METODOLOGI PENELITIAN
13
14
Tinggi 65 cm
Corong feed 15 cm
Material Baja
Kapasitas desain 100-120 kg/jam
Kapasitas Motor penggerak 10 horsepower
C. Hammer
Panjang as 16 cm
Diameter 6 cm
Diameter 12 mm
Diameter tiap lubang 6 mm
E. Grinder
Diameter 45 cm
Tebal 8 cm
Tinggi 40 cm
F. Mesin Diesel
Panjang 60 cm
Lebar 47 cm
Tinggi 45 cm
Kapasitas mesin 6-8 hp
17
Desain secara struktural secara keseluruhan alat pencetak pelet dapat dilihat
pada Gambar 3.7.
Penelitian ini secara garis besar bertujuan untuk memodifikasi mesin pencetak
pelet menjadi kapasitas pencetak yang lebih besar, mendapatkan kualitas biopelet
sesuai dengan SNI dan mengetahui efisiensi penggunaan bahan bakar menggunakan
tiga perbandingan ukuran kehalusan bahan baku serbuk kayu.
3.4 Pengamatan
Parameter yang diukur dalam penelitian ini yaitu pengamatan kualitas fisik
biopelet meliputi besaran nilai kalor, kadar air, densitas, waktu penyalaan sampai
timbul api, dan uji nyala penyalaan pellet. Pengamatan kualitas kimia biopelet
meliputi besaran kadar Fixed Carbon, Volatile Matter, dan kadar abu.
B. Preparasi
1. Menyiapkan bahan baku yang akan digunakan dalam proses
pembuatan pelet
2. Mengeringkan bahan baku tersebut dibawah sinar matahari secara
langsung untuk mengurangi kandungan air di dalam bahan baku tersebut.
3. Melakukan proses pengecilan ukuran bahan baku dan pengayakan
sehingga bahan baku siap untuk digunakan.
m
ρ=
v
Di mana:
ρ : Massa jenis (gram/ml)
m : Massa sampel (gram)
v : Volume (3,14 x jari - jari x tinggi )
Lakukan percobaan diameter dan formulasi yang berbeda.
2. Sifat Kimia
23
Adapun analisis untuk sifat kimia atau sering disebut analisis proksimat
dapat meliputi parameter Fixed Carbon, Volatile Matter, kadar abu dilakukan
dengan menggunakan alat TGA 701 dengan metode ASTM D7582-10.
a) Kadar Air Total (Total Moisture)
Kadar air lembab ditentukan dengan cara menghitung berat sampel
yang telah dipanaskan dalam oven. Adapun prosedur uji analisa kandungan
air lembab antar lain:
1) Cawan porselen dipanaskan terlebih dahulu didalam oven selama 5
menit, kemudian didinginkan dalam desikator selama 15 menit
2) Timbang cawang porselin kosong
3) Timbang sampel ± 1,00 gram kedalam cawan porselen
4) Memasukkan cawan yang telah berisikan sampel kedalam oven pada
suhu 104oC sampai 110oC selama 1 jam
5) Keluarkan cawan dan masukkan kedalam desikator selama 15 menit
6) Setelah cawan dingin, selanjutnya ditimbang
7) Kadar air lembab dapat dihitung dengan menggunakan perumusan
berikut:
ρ3−ρ 2
% kadar air (moisture) = x 100 %
ρ 2−ρ 1
Keterangan :
Ρ1 : berat cawan dan tutup (gram)
P2 : berat P1 + sampel sebelum pemanasan (gram)
P3 : berat P1 + sampel setelah pemanasan (gram)
b) Volatile Matter
Kadar zat terbang ditentukan dengan cara menghitung berat sampel
yang hilang setelah dipanaskan pada suhu 900oC tanpa kontak dengan
udara, kemudian dikurangi dengan kandungan air lembab. Adapun prosedur
uji analisa kandungan zat terbang antara lain:
1) Cawan porselen diovenkan pada suhu 110oC selama 2 jam
24
c) Kadar Abu
Penetapan nilai kadar abu dilakukan dengan berat sampel setelah dari
uji zat terbang, kemudian dimasukkan dalam oven bersuhu 600-900°c selama 5
jam. Setelah produk diangkat dari oven dan didinginkan dalam desikator sampai
kondisi stabil dan ditimbang. Kadar abu dihitung dengan rumus:
X2
Kadar Abu (%) : x 100
X1
(Sumber : Teknik Kimia No. 2, Vol. 20 April 2015 )
Keterangan
X1 = Berat sampel setelah pengujian kadar air (gram)
X2 = Berat abu (gram)