Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ririn Nafisa Ulfa

NPM : 2021011043

Kelas : MM Reguler 2020

UTS – SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

1. Keluar masuknya karyawan dalam sebuah perusahaan merupakan suatu hal yang wajar
yang tidak dapat dihindari dan pada suatu kasus tertentu, keluar masuknya dapat menjadi
hal yang menguntungkan bagi perusahaan karena perusahaan berkesempatan untuk
mendapatkan karyawan yang lebih baik. Akan tetapi, jika tingkat turnover karyawan
dalam suatu perusahaan terlalu tinggi, maka hal tersebut justru akan merugikan
perusahaan karena perputaran karyawan yang tinggi akan menyebabkan biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan akan tinggi pula, dan bisa saja karyawan yang dilepaskan
oleh perusahaan adalah karyawan yang berkompeten. Sistem informasi merupakan suatu
hal penting yang harus dikelola perusahaan dengan baik, karena dengan adanya sistem
organisasi yang baik dalam sebuah organisasi maka akan menambah nilai perusahaan itu
sendiri, dan dengan diterapkannya sistem informasi yang bak maka kualitas pelayanan
dan proses pengambilan keputusan juga akan lebih efektif dan efisien. Untuk mengelola
sistem informasi dengan baik, maka diperlukanlah orang yang benar-benar berkompeten
dalam bidangnya. Di era saat ini memang banyak para profesional IT yang mampu
mengelola sistem informasi, tapi tidak semua profesional IT mampu mengelola sistem
informasi dengan baik sesuai dengan apa yang diharapkan oleh perusahaan. Oleh karena
itu, keluar masuknya karyawan dalam bidang profesional IS memang masih tinggi
mengingat sulitnya menemukan orang yang mampu menguasai dan mengelola IS dengan
baik seiring dengan berkembangnya teknologi. Untuk meminimalisir tingkat perputaran
profesional IS yang cukup tinggi tersebut, maka perusahaan sebaiknya lebih
memfokuskan dalam hal perekrutan. Rekrut kandidat yang tepat sejak awal, sehingga
walaupun untuk merekrut kandidat yang benar-benar profesional dan sesuai dengan yang
diharapkan perusahaan memerlukan waktu dan biaya yang tidak sedikit, tetapi dalam
jangka panjang perusahaan tidak lagi perlu menghawatirkan profesional IS yang terus
menerus berganti.
2. Peachtree Healthcare memiliki masalah besar pada infrastruktur Teknologi Informasi
(TI) dan CEO Max Berndt sedang berusaha untuk menemukan metode memperbaiki
secara tepat. Caranya dengan melakukan pengujian pada suatu set sistem dan aplikasi
yang akan memberikan konsistensi pada fasilitas Peachtree Healthcare, tetapi tidak dapat
memberikan fleksibilitas kepada dokter. Atau dengan memilih Service-Oriented
Architecture (SOA) yaitu desain modular yang akan memungkinkan Peachtree
Healthcare untuk membakukan secara bertahap dan selektif tetapi menimbulkan risiko
tertentu sebagai teknologi yang lebih baru. Peachtree Healthcare secara bertahap dapat
menggantikan sistem yang lama dengan SOA. Sebuah pendekatan tambahan yang tidak
hanya akan meminimalkan risiko tetapi juga meningkatkan fleksibilitas dan kontrol, dan
memungkinkan TI untuk mengalihkan prioritas di seluruh cara. Randy Heffner, seorang
wakil presiden di Forrester Research yang berfokus pada arsitektur teknologi untuk
sistem bisnis berbasis komputer, berpikir pendekatan modular SOA untuk desain bisnis
terbaik akan memenuhi kebutuhan Peachtree untuk fleksibilitas. CIO Peachtree melihat
bahwa SOA bukan sebagai sebuah kategori produk baru melainkan harus melihatnya
sebagai sebuah metodologi. John A. Kastor, seorang profesor di University of Maryland
School of Medicine, mempertanyakan tujuan perawatan standar, akan sulit untuk
membujuk dokter, banyak di antaranya yang sangat independen, untuk mengikuti pola
yang kaku dalam pekerjaan mereka. Berdasarkan pernyataan para pakar tersebut dan
setelah memperdalam SOA, maka dapat disimpulkan bahwa permasalahan besar
infrastruktur TI di Peachtree Healthcare dapat dipecahkan melalui SOA yang
menawarkan sebuah rancangan arsitektur yang dapat digunakan oleh Peachtree
Healthcare untuk melakukan pengintegrasian sistem informasi. Keuntungan dari SOA
yang dapat dipenuhi oleh ICT memberikan manfaat bagi Peachtree Healthcare untuk
melakukan pengembangan dalam proses bisnis. Sistem informasi yang telah ada serta
layanan-layanan yang digunakan dapat dikembangkan dan diintegrasikan dengan
menggunakan SOA. SOA memberikan solusi bagi Peachtree Healthcare dalam
menangani kompleksitas platform perangkat keras, perangkat lunak, perawatan
perangkat lunak, pelatihan operator, penggunaan kembali kode, dan pengembangan
layanan-layanan di Peachtree Healthcare.
3. Produksi data kinerja dalam organisasi sering digambarkan sebagai proses fungsional
yang dipaksakan oleh manajer pada karyawannya untuk memberikan informasi yang
akurat kepada para pemimpin tentang pekerjaan karyawan dan pencapaian mereka sistem
informasi manajemen ditinjau untuk menguraikan spesifikasi pelindung model ini di
mana manajer berpartisipasi dalam produksi data kinerja untuk menekan informasi yang
mengancam citra yang mereka hadirkan kepada para pemimpin. Data etnografi tentang
produksi dan penggunaan catatan kinerja dan laporan kinerja di unit penjualan meja
diperiksa untuk mendorong spesifikasi eksploitatif dari model dramaturgi ini. Spesifikasi
ini menjelaskan bagaimana orang dapat memanfaatkan peluang, bukan hanya
menghindari ancaman yang disajikan oleh data kinerja untuk pengelolaan tayangan. Ini
juga menunjukkan bagaimana manajer dapat berpartisipasi dalam produksi data kinerja
untuk membuat versi ideal dari pencapaian mereka dan bahwa para pemimpin
memperbaiki data ini dengan menggunakannya dalam upaya mereka sendiri untuk
mengesankan orang lain. Informasi independen seperti data kinerja lebih merupakan
ancaman bagi upaya manajer untuk mengesankan pemimpin mereka dalam berinteraksi.
Dalam dramatisasi data kinerja, para manajer menampilkan ataupun mengekspos
pekerjaan karyawan di belakang merek, sehingga mereka akan mendukung citra bahwa
manajer hadir dalam interaksi dengan menyediakan catatan independen sebagai upaya
manajer mengikuti prosedur yang ditentukan.
4. Privasi merupakan suatu hal yang seharusnya menjadi konsumsi pribadi dan bukan
menjadi konsumsi publik. Akan tetapi, di era digital seperti saat ini banyak orang-orang
terutama anak muda yang membagikan kehidupan pribadinya di media sosial mereka.
Hal tersebut bisa terjadi karena hanya semata-mata untuk mendapat perhatian orang lain
yang ada di sosial medianya. Sebenarnya, mereka juga menghawatirkan mengenai
privasi mereka disalahgunakan oleh pihak yang tak bertanggung jawab, akan tetapi rasa
ingin berbagi informasi pribadi tersebut mampu mengalahkan kekhawatiran tersebut.
Ketidakkonsistenan tersebut disebut sebagai privasi paradox. Sulitnya kondisi untuk
tidak megekspos informasi pribadi saat ini didukung dengan media sosial yang sengaja
dibuat sedemikian rupa sehingga orang-orang terbiasa untuk menggunakannya sehari-
hari. Oleh karena itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kokolakis pada tahun
2015, memperoleh hasil bahwa anak-anak muda melindngi informasi pribadinya dengan
memberikan ataupun menampilkan informasi yang tidak benar dan menutup akses profil
dan mengatur privasinya, membatasi permintaan pertemanan, dan menghapus tagar pada
foto yang diunggah.

Anda mungkin juga menyukai