3911 6321 1 SM
3911 6321 1 SM
KAWISTARA
VOLUME 1 No. 1, 21 April 2011 Halaman 1-102
ABSTRACT
Using the genetic structural analysis suggested by Lucien Goldmann, it has been shown that Emile
Zola, an adherent of naturalism, has managed to expose a distinctive world view through the mediation
of his work bring La bête humaine. Through his career as an author who fully engaged in the social and
political life of his time, Zola firmly demonstrated a world view different than contemporary rulers. His
involvement in the political field, his support and empathy for the weak who became victims of an unjust
capitalist system, and his commitment to the truth in which he believed, produced changes in the social
and political fields. This is evident from the contemporary recognition of social rights of workers and the
release of Alfred Dreyfus from prison. Yet for all that he paid with his life; Zola was assassinated by
political opponents.
Keywords: La bête humaine, world vision, Emile Zola.
ABSTRAK
Berdasarkan analisis strukturalisme genetik yang disarankan oleh Lucien Goldmann, menunjuk-
kan bahwa Emile Zola sebagai penganut naturalisme, melalui perantaraan karyanya La Bête Humaine,
telah berhasil mengemukakan sebuah pandangan dunia yang khas. Dalam karirnya sebagai seorang
penulis yang terlibat penuh dalam kehidupan sosial dan politik pada masanya, Zola telah dengan tegas
menunjukkan pandangan dunia yang berbeda dengan penguasa pada waktu itu. Keterlibatannya dalam
bidang politik, serta berpihak kepada yang lemah, dan menjadi korban dari suatu sistem kapitalisme
yang tidak adil, serta komitmennya kepada kebenaran yang dia percaya, telah menghasilkan perubahan
di bidang sosial dan politik. Hal ini terbukti dengan pengakuan hak-hak sosial pekerja dan pelepasan
Alfred Dreyfus dari penjara. Namun semua itu harus ia tebus dengan nyawanya. Zola meninggal karena
dibunuh oleh lawan-lawan politiknya.
Kata kunci: La bête humaine, pandangan dunia, Emile Zola.
28
Ali Shahab -- Biofilia dan Nekrofilia
29
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 28-39
(1959), Goldmann memuji Marx karena teori segala sesuatu yang bagi orang normal ber-
yang dikemukakannya dianggap lebih me- sifat mengerikan. Tokoh historis yang me-
material dibandingkan dengan teori-teori miliki kecenderungan nekrofilik semacam ini
yang dikemukakan oleh ahli-ahli lain. Na- antara lain Adolf Hitler, Eichmann, dan Sta-
mun, dikarenakan karya sastra merupakan lin. Erich Fromm menganggap bahwa necro-
gagasan-gagasan yang bersifat imajiner, filia merupakan gejala patologis yang bersi-
maka menurut Goldmann diperlukan me- fat menular melalui jalinan antar-manusia
diasi, antara lain pandangan dunia (vision dalam struktur sosialnya. Dalam jaringan
du monde). Vision du monde adalah aspirasi sosial, necrofilia mampu berkembang secara
dan gagasan pengarang yang termuat dalam cepat. Kehidupan yang dibirokratisasikan
sebuah karya, yang juga merupakan repre- dengan corak industrial dan peradaban
sentasi kelas sosial (Goldmann 1964:34-52). masal merupakan lahan yang sempurna
Kedua buku karya Goldmann tersebut, bagi berkembang-biaknya necrofilia. Dalam
di samping memuat tinjauan teoretis, juga dunia industrial, hubungan antar-manusia
dilengkapi dengan contoh-contoh bahasan. berubah menjadi hubungan antara benda-
Dalam buku Pour Une Socilogi du Roman benda dan kehilangan makna kemanusiaan-
(1964), Goldmann menggunakan novel-no- nya. Oleh karena itu, tidak jarang manusia
vel karya André Malraux sebagai contoh- bahkan menjadi lebih akrab dengan mesin-
contoh bahasan. Sementara buku Le Dieu mesin (Fromm 1964: 4-5).
Caché (1959) menggunakan drama-drama Pandangan Fromm di atas sebenarnya
karya Racine. Dengan contoh-contoh ba- merevisi pandangan gurunya, Sigmund
hasan tersebut diharapkan akan memban- Freud yang berkesimpulan bahwa necrofilia
tu penerapan teori-teori yang dipergunakan bersifat given. Freud (1856-1939) menyebut-
dalam penelitian karya sastra. kan adanya dua jenis dorongan yang dimi-
Selain Goldman, penulis menilai pan- liki oleh manusia. Yang pertama adalah eros,
dangan Erich Fromm tentang analisis ka- yaitu dorongan untuk hidup. Yang kedua
rakter individual layak untuk dicermati. disebut thanatos, yaitu dorongan untuk mati.
Erich Fromm (1900-1990) menyebutkan dua Freud beranggapan bahwa dorongan untuk
macam posisi manusia dalam menyikapi ke- hidup dan dorongan untuk mati sebagai se-
hidupan. Pertama adalah biofilia, yang ber- suatu yang bersifat terberi (given) begitu saja
arti mencintai kehidupan. Sikap ini meru- secara biologis dan bersifat konstan. Pan-
pakan orientasi normal yang dimiliki oleh dangan Freud semacam ini merupakan
orang-orang yang waras. Biofilia tidak diben- salah satu ciri pandangan terhadap manu-
tuk oleh sifat tunggal, tetapi merepresenta- sia yang bersifat positivistik sebagaimana
sikan orientasi total, sebuah keseluruhan pandangan yang banyak dianut oleh para
cara berada manusia. Biofilia dimanifestasi- pengarang Prancis abad XIX, menurut
kan oleh proses-proses kebertubuhan sese- mereka, watak dasar manusia pada dasar-
orang, baik dalam emosi, pikiran maupun nya ditentukan oleh faktor-faktor keturunan
gerak-geriknya dalam kehidupan sosial. dan faktor lingkungan.
Pendekatan biofilia terhadap kehidupan lebih
bersifat fungsional daripada mekanis. Kedua PEMBAHASAN
adalah necrofilia, yang berarti mencintai ke- Zola, dikenal sebagai seorang tokoh na-
matian. Manusia jenis ini dalam kehidupan turalis yang bercirikan epikal. Dalam Les
sehari-hari seakan-akan tampak normal. Rogons Macquart, ia menampilkan tokoh-
Mereka bersikap ramah, bicaranya mudah tokoh yang mempunyai karakter-karakter
memancing keakraban, dan bersahabat, khas. Di samping menampilkan individu-
tetapi sesungguhnya sangat mencintai ke- individu yang mempunyai perwatakan yang
matian. Ia begitu terpesona terhadap kema- menonjol dan berkarakter kuat, Zola juga
tian, jenazah, kerusakan, kekotoran, dan mempertontonkan kerumunan-kerumunan
30
Ali Shahab -- Biofilia dan Nekrofilia
manusia yang selalu berada dalam keadaan surtout du réglage parfait des tiroirs; de même que,
bergerak sesuai dengan latar sosial. Gerom- si elle vaporisait beaucoup avec peu de combustible,
bolan manusia dalam jumlah besar yang on mettait cela sur le compte de la qualité du cuivre
bergerak dengan berbagai bentuk tubuh dan des tubes et de la disposition heureuse de la
chaudière. Mais lui savait qu’il y avait autre chose,
pakaian yang beraneka ragam, memberikan
car d’autres machines, identiquement construites,
kesan kolosal, dan epikal. monte avec le même soin, ne montrait aucune de ses
Novel La Bête Humaine, yang dibahas qualités. Il y avait l’âme, le mystère de la fabrication,
dalam tulisan ini, menggunakan dunia per- ce quelque chose que le hasard du martelage ajoute
keretaapian sebagai latar cerita. Dengan au métal, que le tour de main de l’ouvrier monteur
kereta api, manusia-manusia dari berbagai donne aux pièces: la personnalité de la machine, la
jenis ras dan pekerjaan masing-masing, se- vie…, qu’elle avait l’exemple des belles femmes, le
lalu tampak bergerak dan berpindah dari besoin d’être graissée trop souvent. (Zola, 1977:
satu tempat ke tempat lain. Manusia-manu- 196).
sia yang selalu tampak sibuk tersebut keli- Benar, ia mencintai mesin tersebut. Sejak em-
hatan asing antara satu sama lain. Demikian pat tahun ia mengemudikan mesin itu. Telah
pula dengan suasana di stasiun-stasiun, tem- beberapa kali ia berganti lokomotif. Ia menya-
dari benar, bahwa masing-masing mempu-
pat kereta api berhenti untuk menurunkan
nyai karakternya sendiri-sendiri. Semua itu
dan menaikkan penumpang. Suasana latar
tidak banyak berarti kalau dibandingkan de-
tersebut menghadirkan kesan dinamis. ngan wanita, ya seperti tulang dan daging saja.
Tidak ada yang istimewa. Kalau ia menyukai
Karakter Manusia Biofilia, Nekrofilia, yang itu (la Lison), karena ia memang mem-
dan Keterasingan punyai karakter seperti seorang wanita yang
Tokoh utama La Bête Humaine adalah pemberani. Ia lembut lagi penurut. Mudah
Jacques Lantier, seorang pemuda berumur dijalankan. Gerakannya teratur dan lancar.
26 tahun yang bertubuh tinggi dan berpe- Tenaganya bagus. Semua itu, orang bilang
rawakan tegap. Ia hidup membujang dan karena memang setelan roda-rodanya bagus,
komponen-komponen mesinnya dibuat dari
bekerja sebagai masinis kereta api jurusan
bahan-bahan yang bagus pula. Juga kalau
Paris-Le Havre. Le Havre merupakan sebuah
yang penguapannya bagus, hanya dengan
kota pelabuhan perdagangan yang ramai, menggunakan bahan bakar yang hemat, orang
berjarak kurang lebih tiga jam perjalanan beranggapan bahwa semua itu karena kuali-
dengan kereta api atau berjarak ± 180 km tas tembaga yang dipergunakan untuk mem-
dari kota Paris. Jacques sangat mencintai buat tabung-tabungnya, dan juga karena po-
pekerjaannya. Ia bekerja dengan disiplin, sisi memasang tungku pemanas yang tepat.
tepat waktu, dan telaten merawat lokomo- Akan tetapi dia (Jacquess Lantier), dia tahu.
tif yang dikemudikannya, hingga terjadi Ada sesuatu yang lain. Karena, mesin-mesin
hubungan personal antara Jacques dengan yang lain, yang dibuat dengan cara yang
sama, dan dirakit dengan kehati-hatian yang
lokomotif tersebut:
sama, tidak mempunyai kualitas yang sama.
Et c’était vraie, il l’aimait d’amour, sa machine, Ada jiwa, ada suatu misteri dalam pembuat-
depuis quatre ans qu’il la conduisait. Il en avait annya. Ada suatu faktor kebetulan yang ter-
mené d’autres, des dociles et des rétives, des campur dalam proses penempaan bahan-ba-
courageuses et des fainéants; il n’ignorait point hannya, ada sesuatu yang menjiwai gerak
que chacune avait son caractère, que beaucoup ne tangan buruh yang merakit bagian-bagian
valaient pas grand chose, comme on dit des femmes mesin; yaitu kepribadian mesin itu, sebuah
de chair et d’os; de sorte que, ‘il aimait celle-là, roh...... Memang, kadang ia terlalu banyak
c’était en vérité qu’elle avait des qualités rares de membutuhkan pelumas. Ah, wajar katanya.
brave femme. Elle était douce, obéissante, facile au Seperti perempuan cantik pada umumnya. Ia
démarrage, d’une marche régulière et continue, juga butuh sering-sering dilumasi.
grâce a sa bonne vaporisation. On prétendait bien Jacques sangat mencintai lokomotif
que, si elle démarrait avec tant d’aisance, cela
tersebut. Ia memberikan sebuah nama pada
provenait de l’excellent bandage des roués et
mesin yang dicintainya itu dengan nama
31
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 28-39
seorang perempuan, yaitu La Lison. Ia mera- doute, qui faisait chaque semaine le voyage de Paris,
sa bahwa hubungan dengan La Lison telah celui d’une petite dame brune, passant
telah lebih dari segalanya. Oleh karena itu, régulièrement le mercredi et le samedi. Mais l’éclair
ia seolah tidak membutuhkan kehadiran les emportait, elle n’était pas bien sur de les avoir
vus, toute les faces se noyaient, se confondaient,
sosok spesial yang lain. Jacques adalah tipe
comme semblables, disparaissant les unes dans les
pemuda pendiam. Apabila tidak bekerja, autres. Le torrent coulait, en ne laissant rien de lui.
seringkali ia menyendiri dan menghabiskan Et ce qui la rendait triste, c’était sur ce roulement
waktu dengan berjalan menyusuri rel kere- continu, sous tant de bien-être et tant d’argent
ta api. Ia jarang sekali bersosialisasi dengan promenait, de sentir que cette foule toujours si
teman sejawat di tempat ia bekerja. Jacques haletante ignorait qu’elle fut la, en danger de mort,
menderita penyakit kelainan jiwa. Perilaku- a ce point que, si son home l’achevait un soir, les
nya mudah berubah-ubah secara tiba-tiba. trains continueraient a se croiser près e son cadavre,
Penyakit jiwa yang dideritanya merupakan sans se douter seulement du crime, au fond de la
semacam penyakit turun-temurun. maison solitaire. (Ah! C’est une belle invention. Il
n’y a pas ê dire. On va vite, on est plus savant…
Diceritakan suatu ketika, di waktu li-
Mais les bêtes sauvages restent des bêtes sauvages,
buran, Jacques berjalan-jalan di sekitar daerah et on aura beau inventer des mécaniques meilleurs
perdesaan. Sewaktu melewati rumah tan- encore, il y aura quand même des bêtes sauvages
tenya, yaitu tante Phasie, ia mampir ke ru- dessous) (Zola, 1977: 71-72).
mah tersebut untuk menengok tantenya Itulah kemajuan. Semua bersaudara. Semua
yang sedang sakit. Tante Phasie adalah adik menggelinding bersama menuju Negara yang
ayah Jacques Lantier. Sewaktu Jacques berbeda-beda. Ia mencoba mengenali wajah-
masih kecil, ayahnya meninggal, dan ia di- wajah yang dilihatnya. Tetapi wajah-wajah
asuh oleh tantenya tersebut. Tante Phasie, itu tampak sama. Wajah-wajah itu menghi-
juga menderita semacam penyakit jiwa. Ia lang begitu saja. Dan yang membuatnya mera-
selalu merasa curiga dengan orang-orang di sa sedih, adalah merasakan, bahwa dari be-
sekelilingnya. Ia menuduh suaminya ber- gitu banyaknya manusia, begitu banyaknya
uang yang beredar di antara mereka, mereka
usaha membunuh dengan meracuninya le-
tidak mempedulikan dirinya ada di sana, ter-
wat makanan.
ancam kematian. Apabila suatu malam
Selain menderita penyakit jiwa secara suaminya menghabisinya, kereta api akan
turun-temurun, para tokoh La Bête Humaine tetap saja lewat di samping mayatnya yang
pada umumnya merupakan manusia- tergeletak di rumahnya yang sepi ...... Ah, me-
manusia yang terasing dari lingkungannya. mang benar. Sebuah penemuan yang bagus.
Mereka terasing karena merasa tidak terli- Tidak bisa disangkal. Kita menjadi semakin
bat dengan kehidupan yang semakin maju. cepat. Orang menjadi semakin pintar. Tetapi
Kehadiran mesin-mesin (seperti lokomotif bagaimanapun, binatang buas tetap binatang
yang dapat begerak cepat) dan kemajuan buas. Meskipun akan ditemukan lagi mesin-
mesin yang lain yang lebih bagus lagi, tetap
industri telah membuat manusia-manusia La
saja akan ada binatang-binatang buas di situ
Bête Humaine semakin terpinggirkan. Mere-
( Zola, 1977: 72-75).
ka menjadi manusia-manusia yang ter-
alienasi dari dunianya sendiri. Suasana me- Dalam perjalanan pulang dari rumah
ngenai keterasingan manusia tersebut, ter- tantenya, Jacques kembali berjalan menelu-
cermin dari ungkapan Tante Phasie sebagai suri jalan kereta api di tengah remang-re-
berikut: mang malam. Ia berjumpa dengan seorang
Ca c’était les progrès, tous frères, roulant tous gadis bernama Flore, anak tante Phasie atau
ensemble, là bas, vers un pays de cocagne. Elle sepupunya sendiri. Flore sudah lama tertarik
essayait de les compter, en moyenne, à tant par kepada Jacques. Pada saat itu Flore sedang
wagon: il y en avait trop, elle n’y parvenait pas. memotong-motong tali dengan sebuah gun-
Souvent, elle croyait reconnaitre des visages, celui ting besar untuk dicuri dan dibawanya pu-
d’un monsieur a barbe blonde, un Anglais sans lang. Setelah mengobrol beberapa saat,
32
Ali Shahab -- Biofilia dan Nekrofilia
Jacques merasakan ada gairah seksual yang Jaques kemudian berlari pergi mening-
muncul pada dirinya. Keduanya saling ber- galkan Flore yang tergolek setengah telan-
sentuhan dan berciuman. Jacques dan Flore jang. Ia kemudian terisak menangis menye-
hampir saja bercinta. Pada saat gairah sali perbuatannya. Bertanya dalam hati,
Jacques memuncak, dan Flore terbaring de- kenapa penyakit (hasrat untuk membunuh)
ngan tubuh setengah telanjang, Jacques me- yang dikiranya telah sembuh itu muncul
lihat sebuah gunting besar di dekat tubuh kembali. Penyakit itu telah diidapnya sejak
Flore. Tiba-tiba saja secara mendadak, kecil. Ada sesuatu dalam dirinya yang sela-
gairah seksualnya berubah menjadi hasrat lu mengganggu. Telah lama ia memperta-
membunuh. Jacques meraih gunting besar nyakan, mengapa perasaan ingin mem-
tersebut dan bermaksud menancapkannya pada bunuh tersebut muncul kembali? (Zola,
leher Flore: 1977: 84):
Le corsage fut arraché, les deux seins jaillirent, durs Alors, Jacques, les jambes brisées, tomba au bord de
et gonflés de la bataille, d’une blancheur de lait, la ligne, et éclata en sanglots convulsifs, vautre sur
dans l’ombre Claire. Et elle s’abattit sur le dos, elle le ventre, la face enfoncée dans l’herbe. Mon Dieu!
se donnait, vaincue. Alors, lui, haletant, s’arrêta, Il était donc revenu, ce mal abominable dont il se
la regarda, au lieu de la posséder. Une fureur croyait guéri? Voila qu’il avait voulu la tuer, cette
semblait le prendre, une férocité qui le faisait fille! Tuer une femme, tuer une femme! Cela sonnait
chercher des yeux, autour de lui, une arme, une à ses oreilles, du fond de sa jeunesse, avec la fièvre
pierre, quelque chose enfin pour la tuer. Ses regards grandissante, affolante du désir. Comme les autres
rencontrèrent les ciseaux, luisant parmi les bouts sous l’éveil de la puberté, rêvent d’en posséder une,
de corde; Et il les ramassa d’un bond, et ils les lui s’était enrage a l’idée d’en tuer une. Car il ne
auraient enfoncés dans cette gorge nue, entre les pouvait se mentir, il avait bien pris les ciseaux
deux seins blancs, aux fleurs roses. Mais un grand pour les lui planter dans la chair, des qu’il avait
froid le dégrisait, et il les rejeta, il s’enfuit, éperdu vue, cette chair, cette gorge, chaude et blanche. Et
(Zola, 1977: 83). ce n’était point parce qu’elle résistait, non! C’était
Behanya tercerabut, kedua buah dadanya pour le plaisir, parce qu’il en avait une envie, une
menyembul, keras, dan melembung karena envie telle, que s’il n’était pas cramponne aux
bergumul, seputih susu, dalam bayangan te- herbes, il serait retourne la bas, en galopant, pour
rang. Ia tergeletak pada punggungnya, menye- l’égorger. Elle, mon Dieu! Cette Flore qu’il avait
rah pasrah. Kemudian ia, sambil terengah- vue grandir, cette enfant sauvage dont il venait de
engah, berhenti, memandanginya. Kemarah- sentir aime si profondément! Ses doits tordus
an menguasai dirinya. Matanya nanar, men- entrèrent dans la terre, ses sanglots lui déchirèrent
cari sesuatu untuk digunakannya sebagai sen- la gorge, dans un râle d’effroyable désespoir. (Zola,
jata, sebuah batu, atau apa saja untuk mem- 1977: 84-85).
bunuhnya. Pandangannya menangkap se- Maka, Jacques, dengan kaki lemas, terjatuh di
buah gunting mengkilat di antara tumpukan sisi rel kereta api. Ia menangis tersedu-sedu.
tali; dan ia merengutnya. Ia bermaksud me- Wajahnya tertelungkup di atas rumput. ‘Tu-
nancapkannya pada leher yang telanjang itu, hanku, penyakit itu datang lagi. Penyakit yang
di antara dua buah dadanya yang putih, de- ia kira telah hilang? Hampir saja ia mem-
ngan bunga-bunga mawar merah. Tetapi, tiba- bunuh gadis itu! Membunuh seorang perem-
tiba rasa dingin menggigil yang merasukinya, puan, seorang perempuan!’ Kalimat-kalimat
membuatnya tersadar, ia lemparkan gunting itu telah lama berdengung di telinganya. Se-
itu dan berlari bagai orang kerasukan (Zola, jak masa remajanya, pada saat remaja yang
1977: 82-83). lain ingin memiliki seorang gadis untuk di-
Menarik untuk dicermati bagaimana Zola jadikan kekasihnya, tetapi ia justru terobsesi
membuat narasi dalam novelnya. Segala se- untuk membunuhnya. Ia tak bisa berbohong,
suatunya dideskripsikan secara detail dan ia telah meraih gunting itu untuk menancap-
apa adanya. Inilah salah satu ciri gaya alir- kannya pada tubuhnya. Begitu ia melihat da-
gingnya, lehernya yang hangat dan putih. Bu-
an realisme yang banyak dianut oleh
kan, bukan karena ia telah menolaknya. Akan
pengarang Prancis abad XIX. tetapi, semata-mata hanya untuk kesenangan.
33
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 28-39
34
Ali Shahab -- Biofilia dan Nekrofilia
dan meredam gairah-gairah aneh yang se- wahan Grandmorin. Meskipun telah meni-
lalu merasuki dirinya. kah dengan Roubaud, Séverine tetap melan-
Jacques Lantier, yang digambarkan se- jutkan hubungan asmaranya dengan
bagai seorang pemuda yang berperawakan Grandmorin. Semacam hubungan incest an-
tegap, berwajah tampan, meskipun meng- tara ayah angkat dan anaknya. Pada mu-
idap penyakit kejiwaan, sebenarnya meru- lanya Roubaud tidak mencurigai hubungan
pakan seorang yang cerdas. Ia selalu ber- tersebut.
usaha berpikir secara logis dan mencari Suatu hari, Roubaud mengajak Séverine
jawaban atas peristiwa-peristiwa yang di- bercinta, namun Séverine menolak, dengan
alaminya. Akan tetapi di sisi lain, ia juga alasan tidak nyaman bercinta di siang hari.
tidak bisa keluar dari pengaruh naluri-naluri Roubaud yang berkarakter sebagai seorang
aneh yang bersarang dalam dirinya. Ke- lelaki yang temperamental, kemudian men-
mampuannya untuk berpikir, selalu dikalah- curigai dan memukuli Séverine. Séverine
kan oleh hasrat-hasrat alamiah yang seolah- kemudian mengakui hubungannya dengan
olah telah menyatu dengan jiwanya, yaitu Grandmorin. Séverine menceritakan semua
hasrat seksual sebagai karakter biofilia dan cerita kehidupannya dengan Grandmorin
dorongan-dorongan untuk membunuh se- kepada Roubaud, termasuk bahwa ia per-
bagai karakter nekrofilia. nah diperkosa oleh Grandmorin pada saat
Tokoh utama lain dalam La Bête Humaine ia berumur lima belas tahun. Roubaud men-
adalah Séverine, yang digambarkan sebagai jadi sangat marah dan hampir saja mem-
seorang perempuan muda yang berpera- bunuh Séverine dengan sebuah pisau yang
wakan sensual. Rambutnya terurai lebat. dihadiahkan Séverine kepadanya. Niat
Wajahnya tidak begitu cantik, namun pan- membunuh Séverine ia urungkan. Sebalik-
dangan matanya tajam, terkesan seperti se- nya, ia berencana ingin membunuh Grand-
orang wanita pemangsa. Diceritakan se- morin. Pada akhirnya keduanya bersama-
waktu kanak-kanak, karena keluarganya sama merencanakan dan membunuh
miskin, ia bersama seorang adiknya terpak- Grandmorin, dan melemparkan mayatnya
sa menumpang hidup bersama keluarga bor- dari kereta api yang sedang berjalan cepat.
juis di desanya, Le Croix–de-Maufras. Ke- Dikarenakan tidak terdapat bukti-bukti
duanya tinggal dan diasuh oleh keluarga yang cukup, Roubaud dan Séverine terbe-
Grandmorin. Monsieur Grandmorin, selain bas dari hukuman bahkan ternyata Grand-
berstatus sebagai ayah angkat Séverine, ia morin meninggalkan wasiat bahwa ia me-
juga menjabat sebagai kepala stasiun. Suatu wariskan seluruh hartanya kepada Séverine
ketika Louissete, adik Séverine, ditemukan sebagai anak angkatnya. Akan tetapi sete-
meninggal dunia tanpa sebab yang jelas. lah membunuh Grandmorin, Roubaud men-
Menurut gosip yang beredar di desa, ke- jadi setengah gila. Ia lebih banyak meng-
mungkinan Louissette dibunuh oleh Grand- habiskan waktu minum alkohol dan berju-
morin. Séverine tinggal serumah dengan di. Séverine yang sering ditinggalkan sendi-
Grandmorin dan kedua anak perempuan- rian oleh Roubaud, kemudian berselingkuh
nya yang lain. Pada saat Séverine berusia dengan Jacques Lantier. Séverine, dengan
lima belas tahun, ia pernah diperkosa oleh alasan untuk berobat, seminggu sekali pergi
ayah angkatnya tersebut. Seiring perjalan- ke Paris dengan menumpang kereta api
an waktu, hubungan Severine dengan yang dijalankan oleh Jacques. Suatu ketika,
Grandmorin, selain sebagai hubungan ayah setelah selesai bercinta, Séverine mencerita-
dan anak angkat, berkembang menjadi kan kepada Jacques seluruh cerita tentang
hubungan kekasih tidak resmi. Setelah de- pembunuhan Grandmorin yang dilakukan-
wasa, Séverine oleh Grandmorin, dinikah- nya bersama Roubaud secara sangat detail
kan dengan Roubaud, seorang pemuda yang (Zola, 1977: 298-300).
bekerja sebagai wakil kepala stasiun, ba-
35
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 28-39
Pembunuhan yang dilakukan oleh Flore merasa sangat cemburu, dan bermak-
Roubaud dan Séverine, sebenarnya dilan- sud membunuh keduanya. Suatu hari, ia
dasi oleh suatu alasan lain. Roubaud yang mengetahui bahwa Jacques dan Severine
merasa cemburu terhadap perlakuan Grand- berada dalam satu kereta. Flore, dengan se-
morin terhadap Séverine, juga merasa takut ngaja menarik sebuah kereta kuda yang ber-
terhadap Grandmorin yang tidak lain ada- muatan penuh batubara untuk persediaan
lah atasannya. Ketakutan Roubaud akan bahan bakar kereta api ke tengah rel. Kere-
kehilangan Séverine, dan juga rasa takutnya ta api yang dikemudikan Jacques terguling,
kepada Grandmorin sebagai atasannya lokomotif kesayangan Jacques, La Lison, han-
inilah yang memicu hasratnya untuk mem- cur. Banyak korban tewas, namun Jacques
bunuh Grandmorin. Grandmorin sebagai dan Severine selamat. Flore, mengetahui
seorang pimpinan perusahaan kereta api orang-orang yang hendak dicelakainya se-
tempat Roubaud bekerja, menurut Roubaud lamat. Justru banyak penumpang yang men-
bisa saja memecatnya, atau melakukan tin- jadi korban atas dendam kesumatnya itu.
dakan lainnya yang lebih kejam. Menarik Akhirnya, ia bunuh diri dengan menabrak-
untuk disitir di sini pendapat yang dike- kan diri pada kereta api yang sedang mela-
mukakan oleh Todorof dalam bukunya The ju kencang.
fear of Barbarians, bahwa ketakutan kita ter- Jacques merasakan kesedihan men-
hadap tindakan- tindakan kejam (barbarian) dalam karena La Lison hancur berantakan.
yang akan menimpa kita, justru akan men- Penyakit kejiwaannya timbul kembali dan
dorong kita untuk berbuat lebih kejam (The keinginan membunuh kambuh lagi. Selama
fear of barbarians is what risks making us bar- sakit akibat kecelakaan, Jacques dirawat
barian) (Todorov, 2010: 6). oleh Severine di rumah peninggalan Grand-
Cerita Séverine tentang pembunuhan morin. Luka-luka di tubuhnya berhasil di-
tersebut tidak disangka-sangka merangsang sembuhkan, namun penyakit jiwanya men-
kembali keinginan Jacques untuk mem- jadi semakin parah. Jacques kemudian mem-
bunuh. Hampir saja Séverine dibunuh oleh bunuh Severine, dengan menggunakan pi-
Jacques, namun niat tersebut urung karena sau yang diberikan Severine kepadanya un-
Séverine terjaga dari tidurnya. Mereka ber- tuk membunuh Roubaud. Pisau yang sama
dua kemudian berencana membunuh yang dipergunakan oleh Roubaud untuk
Roubaud yang dianggap menghalangi membunuh Grandmorin, yang merupakan
hubungan mereka. Setelah membunuh hadiah yang diberikan oleh Severine kepa-
Roubaud, Jacques dan Séverine berencana da suaminya, Roubaud. Secara semiotis, pi-
menjual rumah yang diwariskan oleh sau yang dipergunakan untuk membunuh
Grandmorin, kemudian pindah ke Amerika tersebut, bisa dimaknai sebagai lambang
untuk memulai hidup baru dan membuka mengenai warisan turun-temurun la felure
usaha pabrik kancing di sana. Jacques sudah heriditaire yang merasuki seluruh tokoh-
lama bercita-cita membuka usaha sendiri. Ia tokoh novel La Bête Humaine. Pisau dan la
tertarik dengan cerita dari beberapa teman- felure, keduanya membunuh. La felure meru-
nya mengenai wirausaha dan kemajuan di pakan energi yang mendorong terjadinya
bidang perekonomian, yang baginya men- pembunuhan. Sedangkan pisau merupakan
janjikan perubahan hidup. Ia ingin keluar alat yang dipergunakan untuk membunuh.
dari jeratan rutinitas kehidupan yang dira- Keduanya seolah saling melengkapi. De-
sa menjenuhkan. mikianlah tragedi kebiofiliaan dan kenekro-
Flore, tokoh lain, yang juga merupakan filian terjadi secara beruntun dalam peno-
saudara sepupu Jacques, seperti yang telah kohan yang diperankan para tokoh novel La
sekilas dibicarakan sebelumnya, telah lama Bête Humaine.
tertarik kepada Jacques. Ia mengetahui bah-
wa Jacques berselingkuh dengan Severine.
36
Ali Shahab -- Biofilia dan Nekrofilia
37
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 28-39
bercinta pun Severine menunjukkan kecen- cherchait, il discutait les raisons pour, les raisons
derungan tersebut. Sebagaimana contoh contre. En somme, à la réflexion, froidement, sans
pada kutipan berikut. fièvre aucune, toutes étaient pour. Roubaud n’était
I pas l’unique obstacle à son Bonheur? Lui mort, il
Embrasse-moi, oh! Si fort, si fort! Embrasse-moi
épousait Séverine qu’il adorait, il ne se cachait plus,
comme si tu me mangeais, pour qu’il ne reste plus
la possédait a jamais, tout entière. Puis, il y avait
rien de moi en dehors de toi” (Zola, 1977: 416)
l’argent, une fortune. Il quittait son dur métier,
“Ciumlah aku, kekasihku, ciumlah aku kuat- devenait patron a son tour, dans cette Amérique…
kuat! Cium aku, seolah kau memakanku, agar (Zola, ibid: 336).
tak tersisa lagi diriku di luar dirimu” (Zola,
“Pulang ke tempat tinggalnya di jalan Fran-
1977: 416).
cois-Mezeline, tidur di samping Pecqueux
Kalimat-kalimat di atas diucapkan yang tidur mendengkur, Jacques tidak bisa ti-
Séverine pada saat ia dan Jacques menung- dur. Di luar keinginannya, otaknya terus be-
gu kedatangan Roubaud (untuk membu- kerja mengenai rencana pembunuhan itu. Ia
nuhnya) di kamar. Kalimat-kalimat yang di- memperhitungkan dengan cermat konsekuen-
ucapkan Séverine tersebut, secara instingtif si-konsekuensi yang harus dihadapinya. Ia
dipahami oleh Jacques sebagai sebuah ke- meneliti, mendiskusikannya: alasan-alasan
inginan agar Jacques memenuhi keinginan- yang menyetujui (les raisons pour), dan alasan-
grand instintct (insting besar alasan yang menolak (les raisons contre). Secara
keseluruhan, setelah dipikirkan, secara di-
n y a t e r h a d a p
38
Ali Shahab -- Biofilia dan Nekrofilia
tanan sosial yang tidak memenuhi rasa tangan dengan sistem politik dan hukum
keadilan bagi masyarakat pada waktu itu, yang dijalankan oleh penguasa pada masa-
sehingga tercerabutlah kaum lemah dari nya. Sebuah sistem pemerintahan yang
akar sosial dan lingkungannya. ditampilkan lebih berpihak pada kelas so-
sial tertentu, daripada pada rakyat jelata.
SIMPULAN
Emile Zola sebagai seorang penganut DAFTAR PUSTAKA
naturalisme, melalui novelnya La Bête Hu- Escarpit, R., 1978, Sociologie de la Litterapture,
maine, menunjukkan bahwa manusia se- Paris: Press Universitaires De France.
sungguhnya tidak lain adalah binatang yang
Fromm, E., 1964, Creators and destroyers,
berpikir. Pemunculan tokoh-tokoh aneh
Tuebingen: Rainer Func, Usrainer
oleh Zola dalam novelnya, bukanlah sebuah
Ring.
kebetulan belaka. Akan tetapi dengan gaya
tersebut, Zola ingin menunjukkan dan me- Goldmann, L., 1959, Le Dieu Caché, Paris:
nyadarkan pembacanya bahwa selogis Gallimard.
apapun manusia berpikir, tetap saja ia tidak __________, 1964, Pour Une Socilogie du Roman,
mampu melepaskan kodratnya sebagai Paris: Gallimard.
makhluk yang setengah binatang (La Bête Lacan, J., 1997, Diskursus dan Perubahan
Humaine). Makhluk yang tetap saja terseret Sosial: Pengantar Kritik Budaya Psiko-
pada hasrat-hasrat alamiahnya sebagai analisis, Yogyakarta: Jalasutra.
mahluk biologis semata. Zola dalam novel-
Michard, L., 1969, XIX Siècle, Les Grands
nya La Bête Humaine, menarik sebuah ke-
Auteurs Francais du Programme, Paris:
simpulan, mengapa manusia mempunyai
Bordas.
watak seperti binatang dan cenderung un-
tuk saling membunuh satu sama lain. Kita Shahab, A., 2008, ”Manusia Binatang Karya
membunuh bukan karena otak memerintah- Emile Zola: Gambaran tentang Alien-
kan untuk membunuh, tetapi dorongan asi Manusia pada Era Industrialisasi
darah dan saraf-saraf dalam tubuh, warisan II di Prancis: sebuah Analisis Sosiolo-
sifat primitif, kebutuhan untuk bertahan gi Sastra”, Laporan Penelitian. Fakul-
hidup, dan kesenangan karena merasa diri tas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah
lebih kuat dari orang lain. Mada.
Sifat manusia seperti yang digambarkan Chamamah, S., 2011, Sastra:Teori dan Me-
oleh Erich Fromm, biofilia dan necrofilia, bisa tode, Yogyakarta: Elmatera.
saja ada dan tidak ada dalam satu tubuh. Swingwood, A., 1972, The Sociology of
Novel “La Bête Humaine” benar-benar mam- Literature, London: Granada Pub-
pu mempertontonkan proses sosialisasi dan lishing Limited.
interaksi manusia dengan watak mencintai
kehidupan dan merindukan pembunuhan. Todorov, T., 2010, The Fear of Barbarians,
Hal itu merupakan salah satu efek yang di- Chicago: The University of Chicago
Press.
akibatkan oleh Era industrialisasi yang carut-
marut yang terjadi pada abad XIX di Pran- Zola, E. 1977, La Bête Humaine, Paris: Edi-
cis. Yang mengakibatkan manusia menjadi tions Gallimard.
terasing dari kemanusiaannya sendiri. De- __________ , 1992, Germinal, Canada: Nou-
ngan karyanya ini pula, Zola tampaknya te- veaux Classiques Larousse.
lah berhasil menyampaikan sebuah pan-
dangan dunia yang berbeda, bahkan berten-
39