Anda di halaman 1dari 24

PENDAPATAN DAN BELANJA

Tugas Mata Kuliah


Akuntansi Pemerintah

Disusun oleh:
KELOMPOK 7
1
2
3

Vyta Vebiyanti
Dhika Elvira Zanuar
Antonius Julio Airlangga

120810301078
120810301079
120810301110

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS JEMBER
2015

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbilalamin. Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan limpahan berkah, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Pendapatan dan Belanja dengan tepat waktu.
Terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari bantuan serta dorongan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, dengan hormat dan ketulusan hati kami
sampaikan ucapan terima kasih kepada:
1

Ibu Andriana selaku Dosen mata kuliah Akuntansi Pemerintah yang telah memberi
kesempatan penulisan makalah ini, serta memberi arahan dan petunjuk kepada kami.

Teman-teman yang telah membantu kami menyelesaikan makalah ini.

Serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu, terima kasih atas
dukungannya.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik

dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat memberikan
wawasan yang luas bagi pembaca.

Jember, 29 April 2015

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................2
1.3 Tujuan...............................................................................................2
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian pendapatan......................................................................3
2.1.1 Klasifikasi pendapatan................................................................3
2.1.2 Pengakuan dan pengukuran pendapatan.....................................4
2.1.3 Penyajian dan pengungkapan pendapatan .................................6
2.2 Pengertian belanja ...........................................................................8
2.1.1 Klasifikasi belanja......................................................................8
2.1.2 Pengakuan dan pengukuran belanja............................................8
2.1.3 Penyajian dan pengungkapan belanja.........................................10
2.3 Pengertian beban ............................................................................12
2.1.1 Klasifikasi beban........................................................................12
2.1.2 Pengakuan dan pengukuran beban..............................................14
2.1.3 Penyajian dan pengungkapan beban...........................................14
BAB 3. KESIMPULAN.......................................................................................15
LAMPIRAN.........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan
Negara, Pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71
tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang menganut basis akrual secara
penuh, yang menggantikan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Kas Menuju Akrual
menurut PP Nomor 24 Tahun 2005 tersebut yang telah dimulai pada tahun 2015.
Ditetapkannya PP No. 71 Tahun 2010 maka penerapan sistem akuntansi pemerintahan
berbasis akrual telah mempunyai landasan hukum. Dan hal ini berarti bahwa Pemerintah
mempunyai kewajiban untuk dapat segera menerapkan SAP yang baru yaitu SAP berbasis
akrual. Hal ini sesuai dengan pasal 32 Undang-Undang No. 17 tahun 2003 yang
mengamanatkaan

bahwa

bentuk

dan isi laporan

pertanggungjawaban

pelaksanaan

APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan SAP. Dan hal ini ditegaskan dalam pasal 4
ayat (1) PP No. 71 Tahun 2010 menyebutkan bahwa Pemerintah menerapkan SAP Berbasis
Akrual. SAP tersebut disusun oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) yang
independen dan ditetapkan dengan PP setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari
BPK.
Pada saat ini merupakan masa penerapan awal bagi instansi pemerintah untuk
melakukan perubahan penggunaan basis akuntansi dalam pencatatan dan pelaporan keuangan
sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Keuangan Negara.
Oleh karena itu, pada makalah ini kami akan memaparkan bagaimana pengakuan dan
pengukuran pendapatan dan belanja

yangdisajikan dalam laporan keuangan yang

dipengaruhi oleh perubahan penggunaan basis akrual pada akuntansi pemerintahan.


1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah
1. Apa yang dimaksud dengan pendapatan, belanja, dan beban pada akuntansi
pemerintah?
2. Bagaimana klasifikasi pendapatan, belanja, dan beban pada akuntansi pemerintah?
3. Bagaiman pengakuan dan pengukuran pendapatan, belanja, dan beban pada
akuntansi pemerintah ?
4. Bagaimana penyajian dan pengungkapan pendapatan, belanja, dan beban pada
laporan keuangan akuntansi pemerintah?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penyusunan makalah ini adalah
1. Mengetahui pengertian pendapatan, belanja, dan beban pada akuntansi pemerintah
2. Mengetahui klasifikasi pendapatan, belanja, dan beban pada akuntansi pemerintah
3. Mengetahui pengakuan dan pengukuran pendapatan, belanja, dan beban pada
akuntansi pemerintah
4. Mengetahui penyajian dan pengungkapan pendapatan, belanja, dan beban pada
laporan keuangan akuntansi pemerintah

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pendapatan
5

Pendapatan merupakan istilah yang sering ditemui dalam proses akuntansi, baik
akuntansi komersial maupun akuntansi pemerintah. Beberapa pihak mengatakan
pendapatan adalah penerimaan kas yang menambah kekayaan suatu entitas, sedangkan
pihak lain mengatakan bahwa pendapatan adalah seluruh hak yang dimiliki entitas yang
ditimbulkan oleh penyerahan barang dan jasa.
Menurut Accounting Terminology Bulletin Nomor 2, pendapatan didefinisikan
sebagai penjualan barang dan penyerahan jasa, serta diukur dengan pembebanan yang
dikenakan kepada pelanggan, klien, atau penyewaan untuk barang dan jasa yang
disediakan bagi mereka.
Di lingkungan akuntansi pemerintah di Indonesia, pendapatan adalah penerimaan
oleh bendahara umum Negara/daerah atau oleh entitas pemerintah lainnya yang
menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang
menjadi hak pemerintah dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.
Seiring dengan diterapkannya Peraturan Pemerintah nomor 71 tahun 2010,
pendapatan ada dua jenis, yaitu pendapatan-LO (dilaporkan pada Laporan Operasional)
dan pendapatan-LRA (dilaporkan pada Laporan Realisasi Anggaran). Pendapatan-LO
adalah hak pemerintah pusat/daerah atau entitas pemerintah lainnya yang diakui
sebagaipenambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dantidak perlu
dibayar kembali.Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum
Negara/Daerah atau oleh entitas pemerintah lainnya yang menambah Saldo Anggaran
Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah,
dan tidak perludibayar kembali oleh pemerintah.
2.1.1 Klasifikasi Pendapatan
Klasifikasi pendapatan dilakukan untuk mempermudah pembaca laporan
keuangan memahami isi laporan keuangan yang diberikan.Dengan adanya
klasifikasi, maka dapat dilihat dengan jelas berapa besar pendapatan untuk tiap jenis
bidang usaha yang dilakukan.
Untuk akuntansi pemerintah di Indonesia saat masih menggunakan
menggunakan basis cash toward accrual,

PP 24 tahun 2005 telah melakukan

pengklasifikasian pendapatan berdasarkan tempat terjadinya (apakah di pusat atau di


daerah) dan jenis pendapatan tersebut. Saat telah diterapkannya PP 71 tahun 2010,
tidak ada perubahan dalam pengklasifikasian pendapatan tersebut sehingga
klasifikasi pendapatan menjadi:
a. Pendapatan pemerintah pusat:
6

1. Pendapatan perpajakan, merupakan pendapatan pemerintah pusat yang berasal


dari

pajak, baik pajak dalam negeri maupun pajak perdagangan

internasional. Pajak dalam negeri antara lain pajak penghasilan (migas dan
nonmigas), pajak pertambahan nilai, pajak bumi dan bangunan, BPHTB,
cukai, dan pajak lainnya, sedangkan pajak perdagangan internasional antara
lain bea masuk dan pajak/pungutan ekspor.
2. Pendapatan Negara bukan pajak, merupakan pendapatan pemerintah pusat
yang bersumber dari luar perpajakan. Termasuk pendapatan negara bukan
pajak antara lain penerimaan SDA, bagian laba BUMN, dan PNBP lainnya.
3. Pendapatan hibah
b. Pendapatan pemerintah daerah:
1. Pendapatan asli daerah, merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari
daerah itu sendiri. Misalnya, pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah
2. Pendapatan transfer, merupakan pendapatan yang bersumber dari transfer
pemerintah pusat dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah. Misalnya, dana
perimbangan (dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus)
dan pendapatan transfer lainnya.
3. Lain-lain pendapatan yang sah, merupakan pendapatan yang tidak dapat
diklasifikasikan ke dalam pendapatan asli daerah dan pendapatan transfer.
Misalnya, hibah, dana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan
bencana, bagi hasil pajak dari pemerintah provinsi, dana penyesuaian dan dana
otonomi khusus yang ditetapkan pemerintah, dan bantuan keuangan dari
provinsi atau pemda lainnya.
2.1.2 Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan
Secara umum, pendapatan diakui ketika:
a. Diperoleh (earned), yaitu ketika entitas telah menyelesaikan secara substansial
apa yang menjadi kewajibannya. Penyelesaian kewajiban inilah yang akan
menjadi pendapatan ketika seluruh proses selesai.
b. Sudah direalisasikan/dapat direalisasikan (realized / realizable),yaitu ketika
kas/hak tagih (piutang) sudah diterima atas penyerahan barang/jasa atau letika
jumlah kas/piutang sudah dapat ditentukan atas penyerahan barang/jasa tersebut.

Pendapatan-LO diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan tersebut atau ada
aliran masuk sumber daya ekonomi.Pendapatan-LRA diakui pada saat kas diterima
di Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan.
Dalam praktiknya, sangat dimungkinkan bahwa di tahun anggaran yang sedang
berjalan

terjadi

pengembalian/koreksi

pendapatan,

baik

pendapatan

untuk

tahunberjalan maupun pendapatan tahun sebelumnya yang dicatat seperti berikut:


1. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (nonrecurring) atas
penerimaan pendapatan-LRA yang terjadi pada periodepenerimaan pendapatanLRA dibukukan sebagai pengurang pendapatan-LRA pada periode yang sama.
2. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (nonrecurring) atas
penerimaan pendapatan-LRA yang terjadi pada periodesebelumnya dibukukan
sebagai pengurang Saldo Anggaran Lebih padaperiode ditemukannya koreksi dan
pengembalian tersebut.
3. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (nonrecurring) atas
pendapatan-LO yang terjadi pada periode penerimaanpendapatan dibukukan
sebagai pengurang pendapatan pada periode yangsama.
4. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (nonrecurring) atas
pendapatan-LO yang terjadi pada periode sebelumnyadibukukan sebagai
pengurang ekuitas pada periode ditemukannya koreksi danpengembalian tersebut.
Pada pengukuran pendapatan, pendapatan diukur dalam hal nilai dari produk
atau jasa yang dipertukarbelikan dalam transaksi wajar. Nilai ini merupakan nilai kas
bersih atau nilai sekarang yang didiskontokan atau nilai uang yang diterima atau
yang akan diterima dalam pertukaran dengan produk atau jasa yang ditransfer
perusahaan kepada pelanggannya.Menggunakan konsep tersebut, maka pengurang
apapun dalam harga tetap, baik berupa diskon ataupun piutang tak tertagih, harus
dikurangi ketika menghitung pendapatan.Selain itu, untuk transaksi-transaksi non
kas, nilai pertukaran ditetapkan setara dengan nilai pasar wajar dari barang yang
diberikan atau yang diterima, yang lebih jelas untuk dihitung.
Untuk memudahkan pemahaman mengenai pengakuan dan pengukuran, dalam
dipahami contoh berikut ini:
Pada tanggal 4 april 2015 Pemkot Harapan menetapkan bahwa hotel C diharuskan
membayar pajak reklame untuk tahun 2015 sebesar Rp 150 juta. Pemkot Harapan
menerima pembayaran pada tanggal 3 Mei 2015. Jurnal yang harus dibuat apabila
menggunakan basis akrual (untuk laporan operasional), yaitu:
Piutang pajak reklame

Rp 150.000.000
8

Pendapatan pajak reklame

Rp 150.000.000

(pengakuan piutang pada tanggal 4 April 2015)


Kas

Rp 150.000.000
Piutang pajak reklame

Rp 150.000.000

(penerimaan pajak reklame)


dan jurnal yang dibuat dengan menggunakan basis kas (untuk laporan realisasi
anggaran) yaitu :
Kas

Rp 150.000.000
Pendapatan pajak reklame

Rp 150.000.000

2.1.3 Penyajian dan Pengungkapan Pendapatan


Pendapatan merupakan kelompok pertama yang dilaporkan dalam Laporan
Realisasi Anggaran (LRA) dan Laporan Operasional (LO).Pendapatan dilaporkan
sesuai dengan kelompok klasifikasinya.
Beberapa hal yang perlu dilaporkan dalam catatan atas laporan keuangan adalah:
a. kebijakan akuntansi yang dibuat untuk pendapatan
b. klasifikasi pendapatan menurut jenis pendapatan dan rincian lebih lanjut dari jenis
pendapatan
c. perbandingan antara realisasi pendapatan dan anggaran pendapatan disertai
penjelasan mengenai perbedaan yang ada.
Entitas pelaporan menyajikan pendapatan-LO yang diklasifikasikan menurut sumber
pendapatan. Rincian lebih lanjut sumberpendapatan disajikan pada Catatan atas
Laporan Keuangan.
2.2 Belanja
Belanja di lingkungan akuntansi komersial dapat didefinisikan sebagai arus kas
keluar dari asset atau segala bentuk penggunaan asset yang terjadi selama periode tertentu
yang berasal dari produksi barang, penyerahan jasa, atau aktivitas lain yang terjadi dalam
kegiatan operasional entitas.
Menurut Accounting Principle Board (APB) Statement No. 4,belanja didefinisikan
sebagai jumlah, yang diukurdalam uang, dari kas yang dikeluarkan atau properti lain yang
ditransfer, modal saham yang dikeluarkan, jasa yang diberikan, atau kewajiban yang
terjadi dalam hubungannya dengan barang atau jasa yang telah atau akan diterima.

Dari definisi tersebut, terlihat bahwa belanja terjadi dikarenakan penggunaan asset
(dalam segala bentuk) untuk kegiatan operasional entitas, sehingga belanja dapat diakui
walaupun tidak terjadi arus keluar kas.
Definisi belanja di lingkungan akuntansi pemerintah di Indonesia, telah
disempurnakan dalam PP 71 tahun 2010, yaitu semua pengeluaran oleh Bendahara Umum
Negara/Bendahara Umum Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode
tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
pemerintah.
2.2.1 Klasifikasi
Belanja dapat diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja),
organisasi, dan fungsi.
-

Klasifikasi ekonomi
Adalah pengelompokan belanja yang didasarkan pada jenis belanja untuk
melaksanakan suatu aktivitas.Klasifikasi ekonomi pada pemerintah pusat
meliputi belanja pegawai, barang, modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial,
dan lain-lain.Klasifikasi ekonomi pada pemda meliputi belanja pegawai, barang,

modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja tak terduga.
Klasifikasi berdasarkan organisasi
Adalah klasifikasi berdasarkan unit organisasi pengguna anggaran.Untuk
pemerintah pusat, belanja per kementerian Negara/lembaga beserta unit
organisasi di bawahnya. Untuk pemda, belanja sekretariat DPRD, sekretariat
daerah

provinsi/kota/kabupaten,

provinsi/kota/kabupaten,
-

dan

dinas
lembaga

pemerintah
teknis

daerah

tingkat
tingkat

provinsi/kota/kabupaten.
Klasifikasi menurut fungsi
Adalah klasifikasi yang didasarkan pada fungsi-fungsi utama pemerintah
pusat/daerah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Contoh: belanja
pelayanan umum, pertahanan, ketertiban dan keamanan, ekonomi, perlindungan
lingkungan hidup perumahan dan pemukiman, kesehatan, pariwisata dan budaya,
agama, dan pendidikan.

2.2.2 Pengakuandan Pengukuran Belanja


Menurut PP 24 tahun 2005, belanja harus diakui apabila suatu entitas sudah
memperoleh manfaat ekonomi walaupun entitas tersebut belum melakukan
pembayaran.Contoh dari pengakuan ini adalah pembayaran telepon. Pada akhir
bulan, entitas harus mengakui adanya belanja telepon selama bulan yang
10

bersangkutan, walaupun pembayaran untuk penggunaan telepon tersebut akan


dilakukan di bulan berikutnya. Namun dalam PP 71 tahun 2010, Belanja diakui
berdasarkan terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau
entitas pelaporan.
Pengakuan belanja dapat dikategorikan menjadi dua jenis berdasarkan sumber
dana asal yang digunakan untuk pelaksanaan belanja tersebut, yaitu :
1. Pengakuan belanja melalui rekening kas umum negara/daerah diakui ketika
terjadi arus kas keluar dari rekening tersebut
2. Pengeluaran belanja melalui kas di bendahara pengeluaran diakui pada saat
pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang
mempunyai fungsi perbendaharaan, atau dengan kata lain ketika SPJ
Pengeluaran dinyatakan definitif.
Terdapat kemungkinan terjadi koreksi terhadap belanja di tahun anggaran
berjalan. Koreksi berjalan dapat disebabkan atas beberapa kemungkinan, yaitu:
-

Kesalahan klasifikasi belanja


Kesalahan pencatatan nilai belanja
Pengembalian belanja
Koreksi atas pengeluaran belanja atau penerimaan kembali belanja yang terjadi

pada periode pengeluaran belanja dibukukan sebagai pengurang belanja pada


periode yang sama. Apabila ditemukan pada periode berikutnya, koreksi atas
pengeluaran belanja dibukukan dalam pendapatan-LRA dalam pos pendapatan lainlain-LRA.
Contoh penentuan pengakuan dan pengukuran belanja :
Pada tanggal 3 Februari 2015, diterima tagihan pembelian ATK sebesar Rp 10
juta.Pembelian ini dilakukan pada tanggal 20 Januari 2015, sedangkan pembayaran
dilakukan pada tanggal 14 Ferbruari 2015 dari rekening kas daerah.
Maka, berdasarkan basis akrual, belanja diakui pada tanggal 3 Februari 2015 ketika
diterima tagihan sebesar Rp 10 juta. Pembayaran pada tanggal 14 Februari 2015
merupakan pembayaran atas pengakuan utang pihak ketiga yang diakui pada tanggal
3 Februari 2015. Jurnal transaksi ini adalah :
Beban ATK

Rp 10.000.000

Utang pemasok
Utang pemasok
Kas

Rp 10.000.000
Rp 10.000.000
Rp 10.000.000

11

Berdasarkan basis kas, belanja diakui pada tanggal 14 Februari 2015, ketika terjadi
pengeluaran dana melalui rekening kas daerah sebesar Rp 10 juta. Jurnak transaksi
ini adalah :
Belanja ATK

Rp 10.000.000

Kas

Rp 10.000.000

2.2.3 Penyajian dan Pengungkapan


Belanja dalam
pendapatan.Dalam

laporan

Realisasi

pelaporannya,

belanja

Anggaran

dilaporakan

dikelompokkan

menjadi

setelah
belanja

operasional, modal, dan tak terduga.


Pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan meliputi:
a. Kebijakan akuntansi untuk belanja
b. Rincian belanja dan perbandingan dengan anggaran tahun yang bersangkutan.
Apabila terdapat perbedaan antara realisasi dan anggaran harus dijelaskan
penyebabnya.
Entitas pelaporan menyajikan klasifikasi belanja menurut jenisbelanja dalam
Laporan Realisasi Anggaran. Klasifikasi belanja menurut organisasi disajikan dalam
Laporan Realisasi Anggaran atau di Catatan atas Laporan Keuangan. Klasifikasi
belanja menurut fungsi disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
2.3 Beban
Beban memiliki pengertian yang berbeda dengan biaya.Biaya adalah sejumlah
kas atau setara kas yang dibayarkan untuk memperoleh suatu asset. Sedangkan
beban adalah biaya yang sudah terjadi (expired). Dalam PP 71 tahun 2010 dijelaskan
bahwa beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode
pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi
aset atau timbulnya kewajiban.
2.3.1 Klasifikasi
Beban

diklasifikasikan

menurut

klasifikasi

ekonomi.Klasifikasi

ekonomi pada prinsipnya mengelompokkan berdasarkan jenis beban.


1. Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah pusat, yaitu:
beban pegawai
beban barang
beban bunga
beban subsidi
beban hibah
beban bantuan sosial
beban penyusutan aset tetap/amortisasi
12

beban transfer
beban lain-lain.
2. Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah daerah, yaitu:
beban pegawai
beban barang
beban bunga
beban subsidi
beban hibah
beban bantuan social
beban penyusutan aset tetap/amortisasi
beban transfer
beban tak terduga.
2.3.2 Pengakuan Beban
Beban diakui pada saat:
a. timbulnya kewajiban;
b. terjadinya konsumsi aset;
c. terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa.
Saat timbulnya kewajiban adalah saat terjadinya peralihan hak dari
pihak lain ke pemerintah tanpa diikuti keluarnya kas dari kas umum
negara/daerah. Contohnya tagihan rekening telepon dan rekening listrik yang
belum dibayar pemerintah.
Yang dimaksud dengan terjadinya konsumsi aset adalah saat
pengeluaran kas kepada pihak lain yang tidak didahului timbulnya kewajiban
dan/atau konsumsi aset nonkas dalam kegiatan operasional pemerintah.
Terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa terjadi pada
saat

penurunan

nilai

aset

sehubungan

dengan

penggunaan

aset

bersangkutan/berlalunya waktu.Contoh penurunan manfaat ekonomi atau


potensi jasa adalah penyusutan atau amortisasi. Penyusutan/amortisasi dapat
dilakukan dengan berbagai metode yang dapat dikelompokkan menjadi:
(a) Metode garis lurus (straight line method);
(b) Metode saldo menurun ganda (double declining balance method);
(c) Metode unit produksi (unit of production method).
Koreksi atas beban, termasuk penerimaan kembali beban, yang terjadi
pada periode beban dibukukan sebagai pengurang beban pada periode yang
sama. Apabila diterima pada periode berikutnya, koreksi atasbeban dibukukan

13

dalam pendapatan lain-lain. Dalam hal mengakibatkanpenambahan beban


dilakukan dengan pembetulan pada akun ekuitas.
Transaksi pendapatan-LO dan beban dalam bentukbarang/jasa harus
dilaporkan dalam Laporan Operasional dengan caramenaksir nilai wajar
barang/jasa tersebut pada tanggal transaksi. Di sampingitu, transaksi semacam
ini juga harus diungkapkan sedemikian rupa padaCatatan atas Laporan
Keuangan sehingga dapat memberikan semua informasiyang relevan
mengenai bentuk dari pendapatan dan beban. Transaksi pendapatan dan beban
dalam bentuk barang/jasa antara lain hibah dalam wujud barang, barang
rampasan, dan jasa konsultansi.
2.3.3 Penyajian dan Pengungkapan Beban
Bebandalam

laporan

operasional

dilaporakan

setelah

pendapatan.Entitas pelaporan menyajikan beban yang diklasifikasikan menurut


klasifikasi jenis beban. Beban berdasarkan klasifikasi organisasi dan
klasifikasi lain yang dipersyaratkan menurut ketentuan perundangan yang
berlaku, disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

14

BAB 3
PENUTUP
Pendapatan adalah penerimaan oleh bendahara umum Negara/daerah atau oleh entitas
pemerintah lainnya yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan yang menjadi hak pemerintah dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.
Berdasarkan PP No. 71 tahun 2010, pendapatan ada dua jenis, yaitu pendapatan-LO
(dilaporkan pada Laporan Operasional) dan pendapatan-LRA (dilaporkan pada Laporan
Realisasi Anggaran).Pendapatan diklasifikasikan menjadi pendapatan pemerintah pusat dan
pendapatan pemerintah daerah.Pengakuan dan pengukuran pendapatan diakui ketika
diperoleh dan sudah direalisasi/dapat direalisasi.Pendapatan merupakan kelompok pertama
yang dilaporkan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan Laporan Operasional (LO).
Definisi belanja di lingkungan akuntansi pemerintah di Indonesia, telah
disempurnakan dalam PP 71 tahun 2010, yaitu semua pengeluaran oleh Bendahara Umum
Negara/Bendahara Umum Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode
tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh

pembayarannya kembali oleh

pemerintah.Belanja dapat diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja),


organisasi, dan fungsi. Pengakuan belanja dapat dikategorikan menjadi dua jenis berdasarkan
sumber dana asal yang digunakan untuk pelaksanaan belanja. Belanja dilaporakan setelah
pendapatan dalam laporan Realisasi Anggaran.
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan
yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya
kewajiban.Beban diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi pada pemerintah pusat dan
pemerintah daerah.Beban diakui pada saat timbulnya kewajiban, terjadinya konsumsi aset,
dan terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa.Beban dilaporakan setelah
pendapatan dalam laporan operasional.

15

Lampiran

16

Lampiran

17

Lampiran

18

Lampiran

19

Lampiran

20

Lampiran

21

Lampiran

22

Lampiran

23

DAFTAR PUSTAKA
Nordiawan, dedi.2007.Akuntansi Pemerintah.Jakarta: Salemba Empat
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah
http://suhaylazhafira.blogspot.com/2014/01/makalah-sap-cash-basis-dan-akrualbasis.html

24

Anda mungkin juga menyukai