02 Bahan Ajar KD 3.2 Bioproses Sel
02 Bahan Ajar KD 3.2 Bioproses Sel
Kompetensi Dasar
3.2 Menganalisis berbagai bioproses dalam sel yang meliputi mekanisme transpor
membran, reproduksi, dan sistesis protein.
Indikator
3.2.1. Menjelaskan konsep transpor pasif.
3.2.2.Menjelaskan mekanisme transpor secara difusi beserta contohnya.
3.2.3.Menjelaskan mekanisme transpor secara osmosis beserta contohnya.
3.2.4.Menganalisis terjadinya peristiwa plasmolis, turgid, krenasi, hemolisis pada sel hewan
dan sel tumbuhan.
3.2.5.Mengidentifikasi ciri-ciri transpor aktif.
3.2.6.Menjelaskan mekanisme pompa ion.
3.2.7.Menjelaskan mekanisme kotranspor.
3.2.8.Menjelaskan mekanisme eksositosis.
3.2.9.Menjelaskan mekanisme endositosis.
3.2.10. Menjelaskan fungsi reproduksi sel.
3.2.11. Mendeskripsikan proses reproduksi selsecara mitosis.
3.2.12. Mendeskripsikan proses sintesis protein.
b. Osmosis
Osmosis adalah difusi molekul air melalui membran selektif permeabel, dari larutan
berkonsentrasi rendah (hipotonis) ke larutan yang berkonsentrasi tinggi (hipertonis) sampai
akhirnya larutan menjadi sama konsentrasinya/seimbang (isotonis). Larutan yang memiliki
konsentrasi rendah berarti mengandung molekul air lebih banyak daripada larutan yang
memiliki konsentrasi tinggi.Untuk memahami peristiwa osmosis, perhatikan gambar berikut.
Gambar 2. Osmosis
Air akan berpindah dari A menuju B melalui membran semi permeabel sehingga
diperoleh hasil larutan isotonis, yaitu konsentrasi air sama untuk dua larutan antara A dan B,
walaupun hasil akhirnya nanti volume antara A dan B berbeda. Suatu larutan memiliki
potensial osmosis, yaitu tekanan osmosis dalam larutan. Tekanan osmosis adalah tekanan yang
diperlukan untuk menahan pergerakan pelarut (air) melalui membran selektif permeabel.
Osmosis dapat menjaga keseimbangan konsentrasi larutan di dalam sel dengan konsentrasi
larutan di luar sel suatu organisme. Contoh peristiwa osmosis adalah air laut yang meskipun
memiliki beragam jenis zat terlarut, molekul airnya tetap akan bergerak ke larutan gula yang
konsentrasinya sangat tinggi.
Air masuk ke dalam sel jika konsentrasi larutan dalam sel lebih tinggi daripada larutan di
luar sel. Jika terlalu banyak air masuk ke dalam sel, sel akan menggembung, bahkan mungkin
akan pecah. Sebaliknya, jika konsentrasi larutan di luar sel lebih tinggi daripada konsentrasi
larutan di dalam sel, air sel akan keluar. Jika air sel banyak keluar, sel akan mengerut bahkan
mengalami plasmolisis (terlepasnya membran plasma dari dinding sel) ditemukan pada
tumbuhan.
Proses osmosis pada sel hewan terjadi saat kondisi sel dengan lingkungannya ingin
dipertahankan. Cara yang dilakukan adalah dengan mempertahankan konsentrasi zat dalam
sel dengan konsentrasi zat luar sel agar selalu sama. Apabila sel berada pada larutan hipertonik
maka air di dalam sel akan keluar dari dalam sel sehingga sel mengerut. Peristiwa ini
dinamakan penyusutan sel atau krenasi, yang dapat menyebabkan sel mati. Sebaliknya, jika sel
berada pada konsentrasi larutan lebih tinggi dibandingkan lingkungan luarnya, air di luar sel
akan masuk secara osmosis ke dalam sel yang menyebabkan sel membengkak bahkan pecah
(lisis). Kejadian ini akan mengkibatkan sel pecah atau terjadi hemolisis. Contohnya eritrosit
akan mengalami hemolisis jika dimasukkan ke dalam air (akuades).
Gambar 3. Plasmolisis, turgid, hemolisis
Keadaan hemolisis juga dapat terjadi pada sel tumbuhan. Sel tumbuhan yang
berada pada kondisi hipotonik, misalnya air, bisa mengalami pembengkakan. Kondisi
yang dialami sel tumbuhan ini disebut kondisi turgid atau tekanan turgor. Sebaliknya, sel
tumbuhan dapat pula mengalami kondisi hipertonik. Kondisi yang demikian akan
mengakibatkan cairan protoplasma di dalam sel menyusut melewati dinding sel.
Peristiwa seperti ini dinamakan plasmolisis.
Mekanisme transpor pada membran secara aktif terjadi karena molekul tidak bisa
dilewatkan secara langsung melewati fosfolipid bilayer atau karena jumlah molekul di luar sel
yang lebih sedikit. Molekul yang mengalami kesulitan untuk melewati membran sel umumnya
terjadi karena interaksi antara membran sel yang memiliki ekor bagian dalam yang bersifat
hidrofobik non polar dengan molekul yang bersifat hidrofilik dan atau polar. Selain itu,
ukuran molekul yang besar juga merupakan faktor penghambat untuk melewati membran sel.
Mekanisme transpor aktif dapat terjadi secara primer dan sekunder Kedua jenis transpor
tersebut saling berhubungan erat karena transpor aktif primer akan menciptakan potensial
membran dan ini memungkinkan terjadinya transpor aktif sekunder.
a. Transpor aktif primer
- membutuhkan energi dalam bentuk ATP
- contoh: Pompa ion
Pompa ion membangkitkan tegangan (energi potensial listrik karena pemisahan muatan
yang berlawanan) melintasi membran atau potensial membran. Sitoplasma sel bermuatan
negatif dibandingkan dengan fluida ekstraseluler disebabkan oleh distribusi anion dan
kation pada sisi membran yang berlawanan yang tidak sama. Potensial membran berkisar
dari -50 hingga -200 milivolt (tanda minus menunjukkan bahwa di dalam sel bersifar
negatif debandingkan dengan di luarnya).
Jika dilihat tahapan pompa Na+-K+, terdapat selisih perpindahan satu muatan positif dari
sitoplasma ke fluida ekstraseluler, sehingga proses ini menyimpan energi dalam bentuk
tegangan. Protein transpor yang membangkitkan tegangan melintasi suatu membran
disebut pompa elektrogenik, sehingga pompa ion disebut juga pompa elektrogenik.
- Pompa ion pada tumbuhan, bakteri, dan fungi berupa pompa proton, yang secara aktif
mentranspor ion hidrogen (proton(H+)) ke luar sel. Pemompaan H+ mentransfer muatan
positif dari sitoplasma ke larutan ekstraseluler.
Gambar 5. Kotranspor
- Contoh: pada hewan terjadi kotranspor glukosa-Na+ dan asam amino-Na+. Glukosa atau
asam amino akan ditransport masuk dalam sel mengikuti masuknya ion Natrium (Na+).
3. Eksositosisdan Endositosis
1. Eksositosis
Pelepasan zat dari dalam sel dengan cara fusi (penggabungan) vesikula dengan
membran plasma sel. Perhatikan Gambar.
Gambar 6. Eksositosis
Mekanisme eksositosis:
1. Vesikel transpor bertunas dari aparatus golgi.
2. Vesikel transpor bergerak disepanjang mikrotubulus skeleton ke membran plasma.
3. Membran vesikel dan membran plasma bersentuhan, molekul-molekul lipid pada
kedua lapisan ganda menyusun-ulang dirinya sendiri sehingga kedua membran berfusi.
4. Kandungan vesikel tumpah ke luar sel. Sementara membran vesikel menjadi bagian
dari membran plasma.
Banyak sel sekresi menggunakan eksositosis untuk mengekspor produk. Misalnya:
1. Beberapa sel di pankreas membuat dan menyekresikan insulin ke dalam cairan
ekstraseluler melalui eksositosis.
2. Neuron menggunakan eksositosis untuk melepaskan neutrotransmiter yang memberi
sinyal pada neuron lain atau sel otot.
3. Ketika sel tumbuhan memebuat dinding, eksositosis mengantarkan protein dan
karbohidrat dari aparatus golgi ke luar sel.
2. Endositosis
Sel mengambil molekul biologis dan partikel dengan cara membentuk vesikel baru dari
membran plasma.
Ketiga tipe endositosis yaitu: fagositosis, pinositosis, dan endositosis diperantarai-
reseptor.
a. Fagositosis
Mekanisme fagositosis yaitu:
Sel menelan partikel dengan cara menyelubungi partikel menggunakan
(tunggal:pseudopodium) dan mengemasnya dalam kantong berselaput membran
yang cukup besar untuk digolongkan senagai vakuola. partikel dicerna setelah
vakuola berfusi dengan lisosom yang mengandung enzim-enzim hidrolitik.
b. Pinositosis
Mekanisme pinositosis yaitu:
Daerah kecil pada membran melekuk ke dalam membentuk kantong. Ketika
bertambah dalam, kantong pun terlepas dari membran plasma, membentuk vesikel
yang mengandung partikel yang sebelumnya ada di luar sel.
Bukan cairan itu sendiri yang dibutuhkan sel, melainkan molekul-molekul yang
terlarut di dalam cairan tersebut. Karena semua zat terlarut ditelan oleh sel, zat-zat
yang ditranspor pinositosis tidak bersifat spesifik.
c. Endositosis diperantarai-reseptor
Endositosis yang diperantarai reseptor bersifat spesifik dalam menelan zat. Di
dalam membran tertanam protein-protein dengan situs reseptor spesifik yang
terpapar ke fluida ekstraseluler. Protein reseptor biasanya mengumpul di wilayah-
wilayah membran yang disebut ceruk berselaput, dengan bagian yang menghadap
sitoplasma (sisi sitoplasmiknya) dilapisi oleh lapisan rapat protein selaput. Zat-zat
spesifik (ligan) berikatan dengan reseptor-reseptor ini. Ketika pengikatan terjaid,
ceruk berselaput membentuk vesikel yang mengandung molekul ligan. Setelah ligan
yang ditelan ini dibebaskan dari vesikula, reseptor dikembalikan ke membran
plasma oleh vesikel yang sama.
Endositosis yang diperantarai reseptor memungkinkan sel dapat memperoleh
substansi spesifik dalam jumlah yang melimpah, sekalipun substansi itu mungkin
saja konsentrasinya tidak tinggi dalam fluida ekstraseluler. Misalnya, sel manusia
menggunakan proses ini untuk menyerap kolesterol dan digunakan dalam sintesis
membran dan sebagai prekursor untuk sintesis steroid lainnya.
Gambar 7. Endositosis
B. REPRODUKSI SEL
(a) (b)
Gambar 8. (a)Tahapan profase (b) Kromatid saudara
b. Prometafase
Pada prometafase, terjadi hal-hal sebagai berikut:
1) Membran inti terfragmentasi, melebur, kemudian menghilang sehingga mikrotubula dapat
memasuki inti sel dan berinteraksi dengan kromosom.
2) Berkas mikrotubula memanjang dari setiap kutub ke arah pertengahan sel. Sebagian
mikrotubula melekat pada kinetokor di dalam sentromer, yang menyebabkan kromosom
bergerak tersentak-sentak. Mikrotubula yang melekat pada kinetokor sentromer disebut
mikrotubula kinetokor. Sementara itu, mikrotubula yang tidak melekat pada kinetokor
disebut mikrotubula nonkinetokor. Mikrotubula nonkinetokor berhubungan dengan
mikrotubula lainnya dari kutub sel yang berlawanan.
Gambar 9. Tahapan Prometafase
c. Tahap Metafase
Metafase berlangsung paling cepat. Pada metafase terjadi hal-hal sebagai berikut:
1) Kromosom bergerak dan berjajar di tengah sel yang disebut bidang ekuatorial atau pelat
metafase (bidang khayal yang membagi sel dengan jarak yang sama).
2) Sentromer dari seluruh kromosom membuat formasi satu baris, kinetokor dari kromatid
saudara melekat pada mikrotubula yang berasal dari arah kutub yang berlawanan.
c. Berbeda dengan sel hewan, sel tumbuhan yang berdinding sel saat sitokinesis tidak
membentuk alur pembelahan, tetapi vesikula-vesikula yang dihasilkan oleh badan golgi
berpindah disepanjang mikrotubula ditengah-tengah sel. Vasikula-vasikula yang membawa
materi dinding sel tersebut bersatu membentuk pelatsel. Pelat sel ini membesar sehingga
membran disekelilingnya bergabung dengan membran plasma, kemudian terbentuklah
dinding sel baru yang memisahkan kedua sel anak.
Gambar 14. Sitokinesis pada sel tumbuhan
C. Sintesis Protein
Kodon pemula pada proses translasi adalah AUG, yang akan mengkode pembentukan
asam amino metionin. Oleh karena itu, antikodon RNA t yang akan berpasangan
dengan kodon pemula adalah UAC. RNA t tersebut membawa asam amino metionin
pada sisi pembawa asam aminonya.
2) Elongasi translasi
Tahap pengaktifan asam amino terjadi kodon demi kodon sehingga dihasilkan asam
amino satu demi satu. Asam-asam amino yang telah diaktifkan oleh kerja RNA t
sebelumnya, dihubungkan melalui ikatan peptida membentuk polipeptida pada ujung
RNA t pembawa asam amino. Misalnya, RNA t membawa asam amino fenilalanin,
maka antikodon berupa AAA kemudian berhubungan dengan kodon RNA m UUU.
Fenilalanin tersebut dihubungkan dengan metionin membentuk peptida. Nah, melalui
proses elongasi, rantai polipeptida yang sedang tumbuh tersebut semakin panjang
akibat penambahan asam amino.
Gambar 17. Tahap elongasi translasi
Keterangan :
a. RNA t membawa antikodon AAA dan asam amino (fenilalanin).
b. Antikodon AAA berpasangan dengan kodon RNA m.
c. Pembentukan ikatan peptida.
d. Pemanjangan rantai polipeptida dan ribosom siap menerima RNA t selanjutnya.
3) Terminasi translasi
Proses translasi berhenti setelah antikodon yang dibawa RNA t bertemu dengan kodon
UAA, UAG, atau UGA. Dengan demikian, rantai polipeptida yang telah terbentuk akan
dilepaskan dari ribosom dan diolah membentuk protein fungsional.