Anda di halaman 1dari 7

Percobaan K-3

KALIBRASI CONTROL VALVE

1. TUJUAN
Setelah melakukan praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat
1) melakukan kalibrasicontrol valver;
2) menentukan presisi dan akurasi control valve

2. TEORI
Control valve merupakan unit kendali akhir yang bertugas menerjemahkan sinyal kendali
menjadi aksi atau tindakan koreksi melalui pengaturan variabel pengendali atau variabel
termanipulasi. Unit ini terdiri atas dua bagian besar, yaitu actuator dan elemen regulasi.
Actuator atau penggerak adalah piranti yang mampu melakukan aksi fisik. Fungsinya
mengubah sinyal kendali menjadi pengaturan fisik untuk pengendalian variabel proses. Jenis
penggerak yang penting dalam industri proses adalah pneumatik, elektrik, dan hidrolik.
Katup kendali (control valve) merupakan unit kendali akhir yang paling banyak
dipakai di industri kimia. Piranti ini terdiri atas penggerak (actuator) dan katup (valve).
Sebagai energi penggerak adalah udara tekan (pneumatik). Meskipun demikian kadang-
kadang memakai penggerak listrik, baik motor listrik (motorized valve) maupun solenoida
(solenoide valve). Bukaan katup diatur oleh penggerak.

Gambar 1. Penggerak (actuator) dan elemen regulasi.

Fungsi katup kencali adalah mengatur laju alir. Prinsipnya adalah bertindak sebagai
penyempitan variabel (variable restriction) dalam perpipaan proses. Dengan mengubah
bukaan akan mengubah hambatan, sehingga laju alir berubah. Gambar 2.12 dan 2.13
manampilkan sebuah katup kencali dengan penggerak pneumatik jenis air-to-close. Sinyal
kendali 4-20 mA yang berasal dari pengendali elektronik memerlukan sebuah transduser
yang mengubah sinyal arus ke tekanan udara (I/P) yaitu mengubah sumber udara tekan 20-
25 psig (140-170 kPa) menjadi 3-15 psig (20 - 100 kPa).
Gambar 3. Katup kendali pneumatik. Gambar 4. Rangkaian unit kendali akhir.

Gambar 5. Sketsa dan simbol katup kendali pneumatik.


(FO – fail-open, FC – fail-closed).

Penggerak pneumatik berisi diafragma yang terbuat dari karet sintetis (misalnya
neoprena) dan pegas. Tekanan udara dari atas atau bawah diafragma akan melawan gaya
pegas. Gerakan penuh stem terjadi pada rentang tekanan udara 3-15 psig. Oleh tekanan udara
yang dikenakan pada diafragma stem bergerak dan katup membuka atau menutup.
Berdasar aksi katup oleh adanya perubahan tekanan udara, katup kencali dibedakan
menjadi dua macam, yaitu air-to-open (AO) atau disebut fail-closed (FC) dan air-to-close
(AC) atau disebut fail-open (FO). Pada jenis air-to-open, katup akan membuka jika
mendapat tekanan udara. Atau dengan kata lain, bila terjadi kegagalan pasokan udara
hingga tekanan jatuh ke minimum, katup akan menutup. Sebaliknya, pada jenis air-to-close,
katup akan menutup jika mendapat tekanan udara. Atau dengan kata lain, bila terjadi
kegagalan pasokan udara hingga tekanan jatuh ke minimum, katup akan membuka.
Berdasar aksi penggerak (actuator) oleh adanya perubahan tekanan udara, katup
kendali dibedakan menjadi dua macam, yaitu: direct acting dan reverse acting. Pada modus
direct acting, sinyal tekanan udara masuk dari atas. Dengan kenaikan sinyal tekanan udara,
stem bergerak ke bawah. Sebaliknya, pada modus reverse acting, sinyal masuk dari bawah.
Dengan kenaikan sinyal tekanan udara, stem bergerak ke atas.
Di kalangan praktisi industri telah berlaku kaidah umum bahwa kenaikan stem
berarti katup membuka. Operator lebih berminat untuk mengetahui dan mengatur posisi
katup, dan bukan nilai sinyal kendali. Sehingga nilai sinyal kendali 0% pada tampilan panel
kendali selalu berarti katup kendali menutup, dan 100% membuka penuh, tanpa peduli jenis
katup kendali. Oleh sebab itu jenis katup kendali yang populer adalah jenis direct acting air-
to-close dan reverse acting air-to-open.

Kenaikan stem katup kendali, berarti katup membuka.

3. ALAT DAN BAHAN


Kalibrasi control valve membutuhkan alat sebagai berikut.
 Calibrator (sumber arus standar)
 Pressure gauge (opsional)
 Control valve yang dikalibrasi
Rangkaian peralatan adalah sebagai berikut.
4. PROSEDUR
1) Pengaturan arus standar dilakukan dengan mengetikkan angka atau memutar tombol
Pengatur Arus.

2) Naikkan arus dengan mengetikkan angka 4 atau memutar ke kanan tombol pengatur
arus ke posisi 4 mA (persen skala 0%). Baca penunjukan arus pada Kalibrator dan
penunjukan stem travel pada Control Valve
3) Ulangi langkah (2) untuk titik arus 8; 12; 16; 20 mA
4) Turunkan arus dengan mengetikkan angka 16 atau memutar tombol ke kiri ke posisi
16 mA (persen skala 75%). Baca penunjukan arus pada Kalibrator dan penunjukan
stem travel pada Control Valve
5) Ulangi langkah (4) untuk titik arus 12; 8; 4 mA
6) Lakukan langkah 2-5 sebanyak 3 (tiga) kali.

5. DATA PENGAMATAN
Buat data pengamatan sebagai berikut.
Tabel 1. Data Pengamatan
Arus Kalibrator Stem Travel Ideal Stem Travel (%)
(mA) (%) Run 1 Run 2 Run 3
4 0
8 25
12 50
16 75
20 100
16 75
12 50
8 25
4 0

6. PENGOLAHAN DATA

Faktor-faktor yang berpengaruh pada ketidakpastian dianggap terdiri atas hal-hal berikut
tetapi tidak terbatas pada:
1) Ketidakpastian kalibrator sesuai sertifikat kalibrasi (Ue)
2) Ketidakpastian pengukuran (Us)
3) Ketidakpastian pengulangan (repeatability), Ur
4) Ketidakpastin operator (Uo)

Tabel 2. Error dan koreksi


x yideal y (mA) Error = y - yideal Koreksi = yideal – y
(mA) (%) 1 2 1 2 3 3 1 2 3
4 0
8 2,50
12 5,00
16 7,50
20 10,00
16 7,50
12 5,00
8 2,50
4 0
Keterangan: x = Arus kalibrator standar (mA); y = Stem Travel (%)
a) Ketidakpastian alat ukur standar (Ue)
𝑈
𝑈 =
𝑘
dengan,
Ui – adalah ketidakpastian instrumen/alat ukur (bila tidak ada, bisa digunakan nilai
setengah skala terkecil dari alat ukur standar)
k – adalah faktor cakupan diperoleh dari sertifikat (biasanya, k = 2)

b) Buat persamaan garis (dengan regresi linier) antara y dan x dari Tabel 2. Persamaan
garis yang diperoleh adalah:
yr = ax + b
dengan,
yr – adalah nilai steam travel (%) hasil regresi linier
x – adalah nilai arus dari kalibrator (mA)
a – angka arah garis
b – intersep

c) Buat tabel laporan kalibrasi sebagai berikut.

Tabel 3. Data laporan kalibrasi 2


x (mA) y (%) yr (%) yr – y (yr - y)2
4
8
12
16
20
16
12
8
4
Keterangan: 𝑦 adalah rata-rata hasil pengukuran run-1, run-2, run-3.
a) Menghitung standar deviasi (n = 9)

∑(𝑦 − 𝑦 )
𝑠 =
𝑛−2
Catatan:
Angka 2 dalam persamaan di atas karena ada 2 (dua) konstanta dari persamaan
regresi yaitu a dan b.

b) Menghitung standard error of the mean (ketidakpastian pengukuran, Us)


𝑠
𝑈 =
√𝑛

c) Menghitung ketidakpastian operator (Uo)


𝑑
𝑈 =𝑏
√3
Dengan:
d adalah resolusi skala alat ukur (jarak antara dua baris skala terkecil atau nilai
perubahan digit paling kanan)
b adalah kemampuan baca operator (b = 0 sempurna, dan b = 1 paling buruk)

d) Menghitung ketidakpastian repeatability (Ur)


𝐸
𝑈 =
√𝑛
Dengan:
Emax adalah error absolut maksimum yang diperoleh dari Tabel-2 (nilai negatif,
diambil positifnya)
n adalah jumlah pengulangan tiap titik data (dari Tabel-2 maka n = 3)

e) Menghitung ketidakpastian gabungan (Uc)


𝑈 = 𝑈 +𝑈 +𝑈 +𝑈

f) Menghitung ketidakpastian diperluas (U)

U = k Uc

Dengan, k – adalah faktor cakupan yang diperoleh dari distribusi-t dalam taraf
kepercayaan 95% (dalam hal ini dapat diambil, k = 2)

g) Menghitung LOP (Limit of Performnce)

LOP = Cmax + Umax

Dengan:
Cmax – adalah koreksi maksimum (diambil nilai absolutnya), dari Tabel-2
Umax – dalah ketidakpastian maksimum (ketidakpastian diperluas), dari butir (g)
Tabel-4 Hasil kalibrasi alat
PARAMETER NILAI KETERANGAN
Ketidakpastian diperluas (U)
Faktor cakupan (k)
LOP ≤ 2d (bagus)
2d < LOP ≤ 3d (cukup bagus)
3d < LOP ≤ 5d (butuh perbaikan segera)
Dengan: d = resolusi instrumen/alat

CATATAN:

Bila diperlukan, pembimbing bisa menambahkan tugas dalam pengolahan data ini seperti
tersebut di bawah ini, tetapi tidak terbatas pada,
 kurva kalibrasi,
 kurva error,
 histerisis dan dead band

Anda mungkin juga menyukai