Anda di halaman 1dari 2

Benih Lokal? Lo Jual, Gue Beli!

Secara harfiah, benih memiliki pengertian sebagai biji atau bulir tanaman yang
dipergunakan untuk keperluan dan pengembangan usaha tani serta memiliki fungsi agronomis
(Kartasapoetra, 2003).

Dewasa ini muncul berbagai varietas benih yang telah dilabeli oleh sebuah perusahaan.
Dengan embel-embel bahwa benih yang mereka tawarkan akan lebih cepat proses
penyesuaiannya dengan iklim yang dimiliki oleh Negara kita ini, Indonesia. Tapi, apa iya?

Salah satu varietas yang sering ditawarkan adalah INPARI. Inpari adalah singkatan dari
Inbrida Padi Sawah Irigasi, merupakan padi inbrida yang ditanam dilahan sawah. Inbrida
mempunyai arti varietas yang dikembangkan dari satu tanaman melalui penyerbukan sendiri
sehingga memliki tingkat kemurnian atau homozigositas yang tinggi. Inpari sendiri memiliki 69
varietas, banyak bukan? Laiknya produk yang sedang booming, beberapa varietasnya sudah tak
asing lagi ditelinga. Sebut saja Inpari 48 Blas, Inpari 33, Inpari 32 dan Inpari 47.

Kabupaten Bantaeng yang terletak di Sulawesi Selatan misalnya, memiliki kurang lebih
sebelas varietas benih lokal yang masih dan akan terus dibudidayakan oleh para petani. Beberapa
diantaranya adalah varietas benih Bakka’ Eja, Bakka’ Le’leng, Parepunu’ Le’leng (Canggolong),
Parepunu’ Le’leng Katterang, Parepunu’ Le’leng Tere’ dan Parepunu’ Kebo’. Benih-benih ini
tercipta dalam berbagai bentuk dan keunikannya sendiri. Bentuk benih atau bulirnya ada yang
bulat, seperti Parepunu’ Le’leng (Canggolong), ada pula yang agak lonjong semisal Parepunu’
Le’leng Katterang dan Parepunu’ Le’leng Tere’ yang memiliki ciri khas yakni terdapat bulu
halus berwarna hijau ataupun berwarna agak kemerahan. Unik, yah.

Masing-masing dari varietas benih tersebut, memiliki kelebihannya sendiri dikelas


mereka. Contohnya saja, Bakka’ Eja yang jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia berarti
beras merah. Seperti kita ketahui bersama, kadar gula di dalamnya lebih sedikit ketimbang beras
dari benih lain yang “biasanya” kita konsumsi. Tak hanya melulu soal kadar gulanya yang
rendah, jumlah kalorinya pun terhitung aman untuk dikonsumsi sehari-hari. Eits, jangan lupakan
kandungan serat yang lebih banyak sehingga membuat orang-orang yang mengonsumsinya lebih
cepat kenyang ketimbang mengonsumsi varietas lain. Cocok nih, buat kamu yang sedang
menjalani program diet.

Siapa sih pelopor benih lokal di Kabupaten Bantaeng? Mungkin nama yang akan
dituliskan tidak akan asing lagi ditelinga kawan-kawan petani milenial. SPA? Yup, SPA (Serikat
Petani Alami) yang sesuai namanya memiliki tujuan besar a.k.a cita-cita untuk menjadikan para
petani milenial melek akan cara bertani yang alami. SPA sendiri bermarkas besar di Desa
kaloling, Kabupaten Bantaeng.

Menurut salah seorang penggiat tani alami, yang merupakan anggota dari organisasi
tersebut (Fajar Basri) menyebutkan bahwa varietas-varietas lokal tersebut mulai dikembangkan
kembali pada tahun 2018 (Bakka’ eja dan Bakka’ Le’leng), 2020 (Parepunu’ Le’leng Tere’ dan
Parepunu’ Le’leng Katterang), 2021 (Parepunu’ Le’leng (Canggolong, dst) atas inisiatif dari
hasil rembuk keresahan anggota-anggota Serikat Petani Alami.

Lantas kenapa sih harus benih lokal? Mungkin banyak yang bertanya-tanya mengenai
hal ini.. informasi ini mungkin saja akan menjadi titik balik dari “masyhurnya” benih lokal di
Kabupaten Bantaeng ataupun region Sulawesi Selatan. Pasalnya dengan menanam benih lokal
selain efek positif yang ditimbulkan untuk kesehatan, ternyata harga jual dari hasil panen benih
lokal yang penulis sebutkan tadi lebih menjual ketimbang benih lain yang berlomba-lomba
ditanam oleh petani lain. Bukankah harga jual yang tinggi juga adalah salah satu impian petani?
Lantas, mengapa tidak kita wujudkan melalui gerakan massive menanam benih-benih lokal di
daerah tercinta kita ini.

Masih ragu? Atau, kamu tidak tahu bagaimana cara mengolah benih lokal tersebut? Yuk!
Belajar bersama dan berbagi pengalaman dengan para pelaku penanam benih lokal di Kabupaten
Bantaeng!

Anda mungkin juga menyukai