Modul Perpajakan Lanjutan - Rekonsiliasi Laporan Keuangan
Modul Perpajakan Lanjutan - Rekonsiliasi Laporan Keuangan
Perpajakan
Lanjutan
Rekonsiliasi Laporan Keuangan
10-
Ekonomi dan Bisnis Program Dr. Diana Sari, S.E., M.Si., Ak., QIA., CA
Studi Akuntansi S1 Dr. Dyah Purnamasari, S.E., M.Si., Ak., CA
Hj. Yati Mulyati, S.E., M.Ak., Ak., CA.
11
Citra Mariana, S.Pd., M.Ak..
Diah Andari, S.E., M.Acc., Ak.
Abstract Kompetensi
Rekonsiliasi laporan keuangan adalah Mahasiswa memiliki kemampuan
cara yang dilakukan wajib pajak menjelaskan dan mendemonstrasikan
untuk menyelaraskan laporan konsep Rekonsiliasi Laporan
keuangan komersial sesuai dengan Keuangan
peraturan perundang-undangan
perpajakan sehingga dihasilkan
laportan keuagan fiskal.
Rekonsiliasi Laporan Keuangan
LATAR BELAKANG
Pasal 4 ayat (4) Undang- undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan oleh Wajib Pajak yang wajib
melakukan pembukuan harus dilengkapi dengan laporan keuangan berupa neraca dan
laporan laba rugi serta keterangan–keterangan lain yang diperlukan untuk menghitung
Pasal 4 ayat (4) tersebut tidak menjelaskan lebih lanjut, apakah Surat Pemberitahuan
Tahunan tersebut harus dilengkapi dengan laporan keuangan komersial ataukah laporan
keuangan fiskal, sedang Laporan Keuangan yang dihasilkan dan disiapkan dari pembukuan
wajib pajak biasanya dikenal sebagai laporan keuangan komersial yang pada dasarnya tidak
lain pihak dalam rangka pengisian Surat Pemberitahuan yang bersumber dari laporan
keuangan komersial tersebut, wajib pajak berkewajiban untuk melaporkan data laporan
perundang-undangan perpajakan. Pada hal antara laporan keuangan komersial yang mengacu
kepada Standar Akuntansi Keuangan dengan data pengisian Surat Pemberitahuan yang
khususnya laba mennurut akuntansi dengan laba menurut perpajakan. Laporan keuangan
sektor swasta, sedangkan laporan keuangan fiskal lebih ditujukan untuk menghitung pajak.
Untuk kepentingan komersial atau bisnis, laporan keuangan disusun berdasarkan SAK,
Jika satu entitas (WP) harus menyusun 2 laporan keuangan yang berbeda maka
disamping terdapat pemborosan waktu, tenaga, uang juga akan terjadi tidak tercapainya
tujuan menghindari manipulasi pajak. Untuk mengatasi masalah tersebut digunakan beberapa
komersial.
Artinya, meskipun laporan keuangan komersial atau bisnis disusun berdasarkan prinsip
akuntansi bisnis tetapi ketentuan pajak sangat dominan dalam mendasari proses penyusunan
laporan keuangan.
Artinya, laporan keuangan fiskal merupakan produk tambahan, diluar laporan keuangan
bisnis.
bisnis, akan tetapi jika ada ketentuan perpajakan yang tidak sesuai dengan prinsip akuntansi
Masalahnya kemudian, apakah perlu disusun suatu laporan keuangan fiskal sebagai
produk akuntansi pajak berdasarkan standar yang terpisah (independen) dari standar
akuntansi keuangan yang disusun organisasi profesi, ataukah berdasarkan standar ganda
(akuntansi keuangan tambah akuntansi pajak). Cara pendekatan yang diungkapkan oleh
kelompok kerja standar akuntansi OECD (Organisation For Economic Co-operation and
Development), dalam laporan seri harmonisasi standar akuntansi, sebagai solusi antara
berikut:
keuangan sebagai produk praktik komersial. Hal ini menunjukkan bahwa akuntansi pajak
merupakan kesatuan yang otonom, terpisah seluruhnya atau sebagian dari akuntansi
keuangan, yang berarti akan terdapat pembukuan ganda dalam perusahaan, yaitu satu
perangkat untuk penyelenggaraan akuntansi pajak dan satu perangkat lainnya untuk
akuntansi keuangan.
independen yang terpisah dari standar akuntansi keuangan, maka laporan keuangan
dapat disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan dan laporan keuangan fiskal
luar praktik akuntansi keuangan dan laporan keuangan fiskal merupakan by product dari
komersialnya.
akuntansi keuangan yang disebut sebagai konsep “common basis” yang menyatakan
bahwa pada umumnya ketentuan akuntansi pajak menggaris bawahi (mengikuti) prinsip
akuntansi keuangan, karena prinsip akuntansi keuangan telah dirumuskan dalam bentuk
undangannya.
Kecuali pendekatan (1), perbedaan pendekatan antara (2) dan (3) tidak begitu jelas
terungkap, akan tetapi perlu dicatatat disini walaupun ekstensi kedua pendekatan terakhir
adalah independen, tidaklah berarti bahwa konsideran pajak kurang diperhatikan, sebab
“compliance cost” bagi masyarakat dan terdapat pula pemborosan sumber daya dengan
adanya dua perangkat pembukuan yang harus diproses sejak awal sampai akhir. Dalam
pembukuan berdasarkan standar akuntansi keuangan yang disusun oleh Ikatan Akuntan
Indonesia dan menyusun laporan keuangan fiskal secara ekstra komptabel melalui proses
rekonsiliasi seperti yang diungkapkan oleh OECD dalam seri harmonisasi standar akuntansi
poin (2)
Masalah rekonsiliasi tersebut telah dinyatakan oleh Direktur Jenderal Pajak dalam
pasal 2 Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: Kep 214/PJ/2001 tanggal 15 Maret
2001, dengan tegas dinyatakan bahwa salah satu dokumen lain yang harus dilampirkan dalam
Surat Pemberitahuan, adalah rekonsiliasi laba rugi fiskal baik pada Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan maupun Surat Pemberitahuan Pajak
KEUANGAN FISKAL
Perbedaan yang terjadi antara Penghasilan sebelum Pajak dan Penghasilan Kena Pajak,
disebabkan oleh perbedaan permanen dan perbedaan waktu. Perbedaan permanen tidak
PENGERTIAN REKONSILIASI
pembukuan berdasarkan standar akuntansi keuangan yang disusun oleh Ikatan Akuntan
Indonesia dan menyusun laporan keuangan fiskal yang berdasarkan ketentuan peraturan
dengan laporan keuangan fiskal melalui perbedaan permanen dan perbedaan sementara atau
Perbedaan utama antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal
yang merupakan data yang akan dimasukkan dalam SPT Tahunan Pajak Penghasilan Badan
atau SPT Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi, disebabkan oleh perbedaan tujuan serta
dasar hukumnya, tahun pajak atau tahun buku, metode akunting . yang digunakannya dan
doktrin serta konsep yang menjadi acuannya, walaupun dalam beberapa hal terdapat
kesamaan antara akuntansi pajak dan akuntansi keuangan. Perbedaan tersebut tidaklah
dimaksudkan untuk tujuan tetentu seperti penyelundupan pajak, akan tetapi lebih cenderung
kadang-kadang menyimpang dari prinsip pengukuran penghasilan yang benar dengan tujuan
untuk mendorong perilaku ekonomi tertentu atau pemberian subsidi kepada aktivitas tertentu
Laporan Keuangan Komersial yang pada dasarnya tidak harus mencerminkan seluruh
terutama dalam pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan, yang pada
dasarnya bersumber dari laporan keuangan komersial tersebut dan dapat dipastikan bahwa
antara laporan keuangan komersial yang mengacu kepada Standar Akuntansi Keuangan
dengan data pengisian Surat Pemberitahuan yang mengacu kepada Ketentuan Peraturan
Seperti telah diuraikan dimuka, solusi antara penerapan standar akuntansi keuangan
undangan perpajakan.
(2) Penyusutan fiskal tersebut kemudian dialokasikan sesuai dengan pengalokasian yang
(6) Susun rekonsiliasi Laba/Rugi, yang dihimpun dari jumlah-jumlah akhir masing-masing
rekonsiliasi sebelumnya.
Catatan:
Banyaknya rekonsiliasi yang harus disusun disesuaikan dengan tipe perusahaan dan laporan
KESINAMBUNGAN REKONSILIASI
Rekonsiliasi atau penyesuaian fiskal dari laporan keuangan komersial hanya dibutuhkan
apabila akuntansi wajib pajak dikerjakan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan. Untuk
tujuan perhitungan penghasilan kena pajak, laporan keuangan komersial tersebut secara
perpajakan atau dengan perkataan lain Akuntansi Pajak (Tax Accounting) lebih merupakan
sistem informasi dari pada proses akuntansinya sendiri. Begitu pula sebaliknya, apabila
akuntansi pajak merupakan proses akuntansi, maka penyesuaian tersebut sesungguhnya tidak
diperlukan lagi, karena proses akuntansi yang menganut Standar Akuntansi Keuangan sudah
catatan untuk membukukan semua pos-pos dalam laporan keuangan yang memperlihatkan
adanya pencatatan yang terpisah tersebut, dengan segera dapat diketahui jumlah pos-pos yang
berbeda, dan apabila terdapat makin sedikit perkiraan yang tidak sesuai dengan ketentuan
rekonsiliasi fiskalnya, yang berarti pula akan menghemat waktu, biaya dan tenaga.
Sebaliknya semakin banyak perkiraan yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan
rekonsiliasi tersebut, yang berarti akan menambah waktu, biaya dan tenaga.