Anda di halaman 1dari 2

MERAIH BERKAH DENGAN SIKAP JUJUR DALAM MUAMALAH

2) QS. AL-AN’AM (6): 152

Arti Mufradat

Asbabun Nuzul QS. Al-An’am (6)

Ibnu Murdawaih meriwayatkan dari Imam Tabrani, dari Ibrahim ibnu Nailah, dari Ismail ibnu
Umar, dari Yusuf ibnu Atiyyah, dari Ibnu Aun, dari Nafi', dari Ibnu Umar yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. bersabda: “Surat Al-An 'am diturunkan kepadaku sekaligus, dan diiringi oleh tujuh puluh
ribu malaikat, dari mereka terdengar suara gemuruh karena bacaan tasbih dan tahmid”.

Kandungan QS. Al-An’am (6):


152

Ayat di atas diawali dengan larangan mendekati harta anak yatim, seperti mengambil hartanya
dengan alasan yang dibuat-buat, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat dan lebih menguntungkan,
seperti menginvestasikannya agar berkembang, atau menjaga agar keutuhannya terjamin, termasuk
juga membayar zakatnya jika telah mencapai satu nisab, sampai dia mencapai usia dewasa; mampu
mengelola hartanya.
Ayat ini memerintahkan kepada kita untuk menyempurnakan takaran dan timbangan secara adil.
Tidak boleh merekayasa untuk mengurangi takaran atau timbangan dalam bentuk apa pun. Namun
demikian, karena untuk tepat 100 % dalam menimbang adalah sesuatu yang sulit, maka dibuat
kesepakatan antara penjual dan pembeli, berupa kerelaan agar jangan sampai menyulitkan keduanya.
Penjual tidak diharuskan untuk menambahkan barang yang dijual, melebihi dari kewajibannya, pembeli
juga merelakan jika ada sedikit kekurangan dalam timbangan karena tidak sengaja. Ayat ini
menunjukkan bahwa agama Islam tidak ingin memberatkan pemeluknya.

Penjelasan berikutnya adalah perintah untuk berbicara dengan jujur, seperti pada saat bersaksi
atau memutuskan hukum terhadap seseorang. Sebab, kejujuran dan keadilan adalah inti persoalan
hukum. Kejujuran dan keadilan harus tetap dapat ditegakkan sekalipun yang akan menerima akibat dari
hukuman tersebut adalah kerabatnya sendiri. Keadilan hukum dan kebenaran di atas segalanya, jangan
sampai keadilan hukum terpengaruh oleh rasa kasih sayang terhadap keluarga. Semua itu bertujuan
agar masyarakat bisa hidup damai, tenang, dan tenteram.

Ayat ini diakhiri dengan perintah untuk memenuhi janji kepada Allah, yaitu mematuhi ketentuan
yang digariskan oleh-Nya, baik dalam ibadah, muamalah, maupun lainnya. Memenuhi janji ini akan
mendatangkan kebaikan bagi manusia, yaitu agar kita melakukan apa yang diperintahkan dan
menghindari segala larangan, dan juga agar kita saling mengingatkan.

KONSEP JUJUR DALAM MUAMALAH

 JUJUR DALAM MUAMALAH


Secara Bahasa: shidiq (benar) Jujur : kesesuaian dan kebenaran dari perkataan dan
perbuatan yang sesuai dengan kenyataan.
Muamalah : hubungan manusia dengan manusia yang diatur oleh Syari‟at Islam dalam
interaksi sosial, seperti ekonomi, sosial, politik.
JUJUR DALAM BERMUAMALAH. Sikap yang mencerminkan kepribadian seorang muslim
sejati, antara lain: tidak pernah menipu, memalsukan, dan berkhianat kepada siapapun
termasuk kepada non muslim. Dalam melakukan jual beli tidak melakukan kecurangan.
Indikator Jujur:
1) Berkata yang benar meski orang lain tidak setuju
2) Sesuai antara pikiran, perkataan dan perbuatan
3) Memberikan kesaksian dengan adil
4) Mempercayai dan membenarkan ajaran Allah dan Rasulnya
5) Taat kepada perintah dan larangan Allah
6) Menepati janji
7) Amanah

Anda mungkin juga menyukai