Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM 2

PEMBUATAN PREPARAT SEGAR


BIOLOGI UMUM

OLEH

Nama : Putra Rizki Ramadhan


NIM : 2004113385

JURUSAN ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERIKANAN
UNIVERSITAS RIAU
2020
Kata Pengantar
Praktikum Biologi Sel diselenggarakan dalam rangka mendukung mata kuliah Biologi
yang diselenggarakan di Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Kelautan,
Universitas Riau. Pada awal praktikum, mahasiswa akan mempelajari tentang mikroskop,
meliputi bagian‐bagian mikroskop dan cara menggunakan mikroskop. Dengan menggunakan
mikroskop mahasiswa dapat mempelajari berbagai jenis kehidupan, terutama bagian‐bagian
sel. Pengamatan mikroskopik akan dilakukan terhadap komponen sel hewan, sel tumbuhan,
sel plankton, dan sel darah. Selain itu, mahasiswa juga dapat mengidentifikasi sel-sel yang
ada pada makhluk hidup sekaligus mengetahui bagaimana proses dalam pembuatan preparat
yang sering ditemukan di lab.

Adapun  acara yang akan dilakukan selama praktikum adalah menjelaskan dan mengamati
cara pembuatan preparat segar pada:

1. Sel hewan
2. Sel tumbuhan
3. Sel plankton
4. Sel Darah

Riau, 7 November 2020

Putra Rizki Ramadhan


Pembuatan Preparat Sel Hewan

Preparat Epithelium Mukosa Mulut pada Kucing


A. Tujuan
1. Membuat preparat supravital epitel mukosa mulut pada hewan dengan zat warna
Methylene Blue.
2. Menganalisis hassil pembuatan preparat supravital epitel mukosa mulut pada hewan.

B. Landasan Teori

Istilah ephitelium berasal dari kata ephi yang berarti upon atau di atas dan thele yang
berarti nipple atau punting. Istilah tersebut untuk pertama kali digunakan terhadap suatu
lapisan pada permukaan bibir yang tembus cahaya. Di bawah lapisan tersebut terdapat
punting-punting atau papillae jaringan pengikat yang banyak mengandung kapiler darah.
Punting jaringan pengikat tadi menonjol-nonjol ke lapisan penutup permukaan yang bersifat
tembus cahaya, dan lapisan inilah yang sebenarnya berbentuk sebagai epitel. Selanjutnya
penggunaan istilah epitel meluas untuk semua bentuk lapisan yang terdiri atas lembaran sel-
sel (cellular membrane) baik yang bersifat tembus cahaya ataupun yang tidak. Lembaran sel
tersebut terdapat menutupi dan membatasi di luar ataupun di luar tubuh (Subowo, 2002).
Struktur jaringan epitel antara lain:
1. Pada umumnya, salah satu permukaan epithelium bersifat bebas dan menghadap ke
cairan atau udara.
2. Epitelium tidak memiliki suplai darah. Nutrisinya berasal dari difusi pembuluh dasar
(lamina basalis) yang tidak hidup.
3. Sel-sel epitel tersusun rapat dengan sedikit materi intra seluler
4. Sel-sel epitel bereproduksi dengan cepat untuk mengganti sel yang rusak atau hilang.
Jaringan epitel menjalankan berbagai fungsi, antara lain:

1. Perlindungan terhadap dehidrasi, trauma, iritasi mekanik, dan zat toksik.


2. Absorpsi gas atau nutrient, seperti dalam paru-paru atau saluran pencernaan
3. Transpor cairan, mucus, nutrient, atau zat partikulat lain
4. Sekresi produk-produk yang telah disintesis, seperti hormone, enzim dan perspirasi yang
dihasilkan dari epithelium glandular.
5. Ekskresi sisa metabolisme seperti urin melalui filtrasi
6. Penerimaan sensorik oleh sel-sel epitel khusus pada ujung pengecap, hidung, dan telinga
(Sloane, 2003).

Epitel mukosa mulut termasuk dalam epithelium skuamosa simpel, adalah lapisan
tunggal sel gepeng dengan nucleus sentral seperti lempengan. Distribusi epithelium skuamosa
simpel terdapat pada area:
1. Melapisi pembuluh darah dan pembuluh limfe (endothelium)
2. Melapisi rongga tubuh (mesotelium)
3. Saluran terkecil dari banyak kelenjar
4. Bagian tubulus ginjal
5. Duktus terminal dan kantong udara pada sistem respirasi.
Penampakan dalam sebuah potongan melintang mikroskopik adalah selembar gabungan sel
gepeng yang terlihat seperti sepiring telur goring (Sloane, 2003).

C. Alat dan Bahan


1. Mikroskop 6. Pipet tetes 11. Kucing
2. Tusuk gigi 7. Gelas benda (obyek glass)
3. Methylene Blue. 8. Gelas penutup (deck glass)
4. Air 9. Beker glass
5. Tissu 10. Alcohol 70% dan larutan NaCl 0,9%

D. Cara Kerja

1. Gelas benda yang bersih dan bebas lemak disiapkan dan disemprot dengan alkohol
70% pada gelas benda kemudian dilap menggunakan tissue kering (1 menit).
2. Zat warna methylen blue 0,25% dalam larutan NaCl 0,9% diteteskan pada gelas benda
menggunakan pipet tetes (1 menit).
3. Dengan menggunakan tusuk gigi, koreklah secara hati-hati epitel pipi sebelah
dalam (kulit luar rongga mulut bagian pipi sebelah dalam) pada kucing. Hati-
hatilah jangan sampai terluka!
4. Adukkan segera tusuk gigi yang terdapat epithelium pipi tersebut di atas setetes
metilen biru pada gelas benda, kemudian tutup dengan gelas penutup.
5. kemudian preparat direntangkan menggunakan jarum pentul (4 menit), dilanjutkan
dengan proses mounting menggunakan gelas penutup dan jarum pentul (1 menit).
6. amati dengan mikroskop. Jika terdapat kelebihan air, hisaplah dengan tissue dari
salah satu sisi.

Gambar 1.0 Cara kerja pembuatan preparat sel hewan.


E. Hasil Pengamatan

Sitoplasma

Nukleus

Perbesaran 40 x 10 = 400 kali

Preparat epithelium mukosa mulut dapat diamati bentuk selnya menggunakan


mikroskop. Berdasarkan hasil pengamatan, sel epithelium terwarna dengan baik. Warna
nucleus lebih gelap dibandingkan sitoplasma. Sel epithelium menggerombol dan masih
bertumpuk-tumpuk tetapi masih dapat diamati. Sitoplasma berwarna biru transparan
sedangkan nucleus berwarna biru gelap. Preparat ini cukup baik karena tidak terdapat kotoran
dan gelembung yang dapat mengganggu pengamatan.

F. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis, epithelium mukosa mulut termasuk dalam
epithelium skuamosa simpel atau epitel pipih selapis karena terdiri dari satu lapis sel tunggal,
pipih, nucleus sentral dan bulat menyerupai telur goreng.

Pewarnaan menggunakan methylene blue dalam larutan NaCl fisiologis 0,9% karena
pembuatan preparat menggunakan metode supravital yang berarti hidup atau segar.
Penggunaan larutan NaCl fisiologis 0,9% bertujuan agar sel tetap hidup dan tidak lisis atau
krenasi. Inti sel epitel berwarna gelap dikarenakan inti sel bersifat asam sedangkan methylene
blue merupakan pewarna basa.

Sel-sel epitel mukosa mulut merupakan epitel tanpa keratin dan terdapat di permukaan
basah. Selain di dalam mulut, epitel ini juga terdapat di kapsula bowman, permukaan dalam
membrane tymphany, endotil yang membatasi permukaan sistem peredaran dan alveoli paru-
paru.

Dalam sitoplasma sel-sel yang menyusun epitel terdapat organelle yang berfungsi
sebagai rangka penyokong, diantaranya sebagai anyaman yang dinamakan “cell web” yang
termasuk dalam struktur kerangka sel. Bentuk khusus pada sisi sel epitel dibedakan menjadi
tiga yaitu Macula merupakan daerah kecil berupa bercak, sedangkan Zonula dimaksudkan
apabila daerah tersebut melingkari sel sebagai gelang. Apabila daerahnya luas dinamakan
fascia.

Mukosa mulut dapat dikelompokkan menjadi tiga tipe yaitu mukosa pengunyahan,
mukosa penutup, dan mukosa khusus. Mukosa pengunyahan terdapat di region rongga mulut
yang menerima tekanan kunyah seperti gusi dan palatum durum. Jaringan epitelnya
parakeratinized (mempunyai lapisan keratin tipis yang beberapa selnya ada yang masih
memiliki inti sel tidak sempurna). Mukosa penutup terdapat pada dasar mulut, permukaan
inferior lidah, permukaan dalam bibir dan pipi, palatum molle dan mukosa alveolaris kecuali
gusi. Tipe epitelnya non keratinized (tidak memiliki lapisan keratin). Mukosa khusus terdapat
pada dorsum lidah, tipe epitelnya ortokeratinized (memiliki lapisan keratin tebal yang terdiri
dari sel –sel yang sudah tidak berinti). Perbandingan antara sel-sel basal – prabasal, sel
intermediet, dan sel superficial disebut indeks maturasi. Pada kondisi normal, jumlah sel pada
lapisan superfisial sesuai dengan jumlah sel pada lapisan sel basal.

Berdasarkan proses pembuatan preparat supravital merupakan preparat hidup atau


segar, selnya masih dalam kondisi hidup sehingga tidak dapat disimpan dalam waktu lama
dan hanya bersifat sementara. Pemberian zat warna methylen blue 0,25% dalam larutan
garam fisiologis (NaCl 0,9%) agar sel kontras sehingga dapat diamati dan NaCl berfungsi
agar sel tetap hidup. Pengambilan epitel menggunakan tangkai scalpel atau tangkai sendok
yang tumpul agar didapat epithel dengan ukuran kecil, kemudian direntangkan dan diratakan
dengan zat warna agar sel tipis dan tidak saling bertumpuk.

G. Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Preparat supravital epithelium mukosa mulut dibuat dengan pewarna methylene blue
0,25% dalam larutan NaCl 0,9%
2. Hasil analisis menunjukkan bagian-bagian sel dapat terlihat jelas. Adapun bagian-
bagiannya yaitu nucleus dan sitoplasma.

H. Saran
1. Preparat supravital epithelium mukosa mulut merupakan preparat sementara sehingga
dalam melakukan pengamatan harus dilakukan secara cepat agar preparat tidak
mengering.
2. Sebaiknya membersihkan mulut terlebih dahulu sebelum mengambil epitel agar tidak
terdapat kotoran dalam preparat.
3. Pemberian zat warna hendaknya secukupnya (1 tetes) agar zat warna tidak meluber.
4. Diusahakan epitel direntangkan satu arah dan tidak mengaduk-aduk agar epitel tidak
terpisah secara individu atau bertumpuk-tumpuk.

Pembuatan Preparat Segar Sel Tumbuhan

Preparat Epidermis Atas dan Bawah pada Daun Coleus Scutellarioides


A. Tujuan

1. Membuat preparat epidermis atas dan bawah daun  Coleus scutellarioides dengan


metode whole mount dan menggunakan zat warna safranin.
2. Menganalisis hasil pembuatan preparat whole mount epidermis atas dan bawah
daun Coleus scutellarioides.

B. Landasan Teori

Preparat whole mount merupakan preparat yang objeknya merupakan keseluruhan


bagian objek secara utuh tanpa mengurangi atau melakukan pengirisan. Pengirisan hanya
dilakukan untuk melakukan pemisahan jaringan yang akan dibuat preparat dari organnya.
Misalnya pengirisan untuk mengambil jaringan epidermis dari organ daun.
Tujuan pembuatan preparat whole mount adalah untuk dapat menyediakan preparat
mikroskopis yang dapat memperlihatkan struktur secara keseluruhan dari bahan atau objek
yang bersangkutan. Misalnya preparat whole mount epidermis bawah daun Nicotiana
tabacum untuk memperlihatkan strktur sel epidermis daun, stomata dan berbagai macam
trikoma yang merupakan derivat epidermis yang bersangkutan. Preparat whole mount Taenia
saginata untuk memperlihatkan struktur scolek dengan kait-kaitnya yang sangat khas,
proglotid imatur dan matur dengan bagian-bagiannya (Rudyatmi, 2015).
Epidermis pada  tumbuhan merupakan jaringan yang menutupi permukaan organ,
seperti daun, batang, akar, dan bunga. Epidermis biasanya terdiri atas satu lapisan sel yang
tipis, tidak memiliki klorofil. Epidermis daun dari tumbuhan yang berbeda beragam dalam
hal jumlah lapisan, bentuk, struktur, susunan stomata, penampilan, dan susunan trikoma.
Jaringan pada epidermis atas berbeda dengan epidermis bawah (Mulyani, 2010).

C. Alat dan Bahan


1. Mikroskop 6. Pipet tetes 11. Botol falkon
2. Pisau silet 7. Gelas benda (obyek glass) 12. Cawan petri
3. Daun Coleus Scutellarioides 8. Gelas penutup (deck glass) 13. Spuit
4. Air 9. Zat warna safranin 1% 14. Canada balsam
5. Tissu 10. 2 ml Alcohol
D. Cara Kerja
1. Epidermis atas daun Coleus scutellarioides dewasa dan segar disayat menggunakan
silet tajam dan ditampung pada cawan petri.
2. 20 sayatan epidermis diletakkan atas daun yang tipis secara berderet diatas gelas
benda yang telah ditetesi air agar kondisi sayatan tetap basah.
3. Sayatan epidermis daun disortir untuk diambil sayatan yang representatif. Sayatan
epidermis yang representative difiksasi dalam flakon berisi 2 ml FAA selama 24 jam.
4. Sayatan dicuci dengan 2 ml alkohol 70% dalam botol yang fiksatifnya telah
dipindahkan ke flakon sisa FAA dengan bantuan spuit.
5. Botol digoyangkan membentuk angka delapan.
6. Pencucian dilakukan dua kali, larutan sisa pencucian dimasukkan dalam flakon sisa
alkohol 70%.
7. Pewarnaan dilakukan dengan cara sayatan epidermis dimasukkan ke zat warna
safranin  1% dalam alkohol 70% selama 48 jam.
8. Zat warna dipindahkan ke dalam botol flakon sisa dengan bantuan spuit.
9. Pencucian dengan 2 ml alkohol 70% dalam botol yang bebas zat warna sambil
digoyang. Pencucian dilakukan sebanyak dua kali.
10. Larutan pencuci kemudian dipindahkan dalam botol sisa. Sayatan epidermis
didehidrasi dengan 2 ml alkohol bertingkat dari 70%, 80%, 90% dan absolut masing-
masing selama 2 menit dan digoyang membentuk angka delapan.
11. Dehidran dipindahkan ke dalam flakon lain dengan bantuan spuit. Proses
dealkoholisasi sayatan dengan alkohol:xilol bertingkat 3:1, 1:1 dan 1:3 sebanyak 2 ml
selama 2 menit dan digoyang membentuk angka delapan.
12. Clearing sayatan dilakukan dalam xilol I dan xilol II 2 ml selama 2 menit. Sisa dari
larutan dipindahkan ke dalam botol flakon sisa dengan bantuan spuit.
13. Stok sayatan epidermis direndam dalam 1 ml xilol.
14. Mounting tiga sayatan epidermis daun pada objek glass bebas lemak dengan bantuan
kuas.
15. canada balsam diteteskan, sayatan ditutup menggunakan deck glass dengan bantuan
jarum pentul.
16. Preparat kemudian dikering anginkan di atas nampan preparat kemudian dilabeli 1 cm
dari tepi kanan objek glass.
17. Prosedur yang sama dilakukan pada epidermis bawah daun Coleus scutellarioides.
E. Hasil Pengamatan

Sel
tetangga

Sel penutup

Stomata
terbuka

Gambar 2.0 Epidermis atas

Sel
tetangga

Stomata

Gambar 2.1 Epidermis bawah

Epidermis atas daun Coleus scutellarioides tampak memiliki stomata dalam jumlah


yang besar dibandingkan dengan epidermis bawah. Pada preparat Epidermis bawah
daun Coleus scutellarioides tampak sel-sel epidermis,  stomata yang dikelilingi dua sel
tetangga. Pengamatan di bawah mikroskop cukup representatif, kualitas gambar yang didapat
terbatasi alat dokumentasi yang digunakan.

F. Pembahasan
Praktikum pembuatan preparat whole mount epidermis atas dan bawah dilakukan
dengan pewarnaan safranin yang baik digunakan pada tumbuhan karena mewarnai hampir
seluruh bagian jaringan pada tumbuhan. Epidermis yang digunakan ialah epidermis dari
tumbuhan Coleus scutellarioides. Berdasarkan foto dari hasil pengamatan preparat whole
mount epidermis atas dan bawah dilakukan dengan pewarnaan safranin diketahui bahwa
preparat secara fisik cukup baik, dan terwarna. Terdapat stomata dengan sel tetangga pada
epidermis bawah daun Coleus scutellarioides.
Stomata dalam keadaan terbuka. Tipe stomata pada Coleus scutellarioides yaitu sel
penutup didampingi oleh dua sel tetangga dan merupakan tumbuhan monocotyl.
Fiksasi menggunakan FAA yang bertujuan untuk mempertahankan struktur sel dan
jaringan epidermis dan untuk memudahkan jaringan dalam menyerap zat warna. Pewarnaan
menggunakan zat warna safranin 1% dalam alcohol 70% sehingga seluruh sel dan jaringan
terwarnai hanya saja daya serap setiap bagian tidak sama sehingga terlihat perbedaan warna
yang ditunjukkan. Dehidrasi bertingkat menggunakan alcohol 70%, 80%, 90%, dan absolute
bertujuan untuk menghilangkan air dari dalam sel sehingga jaringan hanya berisi alcohol
absolute. Dealkoholisasi menggunakan alcohol dan xilol dengan perbandingan 1:3, 1:1, dan
3:1 bertujuan untuk menghilangkan alcohol dari dalam sel penyusun jaringan dan jaringan
yang bersangkutan hanya berisi xilol murni. Selain itu proses dealkoholisasi atau clearing
bertujuan untuk membuat jaringan jernih dan transparan.

G. Kesimpulan
1. Preparat whole mount epidermis atas dan bawah daun Coleus scutellarioides dapat
dibuat dengan menggunakan zat warna safranin.
2. Bagian sel teramati pada epidermis atas dan bawah daun Coleus
scutellarioides diantaranya sel-sel epidermis, serta stomata dengan sel tetangga.

H. Saran

Sebaiknya menggunakan kamera yang beresolusi sedang sampai tinggi untuk


mengambil gambar preparat agar hasil foto lebih jelas.
Preparat Segar Sel Plankton
Preparat Plankton
A. Tujuan
1. mengetahui proses dalam membuat preparat plankton
2. dapat mengidentifikasi plankton

B. Landasan Teori
Preparat plankton adalah suatu media yang diamati dengan menggunakan mikroskop
dengan plankton sebagai objek pengamatannya dan dapat digunakan secara permanen.
Preparat plankton diproduksi dalam rangka membuat suatu usaha yang inovatif dan mandiri,
yang berfungsi sebagai media pembelajaran baru di sekolah-sekolah, khususnya bidang
mikroorganisme dalam mata pelajaran biologi. Produksi preparat dilakukan dengan metode
kultur untuk memperoleh berbagai jenis plankton dan dengan metode isolasi untuk
memisahkan agar plankton dalam preparat hanya tersisa satu individu. Dalam pemasarannya,
untuk meningkatkan ketertarikan konsmumen, preparat plankton dikemas dengan baik dan
diberi bonus setiap penjualannya. Sekolah yang juga menjadi target utama penjualan
memiliki respon yang cukup baik terhadap adanya produk preparat permanen, karena
preparat plankton selain menjadi kegiatan usaha yang inovatif, sekaligus berperan dalam
usaha mencerdaskan anak bangsa.

C. Alat dan Bahan


1. Pipet tetes : untuk membantu mengambil
larutan dalam skala kecil
2. Botol film : sebagai wadah penyimpanan air
sampel
3. Botol semprot (washing bottle) : sebagai wadah aquades
4. Objek glass : sebagai tempat objek saat
pengamatan dibawah mikroskop
5. Cover glass : sebagai penutub objek glass
6. Mikroskop binokuler : untuk mengamati objek yang
berukuran mikroskopis
7. Buku Presscot, Davis, Shirrota : sebagai acuhan atau pedoman
dalam mengidentifikasi dan
mengklasifikasikan plankton yang
diamati
8. Nampan : sebagai tempat alat dan bahan
9. Alat tulis : untuk menulis mengenai plankton
yang diambil
10. Air sampel plankton : sebagai sampel yang diamati
planktonnya
11. Aquades : untuk mengkalibrasi objek
12. Tissue : untuk mengeringkan objek dan
cover glass yang telah dikalibrasi
D. Cara Kerja
1. Objek glass dan cover glass dikalibrasi menggunakan aquades kemudian dilap secara
searah menggunakan tissue.
2. Sampel plankton dikocok secara perlahan, kemudian diambil menggunakan pipet tetes
lalu diteteskan ke permukaan objek glass sebanyak 1 tetes (v).
3. Tutup objek glass dengan cover glass dengan sudut kemiringan 40 o agar memperkecil
kemungkinan terjadi gelembung.
4. Jika terdapat gelembung dalam pembuatan preparat sebaiknya diulangi agar pengamatan
dibawah mikroskop menjadi lebih mudah.
5. Preparat plankton yang sudah jadi diletakkan diatas meja objek mikroskop.

E. Hasil Pengamatan

Klasifikasi plankton air tawar


Bidang Gambar Jumla Klasifikasi Gambar Hasil Gambar
Pandang h Pengamatan Literatur

5 1 Kingdom:
Animalia
Filum :
Arthropoda
Class :
Maxillapoda
Ordo :
Poecilostomatoid
a
Genus : Oncaea
Spesies :
Oncaea venusta

Preparat plankton adalah suatu media yang diamati dengan menggunakan mikroskop
dengan plankton sebagai objek pengamatannya dan dapat digunakan secara permanen.
Preparat plankton diproduksi dalam rangka membuat suatu usaha yang inovatif dan mandiri,
yang berfungsi sebagai media pembelajaran baru di sekolah-sekolah, khususnya bidang
mikroorganisme dalam mata pelajaran biologi. Produksi preparat dilakukan dengan metode
kultur untuk memperoleh berbagai jenis plankton dan dengan metode isolasi untuk
memisahkan agar plankton dalam preparat hanya tersisa satu individu. Dalam pemasarannya,
untuk meningkatkan ketertarikan konsmumen, preparat plankton dikemas dengan baik dan
diberi bonus setiap penjualannya. Sekolah yang juga menjadi target utama penjualan
memiliki respon yang cukup baik terhadap adanya produk preparat permanen, karena
preparat plankton selain menjadi kegiatan usaha yang inovatif, sekaligus berperan dalam
usaha mencerdaskan anak bangsa.

F. Pembahasan
Berdasarkan hasil dari pengamatan dapat kita ketahui bahwa pada air tawar terdapat plankton
yang diketehaui dengan perbesaran mikroskop tertentu sehingga kita dapat mengidentifikasi termasuk
klasifikasi manakah plankton yg diteliti menggunakan preparat tersebut.

G. Kesimpulan

a. Plankton adalah organism yang berukuran mikroskopis, hidupnya melayang-layang


dan mengikuti arus
b. Berdasarkan jenis plankton ada 2 yaitu, Fitoplankton dan Zooplankton
c. Berdasarkan asalnya plankton dibedakan menjadi 2 yaitu, Autogenik dan Allogenik
d. Ukuran plankton yaitu mikroplankton, makroplankton, nanoplankton, dan
ultraplankton.

H. Saran

Pada praktikum planktonologi, praktikan harus berhati-hati dalam melaksanakan pra


ktikum agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Para asisten praktikum perlu
melakukan pembekalan terhadap praktikum terlebih dahulu.Pemaksimalan sarana dan
prasarana praktikum perlu ditingkatkan agar diperoleh hasil praktikum yang maksimal dan
akurat.
Preparat Segar Sel Darah

Preparat Apus Darah


A. Tujuan
1. Membuat preparat apus darah dengan pewarna giemsa.
2. Menganalisis hasil pembuatan preparat apus darah dengan pewarna giemsa.

B. Landasan Teori

Darah adalah cairan tubuh yang mengalir dalam pembuluh dan beredar ke
seluruh tubuh. Darah pada umumnya terdiri atas unsur-unsur seluler dan matrik cairan
yang disebut plasma. Darah terdiri atas plasma dan komponen-komponen seluler yaitu
sel darah merah atau eritrosit, sel darah putih atau leukosit dan trombosit. Plasma
merupakan cairan yang mengandung ion-ion dan molekul organik meliputi protein,
elektrolit, nitrien, materi sampah, zat terlarut dan materi terlarut (Maskoeri, 2008).
Sel darah pada umumnya dikenal ada tiga tipe yaitu: eritrosit, lekosit dan
trombosit. Eritrosit manusia dalam keadaan normal berbentuk cakram bulat bikonkaf
dengan diameter 7,2 µm tanpa inti, lebih dari separoh komposisi eritrosit terdiri dari
air (60%) dan sisanya berbentuk substansi koloidal padat. Sel ni bersifat elastis dan
lunak. Lekosit (sel darah putih) terdapat pada bagian pinggir sel darah, lekosit ini
dibagi menjadi dua yaitu granulosit dan agranulosit.
Granulosit terbagi menjadi tiga yaitu Netrofil (terbanyak) berbentuk bulat
dengan diameter 10-12 µm, Eosinofil yang strukturnya lebih besar daripada netrofil
(10-15 µm) dan Basofil (paling sedikit) dengan ukuran hampir sama dengan netrofil
tetapi basofil sangat sulit ditemukan. Agranulosit dibagi menjadi dua yaitu Limfosit
yang mempunyai ukuran yang bevariasi, inti bulat sitoplasma mengelilingi inti seperti
cincin dan berperan penting dalam imunitas tubuh, dan Monosit (sel lekosit terbesar),
intinya berbentuk oval kadang terlipat-lipat dapat bergerak dengan membentuk
pseudopodia. Tipe ketiga yaitu Trombosit (disebut juga keping darah), berbentuk
sebagai keping-keping sitoplasma lengkap dengan membran yang mengelilinginya,
Trombosit terdapat khusus pada sel darah mammalia.
Untuk melihat struktur sel-sel darah dengan mikroskop cahaya pada umumnya
dibuat sediaan apus darah. Sediaan apus darah ini tidak hanya digunakan untuk
mrmpelajari sel darah tapi juga digunakan untuk menghitung perbandingan jumlah
masing-masing sel darah. Pembuatan preparat apus darah ini menggunakan suatu
metode yang disebut metode oles (metode smear) yangmerupakan suatu sediaan
dengan jalan mengoles atau membuat selaput (film) dan substansi yang berupa cairan
atau bukan cairan di atas gelas benda yang bersih dan bebas lemak untuk kemudian
difiksasi, diwarnai dan ditutup dengan gelas penutup (Handari, 2003).

Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam pembuatan preparat dengan


metode smear sebagai berikut:
1. Ketebalan film
2. Film difiksasi agar melekat erat pada gelas benda sehingga yakin bahwa sel-sel di
dalamnya strukturnya tetap normal
3. Memberi warna (pewarnaan)
4. Menutup dengan gelas penutup

Preparat apus darah merupakan preparat permanen, yaitu preparat


yangkeawetannya bertahun-tahun. Preparat permanen ini proses pembuatannya cukup
sukar,memerlukan berbagai macam zat kimia, perlu perencanaan yang matang dan
ketelitian. Tujuan pembuatan preparat permanen adalah untuk menyediakan obyek yang
bersangkutan selalu tersedia pada setiap waktu diperlukan secara umum, prosedur
pembuatan preparat permanen melalui tahapan : Fiksasi, pencucian, dehidrasi dengan
disisipi staining, dealkoholisasi, clearing, mounting atau penutupan dan labeling
(Rudyatmi, 2016).
Preparat apus atau smear adalah preparat yang proses pembuatannnya dengan
metode apus atau smear, yaitu dengan cara mengapuskan atau membuat lapisan tipisatau
film suatu bahan yang berupa cairan atau bukan cairan diatas gelas benda yang bersih dan
bebas lemak. Selanjutnya melakukan fiksasi, mewarnai, dan menutupnya dengan gelas
penutup untuk diamati dibawah mikroskop. Preparat apus darah digunakan untuk
mempelajari struktur eritrosit, leukosit, dan trombosit.Pada pembuatan preparat apus
darah menggunakan zat warna giemsa ataudisebut juga pewarnaan Romanowski. Prinsip
dari pewarnaan giemsa adalah presipitasihitam yang terbentuk dari penambahan larutan
methylene blue dan eosin yangdilarutkan di dalam methanol. Pewarnaan giemsa
digunakan untuk membedakan inti sel darah putih dan morfologi sitoplasma dari sel
darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan trombosit.

C. Alat dan Bahan


1. Kapas
2. Alcohol
3. Pen
4. Sampel darah
5. Objek glass
6. Deck glass
7. methyl alcohol
8. Larutan giemsa
D. Cara Kerja
1. Langkah pertama,aseptis lanset dengan menggunakan kapas yang telah dibasahi
dengan alkohol 70% dan masukkan dalam pen yang sudah disediakan.
2. Kibaskan tangan kearah bawah beberapa kali dengan tujuan darah mengalir
sampai keujung jari, pijat jari manis atau jari tengah dari pangkal hingga
mendekati ujung sehingga ujung jari terlihat merah berisi darah.
3. Aseptis ujung jari tangan dengan menggunakan kapas yang telah dibasahi dengan
alkohol 70%.
4. Letakkan ujung pen diatas ujung jari tangan yang masih ditahan, tekan pelatuknya
sehingga jarum melukai jari dan darah keluar.
5. Mengusap darah pertama dengan kapas yang telah dibasahi oleh alkohol 70%
(lakukan hanya sekali usapan).
6. Letakkan satu tetes darah di sebelah kanan pada objek glass yang bebas lemak
dengan jarak kurang lebih 0,5cm dari tepi kanan, letakkan ujung obyek glass
kedua yang rata tepat didepan tetesan darah dengan kemiringan 45 derajat,
pastikan darah mengalami kapilaritas kekanan dan kiri ujung gelas benda.
7. Dorong gelas benda kedua dengan cepat dan konstan ke arah kanan sehingga
terbentuk lapisan darah yang tipis.
8. Langkah selanjutnya adalah tahap pewarnaan. Sebelumnya letakkan obyek glass
pertama pada rak pewarnaan, fiksasi lapisan darah tersebut dengan meneteskan
metyl alkohol hingga merata dan pastikan obyek glass tersebut dalam keadaan
datar.
9. Tunggu hingga kering dan lanjutkan dengan pewarnaan menggunakan larutan
giemsa dengan meneteskan diatas permukaan lapisan darah, usahakan obyek glass
satu masih tetap datar dan tutup menggunakan deck glass.
10. Tunggu selama 7 menit, dan cucilah dengan menggunakan air matang yang
dialirkan dari botol leher angsa.
11. Kering anginkan dan lap secukupnya bagian bawah obyek glass 1, dan diamati
dengan mikroskop serta analisis hasilnya.

E. Hasil dan Pembahasan


neutrofil
neutrofil

limfosit

limfosit

Pembuatan preparat apus darah ini, dilakukan dengan metode apus


(smear/oles). Sampel darah yang digunakan yaitu darah manusia. Berdasarkan hasil
dan foto yang didapatkan saat pengamatan di bawah mikroskop, preparat apus darah
dengan pewarnaan giemsa ini terlihat cukup baik dan dapat terlihat adanya eritrosit
dan beberapa macam leukosit yang tampak menonjol dengan warna ungu. Jumlah
eritrosit tampak paling banyak jika dibandingkan dengan leukosit.
Eritrosit tampak dimikroskop berwarna merah transparan dengan bulatan
ditengah yang sebenarnya adalah cekungan dan tidak berinti. Leukosit, terdapat
bagian yang berwarna lebih gelap, yaitu inti sel. Jenis leukosit yang tampak pada
pengamatan yang adalah neutrofil (paling banyak) dan limfosit.
Pada pembuatan preparat apus darah ini menggunakan beberapa
larutan,diantaranya yaitu alkohol, yang berfungsi untuk mensterilkan jari tengah dan
peralatan seperti jarum franke dan gelas benda.Metil alcohol berfungsi untuk fiksator
dalam proses fiksasi, dan larutan giemsa berfungsi untuk melakukan pewarnaan
seluruh permukaan film darah. Maksud dari pembuangan tetesan darah pertama saat
pembuatan film darah yaitu agar darah tidak terkontaminasi dengan alcohol sewaktu
jari tengah dibersihkan dan tetesan kedua dan ketiga dianggap sudah steril dan baru
bisa diambil untuk dijadikan sample dan diamati bagian-bagian maupun
morfologinya.

F. Kesimpulan
1. Preparat apus darah dapat dibuat dengan cara diapus dan menggunakan pewarna
giemsa, sehingga antara eritrosit, leukosit, dan trombosit dapat dibedakan.
2. Sel darah yang terlihat adalah eritrosit yang bagian tengah sel terdapat cekungan,
dan leukosit yang intinya terwarna jelas dan kontras.

G. Saran
1. Untuk menghapus darah atau saat pembuatan film darah harus dilakukan setipis
mungkin sehingga preparat tidak terlalu rapat dan bertumpuk.
2. Untuk pewarnaan giemsa pastikan film darah sudah terwarna dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Septianing, Rasti., Anggarwal & Priadi Arif. 2013. Panduan Belajar Biologi. Bogor:
Yudhistira.
Pratiwi, D. A., Maryati, S. S., Suharno, Bambang S. 2012. Biologi. Jakarta:
Erlangga.

rahmahawaliyah.blogspot.com/2015/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html?m=1
https://abisjatuhbangunlagi.wordpress.com/2012/10/20/sel-dan-jaringan-tumbuhan2/

Rudyatmi, Ely. 2015. Bahan Ajar Mikroteknik. Semarang: Jurusan Biologi FMIPA Unnes.
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.

Subowo. 2002. Histologi Umum. Jakarta: PT Bumi Aksara

Mulyani, Sri. 2010. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.


Rudyatmi, Ely. 2015. Bahan Ajar Mikroteknik. Semarang: Jurusan Biologi FMIPA UNNES.

Affrianto,E. dan Evi L.1992.Pengendaian Hama dan Penyakit.Yogyakarta : Kanisius


Anitha,P.S. and Rani Mary George.2006.The Taxonomy of Brachiounus plicatilis
spesies complex (Rotifera : Monogononta) from the Southern Kerala (India) with a note on
their Reproductive preferences. Journal of the Marine Biological Assriotion of
India. India
Arisandy, et al..2012. Akumulasi Logam Berat Timbal (Pb) dan Gambaran Histologi pada
Jaringan Avicennia marina(forsk.) Vierh di Perairan Pantai Jawa Timur. Jurnal
Penelitian Perikanan, 1(1),15-25.
Asriyana dan Yuliana.2012.Produktivitas Perairan.Jakarta:Bumi Aksara
Bimantara, A. Y. T. Adiputra dan S. Hudaidah. 2015. Aplikasi Dasar Kolam Buatan pada
Pembesaran Lele Masamo (Clarias sp.) Skala Super Intensif dengan
Penambahan Probiotik dan Vitamin C. C. Jurnal Rekayasa da Teknologi Budidaya
Perairan 3(2).
Boehler, Jakob and Kenneth A. Krieger. 2012. Taxonomic Atlas of the Copepods. Division of
Wildlife 2514 Cleveland Road East Huron, Ohio 44839
Diharmi,A.2011.Karakteristik Komposisi Kimia Rumput Laut Merah (Rhodophyceae)
Eucheuma spinosum Yang Di Budidayakan Dari Perairan Nusa Penida,Takalar
dan Sumenep. Berkala Perikanan Terubuk. Universitas Riau. Riau. Vol 39 No 2
(61)
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolahan Sumber Daya dan Lingkunagn
Perairan. Yogyakarta : Kanisius.
Fontaneto, Diego. 2013. Rotifera Bdelloidea. Imperial College London, Division of Biology,
Silwood Park Campus, Ascot Berkshire, SL57PY :United
Kingdom
Gesang, P. Muslim dan A. Safriadi. 2013. Sebaran Nitratdan Fosfat Secara Horizontal di
Perairan Pantai. Kecamatan Tuju, Semarang. Tahun 2012 dan 2013. JURNAL
oseanografi. 2(4) 406-415.
Goldman, CR. Dan A. J. Hoine. 1983. Lymnologi MC Braw Hill International Book Company
Auction.
Hassan, Z. I. N. Syawa Liludin dan W. Lili. 2013. Struktur Komunitas Plankton di Situasanti
Kabupaten Bandung. Jawa Barat. Jurnal Akuatik. 4(1) 80-88.
Herawati.1989.Planktonologi.Universitas Brawijaya:Malang
Herdiyanto, R. H. Suherman dan R.S. Pertama. 2012. Kajian Produktivitas Primer
Fitoplankton di Waduk Sanguling. Desa Banjar. dalam Kaitannya dengan
Kegiatan Perikanan. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 3(4) 51-59.
Iswanto,C.Y.2015.Analisis Kesuburan Perairan Berdasarkan Keanekaragaman
Plankton,Nitrat, dan Fosfat di Sungai Jali dan Sungai Lereng Desa
Keburuhan Purworejo.FPIK.Universitas Diponegoro.Vol 4(3):9323-
17858
Kamsuri, A. T. N. P. L. Pangemanan dan R. A. Tumbol. 2013. Kelayakan Lokasi Budidaya
Ikan di Danau Tondano di Tinjau dari Parameter Fisika Kimia Air.
Kasrina.2012.Ragam Jenis Mikroalga di Air Rawa Kelurahan Bentiring Permai
Kota Bengkulu Sebagai Alternatif Sumber Belajar SMA.Vol X(1) hal 30-40
Kemdiknat.2010.Pengantar Ekologi Tropika.Bandung:ITB
Kuncoro,Eko Budi.2004.Akuarium Laut.Yogyakarta:Kanisius
Lahope, Hety B., StenIy WuIIur, Joice Rimper, Henneke Pangkey.2013. Minute Rotifer Dari
Perairan Estuari Sulawesi Utara Dan Potensinya Sebagai Pakan Larva Ikan.
Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis. Universitas Sam Ratulangi: Manado
Liwutang, Y. E. E. B. Majinseta dan S. F. Tamanampu. 2013. Kepadatan dan
Keanekaragaman Fitoplankton di Perairan Sekitar Keadaan Reklamasi Pantai
Manado. Jurnal Ilmiah Plankton. 1(3) 109-117.
Luthfia.2013.Keanekaragaman Zooplankton di Perairan Sungai Pulau Telo Kecamatan Selat
Kabupaten Kapuas. Jurnal Wahana Bio.X.Desember
Madinawati.2010.Kelimpahan dan Keanekaragaman Plankton di Perairan
Laguna Desa Tologano Kecamatan Banawa Selatan. Media Litbang Sulawesi
Tengah.
Mahajoeno,Edwi., Manan Efendi dan Ardiansyah. 2001. Keanekaragaman Larva Insekta
pada Sungai-sungai Kecil Di Hutan Jobolarangan. Jurusan Biologi FMIPA UNS
Surakarta. II(2). Hal 133-139
Mahyudin, K. 2010. Panduan Lengkap Agribisnis Patin. Bogor : PT Niaga Swadaya.
Maramis, R.T.D. dan Henny V.G. Makal. 2011. Keanekaragaman Jenis Dan Kelimpahan
Populasi Serangga Air Sebagai Indikator Biologis Cemaran Air Pada Das Di
Langowan. Euglena. FP UNSRAT: Manado XVII(2)
Musthafa,H.2013.Kemelimpahan dan Keanekaragaman Jenis Plankton Di Sub Gas
Gajahwong Yogyakarta.[SKRIPSI].Universitas Islam Negeri
Yogyakarta.Yogyakarta
Nuraeni,E.2010.Panduan Praktikum Cyanophyta Mata Kuliah Botany Crytogame
Hal 1
Nuraeni,E.2012.Panduan Praktikum Chlorophyta Mata Kuliah Botany Crytogame
Hal 1
Nontji,Anugrah.2008.Plankton Laut.Jakarta:LIPI Press
Pratiwi, Y.. 2010. Penentuan tingkat pencemaran limbah industri tekstil berdasarkan nutrition
value coeficient bioindikator. Jurnal Teknologi, 3(2) , 129-137.
Purwanta,J.2010. Kajian kualitas air kolam ikan bawal Pada kelompok pembudidaya ikan
(kpi) mina mulya Tempelsari, maguwoharjo, depok, sleman, D.i.yogyakarta.
Surakarta : Universitas Surakarta.
Sari, P. N. R. M. Putra dan Yulianti. 2013. Diversity of Phytoplankton in the Tanjung Ritos
Labe Buluh China Village Siak Hulu Slit. Regncy Kumpas Refency Riau Province
1-12
Saputra, La Ode Ali Rasyid. 2011. Deteksi Morfologi Dan Molekuler Parasit Anisakis Spp
Pada Ikan Tongkol (Auxis Thazard). Skripsi. FPIK Universitas Hasanuddin.
Makassar
Sawestri, Sefi dan Ahmad Farid.2012. “Kajian Dampak Pembangkit Listrik Tenaga
Nuklir(Pltn) Terhadap Kelimpahan Organisme Plankton”. Prosiding Seminar
Nasional Pengembangan Energi Nuklir.V.ISSN
1979-1208
Sudarmadji. 2013. Ekologi Lingkungan Kawasan Karst Indonesia: Menjaga Asa kelestarian
kawasan karst indonesia. Yogyakarta : deepublish.
Suriadarma, A. 2011. ampak beberapa parameter faktor fisik kimia terhadap kualitas
lingkungan perairan wilayah pesisir karawang -Jawa Barat. Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia, 21(2), 21-36.
Suryanto, A. M. 2011. Kelimpahan dan Komposisi Fitoplankton Solerejo Kecamatan
Nyantang Kabupaten Malang. Jurnal Kelautan. 4(2) 34-39.
Susana, T. 2009. Tingkat Keasaman (pH) dan Oksigen Terlarut Sebagai Indikator Kualitas
Perairan Sekitar Muara Sungai Cisadane. Jurnal Teknologi Lingkungan , 5(2), 33-
39.
Tatanfindato, F. O. Katesunan dan R. Rumpas. 2013. Studi Parameter Fisika Air pada
Budidaya Ikan di Danau Tondano. Desa Paleloon. Kabupaten Minahasa. 1(2) 8-
19.
Thoha,H dan Arief,R.2013.Kelimpahan dan Distribusi Spasial Komunitas Plankton Perairan
Kepulauan Banggai.Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis.Pusat Penelitian
Oseanografi:Jakarta.Vol 5(1).146
Trisnawaty, F. H. Emivarti dan L. O. A. Afu. 2013. Hubungan Kadar Logam Berat Merkuri
(Hg) pada Sedimen dengan Struktur Komunitas Makrobenthos. di Perairan
Sungaijani Ik. Kecamatan Raowatu Kabupaten Bomtana. Jurnal Minalaut
Indonesia 3(12) 68-80.
Utami,Suci.2012.Perbedaan Keanekaragaman Jenis Fitoplankton Di Daerah Sekitar
Keramba dan Sekitar Warung Apung Rawa Jambor
Hubungannya Dengan Kualitas Perairan. [SKRIPSI]. FMIPA. Universitas Negeri
Yogyakarta.Yogyakarta
Utomo, Y. B. Priyono dan S. Ngabekti. 2013. Saprebitas Perairan Sungai Juwana
Berdasarkan Bioindikator Plankton. UNNES Jurnal of Lifescience. 2(1) 28-30.
Usman, Muh. Shabir .Janny D. Kusen, Joice R.T.S.L Rimper.2013. Struktur Komunitas
Plankton Di Perairan Pulau Bangka Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal Pesisir
Laut dan Pesisir.Vol2(1)
Wardoyo, S. T. H. 1981. Kriteria Kualitas Air untuk Keperluan Perikanan dan Pertanian.
PPLH - PUSDI - PSL –Institut Pertanian Bogor. 44 Halaman
Wiratmaja.2011.Pembuatan Etanol Generasi Kedua dengan Memanfaatkan Limbah Rumput
Laut Eucheuma cottonii Sebagai Bahan Baku. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin.Kampus
Bukit Jimbaran Bali.Vol 5(1) halaman 76-77
Zahidin. 2008. Kajian kualitas air di muara sungai pekalongan ditinjau dari indeks
keanekaragaman makrobenthos dan indeks saprobitas plankton. Semarang :
Universitas Diponegoro

Marianti, Aditya. 2014. Petunjuk Praktikum fisiologi Hewan. Semarang : Biologi FMIPA
UNNES
Rudyatmi,Ely. 2014. Bahan Ajar Mikroteknik.Semarang : Jurusan Biologi FMIPA UNNES
Subowo. 1992. Histologi umum. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai