Anda di halaman 1dari 18

TETRALOGI PULAU BURU

KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER


AFRANI ADLINA (20191002034)
Dokumentasi
Cover Buku
Tetralogi Pulau
Buru Karangan
Pramoedya
Ananta Toer
Tetralogi Pulau Buru ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer dalam
pengasingannya di Pulau Buru. Pram diasingkan karena dianggap sebagai
simpatisan Partai Komunis Indonesia, vonis pengasingan ini dijatuhkan
tanpa proses peradilan. Mulai tahun 1973, Pram menulis karya
monumentalnya ini dengan perlengkapan-perlengkapan yang sangat
terbatas. Bahkan, para penjaga tahanan Pulau Buru kerap menyita tulisan-
tulisan Pram.

Beliau menerbitkan keempat cerita tersebut dalam bentuk novel yang


kemudian dilarang peredarannya tak lama setelah diterbitkan.
Pemerintah Indonesia menuduh bahwa karya-karyanya mengandung
pesan Marxisme-Leninisme yang dianggap tersirat dalam kisah-kisahnya.
Pelarangan oleh Jaksa Agung RI tak lantas membuat Pram berhenti
menulisLife Education19 Agustus 2019. Larangan tersebut dianggap
berkaitan erat dengan fobia komunisme Orde Baru. Latar belakang Pram
yang pernah menjadi anggota organisasi kebudayaan Lekra membuat
pemberian cap haram ini sarat alasan politis. Toko buku digeledah, koleksi
pribadi milik khalayak umum turut disisir. Namun yang terkumpul hanya
ratusan kopi.
1. Buku Bumi Manusia

Pengarang : Pramoedya Ananta Toer


Penerbit (kiri) 1980 : Hasta Mitra
Penerbit (kanan) 2005: Lentera
Deskripsi : Buku pertama dari tetralogi
populer karya Pramoedya
baru diterbitkan kembali oleh
Lentera setelah lama
menghilang.
Sekilas isi Buku Bumi Manusia
Merupakan buku pertama yang terbit dari keempat seri Tetralogi Buru yang terbit pada
tahun 1980. Buku ini bercerita tentang perjalanan tokoh yang bernama Minke. Minke
merupakan salah satu anak pribumi yang menempuh pendidikan di Hoogere Burgerschool
(HBS). HBS adalah sekolah yang mayoritasnya keturunan Eropa. Minke merupakan seorang
putra pribumi yang dikenal pandai dan mahir menulis, yang mana karya tulisannya sampai
masuk di berbagai surat harian Belanda saat itu. Dalam buku ini, Minke diceritakan kurang
disukai oleh siswa keturunan Eropa karena darah pribumi yang mengalir dalam dirinya.
Namun, Minke merupakan sosok pemberani yang melawan ketidakadilan pada bangsanya
sendiri.
Melalui buku ini, Pram menggambarkan bagaimana sistem kolonialisme Belanda yang selalu
menindas pribumi yang menyebabkan kondisi bangsa Indonesia pada saat itu menjadi
terpuruk. Dan dari sinilah, sosok Minke yang hadir dalam melawan kondisi tersebut
dengan membuat berbagai tulisan yang menantang kolonialisme.
Tanggapan Pribadi
Kedua buku ini memiliki cover yang bagus dan menimbulkan feel yang berbeda untuk saya pribadi. Buku yang
pertama memiliki cover yang terdapat pemandangan sebuah bangunan putih yang cukup megah. Bangunan ini
menghadap ke jalan yang cukup lebar dan panjang. Kemudian ada pejalan kaki dan sebuah angkutan tradisional
seperti becak yang menunjukan bahwa ada aktifitas manusia pada gambar di cover tersebut. Judul buku
menggunakan font berwarna hitam. Sementara nama sang penulis yang berada dibawah judul buku berwarna
merah. Nama penulis ditulis dengan huruf kapital. Tepat disebelah judul buku, terdapat gambar atau lebih
tepatnya lukisan sang penulis. Background pada bagian ini berwarna putih. Pada pojok kiri bawah tercantum
nama penerbit pada tahun 1980 yaitu Hasta Mitra. Pojok kanan bawah tertulis Edisi Pembebasan Karya Pulau
Buru. Buku terbitan Hasta Mitra ini terlihat modern dan menurut saya tidak terlihat seperti novel. Kemudian
buku yang kedua tidak kalah menarik buat saya yaitu dengan memiliki cover berwarna hijau botol. Pada cover
ini terdapat kusir yang sedang mengendarai kuda dengan membawa 3 penumpang yang dimana penumpang itu
salah satunya adalah minke. Menurut saya peletakkan font pada buku ini sangat pas dan enak dipandang. Nama
penulis ditulis dengan font berwarna hitam yang terletak diatas gambar sementara judul buku ditulis dengan
font berwarna kuning yang terletak dibawah gambar. Walaupun terlihat jadul dan terkesan tradisional namun
buku terbitan Lentera ini lebih menarik buat saya, cover nya terlihat seperti novel namun dengan tema sejarah.
Hal ini membuat saya penasaran dengan isi dari buku ini setelah melihat cover nya.
2. Buku Anak Semua Bangsa

Pengarang : Pramoedya Ananta Toer


Penerbit (kiri) 1981 : Hasta Mitra
Penerbit (kanan) : Lentera
Deskripsi : Buku ke-2 dari tetralogi
populer karya Pramoedya.
Sekilas isi Semua Anak Bangsa
Anak Semua Bangsa umumnya bercerita tentang Minke yang mengalami konflik
batin atas istrinya Annelies, yang harus dibawa paksa ke Belanda. Tetapi pihak
keluarga Nyai Ontosoroh, ibu dari Annelies, menentang keputusan tersebut dan
mengirim seorang teman sekolah Minke bernama Panji Darman untuk
memantau keadaan Annelies selama di Belanda. Annelies pun tidak tinggal diam
dan melakukan banyak hal, seperti bisnis dan hukum, seperti yang dilihat dari
sosok ibunya, Nyai Ontosoroh.
Tanggapan Pribadi
Kedua buku ini memiliki cover yang bagus dan menimbulkan feel yang berbeda untuk saya pribadi. Buku yang
pertama memiliki cover yang terdapat pemandangan sebuah bangunan putih yang cukup megah. Kemudian ada
beberapa orang yang memakai caping seperti petani. Judul buku menggunakan font berwarna hitam. Sementara
nama sang penulis yang berada dibawah judul buku berwarna merah. Nama penulis ditulis dengan huruf kapital.
Tepat disebelah judul buku, terdapat gambar atau lebih tepatnya lukisan sang penulis. Background pada bagian
ini berwarna putih. Pada pojok kiri bawah tercantum nama penerbit pada tahun 1980 yaitu Hasta Mitra. Pojok
kanan bawah tertulis Edisi Pembebasan KaryaPulau Buru. Buku terbitan Hasta Mitra ini terlihat modern dan
menurut saya tidak terlihat seperti novel. Kemudian buku yang kedua tidak kalah menarik buat saya yaitu
dengan memiliki cover berwarna orange. Pada cover ini terdapat seorang petani sebagai sorot utama dan
beberapa petani lainnya di belakang. Menurut saya peletakkan font pada buku ini sangat pas dan enak
dipandang. Nama penulis ditulis dengan font berwarna hitam yang terletak diatas gambar dan judul buku ditulis
dengan font berwarna hitam yang terletak dibawah gambar. Cover buku Anak Semua Bangsa ini
memperlihatkan sisi emosional. Walaupun terlihat jadul dan terkesan tradisional namun buku terbitan Lentera
ini lebih menarik buat saya, cover nya terlihat seperti novel namun dengan tema sejarah. Hal ini membuat saya
penasaran dengan isi dari buku ini setelah melihat cover nya.
3. Buku Jejak Langkah

Pengarang : Pramoedya Ananta Toer


Penerbit (kiri) 1985 : Hasta Mitra
Penerbit (kanan) : Lentera
Deskripsi : Buku ke-3 dari tetralogi populer
karya Pramoedya.
Sekilas isi Buku Jejak Langkah
Berisi tentang Minke yang melawan kolonialisme pemerintah Belanda dengan membentuk organisasi
dan mendirikan pers. Hal ini dilakukan Minke untuk memengaruhi massa agar tergerak dalam
melawan kolonialisme. Medan Prijaji pada saat itu semakin dikenal masyarakat pribumi sebagai koran
penerbit yang berisi tentang persoalan pribumi atas penindasan yang dilakukan gubermen. Minke, yang
saat itu menjabat sebagai pemimpin Medan Prijaji ditangkap dan dibuang ke tempat pengasingan.
Namun, Medan Prijaji dan berbagai organisasi tetap berjalan walau Minke ditangkap. Karena
sebelumnya, Minke beserta kawan seperjuangannya telah bertemu untuk membahas berjalannya
organisasi tersebut.
Tanggapan Pribadi
Kedua buku ini memiliki cover yang bagus dan menimbulkan feel yang berbeda untuk saya pribadi. Buku yang pertama
memiliki cover yang terdapat pemandangan sebuah bangunan putih dan sekumpulan orang, lalu ada orang sedang membaca
koran yang menjadi sorot utama dalam cover buku ini. Judul buku menggunakan font berwarna hitam sementara nama sang
penulis yang berada dibawah judul buku berwarna merah. Nama penulis ditulis dengan huruf kapital. Tepat disebelah judul
buku, terdapat gambar atau lebih tepatnya lukisan sang penulis. Background pada bagian ini berwarna putih. Pada pojok kiri
bawah tercantum nama penerbit pada tahun 1980 yaitu Hasta Mitra. Pojok kanan bawah tertulis Edisi Pembebasan Karya
Pulau Buru. Buku terbitan Hasta Mitra ini terlihat modern dan menurut saya tidak terlihat seperti novel. Kemudian buku
yang kedua tidak kalah menarik buat saya yaitu dengan memiliki cover berwarna orange cenderung merah. Pada cover ini
terdapat beberapa gambar yang ditumpuk yaitu ada seseorang yang sedang membaca sesuatu, koran Medan Prijaji dan
sekumpulan orang didepan bangunan berwarna putih yang persis dengan buku terbitan Hasta Mitra. Menurut saya
peletakkan font pada buku ini sangat pas dan enak dipandang. Nama penulis ditulis dengan font berwarna hitam yang
terletak diatas gambar danjudul buku ditulis dengan font berwarna hitam yang terletak dibawah gambar. Cover pada buku
ini terlihat lebih emosional karena adanya penggabungan gambar dari beberapa peristiwa. Walaupun terlihat jadul dan
terkesan tradisional namun buku terbitan Lentera ini lebih menarik buat saya, cover nya terlihat seperti novel namun
dengan tema sejarah. Hal ini membuat saya penasaran dengan isi dari buku ini setelah melihat cover nya.
4. Buku Rumah Kaca

Pengarang : Pramoedya Ananta Toer


Penerbit (kiri) 1988 : Hasta Mitra
Penerbit (kanan) : Lentera
Deskripsi : Buku ke-4 dari tetralogi
populer karya
Pramoedya.
Sekilas isi Buku Rumah Kaca
Berisi tentang seorang komisaris polisi Hindia Belanda asal Minahasa, Jacques Pangemanann, yang
melawan kelompok Si Pitung dan membuatnya ditugaskan untuk memata-matai aktivitas Minke. Dan
dari tugas tersebutlah, membuat
Jacques menjadi sosok yang bertanggung jawab dalam pengasingan Minke ke wilayah pulau terpencil di
Maluku Utara. Namun, seri buku ini berakhir dengan situasi yang mengecewakan. Minke di akhir cerita
meninggal setelah melihat media dan organisasi yang selama ini didirikan dengan segala usaha, direbut
oleh gubermen kolonial. Tetapi tetap saja, Minke memiliki pengaruh besar bagi pribumi.
Tanggapan Pribadi
Kedua buku ini memiliki cover yang bagus dan menimbulkan feel yang berbeda untuk saya pribadi. Buku yang pertama
memiliki cover yang terdapat pemandangan sebuah bangunan putih dan seorang anak kecil yang sedang bermain
sepeda. Bangunan ini memiliki halaman. Judul buku menggunakan font berwarna hitam. Sementara nama sang penulis
yang berada dibawah judul buku berwarna merah. Nama penulis ditulis dengan huruf kapital. Tepat disebelah judul
buku, terdapat gambar atau lebih tepatnya lukisan sang penulis. Background pada bagian ini berwarna putih. Pada
pojok kiri bawah tercantum nama penerbit pada tahun 1980 yaitu Hasta Mitra. Pojok kanan bawah tertulis Edisi
Pembebasan Karya Pulau Buru. Buku terbitan Hasta Mitra ini terlihat modern dan menurut saya tidak terlihat seperti
novel. Kemudian buku yang kedua tidak kalah menarik buat saya yaitu dengan memiliki cover berwarna abu-abu.
Pada cover ini terdapat seorang lelaki paruh baya yang sedang menyabit rumput. Dibelakangnya terdapat gedung
putih yang dipagar dengan tiang kayu dan kawat berduri. Menurut saya peletakkan font pada buku ini sangat pas dan
enak dipandang. Nama penulis ditulis dengan font berwarna hitam yang terletak diatas gambar dan judul buku ditulis
dengan font berwarna hitam yang terletak dibawah gambar. Walaupun terlihat jadul dan terkesan tradisional namun
buku terbitan Lentera ini lebih menarik buat saya, cover nya terlihat seperti novel namun dengan tema sejarah. Hal
ini membuat saya penasaran dengan isi dari buku ini setelah melihat cover nya.
Buku tetralogi pulau buru ini telah diubah beberapa kali cover nya, berikut ini cover buku tetralogi karangan
Pramoedya Ananta Toer:

Buku terbitan Hasta Mitra: Buku terbitan Lentera Dipantara:


5. Buku Tempo Doeloe

Tempo Doeloe
Pengarang : Pramoedya Ananta Toer
Penerbit : Lentera Dipanatara
Deskripsi : Buku ini merupakan antologi sastra
pra-Indonesia yang ditulis oleh empat
penulis dengan delapan cerita
Apresiasi
Menurut saya buku ini memiliki judul yang eye catchy. Judul pada buku ini ditulis
dengan kontras yang cukup kuat, bentuk font yang sesuai, serta tatanan huruf yang
menarik. Font pada judul buku ini werwarna hitam dengan tulisan yang kapital semua.
Kemudian tulisan dibawahnya memiliki ukuran yang lebih kecil namun tetap
menggunakan huruf kapital untuk semua kata. Nama penulis dibuat dengan font yang
berbeda dan menggunakan huruf kapital pada awal kalimat saja. Font pada nama
penulis juga berwarna hitam. Buku ini memiliki cover yang verwarna kuning dan
dengan gambar pemandangan barisan pohon di pinggir jalan dan terdapat gedung
diujungnya. Buku ini simple dan to the point, namun karena buku ini memiliki susunan
penulisan yang baik sehingga buku ini lebih menarik untuk dilihat.

Anda mungkin juga menyukai