Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: 1) deskrkipsi faktor-faktor Prophetic Leadership
berbasis multiple intelligence. 2) mengetahui deskripsi Prophetic Leadership berbasis multiple
intelligence. 3) mengetahui faktor yang dominan Prophetic Leadership berbasis Multiple
Intelligence. Penelitian menggunakan desain kuantitatif dengan sifat expos-facto dengan jenis
analisis faktor. Populasi penelitian ini adalah kepala sekolah dan guru SD di Kota Magelang
berjumlah 1.300 guru Sampel penelitian ini adalah 100 responden. Teknik sampling yang
digunakan adalah purposive sampling yaitu sekolah dan guru yang dipilih yang memiliki kriteria
tertentu. Isntrumen: 1) Self assessment melalui FGD untuk merumuskan indikator variable bebas
(faktor-faktor Prophetic Leadership) dan variable terikat (Prophetic Leadership berbasis Multiple
Intelligence). 2) angket yang digunakan untuk mengukur deskripsi masing-masing variable.
Analisis data dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif dan analisis inferensial (uji hipotesis)
dengan terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis (normalitas, multikolinieritas,
heteroskkedastisitas, dan autokorelasi) kemudian menggunakan analisis dengan uji regresi dengan
bantuan SPSS. Hasil penelitian diperoleh 1) Deskripsi faktor yang mempengaruhi diperoleh
total skor sebesar 7817 kemudian dibandingkan dnegan skor maksimal sehingga
diperoleh persentase 67%. 2) Deskripsi Prophetic Leadership berbasis Multiple
Intelligence diperoleh total skor 3413 kemudian dindingkan dengan skor maksimal
diperoleh persentase 71%. 3) Faktor yang mempengaruhi secara langsung Prophetic
Leadership berbasis Multiple intelligence adalah dari faktor psikologis adalah tanggung
jawab pribadi dengan (nilai korelasi r 0,332 dan sumbangan relatif 11%). Faktor
psikologis yang tidak berpengaruh tidak langsung prestasi (nilai r: 0.001 a sumbangan
relatif 0%), kepuasan (nilai r: 0.118a sumbangan relatif 1,4%), kondisi kerja (nilai r:
0.155a sumbangan relatif 2,4%). Faktor situasional yang mempengaruhi secara langsung
adalah gaji (r: 0.270a dan sumbangan relatif 7,3%) pengawasan (r: 0.177a sumbangan
relatif 3,1%), hubungan antar pribadi (r:0.199a sumbangan relatif 4,0%),kebijakan
(r:0.308a sumbangan relatif 9,5%),keamanan kerja (r: 0.3283a sumbangan relatif 8%).
B. Metode Penelitian
Subjek Penelitian, Populasi penelitian ini adalah kepala sekolah dan guru SD di Kota
Magelang berjumlah 1.300. Sampel penelitian ini adalah 100 responden. Teknik sampling
yang digunakan adalah purposive sampling yaitu sekolah dan guru yang dipilih yang
memiliki kriteria tertentu. Kriteria sekolah yang dipilih adalah sekolah yang mempunyai
visi misi yang mencantumkan relegius dalam visi, misi dan tujuan sekolahnya. Jumlah
sekolah yang dipilih berjumlah 12 sekolah dengan jumlah 100 guru SD.
Metode Pengumpulan Data, Penentuan data ini terdapat 2 (dua) buah data yang
terkumpul oleh penulis antara lain: Data dikumpulkan dengan angket, lembar pengamatan,
dan angket self assessment. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah survei
dengan menggunakan alat pengumpul data berupa lembar angket, lembar pengamatan, dan
lembar angket penilaian diri (self assessment). Untuk mengetahui validitas isi instrumen
dilakukan dengan expert judgment atau pertimbangan ahli dalam dua putaran yang diakhiri
Focused Group Discussion (FGD) yang melibatkan 3 orang ahli (profesionalisme guru,
multiple intelligence, psikolog).
Teknik Analisis Data, Analisis data dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif dan
analisis inferensial (uji hipotesis) dengan terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis
(normalitas, linieritas, homos-kedastisitas, dan multikolinieritas). Data pengujian dilakukan
dengan analisis regresi dan analisis faktor untuk menentukan faktor yang determinan.
C. Tinjauan Pustaka
1. Prophetic Leadership
Sementara, pengelolan yang terkait dengan komponen guru dapat mencakup: (a)
strategi instruksional; (b) manajemen kelas; dan (c) desain kurikulum. Adapun
pengelolaan yang terakit dengan siswa mencakup: (a) lingkungan rumah; (b) kecerdasan
belajar; dan (c) motivasi. Ketiga komponen tersebut bersifat interrelatif, oleh karenanya
harus dikelola secara sinergis dengan mendasarkan kepada prinsip-prinsip koordinasi,
sinkronisasi, dan integrasi. Greenfield, 1987:156
Multiple Intelligences atau dikenal dengan istilah kecerdasan majemuk adalah teori
yang diperkenalkan dan kembangkan oleh seorang psikolog terkemuka dari Harvard
University, Howard Gardner pada tahun 1983, adalah jenis kecerdasan yang di miliki
manusia/peserta didik, yaitu antara lain kecerdasan verbal/bahasa, kecerdasan
logika/matematika, kecerdasan spasial/visual, kecerdasan tubuh/kinestetik, kecerdasan
musical/ritmik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan Natural.
(Gardner, 2003: 129).
Berikut ini adalah deskripsi faktor yang mempengaruhi diperoleh total skor
sebesar 7817 kemudian dibandingkan dnegan skor maksimal (29X4X100: 11600)
sehingga diperoleh persentase 67%, deskripsi pada tebel berikut.
Tabel 3. Deskripsi faktor yang mempengaruhi Prophetic Leadership berbasis Multiple Intelligence
Faktor Psikologis Faktor Situasional
620 971 956 866 946 753 1104 481 299 491 330
800 1200 1600 120 1600 1200 1600 800 400 800 400
0
78% 81% 60% 72% 59% 63% 69% 60% 75 61% 83%
%
3413 4404
4800 6800
71% 65%
7817
11600
67%
Deskripsi faktor psikologis menunjukkan total skor yang diperoleh sebesar 3413
dan dibandingkan dengan skor maksimal (4X100X12:4800) sehingga dperoleh
persentasi 71%. Faktor psikologis dapat diilustrasikan pada gambar 1.
Gambar diatas menunjukkan aspek faktor psikologis persentase prestasi sebesar
78%, kepuasan 81%, tanggung jawab 60% persepsi terhadap pekerjaan 72%.
Deskripsi faktor situasional menunjukkan total skor yang diperoleh sebesar 4404
dan dibandingkan dengan skor maksimal (4X100X17:6800) sehingga dperoleh
persentase 65%. Sedangkan faktor situasional dapat diilustrasikan pada gambar 2.
Gamb ar 3. p er sen t ase fak t o r sit u asio n al
koduite
keamanan kerja
kebijakan
kondisi kerja
hubungan antarpribadi
pengawasan
gaji
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Hasil uji
heteroskedastisitas dengan
menggunakan program SPSS
17.0 for windows seperti
terlihat dalam gambar 5. Pada
output grafik scatterplot terlihat
bahwa penyebaran titik-titik
tidak ada pola yang jelas dan
tidak membentuk pola tertentu,
serta titik-titik tersebut
menyebar. Dengan demikian,
karena titik-titik pada grafik
tersebut menyebar, maka tidak
terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Sehingga model regresi layak dipakai
untuk memprediksi variabel terikat berdasarkan variabel bebas.
Dari output di atas dapat diketahui bahwa titik-titik tidak membentuk pola yang
jelas, dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Jadi dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas dalam model regresi.
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan
asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu
pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi
adalah tidak adanya autokorelasi dalam model regresi. Metode pengujian yang sering
digunakan adalah dengan uji Durbin-Watson (uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut.
1) Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka hopotesis nol ditolak,
yang berarti terdapat autokorelasi.
2) Jika d terletak antara dU dan (4-dU), maka hipotesis nol diterima, yang berarti tidak
ada autokorelasi.
3) Jika d terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan (4-dL), maka tidak
menghasilkan kesimpulan yang pasti.
Berikut ini hasil dari uji autokorelasi dengan SPSsS 17. For windows dalam tabel 28
berikut.
Model Summaryb
Dari hasil output di atas didapat nilai DW yang dihasilkan dari model regresi adalah
1.717. Sedangkan dari tabel DW dengan signifikansi 0,05 dan jumlah data (n)= 156, serta k= 3
(k adalah jumlah variabel independen) diperoleh nilai dL sebesar 1,6992 dan dU sebesar 1,7776
(lihat lampiran). Karena nilai DW (1,809) terletak antara dU dan (4-dU), maka hipotesis nol
diterima, yang berarti tidak ada autokorelasi.
Salah satu aspek faktor yang mempengaruhi adalah gaji, ini menjadi keprihatinan
bahwa banyak guru yang statusnya honor atau GTT mempunyai gaji dibawah upah
minimum Regional (UMR). Padahal gaji guru masuk dalam undang-undang sesuai
pernyataan “Dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan
dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada
sektor pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah”
(2003, UU RI No.20)
Aspek yang kedua dari faktor situasional adalah pengawasan, hal ini berarti
sekolah yang mempunyai iklim pengawasan yang baik akan meningkatkan praktek guru
menjadi guru professional. Hal ini sesuai pernyataan Setiap satuan pendidikan
melakukan perencanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan
pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif
dan efisien.(Sundayana, n.d.)
Aspek yang berpengaruh langsung pada kepemimpinan kenabian adalah
hubungan antar pribadi. Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa
makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya;
makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya; sehingga makin
efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan. (Nuraedah, Fahmi,
Nurwindiyastuti, & Wisnu, 2014). Semakin guru mempunyai hubungan komunikasi
yang baik dengan stakeholder maka akan semakin baik guru menjadi Sidiq, Tabligh,
amanah, dan Fathonah dalam bekerja.
Kebijakan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh, dimana kebijakan
sekolah terhadap semua unsur dan komponen sekolah termasuk stakeholders pendidikan,
seperti cara melaksanakan pekerjaan di sekolah serta asumsi atau kepercayaan dasar
yang dianut oleh personil sekolah.(Na’imah, 2012). Kepemimpinan guru dipengaruhi
kebjikan baik sekolah maupun dinas atau yayasan, hal ini berimplikasi stakeholder
pembuat kebijkan harus menyusun kebijakan yang berpihak pada peningkatan
kepemimpinan guru sehingga kinerjanya akan meningkat.
Konduite atau penghargaan merupakan faktor yang mempengaruhi
kepemimpinan guru secara langsung. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Mujahidah,
2015) bahwa upaya menciptakan lingkungan belajar yang kondusif (conducive learning
community) sehingga anak dapat belajar secara efektif di dalam suasana yang
memberikan rasa aman, penghargaan, tam ancaman dan memberikan semangat. Sekolah
dan stakeholder juga perlu melakukan refleksi bahwa usaha yang dilakukan guru selam
ini diberikan penghargaan sepantasnya belum.
E. Simpulan
F. Daftar pustaka
Armstrong, Thomas. 2005. Setiap Anak Cerdas. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Davis, G. A & Thomas, M. A. 1989. Effective School and Effective Teachers. Boston:
Allyn and Bacon Inc.
Locke, E. A. 2001. Social Psychology and Organizational Behavior. Jhon Wiley and Sons,
New York. Make A Difference. Washington, DC: ASCD Publications.
Nuraedah, A., Fahmi, A., Nurwindiyastuti, D., & Wisnu, K. (2014). Hubungan
Interpersonal. Makalah: Hubungan Interpersonal (Pengertian, Teori, Tahap, Jenis,
dan Faktor yang Mempengaruhi Hubungan Interpersonal) Disusun.
Robbins, Stephen P dan Timothy A. Judge. 1999. Organizational Behaviour. 12 ed. dalam
Resthi Widyaningrum (Ed) Prilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat.