Anda di halaman 1dari 12

Kawistara, Vol. 1, No.

1, April 2011: 28-39

KAWISTARA
VOLUME 1 No. 1, 21 April 2011 Halaman 1-102

BIOFILIA DAN NEKROFILIA:


ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA NOVEL
LA BÊ TE HUMAINE KARYA EMILE ZOLA
Ali Shahab
Jurusan Sastra Prancis, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada
Email: alishahab2008@yahoo.com

ABSTRACT

Using the genetic structural analysis suggested by Lucien Goldmann, it has been shown that Emile
Zola, an adherent of naturalism, has managed to expose a distinctive world view through the mediation
of his work bring La bête humaine. Through his career as an author who fully engaged in the social and
political life of his time, Zola firmly demonstrated a world view different than contemporary rulers. His
involvement in the political field, his support and empathy for the weak who became victims of an unjust
capitalist system, and his commitment to the truth in which he believed, produced changes in the social
and political fields. This is evident from the contemporary recognition of social rights of workers and the
release of Alfred Dreyfus from prison. Yet for all that he paid with his life; Zola was assassinated by
political opponents.
Keywords: La bête humaine, world vision, Emile Zola.

ABSTRAK

Berdasarkan analisis strukturalisme genetik yang disarankan oleh Lucien Goldmann, menunjuk-
kan bahwa Emile Zola sebagai penganut naturalisme, melalui perantaraan karyanya La Bête Humaine,
telah berhasil mengemukakan sebuah pandangan dunia yang khas. Dalam karirnya sebagai seorang
penulis yang terlibat penuh dalam kehidupan sosial dan politik pada masanya, Zola telah dengan tegas
menunjukkan pandangan dunia yang berbeda dengan penguasa pada waktu itu. Keterlibatannya dalam
bidang politik, serta berpihak kepada yang lemah, dan menjadi korban dari suatu sistem kapitalisme
yang tidak adil, serta komitmennya kepada kebenaran yang dia percaya, telah menghasilkan perubahan
di bidang sosial dan politik. Hal ini terbukti dengan pengakuan hak-hak sosial pekerja dan pelepasan
Alfred Dreyfus dari penjara. Namun semua itu harus ia tebus dengan nyawanya. Zola meninggal karena
dibunuh oleh lawan-lawan politiknya.
Kata kunci: La bête humaine, pandangan dunia, Emile Zola.

28
Ali Shahab -- Biofilia dan Nekrofilia

PENGANTAR muara pada kenyataan bahwa struktur


Karya monumental Emile Zola, Les alam dalam karya sejalan dengan struktur
Rougon Macquart, merupakan kumpulan mental kelompok sosial tertentu atau memi-
puluhan novel yang mengambarkan ber- liki hubungan yang dapat dipahami dengan-
bagai karakteristik manusia yang hidup nya (Goldmann, 1964: 226). Dengan pemi-
pada zamannya. Les Rougon Macquart me- lihan metode penelitian yang tepat, dimak-
munculkan tokoh-tokoh luar biasa dari kelas sudkan agar kerja penelitian dapat berlang-
dan lingkungan sosial yang beragam. Bukan sung secara objektif, dan terhindarnya un-
sekedar mengandalkan imajinasi, Zola bah- sur prasangka (Chamamah, 2011: 64).
kan melakukan penelitian sosiologis secara Metode yang dipergunakan dalam pene-
serius untuk karyanya ini sekaligus mem- litian ini adalah metode struktural, data-
praktikkan metode ilmiah yang biasa dilaku- data yang berhubungan dengan permasa-
kan oleh penganut aliran naturalis. Dia per- lahan penelitian diambil dari unsur-unsur
caya bahwa psikologi adalah subordinasi novel. Pertama, data dikumpulkan dari iden-
dari fisiologi. Artinya, situasi fisiklah yang tifikasi tiap-tiap tokoh yang dipaparkan.
mempengaruhi kepribadian manusia, bukan Kedua, data-data yang diperoleh akan di-
sebaliknya. Zola menyatakan bahwa tokoh- analisis secara kualitatif agar mampu men-
tokoh dalam novelnya bukanlah jiwa-jiwa jawab tujuan penelitian ini, yakni meng-
murni (sebuah pandangan yang bersifat ungkap pengaruh sosial terhadap proses
abstrak mengenai manusia), yang merupa- alienasi yang dialami oleh kelompok-kelom-
kan pemikiran mainstream abad XIX, (Lagard pok masyarakat tertentu.
et Michard, 1969: 482). Salah satu novel dari Dengan novelnya La Bête Humaine, Zola
kumpulan Les Rougon Macquart adalah La bermaksud pula mengritik situasi ilmu
Bête Humaine (Manusia Binatang) yang men- pengetahuan pada zamannya yang menem-
ceritakan sekelompok pekerja kereta api patkan manusia sebagai subjek fisiologis.
(chemin de fer). Sepintas mereka tampak nor- Pandangan yang menyatakan bahwa jiwa
mal, tetapi sesungguhnya mengidap kelain- dapat berfungsi dengan sendirinya tanpa
an jiwa yang diwarisi secara turun-temu- pengaruh apa pun, menurut Zola adalah
run dari satu generasi ke generasi lainnya. sebuah pandangan yang keliru. (Lagard &
Kehidupan mereka didominasi oleh nafsu- Michard, 1969: 483). Baginya, manusia yang
nafsu instingtif kebinatangan (bestial); di- terdiri dari organ-organ tubuh tidak seke-
kendalikan oleh hasrat libidinal dan ke- dar entitas biologis. Manusia merupakan
inginan untuk membunuh. makhluk dimanis yang bergulat dalam ling-
Penelitian ini bermaksud mengungkap kungan sosial, sehingga setiap saat ia meng-
latar belakang kemunculan manusia-manu- alami berbagai sensasi yang mempengaruhi
sia aneh dalam La Bête Humaine, adakah ko- dan menggerakkan jiwanya. Gerakan-ge-
relasi tokoh novel tersebut dengan proses rakan jiwa tersebut dipengaruhi oleh peng-
industrialisasi yang sedang terjadi di Pran- lihatan, pendengaran, penciuman, rasa,
cis saat itu, dan pandangan dunia seperti ataupun rabaan. Berangkat dari pandangan
apa yang hendak disampaikan oleh Zola tersebut, penulis memilih pendekaan so-
melalui karyanya tersebut? Untuk men- siologi sastra sebagai pisau analisis untuk
jawab tiga pertanyaan ini, penulis menilai penelitian ini.
pendekatan strukturakisme genetik adalah
pilihan yang tepat. Pendekatan sosiologi sas- Vision du Monde dan Pendekatan
tra tidak saja mendeskripsikan karakter Biofilia dan Nekrofilia
manusia, tetapi juga menelisik interaksi dan Salah satu teori sosiologi sastra yang
proses sosial antara pengarang sebagai populer di kalangan akademisi adalah teori
representasi kelas sosial tertentu dengan yang dikemukan oleh Lucien Goldmann.
situasi zamannya (zeitgeizt). Demikian pula Dalam karyanya yang berjudul Pour Une
bahwa sifat kolektif dari kreasi sastra, ber- Sociologie du Roman (1964), dan Le Dieu Caché

29
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 28-39

(1959), Goldmann memuji Marx karena teori segala sesuatu yang bagi orang normal ber-
yang dikemukakannya dianggap lebih me- sifat mengerikan. Tokoh historis yang me-
material dibandingkan dengan teori-teori miliki kecenderungan nekrofilik semacam ini
yang dikemukakan oleh ahli-ahli lain. Na- antara lain Adolf Hitler, Eichmann, dan Sta-
mun, dikarenakan karya sastra merupakan lin. Erich Fromm menganggap bahwa necro-
gagasan-gagasan yang bersifat imajiner, filia merupakan gejala patologis yang bersi-
maka menurut Goldmann diperlukan me- fat menular melalui jalinan antar-manusia
diasi, antara lain pandangan dunia (vision dalam struktur sosialnya. Dalam jaringan
du monde). Vision du monde adalah aspirasi sosial, necrofilia mampu berkembang secara
dan gagasan pengarang yang termuat dalam cepat. Kehidupan yang dibirokratisasikan
sebuah karya, yang juga merupakan repre- dengan corak industrial dan peradaban
sentasi kelas sosial (Goldmann 1964:34-52). masal merupakan lahan yang sempurna
Kedua buku karya Goldmann tersebut, bagi berkembang-biaknya necrofilia. Dalam
di samping memuat tinjauan teoretis, juga dunia industrial, hubungan antar-manusia
dilengkapi dengan contoh-contoh bahasan. berubah menjadi hubungan antara benda-
Dalam buku Pour Une Socilogi du Roman benda dan kehilangan makna kemanusiaan-
(1964), Goldmann menggunakan novel-no- nya. Oleh karena itu, tidak jarang manusia
vel karya André Malraux sebagai contoh- bahkan menjadi lebih akrab dengan mesin-
contoh bahasan. Sementara buku Le Dieu mesin (Fromm 1964: 4-5).
Caché (1959) menggunakan drama-drama Pandangan Fromm di atas sebenarnya
karya Racine. Dengan contoh-contoh ba- merevisi pandangan gurunya, Sigmund
hasan tersebut diharapkan akan memban- Freud yang berkesimpulan bahwa necrofilia
tu penerapan teori-teori yang dipergunakan bersifat given. Freud (1856-1939) menyebut-
dalam penelitian karya sastra. kan adanya dua jenis dorongan yang dimi-
Selain Goldman, penulis menilai pan- liki oleh manusia. Yang pertama adalah eros,
dangan Erich Fromm tentang analisis ka- yaitu dorongan untuk hidup. Yang kedua
rakter individual layak untuk dicermati. disebut thanatos, yaitu dorongan untuk mati.
Erich Fromm (1900-1990) menyebutkan dua Freud beranggapan bahwa dorongan untuk
macam posisi manusia dalam menyikapi ke- hidup dan dorongan untuk mati sebagai se-
hidupan. Pertama adalah biofilia, yang ber- suatu yang bersifat terberi (given) begitu saja
arti mencintai kehidupan. Sikap ini meru- secara biologis dan bersifat konstan. Pan-
pakan orientasi normal yang dimiliki oleh dangan Freud semacam ini merupakan
orang-orang yang waras. Biofilia tidak diben- salah satu ciri pandangan terhadap manu-
tuk oleh sifat tunggal, tetapi merepresenta- sia yang bersifat positivistik sebagaimana
sikan orientasi total, sebuah keseluruhan pandangan yang banyak dianut oleh para
cara berada manusia. Biofilia dimanifestasi- pengarang Prancis abad XIX, menurut
kan oleh proses-proses kebertubuhan sese- mereka, watak dasar manusia pada dasar-
orang, baik dalam emosi, pikiran maupun nya ditentukan oleh faktor-faktor keturunan
gerak-geriknya dalam kehidupan sosial. dan faktor lingkungan.
Pendekatan biofilia terhadap kehidupan lebih
bersifat fungsional daripada mekanis. Kedua PEMBAHASAN
adalah necrofilia, yang berarti mencintai ke- Zola, dikenal sebagai seorang tokoh na-
matian. Manusia jenis ini dalam kehidupan turalis yang bercirikan epikal. Dalam Les
sehari-hari seakan-akan tampak normal. Rogons Macquart, ia menampilkan tokoh-
Mereka bersikap ramah, bicaranya mudah tokoh yang mempunyai karakter-karakter
memancing keakraban, dan bersahabat, khas. Di samping menampilkan individu-
tetapi sesungguhnya sangat mencintai ke- individu yang mempunyai perwatakan yang
matian. Ia begitu terpesona terhadap kema- menonjol dan berkarakter kuat, Zola juga
tian, jenazah, kerusakan, kekotoran, dan mempertontonkan kerumunan-kerumunan

30
Ali Shahab -- Biofilia dan Nekrofilia

manusia yang selalu berada dalam keadaan surtout du réglage parfait des tiroirs; de même que,
bergerak sesuai dengan latar sosial. Gerom- si elle vaporisait beaucoup avec peu de combustible,
bolan manusia dalam jumlah besar yang on mettait cela sur le compte de la qualité du cuivre
bergerak dengan berbagai bentuk tubuh dan des tubes et de la disposition heureuse de la
chaudière. Mais lui savait qu’il y avait autre chose,
pakaian yang beraneka ragam, memberikan
car d’autres machines, identiquement construites,
kesan kolosal, dan epikal. monte avec le même soin, ne montrait aucune de ses
Novel La Bête Humaine, yang dibahas qualités. Il y avait l’âme, le mystère de la fabrication,
dalam tulisan ini, menggunakan dunia per- ce quelque chose que le hasard du martelage ajoute
keretaapian sebagai latar cerita. Dengan au métal, que le tour de main de l’ouvrier monteur
kereta api, manusia-manusia dari berbagai donne aux pièces: la personnalité de la machine, la
jenis ras dan pekerjaan masing-masing, se- vie…, qu’elle avait l’exemple des belles femmes, le
lalu tampak bergerak dan berpindah dari besoin d’être graissée trop souvent. (Zola, 1977:
satu tempat ke tempat lain. Manusia-manu- 196).
sia yang selalu tampak sibuk tersebut keli- Benar, ia mencintai mesin tersebut. Sejak em-
hatan asing antara satu sama lain. Demikian pat tahun ia mengemudikan mesin itu. Telah
pula dengan suasana di stasiun-stasiun, tem- beberapa kali ia berganti lokomotif. Ia menya-
dari benar, bahwa masing-masing mempu-
pat kereta api berhenti untuk menurunkan
nyai karakternya sendiri-sendiri. Semua itu
dan menaikkan penumpang. Suasana latar
tidak banyak berarti kalau dibandingkan de-
tersebut menghadirkan kesan dinamis. ngan wanita, ya seperti tulang dan daging saja.
Tidak ada yang istimewa. Kalau ia menyukai
Karakter Manusia Biofilia, Nekrofilia, yang itu (la Lison), karena ia memang mem-
dan Keterasingan punyai karakter seperti seorang wanita yang
Tokoh utama La Bête Humaine adalah pemberani. Ia lembut lagi penurut. Mudah
Jacques Lantier, seorang pemuda berumur dijalankan. Gerakannya teratur dan lancar.
26 tahun yang bertubuh tinggi dan berpe- Tenaganya bagus. Semua itu, orang bilang
rawakan tegap. Ia hidup membujang dan karena memang setelan roda-rodanya bagus,
komponen-komponen mesinnya dibuat dari
bekerja sebagai masinis kereta api jurusan
bahan-bahan yang bagus pula. Juga kalau
Paris-Le Havre. Le Havre merupakan sebuah
yang penguapannya bagus, hanya dengan
kota pelabuhan perdagangan yang ramai, menggunakan bahan bakar yang hemat, orang
berjarak kurang lebih tiga jam perjalanan beranggapan bahwa semua itu karena kuali-
dengan kereta api atau berjarak ± 180 km tas tembaga yang dipergunakan untuk mem-
dari kota Paris. Jacques sangat mencintai buat tabung-tabungnya, dan juga karena po-
pekerjaannya. Ia bekerja dengan disiplin, sisi memasang tungku pemanas yang tepat.
tepat waktu, dan telaten merawat lokomo- Akan tetapi dia (Jacquess Lantier), dia tahu.
tif yang dikemudikannya, hingga terjadi Ada sesuatu yang lain. Karena, mesin-mesin
hubungan personal antara Jacques dengan yang lain, yang dibuat dengan cara yang
sama, dan dirakit dengan kehati-hatian yang
lokomotif tersebut:
sama, tidak mempunyai kualitas yang sama.
Et c’était vraie, il l’aimait d’amour, sa machine, Ada jiwa, ada suatu misteri dalam pembuat-
depuis quatre ans qu’il la conduisait. Il en avait annya. Ada suatu faktor kebetulan yang ter-
mené d’autres, des dociles et des rétives, des campur dalam proses penempaan bahan-ba-
courageuses et des fainéants; il n’ignorait point hannya, ada sesuatu yang menjiwai gerak
que chacune avait son caractère, que beaucoup ne tangan buruh yang merakit bagian-bagian
valaient pas grand chose, comme on dit des femmes mesin; yaitu kepribadian mesin itu, sebuah
de chair et d’os; de sorte que, ‘il aimait celle-là, roh...... Memang, kadang ia terlalu banyak
c’était en vérité qu’elle avait des qualités rares de membutuhkan pelumas. Ah, wajar katanya.
brave femme. Elle était douce, obéissante, facile au Seperti perempuan cantik pada umumnya. Ia
démarrage, d’une marche régulière et continue, juga butuh sering-sering dilumasi.
grâce a sa bonne vaporisation. On prétendait bien Jacques sangat mencintai lokomotif
que, si elle démarrait avec tant d’aisance, cela
tersebut. Ia memberikan sebuah nama pada
provenait de l’excellent bandage des roués et
mesin yang dicintainya itu dengan nama

31
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 28-39

seorang perempuan, yaitu La Lison. Ia mera- doute, qui faisait chaque semaine le voyage de Paris,
sa bahwa hubungan dengan La Lison telah celui d’une petite dame brune, passant
telah lebih dari segalanya. Oleh karena itu, régulièrement le mercredi et le samedi. Mais l’éclair
ia seolah tidak membutuhkan kehadiran les emportait, elle n’était pas bien sur de les avoir
vus, toute les faces se noyaient, se confondaient,
sosok spesial yang lain. Jacques adalah tipe
comme semblables, disparaissant les unes dans les
pemuda pendiam. Apabila tidak bekerja, autres. Le torrent coulait, en ne laissant rien de lui.
seringkali ia menyendiri dan menghabiskan Et ce qui la rendait triste, c’était sur ce roulement
waktu dengan berjalan menyusuri rel kere- continu, sous tant de bien-être et tant d’argent
ta api. Ia jarang sekali bersosialisasi dengan promenait, de sentir que cette foule toujours si
teman sejawat di tempat ia bekerja. Jacques haletante ignorait qu’elle fut la, en danger de mort,
menderita penyakit kelainan jiwa. Perilaku- a ce point que, si son home l’achevait un soir, les
nya mudah berubah-ubah secara tiba-tiba. trains continueraient a se croiser près e son cadavre,
Penyakit jiwa yang dideritanya merupakan sans se douter seulement du crime, au fond de la
semacam penyakit turun-temurun. maison solitaire. (Ah! C’est une belle invention. Il
n’y a pas ê dire. On va vite, on est plus savant…
Diceritakan suatu ketika, di waktu li-
Mais les bêtes sauvages restent des bêtes sauvages,
buran, Jacques berjalan-jalan di sekitar daerah et on aura beau inventer des mécaniques meilleurs
perdesaan. Sewaktu melewati rumah tan- encore, il y aura quand même des bêtes sauvages
tenya, yaitu tante Phasie, ia mampir ke ru- dessous) (Zola, 1977: 71-72).
mah tersebut untuk menengok tantenya Itulah kemajuan. Semua bersaudara. Semua
yang sedang sakit. Tante Phasie adalah adik menggelinding bersama menuju Negara yang
ayah Jacques Lantier. Sewaktu Jacques berbeda-beda. Ia mencoba mengenali wajah-
masih kecil, ayahnya meninggal, dan ia di- wajah yang dilihatnya. Tetapi wajah-wajah
asuh oleh tantenya tersebut. Tante Phasie, itu tampak sama. Wajah-wajah itu menghi-
juga menderita semacam penyakit jiwa. Ia lang begitu saja. Dan yang membuatnya mera-
selalu merasa curiga dengan orang-orang di sa sedih, adalah merasakan, bahwa dari be-
sekelilingnya. Ia menuduh suaminya ber- gitu banyaknya manusia, begitu banyaknya
uang yang beredar di antara mereka, mereka
usaha membunuh dengan meracuninya le-
tidak mempedulikan dirinya ada di sana, ter-
wat makanan.
ancam kematian. Apabila suatu malam
Selain menderita penyakit jiwa secara suaminya menghabisinya, kereta api akan
turun-temurun, para tokoh La Bête Humaine tetap saja lewat di samping mayatnya yang
pada umumnya merupakan manusia- tergeletak di rumahnya yang sepi ...... Ah, me-
manusia yang terasing dari lingkungannya. mang benar. Sebuah penemuan yang bagus.
Mereka terasing karena merasa tidak terli- Tidak bisa disangkal. Kita menjadi semakin
bat dengan kehidupan yang semakin maju. cepat. Orang menjadi semakin pintar. Tetapi
Kehadiran mesin-mesin (seperti lokomotif bagaimanapun, binatang buas tetap binatang
yang dapat begerak cepat) dan kemajuan buas. Meskipun akan ditemukan lagi mesin-
mesin yang lain yang lebih bagus lagi, tetap
industri telah membuat manusia-manusia La
saja akan ada binatang-binatang buas di situ
Bête Humaine semakin terpinggirkan. Mere-
( Zola, 1977: 72-75).
ka menjadi manusia-manusia yang ter-
alienasi dari dunianya sendiri. Suasana me- Dalam perjalanan pulang dari rumah
ngenai keterasingan manusia tersebut, ter- tantenya, Jacques kembali berjalan menelu-
cermin dari ungkapan Tante Phasie sebagai suri jalan kereta api di tengah remang-re-
berikut: mang malam. Ia berjumpa dengan seorang
Ca c’était les progrès, tous frères, roulant tous gadis bernama Flore, anak tante Phasie atau
ensemble, là bas, vers un pays de cocagne. Elle sepupunya sendiri. Flore sudah lama tertarik
essayait de les compter, en moyenne, à tant par kepada Jacques. Pada saat itu Flore sedang
wagon: il y en avait trop, elle n’y parvenait pas. memotong-motong tali dengan sebuah gun-
Souvent, elle croyait reconnaitre des visages, celui ting besar untuk dicuri dan dibawanya pu-
d’un monsieur a barbe blonde, un Anglais sans lang. Setelah mengobrol beberapa saat,

32
Ali Shahab -- Biofilia dan Nekrofilia

Jacques merasakan ada gairah seksual yang Jaques kemudian berlari pergi mening-
muncul pada dirinya. Keduanya saling ber- galkan Flore yang tergolek setengah telan-
sentuhan dan berciuman. Jacques dan Flore jang. Ia kemudian terisak menangis menye-
hampir saja bercinta. Pada saat gairah sali perbuatannya. Bertanya dalam hati,
Jacques memuncak, dan Flore terbaring de- kenapa penyakit (hasrat untuk membunuh)
ngan tubuh setengah telanjang, Jacques me- yang dikiranya telah sembuh itu muncul
lihat sebuah gunting besar di dekat tubuh kembali. Penyakit itu telah diidapnya sejak
Flore. Tiba-tiba saja secara mendadak, kecil. Ada sesuatu dalam dirinya yang sela-
gairah seksualnya berubah menjadi hasrat lu mengganggu. Telah lama ia memperta-
membunuh. Jacques meraih gunting besar nyakan, mengapa perasaan ingin mem-
tersebut dan bermaksud menancapkannya pada bunuh tersebut muncul kembali? (Zola,
leher Flore: 1977: 84):
Le corsage fut arraché, les deux seins jaillirent, durs Alors, Jacques, les jambes brisées, tomba au bord de
et gonflés de la bataille, d’une blancheur de lait, la ligne, et éclata en sanglots convulsifs, vautre sur
dans l’ombre Claire. Et elle s’abattit sur le dos, elle le ventre, la face enfoncée dans l’herbe. Mon Dieu!
se donnait, vaincue. Alors, lui, haletant, s’arrêta, Il était donc revenu, ce mal abominable dont il se
la regarda, au lieu de la posséder. Une fureur croyait guéri? Voila qu’il avait voulu la tuer, cette
semblait le prendre, une férocité qui le faisait fille! Tuer une femme, tuer une femme! Cela sonnait
chercher des yeux, autour de lui, une arme, une à ses oreilles, du fond de sa jeunesse, avec la fièvre
pierre, quelque chose enfin pour la tuer. Ses regards grandissante, affolante du désir. Comme les autres
rencontrèrent les ciseaux, luisant parmi les bouts sous l’éveil de la puberté, rêvent d’en posséder une,
de corde; Et il les ramassa d’un bond, et ils les lui s’était enrage a l’idée d’en tuer une. Car il ne
auraient enfoncés dans cette gorge nue, entre les pouvait se mentir, il avait bien pris les ciseaux
deux seins blancs, aux fleurs roses. Mais un grand pour les lui planter dans la chair, des qu’il avait
froid le dégrisait, et il les rejeta, il s’enfuit, éperdu vue, cette chair, cette gorge, chaude et blanche. Et
(Zola, 1977: 83). ce n’était point parce qu’elle résistait, non! C’était
Behanya tercerabut, kedua buah dadanya pour le plaisir, parce qu’il en avait une envie, une
menyembul, keras, dan melembung karena envie telle, que s’il n’était pas cramponne aux
bergumul, seputih susu, dalam bayangan te- herbes, il serait retourne la bas, en galopant, pour
rang. Ia tergeletak pada punggungnya, menye- l’égorger. Elle, mon Dieu! Cette Flore qu’il avait
rah pasrah. Kemudian ia, sambil terengah- vue grandir, cette enfant sauvage dont il venait de
engah, berhenti, memandanginya. Kemarah- sentir aime si profondément! Ses doits tordus
an menguasai dirinya. Matanya nanar, men- entrèrent dans la terre, ses sanglots lui déchirèrent
cari sesuatu untuk digunakannya sebagai sen- la gorge, dans un râle d’effroyable désespoir. (Zola,
jata, sebuah batu, atau apa saja untuk mem- 1977: 84-85).
bunuhnya. Pandangannya menangkap se- Maka, Jacques, dengan kaki lemas, terjatuh di
buah gunting mengkilat di antara tumpukan sisi rel kereta api. Ia menangis tersedu-sedu.
tali; dan ia merengutnya. Ia bermaksud me- Wajahnya tertelungkup di atas rumput. ‘Tu-
nancapkannya pada leher yang telanjang itu, hanku, penyakit itu datang lagi. Penyakit yang
di antara dua buah dadanya yang putih, de- ia kira telah hilang? Hampir saja ia mem-
ngan bunga-bunga mawar merah. Tetapi, tiba- bunuh gadis itu! Membunuh seorang perem-
tiba rasa dingin menggigil yang merasukinya, puan, seorang perempuan!’ Kalimat-kalimat
membuatnya tersadar, ia lemparkan gunting itu telah lama berdengung di telinganya. Se-
itu dan berlari bagai orang kerasukan (Zola, jak masa remajanya, pada saat remaja yang
1977: 82-83). lain ingin memiliki seorang gadis untuk di-
Menarik untuk dicermati bagaimana Zola jadikan kekasihnya, tetapi ia justru terobsesi
membuat narasi dalam novelnya. Segala se- untuk membunuhnya. Ia tak bisa berbohong,
suatunya dideskripsikan secara detail dan ia telah meraih gunting itu untuk menancap-
apa adanya. Inilah salah satu ciri gaya alir- kannya pada tubuhnya. Begitu ia melihat da-
gingnya, lehernya yang hangat dan putih. Bu-
an realisme yang banyak dianut oleh
kan, bukan karena ia telah menolaknya. Akan
pengarang Prancis abad XIX. tetapi, semata-mata hanya untuk kesenangan.

33
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 28-39

Ia begitu ingin menggorok batang lehernya. biasaan turun-temurun generasi pemabuk


Dia, oh Tuhan. Flore yang ia kenal sejak kecil. dalam mengkonsumsi alkohol secara berle-
Anak yang tumbuh liar itu, yang sangat ia bihan tersebut telah membuatnya dan ke-
sukai. Jari-jari tangannya terasa kaku. Meng- luarganya menjadi semacam serigala-seriga-
hujam ke dalam tanah. Tangisnya yang me-
la buas pemangsa wanita, yang juga mem-
ledak, dirasakan menyayat tenggorokannya,
dalam keputusasaan yang mengerikan
buatnya hidup terasing dalam hutan ke-
buasan:
Jacques sangat menyesali perbuatannya
terhadap Flore, yang tak lain adalah sepu- Lui, certain heures, la sentait bien, cette fêlure
punya sendiri. Ia teringat akan ibunya, Ger- héréditaire; non pas qu’il fut d’une santé mauvaise,
vaise, yang melahirkannya pada usia lima car appréhension et la honte de ses crises l’avaient
belas tahun. Ayahnya, Lantier, adalah tokoh seules maigri autrefois; mais c’était dans son être,
utama dalam novel Zola yang lain, de subites pertes d’équilibre, comme des cassures,
des trous auxquels son moi lui échappait, au milieu
L’Assommoir, seorang pecandu berat alkohol
d’une sorte de grande fumé qui déformait tout. Il
dan pemabuk. Ia menderita penyakit jan- ne s’appartenait plus, il obéissait a ses muscles, a
tung akibat terlalu banyak meneguk mi- la bête enragée (Zola, 1977: 85).
numan keras. Kebiasaan buruk tersebut Dia, pada saat-saat tertentu, sangat merasa-
membuat ibu Jacques sangat menderita dan kan, penyakit bawaan tersebut (la félure héréd-
sering menangis. itaire). Bukan karena kesehatannya buruk.
Jacques mempunyai dua orang adik Sebab, dulu rasa malunya karena mengetahui
laki-laki. Salah satunya adalah Etienne, yang keadaannya tersebut, pernah membuat
sejak kecil bercita-cita menjadi pelukis. Bakat badannya agak mengurus. Tetapi ada sesuatu
tersebut sering membuatnya bersikap aneh, yang terjadi dalam jiwanya. Kehilangan kese-
sehingga dianggap setengah gila. Jacques imbangan yang mendadak, semacam retakan,
menyadari bahwa dirinya mewarisi sebuah atau lobang, yang karenanya dirinya seperti
terlepas di tengah-tengah semacam asap yang
penyakit bawaan turun-temurun. Ia pun
mengacaukan segalanya. Ia tak dapat lagi
tahu bahwa kedua saudaranyapun sebe- menguasai dirinya. Ia tunduk pada otot-otot
narnya mewarisi penyakit yang sama, yang tubuhnya, seperti binatang terserang rabies
disebut sebagai La Félure Héréditaire (sebuah (Zola, 1977: 85).
retakan yang berada dalam otak manusia.
Akibat retakan tersebut membuat penderi- Di tengah kesadaran mengenai penya-
tanya memiliki kelainan jiwa, yaitu keingin- kit bawaan yang diidapnya itu, Jacques juga
an untuk membunuh). Sifat inilah yang di- berusaha menyelesaikan pendidikannya di
sebut oleh Erich Fromm sebagai nekrofilia, sekolah Politeknik (Art et Métiers). Setelah
yaitu kondisi kejiwaan yang seakan-akan menempuh pendidikan selama empat
normal, tetapi memiliki naluri untuk mem- tahun, ia lulus dari sekolah tersebut dan ke-
bunuh, terpesona dengan kematian, jenazah, mudian bekerja sebagai seorang masinis
kekotoran serta kebengisan. kereta api. Dengan ketekunan dan kedi-
Jacques mecoba menganalisis apa pe- siplinannya, ia digaji sebesar 4000 francs, se-
nyebabnya. Ia bertanya, apakah mungkin buah angka yang cukup untuk hidup layak.
hal tersebut disebabkan oleh pengaruh alko- Akan tetapi Jacques memilih menyewa se-
hol? Mungkinkah alkohol telah secara turun- buah kamar kecil, menyendiri, dan menjauhi
temurun meracuni keluarganya? Ia tahu pergaulan. Ia mencurahkan seluruh waktu-
bahwa kebiasaan minum alkohol adalah nya untuk bekerja dan merawat La Lison,
juga merupakan kebiasaan turun-temurun lokomotif kesayangannya. Ia memutuskan
yang juga diwarisi dari kakek-kakeknya. untuk terus menggelinding dan menggelin-
Oleh karena itu, ia menolak untuk minum ding di atas rel kereta api bersama La Lison,
alkohol. Ia percaya bahwa alkohol akan yang dianggapnya sebagai kekasih. Hanya
memperburuk kondisi kejiwaannya. Ke- La Lison sajalah yang mampu menenangkan

34
Ali Shahab -- Biofilia dan Nekrofilia

dan meredam gairah-gairah aneh yang se- wahan Grandmorin. Meskipun telah meni-
lalu merasuki dirinya. kah dengan Roubaud, Séverine tetap melan-
Jacques Lantier, yang digambarkan se- jutkan hubungan asmaranya dengan
bagai seorang pemuda yang berperawakan Grandmorin. Semacam hubungan incest an-
tegap, berwajah tampan, meskipun meng- tara ayah angkat dan anaknya. Pada mu-
idap penyakit kejiwaan, sebenarnya meru- lanya Roubaud tidak mencurigai hubungan
pakan seorang yang cerdas. Ia selalu ber- tersebut.
usaha berpikir secara logis dan mencari Suatu hari, Roubaud mengajak Séverine
jawaban atas peristiwa-peristiwa yang di- bercinta, namun Séverine menolak, dengan
alaminya. Akan tetapi di sisi lain, ia juga alasan tidak nyaman bercinta di siang hari.
tidak bisa keluar dari pengaruh naluri-naluri Roubaud yang berkarakter sebagai seorang
aneh yang bersarang dalam dirinya. Ke- lelaki yang temperamental, kemudian men-
mampuannya untuk berpikir, selalu dikalah- curigai dan memukuli Séverine. Séverine
kan oleh hasrat-hasrat alamiah yang seolah- kemudian mengakui hubungannya dengan
olah telah menyatu dengan jiwanya, yaitu Grandmorin. Séverine menceritakan semua
hasrat seksual sebagai karakter biofilia dan cerita kehidupannya dengan Grandmorin
dorongan-dorongan untuk membunuh se- kepada Roubaud, termasuk bahwa ia per-
bagai karakter nekrofilia. nah diperkosa oleh Grandmorin pada saat
Tokoh utama lain dalam La Bête Humaine ia berumur lima belas tahun. Roubaud men-
adalah Séverine, yang digambarkan sebagai jadi sangat marah dan hampir saja mem-
seorang perempuan muda yang berpera- bunuh Séverine dengan sebuah pisau yang
wakan sensual. Rambutnya terurai lebat. dihadiahkan Séverine kepadanya. Niat
Wajahnya tidak begitu cantik, namun pan- membunuh Séverine ia urungkan. Sebalik-
dangan matanya tajam, terkesan seperti se- nya, ia berencana ingin membunuh Grand-
orang wanita pemangsa. Diceritakan se- morin. Pada akhirnya keduanya bersama-
waktu kanak-kanak, karena keluarganya sama merencanakan dan membunuh
miskin, ia bersama seorang adiknya terpak- Grandmorin, dan melemparkan mayatnya
sa menumpang hidup bersama keluarga bor- dari kereta api yang sedang berjalan cepat.
juis di desanya, Le Croix–de-Maufras. Ke- Dikarenakan tidak terdapat bukti-bukti
duanya tinggal dan diasuh oleh keluarga yang cukup, Roubaud dan Séverine terbe-
Grandmorin. Monsieur Grandmorin, selain bas dari hukuman bahkan ternyata Grand-
berstatus sebagai ayah angkat Séverine, ia morin meninggalkan wasiat bahwa ia me-
juga menjabat sebagai kepala stasiun. Suatu wariskan seluruh hartanya kepada Séverine
ketika Louissete, adik Séverine, ditemukan sebagai anak angkatnya. Akan tetapi sete-
meninggal dunia tanpa sebab yang jelas. lah membunuh Grandmorin, Roubaud men-
Menurut gosip yang beredar di desa, ke- jadi setengah gila. Ia lebih banyak meng-
mungkinan Louissette dibunuh oleh Grand- habiskan waktu minum alkohol dan berju-
morin. Séverine tinggal serumah dengan di. Séverine yang sering ditinggalkan sendi-
Grandmorin dan kedua anak perempuan- rian oleh Roubaud, kemudian berselingkuh
nya yang lain. Pada saat Séverine berusia dengan Jacques Lantier. Séverine, dengan
lima belas tahun, ia pernah diperkosa oleh alasan untuk berobat, seminggu sekali pergi
ayah angkatnya tersebut. Seiring perjalan- ke Paris dengan menumpang kereta api
an waktu, hubungan Severine dengan yang dijalankan oleh Jacques. Suatu ketika,
Grandmorin, selain sebagai hubungan ayah setelah selesai bercinta, Séverine mencerita-
dan anak angkat, berkembang menjadi kan kepada Jacques seluruh cerita tentang
hubungan kekasih tidak resmi. Setelah de- pembunuhan Grandmorin yang dilakukan-
wasa, Séverine oleh Grandmorin, dinikah- nya bersama Roubaud secara sangat detail
kan dengan Roubaud, seorang pemuda yang (Zola, 1977: 298-300).
bekerja sebagai wakil kepala stasiun, ba-

35
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 28-39

Pembunuhan yang dilakukan oleh Flore merasa sangat cemburu, dan bermak-
Roubaud dan Séverine, sebenarnya dilan- sud membunuh keduanya. Suatu hari, ia
dasi oleh suatu alasan lain. Roubaud yang mengetahui bahwa Jacques dan Severine
merasa cemburu terhadap perlakuan Grand- berada dalam satu kereta. Flore, dengan se-
morin terhadap Séverine, juga merasa takut ngaja menarik sebuah kereta kuda yang ber-
terhadap Grandmorin yang tidak lain ada- muatan penuh batubara untuk persediaan
lah atasannya. Ketakutan Roubaud akan bahan bakar kereta api ke tengah rel. Kere-
kehilangan Séverine, dan juga rasa takutnya ta api yang dikemudikan Jacques terguling,
kepada Grandmorin sebagai atasannya lokomotif kesayangan Jacques, La Lison, han-
inilah yang memicu hasratnya untuk mem- cur. Banyak korban tewas, namun Jacques
bunuh Grandmorin. Grandmorin sebagai dan Severine selamat. Flore, mengetahui
seorang pimpinan perusahaan kereta api orang-orang yang hendak dicelakainya se-
tempat Roubaud bekerja, menurut Roubaud lamat. Justru banyak penumpang yang men-
bisa saja memecatnya, atau melakukan tin- jadi korban atas dendam kesumatnya itu.
dakan lainnya yang lebih kejam. Menarik Akhirnya, ia bunuh diri dengan menabrak-
untuk disitir di sini pendapat yang dike- kan diri pada kereta api yang sedang mela-
mukakan oleh Todorof dalam bukunya The ju kencang.
fear of Barbarians, bahwa ketakutan kita ter- Jacques merasakan kesedihan men-
hadap tindakan- tindakan kejam (barbarian) dalam karena La Lison hancur berantakan.
yang akan menimpa kita, justru akan men- Penyakit kejiwaannya timbul kembali dan
dorong kita untuk berbuat lebih kejam (The keinginan membunuh kambuh lagi. Selama
fear of barbarians is what risks making us bar- sakit akibat kecelakaan, Jacques dirawat
barian) (Todorov, 2010: 6). oleh Severine di rumah peninggalan Grand-
Cerita Séverine tentang pembunuhan morin. Luka-luka di tubuhnya berhasil di-
tersebut tidak disangka-sangka merangsang sembuhkan, namun penyakit jiwanya men-
kembali keinginan Jacques untuk mem- jadi semakin parah. Jacques kemudian mem-
bunuh. Hampir saja Séverine dibunuh oleh bunuh Severine, dengan menggunakan pi-
Jacques, namun niat tersebut urung karena sau yang diberikan Severine kepadanya un-
Séverine terjaga dari tidurnya. Mereka ber- tuk membunuh Roubaud. Pisau yang sama
dua kemudian berencana membunuh yang dipergunakan oleh Roubaud untuk
Roubaud yang dianggap menghalangi membunuh Grandmorin, yang merupakan
hubungan mereka. Setelah membunuh hadiah yang diberikan oleh Severine kepa-
Roubaud, Jacques dan Séverine berencana da suaminya, Roubaud. Secara semiotis, pi-
menjual rumah yang diwariskan oleh sau yang dipergunakan untuk membunuh
Grandmorin, kemudian pindah ke Amerika tersebut, bisa dimaknai sebagai lambang
untuk memulai hidup baru dan membuka mengenai warisan turun-temurun la felure
usaha pabrik kancing di sana. Jacques sudah heriditaire yang merasuki seluruh tokoh-
lama bercita-cita membuka usaha sendiri. Ia tokoh novel La Bête Humaine. Pisau dan la
tertarik dengan cerita dari beberapa teman- felure, keduanya membunuh. La felure meru-
nya mengenai wirausaha dan kemajuan di pakan energi yang mendorong terjadinya
bidang perekonomian, yang baginya men- pembunuhan. Sedangkan pisau merupakan
janjikan perubahan hidup. Ia ingin keluar alat yang dipergunakan untuk membunuh.
dari jeratan rutinitas kehidupan yang dira- Keduanya seolah saling melengkapi. De-
sa menjenuhkan. mikianlah tragedi kebiofiliaan dan kenekro-
Flore, tokoh lain, yang juga merupakan filian terjadi secara beruntun dalam peno-
saudara sepupu Jacques, seperti yang telah kohan yang diperankan para tokoh novel La
sekilas dibicarakan sebelumnya, telah lama Bête Humaine.
tertarik kepada Jacques. Ia mengetahui bah-
wa Jacques berselingkuh dengan Severine.

36
Ali Shahab -- Biofilia dan Nekrofilia

Interpretasi terhadap La fêlure Hérédi- novel Zola, hubungan tersebut hanyalah


taire hubungan “ketubuhan” yang tidak dilandasi
Dalam pembicaraan di atas, beberapa oleh perasaan.
kali disinggung istilah la fêlure. Apa sebenar- Segala sesuatu yang dilakukan oleh para
nya yang dimaksud dengan la fêlure? Secara tokoh dalam novel Zola, hanyalah peng-
leksikal, la fêlure berarti retakan atau lobang. alihan dari hasrat lain yang lebih besar (la
Akan tetapi sehubungan dengan roman La grande fêlure), yaitu hasrat terhadap kema-
Bête Humaine, la fêlure mempunyai makna tian. Sebagai contoh, Jacques Lantier, tokoh
khusus, yaitu dalam hubungannya dengan utama La Bête Humaine, begitu mencintai
penyakit bawaan. La fêlure dimaksud adalah lokomotifnya, La Lison. Ia merasa mempu-
la fêlure cerebral. Istilah tersebut digunakan nyai hubungan batin dengan mesin tersebut.
dalam bidang psychophysiology, yaitu Sebaliknya terhadap Severine, ia tidak me-
semacam retakan atau lobang dalam jiwa rasakan cinta. Hubungan dengan Severine,
penderitanya, yang menimbulkan kelainan tidak lain merupakan hubungan instingtif
jiwa dan cenderung mencintai kematian, ketubuhan saja. Ia tertarik kepada Severine,
atau selalu terobsesi untuk melakukan pem- bukan karena perempuan tersebut cantik
bunuhan. Penyakit tersebut bersifat menu- melainkan ia melihat hasrat kematian yang
run dari satu generasi ke generasi berikut- sangat kuat pada diri Severine. Jacques sem-
nya. pat melihat sewaktu Severine dan suaminya
Gilles Deleuze, dalam kata pengantar- Roubaud membunuh Grandmorin di atas
nya yang dimuat pada bagian awal novel kereta api. Oleh karena itu, perempuan terse-
La Bête Humaine, memberikan ulasan me- but telah membunuh, dengan berhubungan
narik mengenai permasalahan la fêlure heri- dengannya, Jacques merasa hasratnya un-
ditaire tersebut. Baginya, la fêlure heriditaire tuk membunuh telah tersalurkan melalui
merupakan tema utama dalam novel-novel Severin e. Demikian pula dengan
Zola. Dalam seri novel Les Rougon Macquart, Roubaud, suami Severine. Setelah mem-
tema tersebut bahkan merupakan benang bunuh Grandmorin, Roubaud membiarkan
merah yang menghubungkan satu novel Severine berhubungan dengan Jacques. Se-
dengan novel yang lain dalam seri Les mentara ia sendiri, karena hasrat besarnya
Rougon Macquart. Menurut Deleuze, la fêlure telah terpenuhi, yaitu hasrat untuk mem-
muncul pada tokoh-tokoh novel Zola dalam bunuh, ia kembali kepada hasrat kecil (petit
dua bentuk berbeda, yaitu yang disebut re- instinc), yaitu minum alkohol dan berjudi.
takan kecil (la petite fêlure) dan retakan be- Keinginan Jacques untuk memenuhi
sar (la grande fêlure). Retakan kecil bersifat hasrat besarnya, muncul kembali karena La
nyata. Artinya, kecenderungan tersebut da- Lison yang dicintainya hancur karena
pat dilihat karena termanifestasikan beru- kecelakaan. Séverine yang menceritakan se-
pa hasrat-hasrat yang dapat diindera seperti cara detail sensasi yang dialaminya sewak-
kecenderungan pada uang, alkohol, perem- tu membunuh Grandmorin, membuat has-
puan, dan ambisi-ambisi dalam kehidupan rat besar Jacques muncul kembali ke permu-
sosial. Gilles Deleuze menyebutnya sebagai kaan. Hal tersebut kemudian dilampiaskan-
les instincs atau les petits instincs. nya dengan membunuh Severine. Hasrat-
Novel-novel Zola dihidupi dengan ge- hasrat kecil seperti keinginan pergi ke
muruh kehidupan tokoh-tokoh dalam me- Amerika untuk membuka sebuah usaha
menuhi kebutuhan hidup mereka terhadap kancing di sana, terkalahkan oleh hasrat
insting-insting tadi atau mungkin lebih te- besarnya untuk membunuh. Di mata
pat disebut sebagai hasrat-hasrat kehidupan. Jacques, Séverine bukan perempuan biasa.
Jika novel-novel lain cenderung menggam- Baginya Séverine adalah perempuan yang
barkan hubungan laki-laki dan perempuan dipenuhi oleh hasrat besar (grand insticnt
sebagai hubungan percintaan, maka dalam atau grand apetit) hasrat kematian. Dalam

37
Kawistara, Vol. 1, No. 1, April 2011: 28-39

bercinta pun Severine menunjukkan kecen- cherchait, il discutait les raisons pour, les raisons
derungan tersebut. Sebagaimana contoh contre. En somme, à la réflexion, froidement, sans
pada kutipan berikut. fièvre aucune, toutes étaient pour. Roubaud n’était
I pas l’unique obstacle à son Bonheur? Lui mort, il
Embrasse-moi, oh! Si fort, si fort! Embrasse-moi
épousait Séverine qu’il adorait, il ne se cachait plus,
comme si tu me mangeais, pour qu’il ne reste plus
la possédait a jamais, tout entière. Puis, il y avait
rien de moi en dehors de toi” (Zola, 1977: 416)
l’argent, une fortune. Il quittait son dur métier,
“Ciumlah aku, kekasihku, ciumlah aku kuat- devenait patron a son tour, dans cette Amérique…
kuat! Cium aku, seolah kau memakanku, agar (Zola, ibid: 336).
tak tersisa lagi diriku di luar dirimu” (Zola,
“Pulang ke tempat tinggalnya di jalan Fran-
1977: 416).
cois-Mezeline, tidur di samping Pecqueux
Kalimat-kalimat di atas diucapkan yang tidur mendengkur, Jacques tidak bisa ti-
Séverine pada saat ia dan Jacques menung- dur. Di luar keinginannya, otaknya terus be-
gu kedatangan Roubaud (untuk membu- kerja mengenai rencana pembunuhan itu. Ia
nuhnya) di kamar. Kalimat-kalimat yang di- memperhitungkan dengan cermat konsekuen-
ucapkan Séverine tersebut, secara instingtif si-konsekuensi yang harus dihadapinya. Ia
dipahami oleh Jacques sebagai sebuah ke- meneliti, mendiskusikannya: alasan-alasan
inginan agar Jacques memenuhi keinginan- yang menyetujui (les raisons pour), dan alasan-
grand instintct (insting besar alasan yang menolak (les raisons contre). Secara
keseluruhan, setelah dipikirkan, secara di-
n y a t e r h a d a p

atau gairah untuk mati). Keinginan untuk


ngin, tanpa perasaan sama sekali. Semuanya
lenyap dan menyatu dengan Jacques dan
setuju (pour). Bukankah Roubaud merupakan
instingnya. Apa yang disampaikan Séverine satu-satunya penghalang bagi kebahagiaan-
kepada Jacques pada gilirannya telah mem- nya? Roubaud mati, ia menikahi Severine, tan-
bangkitkan insting Jacques untuk mem- pa perlu sembunyi-sembunyi untuk memi-
bunuh. Secara naluriah tangan Jacques lang- likinya secara penuh. Kemudian juga ada
sung meraih pisau yang hendak digunakan uang, kekayaan. Ia akan meninggalkan peker-
untuk membunuh Roubaud, dan menancap- jaannya yang berat, dan menjadi pengusaha
kannya ke leher Séverine. Dengan mem- di Amerika....” (Zola,1977:336)
bunuh Séverine, Jacques merasa bahwa ke- Tampak jelas bahwa Jaques sebenarnya
inginannya untuk membunuh yang telah secara intelektual dapat berpikir sebagai-
menggerogoti jiwanya selama bertahun- mana orang normal. Akan tetapi dalam men-
tahun terpuaskan. Setelah melakukan pem- jalani kehidupan, ia tidak mampu melepas-
bunuhan, Jacques merasa menjadi manusia kan diri dari jeratan penyakitnya. Ia tetap
normal lagi. Ia kembali bekerja sebagaima- saja dikuasai oleh insting kebinatangan, se-
na semula, seolah-olah tidak penah terjadi buah penyakit yang diidap secara turun-te-
apa-apa. Bahkan secara fisik, ia tampak le- murun.
bih sehat dari sebelumnya. Demikianlah karakter-karakter manusia
Hal lain yang menarik dari novel La Bête yang ditampilkan oleh Zola dalam novelnya
Humaine, adalah pengambarkan tokoh- yang berjudul La Bête Humaine. Manusia-
tokoh yang berpikir dengan sangat logis, manusia yang terpinggirkan dan terasing,
khususnya Jacques Lantier. Contoh kutipan serta tercerabut dari lingkungan sosial dan
berikut menunjukkan bagaimana Jacques pada akhirnya tercerabut pula dari harkat
berpikir dengan model Cartésian, yang pada kemanusiaan. Dengan karya tersebut, Zola
masanya menjadi model cara berpikir dan bermaksud menyampaikan sebuah pan-
ukuran intelektualitas: dangan dunia, bahwa sesungguhnya revo-
Rentré rue François-Mazeline, couché près de lusi industri yang terjadi di Prancis, yang se-
Pecqueux, qui renflait Jacques ne put dormir. mula diharapkan akan memberikan kemak-
Malgré lui son cerveau travaillait sur cette idée de muran dan kesejahteraan bagi seluruh
meurtre, ce canevas d’un drame qu’il arrangeait, masyarakat, ternyata telah gagal. Hal terse-
dont il calculait les plus lointaines conséquences. Il but disebabkan oleh sistem politik dan ta-

38
Ali Shahab -- Biofilia dan Nekrofilia

tanan sosial yang tidak memenuhi rasa tangan dengan sistem politik dan hukum
keadilan bagi masyarakat pada waktu itu, yang dijalankan oleh penguasa pada masa-
sehingga tercerabutlah kaum lemah dari nya. Sebuah sistem pemerintahan yang
akar sosial dan lingkungannya. ditampilkan lebih berpihak pada kelas so-
sial tertentu, daripada pada rakyat jelata.
SIMPULAN
Emile Zola sebagai seorang penganut DAFTAR PUSTAKA
naturalisme, melalui novelnya La Bête Hu- Escarpit, R., 1978, Sociologie de la Litterapture,
maine, menunjukkan bahwa manusia se- Paris: Press Universitaires De France.
sungguhnya tidak lain adalah binatang yang
Fromm, E., 1964, Creators and destroyers,
berpikir. Pemunculan tokoh-tokoh aneh
Tuebingen: Rainer Func, Usrainer
oleh Zola dalam novelnya, bukanlah sebuah
Ring.
kebetulan belaka. Akan tetapi dengan gaya
tersebut, Zola ingin menunjukkan dan me- Goldmann, L., 1959, Le Dieu Caché, Pa­ris:
nyadarkan pembacanya bahwa selogis Gallimard.
apapun manusia berpikir, tetap saja ia tidak __________, 1964, Pour Une Socilogie du Roman,
mampu melepaskan kodratnya sebagai Paris: Gallimard.
makhluk yang setengah binatang (La Bête Lacan, J., 1997, Diskursus dan Per­ubahan
Humaine). Makhluk yang tetap saja terseret Sosial: Pengantar Kritik Budaya Psiko-
pada hasrat-hasrat alamiahnya sebagai analisis, Yogyakarta: Jalasutra.
mahluk biologis semata. Zola dalam novel-
Michard, L., 1969, XIX Siècle, Les Grands
nya La Bête Humaine, menarik sebuah ke-
Auteurs Francais du Programme, Paris:
simpulan, mengapa manusia mempunyai
Bordas.
watak seperti binatang dan cenderung un-
tuk saling membunuh satu sama lain. Kita Shahab, A., 2008, ”Manusia Binatang Karya
membunuh bukan karena otak memerintah- Emile Zola: Gambaran tentang Alien-
kan untuk membunuh, tetapi dorongan asi Manusia pada Era Industrialisasi
darah dan saraf-saraf dalam tubuh, warisan II di Prancis: sebuah Analisis Sosiolo-
sifat primitif, kebutuhan untuk bertahan gi Sastra”, Laporan Penelitian. Fakul-
hidup, dan kesenangan karena merasa diri tas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah
lebih kuat dari orang lain. Mada.
Sifat manusia seperti yang digambarkan Chamamah, S., 2011, Sastra:Teori dan Me-
oleh Erich Fromm, biofilia dan necrofilia, bisa tode, Yogyakarta: Elmatera.
saja ada dan tidak ada dalam satu tubuh. Swingwood, A., 1972, The Sociology of
Novel “La Bête Humaine” benar-benar mam- Li­terature, London: Granada Pub-
pu mempertontonkan proses sosialisasi dan lishing Limited.
interaksi manusia dengan watak mencintai
kehidupan dan merindukan pembunuhan. Todorov, T., 2010, The Fear of Barbarians,
Hal itu merupakan salah satu efek yang di- Chicago: The University of Chicago
Press.
akibatkan oleh Era industrialisasi yang carut-
marut yang terjadi pada abad XIX di Pran- Zola, E. 1977, La Bête Humaine, Paris: Edi-
cis. Yang mengakibatkan manusia menjadi tions Gallimard.
terasing dari kemanusiaannya sendiri. De- __________ , 1992, Germinal, Canada: Nou-
ngan karyanya ini pula, Zola tampaknya te- veaux Classiques Larousse.
lah berhasil menyampaikan sebuah pan-
dangan dunia yang berbeda, bahkan berten-

39

Anda mungkin juga menyukai