Anda di halaman 1dari 11

SEMANTIK BAHASA INDONESIA

PERUBAHAN KATA

Dosen Pengampu : Taib Abdullah S,Pd.M,HUM.

Disusun Oleh :

Kelompok 2

Nurul Innayah kien (03051911034)

Novita Sari Laodi (03051911048)

Ulfa Muhammad

Nurwasia Kamal

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, karena atas limpahan rahmat dan
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Perubahan Kata”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok pada mata kuliah Semantik
Bahasa Indonesia.

Dalam proses penyusunan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan dari berbagai
pihak baik bersifat moril maupun materil, sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Dengan kerendahan dan ketulusan hati, kami mengucapkan terima kasih.

Namun makalah ini masih memiliki kekurangan dalam penyusunan makalah, maka dari
itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya, dan semoga kebaikan
orang-orang yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini mendapatkan pahala dari
Allah Swt. Amin.

Ternate, 31 Oktober 2021

penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………... i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………….ii
.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………………..1
C. Tujuan…………………………………………………………………………………………1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Perubahan Bentuk kata Analogi, Adaptasi, Kontaminasi, Hiperkorek dalam
Morfologi Bahasa Indonesia …………………………………………………........................2
B. Pengertian Antara Kata Baku dengan Kata yang tidak Baku dalam Bahasa Indonesia………4

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan……………………………………………………………………………….7
B. Saran………………………………………………………………………………………7

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam pertumbuhan bahasa banyak kata yang mengalami perubahan. Perubahan-


perubahan pada suatu kata tidak hanya terjadi karena proses adaptasi, tetapi juga disebabkan
bermacam-macam hal lain, misalnya salah dengar, usaha memendekkan suatu kata yang panjang
dan sebagainya. Kata bis yang sehari-hari dipakai sebenarnya berasal dari kata veniculum
omnibus, yang berarti ‘kendaraan untuk umum'. Tetapi karena terlalu panjang maka yang
diambil hanya suku kata terakhir, yang sebenarnya hanya merupakan sebuah akhiran. Perlu kita
ketahui juga bahasa indonesia bersifat dinamis, serta perubahan-perubahan itu disebabkan oleh
berbagai proses morfologis. Dari makalah yang kami susun ini akan membahas tentang
perubahan bentuk kata seperti analogi, adaptasi, kontaminasi, hiperkorek, kata baku serta kata
pasar (tidak baku).

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas dapat kita ambil rumusan masalah sebagai berikut:
1.    Apa yang dimaksud dengan perubahan bentuk kata analogi, adaptasi, kontaminasi, hiperkorek
dalam morfologi bahasa indonesia?
2.    Apa pengertian antara kata baku dengan kata yang tidak baku dalam bahasa Indonesia?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah dapat kita ketahui tujuan sebagai berikut:
1.    Mengetahui perubahan bentuk kata analogi, adaptasi, kontaminasi, hiperkorek.
2.    Mengetahui pengertian kata baku dan tidak baku dalam bahasa indonesia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perubahan Bentuk Kata

Perubahan bentuk kata dapat kita bedakan atas 1) perubahan dari bentuk kata-kata dari
pebendaharaan kata-kata asli suatu bahasa karena pertumbuhan dalam bahasa itu sendiri, 2)
perubahan dari kata-kata pinjaman.

1.  Adaptasi
Bahasa Indonesia selama berabad-abad mendapat bermacam-macam pengaruh dari luar, yaitu
pengaruh dari bahasa-bahasa asing dan bahasa-bahasa daerah. Semua bentuk asing itu tidak
diterima begitu saja, tetapi selalu mengalami proses penyesuaian atau adaptasi sesuai dengan
struktur bahasa Indonesia.

Adaptasi atau penyesuaian bentuk itu dapat dibedakan atas:

1. Adaptasi berdasarkan sistem fonologi bahasa Indonesia.

Contoh: Voorschot (Belanda) > Persekot

Voorlper (Belanda) > Pelopor

2. Adaptasi berdasarkan struktur bentuk kata (morfologi) dalam bahasa Indonesia.

Contoh: Parameswari (Sansekerta) > Permaisuri

Prakara (Sansekerta) > Perkara

2
Bila bentuk-bentuk asing itu tidak menunjukkan pertentangan-pertentangan atau
perbedaan structural dengan bahasa Indonesia maka kata-kata asing itu diterima begitu saja tanpa
mengalami adaptasi.

2. Analogi
Analogi adalah pembentukan suatu kata baru berdasarkan suatu contoh yang sudah ada.
Misalnya berdasarkan bentuk-bentuk seperti sosialisme, sosialis, dan lain-lain, terbentuklah kata-
kata seperti marhaenisme, marhaenis, pancasilais, dan lain-lain.

3. Kontaminasi atau Perancuan


Selain dari analogi ada cara pembentukan lain yang disebut kontaminasi atau perancuan,
yakni dari dua ungkapan yang berlainan diturunkan suatu ungkapan baru.
Contoh: Dari ungkapan-ungkapan membungkukkan badan dan menundukkan kepala dibuat
kontaminasi: menundukkan kepala.

Contoh kontaminasi frase:


Kadang-kadang (benar)
Ada kala(nya) (benar)
Kadang kala (kontaminasi)
Berulang-ulang (benar)
Berkali-kali (benar)
Berulang kali (kontaminasi)

Contoh kontaminasi kalimat:


Rapat itu dihadiri oleh para pejabat setempat. (benar)
Dalam rapat itu, hadir para pejabat setempat. (benar)
Dalam rapat itu dihadiri oleh para pejabat setempat. (kontaminasi)
Anak-anak dilarang merokok. (benar)
Anak-anak tidak boleh merokok. (benar)
Anak-anak dilarang tidak boleh merokok. (kontaminasi)

3
4.  Hiperkorek
Hiperkorek adalah kesalahan berbahasa karena “membetulkan” bentuk yang sudah benar
sehingga menjadi salah.

Contoh:
Utang (betul) menjadi hutang (hiperkorek)
Pigura (betul) menjadi figura (hiperkorek)
Jadwal (betul) menjadi jadual (hiperkorek)
Asas (betul) menjadi azas (hiperkorek)
Ijazah (betul) menjadi ijasah (hiperkorek)
Izin (betul) menjadi ijin (hiperkorek)
Zaman (betul) menjadi jaman (hiperkorek)
Khawatir (betul) menjadi kuatir (hiperkorek)

5.  Kata Baku dan Kata Tidak Baku

Kata-kata baku adalah kata-kata yang standar sesuai dengan aturan kebahasaaan yang
berlaku, didasarkan atas kajian berbagai ilmu, termasuk ilmu bahasa dan sesuai dengan
perkembangan zaman. Kebakuan kata amat ditentukan oleh tinjauan disiplin ilmu bahasa dari
berbagai segi yang ujungnya menghasilkan satuan bunyi yang amat berarti sesuai dengan konsep
yang disepakati terbentuk. Kata baku sebenanya merupakan kata yang digunakan sesuai dengan
kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan. Konteks penggunaannya adalah dalam kalimat
resmi, baik lisan maupun tertulis dengan pengungkapan gagasan secara tepat.

Suatu kata bisa diklasifikasikan tidak baku bila kata yang digunakan tidak sesuai dengan
kaidah bahasa Indonesia yang ditentukan. Biasanya hal ini muncul dalam bahasa percakapan
sehari-hari, bahasa tutur. Kita sering menyepelekan tutur kata yang kita ucapkan. Padahal yang
kita ucapkan belum tentu sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Sedangkan kata tidak baku merupakan kata yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia yang ditentukan. Seperti misalnya dalam bahasa percakapan sehari – hari, bahasa
tutur.
4
Terdapat 4 fungsi dilakukan pembakuan kata dalam bahasa Indonesia, diantaranya:
1.      Fungsi Pemersatu
Fungsi ini mempunyai maksud, bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa
resmi harus mampu mempersatukan suku – suku yang jumlahnya mencapai ratusan suku di
Indonesia. Selain itu harus mampu menjadi pengungkap kebudayaan nasional yang berasal dari
tradisi, adat, suku, dari seluruh wilayah Indonesia.
2.      Fungsi Penanda Kepribadian
Artinya pembakuan bahasa Indonesia harus mengarah pada bahasa Indonesia modern yang
mencerminkan ciri manusia Indonesia modern yang beradab.
3.      Fungsi Penambah Kewibawaan
Yang dimaksud ialah pembakuan yang mengarah pada penggunaan bahasa Indonesia di
bidang teknologi modern dan kebudayaan baru serta digunakan secara mahir oleh para
pemakainya akan meningkatkan kewibawaan bahasa dan pemiliknya.
4.      Fungsi Kerangka Acuan
Yaitu ukuran yang disepakati bersama tentang penggunaan bahasa dalam konteks tertentu.

Ragam Baku yang Terdapat dalam Bahasa Indonesia


Ada 13 ciri ragam baku yang terdapat dalam bahasa Indonesia, diantaranya:
Penggunaan prefiks ber- dan me- secara eksplisit dan konsisten untuk kata – kata kerja yang
mengharuskan penggunaan prefiks tersebut. (bertolak, membantu)
Penggunaan kata tugas secara eksplisit dan konsisten. (oleh, kepada)
Penggunaan kata tugas sesuai dengan fungsinya.
Penggunaan fungsi – fungsi gramatikal secara eksplisit dan konsisten.
Penggunaan bentuk gramatikal yang tidak redundan.
Penggunaan struktur logika yang benar. (antara – dan)
Penggunaan kata sapaan formal, dan menghindari penggunaan kata sapaan tidak formal. (Anda,
Saudara, Bapak)
Penggunaan pola urutan “aspek + pelaku + kata kerja” pada bentuk kata kerja pasif berperilaku.
(sudah kami usulkan, dapat kami simpulkan)

5
Penggunaan bentuk terpadu (sintetik), buka bentuk terberai (analitik). (kasih nasihat =
menasihati, bikin pusing = memusingkan)
Penggunaan lafal baku dalam pemakaian bahasa lisan, yaitu lafal bahasa Indonesia yang tidak
dikenali lagi ciri kedaerahannya. (sistem bukan dibaca ‘e’ pepet, tetapi dibaca ‘i’ /sistim)
Menggunakan sistem tulis resmi dalam pemakaian bahasa tulis. (apotek, karier)
Terhindar dari pemendekan bentuk kata dan bentuk kalimat. (ndak = tidak, ke mana? = Anda
akan pergi ke mana?)
Terhindar dari pemakaian unsur gramatikal, leksikal, maupun lafal kedaerahan dan asing.
(Mbantul = Bantul, khenerasi = generasi)
Penggunaan ragam baku biasanya pada: surat menyurat antarlembaga, laporan keuangan,
karangan ilmiah, lamaran pekerjaan, surat keputusan, perundangan, nota dinas, rapat dinas,
pidato resmi, diskusi, penyampaian pendidikan, dan lain – lain.

Contoh: Penulisan kata dasar.

No Tidak Baku Baku


1. Abjat abjad
2. Bis bus
3. cabe cabai
4. dekoratip dekoratif
5. extra ekstra
6. formil formal
7. gisi Gizi
8. hakekat hakikat
9. ijin izin
10 jaman zaman
. kwitansi kuitansi
11 lobang lubang
. mubadir mubazir
12 nampak tampak
. obyek objek
13
.
14
.
15
.
6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat kita ketahui banyak macam perubahan bentuk kata seperti analogi, adaptasi,
hiperkorek dan sebagainya. Hal ini menambah pengetahuan dalam kajian morfologi bahasa
indonesia dan juga Sesuai dengan perkembangan zaman, bahasa Indonesia mengalami
perkembangan pula. Dalam perkembangan itulah diperlukan adanya acuan yang dapat dijadikan
pedoman bagi para masyarakat dalam menggunakan bahasa Indonesia sebagai perantara
berkomunikasi. Tidak hanya dalam berkomunikasi saja, tetapi dalam hal tulis – menulis juga
membutuhkan acuan.

B. Saran
Untuk mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia diharapkan untuk lebih giat
belajar tentang morfologi dikarenakan matakuliah ini adalah bagian dari cabang ilmu bahasa
yang penting untuk kita pelajari.
7

DAFTAR PUSTAKA

2011. Perubahan Bentuk Kata. (Online). (http://tata-bahasa.110mb.com/Perubahan%20Bentuk


%20Kata.html). Diakses pada tanggal 31 Oktober 2021.
2009. Macam-macam perubahan bentuk kata. (Online).
(http://st286290.sitekno.com/article/7127/materi-pertemuan-i-poltek-telkom.html). Diakses pada
tanggal 31 Oktober 2021.
http://fandanaksaleh18.blogspot.com/2013/06/makalah-perubahan-bentuk-kata.html Diakses pda
tanggal 31 Oktober 2021

Anda mungkin juga menyukai