Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Darah adalah jaringan cair pada tubuh manusia yang terdiri atas dua bagian yaitu
plasma darah (bagian cair darah) sebesar 55% dan korpuskuler / sel darah (bagian padat
darah) sebesar 45%. Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit.
Volume total darah orang dewasa diperkirakan sekitar 5-6 liter atau 7% - 8% dari berat
tubuh seseorang.
Donor darah adalah proses pengambilan darah dari seseorang secara sukarela untuk
disimpan di bank darah yang digunakan untuk keperluan transfusi darah (Daradjatun,
2008). Darah yang dipindahkan dapat berupa darah lengkap dan komponen darah. Donor
yang dapat menyumbangkan darahnya harus diperiksa sesaat sebelum penyumbangan dan
memenuhi kriteria seleksi donor yang ditetapkan Unit Transfusi darah (UTD). Pendonor
harus diidentifikasi kembali sebelum penusukan dimulai dan darahnya ditampung di
dalam kantong darah steril yang telah disetujui oleh petugas kompeten terlatih
menggunakan prosedur yang telah divalidasi.
Transfusi darah yang aman dan minim risiko transfusi harus mempunyai strategi
pelayanan transfusi darah yang terkoordinasi secara nasional, pengumpulan darah hanya
dari donor sukarela dari populasi risiko rendah, pelaksanaan skrining terhadap semua
darah donor dari penyebab infeksi, serta pelayanan laboratorium yang baik di semua
aspek, termasuk golongan darah, uji kompatibilitas, persiapan komponen, penyimpanan
dan transportasi darah/komponen darah. Oleh karena itu harus dilakukan pengambilan
darah screening pendonor dan aftap yang baik dan benar.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah tentang
bagaimana cara pengambilan darah screening pendonor dan aftap yang baik dan benar.

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat dirumuskan tujuan yaitu untuk mengetahui
cara pengambilan darah screening pendonor dan aftap yang baik dan benar.
BAB II
PEMBAHASAN
I. Transfusi darah
Transfusi merupakan salah satu tindakan medis yang sangat penting sehingga
diperlukan jaminan keamanan darah (blood safety) bagi pasien maupun petugas teknis
transfusi darah. Tindakan transfusi darah merupakan tindakan klinis untuk mengatasi
penyakit dan menyelamatkan jiwa dengan memberikan darah kepada pasien.
Penggunaan darah untuk pasien dikenal mulai pada abad 9 dan mencapai puncaknya
setelah perang dunia ke 2 mendorong berkembangnya praktek transfusi darah dan
ilmu-ilmu yang mendukungnya. Perkembangan ilmu dibidang transfusi darah yang
sedemikian pesat juga mendorong berkembangnya ilmu kedokteran transfusi yang
tidak hanya menyangkut penggunaan darah tetapi menyangkut transplantasi organ dan
lain-lain. Pelaksanaan ilmu transfusi darah harus dengan standard operating prosedure
yang ketat oleh tenaga professional agar diperoleh darah yang aman dan berkualitas
(Sudoyo dkk, 2006).
Dalam pelaksanaan praktek transfusi darah faktor keamanan dan kualitas
darah sangatlah penting. Faktor keamanan meliputi aspek kompatibilitas atau
kecocokkan darah donor pasien dan bebasnya darah serta produk darah dari penyakit
yang menular lewat darah. Faktor kualitas meliputi konsistensi, macam, kandungan
daya simpan dan efektivitas darah dalam memperbaiki kondisi pasien sebagaimana
yang diharapkan. Kesemuanya ini hanya dapat dicapai jika bahan diperoleh dan
proses penyediaan darah dilaksanakan dengan menggunakan pedoman baku yang
ditetapkan secara ketat. (Triwibowo, 1987)
Transfusi darah merupakan bagian penting dalam pelayanan kesehatan
modern. Penggunaan darah yang tepat, rasional dengan pengamanan yang baik sangat
bermanfaat untuk meyelamatkan jiwa dan memperbaiki kesehatan. Namun demikian,
tindakan transfusi darah bukanlah tindakan medis yang tanpa risiko. Berbagai infeksi
penyakit menular termasuk HIV, Hepatitis, sifilis dan lain-lain, dapat ditularkan lewat
transfusi darah. Disamping itu, komplikasi dalam bentuk reaksi transfusi baik segera
maupun tertunda juga dapat terjadi selama dan sesudah pemberian transfusi darah
(DepKes. 2001).
II. Alat & Bahan

No. Alat Bahan


1. Bed aftap Label
2. Tensimeter Alcohol 70%
3. Kapas Betadine atau iodine
4. Isolasi kulit atau plester
5. Pinset
6. Klem/pan
7. gunting
8. Handsealer
9. Tabung sampel darah & penutupnya
10. Blood bag (kantong darah
11. Kassa steril
12. Hemolight plus (timbangan darah)
13. Wadah limbah infeksius
14. Wadah limbah non infeksius
15. Wadah limbah benda tajam

III. Prosedur kerja

A. Pra Analitik
a. Persiapan Petugas
 Memakai APD lengkap
 Mencuci tangan dengan baik dan benar
b. Persiapan Pasien
c. Persiapan Alat & Bahan
B. Analitik
C. Pasca Analitik
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Susiloningsih, Jarwati dan Resmi Aini. Tanpa tahun. Analisis Pelaksanaan Standard
Operating Procedure Penyadapan Darah Donor Terhadap Kualitas
Komponen Darah. Poltekkes Bhakti Setya Indonesia: Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai