.
Tumor jinak maupun ganas dapat terjadi; kebanyakan adalah KIFOSIS _ SCHEUERMANN DAN KONGENITAL
jinak (lihat Bab 454). Tumor jinak biasa meliputi osteoma os- Lonstein JE, Winter RB, Moe JH, et al: Spinal cord compression due to spine
deformity. Reconstr Surg Traumatol 13 :58, 1912.
teoid, osteoblastoma, kista tulang soliter, dan granuloma eosi- Lowe TG: Cunent concepts review: Scheuermann disease. J Bone Joint Surg
nofili. Tumor ganas dapat berupa oseosa (osteogenik atau sar- '72A:940. 1990.
koma Ewing), neurogenik (neuroblastoma) atau metastatik. Sachs B, Bradford D, Winter R, et al: Scheuermann's kyphosis: Follow-up of
Milwaukee brace treatment. J Bone Joint Surg 69A:50, 1987.
Radiografi rutin biasanya normal, dan pemeriksaan khusus se-
Winter RB, Moe JH, Wang JF: Congenital kyphosis: Its natural history and
perti sken teknitium tulang atau MRI diperlukan untuk melo- treatment as observed in a study of 130 patients. J Bone Joint Surg
kalisasi dan diagnosis. Pengobatan tumor kolumna spinalis 55A:223,1973.
biasanya bedah. Fusi akan diperlukan jika ada ketidakstabilan.
'I'erapi bantuan akan diperlukan untuk tumor ganas. SPONDILOLISIS DAN SPONDILOLISTESIS
Bell DF, Ehrlich MG, Zaleski D: Brace treatment for symptomatic spondy-
lolisthesis. Clin Orthop 236:192, 1988.
Hensinger RN: Current concepts review: Spondylolysis and spondylolisthesis
SIiOLIOSIS IDIOPATIK in children and adolescents. J Bone Joint Surg 7lA:1098, 1989.
Bradford DS, Lonstein JE, Ogilvie JW, et al: Moe's Textbook of Scoliosis and Pizzutillo PD, Hummer CD LTI: Nonoperative treatment of painful adolescent
Other Spinal Deformities,2nd ed. Philadelphia, WB'Saunders, 1987, pp spondylolysis or spondylolisthesis. J Pediatr Orthop 9:538, 1989.
l9l-233. Saraste H: Long-term clinical and radiographical follow-up of spondylolysis
Bunnell WP: The natural history of idiopathic scoliosis. Clin Orthop 229:20, and spondylohsthesis. J Pediatr Orthop 7:631, 1987.
1988. Seitsalo S, Osterman K, Hyvarinen HL et al: Severe spondylolisthesis in chil-
Ceballas T, Ferrer-Torrelles M, Castillo F, et al: Prognosis in infantile idio- dren and adolescents. J Bone Joint Surg 72B:259, 1990.
pathic scoliosis. J Bone Joint Surg 62A:863, 1980.
2368 BAGIAN XXXtt . Gangguan Tulang dan Sendi
NYERI PUNGGUNG
Conrad EM III, Olszewski AD, Berger M, et al: Pediatric spine tumors with
spinal cord compromise. J Pediatr Orthop 12:454, 1992.
Delamarter RB, Sachs BL, Thompson GH, et al: Primary neoplasms of-the
thoracic and lumbar spine: An analysis of 29 conservative cases. Clin Or-
thop 256:87. 1990.
King HA: Evaluating the child with back pain. Pediatr Clin North Am
33:1489,1986.
Thompson GH: Back pain in children. J Bone Joint Surg 75A:928, 1993.
secara bedah serta dengan terapi tambahannya, tergantung sementara, atau kuadriplegia karena kompressi medula. Anak
pada diagnosis. dengan trisomi 21 menderita ketidakstabilan atlantoaksial ka-
rena kelemahan ligamentum transversum dan kelainan per-
kembangan prosesus odontoid (displasia, hipoplasia). Hipo-
Canale ST, Criffin DW. Hubbard CN: Congenital muscular torticollis: Long- plasia odontoid juga ditemukan dengan displasia skeleton (os-
term follow-up. J Bone Joint Surg 644:8 10, 1982.
Davids J, Wenger D, Mubarak S: Congenital muscular torticollis: Sequela of
teokondrodistrofi). Kelainan metabolisme bawaan yang tera-
intrauterine or perinatal compartment syndrome. J Pediatr Orthop 13:141, khir ini meliputi mukopolisakaridosis (terutama penyakit
Morquio), displasia spondiloepifisis, akondroplasia, pseudo-
attli?: *, Hensingei R: The management of rotary arlanto-axial ,ublu*ution kondroplasia, dan displasia epifisis multipel.
in children. J Bone Joint Surg 71A:664, 1989.
Manifestasi klinis kompresi medula spinalis mungkin tidak
nyata selama masa bayi tetapi dapat terjadi secara spontan
antara umur 5 dan 15 tahun atau sesudah episode trauma mi-
629.2 Sindrom Klippel-F eil* nor. Anak yang lebih tua mengeluh mengalami parestesia
tungkai atas dan mengalami apnea saat tidur, nyeri leher, tor-
Malformasi yang jarang ini disebabkan oleh fusi kongeni- tikolis, kelemahan otot distal, gangguan gaya berjalan dan
tal dua atau lebih vertebra servikalis (sinostosis kongenital) nantinya, disfungsi usus atau kandung kencing, spastisitas,
dan juga disebut brevikolis (leher pendek). Batas rambut ren- atau kuadriplegia.
dah, gerakan leher terbatas, leher pendek, dan anomali saluran Rontgenografi anteroposterior dan lateral, dan kemudian,
urin (agenesis, ginjal sepatu kuda), genital (tidak ada vagina, jika dipastikan aman, fleksi dan ekstensi posisi lateral mem-
agenesis ovarium), kardiovaskuler (defek sekat ventrikel, duk- perkuat diagnosis dan mengenalijarak perpindahan arkus atlas
tus arteriosus paten, koarktasio aortae), paru-paru dan sistem anterior (C-1) dari prosesus odontoid aksis (C-2) dan anomali
saraf (sinkinesis, ketulian, kompresi medula spinalis, ptosis, odontoid itu sendiri. Jarak antara tepi posterior arkus anterior
palsi saraf ke tujuh). Masalah lazim lain meliputi skoliosis atlas dan bagian depan prosesus odontoid vertikal (interval at-
atau kifosis, tortikolis (akibat dari anomali tulang atau kon- lantaodontoid) adalah kurang dari 4,5 mm pada anak dan 2,5
traktur sternokleidomastoideus), pterigium koli (selaput pada mm pada orang dewasa. Jarak antara tepi posterior korpus ak-
setiap sisi leher) deformitas Sprengel, iga servikalis, trakea sis (C-2) dan arkus atlas posterior (diameter kanal anteroposte-
pendek, sindaktili, jempol hipoplastik, jari-jari ekstra, dan hi- rior) membantu menentukan risiko pada kompresi medula
poplasia unilateral muskulus pektoralis mayor. Yang terakhir spinalis, yang adalah tidak biasa jika lebih besar dari 18 mm.
ini disebut anomali Polandjika disertai dengan sindaktili dan Rontgenogram anteroposterior dengan mulut terbuka mungkin
hipoplasia puting dan aerola. diperlukan untuk memvisualisasikan perpindahan rotasi. Sken-
Rontgenografi memperkuat diagnosis dan mengenali lesi ning CT dan foto resonansi magnetik dapat menggambarkan
lain, seperti hemivertebra, iga servikal, dan platibasia. Diagno- masing-masing kelainan tulang dan keterlibatan medulla spi-
s'is banding meliputi deformitas Sprengel bilateral, oksipi- nalis.
talisasi C-1, dan fusi pascaradang didapat (diskitis, arlhritis Penanganan sendi atlantoaksial atau atlanto-oksipital yang
reumatoid) atau fusi pasca trauma. Penanganan adalah dengan tidak stabil dapat memerlukan fusi posterior spina servikalis
observasi. atas. Subluksasi akibat radang dapat ditatalaksana dengan per-
baikan dibawah anestesi umum dan fiksasi gips atau dengan
Hensinger R, Lang J, MacBwen G: Klippel-Feil syndromme: A constelattion melakukan penarikan langsung ke dorsal. Pengurangan pena-
of associated anomales. J Bpne Joint Surg 56A:246, 197 4. han halo dan imobilisasi selama sekitar 3 bulan juga dapat
menyembrrhkan. Jika metode ini tidak berhasil, maka fusi ter-
indikasi.
I Bnn 630 dan otot-otot terkait yang dapat memberi kecenderungan dislo-
kasi berulang. Dislokasi awal yang terjadi pada individu yang
lebih muda, lebih mungkin berulang.
Tungkai Atas PENANGANAN. Penurunan tertutup dan imobilisasi pada
penahan bahu yang diikuti dengan rehabilitasi selama 3-6
minggu sangat dianjurkan selama dislokasi pertama. Namun,
beberapa pakar yang menyokong rekonstruksi awal tidak me-
Gangguan tungkai atas, dengan pengecualian fraktur, lebih
jarang terjadi pada anak dan remaja daripada gangguan yang lakukan penanganan konservatif karena risiko dislokasi beru-
lang.
melibatkan daerah lain sistem muskuloskeleton.
SIKU
BAHU
nyai tiga falangs (proksimal, tengah, dan distal)' Dengan TABEL 630-2. Sindrom yang Disertai dengan Sindaktili
demikian, jempol mempunyai sendi interfalangs (IF), dan jari
mempunyai sendi interfalangs proksimal (IFP) dan interfa-
langs distal (IFD). Jempol dan jari berartikulasi dengan me-
takarpal pada sendi metakarpofalangs. Tangan mempunyai ke-
seimbangan lembut antara sistem otot intrinsik, sistem otot
ekstrinsik kuat, persarafan sensoris halus, dan kulit yang khu-
sus untuk memungkinkannya menjadi anggota badan yang sa-
ngat mobil, sensitif, lembut tetapi kuat. Gangguan jempol dan
jari, selain karena trauma, relatif tidak lazim. Bila ada, mereka
cenderung karena kongenital bukannya kelainan perkembangan.
630.7 Polidqktili
Jari-jari ekstra, atau polidaktili, terjadi sebagai deformitas
lasi dari pemicuan, ia akhirnya mungkin tidak mampu mele-
sederhana maupun kompleks. Kepingan kulit dan sisa jari khas
wati bawah kerek, mengakibatkan deformitas fleksi sendi IF
ditemukan dekat sendi metakarpofalangs jari kelingking atau
jempol atau sendi IFP dan IFD jari yang terfiksasi. Nodul khas
jempol. Mereka tidak mempunyai tulang yang dapat diraba
dapat diraba pada telapak tangan tepat proksimal garis kulit
pada basisnya atau memiliki gerakan disengaja dan dapat ha-
sendi metakarpofalangs. Ini merupakan diagnosis klinik dan
nya diikat atau diiris pada masa bayi baru lahir. Variasi kom-
radiografi tidak membantu.
pleks memerlukan amputasi resmi, yang biasanya dilakukan
PENANGANAN. Penanganan jempol atau jari pemicu adalah
pada sekitar umur 1 tahun. Sindroma dimana sering terjadi po-
melepaskan kerek pertama. Penyimpangan tendon normal ti-
iidaktili terdapat pada Tabel 630- 1 .
dak akan memungkinkan nodul mencapai kerek berikutnya.
Pelepasan kerek tidak akan menimbulkan tali busur tendo.
630.8 Sindaktili
Bora FW: The Pediatric Upper Extremity: Diagnosis and Management. Phila-
delphia, WB Saunders, 1986.
Sindaktili juga terjadi pada pola sederhana maupun kom- Satku K, GaneshB:Gangliain children. J PediatrO(hop 5:13, I985.
pleks. Harus menjadi perhatian mengenai pemilikan bersama Wagner KT, Lyne ED: Adolescent traumatic dislocations of the shoulder with
struktur penting antara jari-jari, seperti berkas neuromuskuler. an open epiphysis. J Pediatr Orthop 3:61, 1983.
Ada juga pengaruh penambatan pada pertumbuhan jari yang
terkena. Rujukan untuk penggambaran penyakit spesifik dan
perkembangan strategi pengobatan terindikasi bila keadaannya
dikenali. Sindroma yang terkait dengan sindaktili disajikan
pada Tabel 630-2. I Bee 63I
Arthrogriposis
630.9 Jempol dan Jari Pemicu
Kongenital
Penebalan pada tendo fleksor halusis longus (empol) atau
fleksor digitorum longus (ari) tepat di bawah kerek pertama Arthrogriposis multipleks kongenita (AMK) merujuk pada
jari dapat mengakibatkan fenomena pemicuan. Setiap jari kompleks gejala yang ditandai dengan kontraktur sendi multi-
mempunyai satu seri kerek yang mencegah tendo dari tali- pel yang ada pada saat lahir. Otot yang terlibat diganti se-
busur bila fleksi. Nodul ini dapat menggelincir melalui kerek bagian atau secara total dengan lemak dan jaringan fibrosa.
pertama dengan berderak, meletus, atau memicu sensasi, ini Namun, kelainan ini bukan penyakit tunggal karena ada seki-
mungkin nyeri atau tidak. Bila nodul membesar karena stimu- tar 150 sindroma berbeda yang terjadi bersama dengan kon-
traktur multipel kongenita dimana dikategorisasikan sebagai
arthrogriposis. Beberapa bayi dengan arthrogriposis mempu-
TABEL 630-1. Sindroma yang Disertai dengan Polidaktili nyai antibodi ibu terhadap antigen janin yang diekspresikan
pada reseptor asetilkolin. Walaupun kebanyakan anak yang
mengalami gangguan bertahan hidup, beberapa meninggal pa-
da masa bayi sebagai akibat keterlibatan otot-otot pernapasan.
Bentuk AMK utama disebut amioplasia. Ini merujuk pada sin-
droma klasik dimana ada keterlibatan ekstremitas atas dan ba-
wah. Amioplasia menyebabkan sekitar 40Vo anak yang men-
derita kontraktur multipel kongenital.
631 . Arthrogriposis 2373
duduk secara enak karena posisinya terekstensi. Pemanjangan Perbedaan anatomi pada sistem skeleton pediatri meliputi
mekanisme kuadriseps dapat bermanfaat. adanya kartilago pieosseosa, fisis, dan periosteum yang lebih
Kontraktur pinggul dapat diperbaiki dengan pelepasan ja- tebal, lebih kuat, Iebih osteogenik yang membentuk kallus le-
ringan lunak. Kadang-kadang osteotomi derotasi'ekstensi fe- bih cepat dan dalam jumlah yang lebih besar. Secara biome-
mur proksimal dapat membantu dalam menyempurnakan ko- kanik, sistem skeleton pediatri dapat mengabsorbsi lebih ba-
reksi kontraktur fleksi, abduksi, atau rotasi eksterna. Ada kon- nyak energi sebelum terjadi perubahan bentuk dan fraktur di-
troversi mengenai apakah dislokasi pinggul bilateral harus bandingkan tulang orang dewasa. Hal ini berkaitan dengan
dikurangi. Jika ada dislokasi unilateral, maka pengobatan bia- lebih rendahnya kandungan mineral dan lebih besarnya porosi-
sanya perlu untuk mencegah ketidak samaan panjang ekstre- tas (banyaknya pori) pada tulang muda. Meningkatnya porosi-
mitas bawah, kemiringan pelvis, dan kemungkinan skoliosis. tas disebabkan oleh kanal haversian yang lebih banyak dan
Reduksi terbuka disertai dengan pelepasan jaringan lunak, os- lebih besar. Ini mengakibatkan modulus elastisitas dan ketaha-
teotomi pemendekan derotasi varus femur proksimal, dan os- nan untuk membengkok lebih rendah. Ketika terjadi maturasi,
teotomi pelvis. porositas berkurang dan korteks tulang menjadi lebih tebal dan
Sroutosts. Skoliosis lazim pada. anak dengan amioplasia. lebih kuat.
Usia pada mulainya dan pola deformitas bervariasi. Manaje- Ligamentum seringkali menyisip kedalam epifisis. Sebagai
men orthotik biasanya efektif hanya dalam memperlambat ke- akibatnya, gaya-gaya traumatis yang mengenai ekstremitas
cepatan perburukan. Pada'sebagian besar anak, perburukan ter- dipindahkan ke fisis (physes). Kekuatan fisis diperbesar de-
jadi secara lambat, dan mereka akhirnya akan memerlukan in- ngan interdigitasi korpus mamillare dan cincin perikondria.
tervensi pembedahan. Karena berkaitan dengan kontraktur ja- Namun, secara biokimia fisis masih tidak sekuat metafisis atau
ringan lunak, adalah penting bahwa kelengkungan ini dicegah diafisis tulang. Fisis adalah paling resisten terhadap gaya-gaya
supaya tidak terlalu berat karena hanya koreksi sebagian yang penarikan dan paling kurang resisten terhadap gaya-gaya pun-
dapat dilakukan. Kebanyakan anak dapat ditatalaksana secara tiran. Dengan demikian, sebagian besar cedera pada fisis ada-
memuaskan dengan suatu'fusi spina posterior dan beberapa lah akibat dari gaya rotasi dan anguler.
tipe instrumentasi spina segmental. Periosteum tebal dari tulang anak merupakan penentu
utama pada apakah fraktur menjadi tergeser. Periosteum tebal
dapat juga berperan sebagai perintang terhadap reduksi tertu-
tup, karena fenomen engsel, atau periosteum tebal dapat mem-
Banker BQ: Arthrogryposis multiplex congenita. In: Engel AG, Banker BQ
bantu menstabilisasi fraktur sesudah reduksi.
(eds): Myology: Basic and Clinical . New York, McGraw-Hill, 1986, pp
2109-2154. REMODELING FRAKTUR. Remodeling terjadi karena kom-
Daher YH, Lonstein JE, winter RB, et al: Spinal deiormities in patients with binasi resorpsi periosteum dan pembentukan tulang baru. De-
arthrogryposis: A review of 16 patients. Spine l0:609, 1985. ngan demikian, alignmen anatomi pada fraktur pediatri ter-
Diamond LS, Alegado R: Perinatal fractures in arthrogryposis multiplex con-
genita. J Pediatr Orthop l:189, 1981.
tentu tidak selalu diperlukan. Faktor utama yang mempenga-
Sarwark JE MacEwen GD, Scott CI Jr: Cunent concepts review: Amyoplasia ruhi remodeling fraktur meliputi usia anak, semakin dekatnya
(a common form of arthrogryposis). J Bone Joint Surg 724:465, 1990. letak fraktur terhadap sendi, dan hubungan deformitas sisa (de-
Shapiro F, Specht L: Current concepts review: The diagnosis and orthopaedic formitas residual) dengan bidang sumbu gerak sendi. Besarnya
treatment ofchildhood spinal muscular atrophy, peripheral neuropathy Frie-
sisa pertumbuhan memberikan dasar bagi remodeling: makin
dreich ataxia and arthrogryposis. J Bone Joint Surg 75A:1699, 1993.
Sodergard J, Ryoppy S: The knee in arthrogryposis multiplex congenita. J Pe- muda anak, makin besar potensi remodeling. Fraktur yang ber-
diatr Orthop l0:177, I 990. dekatan dengan fisis mengalami remodeling yang paling ting-
Staheli LT, Chew DE, Elliotl JS, et al: Management of hip dislocation in chil- gi, asalkan deformitas ada pada bidang sumbu gerakan untuk
dren with arthrogryposis. J Pediatr Orthop 7:681, 1987.
sendi tersebut. Remodeling fraktur akan kurang efektif pada
Thompson GH: Arthrogryposis multiplex congenita. Clin Orthop 194:2, 1985.
pergeseran fraktur intra-artikuler, fraktur diafisis, malrotasi,
dan deformitas yang tidak pada bidang sumbu gerakan sendi.
PERTIJMBUHAN BERLEBIH. Pertumbuhan berlebih, teru-
tama pada tulang panjang seperti femur, karena stimulasi fisis
dari hiperemia yang disertai dengan penyembuhan fraktur.
I Bnn 632 Fraktur femur pada anak yang berumur kurang dari 10 tahun
seringkali tumbuh berlebih 1-3 cm. Ini merupakan alasan un-
tuk aposisi bayonet tulang untuk mengkompensasi pertumbul.r-
Fraktur yang Lazim an yang akan terjadi selama l-2 tahun mendatang. Sesudah
umur 10 tahun, pertumbuhan berlebihan kurang bermasalah
dan alignmen anatomi dianjurkan.
DEFORMITAS PROGRESIF. Cedera pada fisis dapat menga-
kibatkan penutupan total atau parsial. Sebagai akibatnya, de-
Fraktur pada anak telah diperkirakan menyebabkan 10- formitas anguler, pemendekan, atau kedua-duanya dapal ter-
15Vo dari semua cedera masa anak. Sistem skeleton anak jadi. Besarnya tergantung pada fisis yang terkena dan tinggi-
mempunyai perbedaan anatomik, biomekanik, dan fisiologis nya sisa pertumbuhan.
dari sistem skeleton dewasa. Ini mengakibatkan pola fraktur PENYEMBUHAN CEPAT. Fraktur pada anak sembuh lebih
yang berbeda, termasuk fraktur epifisis, masalah-masalah cepat daripada fraktur pada orang dewasa. Hal ini karena po-
diagnosis, dan teknik penatalaksanaan. tensi pertumbuhan anak dan periosteum lebih tebal, lebih aktif
632 | Fraktur yang Lazim 2375
secara metabolik. Ketika anak mendekati remaja dan kedewa- tipe IV, fraktur yang menyilang metafisis. fisis dan epifisis
saan, kecepatan penyembuhan melambat dan menjadi serupa dan (5) tipe V, kerusakan remuk pada fisis (Gb.632-l). Penge-
dengan kecepatan penyembuhan orang dewasa. lompokan ini memungkinkan infomasi prognostik menyelu-
ruh berkenaan dengan risiko untuk penutupan fisis prematur
dan indikasi untuk penanganan. Fraktur epifisis tipe III dan IV
632.1 Pola Fraktur Pediatri memerlukan alignmen anatomi karena pergeseran permukaan
fisis maupun artikuler. Fraktur tipe V biasanya dikenali dalam
Pola ini
sebagian akibat dari sifat-sifat anatomi, biome- retrospeksi sebagai akibat penutupan fisis yang terlalu dini
kanik, dan fisiologi sistem skeleton anak. Sebagian besar pen- (prematur). Fraktur tipe I dan II biasanya dapat ditatalaksana
derita pediatri dapat ditatalaksana dengan metode tertutup. dengan tehnik reduksi tertutup dan tidak memerlukan align-
men yang sempurna. Pengecualian utama adalah fraktur tipe II
KOMPLIT. Fraktur komplit adalah tipe yang paling lazim
femur distal. Fraktur pada lokasi ini mempunyai prognosis bu-
dan terjadi bila kedua sisi tulang terfraktur. Fraktur ini dapat
ruk, kecuali dilakukan alignmen anatomi baik dengan metode
dikalsifikasikan sebagai fraktur spiral, melintang, miring, atau
tertutup ataupun terbuka.
pecah-pecah (remuk), tergantung pada arah garis fraktur. Frak-
tur pecah-pecah tidak biasa terjadi pada anak.
FRAKTUR, MELENGKUNG, ATAU TOHUS. Kompresi tulang
menimbulkan fraktur melengkung atau torus. Fraktur-fraktur
632.2 Fraktur Klavikula
ini khas terjadi pada daerah metafisis pada anak kecil, teru-
Fraktur yang melibatkan taut sisi tengah dan lateral kla-
tama pada radius distal. Fraktrjr-fraktur ini bersifat stabil dan
vikula sangat lazim. Ini dapat diakibatkan oleh cedera lahir
sembuh dalam 2-3 minggu dengan imobilisasi sederhana.
pada bayi baru lahir tetapi lebih khas akibat jatuh dengan le-
GREENSTICK Bila tulang dibengkokkan diluar batas ke- ngan terulur atau pukulan langsung pada klavikula. Fraktur ini
kuatan deformitas plastik, dapat terjadi fraktur greenstick. jarang disertai dengan kerusakan neurovaskuler. Diagnosis de-
Fraktur greenstick menggambarkan kegagalan tulang pada ngan mudah dibuat dengan evaluasi fisik dan radiografi. Ra-
tempat tekanan dan deformitas plastik atau tekukan pada tem- diografi anteroposterior klavikula dan kadang-kadang pan-
pat kompresi. Energinya tidak cukup untuk mengakibatkan dangan sefalik akan memperlihatkan fraktur. Khas, fragmen
fraktur total. fraktur bergeser dan tumpang tindih 1-2 cm.
FRAKTUR DEFORMASI PLASTIK, ATAU TEKUKAN. Defor- PENANGANAN. Penanganan kebanyakan fraktur klavikula
mitas pelengkungan atau penekukan traumatis disebabkan oleh terdiri dari pemasangan tali pengikat klavikula berbentuk angka
deformasi plastik tulang. Tulang ditekuk diluar batas defor- delapan. Bentuk ini akan meigekstensikan bahu dan memini-
masi plastiknya, tetapi energi tidak cukup untuk menghasilkan malkan besarnya tumpang tindih fragmen fraktur. Jarang di
fraktur. Dengan demikian tidak ada garis-garis fraktur yang peroleh alignmen anatomi, tetapi ini tidak perlu. Fraktur sem-
dapat dilihat secara radiografi. Fraktur ini paling lazim ditemu- buh dengan cepat, biasanya 3-6 minggu. Biasanya massa kallus
kan pada ulna dan kadang-kadang fibula. yang dapat diraba dapat dilihat pada anak yang kurus. Ini akan
FRAKTUR EPIFISIS. Salter dan Harris mengklasifikasi keru- terjadi remodeling lagi dengan baik pada umur 6-12 bulan.
sakan epifisis ke dalam lima kelompok: (1) tipe I, lepasnya
melalui fisis, biasanya melalui zone hipertrofi dan degenerasi
kolom sel kartilago; (2) tipe II, fraktur melalui bagian fisis te- 632.3 Fraktur Humerus Proksimal
tapi meluas melalui metdfisis; (3) tipe III, fraktur melalui bagi- Fraktur Salter-Harris tipe II humerus proksimal biasa terja-
an fisis yang meluas melalui epifisis dan ke dalam sendi; (4) di pada anak dan disebbbkan karena jatuh ke belakang pada
Gambar 632-1 Tipe-tipe kerusakan pada plat pertumbuhan seperti dikelompokkan oleh Salter dan Harris (Dari Salter RB, Harris WR: Injuries involving the
epiphyseal plate. J Bone Joint Surg 45A:587, 1963).
2376 BAGTAN XXX| . GangguanTulangdanSendi
ekstremitas yang terlibat dengan posisi siku ekstensi. Kerusak- nak ringan, pada palpasi sedikit bertambah hangat pada tempat
an neurovaskuler jarang terjadi. Diagnosis dibuat dari radio- fraktur, dan nyeri pada palpasi. Fraktur-fraktur ini mungkin ti-
grafi anteroposterior dan lateral bahu atau humerus. dak dapat dilihat secara radiografis pada radiografi anteropos-
terior dan lateral tibia. Kadang-kadang, radiografi oblik dapat
PENANGANAN. Penanganan fraktur ini biasanya dengan
menampakkan fraktur. Fraktur dapat dideteksi dengan sken
imobilisasi sederhana. Kadang-kadang, reduksi tertutup diper-
teknetium tulang, tetapi ini j arang diperlukan.
lukan. Besarnya deformitas yang berarti dapat terjadi karena
PENANGANAN. Pemakaian gips kaki yang panjang pada
potensi remodeling daerah ini;80Vo pertumbuhan humerus ter-
kasus yang dicurigai akan mengurangi gejala. Dalam 1-2
jadi dari epifisis humerus proksimal. Kain gendongan dan se-
minggu akan terbukti secara radiografi terjadi formasi tulang
gitiga (mitela), dan kadang-kadang, bidai yang mengapit satu
baru subperiosteum. Fraktur ini biasanya sembuh dalam 3-4
sama lain mungkin diperlukan untuk menjaga imobilisasi dan
minggu.
kenyamanan yang baik. Pada fraktur yang tergeser berat, re-
duksi tertutup dengan imobilisasi perlu dilakukan.
Rockwood CA Jr, Wilkens KE, King RE: 1n.' Fractures in Children, 3rd ed. maja dengan pemberi perawatan kesehatan, maka dalam pe-
Philadelphia, JB Lippincott, 1990.
meriksaan ini memberikan kesempatan untuk melakukan
Salter RB, Harris WR: Injuries involving the epiphyseal plate. J Bone Joint
Surg 45A:587, 1963. evaluasi kesehatan secara umum. Pemeriksaan sebelum bero-
Scoles PV: Pediatric Orthopaedics in Clinic Practice, 2nd ed.'Chicago, Year lahraga harus dilakukan setiap 3-4 tahun atau pada perubahan
Book,1988. tingkat kompetisi (perubahan ke sekolah menengah atas atau
Staheli LT: Fundamentals of Pediatric Orthopedics. New York, Raven Press,
kolege ).
t992.
Thompson GH: Nailing children's fractures. Perspective Onhop Surg 2:40 Bidang-bidang yang diperhatikan meliputi masalah ortho-
1991. pedi (cedera lutut atau pergelangan kaki, patela subluksasi, pa-
Thompson GH, Wilber JH: Fracture management in the multiply injured child. tela kondromalasia, penyakit spina servikalis, skoliosis),
1n.'Marcus RE (ed); Trauma in Children. Rockville, MD, Aspen Publishers.
kardiovaskuler (bising jantung, hipertensi, aritmia, penyakit
1986, pp 99-146.
Tolo VT: External fixation in multiply injured children. Orthop .Clin North
jantung kongenital baru atau yang telah diperbalki), pant
Am 21:393, 1990. (asma kronik versus asma akibat latihan fisik, penyakit paru
obstruktifl, anatomi (organomegali, hilangnya salah satu dari
sepasang organ, misal mata, ginjal, testis), okuler (penglihatan
buruk, anisokoria), hematoiogi (anemia sel sabit atau anemia
lain, penyakit perdarahan), kulit (infeksi yang menular meli-
I Bns 633 puti stafilokokus, streptokokus, herpes simpleks), dan neurolo-
gls (retardasi mental, cedera kepala berulang dan kontusio,
kejang-kejang, sinkop).
Kedokteran Olahraga* Kentatian ntendadak sewaktu berolahraga dapat terjadi ka-
rena penyakit jantung seperti kardiomiopati hipertrofi atau
lainnya, penyakit arteri koronaria (satu atau anomali pembuluh
darah, arteriosklerosis), penyakit jantung kongenital (stenosis
aorta), dan aorta terobek pada sindroma Marfan. Pada banyak
Berpartisipasi dalam olahraga penting untuk perkembang-
kasus penyakit jantung yang diderita tidak diketahui, dan ke-
an normal karena berolahraga memelihara kebugaran fisik dan
matian mendadak merupakan tanda pertama penyakit jantung.
kesehatan menyeluruh, memberikan kesempatan untuk per-
Roentgenogram dada, elektrokardiogram, dan ekokardiogram
kembangan psikososial (kerja tim, hubungan dengan teman se-
tidak dianjurkan untuk skrining tetapi merupakan indikasi jika
baya), memperbaiki kemampuan membuat keputusan dan ada perhatian ke arah penyakit jantung atas dasar riwayat dan
meningkatkan percaya diri. Aktivitas olahraga juga memberi- pemeriksaan fisik.
kan pengalaman yang menyenangkan bagi anak, juga kesem-
DiskuaLffikasi dan pembatasan vntuk berolahraga pada
patan belajar beberapa kemampuan yang dapat dilanjutkan
berhagai keadaan medik dicatat pada Tabel 633-1. Klasifikasi
seumur hidup. Bermain kadang-kadang disebut sebagai "pe-
aktivitas olahraga, selanjutnya digambarkan pada Tabel 633-2.
kerjaan" anak. Peran dokter adalah memberikan pelayanan ke-
Pelajar mempunyai hak hukum untuk berpartisipasi dalam
sehatan, konseling, instruksi, dan rehabilitasi. Dokter tidak
olahraga, walaupun dalam keadaan sedang dilarang (diskuali-
perlu membatasi permainan dan aktivitas olahraga bagi anak
fikasi). Namun dokter harus memberi informasi yang lengkap
karena alasan mencegah cedera. Pembatasan aktivitas seha-
mengenai risiko yang berhubungan dengan berolahraga.
rusnya (1) dibuat bila kebutuhannyajelas; (2) dibuat hanya un-
Penilaian psikologi harus menentukan sikap dan perilaku
tuk masa paling pendeF yang diperlukan; dan (3) disesuaikan yang akan menunjukkan risiko patah semangat atau cedera
dengan kebutuhan tertentu bagi anak. Memberikan alternatif
akibat penggunaan anggota tubuh yang berlebihan. Patah se-
aktivitas lain adalah hal yang tepat. Misalnya, berenang sering mangat dapat dicegah dengan menganggap olahraga merupa-
merupakan pengganti yang baik untuk olahraga kontak. Olah-
kan kesenangan dengan berpandangan tepat mengenai arti
raga yang paling membuat stres adalah olahraga yang berkai-
kemenangan dan kekalahan, dengan memberi jenjang waktu
tan dengan kompetisi atau kontak tubuh dan diawasi atau antara latihan dan kompetisi. Nyeri sering berkurang dengan
ditingkatkan oleh orang dewasa. Adalah bijaksana untuk mem-
beristirahat, rehabilitasi, dan menghindari terlalu dini untuk
beritahu orang tua bahwa anaknya harus diizinkan melakukan
berpartisipasi kembali.
aktivitas normal apabila ada orang tua yang membatasi dengan
Cedera olahraga pada anak kecil terutama karena fraktur,
sangat ketat dan terlalu memanjakan anaknya. Sebaliknya, ada
kontusio, dan sindroma penggunaan berlebihan (overuse). Ce-
orang tua dan pelatih yang memaksa anak untr.rk berolahraga
dera ligamentum, terutama sekitar lutut adalah sangat tidak la-
terlalu jauh (lihat Cedera Penggunaan Berlebihan).
zim pada anak karena fisis lebih lemah daripada ligamentum
PEMERIKSAAN KESEHATAN SEBELUM BEROLAHRAGA.
dan biasanya ak'an lepas sebelum ligamentum robek. Dengan
Tujuan evaluasi ini adalah menentukan keadaan-keadaan ter-
demikian, cedera Salter-Harris tipe I harus selalu dipertim-
tentu yang dapat menyebabkan anak mempunyai risiko cedera
bangkan bila ada cedera yang tampak sekitar sendi tetapi pada
atau menimbulkan kematian bagi anak selama berolahraga.
radiografi awal terlihat normal. Radiografi stres mungkin di-
Lagipula, kelainan akibat aktivitas atletik sebelumnya dapat perlukan untuk menampakkan pelepasan fisis. Namun, pada
menjadi nyata. Lebih lanjut, karena pemeriksaan sebelum remaja, cedera akibat olahraga menjadi lebih mirip dengan ce-
berolah-raga nierupakan satu-satunya saat bertemunya atlet re-
dera pada orang dewasa. Kontusio, keseleo, dan ffaktur masih
terjadi, teilapi cedera ligamen sekitar lutut frekuensinya dan
*DimodifikaSi dari L.T. Staheli. edisi ke-14 keparahannya bertambah j uga.
633 | Kedokteran Olahraga* 2379
Ketidak stabilan atlantoaksiat ileridakstabilan sendi antara ruas servikalis I Oan Zl. Memenuhi,syarat Ya
Penjelasan; Atlet memeilukan evaluasi untuk ;;nilai risiko cedera medula spinalis selama partisipasi olah raga. , ..":'"
Gangguari pQ[daaAl]an:::.. r. r i",, :t ,.-.., Memelluh],lSyarat Ya
P enj e lai itt : Atlet memerlukan evaluasi
Penyakit*aldibvaqliqfer' Tidak
Kardi tis (radang janrung) :i';tt ' ,,r,rl,it:, ,-,..
Psnj,.elasan': Karditig da$pt menyebri$tan;kematian mendadbk pada pengbrafran tenaga :i ::::::r r: ::
...-tt' '., 1
Penyakii jantung kongenital (defek janrung struktural yang muncul saar lahir). Memenuhi svarat Ya
Peticlasan: Mereka yang menderita det'ek rlngan dipat berpartisipasil mereka yang dengan defek sedang :.:-: -t :: ,l
atau beiat alau yang telah mengalami pembedahan, perlu evaluasi. .:::.:aa::=::: :':: l
: I ll;:iil-': ::i'
Disritmia(iramajantung.tidaiteratur).:' M:e-mdnuhi syarat Ya
Penietasrm:t:Efleli*-e$tukan'anaiulgifarc#ibduiigj$i apememer]*fuiii#i atau are Ai
:, :;:::.::.trls
n $ iiijiti-
: r r , ,:kan dnfl,kr batraya olahi}gt;rtta.u&duhnyall;1
fiiFalftatiiF jantnng.abn-i.m
',
Prolaps knrup
Penjelasan'. Mereka yang bergejala (nyeri dada, gejala-gejali [imungkinan disritmia) arau bukti adanya re- Memenuhi syarat Ya
gurgiuii mitral (kebocoiin) pada pemeriksaan fisik perlu dilakukan evaluasi. Semua yang lain
d:ip4e.berpartisipaSi penuh i
Retina tirlepas
Pembeclahan mata atau cedera mata serius sebelumnya
'"i:i,iii^^," *'"il;;r .";;;;;;;irng*i *.*provaikemjaman penglihatan terkoreksi < 20/40
jika
ouda muri vune tetih turuk. Ariet jni akan menderita ketidak mampuan yang bermakna
;uiu vane i.uih baik tercedera r.riui t"perti mereka yang dengan kehilangan mata. Bebera-
pa attetying sebelumnya mengalami pembedahan mata atau menderita cedera mata serius
Oapat mengalami penambahan risiko iederakarenajaringan mata lemah. Ketersediaan pe-
iinOung mira diseiujui oieh American Sociery lor Testing Materials TASTM) dan peialatan
pror.tilf lain dapat memungkinkan partisipasi pada kebanyakan olahraga, teiapi lni trarus
T,idek
Demarn
penielesai: Demam dapar menambah upaya taraioputmonal mengurangi kapasita; tirltran fisiti
-
...-atsimum. membuat sakit panas lebih mungkin dan menambah hipotensi onhoslatik
'selama latifr* nrit. bema* 5irang dapat menyertai miokarditis atau infenst lain yang ...
dafatmembahayakanlatihanfisii. ' rt,.
Riwavat dari, sbkit Panas
, ,-' '
Memerruhi syarat Ya
:
ijenielasan: Iiur"n, bertambtnya kemungkinan Uerulang, atlet perlu penilaian secara individu untuk '.
penielasan: Karena tanlpak berisiko minimal terhadip yang lafn, semua olahraga dapat dimainkan oleh
" . , t vang keadaan kesehatannya rhemungkinkan. Pada semua atlet, lesi kulit harus ditutup secara
i"p.t, J* personel atlet harus menggunakan tindakan penCegahan universil bila menangani ''' :
l
Memenuhi syarat Ya
Cinjal: hanya satu ,:i
Penjiliidn: Atlet memerlukan penilaian secara individual untuk Uentiiiinltcontat< dan olahiaga kontak .
,.iti;:i,,a:.a-:a:::::.1:a.iia
''
;:llt:,;:'i::'a::, :
Memenuhi siarat Ya
fUemenutri .V*u1 Vu
t,t**.noni syarat Ya
..=l li :
aydat Yra
konffi,,
atauikQ€i
,kbi*usir
Berlanjut ke halaman berikul
633 | Kedoffieran Olahraga' 2381
==;i+ffiiti
i\rl o,ffi smhi $U"8.!,41il4
NJ$,m*E.u.h.! ar,at Yn
. 1 Memenuhi
:r1., "^
' Memenuhi syarat Ya
i
r,
i,'li+t1
lr i:irl::=i:,:
, Menr4rultii.starat Yir
11
'
ii,ii 'i;;''
Memenuhiffif Ma
#*;ffii l.l'u=
srffii*tfrx+
:.,,r: r-rrlLjri.r.:j:.i,:::::::;:ii LLiii
Is
:)')..:::a:aaaa.=il i' .,1:;::::.::lr:
Tubel ini dirancang untuk dipahami oleh personiL medik dan nonmedik. Pada seksi "penjelasan", " perlu evaluasi", berarti hahwa dokter dengan pengetahu:
un dan pengalanun yang tepat harus menilai keamanan olah raga yang diberikan untuk atlet dengan keadaan medik tercantum. Kecuali kalau tercatat lain, ini
adaLah karena variabilitas keparahan penyakit atau risiko cedera pada olah ruga spesifik atau keduanya.
HIV = virus inunodefisiensi manusia; AS = ciri bawaan sel sabit.
Dimodiftkasi dari Committee oJ Sport Medicine and Fitness. American Academy of Pediatrics: Medical condition affecting sports participatitn. Pediatrics
1991: 94:757-758.
2382 BAGIAN XXXil | Gangguan Tulang dan Sendi
TABEL 633-2. Klasifikasi Olahraga dengan Kontak dan ketidak stabilan ligamentosa. Radiografi lutut anteriopos-
terior lateral rutin biasanya tampak normal' Foto resonansi
magnetik (MRI) diperlukan untuk menegakkan diagnosis
robekan ligamentum.
Penanganan ligamentum krusiatum anterior adalah teru-
tama nonbedah pada anak yang skeletonnya immatur. Ada pe-
riode imobilisasi awal untuk memungkinkan penyembuhan
cedera akut. Kisaran-gerakan latihan fisik kemudian dilaku-
kan. Bila kisaran gerakan dan kekuatan penuh telah diperoleh
kembali, anak dapat kembali melakukan aktivitas normal. Jika
mereka tetap terus melakukan olah raga, orthosis dapat ber-
manfaat untuk mencegah stres tambahan terhadap ligamentum
yang tidak terlibat. Jika ini gagal, maka pembedahan ekstraar-
tikuler dapat digunakan sebagai metode manajemen, menung-
gu sampai mereka mendekati maturitas skeleton ketika rekon-
struksi untuk orang dewasa yang lebih standart dapat dilaku-
kan.
Jejas ligamentum Y,tusiatum posterior jarang pada anak.
Bila tipe cedera ini terjadi, biasanya disertai dengan fraktur os-
teokondral kondilus femoris media. Radiografi anteroposterior
dan lateral diperlukan untuk memperagakan fraktur ini. MRI
mungkin diperlukan untuk memperagakan robekan dalam sub-
stansi ligamentum krusiatum posterior' Penanganan cedera
ligamentum krusiatum posterior, jika ada, meliputi perbaikan
fraktur osteokondral. Jika ligamentum terobek pada substansi-
nya, rekonstruksi dilakukan pada saat maturitas.
Jejas meniskus pada anak umur kurang dari 12 tahun ja-
rang ada. Bila cedera ini terjadi biasanya akibat olahraga. Pe-
lepasan perifer adalah sering terjadi. Meniskus diskoid harus
juga dipikirkan pada anak kecil yang datang dengan gejala-ge-
*P arti sip as i tidak di anj urkan.
Dari Committee on Sport Medicine and Fittness. American Academy of iala tipe meniskus. Gejala-gejala ini meliputi penguncian, pe-
Pediatrics. Medical conditions affecting sports participation. Am Acad Pedi- minggiran, dan efusi berulang. Cedera ini dapat mengalami
atr 94:757. 1994. nyeri pada palpasi pada garis sendi dimana meniskus telah te-
robek atau terlepas. Mungkin uji McMurray positif' Radiografi
lutut antero-posterior dan lateral pada anak dengan robekan
meniskus biasanya akan normal. Penambahan lebar ruang sen-
nya orang tua atau pelatih yang terlalu bersemangat juga me- di dapat memberi kesan meniskus diskoid. MRI atau arthrogra-
merlukan konseling Yang tepat. fi dapat memperagakan pelepasan atau perobekan meniskus'
Penanganan cedera meniskus pada anak biasanya operatif'
Perbaikan robekan perifer dianjurkan sehingga fungsi menis-
633.3 Musulqh Lutut kus tidak terkorbankan. Ini dapat dilakukan secara arthros-
kopi. Jika meniskus terobek dalam substansinya, dilakukan
Cedera ligamentum lutut kolateral lateral dan medial amat menissektomi parsial. Adalah penting menghindari menissek-
tidak lazim pada anak. Ligamentum lebih kuat daripada fisis, tomi total karena meniskus memainkan peran penting pada
dan lebih lazim menderita fraktur Salter-Harris tipe I atau tipe biomekanik lutut.
IL Fraktur Salter-Harris tipe I mungkin terlihat pada radiografi
normal. Pandangan stres mungkin diperlukan untuk mempera-
gakan ketidak stabilan epifisis tercedera. 633.4 Fraktur Stres
Fraktur epifisis memerlukan imobilisasi selama sekitar 6
minggu untuk memungkinkan penyembuhan yang adekuat Fraktur stres (lelah) disebabkan oleh kerja otot kronik padl
epifisis femur distal atau tibia proksimal. Jika cedera ligamen- tempat insersi tulang atau dengan trauma langsung berulang
tum sebenarnya terjadi, ada masa imobilisasi awal yang diikuti (fraktur march), biasanya terjadi pada penderita yang kurang
dengan mobilisasi pada orthosis lutut protektif. terlatih yang sedang melakukan aktivitas fisik. Sindroma
Cedera ligamentum krusiatum anterior tidak lazim terjadi penggunaan berlebihan yang lazim ini menghasilkan kehari-
pada masa anak. Namun ada kenaikan insiden, ketika anak curan tulang setempat dan harus dibedakan dari keadaan-kea-
mendekati remaja. Ligamentum dapat terobek pada substansi- daan dimana gaya fisiologis bekerja pada tempat dengan ta-
nya atau pada salah satu perlekatan tulang sebelah proksimal hanan elastik abnormal (osteogenesis imperfekta, osteopetro-
atau distal. Ada kenaikan insiden cedera ini dengan fraktur sis, rakitis,, skorbut, sindroma Cushing, hiperparatiroidisme,
eminensia tibia. Temuan-temuan klinis meliputi hemartrosis pemakaian salah otot, imobilisasi, lesi radang).
633 . Kedokteran Olahraga* 2383
Fraktur stres terjadi pada lokasi khas yang berhubungan Keseleo ligamentum mungkin terjadi pada aktivitas yang
dengan aktivitas tertentu; fraktur metatarsal sesamoid pertama sangat keras seperti sepakbola atau gulat. Tempat-tempat ter-
akibat berdiri; fraktur batang metatarsus akibat berjalan jauh, jadinya meliputi lutut, pergelangan kaki, pergelangan tangan,
berlari, baliet; fraktur navikuler tarsus akibat berlari, aerobik bahu, atau siku. Keseleo digolongkan atas dasar kehilangan
high-impact; fraktur fibula distal dan diafisis tibia proksimal stabilitas: derajat I memperagakan peregangan berlebihan, ro-
akibat berlari; fraktur patela akibat lari gawang; fraktur kolum bekan mikroskopik tanpa ketidakstabilan; derajat II melibat-
dan batang femur akibat ballet, senam, lari; ramus pubis iskhi- kan robekan sebagian dan ketidakstabilan; derajat III meliputi
adikus pelvis akibat bowLing, senam; fraktur pars interartiku- kelemahan ligamentosa yang nyata, ketidakstabilan maksi-
laris vertebra lumbalis akibat ballet, angkat berat; fraktur iga mum, dan ligamentum terputus. Derajat III (keseleo berat) di-
akibat batuk, golf; dan fraktur prosessus koronoid ulna dan hu. sertai dengan nyeri, suara gemeretak, atau letupan, perdarahan,
merus distal akibat melempar bola. pembengkakan difus nyata yang terjadi dengan cepat, kele-
Manifestasi klinis meliputi pincang, mulai nyeri bertahap mahan segera, dan kehilangan fungsi. Penderita seringkali
yang semakin bertambah pada aktivitas dan berkurang pada is- mengalami ketidakstabilan. Fraktur atau dislokasi biasanya
tirahat, nyeri tekan, atrofi distal, dan pembengkakan lokal. Ti- menimbulkan nyeri yang lebih segera daripada keseleo; na-
dak ada demam atau kelainan hitung darah atau total laju mun, sifat nyeri tidak selalu membedakan fraktur dari keseleo.
endap darah. Temuan-temuan rontgenografi dapat normal atau Pengobatan keseleo meliputi terapi anti-radang segera (lihat
memperagakan zone radiolusen tanpa reaksi periosteum, skle- peregangan), proteksi dari cedera penimbul-peregangan sela-
rosis setempat, dan pembentukan kallus. Sken atau USG tu- ma fase penyembuhan, dan kadang-kadang pemasangan gips
lang mungkin diperlukan untuk mengenali lesi jika hasil atau pembedahan (arthroskop atau terbuka) untuk keseleo de-
rontgenogram sederhana negatif. Diagnosis. banding meliputi rajat IIL
osteoma osteoid, osteomielitis akut atau kronik, tumor tulang, Kontusio otot lazim ada pada olahraga kontak. Ada nyeri
lcukemia, dan rakitis. lokal, kelemahan, pembengkakan, pembentukan hematoma,
Penanganan meliputi istirahat, gips untuk fraktur total, dan dan kemungkinan selanjutnya terjadi pembentukan parut ja-
rehabilitasi lebih lanjut untuk mengkoreksi ketidakseimbangan ringan ikat. Otot kuadriseps merupakan tempat kontusio yang
otot atau variasi anatomik (lihatBab 622). paling lazim yang digolongkan sebagai derajat I (ringan, nyeri
CEDERA JARINGAN LUNAK. Kebanyakan cedera akibat lokal, gaya berjalan normal, kisaran gerakan otot lebih besar
olahraga bukan cedera skeleton tetapi agaknya cedera liga- dari 90 derajat); derajat II (sedang, lebih nyeri dan membeng-
mentum (keseleo) dan unit otot-tendo (ketegangan). Cedera kak, pincang, tidak mampu melakukan pembengkokan kaki
tambahan meliputi kontusi dan robekan otot: dalam, kisaran gerakan kurang dari 90 derajat); dan derajat III
Ketegangan (Strain) muskulotendinosa luga dikenal seba- (berat, tidak dapat berjalan tanpa bantuan, pembengkakan dan
gai tarikan, koyak, atau robekan yang merupakan cedera tidak nyeri yang nyata, kisaran gerakan kurang daripada 45 derajat).
langsung yang disebabkan oleh peregangan berlebihan kelom- Pengobatan meliputi es, elevasi,. kompresi, dan agen anti-
pok otot yang antagonis, benda-benda eksterna, gravitasi, atau radang nonsteroid selama fase akut, diikuti dengan latihan
kontraksi otot aktif. Penegangan otot dapat terjadi dengan ce- kisaran gerakan, peregangan, dan penguatan. Pemijatan tidak
pat dengan satu kontraksi dan digolongkan sebagai derajat I dianjurkan, dan sifat cedera yang serius tidak boleh dianggap
(ringan, koyak otot mikroskopik, fascia utuh, nyeri lokal, pem- enteng, karena miositis ossifikans merupakan sekuele yang
bengkakan minimal, atau ekimosis), derajat II (sedang, jumlah lazim pada kontusio derajat II-I[. Ossifikasi hematoma intra-
serabut otot yang terobek lebih besar, fascia terlibat "letupan" muskuler terjadi terutama pada penderita remaja, tampak 2-4
terasa oleh atlet, defek kecil teraba), atau derajat III (berat, minggu sesudah cedera, menambah ukurannya sampai 6 bulan
robekan total, defek dapat diraba, nyeri berat, ekimosis atau kemudian, dan manifes sebagai nyeri terus menerus dan kaku.
pembentukan hematoma mehcolok, kehilangan fungsi). Makin Irisan pembedahan biasanya tidak terindikasi jika nyeri tidak
besar kerusakan (defek dapat diraba) dan makin besar ekimo- menetap selama lebih dari 10 tahun.
sis, makin lebih mungkin ia berupa koyakan derajat III. Cedera
tendo derajat III tidak berdarah (tendon relatif avaskuler), teta-
pi defek yang dapat diraba ada sebelum mulai edem dan pem-
bengkakan. Fraktur penarikan (avulsi) dari titik insersi tendo
633.5 Olahraga Tertentu dan Cederu
tulang dapat terjadi sebagai pengganti peregangan otot. Lesi yqng Menyertai
demikian lazim pada otot yang berorigo pada pelvis atau fe-
mur dan meliputi rektus femoris, gluteus, sartorius, iliopsoas, SENAM. pesenam wanita kompetitif sering memulai olah-
adduktor longus, dan urat lutut. raga pada umur 6 tahun, mencapai kompetisi tingkat tinggi
Pengobatan ketegangan otot meliputi es dan kompresi se- pada umur 16 tahun, dan berhenti pada umur 18-20 tahun.
gera sesudah cedera, agen antiradang nonsteroid untuk nyeri, Pola aktivitas yang serupa terjadi pada laki-laki umur 9,22,
imobilisasi dengan periode amat pendek (l-2 hari istirahat), dan 24-26 tahun. Disamping cedera mekanik atau traumatis,
dan pemanjangan selanjutnya (kisaran gerakan pasif dan lati- pesenam wanita mengalami penundaan menarke dan sering
han fisik peregangan aktif selama rehabilitasi). Untuk meng- mengalami gangguan makanan.
hindari cedera ulang, anak tidak boleh aktif kembali berpartisi- Masalah yang lazim meliputi cedera traumatis dan penggu-
pasi dalam olahraga sampai pelatihan kekuatan, mengemba- naan berlebihan seperti keseleo pergelangan kaki dan perge-
liran otot ke fungsi normal. Pencegahan ketegangan dapat di- langan tangan dan cedera spina. Insiden cedera bertambah se-
niungkinkan dengan pemanasan dan peregangan. suai dengan tingkat kemampuan dan paling lazim pada senam
2384 BAGIAN XXXil . Gangguan Tulang dan Sendi
lantai. Nyeri pergelangan tangan dapat karena tungkai atas regangan atau jepitan traumatis pleksus brakhiaiis (lihat
membawa beban kronik dengan trauma fisis radius distal. Ke- Sepakbola). Nyeri berat seperti disengat listrik mulai dari saat
kendoran ligamentum dapat memberi kecenderungan pada dis- tubrukan dan menyebar dari bahu ke ujung jari. Ada mati rasa,
lokasi siku atau bahu dan keseleo pergelangan kaki. Masalah kelemahan (terutama otot abduksi deltoid), dan nyeri pada otot
spina meliputi cedera traumatis akut atau penggunaan berle- paraspinosa dan trapezius, berlangsung beberapa detik sampai
bihan seperti cedera pars interartikularis, mengakibatkan spon- 5 menit. Penanganan meliputi es, agen antiradang nonsteroid,
dilosis dan spondilolistesis. Terapi meliputi istirahat, imobi- latihan penguatan, dan jika berat, steroid oral, kollar servikal
lisasi, agen antiradang nonsteroid, dan jika nyeri menetap, selama 24-48 jam, dan stimulasi listrik saraf transkutan.
MRI atau pemeriksaan artroskopi mengesampingkan koyakan Subluksasi bahu lazim ada tetapi biasanya tidak datang
intraartikuler, bagian-bagian badan longgar atau ketidak stabi- hanya dengan nyeri dan lemah. Penderita biasanya menyadari
lan ligamentum. Pencegahan meliputi penguatan pergelangan bahunya menggelincir kedalam dan keluar. Lihat Bab 630.2.
tangan, latihan kelenturan, dan penyangga kelainan ulna. Cedera tangan biasanya tidak berat dan keseleo metakarpofa-
RENANG. Cedera bahu adalah cedera penggunaan berlebih- langs dan interfalangs proksimal yang berulang. Penanganan
an yang paling lazim pada perenang yang berkompetisi. Bahu cedera tangan meliputi pembidaian dan pemlesteran.
perenang adalah tendinitis manset rotasi supraspinatus atau bi- Cedera lutut lazim ada dan secara potensial berat dan meli-
seps dan terasa sebagai nyeri bahu dan nyeri tendo supraspina- puti bursitis prapatella, keseleo medial dan laterai, dan robek-
tus. Mulainya dapat tiba-tiba. Tendinitis supraspinatus menim- an meniskus medial dan lateral. Lihat Bab 633.3. Bursitis pra-
bulkan nyeri pada abduksi aktif antara 60 dan 100 derajat, se- patella adalah masalah lutut yang paling lazim, disebabkan
dang tendinitis biseps diperagakan oleh penahanan fleksi le- oleh trauma tubrukan kuat pada alas kasur atau trauma kronik,
ngan supinasi lurus. Penanganan meliputi es, modifikasi teknik dan menampakkan pembengkakan pada lutut dan tidak ada ke-
pukulan, istirahat, peregangan, penguatan otot, fisioterapi, dan terbatasan gerakan kecuali fleksi penuh. Penanganan meliputi
agen antiradang nonsteroid. Pencegahan meliputi menghindari bungkus pendek neoprene lutut protektif, agen anti-radang
kerja berlebihan, teknik yang tepat, dan pelatihan penguatan nonsteroid, pemberian steroid, aspirasi efusi, dan bursektomi
dan peregangan. sesudah ulangan ketiga.
BASEBALL Cedera akibat melempar pada siku dan bahu Masalah dermatologi meliputi herpes simpleks (herpes
(terutama pada pelempar bola) merupakan cedera baseball gladiatorum), impetigo, furunkulosis atau folikulitis stafiloko-
yang paling lazim. Lihat Bab 633.2. kus, infeksi jamur superfisial dan dermatitis kontak.
BALET. Aktivitas yang banyak tantangannya ini berkaitan SEPAKBOLA AMERIKA. Cedera akibat sepakbola lazim
dengan keterlambatan menarke dan gangguan makan pada pe- ada, sebagian karena kepopularitasnya olahraga tersebut. Un-
nari wanita. Masalah pada kaki meliputi fraktur stres metatar- tungnya kebanyakan cedera adalah minor karena insidens
sus, hematoma subungual, kallus, sesamoiditis, pembentukan cedera serius telah dikurangi dengan larangan blokade jepitan
bengkak jari kaki, epifisitis falangs proksimal, dan sindroma dan "menjotos" atau memegang ujung-kepaia, perbaikan tek-
nyeri navikuler asessoris. Masalah persendian kaki meliputi nik, peralatan (bantalan. sepatu dengan paku-paku lebih lebar,
keseleo inversi, sindroma tubrukan anterior dan posterior, dan lebih banyak, lebih pendek, helm), persiapan sebelum musim
osteokondritis dessikans talus. Masalah kaki meliputi bidai tanding (pelatihan kekuatan dan kelenturan), pembalutan per-
betis, fraktur stres tibia atau fibula, dan sindroma kompartmen gelangan kaki, rehabilitasi cedera yang tepat dan bermain di-
(lihat Lari). Masalah lutut meliputi penyakit Osgood-Schlatter, atas rumput bukannya pada permukaan buatan.
pelengkungan kebelakang berlebihan karena ligamentum ken- Cedera sepakbola kepala dan leher meliputi konkusi, kese-
dor (pseudo-genu varum), osteokondritis dessikans, dan salah leo leher, dan trauma pleksus brakialis (rasa "menyengat",
persekutuan patella (dislokasi subluksasi) karena ligamentum "membakar", lihat Gulat) dan sering tidak dilaporkan karena
kendor (lihat Bab 633.3). Masalah pinggul meliputi sindroma atlet menduga masalah ini. Rasa "membakar" merupakan neu-
pinggul gemeretak (snapping hip syndrome) medial yang di- ropraksia pleksus brakialis mungkin karena pembengkokan le-
sebabkan oleh tendo iliopsoas yang menumpang diatas kapsula her ke lateral, tanpa menampakkan nyeri leher tetapi dengan
pinggul anterior, tendinitis (piriformis, iliopsoas, rektus femo- disestesia lengan yang nyeri dan kelemahan otot deltoid.
ris), dan epifisis kaput femoris tergelincir subklinis, biasanya Gejala-gejala ini biasanya sementara dengan penyembuhan se-
ditemukan pada penari laki-laki. Masalah spina meliputi pe- mentara. Rol leher (kollar) servikal dapat mengurangi risiko
nyakit Scheuennann yang menyertai pada laki-laki, skoliosis cedera ini.
idiopatik pada anak wanita, dan lordosis lumbalis berlebihan Cedera spina lumbalis nampak seperti nyeri punggung ba-
dengan disengaja wah mungkin menggambarkan spondilosis. Trauma bahu me-
GULAT. Pegulat mengalami fluktuasi yang besar dalam be- liputi ketidakstabilan, manset pemutar (rotator), dan cedera
rat badan untuk memenuhi standar bertanding menurut berat tendinitis pada humerus proksimal, batang, dan artikulasi
badan. Fluktuasi demikian dihubungkan dengan puasa, dehi- klavikula. Istirahat, imobilisasi, dan agen antiradang nonster-
drasi, dan kemudian minum-minum. oid dapat menjadi terapi efektif untuk cedera bahu ringan.
Olahragawan gulat dapat mengalami cedera karena berba- Subluksasi bahu berulang memerlukan latihan penguatan, pe-
gai tenaga atau gaya putaran yang terjadi pada ekstremitas dan nahan, dan kemungkinan stabilisasi pembedahan di luar mu-
spina; bergulat melempar dengan selanjutnya terjatuh dapat sim pertandingan.
mengakibatkan konkusio, peregangan leher, atau cedera me- Kontusio pada otot lengan dan paha lazim, dapat menim-
dulla spinalis. Perasaan "menyengat" dan "membakar" meru- bulkan efusi lutut, dan berisiko bagi berkembangnya miositis
pakan sindroma nyeri neurogenik yang ditemukan pada pe- ossifikans.'
633 | Kedokteran Olahraga* 2385
Cedera lutut merupakan alasan yang lazim mengapa pe- sampai delapan kali berat badan anak' Kebanyakan masalah
main mencari bantuan medik dan meliputi robekan ligamen- ditemukan ketika anak menambah jarak atau intensitas latihan'
tum krusiata anterior (LKA), krusiata posterior (LKP)' dan Variasi-variasi minor (misal salah persekutuan), yang tidak
ligamentum kolaterale. Lihat Bab 633'3. Penahan engsel-lutut menyebabkan masalah pada saat istirahat, memberi kecende-
fungsional untuk cedera LKA mengurangi jumlah episode "ce- rungan cedera pada tempat-tempat tertentu (stres patella femo-
dera" dan dapat memperbaiki kemampuan' Cedera LKP biasa- ris, overpronasi). Kelelahan otot, suhu lingkungan, dan
nya terisolasi dan berespons terhadap rehabilitasi rutin, sedang permukaan tempat lari (rumput vs beton keras) juga turut me-
keseleo-ligamentum kolaterale medial adalah lazim, dapat di- nyebabkan cedera. Pencegahan cedera dimungkinkan dengan
rehabilitasi dengan penahan. menggunakan sepatu lari kualitas-baik tanpa memakai tapak
Keseleo pada pergelangan kaki merupakan masalah yang sepatu berlebihan, peregangan, latihan penguatan-otot, berba-
sering dialami oieh pemain sepakbola dan dapat dicegah de- gai permukaan untuk lari, latihan lintas (bersepeda, berenang)
ngan pembalutan pergelangan kaki atau dengan tali pengikat dan istirahat.
dan pendukung yang dapat digunakan berulang kal| Turf toe' ApoJisitis krista iliaka menimbulkan nyeri pelvis dan
suatu jejas pada sendi metatarso-falangs pertama (biasanya mungkin disebabkan oleh fraktur stres mikroskopis berulang'
jempol kaki), disebabkan oleh dorso-fleksi ruda paksa saat Fraktur stres dapat terjadi pada kollum femoris, rami pubis in-
bermain pada lapangan buatan dengan sepatu lentur' ringan ferior, daerah subtrokanter, batang femur proksimal, tibia
dan iunak. Penanganan turf toe meliputi es, agen antiradang proksimal, fibula, navikulare, metatarsus, sesamoid dan apo-
nonsteroid, kompresi, dan istirahat. Injeksi kortikosteroid tidak fisitis kalkaneus.
bermanfaat. Keregangan otot seringkali mengenai urat-urat lutut yang
HOKI. Hoki adalah olahraga benturan yang disertai dengan disertai oleh otot quadriseps, adduktor, soleus, dan gastrokne-
cedera yang disebabkan oleh bola karet dan tongkat, mengaki- mius. Tendinitis yang melibatkan tendo dan selaputnya biasa-
batkan kontusio, luka robek, atau konkusio atau oleh tubuh pe- nya ditemukan pada tendo Achilles yang disertai dengan tendo
main, es, dan papan, mengakibatkan fraktur, keseleo, atau tibia posterior, peroneus, iliopsoas, dan tendo betis proksimal.
konkusio. Risiko cedera dikurangi dengan peralatan yang tepat Tendinitis Achilles berkembang secara kronik; pada mulanya
(helm dengan masker muka) dan aturan-aturan mengenai ba- dapat merasa lebih baik selama lari; terasa nyeri dan krepitasi
haya kontak tubuh (mengecek dari belakang, tongkat tinggi). jika akut dan noduler jika kronik; dan harus dibedakan dari
Cedera hoki tertentu meliputi keseleo pergelangan kaki bursitis retrokalkaneus. Penanganan meliputi menghentikan
(dorsifleksi, eversi, dan rotasi eksterna yang berbeda dengan lari sementara (mulai latihan-lintas), tumit ditinggikan Vz-inct,
keseleo biasa inversi pada olahraga lain), ketegangan adduktor peregangan urat tumit, dan agen antiradang nonsteroid. Injeksr
pinggul, dan berbagai cedera bahu karena kontak tubuh. Yang steroid tidak diperlukan.
terakhir ini meliputi keseleo akroniklavikuler, dislokasi, dan Nyeri lutut anterior biasanya karena sindroma stres patello-
fraktur klavikula. femoral (lutut pelari), yang akibat dari dinamik berlebihan,
BASKET DAN BOLA V0Ll. Aktivitas fisik biasa dua olah- biasanya lateral, gerakan tendo patella dalam hubungannya de-
raga ini meliputi melempar bola, melompat, berputar, lari, dan ngan lekuk intrakondilus. Dapat terjadi khondromalasia pa-
berhenti mendadak, yang menambah risiko untuk cedera per- tella. Penanganan meliputi peregangan, latihan penguatan
sendian kaki. lutut danjari. quadriseps, dan orthotik kaki. Nyeri lutut posterior disebabkan
Cedera akibat penggunaan lutut berlebihan meliputi tendi- oleh ketegangan gastroknemius, sedang nyeri posteromedial
nitis patella ("lutut peloncat"), apofisitis tarikan (penyakit karena fraktur stres tibia proksimal atau tendinitis sendi mem-
Osgood-Schlatter), fraktur fisis femur distal dan tibia proksi- branosa dan nyeri lutut lateral dapat karena sindroma pita ilio-
mal, fraktur patella, dan keseleo ligamentum (ligamentum ko- tibia dan tendinitis poplitea. Sindroma pita iliotibia dapat
laterale medial dengan atau tanpa ligamentum krusiatum merupakan kombinasi bursitis dan tendinitis karena pengge-
anterior.). sekan mekanik pita (ekstensi tensor fasia lata) dan epikondilus
Keseleo persendian kaki merupakan cedera yang paling la- femoralis lateralis.
zim dan biasanya disebabkan oleh inversi dengan fleksi tela- Nyeri betis merupakan istilah deskriptif untuk nyeri pada
pak kaki yang menempatkan ligamentum lateral pada tegangan tibia anterior dan harus dibedakan dari fraktur stres tibia dan
tinggi. Fraktur lepas (avulsi) basis metatarsus kelima pada sindroma kompartmen kronik. Nyeri betis dapat karena
insersi tendo peroneus brevis merupakan sekuele lain inversi robekan serabut-serabut kolagen karena kelelahan kronik yang
cedera persendian kaki. Tendinitis Achilles merupakan cedera menghubungkan otot dengan tulang. Sken tulang dapat me-
penggunaan berlebihan, yang dapat diperjelek dengan penggo- nunjukkan ambilan difus dibanding dengan daerah yang lebih
sokan tendo diatas sepatu berhak tinggi. Nyeri kaki dapat kare- setempat yang ditemukan pada fiaktur stres. Nyeri betis mem-
na bursitis retrokalkaneus, tendinitis tibia posterior, navikulare punyai daerah difus nyeri tibia yang melibatkan tulang dan
tarsus assesoris, periostitis kalkaneus, fassiitis plantar, fraktur otot, sedang fraktur stres memperagakan titik nyeri. Nyeri
stres navikulare tarsus, fraktur stres Jones metatarsus kelima, betis biasanya terjadi pada pelari baru dengan pronasi berle-
sesamoiditis, lepuh, hematoma sublungual, dan paronikhia. bihan. Penanganan meliputi lari pada permukaan empuk, or-
LARI. Masalah lari merupakan cedera yang disebabkan oleh thotik sepatu, agen anti-radang nonsteroid dan istirahat (atau
penggunaan berlebihan (gerakan berulang kronik) yang diper- latihan-lintas).
jelek oleh ketidakseimbangan otot, deformitas skeleton kecil, Sindroma kompartmen melibatkan anterior, lateral, poste-
a:ru kelenturan jelek atau trauma kelebihan beban karena ben- rior dalam, atau posterior superfisial yang mungkin diakibar
tlran kaki berulang kurang diabsorbsi yang berkisar dari tiga kan oleh lati, dan sindroma ini mengakibatkan nyeri lokal
2386 BAGIAN XXXil | Gangguan Tulang dan Sendi
yang terbatas pada otot (tidak pada tulang). Selama latihan fi- kit Osgood-Schlatter dan menampakkan nyeri pada olekranon
sik otot-otot secara bertahap mengembang dan jika terperang- dengan ekstensi siku.
kap pada fasia yang kaku akhirnya akan mengakibatkan kenai- Masalah pergelangan tangan meliputi ganglion dorsal, si-
kan tekanan intrakomparlmen. Nyeri biasanya menghalangi novitis kapsuler sendi radiokarpal (tubrukan) dan erosi dege-
latihan selanjutnya, dengan demikian membatasi risiko cedera neratif (robekan) fibrokartilago trianguler;
saraf permanen. Penanganan dasar meliputi istirahat, agen antiradang non-
Fasiitis plantaris merupakan radang struktur pendukung ar- steroid, es, kompresi (fase akut), rehabilitasi, belajar mekanik
kus longitudinal karena pembebanan siklik berulang bersama yang tepat, penahan gaya tolak protektif (siku, pergelangan ta-
dengan injakan kaki. Nyeri bertambah dengan berlari dan ter- ngan), latihan penguatan, dan secara bertahap kembali ke
lokalisasi pada sisi medial tumit. Penanganan serupa dengan tenis. Pembedahan jarang diperlukan tetapi terindikasi pada
penanganan untuk nyeri betis. tendinitis manset pemutar (subluksasi), cedera patellofemoral
SEPAKBOLA. Cedera pada sepakbola meliputi luka lecet, atau cedara meniskus, dan osteokondritis kapitellaris.
kontusio, ketegangan otot dan keseleo ligamentum (persendian SKl. Cedera yang dihubungkan dengan jatuh (kontusio,
kaki, lutut) karena sebagian kontak tubuh-ke-tubuh, jatuh, lari, laserasi) dan mekanisme ski-tertentu. Cedera menyeluruh telah
dan tendangan atau gerakan kepala.' menurun sebagian karena peralatan lebih baik (sepatu bot,
Masalah pinggul meliputi "penunjuk pinggul" (kontusio ikatan, tongkat) dan keadaan kemiringan.
krista iliaka), apofisitis krista iliaka, dan nyeri selangkangan Cedera jempol akibat dari jatuh dengan jempol dalam ab-
kronik (tegangan otot, hernia, osteitis pubis). Fraktur stres ko- duksi dan hiperekstensi mengakibatkan keseleo ligamenturn
lum femoris, epifisis kaput femoris tergelincir, dan fraktur tarik- kollaterale ulna (empol pemain ski). Robekan toral dengan
an pelvis atau femur dapatjuga menyebabkan nyeri pinggul. sendi membuka 45 derajat memerlukan intervensi bedah, se-
Masalah lutut meliputi cedera pada ligarnentum kolaterale dang derajat yang lebih kecil dapat ditangani dengan verban
medial, ligamentum kolateral anterior, dan meniskus. Masa- gips angka delapan (spica) jempol selama 4 minggu. Frakrur,
lah-masalah tambahan adalah serupa dengan masalah pada Salter-Harris tipe III dapat juga ada, dan jika fraktur-epifisis
seksi lari. tergeser ia memerlukan reduksi terbuka dan fiksasi interna.
TENIS. Daerah cedera yang lazim pada tenis adalah masa- Cedera tungkai bawah meliputi keseleo persendian kaki
lah otot dan tendo siku, bahu, punggung, dan perut. Risiko ce- (kurang lazim pada sepatu bot yang baik), fraktur (sering spi-
dera ditambah dengan defisiensi fisik perseorangan (ketidak- ral) tibia ("ujung sepatu bot") dan persendian kaki serta kese-
seimbangan otot, salah persekutuan), sebelum cedera, dan tek- leo LKA dengan atau tanpa fraktur eminensia tibia. Pe-
nik yang buruk. Cedera akut meliputi keseleo pergelangan nanganan keseleo LKA meliputi penahan, rekonstruksi intra-
kaki, ketegangan otot perut dan kaki, dan masalah lutut (sin- artikuler, dan reduksi anatomi tertutup atau terbuka fraktur
droma patellofemoral, meniskus); cedera penggunaan berle- fragmen eminensia tibia.
bihan termasuk tendinitis (bahu, siku, patella, akhilles, fascia
plantar) dan apofisis (siku, lutut, atau kalsis).
Committee on Sports Medicine and Fitness: Cardiac dysrhythmias and spons.
Tendinitis bahu disebabkan oleh rotasi manset dan radang
Pediatrics 95:786, 1995.
tendo biseps. Subluksasi sendi glenohumerus dapat juga ter- Micheli LJ: Overuse injuries in children's sports: The growth factor. Onhop
jadi. Clin North Am 14:3 37.198 3.
Tendinitis siku tenis lateral menimbulkan nyeri pada pu- Sullivan JA: Ligament injuries of the knee in children. Clin Orthop 225:44,
I 990.
kulan backhand dan nyeri pada origo ekstensor brevis. Tendi-
Sullivan JA, Grana WA (eds): The Pediatric Athlete. park Ridge, IL, Ameri-
nitis siku medial menimbulkan nyeri pada epikondilus medial can Academy ofOrthopaedic Surgeons, 1988.
pada fleksi pergelangan tangan dan pronasi lengan bawah. Wiley JJ, Baxter MP: Tibial spine fractures in children. Clin Orthop 255:54,
Apofisitis epikondilus medial ditemukan pada pemain tenis I 990.
muda dan dapat disertai dengan disfungsi saraf ulnaris jika ada
fraktur penarikan. Apofisitis olekranon serupa dengan penya-
634 r Diagnosis dan Penilaian 2387
I Sersr 2
ada lebih dari 300 displasia tulang yang diketahui. Untuk be-
berapa kasus pembahasan dan tabel menggambarkan situasi
T Bne 634 dan entitas yang paling lazim, sementara pada keadaan yang
lain mereka hanya berupa contoh kasus yang bagus.
Diagnosis dan Penilaian PENGENALAN KELAINAN DISPROPORSI DAN TUBUH PEN-
DEK. Kecuali untuk displasia tulang yang mematikan, penge-
nalan dini disproporsi mungkin tidak sejelas seperti yang di-
tampakkan. Biasanya, istllah disproporsi menunjukkan keti-
daksesuaian panjang ekstremitas terhadap panjang badan atau
Displasia skeleton menunjukkan adanya keterlibatan epi- sebaliknya. Pada displasia tulang bagian ekstremitas tertentu
fisis, metafisis, atau diafisis menyeluruh, yang biasanya diser- mungkin sering lebih pendek daripada bagian lain dari ekstre-
tai dengan perawakan pendek yang tidak proporsional sebelum mitas yang sama. Misalnya, jika ekstremitas proksimal (misal
dan/atau sesudah lahir. Individu dengan pendek tidak propor- humerus, femur) lebih pendek, ini disebut rhizomelia. Jika ba-
sional disebut menderita keadaan cebol, sedang orang pendek gian tengah ekstremitas (misal, radius/ulna, tibia/fibula) lebih
yang proporsional menderita kerdil (nanisme) atau jika sangat pendek, maka istilah deskriptifnya adalah mesomelia. Blla
pendek, dalam istilah umum disebut midget. Kecuali untuk be- ekstremitas distal (misal, tangan, kaki) lebih terkena daripada
berapa fenokopi yang diakibatkan oleh obat-obatan (misal,
warfarin) atau defisiensi vitamin (misal, vitamin K), semua
displasia skeleton tampak mempunyai dasar genetik. Seperti
kelompok atau kategori gangguan, displasia skeleton adalah TABEL 634-1 Masalah-masalah Besar yang Dihubungkan dengan
lazim, terjadi dengan prevalensi kelahiran 1 dalam 4.100. Fre- Displasia Skeleton
kuensi kelahiran mati tinggi (23V0) dan kematian pasca lahir
trb tbtr
awal (32Vo), menunjukkan kebutuhan akut untuk diagnosis
yang benar dan strategi intervensi yang tepat. Beberapa displa-
sia skeleton dapat didiagnosis pada awal. masa prenatal dengan
ultrasonografi, pemeriksaan biokimia, dan teknik molekuler,
yang menunjukkan kemungkinan untuk manajemen obstetri
yang efektif dan pembuatan keputusan orang tua yang terinfor-
masi. Karena hampir separo anak yang dilahirkan dengan dis-
plasia skeleton bertahan hidup sesudah masa neonatus dan
mempunyai potensi untuk secara relatif mempunyai harapan
hidup normal, masalah medik dan sosial memerlukan perhati-
an khusus untuk meminimalkan efek merugikan yang tidak
perlu. Akondroplasia
Diagnosis segera atau dini yang tepat penting untuk indi- Sebagian besar displasia skele-
vidu dengan displasia skeleton agar secara optimal dapat me- ton
,Laziffi {teibesdf diserlai belahr
nangani banyak ramifikasi yang diturunkan (Tabel 634-1)' r
Gambar 634-5. Toddler dengan displasia distrofi. Perhatikan telinga kiri de-
ngan pembengkakan kistik multipel. Ini merupakan satu-satunya yang ditemu-
kan pada displasia distrofi dan dapat berupa kongenital atau berkembang pada
usia 3 bulan pertama. Jempol "hitchhiker" yang letaknya renddh khas pada
gargguan ini.
Gambar 634-7. Radiografi bayi dengan salah satu subtipe osteogenesis im-
perfekta, tipe II. Tulang menampakkan demineralisasi dengan banyak fraktur
lama dan penyembuhan, yang telah mengakibatkan tulang lebar dan tidak ber-
rnodel.
Gambar 634-8. Bayi lahir mati dengan akondrogenesis yang radiografinya ti-
dak menunjukkan ossifikasi korpus vertebra, yang hampir patognomonis un-
tuk berbagai bentuk gangguan mematikan ini. Perhatikan dada kecil dengan
Sering disebut displasia epifisis multipel iga terbentuk dengan layak, pemendekan tulang panjang yang ekstrem, dan hi-
fDigunakan pertama jika ia terlibat lebih berat daripada fisis yang lain. poplastik tulang iliaka.
2392 BAGIAN XXXII I Gangguan Tulang dan Sendi
TABEL 634-5. Pengamatan Radiologi Epifisis, Metafisis, Diafisis, Tulang panjang dan Tangan yang penting pada kasus Displasia Skeleton
::tsesar i
Korteks ', Panjang 1 i:8..e.i.*.niang
fonli.:g!t"i,q,$ii Menebal Berkurang l]s_ie-tu.trtng]
" ,&P,,lineeu,1a .
. ,.P. ;;,,..@tengtilth.$ Tulang total iF.u$.i,. ii,,,,'.
,Iiegf11 I t bang,, !,, ) Terlokalisasi I4filpW,!nnJ,.:.;:,
, rirr....:::::.::{ 1 kgthifu fO#'. Banyaknve=
Hin$tlflsti* :K4ifal,l(g Ar)
Oiiifft.r3i.1G dngulmi.:ll,ir ris pendek) ::r .tanjan$,,i,;i-,'
, Stterb li,
,.,
rut9$a ($cpertiip Melengkung
,.. erliinti , iadius distal) Tulang tenenru =sb#
.-'rKonfigurabi
Bii @tikgN,Si[iit Peminbuhan Lokaii ' Filangi=j..,,,,.
(ariijari) r,i,,,.= 11;$r;;;j;;+jtEffi,,ii :ii Ada i
EksotoSis i:,
I
,Heqr'angioHa ,:,,;:.
Sepmbn temendek B arll aknv'a Po liiJ$til i
,' pnkondroffi+"t$,siE Rhizomelia humeruSl ,:ibert-arnbffi ':::,;,,.
itlli iiilririln:rrri lrnt:::rt. l
s ii'fi
f ilin
ti gr:dak tiii
Anomali:' . ':
a,pjrigis |i;
ruSta :.1 .:
.
.'. ,i F.,,ipih,,,i,l=
Tidak bertulang
uensrensl . : Metafisis
I ullulast ':: Lenar
Tubulasi yang berlebih ll.;:; BerbetllukrcanElx .,,
;,Sreibentuk
peluru:. ,
ri TUbtrlefi...,,-
fusl
:::': ,, r,l :
:::,Sinfalangiisme. sendi::
mengakibatkan orang tua normal mempunyai banyak keturun- anggap bahwa anak tersebut mcnderita displasia tulang nttrrni.
an dengan displasia skeleton dominan. Ini mempersulit konsel- Anggapan ini dapat berubah jika pemeriksaan radiologis
ing genetik dan menentukan genetik dari displasia skeleton menunjukkan anomali interna seperti pada displasia tidak ber-
yang jarang. Gena untuk displasia diastrofik terlokalisasi pada segmen (dissegmental) bila tidak terbentuk celah palatum (1i-
ujung distal lengan panjang kromosom 5, akondroplasia terle- hat Gb.634-6). Jika ditemukan anomali eksterna seperti celah
tak pada lengan pendek kromosom 4, dan displasia epifisis bibir atau polidaktili, maka anak akan digolongkan sebagai
multipel pada daerah perisentromerik kromosom 19. Dua penderita displasia skeleton/sindroma anomaLi kongen.itaL
gangguan terkait-X (kondrodisplasia punktata reqesif terkait-X multipel.
Xp22.31dan sindroma Christian Xq21-q ter) juga telah dilo- Foto radiologi harus ditinjau lagi untuk menentukan apa-
kalisasi. kah epifisis, metafisis, atau diafisis terutama terlibat. Tabel
Tentang bagaimana gena menyebabkan kelainan tulang 634-3 menggambarkan penandaan golongan pada setiap dae-
prenatal dan/atau pascalahir, belum dipahami dengan baik. Os- rah epifisis yang terkena. Jika daerah tubuh bertulang yang
teogenesis imperfekta (OI) terutama bentuk tipe II yang me- lain seperti spina, kranium, atau dahr (fronto-) terlibat, maka
matikan, terbukti mempunyai defek dalam struktur kolagen dapat diterapkan penandaan yang diperluas. Spina dimasukkan
tipe I, dengan terdokumentasikan adanya pengganti asam ami- pada daerah fisis dan sebagai daerah tambahan karena spina
no spesifik. Kelainan kolagen tipe II telah ditemukan pada be- sering berkaitan dengan kedua penyakit tersebut. Kelainan
berapa keadaan displasia spondiloepifisis kongenita, akondro- ekstremitas yang lebih terlokalisasi, seperti tangan, lengan ba-
genesis tipe II, hipokondrogenesis, sindroma Stickler dan wah, atau lengan dilihat seperti yang terdaftar dalam Tabel
displasia Kinest. Diagnosis prenatal telah disempurnakan pada 634-4. Kombinasi yang sangat jarang, seperti spondilokosta
beberapa keadaan. dan spondilokarpotarsus, tidak dapat dicantumkan dalam
GAMBARAN RADIOLOGIS. Jika penderita pendek secara skema ini dpn mungkin lebih dekat berkenaan dengan disosto-
disproporsi dan tanpa ada anomali, maka untuk sementara di- sis tulang.
634 I Diagnosis dan Penilaian 2393
TABEL 634-6. Pengamatan Radiologi penting Spina, Thoraks, Pelvis, dan Tengkorak pada Displasia Skeleton
ii:i $p
TABEL 634-7. Catatan kerja Tahapan Diagnostik Displasia Skeleton Ada banyak gambaran tanda kelainan fisis, tulang pan-
jang, tangan, spina, thoraks, pelvis dan tengkorak. Gambaran
yang cukup baik dari tanda kelainan ini tercantum pada Tabel
634-5 dan 634-6. BiIa digabung dengan penggolongan yang
tepat, gamb;ran-gambaran tanda kelainan ini merupakan fak-
tor yang paling baik untuk menegakkan diagnosis akhir karena
defek individu bersama pola kombinasinya memberikan suatu
kelompok gambaran tanda kelainan yang unik.
DIAGNOSIS. TabeI 634--l menyajikan catatan kerja rang-
kaian pendekatan diagnosis displasia skeleton. Dokter anak
harus mampu secara tepat mendokttmentasikan masalah-
masalah dalam langkah-langkah I-IV termasuk langkah VIIA
(penandaan pasti). Langkah VIIB (gambaran), langkah yang
menguraikan seluk beluk kelainan radiologi, biasanya memer-
lukan konsultasi dengan ahli radiologi. Diisyaratkan bahwa
dokter ahli, segera sgtelah memasuki langkah VIIB, mencatat
defek tulang sesuai dengan terminologinya sendiri dan melan-
jutkan ke langkah VIII, yang merupakan akhir kategorisasi se-
cara keseluruhan. Penanda golongan (misal displasia spondi-
loepifisis) sampai pada langkah VIIA dapat berguna untuk
mencari sumber kepustakaan guna mendapatkan diagnosis
2394 BAGIAN XXXII I Gangguan Tulang dan Sendi
banding.* Pembuat diagnosis kemudian dapat membandinglian sis sindroma Morquino selama hidupnya. Ada empat tipe
gambaran (langkah VIIB) yang ditemukan pada penderitanya pseudokondroplasia, yang biasanya diklasifikasikan sebagai
dengan yang ditemukan seseorang pada gangguan sesuai de- displasia spondilometa-epifisis. Gambaran penderita pseudok-
ngan penanda golongan yang sama. Jika ditemukan anomali, ondroplasia tipe 3 yang paling cocok adalah bentuk yang di-
ini seringkali membuat diagnosis akhir menjadi lebih mudah. wariskan secara autosom dominan yang diuraikan oleh Marp-
Langkah IX menggambarkan pola pengenalan seperti yang teaux dan Lamy. Diagnosis didasarkan pada kelainan spina
ditentukan dari pengelompokan keseluruhan plus pola gambar- plastispondili (korpus vertebra pipih) dan korpus vertebra an-
an tanda kelaianan dan anomali, jika ada. Pada langkah inilah terior menonjol (Gbr. 635-2), tungkai lengkung pendek de-
pencocokan terakhir atau diagnosis dapat ditentukan. Tingkat ngan metafisis amat lebar dan epifisis kurang terbentuk (Gbr.
keparahan displasia tulang dapat bervariasi dan seringkali be- 635-3), brakidaktili menyeluruh berat dengan pembenjolan
rubah sesuai usia yang mempersulit proses diagnostik. Mes- metakarpal distal (Gbr. 635-4), basis ileum pendek dan iga te-
kipun demikian, pola penulangan yang biasanya patognomonis bal pada adanya tungkai bengkok, perawakan amat pendek,
untuk setiap displasia tulang, memberikan tanda-tanda radiolo- dan tidak ada anomali.
gis yang sangat membantu. Harus diperhatikan bahwa istllah p s e u d o ako ndr o p I as i a bu-
kan merupakan penanda pasti. Istilah ini berasal dari kesama-
annya dengan akondroplasia, yang sebenarnya merupakan dis-
Buku-buku yang terutama berguna dalam membantu diagnosis displasia plasia spondilometafisea. Banyak displasia skeleton yang na-
skeleton ditunjukkan sesuai Sumber dalam daftar referensi. Adajuga program manya hanya memberi sedikit penjelasan mengenai tulang
diagnostik koniputer dari Murdoch Institute Parkville Australia, disebut OS- yang terkena (misalnya, Dyggve-Melchior-Clausen) arau
SUM yang secara spesifik ditandai untuk displasia skeleton. Semua kasus dis-
plasia skeleton tanpa diagnosis yang kuat harus ditinjau kembali oleh spesialis penggolongan yang mereka gambarkan (misalnya, hipokon-
dalam displasia skele(on. drogenesis, akondrogenesis, displasia diastrofik). Beberapa
nama berupaya menegaskan tulang yang mana yang terkena,
seperti omodisplasia (omo = humerus), atau sifat tulang, se-
perti opsimodisplasia (opsimos = maturasi lambat). Walaupun
terasa kasar, pelvis seperti keong (displasia schneckenbecken),
I Bae 635 radius/femur bumerang (displasia bumerang), dan femur prok-
simal mirip'kunci Inggris (sindroma Desbuquois, Gbr. 635-5)
dapat merupakan tanda-tanda deskriptif yang amat spesifik
Pseudokondroplasia yang dengan cepat mengarah pada diagnosis. Pembuat diagno-
sis akan harus mengatasi perubahan nosologi ini. Meskipun
demikian, diagnosis akhir paling baik dilakukan dengan kate-
gorisasi penderita yang akurat dan kemudian membuat perban-
Gambar 635-1 menggambarkan pendekatan yang disebut- dingan dengan menggunakan gambaran, anomali, atau idiosin-
kan di atas (lihat Bab 634) padapenderita yang telah didiagno- krasi lain yang mungkin ada.
r1lflfil{
I Ben 636
tepat. Pada keadaan demikian, perhatian lebih diarahkan irada
konfigurasi tulang menyeluruh, tingkat keterlibatan, dan dae-
rah mana yang tidak terlibat.
Displasia Tulang yang Displasia tulang yang dapat dikenali pada saat lahir tetapi
biasanya tidak mematikan (Tabel 636-2) biasanya dapat secara
Mematikan dan yang Tidak lebih tepat dikelompokkan. Untuk displasia tulang lain (Tabel
Mematikan 636-3), disproporsi dan pengurangan panjang/tinggi tidak ada
atau tidak dikenali sampai umur agak tua, dan radiografi
mungkin tidak abnormal atau spesifik. Ini terutama merupakan
masalah pada beberapa gangguan penyimpanan seperti muko-
polisakharidosis (lihat Bab 74). Adalah bermanfaat untuk
Masalah dalam penggunaan pendekatan penggolongan ada- mengulangi pemeriksaan skeleton setiap 6 bulan selama umur
lah bahwa beberapa displasia tulang yang "selalu" atau "biasa- tahun pertama, $etiap tahun antara 1-3 tahun, dan sesudahnya
nya" mematikan (Tabel 636-1) mengalami distorsi semua dae- setiap 3 tahgn sampai pubertas diselesaikan pada setiap pende-
rah fisisnya sedemikian berat, sehingga tidak mungkin meng- rita yang menderita displasia skeleton yang tidak dikenali. Pe-
637 a Akondroplasia 2397
TABEL 636-1. Cebol Neonatus yang Mematikan TABEL 636-3. Keadaan Cebol yang Lambat MulaiiDikenali
Selalu/Biasanya lVlematikan :
-
Terufarna Kelainan Epifisis., ,, ',:' ,.
Akondrogenesis Displasia epifisis multipel, tipe; Fairbank
Cebol tanotoforik Displasin epilisis mulitpel, tipe Ribbing I
Polidakiiri,ig4'pendek, tipe,Majowaki':.'::::'rr i:: . Macam-macam gangguan epifisis mulfipell
Polidalktili.iga pendek, tipe Saldino-Noonan,'.,,, Terutama Kelainan Metafisis
Akondroplasia homozi got Displirsir metafisis. ripe Schmid
Osteopetrosis (bentuk kongenital; Displasia rnetafisis, tipe Janscn
H ipoplesia kiLrti lugo-berambut
niS$ia1ia dis.segmefial; tipe Silverman.Handmaker HipofosfataSia ibentuk tidak mematikan)
Osteogenesii imperfekta, tipe lI Rrl-itis resistcn vitamirr.D
Hipqfgq{4temia (bentuk kongenital)., ..., -1..,. , i, Terutanra Kelainan Spina
Kondrodisplaiia punktata (bentuk rhizornelik)
Displasia turcla sporrdiloepi lisea
Mdhtikan'.',, .:, ' '
$e{iqg l;r
, ','
l
Pseudoak ondropl asi a
Di$iffi Jeune) ,
torafq (irndrorna
ii ,-',1
Displasia spondilometafisea, lipe Kozlowski
Kadang-k6trsn g'Mematikan,.:, 'ferutama Keterlibatan Tempat Geografi Tunggal
Sindroma Ellis-van Creveld ,
Diskhondlosteosis Leri-Wei I (tlc iormitas MadeIung )
Displasia diastrofik Pseudo-/pseuclo-pseutiohipoparatiroidisme',''
Cebol metatrotik AkroJiostosis
Disostosis perifer , ,
aBeberapa yang bertahan hidup lama telah dilaporktn pada kebntl'aktut Kelainan {peningkatan) Gangguan Densitas Tulang
gangguan ini. Displasia krun iometrfisis
Disprlasiakianiocliafisis" r
Gangguan Fcnyinrpanan
rubahan yang ditemukan saat itu menrungkinkan pengelorn-
Mukopolisakaridosis
pokan yang lebih baik, sering melalui penjelasan gambalan
yang tidak dapat secara tepat dikenali lebih awal.
I Bee 637 anak. Bila tidak ada hidroselalus, perkernbangan mental dan
molor biasanya normal. Prolil perkembangan Denver telah di-
kumpulkan untuk memonitor kernajuan perkembangan pada
Akondroplasia akondroplasia.
Kepala besar sepanjang hidup, dengan penonjolan frontal
yang rnencolok, hipoplasia rnaksila, dan prognatisme man-
dibula relatif. Kurva pertumbuhan tertentu untuk akondropla-
sia telah dikembangkan, yang terutama berrnanlaat dalam me-
Keadaan cebol klasik atau bentuk dasar (prototip) adalah monitor pertumbuhan cepat pada ukuran kepala pada masa
akondroplasia dengan insidens I dalam 15.000 sampai 1 dalam bayi karena hidrosefalus dapat mempersulit akondroplasia.
2398 BAGIAN XXXil | Gangguan Tulang dan Sendi
I Bas 640
Sindroma Ellis -van Crev eld
raks Juene. Beberapa penderita dengan sindroma Ellis-van pada banyak displasia dan malformasi skeleton lain. Pewaris-
Creveld meninggal karena defek jantungnya dan beberapa ka- an diduga autosom resesif; namun, pewarisan autosom domi-
rena kesukaran pernafasan. nan mungkin lebih lazim.
pus vertebra, skapula, dan krista iliaka. Secara rontgenografi, asimetri, pemeriksaan sitogenetik biasanya menunjukkan hi-
tumor ini tampaknya berasal pada tepi-tepi metafisis dan ka- langnya pola 8q 24.
dan-e-kadang sepanjang batang (diafisis) tulang panjang' EKM Enkondromata tumbuh dalam tulang, biasanya dalam
ini berbeda dengan enkondromata (kondromata), yang berasal daerah osifikasi endokondral. Enkondromata tulang tunggal ti-
dari dalam metafisis dan kadang-kadang diafisis dan tam- dak jarang terjadi dan mungkin terdeteksi secara kebetulan.
paknya meluas dari dalam metafisis ke dalam epifisis. Kelaina Sebaliknya, gangguan ini dapat menimbulkan nyeri lokal kare-
ini diturunkan secara autosom dominan dengan penentrans na perluasan ke ekstramedulare. Enkondromata multipel (pe-
yang tinggi tetapi gambarannya sangat bervariasi. Umumnya nyakit Ollier) mengenai skeleton secara luas, termasuk tangan;
didu-ea bahwa patogenesisnya melibatkan proliferasi kartilago kelainan ini terdeteksi karena nyeri tulang atau deformitas. Se-
normal pada tepi-tepi metafisis, sepanjang diafisis, atau sepan- benarnya semua kasus adalah sporadis. Secara rontgenografi,
jang tepi-tepi kartilaginosa vertebra dan skapula. Pusat tumor lesi mungkin dapat dideteksi pada awal masa bayi sebagai-lesi
menladi terosifikasi dan kavum medularenya dapat berhu- oval, homogen, terang dengan sumbu paralel pada sumbu lo-
bungan dengan rongga sumsum batang tulang yang terkena. ngitudinal tulang.
Tumor dapat tumbuh cepat selama masa bayi tetapi jarang Penderita datang karena gangguan pertumbuhan yang
terdeteksi secara rontgenografi sebelum umur 3 bulan, ketika mungkin asimetri, lumpuh, atau karena pembengkakan jari ta-
mereka muncul sebagai tonjolan tulang dari tulang yang ter- ngan dan jari kaki pada masa bayi. Tumor dapat menyebabkan
kena, yang mempunyai pola osifikasi normal. Eksostosis pada pembengkakan yang dapat dilihat atau dapat diraba, terutama
ujun-q tulang panjang menjauh dari epifisis. Keterlibatan me- pada tangan atau ujung tulang panjang yang sedang tumbuh;
takarpal dan falangs sering terjadi, tetapi eksostosis kecil dan tumor ini agak elastis dan mengganggu mobilitas sendi yang
jarang jari berubah bentuk. Eksostosis batang humerus secara berdekatan. Kondroma falangs dapat menyebabkan deformasi
khas teryadi pada sepertiga tengah pada permukaan medial' jari berat.
Eksostosis tidak hanya tidak sedap dipandang. tetapi juga Pengaruh enkondromata pada pertumbuhan biasanya jauh
mengganggu pertumbuhan tulang panjang, menghasilkan pe- lebih serius daripada pengaruh eksostosis, dan prognosisnya
rubahan bentuk dan kadang-kadang kompresi saraf dan pem- lebih serius daripada EKM. Gangguan pertumbuhan asimetri
buluh darah. Deformitas berat ulna distal seringkali disertai lebih berat. Keterlibatan ulna dan radius distal dapat menye-
dengan gangguan pertumbuhan asimetri, dislokasi kaput radi- babkan deformasi berat pada pergelangan tangan yang menye-
alis, dan deviasi ulna tangan. Keterlibatan tungkai bawah da- babkan deviasi ulna tangan. Perubahan maligna jarang pada
pat menyebabkan koksa valga, genu valgum, atau kemiringan masa anak tetapi mempunyai frekuensi lebih tinggi pada orang
epifisis tibia distal dan ketidaksesuaian panjang tungkai. dewasa. Nyeri dan pertumbuhan cepat dalam ukuran atau
Tinggi dcwasa akhir cenderung berada dalam kisaran normal, bukti radiologi adanya erosi endostea dapat menunjukkan pe-
tetapi ketidakseimbangan skeleton ringan dapat terjadi karena rubahan maligna.
keterlibatan tungkai (sering tidak simetris) jauh lebih besar Intervensi bedah terindikasi pada lesi yang menimbulkan
daripada keterlibatan spinal. Degenerasi maligna dapat terjadi, gejala-gejala lokal atau pada perubahan bentuk plat pertum-
tetapi jarang, dan jika pernah, pada masa anak. buhan yang menyebabkan asimetri tungkai yang mencolok.
Penanganan bedah terindikasi pada perubahan bentuk lesi Pencitraan radionuklida mungkin berguna dalam mengamati
secara kosmetik atau lesi yang menimbulkan komplikasi, neu- enkondromata besar yang berisiko menjadi maligna.
rovaskuler. Kapanpun mungkin, pembedahan harus ditunda Pada enkondromatosis dengan hemangiomatosis (sin-
sampai akhir pertumbuhan karena peluang regresi lesi tinggi' droma Maffucci) ekondromata multipel dan he.mangiomata tu-
EKM displasia perifer (Sindroma Langer-Giedion), lang dan kulit yang menumpangi terjadi selama masa anak.
juga dikenal- sebagai sindroma trikorhinofalangs tipe II, ditan- Sebagian besar orang-orang yang terkena adalah normal pada
dai dengan perawakan pendek secara dominan akromelik atau saat lahir; lesi ini terjadi selama mesa bayi. Semua kasus yang
akromesomelik mulai pasca lahir, gambaran wajah yang se- dilaporkan bersifat sporadis. Lesi kulit biasanya berupa he-
rupa dengan wajah sindroma trikorhinofalangs (lihat sebelum- mangioma kavernosa atau kapilaris, dengan atau tanpa lim-
nya), mikrosefali ringan sejak lahir, dan eksostosis kartila- fangioma. Distribusinya pada, kulit tampak tidak iergantung
ginosa multipel. Semua kasus yang dilaporkan adalah spora- dari lesi skeleton; lesi ini ditemukan juga pada membrana mu-
dis. Wajah yang khas meliputi telinga yang menonjol ke late- kosa dan visera intra-abdomen. Lesi skeleton berupa enkon-
ral, kurang berkembang, berukuran besar; rambut kepala ja- dromata yang khas, melibatkan metafisis seluruh.tubuh; pada
rang dengan alis tebal; hidung bulbosa besar dengan sekat te- beberapa kasus deformitas unilateral menonjol.
bal dan jelas, filtrum sederhana memanjang jelas; dan secara Sindroma Maffuci menyebabkan deformitas skeleton berat,
relatif dagu terceruk. Lipatan kulit yang berlebihan atau long- secara kosmetik tidak sedap dipandang dan seringkali nyeri.
gar dan hiperekstensibilitas kulit serta ligamen pada masa bayi Tidak ada hemangioma atau ekondromata yang dikoreksi se-
dapat dikacaukan dengan sindroma Ehlers-Danlos. cara bedah kecuali uirtuk meringankannya saja (paliasi). Ke-
Secara rontgenografi, tampak dua tipe lesi: (1) eksotosis lainan ini lebih menyebabkan perawakan pendek atau jika teru
multipel dengan segala kemungkinan deformitas skeleton yang tama unilateral, menyebabkan ketidaksesuaian panjang kaki
diakibatkan oleh EKM saja, dan (2) kelainan pada metakarpal dan skoliosis. Komplikasi yang paling serius adalah terjadinya
dan falangs proksimal yang terdiri dari epifisis bentuk-konus keganasan, yang mempunyai insidens lebih tinggi daripada pe-
(iihat sindroma TRP), pelebaran tanpa funelisasi normal, dan rubahan maligna pada EKM. Transformasi kondrosarkoma-
adanya penonjolan metafisis yang seperti kait serta sering tosa dari satu enkondromata atau lebih dapat terjadi;
2402 BAGIAN XXXil a Gangguan Tulang dan Sendi
degenerasi sarkomatosa hemangioma dan limfangioma telah terkena menderjta kifoskoliosis progresif, yang mungkin berat.
dilaporkan Kifosis saja lazim pada orang dewasa yang lebih tua tetapi ja-
Metakondromatosis adalah keadaan dimana eksostosis rang ditemukan pada anak. Biasanya ada kelemahan berat
kartilaginosa multipel dan enkondromata multipel ditemukan ligamentum, terutama pada sendi kecil tangan, kaki, dan lutut,
pada penderita yang sama. Pewarisannya autosom dominan. tetapi tanda ini kurang nyata pada orang dewasa. Perawakan
Penderita yang terkena normal pada saat lahir; pada masa bayi biasanya agak pendek; proporsi tubuh tergantung pada terke-
mereka mendapat lesi pada jari-jari dan tulang panjang. Pera- nanya tungkai atau spina. Selama masa remaja terdapat penu-
wakan pendek dapat terjadi, walaupun kebanyakan penderita runan frekuensi fraktur yang nyata.
mempunyai perawakan normal. Gangguan pendengaran mengenai kebanyakan penderita
pada dekade ke 5; namun juga, walaupun jarang, sebelum
akhir dekade pertama.
Dentin opalesens herediter (dentinogenesis imperfekta) di-
temukan pada beberapa keluarga dengan ciri ini. Gigi menjadi
t Bnn 643 transparan berwarna kuning khas (atau kadang-kadang abu-
abu biru), yang seringkali tererosi atau pecah secara prematur.
Gigi ini mempunyai akar pendek dan sambungan koronara-
O steop orosis y ang Diw ariskqn dikuler mengkerut. Dentin opalesens membedakan subkelom-
pok penderita dengan OI tipe I dari subkelompok dengan gigi
normal.
Pemeriksaan rontgenografi OI tipe I menunjukkan osteo-
penia menyeluruh, bukti adanya fraktur sebelumnya, dan pem-
Osteopenia (insufisiensi tulang) adalah tanda-tanda rontge-
bentukan kalus normal pada tempat fraktur yang baru. Defor-
nografi dari beberapa gangguan yang diwariskan atau didapat
mitas biasanya akibat angulasi pada tempat fraktur sebelum-
pada masa anak; osteopenia ini merupakan akibat dari penu-
nya, tetapi pembengkokan femur, tibia, dan fibula terjadi se-
runan produksi atau peningkatan pemecahan tulang, atau ke-
perti juga deformitas pada tulang kaki, terutama metatarsus
duanya. Osteoporosis (sindroma klinis akibat dari osteopenia)
varus. Kadang-kadang terdapat osteoporosis spina berat dan
ditandai oleh kerentanan terhadap fraktur dan terutama terha-
vertebra codfish; kifoskoliosis biasanya tidak dijumpai pada
dap fraktur remuk vertebra. Osteogenesis imperfekta adalah
masa anak.
sindroma osteoporosis yang paling lazim terjadi pada masa
Penelitian mengenai kolagen yang disintesis oleh fibroblas
anak dan ditandai oleh fraktur dan deformitas skeleton. Bebe-
biakan kulit menunjukkan adanya pengurangan sintesis proko-
rapa dari penderita meninggal pada masa neonatus akibat
lagen tipe I. Terdapat penggantian residu selain glisin pada
kerapuhan tulang yang ekstrim dan berbagai fraktur (osteo-
tiga untai heliks p(l).
genesis imperfekta kongenital); yang lain menderita kerapuhan
tulang seumur hidup dan harapan hidupnya normal (osteo-
genesis imperfekta tarda). Setidak-tidaknya empat sindroma
genetik yang menimbulkan variasi pada osteogenesis imper-
643.2 Osteogenesis Imperfekta Tipe II
fekta. Aktivitas alkalifosfatase serum normal atau meningkat (OI Tipe II)
pada semua bentuk.
Sindroma mematikan ini ditandai dengan berat dan pan-
jang badan yang rendah, dan gambaran rontgenografi khas tu-
lang panjang mengkerut dan iga manik-manik. Pewarisan
643.1 Osteogenesis Imperfekta Tipe I autosom resesif terjadi pada sebagian kecil kasus, dengan se-
(OI tipe I) bagian besar keadaan menggambarkan mutasi baru autosom
dominan.'Keadaan ini mengenai sekitar 1 bayi dalam 60.000
Osteogenesis ini ditandai oleh osteoporosis dan kerapuhan kelahiran hidup.
tulang berlebihan, sklera khas berwama biru, dan tuli konduktif Sekitar 50Vo lahtr mati, dan sisanya meninggal segera sesu-
presenil pada remaja dan dewasa. Pewarisan bersifat autosom dah lahir karena insufisiensi pernafasan akibat kerangka toraks
dominan. Varietas osteogenesis imperfekta yang paling lazim yang kurang sempurna. Tengkorak melunak dan terdapat ba-
ini mempunyai insidens sekitar 1/30.000 kelahiran hidup. nyak pulau-pulau tulang yang dapat diraba. Wajah dapat
Sklera biasanya berwarna biru tua-hitam. Fraktur akibat menunjukkan tonjolan hidung dan tampak hipotelorisme,
trauma minimal, tetapi tidak semua trauma kecelakaan meng- tungkai sangat pendek, bengkok dan berubah bentuk. Paha le-
hasilkan fraktur. Sekitar l}Vo bayi yang terkena mengalami bar dan terfiksasi tegak lurus pada batang tubuh (Gbr. 643-l).
beberapa fraktur pada saat lahir. Jumlah fraktur neonatus Kulit tipis dan rapuh, dan dapat robek selama persalinan.
menggambarkan banyaknya deformitas, derajat kecacatan, Rontgenogram menunjukkan fraktur iga yang banyak yang
atau jumlah fraktur yang lebih besar daripada penderita lain sering merupakan manik-manik yang saling bersambung, dan
yang mengalami fraktur pertamanya sesudah umur 1 tahun. gambaran tulang panjang mengkemt (seperti akordion), teru-
Deformitas tungkai pada OI tipe I terutama akibat fraktur, teta- tama femur. Ada osteopenia difus pada wajah dan tengkorak,
pi pembengkokan, terutama tungkai bawah. laztm ada. Defor- dan banyak pulau-pulau tulang dalam kubah tengkorak.
mitas lain, seperti genu valgum dan kaki rata dengan meta- Sejumlah defek biokimia yang khas telah ditemukan teru-
tarsus varus, juga lazim ada. Sekitar 2O7o orarr{ dewasa yang tama pada rantai o,(I) kolagen tipe I yang mempunyai penga-
643 | Osteoporosis yang Diwariskan 2403
selama hidup, tetapi dibandingkarr dengan bayi dengan varte- tuk-bentuk antara terjadi dan meliputi tipe osteopetrosis de-
tas osteogenesis imperfekta resesif, penderita ini mempunyai ngan asidosis tubulus ginjal dan kalsifikasi serebral.
lebih sediltit osteopenia dan fi'aktur. Ada berbagai titik mutasi 0STE0PETROSIS DENGAN MANIFESTASI PREK0KS. Ben-
dan delesi kecil dalam rantai u,(I) dan, jarang,'titik mutasi tuk ini paling sering ditemukan selama umur bulan-bulan per"
pada rantai a,(I). tama; osteopetrosis ini dapat muncul sebagai kegagalan turn-
PENATALAKSANAAN OSTEOGENESIS IMPERFEKTA. UN- buh, hipokalsemia maligna, anemia dengan trombositopenia,
tuk OI tipe II, tidak ada intervensi terapeutik yang efektif. Un- atau mungkin infeksi besar sekali, dan berat. Pewarisan biasa-
tuk bentuk OI lain perawatan yang carmat bayi baru lahir nya autosom resesif, tetapi beberapa kasus dapat menuniukkan
menggunakan kasur atau bantal yang keras dapat mencegah pewarisan autosom dominan.
fraktur berlebihan. Sesudah masa bayi baru lahir penanganan
Jarang fraktur menimbulkan perhatian medis. Hiperostosis
utama adalah regimen ortopedik agresif yang ditujukan pada
dapat mendesak rongga sumsum tulang, dengan anemia dan
pembidaian fraktur segera dan koreksi deformitas yang berasal
hematopoiesis ekstrameduler, hepatomegali, dan trombosito-
dari fraktur dan dari pembengkokan progresif atau peleng-
penia. Anemia akibat hemolisis berlebihan. Defek makrofa-s
kungan skeleton. Regimen terapeutik meliputi penambahan
yang membunuh bakteri dapat menyebabkan infeksi berulan-e
kalsium atau fluorida, vitamin C, atau magnesium oksida, dan
dan kadang-kadang besar sekali. Gangguan tulang pada fb-
terapi kalsitonin, tidak menunjukkan manfaat yang jelas. Kon-
ramina optik dapat menyebabkan atrofi optik dan kebutaan,
seling genetika pada keluarga yang terkena harus ditujukan
pada beberapa kasus dapat dideteksi pada saat lahir. Hipo-
pada pencegahan primer. Diagnosis prenatal yang dapat diper-
kalsemia tidak jarang terjadi, dan fosfor serum mungkin ren-
caya tidak tersedia pada semua iipe osteogenesis imperfekta,
dah. Aktivitas alkali fosfatase serum naik. Secara rontgeno-
tetapi beberapajanin yang terkena OI tipe II berat dapat segera
grafi, tanda-tanda diagnostik adalah peningkatan densitas tu-
dikenali secara prenatal melalui penggunaan kombinasi ultra-
lang menyeluruh, dengan model metafisis yang kurang sem-
sonografi, rontgenografi,.dan pemeriksaan biokimia.
purna dan gambaran "tulang dalam tulang" paling mencolok
pada korpus vertebra. Hipetortosis difus menyebabkan kehi-
langan batas antara korteks dan rongga medulare. Kondensasi
643. 5 Osteoporosis dengan Ps eudoglio- tulang tidak teratur pada metafisis dapat menghasilkan gam-
matosis dan Kebutaan baran plat pemadatan tulang paralel pada ujung tulang pan-
jang. Dasar tengkorak padat, mempunyai densitas kubah teng-
Sindroma autosom resesif yang jarang ini ditandai dengan korak normal sampai meningkat dan densitas sangat tncttinv-
osteoporosis menyeluruh yang menyebabkan fraktur dan de- kat pada tepi orbita.
formitas tulang panjang dan spina. Pseudogliorna okuler, yang Pengobatan ditujukan pada pengurangan atau penghentian
dapat terkelirukan dengan retinoblastoma, terjadi pada masa hiperostosis progresif, mengkoreksi anemia dan trombosito-
bayi. Retardasi mental ringan ditemukan pada beberapa dari penia, dan mengobati infeksi segera dan dengan sungguh-
mereka yang terkena tetapi mungkin tidak terkait. sungguh; regimen oral selulosa fosfat, prednison, dan diet ren-
dah kalsium telah dilaporkan efektif pada beberapa tetapi tidak
pada semua penderita. Prednison menghentikan perburukan
anemia dan trombositopenia. Pengobatan jangka lama dengan
interferon gamma manusia rekombinan dapat juga bermanfaat.
I B.qe 64+ Pembukaan atap foramen optikus secara bedah saraf berguna
pada kasus terpilih. Transplantasi sumsum tulang dengan do-
nor sumsum tulang cocok-HlA telah menyembuhkan pada be-
O ste op etro sis, Pikno dis o sto sis
berapa penderita. Biasanya, prognosis untuk ketahanan hidup
Dis osteosklero sis, dan jelek, dan kematian pada beberapa bulan pertama atau bcbera-
pa tahun karena anemia, perdarahan, atau infeksi yang bcrat ti-
Hiperostosis Korteks dak jarang.
PERTUMBUHAN
Appan S, Laurent S, Chapman M, et al: Crowth and growth hormone therapy.
in hypochondroplasia. Acta Paediatr Scand 79:796, 1990.
Horton WA, Hall JG, Scott Cl, et al: Growth curves for height for diastrophic
dysplasia, spopdyloepiphyseal dysplasia corigenita, and pseudoachondro-
plasia. Am J Dis Child 136:316,1982.
2406 BAGIAN XXXII . Gangguan Tulang dan Sendi
STUDI MOLEKULEWGEN insidens I dalam 10.000 orang; 15-307o kasus adalah sporadik
Cole WG, Patterson E, Bonadio J, et al: The clinicopathological features of karena mutasi baru.
three babies with lethal osteogenesis imperfecta resulting from the substitu-
tion of glycine by valine in the pro or, (I) chain of type I procollagen. J PATOGENESIS. Kelainan ini terkait dengan mutasi fibrilin,
Med Genet 29:112, 1992. suatu protein 350 kD, komponen utama mikrofibril ekstrase-
Cole WG, Hall RK, Rogers JG: The clinical features of spondyloepiphyseal luler yang turut menyebabkan integritas struktural jaringan
dysplasia congenita resulting from the substitution of glycine 997 by serine
ikat. Lokus FBNI terletak pada lengan panjang kromosom 15.
in the cr (II) chain of type II collagen. J Med Genet 30:2'7,1993.
Diab M, Wu J-J, Shapiro F, Eyre D: Abnormality of type IX collagen in a pa- Lebih dari 20 mutasi telah diketahui; mutasi ini tampak unik
tient with diastrophic dysplasia. Am J Med Genet 49:402, 1994. pada keluarga tertentu yang terkena. Distribusi mutasi yang re-
Dlouhy SR, Christian JC, Haines JL, et al: Localization ofthe gene for a syn- latif lengkap melalui gen FBNI agaknya turut menyebabkan
drome of X-linked skeletal dysplasia and mental retardation to Xq27-qter.
variabilitas fenotip gangguan tersebut. Diagnosis didasarkan
Hum Genet 75:136, 198'7.
Hastbacka J, Salonen R, Laurila P, et al: Prenatal diagnosis of diastrophic dys- pada tanda-tanda klinis, beberapa darinya tergantung pada per-
plasia with polymorphic DNA markers. J Med Cenet 30:265, 1993. Oehl- tumbuhan.
mann R, Summerville GP, Yeh G, et al: Genetic linkage mapping of MANIFESTASI KLlNlS. Diagnosis didasarkan pada poia mal-
multiple epiphyseal dysplasia to the pericentromeric region of chromosome
formasi menyeluruh; tanda-tanda yang terjadi pada isolasi ku-
I 9. Am J Hum Genet 54:3, 1994.
SprangerJ, WinterPacht A,Zabel B: The type II collagenopathies: A spectrum rang spesifik. Perawakan yang panjang dan langsing mungkin
of chondrodysplasias. Eur J Pediatr 153:56, 1994. terdapat sejak lahir dan menetap pascalahir. Pengurangan le-
Velinov M, Slaugenhaupt SA, Stoilov I, et al: The gene for achondroplasia mak subkutan dapat menunjukkan gagal pertumbuhan pada
maps to the telomer region of chromosome 4p. Nature Genet 6:314, 1994.
awal masa bayi. Hipotonia dan kelemahan ligamentum me-
Wulfsberg EA, Curtis J, Jayne CH: Chondrodysplasia punctata; A boy with X-
linked recessive chondrodysplasia punctata due to an inherited X-Y translo- nunjukkan adanya kelambatan motorik; namun, kemampuan
cation with a current classification of these disorders. Am J Med Genet kognitif biasanya norrnal.
43:823, 1992. Sindroma Marfan pada neonatus atau bayi lebih berat dari-
NOSOLOGI
pada anak yang lebih tua dan dapat mempunyai kesamaan
Spranger J: Radiologic nosology ofbone dysplasias. Am J Med Genet 34:96, klinis dengan araknodaktili kontraktural kongenital, dimana
1 989. dislokasi sendi, kontraktur fleksi, telinga liat besar, iridodone-
Spranger J: International classification of osteochondrodysplasias (The Inter- sis, megalokornea, dilatasi katup aorta, dan prolaps katup mi-
national Working Group on Constitutional Diseases of Bone). Eur J Pediatr
151 :4O7, 1992.
tral merupakan tanda-tanda yang paling lazim ditemukan.
Penderita yang lebih tua sering mempunyai wajah lonjong,
SUMBER tipis dengan maksila sempit dan gigi berdesakan. Kelainan
Buyse ML: Birth Defects Encyclopedia. Cambridge, MA, Blackwell, 1990.
okuler menggambarkan defek jaringan ikat dan meliputi ekto-
Cremin BJ, Beighton P: Bone Dysplasias of Infancy. Berlin, Springer-Verlag,
t978. pia lentis, sklera biru, dan miopia. Pemeriksaan menggunakan
Gorlin RJ, Cohen MM Jr, Levin LS: Syndromes of the Head and Neck, 3rd ed.
New York, Oxford University Press, 1990.
Jones KL: Smith's Recognizable Patterns .of Human Malformation, 4th ed.
Philadelphia, WB Saunders, 1988.
Maroteaux P: Bone Disorders of Children. Oxford Monographs on Medical
Genetics, No.23. Oxford, Oxford University Press, 1992.
Rubin P: Dynamic Classification of Bone Dysplasias. Chicago, Year Book
Medical, 1964.
Spranger JW, Langer LO, Wiedemann H-R: Bone Dysplasias: An Atlas of
Constitutional Disorders of Skeletal Development. Philadelphia, WB Saun-
ders,1974.
Taybi H, Lachman RS: Radiology of Syndromes, Metabolic Disorders and
Skeletal Dysplasias, 3rd ed. Chicago, Year Book Medical, 1990.
Winter RM, Baraitser M: Multiple Congenital Anomalies. A Diagnostic Com-
pendium. London, Chapman and Hall, 1991.
Wynne-Davies R, Fairbank TJ: Atlas of Skeletal Dysplasias. London, Chur-
chill.1985.
r Bas 646
Sindroma Marfan
Luther K. Robinson
slit-lamp sejak masa bayi dapat menunjukkan dislokasi lensa, pada keluarga yang silsilahnya banyak anggota keluarga yang
yang mungkin kongenital. Iridodonesis merupakan tanda klinis terkena.
yang membantu, tetapi pada kasus yang dicurigai merupakan PENGOBATAN. Terapi difokuskan pada pencegahan kom-
sindroma Marfan harus dilakukan evaluasi oftalmologis yang plikasi dan konseling genetik. Mengingat kemungkinan keru-
meliputi pemeriksaan lampu celah, walaupun tidak ada kelain- mitan penanganan yang diperlukan oleh penderita, anjurkanlah
an okuler kasar. untuk merujuknya secara berkala ke pusat kesehatan yang
Kisaran malformasi skeleton yang lebar telah dilaporkan. lengkap dan berpengalaman dalam sindroma Marfan.
Tungkai panjang dan tipis (dolikostenomelia), rentang lengan Dokter anak harus bekerja bersama dengan subspesialis
sangat lebih besar daripada panjangnya. Jarak dari pubis ke tu- pediatri untuk mengkoordinasi pendekatan rasional pada pe-
mit (segmen bawah) meningkat dan turut menyebabkan pe- mantauan kehamilan dan pengobatan kemungkinan kom-
ngurangan rasio segmen atas terhadap segmen bawah (Gbr. plikasi. Evaluasi setiap tahun untuk masalah skoliosis, penya-
646-1). Temuan-temuan pada tangan kurang spesifik, meliputi kit katup jantung, atau masalah oftalmologi merupakan keha-
jari-jari yang panjang, kurus (araknodaktili), hiperekstensi. rusan. Terapi fisik dapat memperbaiki tonus neuromuskuler
Jempol teradduksi menyilangi telapak tangan yang sempit, pada masa bayi. Doronglah aktivitas fisik nontraumatik se-
tanda Steinberg. Tanda pergelangan tangan lain, jempol dan dang, seperti berenang atau bersepeda, bila dapat ditoleransi.
jari ke-5 jelas tumpang tindih ketika melingkari pergelangan Pengerahan tenaga maksimal harus dihindari karena stres akan
tangan yang tipis. meningkatkan curah jantung pada aorta.
Kosta panjang, langsing, dapat turut menyebabkan kelain- Penderita yang terkena harus mendapat profilaksis sebelum
an toraks anterior seperti depresi sternum (pektus ekskavatum) melakukan pembedahan gigi atau invasif lain.
atau menonjol (pektus karinatum, "dada burung"). Skoliosis Bukti baru menunjukkan bahwa penyekat B-adrenergik de-
dapat menjadi masalah pada anak yang lebih tua dan remaja. ngan agen seperti propanolol atau atenolol memperbaiki keta-
Defek jaringan ikat turut meningkatkan daya pengembang- hanan hidup sehubungan dengan gangguan jantung dan dila-
an parenkim paru dan menaikkan risiko pneumotoraks spontan tasi aorta. Pecahnya aorta akut dapat diatasi dengan cangkok
atau pembentukan gelembung paru. kombinasi.
Defek kardiovaskuler progresif menyebabkan tingginya Penanganan optimal pada remaja hamil dengan sindroma
morbiditas pada sindroma Marfan. Ekokardiografi telah me- Marfan belum dilaksanakan. Risiko bahwa kehamilan akan
mungkinkan dilakukannya deteksi awal penderita dengan pe- memperburuk kelainan kardiovaskuler harus dipikirkan. Wa-
ningkatan risiko komplikasi jantung. Seperti pada orang de- laupun data kurang, cukup beralasan untuk mempertimbang-
wasa dilatasi akar aorta progresii dengan atau tanpa bukti kan bahwa wanita muda dengan regurgitasi aorta sebaiknya
auskultasi penyakit aorta, terjadi pada 80-1007o kasus dan menghindari kehamilan. Mereka yang dengan dilatasi aorta ri-
mungkin kongenital. Berbeda dengan orang dewasa, regurgi- ngan harus dimonitor dengan ekokardiografi secara teratur.
tasi aorta yang jelas kurang lazim pada anak, mungkin karena Walaupun penyekat B-adrenergik tidak terbukti teratogenik,
besar dan lama distensi yang diperlukan untuk menyebabkan anak-anak wanita yang terkena sindroma Marfan yang diobati
disfungsi aorta yang tidak timbul sampai usia lanjut. Prolaps dengan antagonis-p saat neonatus harus diawasi terhadap
katup mitral (PKM) terjadi sesering dilatasi aorta. PKM ini, masalah-masalah akibat-obat tersebut seperti hipotensi, bradi-
juga cenderung menjadi bersifat progresif yang berbeda de- kardi. atau hipoglikemia
ngan lesi PKM idiopatik yang lebih statis dan merupakan pe- PROGNOSIS. Ketahanan hidup penderita sindroma Marfan
nyebab kematian paling lazim pada anak dengan sindroma lebih kurang dibanding dengan populasi normal, terutama ka-
Marfan. rena kenaikan risiko komplikasi kardiovaskuler. Dilatasi akar
DIAGNOSIS. Diagnodis sindroma Marfan didasarkan pada aorta dan aorta asendens adalah progresif dan dapat menye-
kriteria klinis. Pada umumnya, diagnosis kasus mutasi spora- babkan pembentukan aneurisma dan kenaikan risiko pecahnya
dik atau baru, memerlukan adanya manifestasi utama ganggu-, aorta. Hal ini dan kekuatiran lain tidak hanya mengajukan ma-
an, sedang pada kasus dimana keluarga tingkat pertama jelas salah medis tetapi juga stres psikologis pada anak dan orang
terkena, manifestasi yang lebih ringan dengan sekurang-ku- tua yang terkena, terutama selama masa remaja. Memahami
rangnya satu malformasi besar merupakan pendukung diagno- masalah dan usaha untuk merujuk ke pelayanan pendukung
sis. Perawakan yang panjang dengan perbandingan segmen dapat mempermudah pandangan positif mengenai keadaan ini.
atas terhadap segmen bawah abnormal rendah, merupakan tan- KONSELING GENETIK. Sifat sindroma Marfan yang dapat
da yang selalu ada. Ekokardiografi harus memperlihatkan seti- diwariskan membuat konseling risiko berulang (genetik) men-
daknya dilatasi akar aorta sesuai umur. Kelainan lain, seperti jadi keharusan.seperli dikemukakan sebelumnya, sekitar 15-
prolaps katup mitral, regurgitasi mitral, atau regurgitasi aorta, 30% kasus adalah individu yang pertama kali terkena pada ke-
merupakan temuan-temuan pendukung. Pemeriksaan dengan luarganya. Ayah kasus yang sporadik ini rata-rata 7-10 tahun le-
sLit-lamp terindikasi pada semua kasus yang dicurigai. bih tua daripada ayah pada populasi umum. Umur orangtua
Lakukan uji sianida nitroprusid urin negatif atau pemerik- menunjukkan bahwa kasus ini menggambarkan mutasi dominan
saan asam amino tertentu untuk mengesampingkan defisiensi baru dengan risiko berulang, minimal pada turunan orang tua
sistationin sintase (homosistinuria). Kedaan-keadaan lain yang normal yang akan datang. Namun setiap anak dari individu yang
harus disingkirkan meliputi sindroma Stickler, sindroma pro- terkena mempunyai risiko 507o mewariskan jumlah kromosom
laps katup mitral idiopatik, sindroma araknodaktili kontraktur 15 dengan mutasi Marfan, dan dengan demikian terkena. Kon-
kongenital, dan nekrosis kistik media aorta murni (sindroma seling risiko berulang paling baik dilakukan secara profesional
Erdheim). Pemeriksaan genetik molekuler dapat diterapkan oleh pakar masalah gangguan kronis yang melemahkan.
2408 BAGIAN XXXI . Gangguan Tulang dan Sendi
Aoyama T, Francke U, Dietz HC, et al: Quantitative differences in biosynthe- PereiraL, Lesran O, Ramirez F, et al: A molecular approach to the stratifica-
sis and extracellular deposition of fibrillin in cultured fibroblasts distinguish tion of cardiovascular risk in families with Marfan's syndrome. N Engl J
five groups of Marfan syndrome patients and suggest distinct paihogenic Med 331:148, 1994.
nrechanisms. J Clin Invest 94:130, 1994, Pyeritz RE, McKusick VA: The Marfan syndrome: Diagnosis and manage-
Bcighton P, dePaepe A, Danks D, et al: Intemational nosology of heritable ment. N Engl J Med 300:772. 19'19.
disorders ofconnective tissue, Berlin, 1986. Am J Med Genet 29:581, 1988. Pyeritz RE: Matemal and fetal complications of pregnancy in the Marfan syn-
Dietz HC, Mclntosh I, Sakai LY, et al: Four novel FBNI mutations: Signifi- drome. Am J Med 7l :784, 1981.
cance for mutant transcript level and EGF-like domain calcium binding in Shores J, Berger KR, Murphy EA, et al: Progression of aortic dilatation and
the pathogenesis of Marfan syndrome. Genomics 17:468, 1993. the benefit of long-term, p-adrenergic blockade in Marfan's syndrome. N
Franke U, Furthmayr H: Genes and gene products involved in Marfan syn- Engl J Med 330:1355, 1994
drome. Senrin Thorac Cardiovasc Surg 5:3, 1993. Sisk HE, Zahka KG, Pyeritz RE: The Marfan syndrome in early childhood:
Gross DM, Robinson LK, Smith LT, et al: Severe perinatal Marfan syndrome. Analysis of l5 patients diagnosed at less than 4 years ofage. Am J Cardiol
Pediatrics 84:83, I 989. 52:353. 1983.
t Sprsr 3
Tulang adalah organ dinamik yang mampu melakukan per Matriks osteoid mikrofibriler memungkinkan pengendapan
gantian dengan cepat, pengemban beban berat badan, dan pe- kristal kalsium fosfat yang sangat terorganisasi, yang meliputi
nahan tekanan dari berbagai aKivitas fisik. la secara konstan hidroksiapatit [Cro(PO+)o.6HzO] dan oKakalsium fosfat
dibentuk (dimodel) dan dibentuk kembali (diremodel). Tulang [Caa(HzPOa)o.SHzO], ditambah kalsium fosfat amorf, kalsium
ini merupakan reservoir kalsium, fosfor, dan magnesium tubuh karbonat, natrium, magnesium, dan sitrat yang kurang teror
yang besar. Gangguan yang mengenai organ ini dan proses ganisasi. Hidroksiapatit berada dalam matriks tulang yang da-
mineralisasi disebut penyakit tulang metabolik. lam, sedangkan kalsium fosfat amorf melapisi tulang yang baru
Karena kecepatan pedumbuhan dan pergantian tulang dibentuk atau tulang yang dimodel ulang.
tinggi selama masa anak, banyak tanda-tanda klinis penyakit Pertumbuhan tulang terjadi pada anak melalui proses kalsi-
tulang metabolik yang lebih menonjol pada anak daripada pada fikasi sel kartilago yang ada pada ujung tulang. Bersama de-
orang dewasa. Kemajuan dalam pengetahuan kita mengenai ngan cairan kalsium dan kadar foslat yang paling lazim,
metabolisme tulang, proses mineralisasi, interaksi sumbu vita- mineral diendapkan dalam kondrosit atau sel-sel kaftilago yang
min D-PTH-endokrin, dan metabolisme vitamin D terhadap se- mulai mengalami mineralisasi. Fungsi utama sumbu vitamin D-
nyawa aktif telah menyebabkan perbaikan pengobatan penya- PTH-endokrin adalah mempertahankan kadar kalsium dan fos-
kit tulang metabolik. fat ekstraseluler pada kadar yang tepat untuk memungkinkan
Tulang manusia terdiri dari matriks protein, sebagian besar mineralisasi.
terdiri dari kolagen yang mengandung protein, dan. osteoid, Hormon lain juga tampak mengatur pertumbuhan dan mi-
yang dimana fase mineral kristalin mengendap. Walaupun neralisasi kartilago, termasuk hormon penumbuhan yang be-
osteoid-yang Inengandung kolagen merupakan 10% protein tu- kerja melalui faktor pertumbuhan sepedi insulin, hormon tiroid,
lang, ada protein lain, termasuk osteokalsin, yang mengandung insulin, dan androgen, seda estrogen selama pertumbuhan ce-
asam gamma-karboksiglutamat. Sintesis osteokalsin tergan- pat pubertas. Sebaliknya kadar suprafisiologis glukokortikoid
tung dari vitamin K dan vitamin D dan pada keadaan'pergan- melemahkan fungsi kartilago dan pertumbuhan tulang, dan
tian tulang yang tinggi, kadar osteokalsin serum sering me- memperbesar resorpsi tulang.
ningkat.
647 | Tulang dan Metabolisme Vitamin D 2409
25(OH)D kemudian diangkut oleh PPD ke ginjal, untuk meng- t-4 nslml
aiami nretabolisme lebih lanjut. 25(OH)D adalah metabolit vi-
tamin D utarna dalam sirkulasi pada manusia pada kadar 20-80 l:., 11"61i110.P@
,;:.,, 30,'50.p91,ml-
ng/ml (Tabel 641-l). Karena sintesisnya diatur secara lemah := 40-80 pg/rnl . -
oleh mekanisme umpan balik, kadar plasmanya naik pada mu- ii1i:.,'2A :3 5 pg/ml l i,,;;.1
sim panas dan turun pada musim dingin. Masukan vitamin D
2410 BAGIAN XXXil . GangguanTulangdanSEndi
+
Fenyinaran ultraviolet
(288 nm)
I t Vitamin De
I
25-hidroksilase mikrosom hati
j
Mitokondria
ginial
1d-hidroksilase
I
t-
Ca2* serum rendah
Fosfat rendah
25(OH)Ds Degradasi produk
25(OH)D-26,23lakton
Ginjal
24-hidroksilase
i
I
+
1,25(OH)2D3 24,25(OH)zDs
Meningkatkan
penghancuran tulang Peran biolgis?
dan mineralisasi
Menaikkan
absorpsi kalsium
dan tosfat usus
Penting pada
Produk degradasi mineralisasi?
adalah
asam kalsitroat
Gambar 647-1. Jalur metabolik vitamin D, yang menunjukkan konversinya menjadi hormon 1,25(OH)pj dan menjadi 24,25(OH)zD! Vitamin D, (ergosterol)
berasal tumbuh-tumbuhan tampak mengalami tahap metabolik yang serupa.
;,-'C.,K,qn$bnital
2: M al
i:i::t:11
absoit'3i -tithminrF
N.lilan R
N ati4u,R
R
R
. ,.,Mi tt',',,,,:,':,
.
3,Penyakit.liirti.,.,:: ilii; N4 .,& R
:::::::::.:::':.,
#+ -. *'i ,,tt N XD
2Jin'drop- Fffi dffi ii i:i;i
, '.a, Sisti iii rii i:,"ifl
:Nr1!l ::r:,,,l,hd
11
:'M :&
u,mia.!j'[Q!g,1,ii i#
ciSindiCIrn'Etirt$ :i:;
',N,.
t{,
lli
R iil#
fli.il41,
,t
,,,l,,ii
$iii 4ib
Xle
.R
/fi', :R. , i{';it ]!:lrlMtil
E
ffi;i
'',Y'.i1i
#r;'il
:
.M
i ;r;li,li:
Ai:jd
IV. Keadaan':ie-iiA-lt g rndny$d$ai i hitis
l. Hipofosfamsia N irdnat*tnir,iit': Are
'ru
.
fdlb,taabi iil
2,rDii-6 stosi detffi $i$.
s, l,-:
: :-a
r,'. a1 Tip.e,Iiin$en iri;; l. Mi:=,
b, fipe-$bhmid.f ..:. *iiN r::,-..
,.l. .N
,,,. tll i;
l
, ,,
menunjukkan bukti penyakit klinis seperti pembengkokan atau "gangguan" reabsorsi fosfat pengatur protein. Gen untuk ganggu-
perawakan pendek, sedang yang lain hanya hipofosfatemia an ini terbatas pada X p 22.31-p 21.3 pada kromosom X.
puasa. Bentuk autosom resesif dan sporadik juga telah dila- MANIFESTASI KLlNlS. Anak hipofosfatemia familial datang
porkan. dengan bengkok pada tungkai bawah akibat beban berat badan
PATOGENESIS. Mekanisme patogenik melibatkan ganggu- pada usia belajarjalan. Tetani tidak ada, dan tidak ada rakhitis
an pada reabsorpsi fosfat tubuler proksimal dan pada konversi berat, tasbeh rakhitis, dan sulkus Harrison (deformitas pektus)
25(OH)D menjadi 1,25(OH)"D. Defek yang kedua ini dibukti- khas rakhitis tergantung kalsium. Pada anak ini berkembang
kan oieh kadar 1,25(OH)'D serum normal-rendah selain hipo- gaya berjalan terhuyung-huyung, pembengkokan halus (bu-
fosfatemia, oleh penemuan bahwa kehilangan fosfat pada pa- kannya anguler) tungkai bawah, koksa vara, genu varus, genu
sien hipofosfatemia familial lebih lanjut tidak merangsang sin- valgum, dan perawakan pendek. Tinggi dewasanya penderita
tesis 1,25(OH),D seperti halnya pada orang normal. Baik reab- yang tidak diobati adalah 130-165 cm.
sorpsi defek tubular ginjal maupun penurunan sintesis 1,25 Deformitas pulpa dan Iesi yang disebut dentin intragLo-
(OH),D ditemukan pada model binatang penyakit ini. Lagi- buler adalah kelainan gigi yang khas, walaupun defek email
pula, penambahan fosfat oral saja tidak dapat menyembuhkan hanya ditemukan kadang-kadang. Sebaliknya, rakhitis defisien
penyakit tulang secara sempurna; koreksi osteomalasia me- kalsium biasanya mengakibatkan defek email. Infeksi periapi-
merlukan terapi 1,25(OH),D. Aktivitas pengangkut Na. - fosfat kal ditemukan pada kedua bentuk rakhitis. Terapi penyakit tu-
tergantung Na- di dalam tubulus proksimal ginjal menurun, se- lang metabolik tidak mengkoreksi defek dentin intraglobuler
hingga terjadi ekskresi fosfat urin berlebihan; pengangkur prote- pada keadaan ini.
in dikode pada kromosom 5. Karena gangguan ini mempunyai Temuan ro4tgenografi meliputi pelebaran metafisis dan
pola pewarisan terkait-X, gen abnormal harus menggambarkan koyak-koyak, serta trabekula tulang yang tampak kasar.
2412 BAGIAN XXXI I Gangguan Tulang dan Sendi
Penangkupan meta{'isis terjadi pada tibia proksimal dan distal, pola pertumbuhan baik nyata. Osteotomi korektif harus selalu
dan pada femur, radius, dan ulna distal. dilangguhkan sampai rakhitis tampak menyembuh secara r"ont-
TEMUAN LABORATORIUM. Kadar kalsium serum normal genografi dan sampai kadar alkali fosfatase serum berada da-
atau agak menurun (9-9,4 mg dL; 2,24-2,34 mM/L), kadar fos- lam kisaran normal. Pembedahan sebelum penyembuhan tu-
fat serum menurun sedang (1,5-3 mg/dl; 0,48-0,96 mM/L), lang dapat disertai dengan perkembangan kembali defbrmitas
aktivitas alkali fosfatase meningkat, dan tidak ada bukti ada- dan pembengkokan. Pada beberapa penderita, penatalaksanaan
nya hiperparatiroidisme. Ekskresi fosfat urin besar, walaupun medis agresif dapat menghindari intervensi bedah. Penderita
ada hipofosfatemia, sehingga menunjukkan defek pada reab- yang akan menjalani osteotomi harus berhenti minum semua
sorpsi fosfat tubuler ginjal. Gangguan ini khas pada rakhitis preparat vitamin D sebelum pembedahan dan tidak boleh me-
defisien-fosfat murni; aminoasiduria, glukosuria, bikarbona- mulainya lagi sampai mereka berjalan lagi untuk men-tlhindari
turia, dan kaliuria belum pernah ditemukan. Pada kemungkin- hiperkalsemia saat imobilisasi. Karena I,25(OH).D mempu-
an heterozigot obligat, yang kemudian berkembang menjadi nyai waktu-paruh pendek, zat ini dapat dihentikan tepat sebe-
penyakit, kadar fosfat serum dapat tetap normal selama umur lum pembedahan, sedangkan vitamin D. harus dihentika.rr
beberapa bulan pertama. Kelainan laboratorium pertama sering sekurang-kurangnya 1 bulan sebelum pembedahan. 'Manfaat
melupakan kenaikan aktivitas fosfatase alkali serum. Kadar tambahan terapi 1,25(OH),D adalah memperbesar absoipsi
fosfat serum mungkin tetap normal selama beberapa bulan, ka- fosfat usus dan dapat memperbaiki keseimbangan fosfat. Na-
rena kecepatan filtrasi glomerulus sangat rendah pada neona- mun, 1,25(OH),D tidak boleh digunakan tanpa fosfat oral.
tus. Kadang-kadang ditemukan hiperplasia paratiroid dengan Penderita tertentu menderita hipofosfatemia dan hiperfos-
kenaikan kadar hormon paratiroid (PTH) serum, biasanya pada faturia, tetapi tidak ada bukti rakhitis secara rontgenografi.
kasus sporadik. Keadaan ini, diwariskan sebagai gangguan autosom dominan.
PENGOBATAN. Penambahan fosfat oral bersama dengan vi- disebut penyakit tulang hipofosfatemia. Kadar serum i,25
tamin D, analog dengan upaya pengimbangan hiperparatiro- (OH),D normal, dan defek ekskresi fosfat tubuler ginjal tidak
idisme sekunder yang dapat menyertai beban fosfat oral, meru- senyata pada rakhitis hipofosfatemia familial. Perawakan pen-
pakan pengobatan yang lebih disukai. Fosfat oral biasanya di- dek tidak menonjol. Fosfat oral dan 1,25(OH),D telah diguna-
berikan setiap 4 jam untuk sekurang-kurangnya 5 kali sehari, kan untuk mengobati gangguan ini.
karena ekskresi urinnya konstan dan penderita dengan cepat
menjadi hipofosfatemik. Anak kecil harus mendapat 0,5-l gl
24 jam, sedang anak yang lebih tua memerlukan 1-4 g/24 jam.
Fosfat dapat diberikan sebagai larutan Joulie (natrium fosfat
dibasik, 136 gL, dan asam fosfat, 58,8 g/I-), yang mengan- I Bes 649
dung 30,4 fosfat/ml. Dengan demikian, dosis 5 mL diberikan
setiap 4 jam, 5 kali sehari, memberikan 760 mg fosfat. Bentuk Rakitis T ergantung Vitamin- D
fbsfat kapsul (Neutraphos) memberikan 250 mg fosfor per
(Defisiensi Pseudovitamin D,
kapsul. Penderita yang setia dengan mudah dinilai karena
Rakitis Hipokalsemia Resisten Vitamin D)
hampir semua dosis ini diekskrtlsi dalam pengumpulan utin 24
jam. Efek samping utama terapi fosfat oral adalah diarrea;
yang sering membaik secara spontan.
Pemberian vitamin D analog adalah penting untuk pe- Rakitis tergantung vitamin-D tampak pada anak usia 3-6
nyebuhan tulang yang sempurna dan pencegahan hiperparti- bulan yang sedang mendapat vitamin D (400-600 lUl24 jam)
roidisme sekunder. Secara klasik vitamin D, digunakan pada yang biasanya dipakai untuk mencegah rakitis. Kadar kalsiunr
2.0001U/kg/24 jam, tetapi baru-baru ini, dehidrotakisterol de- dan fosfat serum rendah, dan aktivitas alkali fosfatase naik.
ngan dosis 0,02 mg/kg/24 jam atau 1,25(OH)ZD pada 50-65 Keadaan ini adalah bentuk rakitis akibat defisiensi kalsium ka-
ngl kg/24 jam telah digunakan secara efektif. rena penderita menderita hiperparatiroidisme sekunder, ami-
Hipofosfatemia familial sebelumnya diobati dengan noasiduria, glukosuria, pemborosan bikarbonat tubuler ginjal,
50.000-200.000Iu/24jam (1,25-10 mg) vitamin D,, tetapi ini dan asidosis tubuler ginjal. Pada anak ini juga terdapat hi-
menyebabkan hipervitaminosis D dengan nefrokalsinosis, poplasia email gigi. Sedang rakitis dan tanda-tanda biokimia
hiperkalsemia, dan cedera ginjal permanen. gangguan autosom resesif ini dapat diobati dengan vitamin D"
Istllah rakhitis resisten vitamin-D digunakan pada masa dosis besar (200.000-1 juta IU/24 jam), penggunaan 1.25
lalu untuk menggambarkan rakhitis dimana penderita gagal (OH),D dalbm dosis relatif rendah dengan 1-2 ugl24 jam akan
berespons pada satu dosis vitamin D yang akan menyembuh- menyembuhkan gangguan ini. Hipotesis sekarang mengatukan
kan defisiensi vitamin D. Jika dosis vitamin D atau setiap me- bahwa aktivitas enzim 25(OH)D- lu-hidroksilase sedikit atau
tabolitnya gagal menyembuhkan rakhitis, dan jika fosfat serum sangat berkurang. Sebagai bukti dari hipotesis ini, kadar scrun.r
tidak menurun, displasia metafisis harus dipikirkan (lihat Bab 1,25(OH),D rendah, .walaupun ada hipokalsemia, hipofosfa-
634). temia, dan kenaikan kadar hormon paratiroid (PTH).
Dengan diagnosis awal dan kesetiaan yang baik, deformi- Beberapa penderita rakitis tergantung vitamin-D gagal un-
tas pembengkokan dapat diminimalkan, dan tinggi dewasa di tuk menyembuhkan rakitisnya baik dengan menggunakan vita-
atas 170 cm mungkin dapat dicapai. Namun, pengaruh terapi min-D, dosis tinggi atau 1,25(OH)"D pada 1-21:"9124 jam. Hi-
pada tinggi akhir adalah kontroversial, karena kebanyakan pokalsemia, hipofosfatemia, aminoasiduria, dan rakitis tctap
penderita tetap pendek sementara pada penelitian yang lain ada pada k'adar 1,25(OH),D yang sangat tinggi dalam sirkula-
650 I Rakitis Hepatis 2413
T Bnn 650 ini lebih sering terjadi pada anak yang diasramakan. Dengan
demikian kadar 1,25(OH).D serum yang secara relatif normal
sebenarnya subnormal dalam kaitannya dengan derajat hipo-
Rakitis Hepatis kalsemia, hipofosfatemia, dan hiperparatiroidisme sekunder.
Pada anak yang sedang mendapat terapi antikonvulsan la-
ma, angka aktivitas kalsium, fosfat, dan alkali fosfatase serum
harus dievaluasi secara periodik. Bentuk rakitis ini biasanya
dapat dicegah dengan memberikan ekstra vitamin D, 500-
Rakitis tidak jarang terjadi pada anak dengan gangguan 1.000 ru setiap hari dan dengan memastikan bahwa asupan
hati, terutama pada atresia biliaris ekstrahepatis, karena kega- kalsium diet cukup.
galan sekresi garam empedu rnenghalangi absorpsi vitamin D
dan vitamin larut lemak lain. Rakitis dapat juga terjadi pada
hepatitis neonatus dan pasca cedera hepatoseluler akibat nu-
trisi parenteral total. Meskipun pada mulanya diduga bahwa
penyakit hati akan meirgganggu 2S-hidroksilasi dan dengan
demikian menurunkari kadar 25(OH)D serum, sekarang di-
I Bne 652
yakini bahwa penurunan absorpsi vitamin D yang menyebab-
kan rakitis. Terdapat tanda rakitis nutrisi biasa penurunan Rakitis Onkogen
kadar 25(OH)D
-
serum, hipokalsemia, gambaran rontgenografi, (Rakitis Hipofosfatemia Primer Akibat Tumor)
dan kenaikan aktivitas alkali fosfatase serum (kadar isoenzim
tplang dan hati naik). Karena rakitis terutama berhubungan de-
ngan malabsorpsi vitamin D, bentuk ini dapat diobati dengan
dosis yang cukup tinggi untuk mengatasi malformasi. Dengan Rakitis akibat tumor yang berasal dari mesenkim yang
demikian 4.000-10.000 vitamin D, (100-250 pg), 50 pg 25 sembuh pada pengambilan tumor telah dijumpai pada lebih
(OH)D, atatO,2ltgkg 1,25(OH)p harus diberikan setiap hari, dari 90 kasus. Tumor-tumor ini, yang menyebabkan bentuk
bersama dengan kalsium oral. Penambahan kalsium terutama rakitis akibat kekurangan fosfat, kebanyakan benigna dan
terindikasi pada bayi asites yang sedang mendapat diuretika nyata hanya beberapa tahun sesudah perkembangan rakitis,
lengkung, seperti furosemid, yang mengakibatkan kehilangan serta terlokalisasi pada tempat-tempat yang sukar untuk dide-
kalsium urin berlebihan. teksi, seperti tulang-tulang kecil tangan dan kaki, selaput ab-
domen, antrum hidung, dan farings. Sindroma ini juga disertai
dengan sindroma nevus epidermal, neurofibromatosis (penya-
kit von Recklinghausen), dan sindroma nevus linier.
Di samping hipofosfatemia dan hiperfosfaturia, glisinemia
dan glisinuria, kadang-kadarig ditemukan pada bentuk rakitis
ini. Bukti menunjukkan bahwa tumor ini menghasilkan bahan
2414 BAGIAN XXXII . Gangguan Tulang dan Sendi
yang masih tidak teridentifikasi, yang menyebabkan fosfaturia matur. Defek metafisis terdiri dari osifikasi ireguler, daerah
dan mengganggu konversi 25(OH)D menjadi 1,25(OH)'D. Ka- pukulan Qtunch-out), dan piala metafisis.
dar 25(OH)D serum normal, dan kadar 1,25(OH),D rendah te' Pada hipofosfatasea, ditemukan sejumlah besar fosfoetanol-
tapi dengan cepat naik menjadi normal sesudah'pengambilan amin dalam urin karena senyawa ini tidak dapat didegradasi
tumor. Hipofosfatemia pada sindroma ini dapat disebabkan bila tidak ada aktivitas alkali fosfatase yang cukup. Pirofosfat
oleh produksi ektopik sel-sel tumor yang labil-panas dengan anorganik dan piridoksal-5-fosfatase plasma juga meningkat
berat molekul 8.000-25.000 kD, yang menghambat reabsorbsi karena alasan yang sama. Walaupun belum ditemukan terapi
fosfat tubuler ginjal. Pembedahan ini juga menyembuhkan yang memuaskan, infus plasma yang kaya dalam aktivitas ai-
nyeri tulang dan miopati, yang jika tidak dibbati, dapat menye- kali fosfatase telah membantu dalam menyembuhkan tulang
babkan anak harus memakai kursi roda. Anak dengan rakitis pada penelitian jangka-pendek. Perjalanan klinis keadaan ini
hipofosfatemia didapat atau muncul-lambat harus menjalani sering membaik secara spontan ketika anak dewasa, walaupun
pemeriksaan rontgenografi tulang dan/atau sken tulang untuk kematian awal karena gagal ginjal atau infeksi dada yang me-
mericari tumor. Jika tumor tidak dapat diambil atau telah ber- nyebabkan pneumonia dapat juga terjadi pada bentuk infantil
metasthsi, pengobatan dengan 1,25(OH)'D dan fosfat oral berat gangguan ini. Penderita jarang yang menyajikan pola
sering bermanfaat. klinik dan rontgenografi yang identik mempunyai aktivitas al-
kali fosfatase serum normal. Penyakitnya telah diberi nama
pseudohipofosfatasea dan dapat menggambarkan adanya mu-
tan isozim alkali fosfatase yang bereaksi dengan substrat arti-
fisial pada lingkungan alkali (yaitu pada tabung reaksi), tetapi
bukan in vivo dengan substrat alamiah.
I Bae 653
Hipafosfatasia flihat Bab 647)
t Bas 654
Hipofosfatasia adalah gangguan autosom resesif yang seca-
ra rontgenografi menyerupai rakitis dan ditandai dengan akti-
Kondrodistrofi Primer
vitas alkali fosfatase serum rendah. Hipofosfatasia sekarang (Displasia Metafisis)
Chesney RW, Kaplan BS, Phelps M, et al: Renal tubular acidosis does not al- Hughes MR, Malloy PJ, O'Malley BW, et al: Genetic defects of the 1'25 dihy-
ter the circulating values of calcitriol (1,25(OH)z-vitamin D). J Pediatr dtoxyvitamin D3 receptor. J Recept Res I 1 :699, 199 1.
104:51, 1984. Chesney RW, Deluca HF, Gertner JM, et al: Circulating lev- Markowitz ME, Rosen JF, Smith C, et al: 1,2S-dihydroxyvitamin D:-related
els of vitamin D metabolites in children with the Williams syndrome' N hypoparathyroidism: 35 patient years in 10 children. J Clin Endocrinol Me-
t;#:: tab 55:727,1982.
. t, Imp aired citonin secretion in
car p atients with Opshaug O, Maurseth K, Howlid H, et al: Vitamin D metabolism in hypo-
"i::tJtfi:J'-i:
Williams syndrome. J Pediatr 107:720,1985. phosphatasia: Case report. Acta Faediatr Scand 7l:517, 1982.
Econs MJ, Presner MK: Tumor-induced osteomalacia-unveiling a new hor- Rosen JF, Chesney RW: Circulating calcitriol concentrations in health and
mone. N Engl J Med 330:16'19,1994. disease ofinfancy and childhood J Pediatr 103:1, 1983.
Eil C, Lieberman UA, Rosen JF, et al: Cellular defect in hereditary vitamin D Scriver CR, Reade T, Halal F, et al: Autosomal hypophosphatemic bone dis-
dependent rickets type II Defective nuclear uptake of 1'25- ease responds to 1,25(OH)2D:. Arch Dis Child 56:203, 1981.
dihydroxyvitamin D in cultured skin fibroblasts. N Engl J Med 304:1588' Verge CF, Cowell CT, Howard NJ, et al: Growth in children with X-linked
1981. hypophosphatemie rickets. Acta Pediatr Suppl 388:70, 1993.
Hanna JD, Niimi K, Chan JC: Xlinked hypophosphatemic rickets: Genetic Warman ML et al: A type X collagen mutation causes Schmid metaphyseal
and clinical correlates. Am J Dis Child 145:865, 1991. chondrodysplasia. Nature Genet 5:79, 1993.
Harrison FIE, Harrison HC: Disorders of Calcium and Phosphate Metabolism Weiss MJ, Cole DE, Ray K, et al: First identification of a gene defect for hy-
in Childhood and Adolescence. Philadelphia, WB Saunders, 1979. pophosphatasia: Evidence that alkalime phosphatase acts in skeletal miner-
alization. Connect Tissue Res 21:99, 1990.