Anda di halaman 1dari 4

NAMA : MUHAMMAAD DZAKY NAUFAL FALAH

NIM : 8111421069
ABSEN : 59
DOSEN PENGAMPU: PAK KHOIRUDIN FATHONI, S.T., M.T

Buatkan narasi yang berisi penjelasan secara detail dari video yang berisi pengelolaan
sampah UNNES.

JAWABAN
CARA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG MENGELOLA SAMPAH
Permasalahan sampah selalu mengalami peningkatan setiap harinya. Namun kapasitas
Tempat Pembuangan Akhir ( TPA) sendiri mengalami penurunan yang sangat signifikan. Maka
dari itu Universitas Negeri Semarang ( UNNES) mempunyai solusi untuk mengatasi masalah
pengelolaan sampah yang cukup rumit ini. Universitas Negeri Semarang memiliki Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) yang berlokasi di Jalan Imam Bonjol, Kecamatan Gunungpati,
Semarang. Tempat Pembuangan Akhir ini diresmikan sejak tahun 2019.
Hal ini dilatarbelakangi Indonesia termasuk ke dalam 10 besar negara dengan jumlah
penduduk terbanyak didunia. Akibatnya memperbesar peluang produksi sampah yang sangat
besar. Peristiwa ini harus dibarengi dengan peningkatan tempat penampungan akhir sampah.
Oleh karenanya Universitas Negeri Semarang sebagai salah satu Perguruan Tinggi yang
mempunyai Visi Universitas Berwawasan Konservasi dan Bereputasi Internasional
mempunyai tekad yang kuat untuk melaksanakan pengelolaan sampah serta memanfaatkannya.
Program ini adalah hasil dari kolaborasi antara Universitas Negeri Semarang dan PT. ALSA (
Altar Sarwahita Abhipraya) sepanjang 5 tahun kedepan dengan opsi perpanjangan. Universitas
Negeri Semarang mendeklarasikan kampus konservasi itu pada tanggal 12 Maret 2010. Dari
sinilah awal mula penerapan kampus berkelanjutan.
Sebagai konsekuensi dari kampus berkelanjutan Universitas Negeri Semarang
melakukan berbagai hal. Apalagi Universitas Negeri Semarang mengikuti pemeringkatan UI
GREENMATRICH yang bertujuan untuk mengukur kampus berkelanjutan itu sendiri. Salah
satu kategori dyang dikompetisikan disana yaitu bagaimana kampus mengelola sampah. Ketika
awalnya Universitas Negeri Semarang hanya mengukumpulkan serta membuang saja sampah
di wilayah kampus ini mengakibatkan terbebaninya Tempat Pembuangan Akhir. Oleh karena
itu Universitas Negeri Semarang memiliki ide untuk memanfaatkan serta mengolah sampah
sehingga nanti yang dibuang menjadi sangat sedikit atau bahkan tidak ada. Dengan berdirinya
Tempat Pembuangan Akhir ini berdampak positif karena dulunya Universitas Negeri
Semarang hanya mengumpulkan dan membuang sampah namun tiga tahun belakangan ini
sebelum ada tempat pengolahan ini, Universitas Negeri Semarang telah mempunyai tempat
pengolahan sekaligus tempat pengolahan kompos tetapi luas tempatnya sangat kecil. Hal inilah
yang membuat tidak memadainya pengelolaan sampah di Universitas Negeri Semarang ketika
dulu.
Lokasi tempat pengolahan kompos ini berada di sebelah Gedung Fakultas Ilmu
Keolahragaan tetapi kurang memadai bahkan hanya mengandalkan satu dua orang pekerja saja
sehingga menyebabkan kurang efektifnya hasil yang diperoleh. Kemudian setelah pengalaman
ketika itu yang sampah di kampus ini pengelolaannya kurang baik, maka iitu Universitas
Negeri Semarang di bangunlah Tempat Pembuangan Akhir ini. Hal ini bertujuannya untuk
sampah yang dibuang sangat sedikit. Bahkan dalam dua tahun terakhir sampah yang di buang
sudah tidak ada lagi. Hal ini karena dengan adanya tempat sampah ini menjadikan semua
sampah yang ada di Universitas Negeri Semarang menjadi terolah.
Pada awalnya menjalankan hal ini tidak mudah, tetapi jika dijalankan dengan penuh
keyakinan menjadi suatu hal yang enak dijalani. Visi Universitas Negeri Semarang sebagai
universitas konservasi memberikan sebuah hal yan untuk bisa dikembangkan karena sampah
itu bukan untuk dibuang tetapi untuk diolah dengan kotak sampah. Dari pengembangan
konservasi inilah yang mempunyai visi dimana konservasi itu bagaimana cara
mengembangkan sampah tidak hanya dibuang tetapi diolah serta dijadikan kotak sampah.
Akibatnya sampah menjadikan sampah memiliki nilai jual ekonomi yang tinggi. Sampah di
Tempat Pembuangan Akhir ini adalah sampah yang berasal dari wilayah kampus Universitas
Negeri Semarang mulai dari wilayah Kampus Timur, Kampus Barat itu ditampung disini.
Dalam seharinya Universitas Negeri Semarang total bisa menghasilkan sampah yang masuk
sebanyak hampir lima belas ton. Karena Universitas Negeri Semarang merupakan kampus
konservasi wilayahnya itu terdiri dari pepohonan yang banyak dengan jumlah mencapai 1.500
pohon lebih itu hampir 85% sampah yang masuk berjenis daun. Dari sini pengembangan
konservasi harus ada produk sampah yang terkait dengan sampah organik itu. Universitas
Negeri Semarang itu salah satu pelopor dalam pengelolaan sampah organik. Sampah berupa
daun ini jika tidak diolah menjadi produk baru nantinya akan terus bertambah banyak
membentuk seperti gunung. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan sampah.Proses
pengelolaan sampah yang dilakukan diawali dengan sampah berupa daun dirubah menjadi
kompos.
Dalam satu bulan Tempat Pembuangan Akhir ini sanggup menghasilkan rata rata dapat
menghasilkan kompos sebanyak 5 Ton hanya dari daun saja. Tempat ini tidak memisahkan
daun bedasarkan jenis pohonnya tetapi semua jenis daun dikumpulkan menjadi satu. Proses
selanjutnya dilakukan pemilahan total sampah yang masuk akan diseleksi. Hal ini berupa
sampah organik dan sampah anorganik. Sampah anorganik berbicara sampah dengan plastic,
botol, bungkus makanan. Maksudnya intinya sampah yang tidak dapat diuraikan secara baik
serta membutuhkan waktu yang lama. Pengelolaan tempat ini dalam satu hari dapat berusaha
menghabiskan sampah dengan dicacah. Maksudnya sampah ini dicacah menjadi kecil – kecil.
Kemudian diaplikasikan ke komposter. Satu hari Tempat Pembuangan Akhir ini berusaha
untuk habis minimal 50% dari sampah yang datang. Angka 50% ini termasuk sudah dicacah
serta dipotong. Dari semua proses dari awal sampai jadi pupuk kompos dibutuhkan waktu
selama 6 minggu lebih. Produk kompos Universitas Negeri Semarang diberi nama UNNES
ECOFARM KOMPOS DAUN. Produk ini dipergunakan untuk semua jenis daun. Hal ini sudah
melalui penelitian yang Panjang. Tidak ada kesulitan dalam pengelolaan sampah di Universitas
Negeri Semarang hanya saja harus sabar karena prosesnya membutuhkan waktu yang lama.
Dalam kedepannya tempat ini juga akan mengembangkan eko enzim. Tetapi dalam
pelaksanaanya eko enzim harus membutuhkan sampah basah sedangkan pada saat ini masih
kuliah online sehingga sumber sampah basahnya terutama berasal dari kantin tidak ada. Tetapi
kedepannya mau tidak mau akan luring sehingga akan menghadapi sampah basah. Jadi jangan
dibayangkan nanti sampah basah di Universitas Negeri Semarang itu 12 – 15 ton, bisa jadi pada
saat mahasiswa sudah kuliah normal itu kemungkinan bisa mencapai 4 kali lipatnya. Karena
ada beberapa mahasiswa yang membawa plastik, tempat makan serta seterusnya mau tidak mau
kita harus siap dalam menghadapi gelombang sampah basah yang akan datang. Oleh karena itu
kita harus sudah mempersiapkan eko enzim dari sekarang. Selain itu kita sedang
mengembangkan makanan untuk magot. Magot yang dipilih pun sangat bagus karena
mengandung protein yang tinggi. Rencana magot sudah mulai berjalan pada lokasi ini.
Hasilnya dalam satu hari rata – rata menghasilkan 600 kilogram magot. Magot adalah sejenis
larva yang mempunyai kandungan protein tinggi yang biasanya digunakan untuk makanan
ternak atau ikan.
Sedangkan rencana eko enzimnya baru akan dilakukan. Pada saat ini Universitas Negeri
Semarang memutuskan hanya menerima sampah yang berada dilingkungan kampus saja.
Namun demikian kedepannya Universitas Negeri Semarang juga akan membantu mengedukasi
masyarakat karena permasalahan sampah itu sangat kompleks. Artinya bahwa permasalahan
sampah itu harus diselesaikan dari sumbernya. Kalau kita berbicara sumbernya ada di posisi
rumah tangga. Jadi Tempat Pembuangan Akhir ini nantinya akan menerima sampah dari
masyarakat yang hanya sampah organic atau sampah basah. Biasanya sampah ini berasal dari
dapur rumah warga. Masyarakat sekitar sini juga sudah bekerja sama dengan tempat ini. Pada
nantinya masyarakat akan diberi wadah yang sudah disiapkan oleh Universitas Negeri
Semarang yang kemudian wadah itu diserahkan kepada penduduk. Selanjutnya warga sekitar
kampus ini akan menyetor sampah ke sini lalu kemudian disiapkan sayuran. Jadi di belakang
tempat ini dikembangkan kebun sayur. Nantinya setiap yang menyetor sampah basah itu akan
mendapatkan sayuran sesuka hati masyarakat mau sayuran apapun tinggal dipilih. Namun
demikian hal ini masih dalam tahap program kedepannya. Rencananya tahun ini akan
dilaksanakan karena harus dilaporkan tahun ini. Hal ini lebih dikenal dengan istilah barter
tetapi masyarakat memberikan sampah yang dihasilkannya kita memberikan sayur yang
disukai oleh keluargannya. Lalu terdapat pula program SMSKU yaitu Sayur Mayur Sehat
Kampus UNNES. Jadi nantinya membawa sampah dari rumah yang basah ke Tempat ini
kemudian tukar dengan bahan yang disediakan disini. Terkait pemasaran kompos Tempat ini
menjualnya ke masyarakat sekitar serta sudah terdapat pelanggang yang akan membeli kompos
ini. Disini juga telah melakukan beberapa kerjasama terhadap beberapa toko untuk
menyalurkan kompos ini.
Hal yang paling menarik adalah kompos ini juga kembali ke Universitas Negeri
Semarang karena sebagai kampus konservasi itu mengembangkan begitu banyak tanaman
sehingga kompos ini membantu pertumbuhan dari tanaman – tanaman yang ditanam di
lingkungan dalam kampus. Universitas Negeri Semarang juga mempunyai koleksi tanaman
holtikultura yang mahal – mahal itu pupuknya berasal dari sini. Dengan adanya tempat
pengelolaan sampah ini diharapkan dapat membantu masyarakat sekitar. Kelebihan kompos
daun ini kandungan standar MPK nya harus memenuhi standar parameternya tetapi yang
menarik adalah bahan dari kompos adalah sampah. Kompos itu biasanya dicampur dengan
kotoran hewan ternak tetapi disini tidak menerapkan itu. Jadi murni hanya dari daun yang
dicacah – cacah diperlakukan dengan EA 4. Lalu Langkah selanjurnya ditunggu sampai jadi
pupuk kompos. Hanya saja tempat ini masih dalam pengembangan isinya terdapat apa saja.
Maksudnya itu kompos ini belum dilakukan pemeriksaan laboratorium. Tetapi ditempat ini
sudah dicoba secara fisik sampah ini karena sudah dipotong – potong akan membantu
perubahan fisik tanah. Jadi secara fisik tanahnya akan berubah menjadi gembur. Tempat ini
resmi memproduksi pupuk organik pada bulan Oktober 2020 sehingga hampir sepuluh tahun
tempat ini mencoba merangkul masyarakat sekitar sekaligus memberikan edukasi berupa
sosialisasi kepada masyarakat bahwa sampah dari masyarakat pun tidak boleh dibuang ke
Tempat Pembuangan Akhir. Hal ini disebabkan karena sampah itu harus diolah sedemikian
rupa menjadi produk yang mempunyai nilai lebih ekonomi sehingga dapat menguntungkan
masyarakat sekitar. Beberapa hari yang lalu masyarakat sekitar sudah datang kesini untuk
melihat – lihat seperti apa mereka dapat memberikan peran apa yang harus mereka lakukan
sehingga mereka membuang sampahnya kesini saja tidak perlu dibuang lewat angkutan
sampah. Karena kebiasannya sampah masyarakat di sekitar sini mereka buang ke mobil sampah
yang biasanya setiap hari lewat. Jadi kesimpulan yang dapat diambil dari video ini itu sampah
itu sebagai sebuah keniscayaan sehingga tidak mungkin pada waktu tertentu tidak ada sampah.
Hal ini dikarenakan setiap hari berkegiatan itu menghasilkan sampah. Perilaku yang perlu
dilakukan itu bagaimana mengusahakan supaya sampah itu tidak menggangu kenyamanan,
kesehatan manusia terutama termasuk ekologinya. Akibatnya karena sampah akan
menimbulkan bau jika tidak kita kelola dengan baik.
Oleh karena itu, sampah – sampah tadi harus dikelola mulai dari hulu nya atau
sumbernya. Cara yang dapat dilakukan itu dengan mengajarkan cara memilah sampah dengan
baik. kemudian mana yang bisa diolah menjadi suatu produk yang berguna. Sehingga dapat
diharapkan bahwa sampah yang masuk ke TPA itu sangat minimal. Dengan meminimalkan
sampah yang masuk ke TPA maka akan mengakibatkan menumpuknya sampah di tempat
pembuangan itu menjadi minimal. Jika ini dilakukan secara bersamaan pada setiap komunitas
ini akan membantu wilayah sekitar sini menciptakan lingkungan yang sehat. Karena dengan
lingkungan yang sehat akan berdampak pada anak cucu kita nanti. Kemudian sampah itu
masalah pribadi. Sehingga kedepannya semua piha harus memikirkan bagaimana sampah yang
dihasilkan pada tempat tinggal masing – masing dapat diolah. Sehingga akan timbul kemauan
untuk membuang sampah pada tempatnya. Sehingga pada akhirnya dapat menciptakan
lingkungan yang indah. Hal ini dikarenakan lingkungan yang indah itu sudah pasti
lingkungannya sehat.

Anda mungkin juga menyukai