Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KAPITA SELEKTA HUKUM


( Islam Dan Etika Pembangunan)

KELOMPOK 2
DI SUSUN OLEH :

1. FIJAY FERNATUBUN (05220190062)


2. NUR ALIAH (05220190063)
3. WILDASARI (05220190061)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam tetap terlimpah
kepada nabi besar kita Nabi Muhammad Saw kepada keluarga dan para sahabatnya sampai
generasi
Makalah ini dapat diselesaikan atas izin Allah serta bantuan dan dukungan dosen serta
teman-teman yang memberikan semangat dan motivasi kepada kelompok kami dan kami
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan
kemampuan kami .
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi para
pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran sebagai bahan pembelajaran untuk kami semua.
Sekian yang dapat kami sampaikan dan kami mengucapkan terimakasih

Makassar, 26 September 2021

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................2


DAFTAR ISI .............................................................................................................................3
BAB I .............................................................................................Error! Bookmark not defined.
PENDAHULUAN..........................................................................Error! Bookmark not defined.
1.1 Latar belakang .............................................................. Error! Bookmark not defined.
1.2 Rumusan Masalah ......................................................... Error! Bookmark not defined.
1.3 Tujuan penulisan ........................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB II............................................................................................Error! Bookmark not defined.
PEMBAHASAN ............................................................................Error! Bookmark not defined.
2.1 Etika Islam Sebuah Paradigma...............................................Error! Bookmark not defined.
2.2 Hakikat Pembangunan ........................................................Error! Bookmark not defined.
2.3 Makna Etika
Pembangunan...................................................................................................Error! Bookmark not
defined.
2.4 Etika Sosial Sebuah Solusi...................................................................................................9
BAB III ..........................................................................................Error! Bookmark not defined.
PENUTUP .....................................................................................Error! Bookmark not defined.
3.1 Kesimpulan ...........................................................................Error! Bookmark not defined.
3.2 Saran .....................................................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi perspektif Islam adalah pembangunan manusia secara utuh bukan
sekedar kebutuhan jasmani, tetapi lebih dari itu adalah pembangunan mental spritual. Pandangan
Islam terhadap pembangunan ekonomi difokuskan pada (a) kemaslahatan umat manusia dari
kepunahan; (b) sumber daya manusia (SDM yang baik, mencerminkan Sumber Pendapatan yang
Halal (SPH); (c) menjaga dan memelihara ekosistem alam dari kerusakan; (d) pemanfaatan lahan
secara maksimal dan membayar pajak kepada negara. Hasil interprestasi menunjukkan, bahwa
pesan al-Qur’an tentang pembangunan ekonomi perspektif Islam belum banyak mendapat
perhatian terutama pada negara-negara Islam. Salah satu indikator pembangunan yang dijelaskan
adalah tingkat ketimpangan dan kemiskinan yang melanda berbagai Negara Sedang Berkembang.
Beberapa solusi yang perlu mendapat perhatian yaitu (1) kurangi belanja rutin, dan menambah
kuantitas fiskal; (2) pembangunan ekonomi lebih diarahkan pada peningkatan kualitas
pembangunan dipedesaan; (3) ketersediaan lapangan kerja dan peningkatan SDM sektor pertanian.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana etika islam sebuah paradigma?
b. Jelaskan hakikat pembangunan?
c. Jelaskan makna etika pembangunan ?
d. Apakah etika sosial sebuah solusi?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Etika Islam Sebuah Paradigma

Dalam upaya mewujudkan etika bisnis untuk membangun bisnis yang islami yang harus dilakukan
adalah pertama, suatu rekonstruksi kesadaran baru tentang bisnis. Pandangan bahwa etika bisnis
sebagai bagian tak terpisahkan atau menyatu merupakan struktur fundamental sebagai perubahan
terhadap anggapan dan pemahaman tentang kesadaran sistem bisnis amoral yang telah memasyarakat.

Bisnis dalam al-qur'an di sebut sebuah aktivitas yang bersifat material sekaligus immaterial.
Sehingga suatu bisnis dapat disebut bernilai, apabila kedua tujuannya yaitu pemenuhan kebutuhan
material dan spiritual telah dapat terpenuhi secara seimbang. Dengan pandangan kesatuan bisnis dan
etika, pemahaman atas prinsip-prinsip etika suatu bisnis bernilai, apabila memenuhi kebutuhan
material dan spiritual secara seimbang, tidak mengandung kebatilan, kerusakan dan kezaliman. Akan
tetapi mengandung nilai kesatuan, keseimbangan, kehendak bebas, pertanggung-jawaban, kebenaran,
kebajikan dan kejujuran. Dengan demikian etika bisnis dapat dilaksanakan oleh siapapun. Kedua, yang
patut dipertimbangkan dalam upaya mewujudkan etika bisnis untuk membangun tatanan bisnis yang
Islami yaitu diperlukan suatu cara pandang baru dalam melakukan kajian-kajian keilmuan tentang
bisnis dan ekonomi yang lebih berpijak pada paradigma pendekatan normatif etik sekaligus empirik
induktif yang mengedepankan penggalian dan pengembangan nilai-nilai al- Qur'an dapat mengatasi
perubahan dan penggeseran zaman yang semakin cepat, atau dalam kategori pengembangan ilmu
pengetahuan modern harus dikembangkan dalam pola pikir abductive pluralistic

Etika bisnis digunakan sebagai pengendali perilaku persaingan bisnis agar sesuai dengan norma
yang ada. Suatu persaingan bisnis dapat dinilai baik, apabila memenuhi seluruh norma yang ada. Etika
bisnis juga dapat dipergunakan oleh para pelaku bisnis sebagai sumber paradigma dalam menjalankan
suatu bisnis yang baik . Umumnya bisnis diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang untuk memperoleh keuntungan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dengan cara
mengelola sumber daya ekonomi secara efektif dan efisien . Tentunya dengan adanya prinsip etika
bisnis Islam maka suatu bisnis dapat berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.

5
B. HAKIKAT PEMBANGUNAN

Dewasa ini istilah pembangunan telah menjadi kata tunggal yang bermakna majemuk. Kata
pembangunan dapat dipahami sekaligus sebagai kata kerja, kata benda dan kata sifat. Dilihat sebagai
proses kegiatan yang berlanjut, pembangunan dapat dipandang sebagai kata kerja. Sebagai suatu
sistem, proses kegiatan pembangunan itu berlangsung dalam suatu totalitas, mulai dari kegiatan
perencanaan, pelaksanaan sampai pada evaluasi. Setiap kegiatan dalam proses itu tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Apa yang direncanakan, itu yang akan dilaksanakan. Apa yang
dilaksanakan, itu yang akan dievaluasi. Selanjutnya, temuan dari evaluasi menjadi masukan kembali
dalam penyusunan rencana baru, begitu seterusnya. Meski proses kegiatan berlangsung secara
berulang, namun tidak boleh bersifat rutin dan berjalan ditempat. Kondisi baru harus menjadi makin
baik dan meningkat melalu. identifikasi dan upaya untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang
dijumpai pada setiap tahap dalam proses kegiatan.

Dilain pihak, tujuan pembangunan juga terlihat sebagai kata benda. Tujuan yang ingin dicapai itu
dapat dilukiskan dengan angka-angka yang konkrit. Tingkat pendapatan yang lebih tinggi dan lebih
adil, kesempatan kerja yang bertambah banyak, jumlah produksi yang lebih meningkat, sarana
transportasi dan komunikasi yang lebih baik dan lebih banyak, jumlah gedung sekolah yang makin
bertambah, sarana kesehatan yang lebih banyak dan lebih bermutu, fasilitas produksi dan pemasaran
yang lebih mudah serta mendorong kegiatan ekonomi rakyat dan usaha besar, dan sebagainya. Dengan
demikian, rumusan tentang tujuan pembangunan harus terukur secara jelas, tidak boleh kabur dan
bersifat sloganitas. Tujuan yang kabur dan tidak terukur mempersulit kegiatan evaluasi, sehingga tidak
pernah dapat memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada untuk meningkatkan pembangunan.
Dalam ukuran yang konkrit, pembangunan baru dianggap berhasil kalau misalnya, hasil produksi dan
pelayanan yang tersedia menjadi lebih bermutu dan lebih banyak. Dengan kata lain, pengadaannya
menjadi lebih efektif dan lebih efisien.

Hakikat pembangunan adalah adanya pertumbuhan dan pemerataan ekonomi. Pertumbuhan


ekonomi diartikan sebagai proses kenaikan jumlah produksi perekonomian yang ditandai dengan
adanya pendapatan nasional yang melonjak. Suatu negara dikatakan naik pertumbuhan ekonominya

6
jika GNP mengalami peningkatan secara riil. Indikasi dari keberhasilan dalam pembangunan ekonomi
adalah adanya pertumbuhan ekonomi (Jhingan, 1995) Dengan demikian, pembangunan lebih
diarahkan pada pencapaian kesejahteraan hidup masyarakat. Kesejahteraan hidup tersebut mempunyai
dimensi luas, yaitu berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar hidup manusia. Dimensi tersebut
bisa berupa dimensi sosial, ekonomi, maupun lingkungan. Di era globaliasi ini, salah satu faktor yang
memengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah adanya hubungan perdagangan antarnegara
atau internasionalisasi (Jhingan, 1995). Hal tersebut merupakan hal yang logis, karena suatu negara
tidak bisa memenuhi kebutuhan sendiri dan mesti bergantung dengan negara lain. Sebagai contoh
adalah Indonesia. Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat banyak dan beraneka ragam,
namun Indonesia tidak bisa memenuhi kebutuhan dalam kaitannya dengan teknologi modern.

C. MAKNA ETIKA PEMBANGUNAN

Makna Etika Pembangunan sebagai nilai normatif atau penilaian etika yaitu mengangkat nilai-
nilai sebagai suatu kebutuhan (needs) bukan sekedar kemauan (wants), berbasis pada keadilan (justice)
bukan sekedar sedekah (charity), keadilan yang bukan bersifat individual atau perilaku tetapi
terstruktur dan terlembaga, dan tidak sekedar memanipulasi Jadi, etika pembangunan memberikan
kebijakan dan keputusan pembangunan dan implementasi yang tidak memberikan akibat akan
runtuhnya suatu budaya, terkorbankannya kemanusiaan dan kesejahteraan masyarakat semata-mata
demi keuntungan sekelompok orang, ideologi tertentu ataupun alasan efisiensi.

Dalam memformulasikan etika pembangunan menjadi bidang kajian (Goulet, 1997) 1. Etika
pembangunan dipandang sebagai metode dan prosedur penelitian yang berbeda; prinsip-prinsip umum
sebagai pedoman memformulasikan strategi-strategi yang etis; strategi yang etis dalam pengambilan
keputusan dan aksi pembangunan yang spesifik; dan penyedia standar normatif untuk mengevaluasi
kinerja pembangunan. 2. Memusatkan perhatian pada teori dan praktek pembangunan yang berkaitan
dengan lingkungan, keteraturan dunia, dan area antar-disiplin. Analisis formal yang dilakukan pada
isu-isu: justifikasi utama pada hak asasi, kebutuhan, kapasitas dan hak menguasai; penilaian etika pada
kebijakan yang berdampak pada korban dan marginalisasi akibat proses pembangunan; evaluasi
kompetisi antara ekonomi, politik, dan sistem sosial; dan konsep baru mengenai keamanan (security).

D. ETIKA ISLAM SEBUAH SOLUSI


Etika Bermedia Perspektif Islam

7
Bully melalui medsos, tuduhan anti ini dan itu, serta komentar "nyinyir" adalah fenomena
yang menghiasi medsos kita. Dan semua itu tidak pantas. Lantas, bagaimana Islam menyikapi
fenomena bahwa etika bermedia sudah menjauh dari nilai-nilai dan ajaran Islam? Dalam kondisi
seperti ini, dibutuhkan panduan secara tegas dari kalangan agamawan. Bertolak dan dalam
bingkai itulah, Muhammadiyah menginisiasi fikih informasi. Suatu hasil dari proses istimbath
menggunakan sumber hukum Islam untuk menyikapi dan merumuskan bagaimana penggunaan
teknologi dan informasi secara santun dan beradab (Suara Muhammadiyah, ed. Th. ke-102,
Januari 2017).
Nantinya, fikih informasi yang diinisiasi Muhammadiyah itu akan diluncurkan dalam
bentuk buku. Secara tegas, sesungguhnya ajaran Islam terkait etika bermedia sudah ada.
Setidaknya terdapat beberapa etika yang dimaksud. Pertama, tabayyun (cek dan ricek).
Benar bahwa Islam tidak alergi terhadap perkembangan teknologi. Dalam QS Al-Hujarat
ayat 6 disebutkan panduan bagaimana etika serta tata cara menyikapi sebuah berita yang kita
terima. Quraish Shihab menerangkan bahwa ada dua hal yang patut dijadikan perhatian terkait
ayat tersebut.
Pertama, pembawa berita; dan kedua, isi berita. Bahwa pembawa berita yang perlu di-
tabayyun dalam pemberitaannya adalah orang fasiq. Yaitu, orang yang aktivitasnya diwarnai oleh
pelanggaran agama.
Sedangkan menyangkut isi berita, penyelidikan kebenaran sebuah berita menjadi perhatian
khusus dalam ayat tersebut. Penyeleksian informasi dan budaya literasi adalah komponen yang
tidak bisa diabaikan. Jadi, tradisi mudah menge-share berita tanpa melakukan penyelidikan
kevalidan secara mendalam tidaklah dibenarkan dalam Islam (Shihab, 2016:208-209).
Islam juga mengajarkan membuat opini yang jujur, didasarkan atas bukti dan fakta, lalu
diungkapkan dengan tulus. Atau, dalam bahasa Quran "Seperti pohon yang baik, akarnya teguh
dan cabangnya menjulang ke langit, pohon itu menjulang ke langit, pohon itu memberikan
buahnya setiap musim dengan seizin Tuhan-Nya." (QS Ibrahim: 24-25).
Kedua, haram menebar fitnah, kebencian, dan lainnya. Majelis Ulama Indonesia (MUI)
sebagai lembaga keagamaan tentu tidak bisa berpangku tangan melihat laku masyarakat dalam
menggunakan medsos sebagaimana diungkapkan di atas.
Bertolak dari fenomena penyalahgunaan medsos itulah, MUI merasa tergugah sehingga
mengeluarkan fatwa, yakni Fatwa MUI No 24 Tahun 2017 mengenai Hukum dan Pedoman

8
Bermuamalah Melalui Media Sosial. Dalam fatwa itu, ada lima poin larangan menggunakan
medsos:
(1) melakukan ghibah, fitnah, namimah (adu-domba),
(2) dan menyebarkan permusuhan.
(3) melakukan bullying, ujaran kebencian, dan permusuhan berdasarkan suku, ras, atau
antara golongan.
(4) menyebarkan hoax serta informasi bohong meskipun dengan tujuan baik, seperti info
tentang kematian orang yang masih hidup.
(5) menyebarkan materi pornografi, kemaksiatan, dan segala yang terlarang secara syari.
(6) menyebarkan konten yang benar tetapi tidak sesuai dengan tempat atau waktunya.
Ketiga, menjamin dan mengatur kebebasan ekspresi. Sumadiria (2016:xiv) dalam
bukunya Hukum dan Etika Media Massa: Panduan Pers, Penyiaran dan Media Siber
mengemukakan bahwa Indonesia telah menikmati reformasi serta demokratisasi pers dan
penyiaran sejak 1998.
Bahkan perusahaan pers (media online) tidak perlu mengantongi izin. Silakan beritakan
hal apa pun dan tentang siapa pun. Singkat kata, tren penggunaan media sosial adalah wujud dari
kebebasan berekspresi pascareformasi. Tidak hanya negara yang menjamin kebebasan
berekspresi, Islam pun demikian.
QS Ali Imran ayat 104 meminta agar setiap umat (manusia) membela apa yang baik benar.
Namun, seperti disinggung Ziauddin Sardar dalam bukunya Ngaji Qur'an di Zaman Edan (2011),
kebebasan berpendapat sering kali disalahgunakan untuk membuat fitnah, opini palsu, dan
menebar kebencian yang sering diutarakan melalui media sosial.
Dalam Islam, laku culas semacam itu dilarang. Oleh sebab itu, Islam mengatur kebebasan
berekspresi. Pengendalian moral adalah salah satu aturannya. Bahwa kaum beriman diminta
untuk tidak "memaki sembahan yang mereka sembah selain Allah karena mereka nanti akan
memaki Allah dengan melampaui batas" (QS An-Nur: 4). Dan, juga diminta untuk tidak
mengolok-olok yang lain, meskipun orang itu berbeda pendapat (QS Al-Hujarat: 11).
Jadi, kebebasan berekspresi yang digunakan untuk mengumbar kebencian dan
permusuhan dilarang dalam Islam. Ada pembatasan alias pengendalian hukum dan moral
terhadap kebebasan tersebut. Dengan demikian jelas sudah bahwa etika bermedia dalam Islam

9
merumuskan pentingnya tabayyun sebelum membenarkan dan menyebarkan informasi.
Menyebarkan kebencian dan membuat berita palsu juga dilarang keras oleh Islam.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Etika bisnis dapat dilaksanakan oleh siapapun. Kedua, yang patut dipertimbangkan dalam
upaya mewujudkan etika bisnis untuk membangun tatanan bisnis yang Islami yaitu diperlukan
suatu cara pandang baru dalam melakukan kajian-kajian keilmuan tentang bisnis dan ekonomi
yang lebih berpijak pada paradigma pendekatan normatif etik sekaligus empirik induktif yang
mengedepankan penggalian dan pengembangan nilai-nilai al- Qur'an dapat mengatasi
perubahan dan penggeseran zaman yang semakin cepat, atau dalam kategori pengembangan
ilmu pengetahuan modern harus dikembangkan dalam pola pikir abductive pluralistic

Hakikat pembangunan adalah adanya pertumbuhan dan pemerataan ekonomi.


Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai proses kenaikan jumlah produksi perekonomian yang
ditandai dengan adanya pendapatan nasional yang melonjak. Suatu negara dikatakan naik
pertumbuhan ekonominya jika GNP mengalami peningkatan secara riil.

Makna Etika Pembangunan sebagai nilai normatif atau penilaian etika yaitu mengangkat
nilai-nilai sebagai suatu kebutuhan (needs) bukan sekedar kemauan (wants), berbasis pada
keadilan (justice) bukan sekedar sedekah (charity), keadilan yang bukan bersifat individual
atau perilaku tetapi terstruktur dan terlembaga, dan tidak sekedar memanipulasi Jadi, etika
pembangunan memberikan kebijakan dan keputusan pembangunan dan implementasi yang
tidak memberikan akibat akan runtuhnya suatu budaya, terkorbankannya kemanusiaan dan
kesejahteraan masyarakat semata-mata demi keuntungan sekelompok orang, ideologi tertentu
ataupun alasan efisiensi.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Mustaq, Etika Bisnis dalam Islam,J akarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001. [19.26, 27/9/2021] Ade:
Zakaria, Aceng, Etika Bisnis Islam. Jakarta: Penerbit Ibnu Azka, 2012.

Bryant, Coralie and Louise G. White, Managing Development in the Third World, Boulder, Colorado:
West View Press, 1982

Conyers, Diana and Peter Hills, An Introduction to Development Planning in The Third World, New York:
John Willey & Sons, 1984

https://www.slideshare.net/apakali05/etika-pembangunan

11

Anda mungkin juga menyukai