Anda di halaman 1dari 5

Kelompok 1

1. Novi Dea Alvionita C1C019023


2. Annisa Nur Puspita C1C019035
3. Alfin Santosa C1C019065
4. Luthfi Jannatin C1C019073
5. Hanny Ramadhanti C1C019082
6. Elsa Norma Sari C1C019085
7. Annisa Dyah Ayu W C1C019112
8. Nisya Asqiyatul Fuadah C1C019113
9. Diah Pitaloka C1C019118

NOTULENSI TANYA JAWAB KELOMPOK 1

Penanya : Evan Bonar Prasetyo G (C1C019025)


Penjawab : Novi Dea Alvionita (C1C019023)

Pertanyaan:
Didalam suatu keuangan negara pastikan terdapat pencatatan serta pembukuan
pendapatan dan pengeluaran yang terjadi dalam APBD selama periode tertentu, baik itu
untuk stabilitas, pembangunan, dll . Nah pertanyaannya bagaimana jika setelah
pencatatan ternyata terjadi surplus penerimaan? bagaimana perlakuan terhadap surplus
tersebut?
Jawaban:
Surplus APBD merupakan selisih lebih antara Pendapatan Daerah dan Belanja Daerah pada
tahun anggaran yang sama. Surplus terjadi bila jumlah pendapatan lebih besar daripada jumlah
belanja. Apabila APBD mengalami surplus tidak selalu berarti daerah tersebut memiliki
kelebihan kas, namun hal tersebut terjadi karena anggaran pendapatan daerah lebih besar dari
anggaran belanja daerah. Surplus anggaran pendapatan tersebut dapat dianggarkan oleh
daerah untuk pembayaran pokok utang, penyertaan modal (investasi) daerah, pemberian
pinjaman kepada pemerintah pusat/daerah lain, peningkatan jaminan sosial dan pembentukan
dana cadangan (misalnya : untuk dana Pilkada, untuk pembangunan infrastruktur).
Di Dalam UU RI Nomor 17 tahun 2003 pasal 3 ayat (7) dan (8) juga disebutkan bahwa :
(7) Surplus penerimaan negara/daerah dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran
negara/daerah tahun anggaran berikutnya.
(8) Penggunaan surplus penerimaan negara/daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (7)
untuk membentuk dana cadangan atau penyertaan pada Perusahaan Negara/Daerah harus
memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari DPR/DPRD

Penanya : Irene Rizka Amalia (C1C019026)


Penjawab : Annisa Nur Puspita (C1C019035)

Pertanyaan:
Apakah fokus dari pembahasan raperda APBD dan penyusunan rancangan peraturan
kepala daerah dalam penjabaran APBD?
Fokus dari pembahasan raperda APBD dan penyusunan rancangan peraturan menitikberatkan
pada kesesuaian antara kebijakan umum APBD serta prioritas dan plafon anggaran sementara
dengan program dan kegiatan yang diusulkan dalam rancangan peraturan daerah mengenai
APBD.

Penanya : Elsa Lutfiana C1C019029


Penjawab : Alfin Santosa C1C019065

Pertanyaan:
Apa saja yang termasuk dalam kas daerah dan darimana asal saldo kas daerah?
Jawaban:
Berdasarkan kebijakan akuntansi akun bab V tentang kebijakan akuntansi kas dan setara kas
disebutkan bahwa kas di Kas Daerah terdiri dari Saldo Rekening Kas Umum Daerah, yaitu
saldo rekening-rekening pada bank yang ditentukan oleh kepala daerah untuk menampung
penerimaan dan pengeluaran dan Uang tunai yaitu uang yang dikuasai oleh Bendahara Umum
Daerah meliputi rupiah dan valuta asing.
Saldo kas di Kas Daerah akan bertambah apabila terdapat aliran kas masuk ke RKUD yang
antara lain berasal dari:
a. Penyetoran kas pendapatan asli daerah dari Bendahara Penerimaan;
b. Penyetoran pengembalian sisa uang persediaan dari Bendahara Pengeluaran;
c. Penerimaan pendapatan daerah, antara lain Pendapatan Asli Daerah, Dana
Perimbangan, dan lain-lain
d. Pendapatan daerah yang sah;
e. Penerimaan pembiayaan, antara lain penerimaan pinjaman daerah, hasil penjualan
kekayaan daerah yang dipisahkan dan penerimaan pelunasan piutang; dan
f. Penerimaan daerah lainnya, antara lain penerimaan perhitungan pihak ketiga.

Penanya : Fadila Rahma C1C019047


Penjawab : Luthfi Jannatin C1C019073

Pertanyaan:
Tadi disebutkan bahwa pendapatan daerah dapat disetor ke rekening kas daerah dengan
cara disetor langsung ke bank yang ditunjuk dan bank tersebut merupakan bank yang
sehat. Lalu yang ingin saya tanyakan yaitu bagaimana kriteria bank sehat yang dapat
digunakan untuk transaksi tersebut?
Jawaban:
Jadi menurut peraturan bank Indonesia nomor: 13/1/PBI/2011 tentang penilaian tingkat
kesehatan bank umum pada pasal 3 menyebutkan bahwa bank yang sehat yaitu bank yang
telah melakukan atau memenuhi hal-hal berikut:
1. Bank (termasuk kantor cabang bank asing) wajib melakukan penilaian Tingkat
Kesehatan Bank baik secara individual maupun konsolidasi dengan menggunakan
pendekatan risiko. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank secara konsolidasi dilakukan bagi
Bank yang melakukan pengendalian terhadap Perusahaan Anak.
2. Faktor-faktor penilaian Tingkat Kesehatan Bank terdiri dari: Profil risiko (risk profile),
Good Corporate Governance, Rentabilitas (earnings) dan Permodalan (capital).
3. Bank wajib melakukan penilaian sendiri (self assessment) Tingkat Kesehatan Bank dan
hasil self assessment Tingkat Kesehatan Bank yang telah mendapat persetujuan dari
Direksi wajib disampaikan kepada Dewan Komisaris. Selanjutnya, hasil self assessment
dimaksud wajib disampaikan kepada Bank Indonesia.
4. Periode penilaian Tingkat Kesehatan Bank dilakukan paling kurang setiap semester
(untuk posisi akhir bulan Juni dan Desember) serta dilakukan pengkinian sewaktu waktu
apabila diperlukan.
5. Dalam hal berdasarkan hasil identifikasi dan penilaian Bank Indonesia ditemukan
permasalahan atau pelanggaran yang secara signifikan mempengaruhi atau akan
mempengaruhi operasional dan/atau kelangsungan usaha Bank, Bank Indonesia
berwenang menurunkan Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank.
Jika telah memenuhi hal tersebut dan diakui oleh bank Indonesia berarti bank tersebut dapat
dikatakan sebagai bank yang sehat.

Penanya : Nurchayuni C1C019068


Penjawab : Hanny Ramadhanti C1C019082

Pertanyaan:
Terdiri dari siapa saja yang menjadi Pelaksana Pengelolaan Keuangan Daerah (PPKD)
dan apa tugasnya?

Jawaban:
Berdasarkan Permendagri Nomor 20 Tahun 2018 Pasal 4 PPKD itu terdiri dari :
1. Sekretaris Daerah;
2. Kepala Urusan dan Kepala Seksi
3. Kepala Urusan Keuangan.

❖ Sekretaris Daerah seperti yang tercantum pada Pasal 5 (1) bertugas sebagai
koordinator PPKD.
❖ Kepala urusan dan Kepala seksi seperti yang tercantum pada pasal 6 (1) bertugas
sebagai pelaksana kegiatan anggaran. Untuk pembagian tugas Kepala Urusan dan
Kepala Seksi pada pasal 6 (5) dilakukan berdasarkan bidang tugas masing-masing
dan ditetapkan dalam RKP Desa.
❖ Kemudian untuk Kepala urusan keuangan yang tercantum pada pasal 8 (1)
bertugas melaksanakan fungsi kebendaharaan.

Penanya : Hana Pertiwi C1C019079


Penjawab : Elsa Norma Sari C1C019085

Pertanyaan:
Siapa sajakah yang pihak-pihak yang terkait dalam prosedur Surat Penyediaan Dana
(SPD) dan jelaskan tugasnya?
Jawaban:
Pihak-pihak yang terkait ada tiga, yakni: Kuasa BUD, PPKD, dan Pengguna Anggaran.
● Kuasa BUD bertugas menganalisis DPA-SKPD yang ada di database,
menganalisis anggaran kas pemerintah khususnya data per SKPD, menyiapkan
draf SPD, dan mendistribusikan SPD kepada para Pengguna Anggaran.
● PPKD bertugas meneliti draf SPD yang diajukan Kuasa BUD serta melakukan
otorisasi SPD.
● Pengguna Anggaran bertugas memberikan keterangan yang diperlukan oleh
Kuasa BUD serta mengarsipkan SPD yang diterima.

Penanya: Kenny Gunawan C1C019104


Penjawab: Annisa Dyah Ayu W C1C019112

Pertanyaan:
Bagaimana prosedur verifikasi SPM yang dilakukan oleh BUD?

Jawaban:
Berdasarkan pengajuan SPM oleh PA/KPA yang disertai Surat Pernyataan Verifikasi PPK-
SKPD/PPK-Unit SKPD dan Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak PA/ KPA, Kuasa BUD
melakukan verifikasi dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Meneliti dokumen DPA untuk memastikan bahwa belanja terkait tidak melebihi sisa
anggaran;
2) Meneliti dokumen SPD untuk memastikan dana untuk belanja terkait telah disediakan;
3) Meneliti dan memastikan kelengkapan dokumen yang menjadi persyaratan pengajuan
SPM;
4) Menguji kebenaran perhitungan tagihan atas Beban APBD yang tercantum dalam
perintah pembayaran.

Penanya : Ririn Widyawati C1C019105


Penjawab : Nisya Asqiyatul Fuadah C1C019113

Pertanyaan:
1. Salah satu tugas bendahara pengeluaran adalah mencatat bukti pembelanjaan
pada buku pembantu pajak. Apa peran dan kewajiban bendahara pengeluaran
dalam perpajakan?
Jawaban:
Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang sangat diandalkan,
berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan penerimaan pajak, salah
satunya dengan melibatkan bendahara. Bendahara berperan untuk
memungut/memotong pajak dalam setiap transaksi, yang berdasarkan ketentuan
perpajakan itu harus dipungut pajak sebagai bentuk pengamanan penerimaan negara.
Kewajiban bendahara pengeluaran terkait perpajakan tertera pada PMK
190/PMK.05/2012 Tentang Tata Cara Pembayaran dalam Rangka Pelaksanaan APBN
(pasal 24). Kewajiban tersebut adalah:
● Melakukan pemotongan/pemungutan penerimaan negara dari pembayaran yang
dilakukannya
● Menyetorkan pemotongan / pemungutan kewajiban kepada negara ke kas
negara.
Dalam melaksanakan kewajibannya, bendahara pengeluaran harus memiliki Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP).

Penanya : Saputri Nur Atika C1C019038


Penjawab : Diah Pitaloka C1C019118

Pertanyaan :
Seperti halnya perusahaan swasta yang melakukan pemeriksaan secara rutin laporan
keuangannya, Apakah laporan keuangan pemerintah juga diperiksa? Dan Siapakah yang
memeriksa laporan keuangan pemerintah ? Dan apa dasarnya?

Jawaban:
Laporan keuangan pemerintah itu diperiksa/diaudit oleh BPK sesuai dengan UU No. 17 Tahun
2003 dan UU No. 15 Tahun 2004, tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara, laporan keuangan pemerintah diaudit/diperiksa oleh BPK. Hasil
pemeriksaan BPK atas laporan keuangan tersebut memuat opini. Sementara itu, khusus untuk
laporan keuangan tahunan BPK diperiksa oleh akuntan publik. Hal ini sesuai dengan Pasal 32
UU No. 15 Tahun 2006, tentang Badan Pemeriksa Keuangan. Akuntan publik tersebut ditunjuk
oleh DPR atas usulan BPK dan Menteri keuangan yang masing-masing mengusulkan 3 orang
nama akuntan publik.

Anda mungkin juga menyukai