Anda di halaman 1dari 20

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKUR PERCAYA DIRI DAN

BERPIKIR KREATIF PADA MATAPELAJARAN MATEMATIKA SISWA


PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN

Proposal Tesis

(BAB III)

Oleh :

Sahrul
0106519029

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan

PROGRAM STUDI PENELITIAN DAN EVALUASI PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

TAHUN 2021
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan.


Penelitian ini menggunakan langka-langka yang dikemukakan oleh Mardapi
(2016, p. 132), yang terdiri dari 10 langkah. Kesepuluh langkah
pengembangan instrumen ini menghasilkan hasil akhir yaitu produk instrumen
yang valid dan reliabel berupa buku pedoman. Sepuluh langkah
pengembangan instrumen ini kemudian dibagi menjadi tiga yaitu: 1). Tahap
pendahuluan. 2). tahap pengembangan, dan tahap evaluasi. dalam Tahap
pendahuluan ini terdiri atas menentukan spesifikasi instrumen, menulis
instrumen, dan menentukan penskoran. Tahap pengembangan terdiri atas
telaah instrumen oleh para ahli, yang ujicoba, analisis dan revisi. Tahap
evaluasi terdiri dari merakit dan menyempurnakan instrumen tersebut.
3.2 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian pengembangan merupakan suatu proses yang harus
dilakukan oleh seorang peneliti yang mengembangkan suatu produk. dibawah
ini merupakan prosedur dalam penelitian pengembangan
3.2.1 Tahap Pendahuluan
3.2.1.1 Menentukan Spesifikasi Instrumen
Pada tahap menentukan spesifikasi pengembangan instrumen, dimana
peneliti merancang untuk memilih bentuk dan format pengembangan
instrumen pengukuran percaya diri dan berpikir kreatif siswa pada program
keahlian teknik pemesinan dalam mengikuti matapelajaran matematika.
Dalam menentukan spesifikasi instrument berdasarkan kondisi sebenarnya
yang terjadi di sekolahan yang akan diteliti. Berikut prosedur penyusunan
spesifikasi instrumen antara lain:
a. Menentukan Tujuan Pengukuran Instrumen
Tujuan pengembangan instrument pengukur percaya diri dan berpikir
kreatif siswa program keahlian teknik pemesinan dalam mengikuti mata
pelajaran matematika bertujuan untuk mempermudah cara guru dalam
melakukan pengukuran percaya diri dan berpikir kreatif siswa pada mata
pelajaran matematika, yang selanjutnya digunakan untuk meningkatkan minat
terhadap suatu matapelajaran matematika
b. Menyusun Kisi-kisi Instrumen
berdasarkan pada indikator setiap variabel maupun sub variabel dapat
disusun dan di rancangan butir-butir instrumen. hubungan antara variabel
maupun sub variabel, indikator dan rancangan butir-butir instrumen yang
disusun dalam bentuk tabel disebut dengan kisi-kisi instrumen pengukuran
percaya diri dan berpikir kreatif siswa dengan kata lain kisi-kisi instrumen
merupakan sebuah tabel yang menunjukan bahwa hubungan antara variabel
maupun sub variabel, indikator dan rancangan butir-butir instrumen. dibawah
ini mengenai kisi-kisi pengembangan instrumen pengukur percaya diri dan
berpikir kreatif siswa keahlian teknik pemesinan dalam mengikuti mata
pelajaran matematika yaitu sebagai berikut:
Tabel 1.1. kisi-kisi Instrumen Pengukur Percaya diri Siswa Mengikuti
Mata Pelajaran Matematika
No Indikator Nomor butir
1 1. Sikap positif terhadap diri sendiri 1
2 2. Kemampuan menyelesaikan tugas 2
3 3. Tidak mengharap bantuan dari teman 3
4 4. Memiliki kompetensi 4
5 5. Bersikap tenang 5
6 6. Tidak takut berprestasi 6
7 7. Tidak ragu dalam bertindak 7
8 8. Berani menyampaikan pendapat 8
9 9. Berani mengemukakan gagasan 9
10 10. Keyakinan diri 10
11 11. Selalu optimis 11
12 12. Mengandalkan diri sendiri 12
Tabel 1.2. Indikator kemampuan berpikir kreatif Siswa Mengikuti
Mata Pelajaran Matematika
No Aspek Indikator
1 Berpikir lancar 1. Menghasilkan banyak jawaban dan
(fluency) bernilai benar
2. Dapat Memikir lebih dari satu jawaban
3. Memberi banyak cara dan saran untuk
melakukan berbagai hal.
4. membuat lebih dari satu jawaban
2 Berpikir Luwes 1. Mampu menghasilkan berbagai macam
(flexibility) ide dengan pendekatan yang berbeda
2. Menghasilkan gagasan dan pendapat,
jawaban, atau pernyataan bervariasi
3. Melihat masalah sudut pandang yang
berbeda
4. Mencari arah yang beda
3 Berpikir orisinal 1. Memberikan jawaban yang tidak lazim,
(originality) lain dari yang lain, yang jarang diberikan
kebanyakan orang.
2. Dapat melahirkan suatu ungkapan yang
baru
3. Memikirkan suatu cara yang tidak lazim
4 Berpikir terperinci 1. Mengembangkan, memperkaya suatu
(elaboration) gagasan.
2. Mampu melahirkan gagasan dan situasi
3. Membuat suatu pendapat sehingga
menjadi lebih menarik.
4. Mengerjakan hal yang baru menjadi
inovasi.

Pada Indikator kemampuan berpikir kreatif siswa mengikuti matapelajaran


matematika ada 9 pedoman penilaian yang digunakan diantara ke 9 tersebut :
1). Soal sesuai indikator, 2). Taraf berpikir sudah sesuai, 3). Soal dirumuskan
dengan singkat, 4). Soal bebas dari pernyataan negatif, 5). Gambar pada soal
jelas, 6). Bahasa yang digunakan komunikatif, 7). Penulisan kata sudah benar,
8). Penulisan kalimat sudah benar, dan 9). Penulisan huruf dan tanda baca
sudah benar.
c. Menentukan Bentuk Instrumen
Pengukuran penilaian hasil belajar menggunakan instrumen non tes
untuk mengevaluasi hasil belajar aspek afektif dan keterampilan motorik.
Bentuk penilaian yang menggunakan alat ukur/instrumen non tes yaitu:
penilaian unjuk kerja/performance, penilaian proyek/produk, penilaian
portofolio, dan penilaian sikap. Alat penilaian yang tergolong teknik non-tes
antara lain: 1) kuesioner/angket, 2) wawancara (interview), 3) daftar cocok
(check-list), 4) pengamatan/observasi, 5) penugasan, 6) portofolio, 7) jurnal,
8) inventori, 9) penilaian diri (self-assessment), dan 9) penilaian oleh teman
sejawat (peer assessment). dalam penelitian ini alat ukur atau instrumen yang
digunakan : 1). Kuesioner (angket), 2). Wawancara, 3). Observasi
(pengamatan) dan 4). Tes

3.2.1.2 Menulis Butir Instrumen


Tahap menulis instrumen peneliti mulai dari menyusun rancangan
instrument awal penilaian pengukuran percaya diri dan berpikir kreatif siswa
program keahlian teknik pemesinan dalam mengikuti mata pelajaran
matematika kelas X berdasarkan spesifikasi instrumen yang ada. Dalam
penulisan instrumen ada empat aspek dari ranah efektif yang bisa dinilai dari
sekolah, yaitu sikap, minat, percaya diri, berpikir kreatif dan nilai. Penilaian
ranah efektif siswa dilakukan dengan menggunakan instrumen efektif.
3.2.1.3 Menentukan Skala Instrumen
Peneliti menggunakan skala likert. Skala likert adalah skala yang
digunakan dalam penelitian yang terdiri dari 4 kategori yaitu sangat setuju,
setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Menentukan skala instrumen ini
sangat penting dilakukan dalam penelitian pengembangan agar instrumen
memiliki sebuah format yang jelas. Instrument pengukuran percaya diri dan
berpikir kreatif siswa program keahlian teknik pemesinan dalam mengikuti
matapelajaran matematika kelas X menggunakan skala likert 1 sampai 4,
dengan nilai terendeh1 dan nilai tertinggi 4
3.2.1.4 Menentukan Penskoran
Menentukan penskoran merupakan salah satu yang harus dilakukan
dengan merumuskan kriteria-kriteria penyekoran. Menentukan penyekoran
melihat skala instrument yang dibuat yaitu 1 sampai dengan 4. Selanjutnya
dilakukan konversi skor menjadi sebuah hasil penilaian yang terdiri dari 4
kategori yaitu sangat tinggi tinggi, sedang kurang tinggi dan kurang. dengan
kriteria rendah sampai dengan sangat tinggi.
3.2.2 Tahap Pengembangan
3.2.2.1 Menelaah Instrumen
Pada tahap menelaah instrumen yang harus dilakukan untuk mengecek
instrumen yang telah dibuat oleh peneliti yang kemudian terkait dengan
kesesuaian butir pertanyaan dengan indikator, ketepatan penggunaan bahasa
yang komunikatif dan mengandung tata bahasa yang benar serta apakah butir
pernyataan tidak bias. dalam Kegiatan yang telaah biasanya dilakukan oleh
pakar atau ahli sesuai dengan bidang yang diukur. Kemudian hasil telaah dari
para ahli selanjutnya akan kita gunakan untuk perbaikan instrumen.
Pada pengembangan instrumen pengukuran percaya diri dan berpikir
kreatif siswa program keahlian teknik pemesinan dalam mengikuti
matapelajaran matematika siswa kelas X para ahli yang digunakan yaitu yang
mampu dalam bidang pengembangan instrumen dan ahli dibidang
matematika. Kemudian para ahli tersebut diminta untuk memberikan penilaian
terhadap isi instrument yang telah disusun. Peneliti menggunakan 3 pakar ahli
untuk menelaah instrumen, 2 ahli dari guru matematika dan 1 ahli dari bidang
pengukuran dan evaluasi. Kemudian hasil penilaian dari ketiga ahli tersebut
dianalisis menggunkanan formula Aiken’s V. Formula Aiken’s V digunakan
untuk menganalisis skor yang telah diberikan oleh para ahli saat melakukan
validasi terhadap isi instrumen, sedangkan perhitungan untuk hasil reliabelitas
peneliti menggunakan analisis uji two way anova yang dilanjutkan dengan
rumus Hoyt dengan menggunakan aplikasi SPSS yang versi 16.0
3.2.2.2 Melakukan Ujicoba Instrumen di Lapangan
Kemudian tahap selanjutnya adalah peneliti melakukan uji coba
instrumen pengukuran percaya diri dan berpikir kreatif siswa. subjek dan
lokasi penelitian sudah ditetapkan. Adapun yang menjadi Subjek dalam
penelitian ini adalah siswa kelas X SMK Negeri 1 Kkecamatan Lambu
kabupaten Bima yang berjumlah 219 orang . Ujicoba instrumen skala kecil
yang dilakukan bertujuan untuk melihat pengukuran instrumen yang akan
dikembangkan. Instrumen yang digunakan sebelumnya harus dirancang
sedemikian rupa supaya agar tidak membutuhkan waktu yang cukup lama
dalam melakukan pengukuran.
3.2.2.3 Analisis Hasil Ujicoba di Lapangan
Tahap selanjutnya yaitu analisis instrumen yang telah dirancang dan
diujicobakan. Uji coba dilakukan supaya kita dapat mengetahui karakteristik
dari instrumen. adapun Karakteristik instrumen yang paling penting yaitu
validitas dan reliabelitas. Validitas adalah jika suatu tes dapat memberikan
informasi yang sesuai dan dapat digunakan untuk mencapai tujuan tertentu
atau sahih. Sedangkan reliabilitas yaitu tingkat konsistensi dari suatu
instrumen. dalam menganalisis penilaian pengukuran percaya diri dan berpikir
kreatif siswa program teknik pemesinan dalam mengikuti matapelajaran
matematika. Yang kemudian dicari terlebih dahulu informasi mengenai
validitas instrumen, dan tingkat keandalanya. Peneliti menguji validitas
konstruk, kemudian instrumen yang dikembangkan akan diuji validitas
konstruknya melalui skor yang diperoleh pada saat ujicoba di lapangan.
Validitas konstruk dianalisis menggunakan analisis faktor yaitu dengan
explanatori faktor analisis (EFA) dibantu dengan program SPSS versi 16.0.
Tujuan dengan menggunakan analisis faktor adalah untuk menunjukan
dimensi-dimensi mana saja yang menunjukan variabel, dan mengelompokan
butir-butir kedalam beberapa faktor penting. Untuk uji reliabilitas
menggunakan uji two way anava dengan dibantu program SPSS versi 16.0.
3.2.2.4 Revisi
Tahapan revisis dilakukan setelah adanya masukan-masukan dari validator
dan berdasarkan uji coba lapangan, selanjutnya jika perlu peneliti akan
mengkonsultasikan hasil revisi untuk memperoleh instrumen yang benar-
benar valid dan reliabel.
3.2.2.5 Merakit dan menyempurnakan Instrumen
Tahap selanjutnya adalah merakit dan menyempurnakan instrument yang
sudah diperbaiki dan dianalisis. Instrumen dirakit dengan menentukan format,
kemudian tata letak instrumen dan urutan pernyataan. Penampilan dan
format instrumen yang dibuat dengan menarik dan pernyataan yang disusun
agar supaya tidak terlalu panjang.
3.2.3 Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan tahap dimana pada tahap ini evaluasi produk akhir
secara keseluruhan dapat dilakukan untuk memastikan apakah seluruh butir
instrumen pengembangan pengukuran percaya diri dan berpikir kreatif siswa
yang dikembangkan sudah benar atau sesuai dengan tujuan dan mampu
mengukur indikator dari variabel yang hendak diukur.
3.3 Sumber Data dan Subjek Penelitian
3.3.1 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini dapat diperoleh dari hasil observasi
awal yang dilakukan di SMK Negeri 1 Kecamatan Lambu Kabupaten Bima.
Kegiatan observasi sekaligus wawancara dengan guru mata pelajaran
matematika tentang teknik memberikan penilaian pengukuran percaya diri dan
berpikir kreatif siswa .dan Selanjutnya dilakukan studi dokumen pada
perangkat penilaian yang berupa hasil belajar siswa, RPP, dan perangkat
pendukung lainnya.
3.3.2 Subjek Ujicoba
Subjek dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode sample, populasi
yaitu siswa kelas X SMK Negeri 1 Kecamatan Lambu Kabupaten Bima tahun
Pelajaran 2020/2021. Subjek uji coba instrumen skala kecil 35 siswa,
sedangkan uji coba instrumen skala besar 219 siswa.
3.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
3.4.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan suatu kegiatan yang paling utama
dalam penelitian untuk memperoleh data atau informasi yang akan dianalisis.
data yang diperoleh berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Sedangkan
teknik pengumpulan data yang digunakan sesuai dengan jenis datanya antara
lain sebagai berikut:
3.4.1.1. Observasi
Observasi pada penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data dari
RPP, dan instrumen yang digunakan oleh gurunya, sehingga bisa untuk menjadi
sebuah acuan dalam membedakan instrument yang digunakan guru sebelumnya
dan instrument yang dikembangkan oleh peneliti, serta perangkat pembelajaran
lainnya.
3.4.1.2 .Wawancara
Wawancara adalah salah satu alat evaluasi yang tergolong kedalam jenis non
tes yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik secara langsung
maupun secara tidak langsung dengan narasumber. Wawancara secara langsung
merupakan wawancara yang dilakukan berdasarkan tatap muka antara
pewawancara dengan orang yang kita diwawancarai tanpa menggunakan
perantara (bertatap muka). Sedangkan wawancara tidak langsung adalah suatu
kegiatan pewawancara dengan yang diwawancarai tidak bertatapan langsung
akan tetapi menanyakan sesuatu melalui perantara orang lain atau media soaial
(Arifin Zaenal, 2009, p. 157-158).
Pada penelitian ini wawancara bertujuan untuk mengumpulkan data awal
yang digunakan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan faktual yang
terjadi di lapangan berkaitan dengan proses pembelajaran pada materi
pengukuran percaya diri dan berpikir kreatif siswa pada matapelajaran
matematika, dan instrumen yang digunakan dalam melakukan penilaian
pengukuran percaya diri dan berpikir kreatif siswa dalam mengikuti
matapelajaran matematika.
3.4.1.3 Studi Dokumen
Studi dokumen dilakukan untuk menyempurnakan informasi yang telah
diperoleh dari hasil observasi dan wawancara. Hasil studi dokumen dikemas
dalam bentuk dokumentasi. Dokumentasi adalah data awal yang digunakan
untuk memperoleh informasi mengenai bentuk instrumen faktual pada
instrumen pengukuran percaya diri dan berpikir kreatif siswa dalam mengikuti
matapelajaran matematika pada sekolah yang diteliti.
3.4.2 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data adalah suatu alat yang digunakan untuk
memperoleh data penelitian. dibawah ini merupakan instrument pengumpulan
data.
3.4.2.1 Pedoman wawancara
Pedoman wawancara merupakan panduan dalam melakukan kegiatan
wawancara yang terstruktur dan telah ditetapkan oleh pewawancara dalam
mengumpulkan data-data penelitian. Langkah-langkah yang digunakan untuk
menyusun pedoman wawancara yaitu (1). merumuskan tujuan wawancara,
(2). membuat kisi-kisi pedoman wawancara, (3). Menyusun daftar atau garis
besar pertanyaan sesuai dengan data yang diperlukan, (4) melakukan uji coba
untuk melihat kelemahan-kelemahan pertanyaan yang sudah dibuat, sehingga
bisa memperbaiki pertanyaan yang sulit dipahami, dan (5) melakukan
wawancara yang sebenarnya (Arifin Zaenal, 2009, p. 158). Wawancara pada
penelitian ini dilakukan pada beberapa guru mata pelajaran matematika.
3.4.2.2 Lembar Validasi Ahli
Lembar validasi ahli adalah suatu instrumen yang digunakan untuk
mendapatkan data mengenai pendapat para ahli terhadap instrumen yang telah
disusun sehingga dapat menjadi suatu pedoman dalam merevisi instrumen
penilaian sebelumnya.
3.4.2.3 Lembar Penilaian Unjuk Kerja
Lembar penilaian unjuk kerja digunakan untuk menilai pengukuran
percaya diri dan berpikir kreatif siswa dalam mengikuti matapelaran
matematika siswa kelas X yang bertujuan untuk mengetahui tingkat
pengukuran percaya diri dan berpikir kreatif siswa pada mata pelajaran
matematika.
3.5.2 Uji Validitas
Menurut Azwar (2015, p. 131) validitas adalah suatu estimasi terhadap
validitas sesungguhnya, untuk mengetahui apakah suatu skala mampu
menghasilkan data yang lebih akurat sesuai dengan tujuan ukurnya.
Instrument pengukuran percaya diri dan berpikir kreatif siswa mengikuti
matapelajaran matematika siswa kelas X diuji validitas isinya terlebih dahulu
oleh para ahli untuk mengevaluasi isi instrumen. Pada tahap ini para ahli
diminta untuk memberikan tanggapan atau masukan terhadp item pertanyaan
pada instrument pengukuran percaya diri dan berpikir kreatif siswa dalam
mengikuti matapelajaran matematika.
Tahap selanjutnya adalah melakukan uji validitas konstruk. Pada tahap ini
instrument yang telah melalui validitas isi, diujicobakan kepada siswa kelas X
pada mata pelajaran Matematika. Hasil ujicoba lapangan akan dianalisis
dengan validitas konstruk.
3.5.2.1 Validitas Isi
Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian
terhadap kelayakan atau relevansi isi tes melalui analisis rasional oleh panel
yang berkompeten atau melalui Expert Judgmen (Azwar, 2013: 134), untuk
mengetahui tes itu valid atau tidak harus dilakukan melalui penelaah kisi-kisi
tes untuk memastikan bahwa soal-soal tes sudah mewakili atau mencerminkan
keseluruhan konten atau materi yang seharusnya dikuasai secara professional
oleh karena itu validitas isi suatu tes tidak memiliki besaran tertentu yang
dihitung secara statistika, tetapi dipahami bahwa tes itu sudah valid
berdasarkan telaah kisi-kisi tes.
Untuk menghitung validitas isi suatu instrument yang didasarkan pada
penilaian para ahli (Expert Judgment) menggunakan formula Aiken’s V karena
menggunakan 3 ahli, hasil analisis dari telaah para ahli akan menghasilkan
masing-masing item menjadi ditrima, ditrima dengan perbaikan dan ditolak.
Adapun formula Aiken’s V yaitu sebagai berikut.
Σs
V=
n(c−1)
Keterangan:
S = r – lo
Lo = angka asesmen validitas yang terendah (dalam hal ini =1)
C = angka asesmen validitas yang tertinggi (dalam hal ini = 4)
R = angka yang diberikan oleh seorang penilai
N = jumlah penilai
Apabila koefisien validitas kurang dari 0.30 berarti butir dapat dikatakan
tidak memadai (tidak valid) sebaliknya, jika koefisien validitas ≥ 0,3 berarti
item dapat dikatakan memadai atau valid.
3.5.2.2 Validitas Konstruk

Validitas kontsruk tes dengan menganalisis konstruk dari indikator


kinerja. Validitas konstruk akan dianalisis dengan menerapkan analisis faktor.
pengujian validitas konstruk suatu instrumen dilakukan dengan explanatory
factor analysis (EFA). Pada exploratory factor abalysis dihitung dengan
menggunakan alat bantu program SPSS versi 16.0. Pendekatan exploratory
digunakan untuk melihat berapa banyak faktor yang dibutuhkan untuk
menjelaskan hubungan indikator, pendekatan konfirmatori digunakan untuk
menguji apakah jumlah faktor yang diperoleh secara empiris sesuai dengan
jumlah faktor yang telah disusun jumlah faktor secara teoritis. Uji validitas
konstruk dengan menggunakan analisis faktor dapat dijalankan jika nilai
KMO > 0.5, validitas konstruk dapat terpenuhi jika nilai korelasi > 0.5,
Eigenvalue ≥ 1 dan Factor Loading ≥ 0,3 (Azwar, 2016, p. 123). Terdapat 4
tahap dalam menganalisis faktor yang meliputi:
a. Pembentukan matrik korelasi, merupakan matrik yang memuat koefisien
korelasi dari semua pasangan variabel. Matrik ini digunakan untuk
mendapatkan nilai kedekatan hubungan antar variabel penelitian, nilai
kedekatan dapat digunakan untuk melakukan beberapa pengujian untuk
melihat kesesuaian dengan nilai korelasi yang diperoleh dari analisis faktor.
Dalam tahap ini ada dua hal yang perlu dilakukan agar analisis faktor dapat
dilaksanakan, yang pertama menentukan besaran nilai Barlett Test of
Sphericity, yang digunakan untuk mengetahui apakah ada korelasi yang
signifikan antar variabel. Dan yang kedua adalah Keiser-Meyers-Oklin
(KMO) yang digunakan untuk mengukur kecukupan sampel dengan cara
membandingkan besarnya koefisien korelasi yang diamati dengan koefisien
korelasi parsialnya.
b. Ekstraksi faktor, pada tahapini dilakukan proses inti dari analisis faktor, yaitu
melakukan ekstraksi terhadap sekumpulan variabel yang ada KMO > 0,5
sehingga terbentuk satu atau lebih faktor. Metode yang digunakan untuk
maksud ini adalah Principal Componen Analysis dan rotasi faktor dengan
metode Varimax (bagian dari orthogonal).
c. Rotasi faktor, pada tahap ini matrik faktor ditransformasikan kedalam matrik
yang lebih sederhana, sehingga lebih mudah diinterpretasikan. Analisis rotasi
faktor ini dilakukan dengan metode rotasi varimax. Interpretasi hasil
dilakukan dengan melihat faktor loading. Faktor loading merupakan angka
yang menunjukan besarnya korelasi antara suatu variabel dengan faktor satu,
faktor dua, faktor tiga, faktor empat atau faktor lima yang terbentuk. Proses
penentuan variabel mana akan masuk ke faktor yang mana, dilakukan dengan
melakukan perbandingan besar korelasi pada setiap baris didalam setiap tabel.
d. Penamaan faktor yang terbentuk, pada tahap ini akan diberikan nama-nama
faktor yang telah terbentuk berdasarkan faktor loading suatu variabel terhadap
faktor terbentuknya. Setelah tahapan pemberian nama faktor yang terbentuk,
berarti hipotesis penelitian telah terjawab.
3.5.2.3. Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan koefisien yang menunjukan tingkat keajegan atau
konsistensi hasil pengukuran suatu tes (Mardapi, 2016, p. 46). Instrumen
pengukuran percaya diri dan berpikir kreatif siswa mengikuti matapelajaran
matematika kelas X harus memenuhi syarat reliabilitas, agar dapat dipercaya
kebenaran datanya. Reliabilitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
reliabilitas berdasarkan pendapat para ahli (interrater) dan berdasarkan uji di
lapangan.
3.6.2. Uji Reliabelitas Intereter
Reliabelitas instrumen yang akan dikembangkan ditentukan dengan
menggunakan rumus reliabelitas antar rater. Reliabelitas antar rater dianalisis
dengan uji two way anava. Uji two way anava dalam penelitian ini digunakan
untuk melihat kesamaan antar penilai terhadap instrumen Pengukuran percaya
diri siswa mengikuti matapelajaran matematika kelas X Para ahli kemudian
menilai yang bertujuan untuk menghubungkan antara satu penilai dengan
penilai yang lainya. Pada uji Two Way Anova, peneliti akan menggunakan
analisis varian menggunakan rumus Hoyt. skor item dalam hal ini dianggap
desain faktorial dua jalan yang dikenal dengan treatmen X subject desain
(Mardapi, 2016, p. 78). Adapun rumus Hoyt sebagai berikut:
s2r
rxx =1−
s2 s
Keterangan:
S2r = varian residu yang pada analisis treatmen x subject adalah mean kuadrat
interaksi antara item dan subjek MKs
S2s = varian subjek merupakan kuadrat antar subjek, yaitu MKs Reliability.
Apabila nilai kooefisien ≥ 0,6 maka instrumen yang dilakukan para ahli sudah
dinyatakan konsisten dalam memberikan penilaian.
3.6.2.1 Uji Reliabelitas Konsisten Internal
Reliabilitas instrumen yang digunakan untuk menganalisis hasil instrumen
setelah uji coba di lapangan akan menggunakan rumus Alpha Cronbach.
Menurut Khumaedi (2012, p. 27) metode konsistensi internal hanya
menggunakan satu instrumen, sehingga pengujiannya hanya dilakukan satu kali
saja. Perhitungan yang digunakan untuk menghitung reliabilitas dengan
menggunakan teknik Alpha Cronbach sebagai berikut:

Keterangan:
Α = ReliabelitasAlpha Cronbach
k = Jumlah butir/belahan dalam instrumen
Σs2t = Jumlah varians keseluruhan butir
S2t = Varian total skor
Data mentah yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan
bantuan komputer program SPSS versi 16.0. Menurut Khumaedi (2012, p. 29)
koefisien reliabilitas sebesar 0,50 ke atas sudah cukup memadai untuk dapat
diterima sebagai reliabilitas yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Afriansyah, E. A. (2015). Qualitative Became Easier with ATLAS.ti.


International Seminar on Mathematics, Science, and Computer
Science Education MSCEIS 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustiani, H. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: Refika Aditama.
Anita Lie, (2004). 101 Cara Menumbuhkan Percaya Diri Anak (Usia Balita
Sampai Remaja). Jakarta: Elex Media Komputindo.
Anwar, M. N., Shamim-ur-Rasool, S., & Haq, R. (2012). A Comparison of
Creative Thinking Abilities of High and Low Achievers Secondary
School Students. International Interdisciplinary Journal of Education,
1(1), 3–8
Arifin Zaenal. (2009). Evaluasi Pembelajaran Prinsip Teknik Prosedur.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Azwar, (2013). Sikap Manusia dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Azwar, (2015). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2016). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Baer, J. (1993). Creativity and Divergent Thinking: A Task Specific
Approach. London: Lawrence Erlbaum Associates Publisher.
BSNP. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah.
Das Salirawati, (2012). Percaya Diri, Keingintahuan, dan Berjiwa
Wirausaha: Tiga Karakter Penting Bagi Peserta Didik. Jurnal
Pendidikan Karakter, (Nomor II tahun 2). Hlm 218-219.

Desmita, (2011). Psikologi perkembangan peserta didik. Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya
Desi, N., Gembong, S., & Andari, T. (2013). Proses Berpikir Kreatif Siswa
SMP yang Mengikuti Bimbingan Belajar dalam Menyelesaikan Soal-
Soal Ujian Nasional. Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, 1 (2), 1-
15.

Dewi, S. S. S., & Afriansyah, E. A. (2018). Kemampuan Komunikasi


Matematis Siswa Melalui Pembelajaran CTL. JIPMat, 3(2).

Fadilah, A.(2016). Pengaruh Pembelajaran Problem Solving terhadap


Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa. Jurnal Pendidikan
Matematika dan Matematika, 2 (1), 1-8.

Hakim, (2002). Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta: Purwa Suara.

Hong, E. (2014). “Creative Thinking Abilities: Measures for Various


Domains” dalam O’Neil et al (Ed.), Teaching and Measuring
Cognitive Readiness. New York: © Springer Science+Business
Media New York. Hlm. 201-222.

Hendriana, H. dkk. (2016). Hard Skill dan Soft Skills Matematika siswa.
Cimahi: STKIP Siliwangi Press

Huda, M. (2011). Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Jalaluddin Rakhmat, (2000). Psikologi Komunikasi. reved. Bandung : Remaja


Rosdakarya.

John M. Ortiz, (2002). Menumbuhkan anak-anak yang bahagia cerdas dan


percaya diri degan musik. Jakarta: Gramedia.

Khumaedi, M. (2012). Reliabilitas Instrumen Penelitian Pendidikan. Jurnal


Pendidikan Teknik Mesin, 12(1), 29.
Mardapi Djemari. 2016. Pengukuran Penilaian dan Evaluasi Pendidikan.
Yogyakarta: Parama Publishing.

Marliani, N. (2015). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis


Siswa Melalui Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project
(MMP). Jurnal Formatif, 5 (1), 14-25.

Lauster, P. (1997). Test Kepribadian (terjemahan Cecilia, G. Sumekto).


Yogyakarta: Kanisius
Lauster,P. (2008). Tes Kepribadian. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Lestari, K. E., & Yudhanegara, M. R. (2015). Penelitian Pendidikan


Matematika. Bandung: PT. Refika Aditama

Moma, L. (2016). Pengembangan Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif


Matematis Untuk Siswa SMP. Delta-Pi: Jurnal Matematika dan
Pendidikan Matematika, 4(1).

Nurhayati, (2011). Psikologi pendidikan inovatif. Yogyakarta: Pustaka Belajar


Pangestu, N. S., & Yunianta, T. N. H. (2019). Proses Berpikir Kreatif
Matematis Siswa Extrovert dan Introvert SMP Kelas VIII
Berdasarkan Tahapan Wallas. Mosharafa: Jurnal Pendidikan
Matematika, 8(2), 215226. DOI: https://doi.org/10.31980/moshar
afa.v8i2.472
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 60
2014. 2014 tentang Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/
Madrasah Aliyah Kejuruan. 2014. Jakarta: Kemendikbud RI

Peter Lauster. (2005). Tes Kepribadian. (Alih bahasa: D.H. Gulo). Jakarta:
Bumi Aksara.
Putra, H. D., Herman, T., & Sumarmo, U. (2017). Development of Student
Worksheets to Improve the Ability of Mathematical Problem Posing.
International Journal on Emerging Mathematics Education, 1(1), 1–10.

Santrock, J.W. (2003). Adolescence: perkembangan remaja (6th ed).

Selwanus, R. A. 2010. “Pembelajaran IPS dengan Metode Problem Solving


Untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa di SD Negeri
Naikoten Satu Kota Kupang”. Tesis Pendidikan Dasar, Program
Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya.

Siswono, T Y. E. (2007). Desain Tugas untuk Mengidentifikasi Kemampuan


Berpikir Kreatif Siswa dalam Matematika. Jurnal Matematika.

Sugiarto, (2009). How Confident Are You?. Sidoarjo: Masmedia Buana


Pustaka.

Sugilar, H. (2013). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Disposisi


Matematik Siswa Madrasah Tsanawiyah Melalui Pembelajaran
Generatif. InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP
Siliwangi Bandung, Vol 2, No.2.

Suripah, S., & Sthephani, A. (2017). Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis


Mahasiswa dalam Menyelesaikan Akar Pangkat Persamaan Kompleks
Berdasarkan Tingkat Kemampuan Akademik. Jurnal Pendidikan
Matematika, 12 (2), 149-160.

Teti, H. (2015). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa


SMK serta Pengembangan Edukasi Diri Melalui Pengembangan
Model Discovery Lerning. UPI Bandung.

Thursan Hakim. (2005). Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta: Puspa
Swara.
Vionanda, Dodi. Dkk. (2012). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif
Siswa Dengan pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal FMIPA
Universitas Negeri Padang [Online]. Diunduh pada tanggal 13 agustus
2016.

Wulansari, T., Putra, A., Rusliah, N., & Habibi, M. (2019). Pengaruh Model
Pembelajaran Berbasis Masalah pada Materi Statistika terhadap
Kemampuan Penalaran Statistik Siswa. AKSIOMA: Jurnal
Matematika dan Pendidikan Matematika, 10(1), 35-47.

Anda mungkin juga menyukai