1 PB
1 PB
ABSTRAK
Studi yang ada saat ini mengenai faktor risiko stenosis intrakranial memberikan hasil yang berbeda-beda, tergantung
dari ras dan lokasi geografis subjek yang diteliti serta metode diagnostik yang digunakan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara faktor risiko usia, jenis kelamin, hipertensi, diabetes melitus, coronary artery
disease, dislipidemia, dan merokok dengan stenosis intrakranial pada penderita stroke iskemik di RSUP Dr. Moh.
Hoesin/RSMH Palembang. Seluruh penderita stroke iskemik yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dicatat
faktor risikonya menggunakan kuesioner, kemudian dilakukan pemeriksaan transcranial doppler/TCD dan dicatat
mean flow velocity/MFV di pembuluh darah yang diteliti. Cut-off point untuk mendiagnosis stenosis intracranial
adalah ≥100 cm/s untuk middle cerebral artery/MCA, ≥90 cm/s untuk internal carotid artery/ICA, dan ≥80 cm/s
untuk anterior cerebral artery ACA, posterior cerebral artery/PCA, vertebral artery/VA, dan basilar artery/BA.
Pembuluh darah intrakranial yang paling banyak mengalami stenosis adalah carotid syphon (16%). Sebanyak 16 dari
28 subjek mengalami stenosis hanya pada satu pembuluh darah. Lokasi stenosis intrakranial lebih banyak yang tidak
sesuai klinis (57%). Sebaran penderita stroke iskemik yang berusia >45 tahun sebanyak 28%, yang berjenis kelamin
laki-laki sebanyak 28,6%, menderita hipertensi sebanyak 26,2%, menyandang DM sebanyak 38,5%, mengalami
dislipidemia 28%, merokok 24,1%, dan menderita CAD 31,8%. Kombinasi faktor risiko DM, hipertensi, CAD,
dislipidemia dan usia >45 tahun mempengaruhi stenosis intrakranial pada penderita stroke iskemik (OR 5; 95%CI
1,11-22,57; p = 0,037). Stenosis intrakranial dipengaruhi oleh kombinasi dari lima faktor risiko yaitu DM, hipertensi,
CAD, dislipidemia dan usia >45 tahun.
ABSTRACT
Existing studies of risk factors for intracranial stenosis give different results, depending on the race and geographical
location of the subjects studied and the diagnostic methods used. This study aims to determine the relationship between
risk factors (age, sex, hypertension, diabetes mellitus, coronary artery disease, dyslipidemia, and smoking) and
intracranial stenosis in patients with ischemic stroke at RSUP Dr. Moh. Hoesin/RSMH Palembang. Risk factors of all
ischemic stroke patients who met the inclusion and exclusion criteria were recorded using a questionnaire, then
transcranial Doppler/TCD was done and mean flow velocity/MFV of selected blood vessels was recorded. The cut-
off points for diagnosing intracranial stenosis are ≥100 cm/s for middle cerebral artery/MCA, ≥90 cm/s for internal
carotid artery/ICA, and ≥80 cm/s for anterior cerebral artery/ACA, posterior cerebral artery/PCA, vertebral artery/VA,
and basilar artery/BA. Intracranial stenosis was most commonly found in carotid syphon (16%). A total of 16 of 28
subjects had single stenosis. Most of the location of stenosis does not match the clinical symptoms (57%). The
distribution of ischemic stroke patients aged> 45 years was 28%, male sex was 28.6%, had hypertension was 26.2%,
had diabetes was 38.5%, had dyslipidemia 28%, smoked 24.1 %, and suffered from CAD 31.8%. The combination of
risk factors of DM, hypertension, CAD, dyslipidemia and age> 45 years affects intracranial stenosis in ischemic stroke
patients (OR 5; 95% CI 1.11-22.57; p = 0.037). Intracranial stenosis is affected by a combination of five risk factors
namely DM, hypertension, CAD, dyslipidemia and age> 45 years.
pencegahan dan tatalaksana stroke iskemik. klasifikasi TOAST tahun 1993. Adanya
Studi yang ada saat ini mengenai faktor risiko stenosis intrakranial (pengurangan ukuran
stenosis intrakranial memberikan hasil yang lumen arteri intrakranial) pada penelitian ini
berbeda-beda. Mengingat tingginya ditegakkan bila didapatkan peningkatan nilai
prevalensi stenosis atherosklerotik mean flow velocity/MFV >100 cm/s untuk
intrakranial dan perannya dalam patogenesis middle cerebral artery/MCA, MFV >90 cm/s
stroke iskemik, identifikasi faktor risiko untuk internal carotid artery/ICA
stenosis menjadi krusial agar dapat intrakranial, MFV >80 cm/s untuk anterior
direncanakan tindakan pencegahan yang cerebral artery/ACA, posterior cerebral
spesifik pada populasi target. artery/PCA, vertebral artery/VA, dan
Penelitian ini bertujuan untuk basilar artery/BA pada pemeriksaan TCD.11
mengetahui faktor-faktor yang Penegakan diagnosis hipertensi, diabetes
mempengaruhi timbulnya stenosis pembuluh mellitus dan dislipidemia pada subjek
darah intrakranial yang dideteksi dengan dilakukan berdasarkan kriteria Joint National
TCD pada penderita stroke iskemik di RSUP Committee/JNC7, American Diabetes
Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Association/ADA tahun 2004 dan American
Family Physician/AFP tahun 2011. Subjek
penelitian dikategorikan sebagai current
2. Metodologi smoker bila telah merokok lebih dari 100
batang rokok seumur hidupnya dan masih
Penelitian ini merupakan penelitian merokok dalam 28 hari terakhir berdasarkan
observasional analitik dengan pendekatan definisi USA Ministry of Health. Adanya
cross sectional yang dilakukan di Instalasi coronary artery disease/CAD pada subjek
Brain and Heart Center RSUP Dr. Moh. diketahui melalui hasil konsultasi dengan
Hoesin (RSMH) Palembang sejak bulan Juli spesialis kardiologi.
2019 dan selesai pada bulan Oktober 2019. Penderita stroke yang datang ke
Penelitian ini menggunakan metode Departemen Neurologi RSUP Dr. Moh.
consecutive sampling dengan besar sampel Hoesin Palembang menjalani pemeriksaan
minimal 81 orang. Pasien yang diikutkan CT scan. Pasien yang didiagnosis menderita
dalam penelitian ini adalah mereka yang stroke iskemik secara klinis dan radiologis,
berusia ≥18 tahun dan didiagnosis menderita serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi,
stroke iskemik berdasarkan klinis stroke yang dijadikan sampel penelitian. Data pasien
dikonfirmasi melalui hasil CT scan kepala. yang mencakup variabel penelitian dicatat.
Kriteria eksklusi sampel pada penelitian ini Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan TCD
adalah pasien yang mengalami stroke (Atys Medical, Fujitsu) pada pasien-pasien
kardioemboli atau pasien stroke iskemik tersebut di Instalasi Brain and Heart Center
tetapi karena sebab tertentu tidak menjalani oleh spesialis neurologi yang memiliki
pemeriksaan TCD, juga pasien stroke kompetensi khusus untuk melakukan
iskemik yang rekam medisnya tidak lengkap pemeriksaan tersebut. Hasil pemeriksaan
atau hasil TCD-nya tidak lengkap. TCD kemudian dicatat. Seluruh data
Pasien stroke iskemik dikategorikan dimasukkan ke dalam tabel master dan
menurut etiologinya menjadi large artery kemudian dianalisis dengan SPSS 22 for
atherosclerosis/LAA, small vessel Windows. Analisis bivariat dengan uji Chi
disease/SVD, cardioembolism, stroke of square/Fisher exact test (sesuai kriteria)
other determined etiology dan stroke of digunakan untuk melihat hubungan antara
undetermined etiology berdasarkan masing-masing faktor risiko dengan kejadian
14 Rini Nindela, Faktor timbulnya stenosis pembuluh darah
stenosis intrakranial dilanjutkan dengan uji stenosis berkisar antara 106-130 cm/s. Rerata
regresi logistik untuk mengetahui faktor MFV pada ACA dan VA yang mengalami
risiko apa yang paling mempengaruhi stenosis tidak jauh berbeda yaitu 90-100
stenosis intrakranial. Penelitian ini telah cm/s, sedangkan rerata MFV pada stenosis
dinyatakan layak etik oleh Unit Bioetik dan BA adalah 90 cm/s.
Humaniora Fakultas Kedokteran Universitas Distribusi faktor risiko subjek
Sriwijaya dengan nomor surat berdasarkan ada/tidaknya stenosis pada
163/kepkrsmhfkunsri/2019. pembuluh darah intrakranial dapat dilihat
pada tabel di bawah ini. Dari tabel ini
3. Hasil diketahui bahwa faktor-faktor yang diteliti
tidak berhubungan dengan jumlah stenosis
Dari 100 subjek penelitian yang termuda yang dialami subjek penelitian.
berusia 30 tahun dan yang paling tua berusia
79 tahun, dengan rerata usia 55,46±11,031 Tabel 1. Sebaran Faktor Risiko berdasarkan
tahun. Penderita stroke usia muda pada Ada/Tidaknya Stenosis Intrakranial
penelitian ini sebesar 18%. Sampel laki-laki Karakteristik Stenosis Tidak OR P
sedikit lebih banyak dibandingkan N (%) Stenosis (95% CI)
perempuan, masing-masing 56% dan 44%. N (%)
Sebanyak 84% subjek juga menderita Umur
hipertensi. Hanya 26% subjek yang juga - >45 tahun 23 (28,0) 59 (72,0) 1,448 0,981a
- ≤45 tahun 5 (27,8) 13 (72,2) (0,477-4,395)
menyandang diabetes. Sebagian besar (82%)
Jenis Kelamin
subjek juga mengalami dislipidemia. Subjek - Laki-laki 16 (28,6) 40 (71,4) 1,067 0,886a
yang memiliki faktor risiko merokok dan - Perempuan 12 (27,3) 31 (72,7) (0,442-2,574)
coronary artery disease/CAD masing- Hipertensi
masing hanya sebanyak 29 dan 22%. - Hipertensi 22 (26,2) 62 (73,8) 0,591 0,373b
Sebanyak 54% subjek mengalami large- - Tidak 6 (37,5) 10 (62,5) (0,192-1,818)
Hipertensi
artery atherosclerosis sedangkan 46% Diabetes
sisanya menderita small vessel disease. Melitus (DM) 10 (38,5) 16 (61,5) 1,944 0,167a
Pembuluh darah yang paling banyak - DM 18 (24,3) 56 (75,7) (0,751-5,038)
mengalami stenosis adalah carotid - Tidak DM
syphon/CS, baik kanan maupun kiri masing- Dislipidemia
- Dislipidemia 23 (28,0) 59 (72,0) 1,014 0,981a
masing 8%, diikuti oleh anterior cerebral - Tidak 5 (27,8) 13 (72,2) (0,325-3,164)
artery/ACA (kanan 7%, kiri 6%), vertebral dislipidemia
artery/VA (kanan 5%, kiri 2%), basilar Merokok
artery/BA sebanyak 4%, middle cerebral - Merokok 7 (24,1) 22 (75,9) 0,758 0,583a
artery/MCA cabang M1 (kiri 3%, kanan 1%), - Tidak 21 (29,6) 50 (70,4) (0,281-2,042)
merokok
dan MCA cabang M2 kiri sebesar 1%. Pada
CAD
penelitian ini tidak didapatkan stenosis pada - CAD 7 (31,8) 15 (68,2) 1,267 0,652a
posterior cerebral artery/PCA dan MCA - Tidak CAD 21 (26,9) 57 (73,1) (0,453-3,538)
cabang M2 kanan. Rerata MFV pada carotid Total 28 (28,0) 72 (72,0)
a
syphon yang mengalami stenosis adalah >110 Pearson Chi Square
b
cm/s sedangkan rerata MFV pada MCA yang Fischer Exact Test
terkecil (p=0,167) dengan OR sebesar 1,944 lainnya mengalami stenosis pada lebih dari
(95% confidence interval/CI 0,751-5,038). satu pembuluh darah. Dari 12 subjek yang
Tabel di bawah ini menggambarkan memiliki stenosis multipel, yang paling
sebaran faktor risiko berdasarkan jumlah banyak (10 orang) adalah subjek dengan
stenosis. stenosis pada dua pembuluh darah, satu orang
lainnya memiliki stenosis pada tiga
Tabel 2. Sebaran Faktor Risiko berdasarkan pembuluh darah, dan satu orang sisanya
Jumlah Stenosis dengan stenosis terbanyak yaitu lima
Karakteristik Stenosis Stenosis OR P
pembuluh darah.
tunggal multipel (95% CI) Karena tidak ada satupun faktor risiko
N (%) N (%) yang berhubungan dengan stenosis
Umur intrakranial pada analisis bivariat maka
- >45 tahun 13 (81,3) 10 (83,3) 0,867 0,643b analisis multivariat tidak dilakukan. Akan
- ≤45 tahun 3 (18,7) 2 (16,7) (0,121-6,215)
tetapi dilakukan analisis lanjutan untuk
Jenis
Kelamin 9 (56,3) 7 (58,3) 0,918 0,912a melihat apakah akumulasi faktor risiko
- Laki-laki 7 (43,7) 5 (41,7) (0,202-4,175) berhubungan dengan kejadian stenosis. Dari
- Perempuan tabel berikut dapat dilihat bahwa lebih dari
Hipertensi satu faktor risiko tetap tidak berhubungan
- Hipertensi 13 (81,3) 9 (75,0) 1,444 0,521b dengan stenosis intrakranial.
- Tidak 3 (18,7) 3 (25,0) (0,236-8,844)
Hipertensi
Diabetes Tabel 3. Analisis Faktor Risiko Stenosis
Melitus (DM) 7 (43,7) 3 (25,0) 2,333 0,434 b berdasarkan Jumlah Faktor Risiko
- DM 9 (56,3) 9 (75,0) (0,454-12,004)
- Tidak DM Jumlah Stenosis Tidak OR P
Dislipidemia Faktor N (%) Stenosis (95% CI)
- Dislipidemia 14 (87,5) 9 (75,0) 2,333 0,624b Risiko N (%)
- Tidak 2 (12,5) 3 (25,0) (0,324-16,823) 1 1 (50,0) 1 (50,0) 2,63 0,484a
dislipidemia 27 (27,6) 71 (72,4) (0,15-43,54)
Merokok 2 3 (21,4) 11 (78,6) 0,66 0,752a
- Merokok 6 (37,5) 1 (8,3) 6,6 0,184b 25 (29,1) 61 (70,9) (0,17-2,59)
- Tidak 10 (62,5) 11 (91,7) (0,673-64,762) 3 5 (26,3) 14 (73,7) 0,90 0,856b
merokok 23 (28,4) 58 (71,6) (0,29-2,78)
CAD 4 8 (25,8) 23 (74,2) 0,85 0,743b
- CAD 4 (25,0) 3 (25,0) 1,0 0,666b 20 (29,0) 49 (71,0) (0,32-2,22)
- Tidak CAD 12 (75,0) 9 (75,0) (0,178-5,632) 5 7 (36,8) 12 (63,2) 1,66 0,340b
Total 16 12 21 (25,9) 60 (74,1) (0,58-4,79)
a
Pearson Chi Square 6 2 (20,0) 8 (80,0) 0,61 0,721a
b
Fischer Exact Test 26 (28,9) 64 (71,1) (0,12-3,09)
Dari sebanyak 28 sampel yang 7 1 (50,0) 1 (50,0) 2,63 0,484a
mengalami stenosis intrakranial, sebanyak 16 27 (27,6) 71 (72,4) (0,15-43,54)
a
Fischer exact test
orang mengalami stenosis hanya pada satu b
Pearson Chi Square
pembuluh darah saja, sedangkan 12 orang
Selain itu dilakukan analisis lainnya berhubungan dengan stenosis intrakranial
untuk melihat apakah kombinasi faktor risiko (OR 5, 95%CI 1,11-22,57, p 0,037).
tertentu berpengaruh pada kejadian stenosis. Kombinasi lainnya mulai dari dua hingga
Dari berbagai kombinasi faktor risiko yang enam faktor risiko tidak menunjukkan
diteliti diketahui bahwa kombinasi 5 faktor hubungan yang bermakna dengan stenosis
risiko yaitu DM, hipertensi, CAD, intrakranial.
dislipidemia, dan usia >45 tahun
12 Rini Nindela, Faktor timbulnya stenosis pembuluh darah
sehingga mengalami hipertensi yang high- klasifikasi The Trial of Org 10172 in Acute
volume, sedangkan Kaukasia lebih sering Stroke Treatment (TOAST) diperkenalkan
mengalami jenis hipertensi resisten. untuk mengklasifikasi stroke iskemik
Pernyataan ini didukung studi yang berdasarkan dugaan etiologinya. Klasifikasi
menunjukkan bahwa salt-sensitivity- TOAST tersebut adalah large-artery
associated-polymorphism lebih sering atherosclerosis (LAA), small vessel disease
ditemukan pada ras Asia. Arteri intrakranial (SVD), cardioembolism, other determined
lebih rentan terhadap stres hemodinamik etiology, dan undetermined etiology. Subtipe
yang ditimbulkan oleh hipertensi yang high- stroke ini juga tersebar menurut ras dan etnis,
volume karena strukturnya yang lebih tipis mungkin akibat perbedaan gaya hidup dan
dan kurang elastis. Berbagai studi baik di latar belakang genetiknya. Kardioemboli
Eropa maupun Asia juga menunjukkan merupakan penyebab stroke yang utama di
bahwa DM lebih berhubungan dengan Eropa, sedangkan di Asia penyebab stroke
stenosis intrakranial, padahal prevalensi DM terbanyak adalah atherosklerosis Prevalensi
di Asia justru lebih rendah. Arteri intrakranial SVD juga lebih tinggi di Asia dibandingkan
mengandung kadar antioksidan yang lebih dengan Kaukasia; jumlah subtipe ini bisa
tinggi dibandingkan dengan arteri mencapai setengah dari total stroke iskemik
ekstrakranial sehingga lebih rentan terhadap di Asia tetapi hanya seperlima di Kaukasia.22
faktor-faktor yang menyebabkan deplesi Di Indonesia sendiri, Harris dkk pada tahun
antioksidan seperti DM dan sindrom 2018 melaporkan penelitian tentang insiden
metabolik. Hiperkolesterolemia lebih subtipe stroke berdasarkan kriteria TOAST
berhubungan dengan stenosis ekstrakranial. beserta sebaran faktor risikonya. Pada studi
Studi pada hewan menunjukkan bahwa arteri Harris dkk ini didapatkan subtipe stroke
intrakranial mungkin memiliki resistensi terbanyak adalah LAA (59,6%), diikuti
yang diwarisi terhadap efek toksik dari dengan SVD (26,7%), undetermined etiology
hiperkolesterolemia. Orang Asia cenderung (9,8%), kardioemboli (2,1%), dan other
memiliki level kolesterol serum yang lebih determined etiology (0,9%). Hasil ini sejalan
rendah dibandingkan orang Kaukasia dengan studi-studi lainnya.23 Pada penelitian
dikarenakan perbedaan pola diet dan gaya ini didapatkan jumlah subtipe LAA sebesar
hidup, sehingga insiden atherosklerosis 54% dan SVD sebesar 46%. Persentase SVD
ektrakranial lebih tinggi pada negara-negara yang cukup tinggi dapat menjadi penyebab
Barat. Aktivitas enzim antioksidan yang lebih sedikitnya stenosis intrakranial yang
besar pada arteri intrakranial berkontribusi terdeteksi pada penelitian ini. Dari 28%
dalam resistensinya terhadap atherogenesis. subjek penelitian ini yang terdeteksi memiliki
Antioksidan juga berperan dalam pengaruh stenosis intrakranial, hanya 21 orang atau
usia terhadap atherosklerosis. Jumlah sekitar 75% yang merupakan penderita LAA,
antioksidan akan semakin menurun seiring sedangkan 7 orang atau 25% sisanya
dengan pertambahan usia sehingga beberapa mengalami SVD. Dengan demikian,
studi menunjukkan bahwa stenosis kemampuan TCD dalam mendeteksi stenosis
intrakranial terbentuk pada usia yang lebih intrakranial pada pasien dengan LAA hanya
tua dibandingkan dengan stenosis sekitar 39%. Hasil ini jauh berbeda sengan
ekstrakranial. Pengaruh jenis kelamin sensitivitas dan spesifisitas TCD yang
terhadap stenosis intrakranial masih belum dilaporkan pada berbagai studi. Perbedaan ini
jelas.20,21 dapat disebabkan oleh perbedaan
Stroke iskemik sendiri memiliki karakteristik subjek yang diteliti serta kriteria
banyak penyebab─pada tahun 1993,
15 Rini Nindela, Faktor timbulnya stenosis pembuluh darah
stenosis pada TCD yang digunakan dalam bertambah berat melalui pengendalian faktor
penelitian ini. risiko. Selanjutnya dapat dilakukan
Pada penelitian ini hanya didapatkan penelitian yang dikhususkan pada penderita
28% pasien yang mengalami stenosis stroke iskemik dengan subtipe large-artery
intrakranial. TCD sebagai alat diagnostik atherosclerosis serta menggunakan desain
yang digunakan pada penelitian ini hanya case control atau cohort untuk
dapat mendeteksi stenosis pada pembuluh meminimalkan berbagai bias penelitian, juga
darah besar. Kekuatan diagnostiknya cukup penelitian yang menggunakan alat diagnostik
baik, meskipun tidak setinggi pemeriksaan TCD yang dikonfirmasi dengan pemeriksaan
baku-emasnya. Faktor ini dapat CTA atau MRA, bahkan dengan digital
menyebabkan stenosis intrakranial yang substraction angiography/DSA sebagai gold-
teridentifikasi pada penelitian ini dapat standard.
kurang atau justru lebih dari jumlah yang
sebenarnya. Stroke iskemik tanpa stenosis Daftar Pustaka
pada penelitian ini mungkin disebabkan oleh 1. WHO. Global Burden of Stroke. 2016.
etiologi lain misalnya SVD yang tidak dapat Diunduh dari
di-eksklusi hanya dengan pemeriksaan CT https://www.who.int/cardiovascular_dise
scan. ases/en/cvd_atlas_15_burden_stroke.pdf?
Menurut Tsivgoulis dkk terdapat ua=1
beberapa keterbatasan dalam penelitian yang 2. Mohr JP, et al (eds). 2011. Stroke
menggunakan TCD sebagai alat diagnostik, Pathophysiology, Diagnosis, and
th
di antaranya ketergantungan akan operator, Management 5 edition. Elsevier
visualisasi pembuluh darah yang terbatas Saunders. Philadelphia, USA.
(hanya pada pembuluh darah besar/large 3. Aninditha T dan W Wiratman (ed). 2017.
artery), serta temporal window yang jelek Buku Ajar Neurologi. Penerbitan
pada sebagian pasien.13 Seyogyanya kondisi Kedokteran Indonesia. Tangerang.
stenosis atau tidak stenosis yang didapatkan Indonesia.
melalui TCD dikonfirmasi ulang dengan 4. Kim JS, et al. Risk Factors and Stroke
pemeriksaan lainnya seperti MR Mechanisms in Atherosclerotic Stroke
angiography, atau bila memungkinkan Intracranial Compared With Extracranial
pemeriksaan gold standard-nya yaitu DSA, and Anterior Compared With Posterior
sehingga tidak terjadi overdiagnose atau Circulation Disease. Stroke. 2012; 43:
underdiagnose. Selain itu, desain penelitian 3313-3318.
berupa cross sectional seperti pada penelitian 5. Holmstedt CA. Atherosclerotic
ini dapat menimbulkan berbagai bias dalam intracranial arterial stenosis: risk factors,
pendataan faktor risiko misalnya bias recall. diagnosis, and treatment. Lancet Neurol.
2013; 12(11): 1106–1114.
5. Kesimpulan Doi:10.1016/S1474-4422(13)70195-9.
6. Rafieian-Kopaei M, et al. Atherosclerosis:
Kombinasi faktor risiko DM, hipertensi, Process, Indicators, Risk Factors and New
CAD, dislipidemia dan usia >45 tahun Hopes. Int J Prev Med. 2014; 5(8): 927–
meningkatkan risiko terjadinya stenosis 946.
intrakranial pada penderita stroke iskemik 7. Seidman MA, Mitchell RN, Stone JR.
sebesar lima kali lipat. Oleh karena itu, perlu Pathophysiology of Atherosclerosis.
dilakukan upaya pencegahan agar stenosis Cellular and Molecular Pathobiology of
intrakranial tidak terbentuk atau tidak Cardiovascular Disease. 2014(12): 221-
16 Rini Nindela, Faktor timbulnya stenosis pembuluh darah