Anda di halaman 1dari 32

Anotasi Bibliografi (Moral)

Anotasi Ke 1
Judul : Pembangunan Moral Bangsa
Pengarang : H. Kabul Santoso, H. Hanafi
Muljohardjono, KH. Sechul Hadi    
Purnomo, H. Aminuddin Kasdi,
Abdul Aziz SR, I Nyoman Naya
Sujana
Tahun terbit, hal : 2005 , halaman 8
Kota penerbit : Surabaya
Penerbit : PT. Java Pustaka Media Utama

Anotasi :
Konsep moral bangsa itu tidak pernah ada, yang ada hanyalah moral suku bangsa (“nation
morality atau “ethnic morality”), karena suku bangsa itu lebih dahulu ada dibanding dengan
Bangsa (“Nation”).

Judul : Pembangunan Moral Bangsa


Pengarang : H. Kabul Santoso, H. Hanafi
Muljohardjono, KH. Sechul Hadi    
Purnomo, H. Aminuddin Kasdi,
Abdul Aziz SR, I Nyoman Naya
Sujana
Tahun terbit, hal : 2005 , halaman 10
Kota penerbit : Surabaya
Penerbit : PT. Java Pustaka Media Utama

Anotasi :
Jika manusia atau masyarakat ingin mengkonstruksi tatanan etika dan moral, maka manusia dan
masyarakat harus memiliki tanggungjawab moral yang tinggi.

Komentar :
Jadi menurut saya dari 2 pendapat tersebut di maknai bahwa rakyat Indonesia baru mulai ada
sejak tahun 1945, dan kita masih dalam proses menjadi (“the becoming process”) untuk menuju
suatu eksistensi, termasuk menuju adanya Moral Bangsa Indonesia. Untuk hal itu sebenarnya
rakyat Indonesia sekarang telah memiliki beberapa unsur Moral Bangsa Indonesia seperti moral
berbahasa Indonesia, moral berideologi pancasila, moral bersilmbol bhinneka tunggal ika, dan
sebagainya. Kedudukan moral ini memang menjadi suatu persoalan persoalan di kalangan
masyarakat Indonesia, karena kualitas tanggungjawab moral dari warga masyarakat dapat
dinyatakan relatif rendah. Warga masyarakat atau siapapun yang melakukan tindakan yang
menyimpang atau jahat dapat dianggap sebagai warga masyarakat yang tidak memiliki
tanggungjawab moral.
Anotasi Ke 2
Judul : Pembangunan Moral Bangsa
Pengarang : H. Kabul Santoso, H. Hanafi
Muljohardjono, KH. Sechul Hadi    
Purnomo, H. Aminuddin Kasdi,
Abdul Aziz SR, I Nyoman Naya
Sujana
Tahun terbit, hal : 2005 , halaman 33
Kota penerbit : Surabaya
Penerbit : PT. Java Pustaka Media Utama

Anotasi :
Menurut aliran pragmatisme menyatakan bahwa nilai etika dan moral itu sangat terkait dengan
nilai manfaat atau faedah, bukan terkait dengan nilai idealis dan spiritualis.

Judul : Pembangunan Moral Bangsa


Pengarang : H. Kabul Santoso, H. Hanafi
Muljohardjono, KH. Sechul Hadi    
Purnomo, H. Aminuddin Kasdi,
Abdul Aziz SR, I Nyoman Naya
Sujana
Tahun terbit, hal : 2005 , halaman 143
Kota penerbit : Surabaya
Penerbit : PT. Java Pustaka Media Utama

Anotasi :
Kita telah melakukan reformasi, namun hasilnya tidak jelas. Perubahan dan perkembangan
kualitas kehidupan moral bangsa dan negara sepertinya tidak ada. Pelanggaran terhadap hukum
telah menjadi suatu budaya. Lalu bentuk gerakan moral seperti apakah yang diperlukan untuk
mengatasi situasi dan kondisi masyarakat dan bangsa Indonesia seperti itu.

Komentar :
Jadi menurut saya dari 2 pendapat tersebut di maknai bahwan pandangan etika pragmatisme ini
mengalir dari masyarakat industrialis dan pasar, dimana pola-pola kehidupan praktis menjadi hal
yang sangat penting dalam masyarakat. Dengan merosotnya moral bangsa maka diperlukan suatu
semangat keberanian dan tindakan tegas untuk mencerahkan masyarakat, bangsa dan negara
Indonesia.  Diperlukan sekali munculnya sikap ikhlas dan keberanian untuk membicarakan
kebenaran dan moral bangsa.
Anotasi Ke 3
Judul : Etika Dasar
Pengarang : Franz Magnis, Suseno
Tahun terbit, hal : 1987, halaman 19
Kota penerbit : Deresan, Yogyakarta
Penerbit : Kanisius

Anotasi :
Bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia.

Judul : Etika Dasar


Pengarang : Franz Magnis, Suseno
Tahun terbit, hal : 1987, halaman 19
Kota penerbit : Deresan, Yogyakarta
Penerbit : Kanisius

Anotasi :
Norma-norma moral adalah tolok-tolok ukur untuk menentukan betul salahnya sikap dan
tindakan manusia dilihat dari segi baik buruknya sebagai manusia dan bukan sebagai pelaku
peran tertentu dan terbatas.

Komentar :
Jadi menurut saya dari 2 pendapat tersebut di maknai bahwa moral selalu mengacu pada baik
buruknya manusia sebagai manusia. Jadi bukan mengenai baik buruknya begitu saja, misalnya
sebagai dosen, tukang becak, tukang masak, pemain bulutangkis atau penceramah, melainkan
sebagai manusia. Namun dalam bidang moral yang dilihat hanya pada segi kebaikan sebagai
manusia saja. Tidak mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia. Itulah kekhususan
norma-norma moral. Dengan norma-norma moral kita betul-betul dinilai. Itulah sebab penilaian
moral selalu berbobot. Kita tidak dilihat dari salah satu segi, melainkan sebagai manusia. apakah
seseorang adalah penjahit yang baik, warga negara yang selalu taat dan selalu bicara sopan
belum mencukupi untuk menentukan apakah dia itu betul-betul seorang manusia yang baik.

Anotasi Ke 4
Judul : Dasar-Dasar Filsafat Moral
(Kolaborasi Terhadap Pemikiran Etika Immanuel Kant)
Pengarang  : H. B. Acton
Tahun terbit, hal : 2003, halaman 25
Kota penerbit     : Surabaya
Penerbit                  : Pustaka Eureka

Anotasi :
Kant yakin bahwa tindakan-tindakan baik secara moral adalah tindakan-tindakan dengan niat
baik secara moral, dan tindakan yang diniatkan baik secara moral adalah tindakan yang keluar
‘karena keajiban’.
Judul : Dasar-Dasar Filsafat Moral
(Kolaborasi Terhadap Pemikiran Etika Immanuel Kant)
Pengarang : H. B. Acton
Tahun terbit, hal : 2003, halaman 43
Kota penerbit           : Surabaya
Penerbit                  : Pustaka Eureka

Anotasi :
Kant menyatakan prinsip formal tertinggi dari kehendak dengan istilah sebagai
berikut : ‘Bertindaklah hanya dengan maksim yang dengan maksim itu anda pada waktu yang
sama dapat mengharapkan maksim itu akan menjadi hukum umum’.

Komentar :
Jadi menurut saya dari 2 pendapat tersebut di maknai bahw tindakan-tindakan itu tidak hanya
harus sesuai dengan apa yang diperintahakan oleh kewajiban, tetapi juga harus dilakukan demi
memenuhi kewajiban si pelaku. Bertindak karena cinta-diri bisa jadi baik atau bisa jadi buruk,
dan dengan demikian bisa jadi tindakan itu lahir karena cinta sebagai kecenderungan semata.
Tetapi tindakan karena niat yang baik akan selalu baik dan tidak pernah menjadi buruk, dan
dengan demikian bisa dikatakan baik tanpa kualifikasi atau baik secara universal. Meskipun
tindakan baik tersebut menghasilkan sesuatu yang buruk sebagai akibat dari kemungkinan-
kemungkinan yang tidak tepat yang berada diluar kontrol pelakunya.Kant menyatakan ‘prinsip
subyektif tindakan’. Maksim dapat diartikan sebuah peraturan tindakan yang diiikuti seseorang
sebagai bagian dari kebijakan hidupnya sendiri, apapun peraturan hidup yang dimiliki orang lain.
Maksim adalah kepunyaanku atau kepunyaannya, hukum berlaku untuk setiap orang. Seseorang
mungkin menjadikan maksim subyektifnya sendiri menjadi hukum obyektif dengan memutuskan
bahwa dirinya hendak selalu mengikutinya. Hal tersebut berarti bahwa orang hanya mau
mengadopsi sebagai aturan-aturan hidup bagi diri mereka sendiri aturan-aturan yang mereka
kehendaki akan selalu diikuti setiap orang.

Anotasi Ke 5
Judul : Dasar-Dasar Filsafat Moral
(Kolaborasi Terhadap Pemikiran Etika Immanuel Kant)
Pengarang : H. B. Acton
Tahun terbit, hal : 2003, halaman 66
Kota penerbit : Surabaya
Penerbit : Pustaka Eureka

Anotasi :
Hume menganggap perasaaan-perasaan atau sentimen-sentimen sebagai dasar moralitas.

Judul : Dasar-Dasar Filsafat Moral


(Kolaborasi Terhadap Pemikiran Etika Immanuel Kant)
Pengarang : H. B. Acton
Tahun terbit, hal   : 2003, halaman 70
Kota penerbit : Surabaya
Penerbit               : Pustaka Eureka
Anotasi :
Akal budi seseorang tidak hanya memberi tahu orang yang bersangkutan bagaimana jalan terbaik
untuk memenuhi apa yang paling diinginkan tetapi juga memberi tahu bagaimana seharusnya dia
membatasi tindakannya dalam memenuhi hasaratnya tersebut.

Komentar :
Jadi menurut saya dari 2 pendapat tersebut di maknai bahwa. Hume memberikan penjelasan yang
mendetail tentang perbedaan antara sentimen-sentimen moral dan perasaan-perasaan lain.
Sentimen moral berbeda dengan sentimen nonmoral, karena ketika ketika kita membuat
keputusan-keputusan moral kita membenarkan perasaan-perasaan kita sendiri agar keputusan-
keputusan itu bisa sejaan dengan apa yang dapat diterima orang lain atau dengan apa yang
diputuskan dengan tepat oleh pengamat yang bijaksana. Misalnya, orang itu adalah musuh kita,
kita dapat memebawa diri kita untuk memandang orang tersebut sebagaimana dia dilihat oleh
orang lain yang merasa tidak dirugikan oleh orang itu sebagaimana yang kita lakukan, dan ini
merupakan jenis penyesuaian yang mengalihkan perasaan-perasaan yang menyenangkan ke
sentimen-sentimen moral yang tidak menyenangkan.
Jika akal budi hanya bersifat teoritis, ia hanya akan ditempatkan sebagai sarana untuk
menunjukkan apa yang benar dan apa yang palsu dan untuk berusaha keras menunjukkan
rujukan-rujukan yang benar. Akal budi memungkinkan kita untuk menunjukkan apakah
pemuasan terhadap salah satu jenis hasrat membantu atau justru menghambat pemuasaan
terhadap hasrat yang lain, tetapi akal budi tidak memungkinkan kita untuk memutuskan bahwa
sebuah hasrat harus dipuaskan daripada yang lain.

Anotasi Ke 6
Judul : Etika, Moral, Dan Bunuh Diri
Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi (Solusi Berbasis Environmental
Insight Quotient)
Pengarang       : Dr. Prabang Setyono,S.Si.,M.Si.
Tahun terbit, hal   : 2011, halaman 52
Kota penerbit          : Surakarta, Jawa Tengah
Penerbit                : UPT Penerbitan dan Pencetakan
UNS (UNS Press) dan Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS

Anotasi :
Menurut Kant, kemauan baik adalah syarat mutlak untuk ber-tindak secara moral. Kemauan baik
menjadi kondisi yang mau tidak mau harus dipenuhi agar manusia dapat bertindak secara baik,
sekaligus membenarkan tindakannya itu.

Judul           : Etika, Moral, Dan Bunuh Diri


Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi (Solusi Berbasis Environmental
Insight Quotient)
Pengarang              : Dr. Prabang Setyono,S.Si.,M.Si.
Tahun terbit, hal        : 2011, halaman 54
Kota penerbit            : Surakarta, Jawa Tengah
Penerbit                    : UPT Penerbitan dan Pencetakan
UNS (UNS Press) dan Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS

Anotasi :

Etika utilitarianisme mempunyai tiga keunggulan yaitu (1) kriterianya rasional, (2) etika
utilitarianisme menghargai kebebasan setiap individu dalam menentukan sikap moral, dalam
mengambil keputusan dan tindakan, (3) utilitarianisem lebih mengutamakan  kepentingan
banyak orang darpada kepentingan sendiri atau segelintir orang.

Komentar :
Jadi menurut saya dari 2 pendapat tersebut di maknai bahwa bisa saja  akibat dari suatu tindakan
memang baik, tetapi kalau tindakan itu tidak dilakukan berdasarkan kemauan baik untuk menaati
hukum moral yang merupakan kewajiban seseorang, tindakan itu tidak bisa dinilai baik. Akibat
baik tadi bisa saja hanya merupakan sebuah kebetulan. Ketiga unggulan ini menyebabkan etika
utilitarianisme banyak dipakai secara sadar ataupun tidak dalam berbagai kebijakan dan tindakan
publik. Idealnya, suatu kebijakan publik membawa manfaat atau menguntungkan bagi semua
orang dan pihak terkait. Dalam banyak kasus, ini tidak mungkin karena semua orang mempunyai
kepentingan yang berbeda. Secara moral, suatu kebijakan akan dinilai benar secara moral, kalau
memenuhi tiga kriteria tersebut. Ketika kita tidak bisa memuaskan semua orang, kebijakan
tersebut dinilai baik secara moral, paling tidak sebagian terbesar orang atau pihak terkait
diuntungkan dengan kebijakan tersebut.

Anotasi Ke 7

Judul             : Etika, Moral, Dan Bunuh Diri


Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi (Solusi Berbasis Environmental
Insight Quotient)
Pengarang                 : Dr. Prabang Setyono,S.Si.,M.Si.
Tahun terbit, hal     : 2011, halaman 74
Kota penerbit           : Surakarta, Jawa Tengah
Penerbit                  : UPT Penerbitan dan Pencetakan
UNS (UNS Press) dan Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS

Anotasi :
Perkembangan sikap moral terbagi menjadi 4 (empat) yang dapat digambarkan seperti di bawah
ini :

Judul                  : Etika, Moral, Dan Bunuh Diri


Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi (Solusi Berbasis Environmental
Insight Quotient)
Pengarang             : Dr. Prabang Setyono,S.Si.,M.Si.
Tahun terbit, hal      : 2011, halaman 78
Kota penerbit          : Surakarta, Jawa Tengah
Penerbit                 : UPT Penerbitan dan Pencetakan
UNS (UNS Press) dan Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS
Anotasi :
Dalam bidang kehidupan manusia, altruisme dan self-sucrifice secara umum diartikan sebagai
ekspresi tertinggi dari moralitas.Altruisme dan self-sucrifice adalah tindakan yang jelas
mencerminkanbagaimana suatu aksi tidak hanya dimaksudkan demi kebaikan pribadi.

Komentar :
Jadi menurut saya dari 2 pendapat tersebut di maknai bahwa Anomi terjadi pada masa anak-anak
yang belum mengenal moral dan tidak peduli pada yang lain. Heteronomimerupakan sikap moral
individu yang tergantung pada figur otoriter seperti orang tua atau guru. Sosionomi merupakan
sikap moral individu yang bergantung pada kelompok referensinya. Otonomi merupakan sikap
moral yang tertinggi dimana individu mengambil keputusan moral sendiri dan tidak bergantung
pada orang lain.
Hal tersebut jelas menjadi representasi dari kriteria diri sebagai agen moral. Jika kita
menggunakan kacamata yang lebih luas, ekspresi tertinggi moralitas bisa jadi bukan hanya
sekedar monopoli bidang kehidupan manusia. Artinya, dengan menggunakan kriteria yang sama
yaitu altruisme dan self-sucrifice sebagai ekspresi tertinggi dari moralitas, makhluk non-
human pun sebenarnya juga dapat melakukannya. Di atas telah disebutkan bahwa semut, lebah,
serta tumbuhan dapat merepresentasikan tindakan altruis dan self-sucrifice. Oleh karena itu,
rasanya tidaklah terlalu berlebihan jika kita menyebut mereka sebagai makhluk yang juga
memiliki ekspresi moral.

Anotasi Ke 8
Judul                  : Urgensi Pendidikan Moral
Suatu Upaya Membangun Komitmen Diri
Pengarang                : MD Susilawati, M.Hum.,
  Ch.Suryanti, M.Hum.,
  Dhanu Koesbyanto. JA
Tahun terbit, hal      : 2010, halaman 48
Kota penerbit          : Yogyakarta
Penerbit                : Surya Perkasa

Anotasi :
Heteronomi merupakan penyimpangan dari sikap moral yang sebenarnya; di mana orang menaati
peraturan tanpa melihat nilai dari maknanya.

Judul                  : Urgensi Pendidikan Moral


Suatu Upaya Membangun Komitmen Diri
Pengarang               : MD Susilawati, M.Hum.,
  Ch.Suryanti, M.Hum.,
  Dhanu Koesbyanto. JA
Tahun terbit, hal      : 2010, halaman 53
Kota penerbit          : Yogyakarta
Penerbit                   : Surya Perkasa
Anotasi :
Dalam menjalani hidupnya, manusia dipandu olehdua macam pedoman moral. Pertama,
pedoman objektif dan yang kedua, pedoman subyektif.

Komentar :
Jadi menurut saya dari 2 pendapat tersebut di maknai bahwa sikap di mana orang memenuhi
kewajibannya bukan karena insaf bahwa kewajiban itu pantas dipenuhi, tetapi karena tertekan,
takut berdosa, takut dipersalahkan. Heteronomi merendahkan manusia, membuat orang menjadi
tidak bebas, tertekan, takut dan buta terhadap nilai-nilai dan tanggungjawab yang sebenarnya.
Sikap ini tidak memberikan kekuatan untuk mengambil sikap sendiri.            Pedoman objektif,
yaitu dari luar dirinya yang disebut norma yang menggariskan mana yang baik atau buruk
menurut persepsi kelompok atau masyarakat. Pedoman subjektif, yang datang dari dalam dirinya
yaitu  suara hati/hati nurani, yaitu yang menggariskan mana yang baik atau buruk menurut
persepsi masing-masing subjek baik norma maupun hati nurani mempunyai arah sama, yaitu
memberi pedoman atau petunjuk ke arah perilaku yang baik, yaitu sesuai dengan keluhuran
martabat manusia dan mengarah pada summum Bonum (kebaikan tertinggi).

Anotasi Ke 9
Judul         : Urgensi Pendidikan Moral
Suatu Upaya Membangun Komitmen Diri
Pengarang                : MD Susilawati, M.Hum.,
  Ch.Suryanti, M.Hum.,
  Dhanu Koesbyanto. JA
Tahun terbit, hal        : 2010, halaman 81
Kota penerbit           : Yogyakarta
Penerbit                   : Surya Perkasa

Anotasi :
Pertanggungjawaban keputusan moral tidak hanya menyangkut penilaian apakah suatu tindakan
sesuai atau tidak dengan peraturan atau prinsip moral tertentu, melainkan juga apakah ada faktor-
faktor lain dalam konteks tindakan yang perlu ikut dipertimbangkan.

Judul                    : Urgensi Pendidikan Moral


Suatu Upaya Membangun Komitmen Diri
Pengarang                 : MD Susilawati, M.Hum.,
  Ch.Suryanti, M.Hum.,
  Dhanu Koesbyanto. JA
Tahun terbit, hal      : 2010, halaman 96
Kota penerbit           : Yogyakarta
Penerbit                 : Surya Perkasa

Anotasi :
Etika pengembangan diri mengajarkan bahwa tujuan akhir manusia adalah kebahagiaan.
Komentar :
Jadi menurut saya dari 2 pendapat tersebut di maknai bahwa untuk menilai suatu tindakan
cukuplah menempatkan tindakan tersebut dalam hubungan dengan peraturan atau prinsip moral;
apakah tindakan itu sesuai atau tidak dengan peraturan/prinsip moral tersebut. Penilaian moral
tak mungkin dilakukan lepas dari peraturan/prinsip moral di bawah mana satu tindakan tertentu
bisa digolongkan. Namun dengan adanya pernyataan diatas isi atau situasi dan kondisi tindakan
(fakta empiris yang melingkupi) juga ikut main peranan dalam penilaian moral yang menyangkut
pertanggungjawaban keputusan moral. Manusia menjadi bahagiakalau ia secara aktif
merealisasikan potensi dan bakat-bakatnya. Jadi yang membuat manusia berbahagia adalah bila
ia mengembangkan diri sedemikian rupa sehingga potensi dan bakatnya menjadi kenyataan.

Anotasi Ke 10

Judul             : Dasar – Dasar Pengertian Moral


Pengarang     : Wila Huky, sebagaimana  dikutip oleh   
   Bambang Daroeso
Tahun Terbit    : 1986, Halaman 22

Anotasi :
1. Moral sebagai perangkat ide-ide tentang tingkah laku hidup, dengan warna dasar tertentu
yang dipegang oleh sekelompok manusia di dalam lingkungan tertentu.
2. Moral adalah ajaran tentang laku hidup yang baik berdasarkan pandangan hidup atau
agama tertentu.
3. Moral sebagai tingkah laku hidup manusia, yang mendasarkan pada kesadaran, bahwa ia
terikat oleh keharusan untuk mencapai yang baik , sesuai dengan nilai dan norma yang
berlaku dalam lingkungannya.

Judul  : Dasar – Dasar Pengertian Moral


Pengarang   : Widjaja
Tahun Terbit : 1985, Halaman 154

Anotasi :
Moral adalah ajaran baik dan buruk tentang perbuatan dan kelakuan (akhlak).

Komentar :
Jadi menurut saya dari 2 pendapat tersebut di maknai bahwa diperoleh pemahaman yang lebih
jelas perlu diberikan ulasan bahwa substansi materiil dari ketiga batasan tersebut tidak berbeda,
yaitu tentang tingkah laku. Akan tetapi bentuk formal ketiga batasan tersebut berbeda. Batasan
pertama dan kedua hampir sama, yaitu seperangkat ide tentang tingkah laku dan ajaran tentang
tingkah laku.Sedangkan batasan ketiga adalah tingkah laku itu sendiri Pada batasan pertama dan
kedua, moral belum berwujud tingkah laku, tapi masih merupakan acuan dari tingkah laku. Pada
batasan pertama, moral dapat dipahami sebagai nilai-nilai moral. Pada batasan kedua, moral
dapat dipahami sebagai nilai-nilai moral atau norma-norma moral. Sedangkan pada batasan
ketiga, moral dapat dipahami sebagai tingkah laku, perbuatan, atau sikap moral. Namun
demikian semua batasan tersebut tidak salah, sebab dalam pembicaraan sehari-hari, moral sering
dimaksudkan masih sebagai seperangkat ide, nilai, ajaran, prinsip, atau norma. Akan tetapi lebih
kongkrit dari itu , moral juga sering dimaksudkan sudah berupa tingkah laku, perbuatan, sikap
atau karakter yang didasarkan pada ajaran, nilai, prinsip, atau norma. Moral dianggap sebagai
sebuah ajaran bukan sebuah sikap. Dimana ajaran tersebut mampu menentukan baik dan buruk
dari perbuatan dan kelakuan seseorang.

Anotasi Ke 11

Judul             : Dasar – Dasar Pengertian Moral


Pengarang     : Tjahjadi
Tahun Terbit : 1991, Halaman 48

Anotasi :

Kant dengan tegas mengatakan, hanya Tuhan yang mengetahui bahwa dorongan batin seseorang
bernilai moral.

Judul              : Dasar – Dasar Pengertian Moral


Pengarang      : Magnis Suseno
Tahun Terbit : 1987, Halaman 14

Anotasi :
Yang mengatakan, bagimana kita harus hidup bukan etika, melainkan ajaran moral.

Komentar :
Jadi menurut saya dari 2 pendapat tersebut di maknai bahwa moralitas adalah kesesuaian sikap
dan perbuatan dengan norma atau hukum batiniah, yakni apa yang oleh Kant dipandang sebagai
“kewajiban”. Sedangkan legalitas adalah kesesuaian sikap dan tindakan dengan hukum atau
norma lahiriah belaka. Kesesuaian ini belum bernilai moral, sebab tidak didasari dorongan batin.
Moralitas akan tercapai jika dalam menaati hukum lahiriah bukan karena takut pada akibat
hukum lahiriah itu, melainkan karena menyadari bahwa taat pada hukum itu merupakan
kewajiban. Dengan demikian, nilai moral baru akan ditemukan di dalam moralitas. Dorongan
batin itu tidak dapat ditangkap dengan indera, sehingga orang tidak mungkin akan menilai
memberi penilaian moral secara mutlak.
Etika bukan suatu sumber tambahan bagi ajaran moral, melainkan merupakan filsafat atau
pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika
adalah sebuah ilmu, bukan sebuah ajaran. Jadi etika adalah ajaran-ajaran moral tidakberada pada
tingkat yang sama.
Anotasi Ke 12
Judul  : Perkembangan Moral Anak Tunggal
   Pada Usia 15 – 18 Tahun
Pengarang      : Riri Suciati
Tahun Terbit : 2009, Halaman i

Anotasi :
Moral adalah ajaran tentang baik buruk suatu perbuatan dan kelakuan akhlak, kewajiban, dan
sebagainya.

Judul               : Perkembangan Moral Anak Tunggal


   Pada Usia 15 – 18 Tahun
Pengarang       : Riri Suciati
Tahun Terbit : 2009, Halaman iv

Anotasi :
Perilaku moral berarti perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial.

Komentar :
Jadi menurut saya dari 2 pendapat tersebut di maknai bahwa dalam moral diatur segala perbuatan
yang dinilai baik dan perlu dilakukan, serta sesuatu perbuatan yang dinilai tidak baik dan perlu
dihindari. Moral berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk membedakan antara perbuatan
yang benardan yang salah. Dengan demikian, moral juga mendasari dan mengendalikan
seseorang dalam bersikap dan bertingkahlaku. Perilaku moral dikendalikan konsep-konsep moral
peraturan perilaku telah  menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya dan yang menentukan
pola perilaku yang diharapkan dari seluruh anggota kelompok.

Anotasi Ke 13
Judul               : Perkembangan Moral Anak Tunggal
    Pada Usia 15 – 18 Tahun
Pengarang       : Riri Suciati
Tahun Terbit   : 2009, Halaman vi

Anotasi :
Anak yang sudah menginjak masa remaja membuat penilaian moral berdasarkan equity, yaitu
penetapan hukuman berdasarkan kemampuan individu untuk mengambil tanggungjawab atas
perilakunya.

Judul               : Perkembangan Moral Anak Tunggal


    Pada Usia 15 – 18 Tahun
Pengarang       : Riri Suciati
Tahun Terbit     : 2009, Halaman ix
Anotasi :
Perkembangan moral adalah istiadat, kebiasaan, tata cara kehidupan yang berkaitan dengan
aturan dan konvensi tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam berinteraksi
dengan orang lain.

Komentar :
Jadi menurut saya dari 2 pendapat tersebut di maknai bahwa remaja sudah tidak lagi terpaku
pada fakta yang bersifat kongkrit tetapi sudah mampu mempertimbangkan berbagai
kemungkinan yang ada. Anak menganggap baik atau buruk atas dasar akibat yang ditimbulkan
oleh suatu tingkahlaku: hadiah atau hukuman. Anak mengikuti apa yang dikatakan baik atau
buruk untuk memperoleh hadiah atau menghindari hukuman. Berkaitan juga dengan kemampuan
seseorang untuk membedakan antara perbuatan yang benar dan yang salah. Dengan demikian,
moral juga melandasi dan mengendalikan seseorang dalam bersikap dan bertingkahlaku.

Anotasi Ke 14

Judul               : Pentingnya Pendidikan Nilai Moral


   Bagi Generasi Penerus
Pengarang       : Ahmad Nawawi
Tahun Terbit    : 2010, Halaman 5

Anotasi :
Pendidikan Nilai Moral adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh manusia (orang dewasa)
yang terencana untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik (anak, generasi penerus)
menanamkan ketuhanan, nilai-nilai estetik dan etik, nilai baik dan buruk, benar dan salah,
mengenai perbuatan, sikap dan kewajiban; akhlaq mulia, budi pekerti luhur agar mencapai
kedewasaannya dan bertanggungjawab.

Judul               : Pentingnya Pendidikan Nilai Moral


   Bagi Generasi Penerus
Pengarang       : Ahmad Nawawi
Tahun Terbit   : 2010, Halaman 6

Anotasi :
Menurut Kohlberg perkembangan sosial dan moral manusia terjadi dalam tiga tingkatan besar
yaitu: (a) tingkatan moralitas prakonvensional; (b) tingkat moralitas konvensional; (c) tingkat
moralitas pascakonvensional

Komentar :
Jadi menurut saya dari 2 pendapat tersebut di maknai bahwa Pendidikan nilai moral
memungkinkan peserta didik memilih secara bijaksana mana yang salah dan mana yang benar
sehingga dengan adanya pendidikan nilai moral diharapkan terciptanya peserta didik yang
memiliki perbuatan, sikap yang berbudi luhur serta mampu bertanggung jawab atas segala
perbuata yang ia lakukan.
(a) tingkatan moralitas prakonvensional,  yaitu ketika manusia berada dalam fase perkembangan
remaja awal, yang belum menganggap moral sebagai kesepakatan tradisi sosial; (b) tingkat
moralitas konvensional, yaitu ketika manusia menjelang dan mulai memasuki fase
perkembangan masa remaja, yang sudah menganggap moral sebagai kesepakatan tradisi sosial;
(c) tingkat moralitas pascakonvensional,  yaitu ketika manusia telah memasuki fase
perkembangan masa remaja dan pasca remaja (usia 13 tahun ke atas), yang memandang moral
lebih dari sekedar kesepakatan tradisi sosial.

Anotasi Ke 15
Judul               : Pentingnya Pendidikan Nilai Moral
   Bagi Generasi Penerus
Pengarang       : Ahmad Nawawi
Tahun Terbit   : 2010, Halaman 7

Anotasi :
Pendekatan teori belajar sosial terhadap proses perkembangan sosial dan moral siswa ditekankan
pada perlunya conditioning (pembiasaan merespon) dan imitation (peniruan).

Judul               : Pentingnya Pendidikan Nilai Moral


   Bagi Generasi Penerus
Pengarang       : Ahmad Nawawi
Tahun Terbit    : 2010, Halaman 10

Anotasi :
Remaja memiliki potensi moral yang dapat diolah dan dikembangkan menjadi moral yang positif
sehingga mampu berpartisipasi aktif dalam pembangunan bangsa dan Negara yang penuh dengan
kejujuran, tidak korup, semangat yang tinggi dan bertanggungjawab.

Komentar :
Jadi menurut saya dari 2 pendapat tersebut di maknai bahwa anak mempelajari respon-respon
baru dengan cara pengamatan terhadap perilaku model/contoh dari orang lain yang menjadi
idola, seperti guru, orang tua, teman sebaya, dan atau insan film yang setiap saat muncul di
tayangan televisi. Imitasi atau peniruan terhadap orang tua, guru, teman idola, dan insan film
memainkan peran penting sebagai seorang model atau tokoh yang dijadikan idola atau contoh
berperilaku sosial dan moral bagi siswa (generasi penerus).
Potensi mereka yang prospektif, dinamis, energik, penuh vitalitas, patriotisme dan idealisme
telah dibuktikan ketika jaman Pergerakan Nasional, pemuda pelajar telah banyak memberikan
kontribusi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal itu bisa terwujud apabila semua
potensi mereka dikembangkan dan salah satunya adalah potensi moral. Oleh karena itu remaja
sebagai generasi penerus harus diselamatkan melalui Pendidikan Nilai Moral. Sehingga harkat
dan martabat bangsa bisa terangkat. Kualitas hidup meningkat, dan kesejahteraan serta
kenyamanan pun bisa didapat.
Anotasi Ke 16
Judul      : Etika Moral Dan Akhlak
Pengarang    : Ayu Perwitasari, Izah Azizah, Alien
Maulani, Tri Haryadi, Khoeroh   Rizkiyah, Putri Widiastuti, Nana Kurnia, Heris
Sundoro, Nahari Sopiah
Tahun Terbit : 2009, Halaman 29

Anotasi :
Moral dalam istilah dipahami juga sebagai:
1. Prinsip hidup yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan buruk.
2. Kemampuan untuk memahami perbedaan benar dan salah.
3. Ajaran atau gambaran tentang tingkah laku yang baik.

Judul       : Etika Moral Dan Akhlak


Pengarang    : Ayu Perwitasari, Izah Azizah, Alien
Maulani, Tri Haryadi, Khoeroh   Rizkiyah, Putri Widiastuti, Nana Kurnia, Heris
Sundoro, Nahari Sopiah
Tahun Terbit : 2009, Halaman 29

Anotasi :
Moral terbagi menjadi dua yaitu :
a. Baik
b. Buruk

Komentar :
Jadi menurut saya dari 2 pendapat tersebut di maknai bahwa moral bisa dikatakan sebagai sebuah
prinsip hidup yang dapat menunjukkan kepada seseorang antara yang baik dan buruk, yang salah
dan benar. Dengan adanya moral seseorang akan mampu membedakan antara hal yang baik dan
hal yang buruk sehingga seseorang yang bermoral pasti akan bertingkah laku yang baik.
Moral dapat dikatakan sebagai sebuah ajaran tingkah laku manusia. Setiap manusia pasti
memiliki perbedaan perilaku. Dari perbedaan tersebut maka moral juga dibagi menjadi moral
baik dan buruk. Moral baik adalah segala tingkah laku yang dikenal etika sebagai hal yang baik.
Moral buruk adalah segala tingkah laku yang dikenal etika sebagai hal yang buruk.

Anotasi Ke 17
Judul  : Etika Moral Dan Akhlak
Pengarang     : Ayu Perwitasari, Izah Azizah, Alien
Maulani, Tri Haryadi, Khoeroh   Rizkiyah, Putri Widiastuti, Nana Kurnia, Heris
Sundoro, Nahari Sopiah
Tahun Terbit : 2009, Halaman 30

Anotasi :
Moral dapat diukur secara subyektif dan obyektif.

Judul               : Etika Moral Dan Akhlak


Pengarang       : Ayu Perwitasari, Izah Azizah, Alien
Maulani, Tri Haryadi, Khoeroh   Rizkiyah, Putri Widiastuti, Nana Kurnia, Heris
Sundoro, Nahari Sopiah
Tahun Terbit : 2009, Halaman 30

Anotasi :
Moralitas adalah pedoman yang dimiliki individu atau kelompok mengenai apa yang benar dan
salah berdasarkan standar moral.

Komentar :
Jadi menurut saya dari 2 pendapat tersebut di maknai bahwa memberikan ukuran yang subyektif,
adapun norma memberikan ukuran yang obyektif. Apabila hati nurani ingin membisikan sesuatu
yang benar, maka norma akan membantu mencari kebaikan moral.
Moralitas adalah sebuah pedoman mengenai apa yang benar dan apa yang salah. Jadi moralitas
merupakan sebuah prinsip yang dimiliki oleh setiap individu digunakan seseorang untuk
mengatur tingkah lakunya sesuai pada sumber moralitas yakni sumber tradisi atau adat, agama
atau sebuah ideologi atau gabungan dari beberapa sumber berdasarkankan standar yang dianggap
memiliki konsekuensi serius, didasarkan penalaran yang baik bukan otoritas kekuasaan.

Anotasi Ke 18
Judul               : Dasar-Dasar Pendidikan Moral
Pengarang       : SAMSURI, M.Ag.
Tahun Terbit   : 2007, Halaman 12

Anotasi :
James Rest (dalam Kurtines dan Gerwitz, 1992) membagi komponen moralitas menjadi tiga
kawasan: pemikiran tentang moral, perasan moral, dan perilaku moral.

Judul               : Dasar-Dasar Pendidikan Moral


Pengarang       : SAMSURI, M.Ag.
Tahun Terbit   : 2007, Halaman 15

Anotasi :
Tindakan moral memiliki tiga tipe (Kohlberg dan Candee, 1992):
1. Tipe rasionalis
2. Tipe naturalistic
3. Tipe behavioristik-sosial

Komentar :
Jadi menurut saya dari 2 pendapat tersebut di maknai bahwa pemikiran tentang moral atau
penalaran moral merupakan suatu proses pertimbangan moral sebelum suatu tindakan moral
dilakukan oleh seseorang. Penalaran moral juga hati nurani sebagai upaya pertimbangan
moral. Perasaan moral berorientasi kepada sentimen harga diri dianggap sebagai emotivisme,
karena terkait dengan masalah penilaian moral yang tidak dapat disebut salah dan benar, hanya
mengungkapkan perasaan seseorang atau kelompok orang. Perilaku moral diartikan sebagai
suatu pola perilaku di dalam kerangka konteks tertentu, dengan memperhatikan proses-proses
batin yang melahirkan perilaku moral tersebut.
Perbedaan dari tiga tipe tindakan moral tersebut adalah :
1. Tipe rasionalistik memandang penalaran moral sebagai suatu keharusan serta mencukupi
bagi lahirnya suatu tindakan moral.
2. Tipe naturalistik berpandangan bahwa moral itu merupakan suatu keharusan, tetapi tidak
mencukupi untuk melahirkan suatu tindakan moral.
3. Dan tipe behavioristik-sosial tindakan moral merujuk kepada pola pikir sang pelaku.

Anotasi Ke 19
Judul               : Dasar-Dasar Pendidikan Moral
Pengarang       : SAMSURI, M.Ag.
Tahun Terbit    : 2007, Halaman 26

Anotasi :
Ajaran pokok hedonisme (Epicurus dalam De Vos, 1987) bahwa kebajikan tertinggi terletak
pada kenikmatan. Kenikmatan tidak selalu berbentuk atau bersifat jasmani/fisik.

Judul               : Dasar-Dasar Pendidikan Moral


Pengarang       : SAMSURI, M.Ag.
Tahun Terbit   : 2007, Halaman 31

Anotasi :
Pendidikan moral adalahpendidikan mengenai prinsip-prinsip umum tentang moralitas dengan
menggunakan metode pertimbangan moral/cara-cara memberikan pertimbangan moral.

Komentar :
Jadi menurut saya dari 2 pendapat tersebut di maknai bahwa ajaran tersebut menunjukkan bahwa
manusia sekan-akan menjadikannya bersifat binatang yang hanya serakah, ingin memenuhi
kebutuhan hidupnya dengan memperoleh kenikmatan sepuas-puasnya, asalkan kebutuhan
kodratinya terpenuhi.

Jadi semua pendidikan yang menyangkut prinsip tentang moralitas dapat dikatakan sebagai
pendidikan moral. Karena memang tidak ada prinsip khusus dalam pendidikan moral. Cara
mengajarkan pendidikan moral menggunakan metode pertimbangan moral kemungkinan juga
menggunakan cara memecahkan masalah dilema moral yang sering dijumpai dalam hidup
manusia.
Anotasi Ke 20

Judul   : Pengaruh Penalaran Moral Dan


Sikap Lingkungan Terhadap Akuntabilitas Lingkungan
Pengarang     : Afdal
Tahun Terbit : 2014, Halaman 9

Anotasi :
Akuntabilitas lingkungan sebagai manifestasi keprihatinan dan perilaku lingkungan juga
memiliki kesesuaian dengan karakteristik penalaran moral yang tinggi.

Judul     : Pengaruh Penalaran Moral Dan


Sikap Lingkungan Terhadap Akuntabilitas Lingkungan
Pengarang    : Afdal
Tahun Terbit : 2014, Halaman 10

Anotasi :
Perkembangan penalaran moral berhubungan dengan apakah dan bagaimana antroposentris dan
ekosentris mendukung akuntabilitas lingkungan.

Komentar :
Jadi menurut saya dari 2 pendapat tersebut di maknai bahwa akuntabilitas lingkungan
menunjukkan bentuk tanggung jawab terhadap aspek yang lebih luas, lebih universal dan bukti
bahwa tindakannya tidak asosial. Sehingga dukungan akuntabilitas lingkungan akan semakin
tinggi pada individu yang memiliki penalaran moral yang tinggi. Selain alasan tersebut,
akuntabilitasyang sifatnya sukarela, tanpa adanya regulasi dari pemegang otoritas, akan tetap
terdukung karena penalaran moral yang tinggi tidak mendasarkan prinsip dan nilai moral pada
aturan yang berlakutapi jauh melebihi aturan sehingga tingkatan penalaran moral yang tinggi
akan berpengaruh positif terhadapdukungan akuntabilitas lingkungan.
Perilaku individu berbeda-beda pada tingkatan perkembangan penalaran moralnya.
Antroposentris kelihatan merupakan bagian yang terkait dengan kekhawatiran yang murni demi
diri sendiri pada tingkatan penalaran moral yang rendah, pra-konvensional.

Anotasi Ke 21

Judul : Wajah Moral Masyarakat Melayu


Pascamoden : Antara Realiti, Harapan Dan Gagasan Pendidikan Moral Tinggi
Pengarang     : Mohd. Azhar Abd. Hamid, Mohd.
   Koharuddin Balwi, Muhamed Fauzi
  Othman, Othman A. Kassim
Tahun Terbit : -, Halaman 9

Anotasi :
Masyarakat Melayu sebelum pengaruh imperialisme, industrialisme dan sekularisme amat
sinonim dengan nilai moral dan akhlak yang tinggi dan terpuji. Rasa hormat anak-anak terhadap
orang tua amat tinggi dan budi bahasa, sopan santun, keluhuran budi dan segala macam nilai
moral yang terpancar menerusi budaya hidup tolong menolong dan bekerjasama mencerminkan
pendidikan moral institusi keluarga masyarakat tradisi amat berkesan.

Judul : Wajah Moral Masyarakat Melayu


Pascamoden : Antara Realiti, Harapan Dan Gagasan Pendidikan Moral Tinggi
Pengarang     : Mohd. Azhar Abd. Hamid, Mohd.
   Koharuddin Balwi, Muhamed Fauzi
  Othman, Othman A. Kassim
Tahun Terbit : -, Halaman 9

Anotasi :
Keluarga memainkan peranan penting dalam pembentukan sosial dan moral seseorang, keadaan
keluarga akan membentuk akhlak seseorang.

Komentar :
Jadi menurut saya dari 2 pendapat tersebut di maknai bahwa hal tersebut dapat terjadi karena
dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni pemikiran dan asas hidup yang dinamik dan progresif
khususnya dalam soal pendidikan moral. Anak-anak dididik, dibimbing dan dipantau sejak kecil
agar menghormati orang tua, beradab, bertingkahlaku, adab berkomunikasi dan sebagainya.
Pergaulan dan interaksi sosial muda-mudi terbatas. Dan pengaruh media massa sangat
minimal. Dari keluarga, seseorang akan tahu jenis agama, orang tua seseorang.

Anotasi Ke 22
Judul               : Implementasi Moral Ke Dalam Sistem
Ilmu Hukum
Pengarang      : Al Gazali Mus SHI.,MH
Tahun Terbit   : -, Halaman 1

Anotasi :
Dalam perjalanan sejarah yang panjang, moral dan moralitas itu sedikit demi sedikit tereduksi,
sehingga dewasa ini kandungan moral dan moralitas dalam ilmu hukum sangat menipis.

Judul               : Implementasi Moral Ke Dalam Sistem


Ilmu Hukum
Pengarang      : Al Gazali Mus SHI.,MH
Tahun Terbit   : -, Halaman 3

Anotasi :
Moral religius merupakan moral kehidupan. Apabila kita sepakat bahwa seluruh aspek
kehidupan tidak ada yang bebas, lepas dan netral dari nilai-nilai kebenaran dan keadilan, maka
sebenarnya apa yang disebut moral religius menjadi identik dengan moral ilmu hukum.

Komentar :
Jadi menurut saya dari 2 pendapat tersebut di maknai bahwa perkembangan ilmu hukum menjadi
semakin memprihatinkan, ketika moral dan moralitas yang masih tersisa dalam batas minimal
tersebut cenderung diputar-balikkan melalui rekayasa atau permainan, sehingga garis batas
antara adil/dzalim, benar/salah, baik/buruk, jujur/bohong dan sebagainya menjadi kabur,
simpang-siur, kacau dan membingungkan. Bahkan pada tataran teoretis maupun praktis, seakan
tidak ada lagi garis batas, garis pemisah, garis demarkasi dalam moral dan moralitas tersebut,
sehingga siapapun yang terlibat dalam masalah-masalah hukum, menjadi bingung dan terjebak
ke dalam ketidak-berdayaan, ketidak-pastian, ketidak-teraturan, karena memang tidak ada
pedoman, tidak ada referensi ataupun kategori-kategori yang pasti mengenai moral dan moralitas
itu.
Anotasi Ke 23

Judul             : Implementasi Moral Ke Dalam Sistem


Ilmu Hukum
Pengarang     : Al Gazali Mus SHI.,MH
Tahun Terbit : -, Halaman 3-4

Anotasi :
Dalam keuniversalannya, moral religius mengandung karakteristik sebagai berikut:
Pertama, berkarakter teistik. Kedua, berkarakter manusiawi. Ketiga, berkarakter realistik.
Keempat, berkarakter holistik.

Judul             : Implementasi Moral Ke Dalam Sistem


Ilmu Hukum
Pengarang     : Al Gazali Mus SHI.,MH
Tahun Terbit : -, Halaman 17

Anotasi :
Penilaian moral mengenai baik/buruk, benar/salah, halal/haram secara konsisten dikembalikan
pada aturan-aturan yang bersifat Illahiah. Namun, pada perkembangan selanjutnya moralitas
religius itu telah tereduksi oleh kepentingan-kepentingan politik dan kekuasaan.

Komentar :
Jadi menurut saya dari 2 pendapat tersebut di maknai bahwa Nilai-nilai moral absolut hanya ada
pada Dia, dan oleh sebab itu segala bentuk aktivitas manusia, termasuk dalam berolah ilmu
hukum harus berporos, berproses, dan bermuara kepada-Nya. Dengan kata lain, ilmu hukum
yang bermoral adalah ilmu hukum yang dibingkai oleh pandangan dunia yang teistik. Moral
religius menjamin terwujudnya kehidupan manusia agar tegak dan konsisten, tidak mudah
tergoyahkan oleh berbagai perubahan dan hasutan yang membawa kepada kerusakan.

Anotasi Ke 24

Judul               : Kesadaran Moral Kehidupan


Bermasyarakat Suatu Pemikiran Kefilsafatan
Pengarang       : Suparlan Suhartono
Tahun Terbit   : -, Halaman 3
Anotasi :
Menurut Franz Magnis Suseno (1991), “ajaran moral memuat pandangan-pandangan nilai-nilai
dan norma-norma moral yang terdapat di antara sekelompok manusia. Norma moral adalahaturan
tentang bagaimana manusia harus hidup supaya menjadi baik sebagai manusia”.Sedangkan
mengenai etika, ditandaskan bahwa “etika bukan sumber tambahan moralitasmelainkan
merupakan filsafat yang merefleksikan ajaran-
ajaran moral”.

Judul               : Kesadaran Moral Kehidupan


Bermasyarakat Suatu Pemikiran Kefilsafatan
Pengarang       : Suparlan Suhartono
Tahun Terbit   : -, Halaman 5

Anotasi :
Secara langsung atau tidak langsung, moralitas dan etika hanya bisa berlaku secara sempurna di
dalam kehidupan bermasyarakat. Orang yang hidup dengan mengisolir diri di tengah hutan,
seolah-olah tidak memerlukan moral dan etika. Tetapi ketika mulai memanfaatkan sumber daya
hutan, apalagi jika cara pemanfaatannya cenderung merusak, maka perilakunya sudah masuk ke
dalam lingkup moral dan etika.

Komentar :
Jadi menurut saya dari 2 pendapat tersebut di maknai bahwa bentuk hubungan antara moral dan
etika dapat dirumuskan bahwa moral lebih bersifatabstrak universal, sedangkan etika lebih
bersifat konkret khusus (obyektif). Misalnya, “korupsi”adalah perilaku tidak bermoral, tetapi
“tidak membayar pajak” (karena alasan tertentu) adalahperilaku tidak etis. Tetapi, keduanya
tetap mempersoalkan masalah yang sama, yaitu perilaku.Lebih lanjut, ditekankan bahwa “etika
mempersoalkan tentang mengapa kita harus mengikuti moralitas tertentu,bagaimana kita dapat
mengambil sikap yang bertanggung-jawab berhadapan dengan pelbagaimoralitas”.

Anotasi Ke 25
Judul               : Kesadaran Moral Kehidupan
Bermasyarakat Suatu Pemikiran Kefilsafatan
Pengarang       : Suparlan Suhartono
Tahun Terbit    :-, Halaman 6

Anotasi :
Sistem nilai adalah suasana moralitas manusia yang harus dipertanggung-jawabkan secara etis di
sepanjang kehidupan.

Judul               : Kesadaran Moral Kehidupan


Bermasyarakat Suatu Pemikiran Kefilsafatan
Pengarang       : Suparlan Suhartono
Tahun Terbit     :-, Halaman 7
Anotasi :
Fakta ikatan sosial saling mendidik, menunjukkan bahwa di dalam pendidikan terkandung benih
moral, berupa dorongan sosial setiap orang untuk saling berbuat baik.

Komentar :
Jadi menurut saya dari 2 pendapat tersebut di maknai bahwa di dalam kehidupan bermasyarakat,
setiap orangharus berpedoman pada norma-norma etika, menurut kesadaran moral, karena
mereka akan selaludiperhadapkan dengan masalahhak dan kewajiban. Apakah karena hak,
sesuatu itu dilakukanatau sebaliknya karena telah menjalankan kewajiban lalu mendapatkan hak.
Keduanyamengandung nilai kebenaran sederajat. Pada keadaan mapan (stability), hak
mendahuluikewajiban, tetapi pada titikdinamika, bisa jadi kewajiban mendahului hak.

Anotasi Ke 26

Judul               : Modul Pelatihan Guru Taman Kanak-


   Kanak
Pengarang       : Dr. Yuliani Nurani Sujiono, M.Pd
Tahun Terbit    : 2007, Halaman 2

Anotasi :
Pendidikan moral akan berhasil apabila pendidikan itu dilakukan sesuai dengan  tahapan
perkembangan moral anak.

Judul               : Modul Pelatihan Guru Taman Kanak-


   Kanak
Pengarang       : Dr. Yuliani Nurani Sujiono, M.Pd
Tahun Terbit    : 2007, Halaman 6

Anotasi :
Perilaku moral dihidupkan oleh imajinasi moral, yaitu kemampuan individu yang tumbuh
perlahan-lahan untuk merenungkan mana yang benar dan mana yang salah.

Komentar :
Jadi menurut saya dari 2 pendapat tersebut di maknai bahwa perilaku moral tidak diperoleh
begitu saja, melainkan harus ditanamkan. Hal ini dikarenakan pada saat lahir anak belum
memiliki konsep tentang perilaku anak yang baik dan tidak baik. Selain itu, pemahaman anak 
tentang mana yang benar, bertindak untuk kebaikan bersama, dan menghindari hal yang salah
belum dikembangkan dalam diri anak. Awalnya anak berperilaku hanya karena dorongan
naluriah saja yang seolah tak terkendali.

Anotasi Ke 27

                      Judul : Efektivitas ProgramnMentoring


Halaqah  Dalam Meningkatkan
  Kecerdasan Moral Siswa
Penulis                     : Ade Hidayat
Tahun terbit, hal       : 2013, halam 20
Nama jurnal              : Jurnal Etika Dan Pekerti
Volume, nomer         : Volume I, No.1

Anotasi :
Moral merupakan salah satu landasan utama bagi kelangsungan hidup manusia dan pokok dari
kemajuan bangsa dan negara.

Judul : Efektivitas ProgramnMentoring


Halaqah  Dalam Meningkatkan
  Kecerdasan Moral Siswa
Penulis                     : Ade Hidayat
Tahun terbit, hal       : 2013, halam 20
Nama jurnal              : Jurnal Etika Dan Pekerti
Volume, nomer         : Volume I, No.1

Anotasi :
Kecerdasan moral merupakan kemampuan mental seseorang yang melibatkan unsur emosional
dan unsur kognisi (intelektual) untuk berpikir, bersikap, berperilaku atau bertindak berdasarkan
sistem nilai etis (benar dan salah) yang berlaku pada suatu masyarakat sehingga dapat
diaplikasikan pada tujuan dan tindakan dalam kehidupan.

Komentar :
Jadi menurut saya dari 2 pendapat tersebut di maknai bahwa pentingnya kesadaran untuk
mengembangkan moral dikarenakan realitas bergulirnya globalisasi tidak sekadar berdampak
positif. Globalisasi telah menjadi salah satu intrumen yang memiliki peran dan pengaruh
siginifikan dalam mentransfer nilai-nilai baik positif maupun negatif yang dianut dari suatu
bangsa dan negara secara cepat kepada bangsa dan negara lain. Salah satu wujud kemajuan yang
identik dengan globalisasi adalah kemajuan teknologi.

Anotasi Ke 28
Judul : Efektivitas ProgramnMentoring
Halaqah  Dalam Meningkatkan
  Kecerdasan Moral Siswa
Penulis                     : Ade Hidayat
Tahun terbit, hal       : 2013, halam 24
Nama jurnal              : Jurnal Etika Dan Pekerti
Volume, nomer         : Volume I, No.1

Anotasi :

Lennick & Kiel (2008) mendefinisikan bahwa kecerdasan moral adalah “the mental capacity to
determine how universal human principles should be applied to our values, goals, and action”.
Judul : Efektivitas ProgramnMentoring
Halaqah  Dalam Meningkatkan
  Kecerdasan Moral Siswa
Penulis                     : Ade Hidayat
Tahun terbit, hal       : 2013, halam 24
Nama jurnal              : Jurnal Etika Dan Pekerti
Volume, nomer         : Volume I, No.1

Anotasi :
Kecerdasan moral sebagaikemampuan seseorang yang tumbuh perlahan-lahan untuk
merenungkan mana yang benar dan mana yang salah, dengan menggunakan sumber emosional
maupun intelektual manusia
(Coles, 2003: 2).

Komentar :
Jadi menurut saya dari 2 pendapat tersebut di maknai bahwa Kapasitas mental merupakansalah
satu sumber untuk menetapkanprinsip-prinsip nilai kemanusiaan yang bersumberdari agama atau
budaya yang kemudiandalam nilai-nilai moral, tujuandan tindakan moral individu.
Kecerdasan moral dapat digunakan untuk mengetahui prinsip-prinsip nilai baik dan
buruk, mengetahui perkembangan moral, dan menalarkan dilema moral. Kecerdasan moral juga
dapat membantu remaja dalam bersikap dan berperilaku moral ketika menghadapi dilema moral
atau pilihan moral yang melibatkan proses nalar atau sumber emosional.

Anotasi Ke 29

Judul         : Model Pendidikan Nilai Moral


  Bagi Para Remaja Menurut
Perspektif Islam
Penulis                      : Kokom St. Komariah
Tahun terbit, hal       : 2011, halaman 46-45
Nama jurnal             : Jurnal Pendidikan Agama Islam–
  Ta’lim
Volume, nomer          : Volume 9 No. 1

Anotasi :
Moralitas yangsesungguuhnya ialah sebagai berikut:
1. Kelakuan yang sesuai dengan ukuran-ukuran masyarakat yang timbul dari hatisendiri
bukan paksaan dari luar.
2. Rasa tanggungjawab atas tindakan itu.
3. Mendahulukan kepentingan umum daripada keinginan atau kepentinganpribadi.

Judul         : Model Pendidikan Nilai Moral


  Bagi Para Remaja Menurut
Perspektif Islam
Penulis                      : Kokom St. Komariah
Tahun terbit, hal       : 2011, halaman 53
Nama jurnal            : Jurnal Pendidikan Agama Islam–
  Ta’lim
Volume, nomer          : Volume 9 No. 1

Anotasi :
Dalam pembinaan nilai moral ada dua segi yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Tindak moral (moral behavior)
2. Pengertian tentang moral (moral concepts).

Komentar :
Jadi menurut saya dari 2 pendapat tersebut di maknai bahwa Moralitas berasal dari kemauan
orang itu sendiri. Orang lain tidak bisa memaksakan moralitas terhadap diri kita. Sehingga
moralitas seseorang dapat mencerminkan bagaimana orang itu sebenarnya. Mereka yang
memilikisikap rasa tanggungjawab dan tidak menganut pandangan egoisme adalah individu yang
memiliki moralitas yang kompleks.

Anotasi Ke 30

Judul                 : Membentuk Karakter Melalui


Pendidikan Moral Pada Anak Usia DiniDi Sekolah Raudhatul Athfal
(R.A) Habibillah
Penulis                     : R. Andi Ahmad Gunadi
Tahun terbit, hal       : 2013, halaman 86-87
Nama jurnal             :  Jurnal Ilmiah WIDYA
Volume, nomer       :  Volume 1 No. 2

Anotasi :
Pendidikan moral merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dalam proses pendidikan. Beberapa hal yang
berkaitan dengan pendidikan moral, yakni: (1) Pendidikankarakter; (2) Klarifikasi nilai; dan (3)
Pendidikan moral kognitif .

Judul                 : Membentuk Karakter Melalui


Pendidikan Moral Pada Anak Usia DiniDi Sekolah Raudhatul Athfal
(R.A) Habibillah
Penulis                     : R. Andi Ahmad Gunadi
Tahun terbit, hal       : 2013, halaman 87
Nama jurnal             :  Jurnal Ilmiah WIDYA
Volume, nomer       :  Volume 1 No. 2
Anotasi :
Perkembangan moral pada anak-anak dapat berlangsung melalui beberapa cara, yaitu: (1)
Pendidikanlangsung; (2) Identifikasi; (3) Proses coba-coba.
Komentar :
Jadi menurut saya dari 2 pendapat tersebut di maknai bahwa Pendidikan karakter merupakan
pendidikan yang bersentuhan langsung dengan perkembangan moral anak; klarifikasi nilai
adalah proses memberikan bantuan kepada setiap anak untuk memahami dan menyadari untuk
apa hidup serta mengklarifikasi bentuk-bentuk perilaku apa yang layak dikerjakan; pendidikan
moral kognitif adalah pendekatan yang didasarkan pada keyakinan bahwa murid harus
mempelajari hal-hal seperti demokrasi dan keadilan saat moral mereka sedang berkembang.

Anotasi Ke 31

Judul          : Perilaku Moral Remaja Dari


Keluarga Karier Ganda
Penulis                 : Ratna Maharani
Tahun terbit, hal       : 2013, halaman 494
Nama jurnal            : Jurnal Online Psikologi
Volume, nomer    : Volume 1 No. 2

Anotasi :
Pada Remaja yang kedua orang tuanya bekerja, meski mereka mendapatkan pendidikan moral,
namun karena kedua orang tuanya bekerja ada kesempatan untuk dapat segera melakukan
koreksi atau mengontrol mana yang seharusnya dan mana yang tidak sepatutnya dilakukan oleh
Remaja, sangatlah terbatas. Ayah dan ibu yang sepanjang hari bekerja dikantor, tidak akan
mengetahui semua yang dilakukan oleh anaknya dirumah pada hari itu. (Markum, 1991).

Judul          : Perilaku Moral Remaja Dari


Keluarga Karier Ganda
Penulis                 : Ratna Maharani
Tahun terbit, hal       : 2013, halaman 494
Nama jurnal            : Jurnal Online Psikologi
Volume, nomer    : Volume 1 No. 2

Anotasi :
Menurut Rose Mini (2010) perilaku moral adalah perilaku seseorang dalam berhubungan dengan
orang lain yang mengacu pada seperangkat peraturan, kebiasaan, dan prinsip-prinsip tertentu
yang berdampak pada kesejahteraan manusia.

Komentar :
Jadi menurut saya dari 2 pendapat tersebut di maknai bahwa kesibukan orang tua diluar rumah
menyebabkan orang tua tidak mempunyai banyak waktu untuk mananamkan pendidikan moral
pada anak. Orang tua hanya mempunyai waktu jika akhir pekan untuk berlibur bersama. 
Kesibukan orangtua inilah yang menyebabkan orangtua merasa bersalah karena tidak
mempunyai banyak waktu untuk anak.
Anotasi Ke 32

Judul          : Perilaku Moral Remaja Dari


Keluarga Karier Ganda
Penulis                 : Ratna Maharani
Tahun terbit, hal       : 2013, halaman 497
Nama jurnal            : Jurnal Online Psikologi
Volume, nomer    : Volume 1 No. 2

Anotasi :
Menurut (Borba, 2001; Rose Mini; 2010) terdapat tujuh hal utama yang merupakan sifat dasar
dari moral dan dapat membantu anak untuk bersikap sesuai moral dalam menghadapi tekanan
lingkungan yaitu, Empati (Empathy), Hati nurani (Conscience), Kontrol diri (Self-Control),
Menghargai (Respect), Kebaikan (kindness), Tenggang rasa (tolerance), Keadilan (Fairless).

Judul          : Perilaku Moral Remaja Dari


Keluarga Karier Ganda
Penulis                 : Ratna Maharani
Tahun terbit, hal       : 2013, halaman 500
Nama jurnal            : Jurnal Online Psikologi
Volume, nomer    : Volume 1 No. 2

Anotasi :
Hasil penelitian menunjukkan 65.7% remaja yang diasuh keluarga karir ganda berhasil
menanamkan perilaku moral yang baik, dan 34.4% anak yang diasuh oleh keluarga karir ganda
tidak berhasil menanamkan perilaku moral pada diri mereka.

Komentar :
Jadi menurut saya dari 2 pendapat tersebut di maknai bahwa ketujuh sifat tersebut dapat
diajarkan, dicontohkan, diinspirasikan, dan dibentuk agar anak dapat menguasainya. Apabila
anak dapat mencontoh ketujuh sifat dasar tersebut maka anak bisa berperilaku moral apabila
tujuh item itu diterapkan pada anak sejak usia dini.

Anotasi Ke 33

Judul                  : Gambaran Penalaran Moral Pada


Remaja Yang Tinggal Di Daerah Konflik
Penulis                    : Solvia Karina Tarigan, Ade
Rahmawati Siregar
Tahun terbit, hal      : 2013, halaman 80
Nama jurnal           : Jurnal Psikologia
Volume, nomer        : Volume 8 No. 2

Anotasi :
Penalaran moral berkenaan dengan jawaban atas pertanyaan mengapa dan bagaimana seseorang
sampai pada keputusan bahwa sesuatu dianggap baik dan buruk (Sarwono, 2010).
Judul                  : Gambaran Penalaran Moral Pada
Remaja Yang Tinggal Di Daerah Konflik
Penulis                    : Solvia Karina Tarigan, Ade
Rahmawati Siregar
Tahun terbit, hal      : 2013, halaman 80
Nama jurnal           : Jurnal Psikologia
Volume, nomer        : Volume 8 No. 2

Anotasi :
Furter (1965) menambahkan moral merupakan masalah yang penting dalam masa remaja. Proses
perkembangan yang terjadi dalam diri seorang remaja terbentuk dengan apa yang dialami dan
diterimanya selama masa anak-anak, sedikit demi sedikit hal tersebut akan mempengaruhi
perkembangannya yang akan menuju dewasa.

Komentar :
Jadi menurut saya dari 2 pendapat tersebut di maknai bahwa penalaran moral berperan penting
bagi pengembangan prinsip moral. Pada penalaran moral diharapkan seorang remaja yang
menghadapi dilema-dilema moral secara reflektif mengembangkan prinsip-prinsip moral pribadi
yang dapat bertindak sesuai dasar moral yang diyakini dan bukan merupakan tekanan sosial.

Anotasi Ke 34

Nama : afifaasac. 2013. upaya melaksanakan tata tertib di SMP N 14 Yogyakarta


(Contoh: Makalah )
Anotasi :
Tata tertib yang di dibuat oleh pihak sekolah terkadang dianggap terlalu memaksa oleh para
siswa. Siswa seperti merasa terkekang ketika berada di sekolah. Untuk mengatasi hal ini
bimbingan konseling sebaiknya memberikan bimbingan tentang tata tertib dan pencerahan
kepada para siswa yang sering melanggar tata tertib yang telah dibuat oleh pihak sekolah
sebenarnya memiliki banyak manfaat bagi para siswa. Berikut penjelasanya : Misalnya, tata
tertib sekolah yang melarang siswa membawa alat komunikasi.

Nama : afifaasac. 2013. upaya melaksanakan tata tertib di SMP N 14


Yogyakarta (Contoh: Makalah )

Anotasi :
Pada tata tertib sekolah yang melarang siswa membuang sampah sembarangan. Pelarangan
tersebut bertujuan agar para siswa dapat menjaga kebersihan di lingkungan sekitarnya.Tata tertib
sekolah yang meminta siswa agar tidak datang terlambat. Mempunyai manfaat untuk melatih
kedisiplinan siswa. masih banyak tata tertib sekolah dan manfaatnya yang lain. Manfaat atau
tujuan dibuatnya tata tertib. Misalnya tata tertib yang melarang siswa untuk membuang sampah
sembarangan. Agar siswa dapat menjaga lingkungan sekitar. Dan banyak tata tertib dan manfaat
lainya.
Komentar :
Jadi menurut saya dari 2 pendapat tersebut di maknai bahwa Tata tertib sekolah adalah suatu
peraturan yang digunakan pihak sekolah untuk mengatur siswanya. Tata tertib sekolah dibuat
agar dapat terlaksanaannya kurikulum secara baik yang mampu menunjang peningkatan mutu
pendidikan di sekolah..

Anotsi ke 35

Nama : Wenny Nurul Aini


Judul : TATA TERTIB SEKOLAH SEBAGAI PENGENDALI PERILAKU SISWA
Tahun : 2011
Sumber :Makalah

Anotasi
Tata tertib lebih merupakan petunjuk agar warga sekolah dapat melaksanakan suatu pekerjaan
dengan baik, bekerja secara tertib, tidak mengganggu kepentingan orang lain, dan berlaku
santun. Tata tertib akan lebih membuat rasa senang seseorang jika dibuat tidak dalam kalimat
negatif atau menggunakan kata-kata tidak. Oleh karena itu, menurut Sulaiman (2001: 22) sangat
perlu adanya sejumlah kriteria untuk siswa sebagai subyek dan sejumlah agenda dengan pola
yang sistematis.

Nama : Wenny Nurul Aini


Judul : TATA TERTIB SEKOLAH SEBAGAI PENGENDALI PERILAKU SISWA
Tahun : 2011
Sumber :Makalah

Anotasi
Tata tertib sekolah berfungsi membina, menumbuhkan, dan mengembangkan serta membentuk
karakter anak secara optimal sehingga terbentuk perilaku dan kemampuan dasar sesuai dengan
tahap perkembangannya agar memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan. Oleh karena itu,
menurut Dimas (2007: 107), anak harus dilibatkan dalam pembuatan tata tertib sehingga ia
menadapatkan motivasi untuk terlibat dalam membuat aturan tentang perilakunya atau aturan
untuk meluruskan perilakunya.

Komentar
Jadi menurut saya dari 2 pendapat tersebut di maknai bahwa Tata tertib sekolah pada hakikatnya
dibuat dari, oleh, dan untuk warga sekolah. Kalaupun konsep tata tertib itu telah dibuat oleh
kepala sekolah atau dinas pendidikan, maka konsep itu harus mendapatkan persetujuan dari
semua pemangku kepentingan di sekolah. Komite Sekolah akan lebih baik jika dimintai
pendapatnya tentang tata tertib sekolah tersebut.
Anotasi ke 36

Nama : Tri S hina P utri


Judul : PENDIDIKAN MORAL DI KALANGAN  REMAJA DAN PENGARUH
GLOBALISASI
Sumber : Makalah
Anotasi
Dewey (dalam Kohlberg, 1997) menyatakan bahwa pada dasarnya tujuan pendidikan adalah
mengembangkan kemampuan intelektual dan moral. Prinsip-prinsip psikologi dan etika dapat
membantu sekolah untuk meningkatkan seluruh tugas pendidikan dalam membangun
kepribadian siswa yang kuat.

Nama : Tri S hina P utri


Judul : PENDIDIKAN MORAL DI KALANGAN  REMAJA DAN PENGARUH
GLOBALISASI
Sumber : Makalah

Anotasi
Goods (1945) menegaskan Negara yang mengakui agama dan sekolah agama, maka pendidikan
moral di sekolah diajarkan melalui pendidikan agama atau sekolah sekolah agama, sedangkan
Negara yang tidak mengakui agamapendidikan moral diajarkan pendidikan kewarganegaraan
atau civics. Jika berpedoman pada konsep ini, dapat dikatakan bahwa Negara
Indonesia merupakan Negara yang memberikan perhatian cukup besar dalam pembinaan moral.

Komentar
Jadi menurut saya dari 2 pendapat tersebut di maknai bahwa Negara Indonesia merupakan suatu
Negara yang menaruh perhatian besar pada masalah pendidikan moral. Kurikulum sekolah mulai
dari tingkat yang paling rendah hingga paling tinggi, mengalokasikan waktu yang cukup banyak
bagi bidang studi yang potensial untuk pembinaan moral, antara lain Pendidikan Agama,
Pendidikan Kewarganegaraan dan Ilmu pengetahuan sosial. 

Anotasi ke 37

Nama : afifaasac. 2013. upaya melaksanakan tata tertib di SMP N 14


Yogyakarta (Contoh: Makalah )

Anotasi
Sikap moral yang sebenarnya adalah sikap otonom (dari kata yunani autos , sendiri ). Otonomi
moral berarti bahwa manusia menaati kewajiban –kewajibannya karena ia sendiri sadar. Jadi
dalam memenuhi kewajibannya ia sebenarnya taat pada dirinya sendiri. Otonomi moral tidak
berarti bahwa kita menolak untuk menerima hukum yang dipasang orang lain, melainkan bahwa
ketaatan kalau memang dituntut kita laksanakan karena kita sendiri insaf.

Nama : afifaasac. 2013. upaya melaksanakan tata tertib di SMP N 14


Yogyakarta (Contoh: Makalah )
Anotasi
Pembatasan itu berarti bahwa ia tidak boleh masuk. Dan itu berarti bahwa ia tetap dapat saja
masuk apabila ia tidak mau memperhatikan pemberitahuan itu. Jadi pembatasan kebebasan sosial
secara normatif tetap menghormati martabat manusia sebagai mahluk sosial yang dapat
menentukan sikap dan tindakannya.

Komentar
Menurut saya setiap manusia memiki kesadaran untuk mentaati kewajiban – kewajibanbya dan
mentaati hukum yang dipasang. Jadi setiap manusia sebenarnya memiliki sikap otonom, karena
masih menghargai dan menghormati martabat manusia sebagai mahluk sosial yang menentukan
sikap dan tindakannya sendiri.

Anotasi ke 38
Judul : Dasar Konsep Pendidikan Moral
Pengarang : Prof. Dr. Hamid Darmadi

Anotasi
Nilai moral tersebut baru mempribadi dan bersatu raga menjadi sistem organik dan personal
(istilah “sistem “ dari Talcot Parson 1979)apabila sudah mencapai tahap sebagai keyakinan diri
atau prinsip (Kohlberg 1978) serta tersusun sebagai sistem keyakinan (Belief system) yang benar
– benar diyakini serta akan menjadi kiblat pola berfikir maupun perilakunya dan bahkan dirinya
bukan mustahil akan terus dibina , diyakini dan menjadi jati dirinya sendiri yang dipertahankan
sepanjang hayatnya sebelum ada keyakinan lain yang mampu mengoyahkan atau
menggantikannya.

Judul : Dasar Konsep Pendidikan Moral


Pengarang : Prof. Dr. Hamid Darmadi

Anotasi
Masalah nilai moral, hidup bersama dan dalam kehidupan nyata, dimana kita (terutama siswa)
selalu ditantang dan dipengaruhinya. Setiap saat dan dimanapun seseorang berada selalu
dilingkupi dan mungkin pula dikekang oleh nilai moral. Seseorang dituntut untuk mampu
berperan serta menentukan sikap posisi masing – masing.

Komentar
Jadi menurut saya dari 2 pendapat tersebut di maknai bahwa Pola pikir dan jati diri adalah dua
hal yang sangat sulit kita temukan dan sadari. Apalagi diusia muda kita. Dimana usia muda
menjadi saat dimana kita mencoba menemukan jati diri kita serta memperbaiki pola pikir kita
menjadi lebih dewasa dan lebih bijak.Menyadari posisi dan peran sangat lah penting karena
ketika kita sudah tau posisi kita maka otomatis kita akan tau peran kita dalam lingkungan itu.

Anotasi ke 39
Judul : Pengantar Psikologi Abnormal
Pengarang : Prof.Dr.Sutardjo A.Wiramihardja,psi.
Tahun terbit : 2004
Kota terbit : Surabaya ,
Penerbit : Refika Aditama

Anotasi
Freud mengemukakan psikologi ketidaksadaran yang pada dasarnya berpendapat bahwa perilaku
kita hanya sedikit ditentukan oleh hal – hal sadar, sedangkan bagian terbanyak oleh
ketidaksadaran. Jiwa kita seperti gunung es, dimana bagian yang terlihat dipermukaan hanya
sedikit dibanding dengan yang dibawahnya.

Judul : Pengantar Psikologi Abnormal


Pengarang : Prof.Dr.Sutardjo A.Wiramihardja,psi.
Tahun terbit : 2004
Kota terbit : Surabaya ,
Penerbit : Refika Aditama

Anotasi
Dari segi etimologis perkataan Moral berasal dari bahasa latin yaitu “mores” yang berasal dar
suku kata “Mos”. Mores berarti adat istiadat kelakukan, tabiat, watak, ahlak, yang kemudian
artinya berkembang menjadi sebagai kebiasaan dalam betingkah laku yang baik, susila Moralita
berarti yang mengenai kesusilaan (kesopanan, sopan-santun, keadaban) orang yang susila adalah
orang yang baik budi bahasanya.

Komentar
Jadi menurut saya dari 2 pendapat tersebut di maknai bahwa Memang apa yang ita lakukan
terkadang lebih banyak tidak kita sadari, karena kita selalu melakukan banyak hal tanpa berpikir
panjang dan lebih cenderung spontan, Moral meliputi tabiat,watak,ahlak dan kebiasaan. Jadi
moral seseorang dapat kita lihat dari tabiat nya , wataknya , ahlaknya dan kebiasaannya.

Anotasi ke 40
Judul : Etika
Pengarang : K.Bertebs
Tahun terbit : 1994
Kota terbit : Jakarta , 49-
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama

Anotsi
Setiap manusia mempunyai pengalaman tentang, hati nurani dan mungkin pengalaman itu
merupakan perjumpaan paling jelas dengan moralitas sebagai kenyataan. Sulit untuk
menunjukan pengalaman lain yang dengan begitu terus terang menyingkap dimensi etis dalam
hidup kita. Karena itu pengalaman tentang hati nurani itu merupakan jalan masuk yang tepat
untuk suatu studi mengenai etika.
Judul : Etika
Pengarang : K.Bertebs
Tahun terbit : 1994
Kota terbit : Jakarta , 49-
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Anotasi
Hati nurani berkaitan erat dengan kenyataan bahwa manusia mempunyai kesadaraan. Untuk
mengerti hal ini perlu kita bedakan antara pengenalan dan kesadaran. Kita mengenal, bila kita
melihat, mendengar atau merasa sesuatu. Tapi pengenalan ini tidak berupa monopoli manusia.
Komentar
Jadi menurut saya dari 2 pendapat tersebut di maknai bahwa Setiap manusia memiliki hati nurani
, oleh karena itu setiap manusia juga memiliki pengalaman dengan hati nurani. Pengalaman
dengan hati nurani tersebut dapat dijadikan pintu gerbang untuk mempelajari mengenai etika
yang baik. Semua manusia memiliki hati nurani, hati nurani menujukan kenyataan bahwa
manusia memiliki kesadaran untuk mengenal sesuatu. Mendengar serta merasakan sesuatu.
Pengenalan yang demikian bukalan lah sekedar monopoli manusia.

Anda mungkin juga menyukai