Anda di halaman 1dari 31

SATUAN ACARA PENYULUHAN

MANAJEMEN LAKTASI

DI RUANG 8 RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Disusun oleh :

TIM

PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS)

RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN

MANAJEMEN LAKTASI

DI RUANG 8 RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Oleh :

Kelompok 14

KHOIRUNNOPI SASTRA WIJAYA

DWI LESTARI

FIRDHA APRILIA

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


LEMBAR PENGESAHAN

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Manajemen Laktasi telah disetujui oleh pembimbing klinik dan
pembimbing institusi pada:

Hari/Tanggal : , November 2018

Malang, November 2018

Pembimbing Klinik

( )
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik/Pokok Bahasan : Keperawatan Maternitas

Sub Pokok Bahasan : Manajemen laktasi

Waktu : 15 menit

Hari/tanggal : Jumat, 23 November 2018

Tempat : Ruang 8 RSSA

Target/sasaran : Ibu Menyusui

I. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan selama 15 menit, ibu menyusui
dapat mengetahui cara manajemen laktasi (cara menyusui,manfaat ASI dan
penyimpanan ASI) dengan benar.

II. Tujuan Intruksional Khusus


Setelah mengikuti pendidikan kesehatan selama 43 menit, ibu menyusui
dapat :

1. Menyebutkan manfaat menyusui

2. Menyebutkan cara menyusui yang benar

3. Menyebutkan cara memegang payudara

III. Metode

1. Infokus dan Slide Projektor


2. Leaflet
3. Leptop

IV. Waktu dan Tempat


1. Hari : Jumat
2. Tanggal : 23 November 2018
3. Jam : 10.00 s/d 10.10 WIB
4. Tempat : Ruang tunggu keluarga pasien di ruang 8 RSSA Malang

V. Pengorganisasian
Penanggung Jawab : Seluruh Mahasiswa Profesi Ners UMM kelompok 14

a. Leader : Khoirunnopi
b. Presenter : Dwi Lestari
c. Moderator : Firdha Aprilia
d. Observer : Semua anggota

VI. Setting Tempat

Pr M
r

P P P P

P P P P

Keterangan :

L : Leader

Pr : Presenter

M : Moderator

P : Peserta
VII. Kegiatan Pembelajaran

No Waktu Tahapan Jenis Kegiatan


1. 5 menit Pembukaan Ø Memberi salam
Ø Menjelaskan maksud dan tujuan

2. 15 menit Pelaksanaan Ø Review pengetahuan tentang


manajemen laktasi
Ø Memberikan materi mengenai
manajemen laktasi
Ø Memberikan kesempatan kepada
klien untuk bertanya
Ø Menanyakan hal-hal yang telah
dijelaskan

3. 10 menit Evaluasi / Ø Memberikan kesimpulan


penutup Ø menutup

VIII. Evaluasi
1) Sebutkan pengertian manajemen laktasi ?
2) Sebutkan manfaat ASI?
3) Sebutkan faktor yang mempengaruhi produksi ASI?
4) Bagaimana cara menyususi yang benar ?
5) Sebutkan cara memijat yan dapat merangsang produksi ASI ?
MANAJEMEN LAKTASI

A. PENGERTIAN
1. LAKTASI
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai
proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral dari
siklus reproduksi mamalia termasuk manusia (Direktorat Gizi Masyarakat, 2005).
Laktasi adalah produksi dan pengeluaran ASI, dimana calon ibu harus sudah
siap baik secara psikologis dan fisik. Jika laktasi baik maka bayi cukup sehat
menyusu. Produksi ASI disesuaikan dengan kebutuhan bayi, volume ASI 500 – 800
ml/hari (3000 ml/hari) (Rukiyah, dkk, 2011).
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai
proses bayi mengisap dan menelan ASI
Lakatasi adalah proses sintesis air susu oleh sel-sel epitel “glandula lactifera”
dan proses mengalirnya air susu dari sitoplasma ke lumen alveoli, serta pencurahan
air susu dari alveoli ke sisterna.

2. MENYUSUI
Berdasarkan pocket Oxford Dictionary, menyusui di defenisikan sebagai feed a
baby from the breast, atau dengan kata lain, menyusui adalah proses anak
mendapatkan air susu melalui cara menyusu/mengisap/mengemut payudara ibu.
Menyusui memiliki pengertian yang lebih luas dan lebih kompleks, karena tidak
hanya membahas tentang ibu, tetapi juga si anak, atau dengan kata lain laktasi
adalah salah satu bagian dari menyusui.

3. MANAJEMEN LAKTASI
Manajemen Laktasi adalah merupakan segala daya upaya yang dilakukan untuk
membantu Ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha ini
dilakukan terhadap dalam tiga tahap, yakni pada masa kehamilan (antenatal),
sewaktu Ibu dalam persalinan sampai keluar rumah sakit (perinatal), dan masa
menyusui selanjutnya sampai anak berumur 2 tahun (postnatal) (Susiana, H, 2009).
Manajemen Laktasi adalah tata laksana yang dipelukan untuk menunjang
keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaanya terutama dimulai pada masa
kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya
(Direktorat Gizi Masyarakat, 2005)
Manajemen Laktasi adalah upaya – upaya yang dilakukan untuk menunjang
keberhasilan menyusui (Siregar, 2004).

B. ANATOMI PAYUDARA DAN FISIOLOGI LAKTASI


1. ANATOMI PAYUDARA

Payudara adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada, dan
fungsinya memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang
payudara, berat sekitar 200 gram, umumnya yang kiri lebih besar dari yang kanan.
Pada waktu hamil membesar mencapai 600 gram, pada waktu menyusui bisa
mencapai 800 gram.

Tiga bagian utama payudara :


a. Corpus
b. Areolla
c. Papilla

a. Korpus (badan)
Yaitu bagian yang membesar. Di dalam korpus terdapat alveolus yaitu unit
terkecil yang memproduksi susu. Alveolus terdiri dari beberapa sel Aciner,
jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah. Beberapa
alveolus mengelompok membentuk lobulus, dan beberapa lobulus berkumpul
menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara. Dari alveolus ASI disalurkan ke dalam
saluran kecil (duktulus), beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang
lebih besar (duktus laktiferus).

b. Areola
Yaitu bagian kehitaman di tengah payudara. Di bawah areola terdapat saluran
yang besar melebar disebut sinus laktiferus, akhirnya semua sinus memusat ke
dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran-
saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi akan memompa ASI keluar.

c. Papilla (puting)
Yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara, dimasukkan ke mulut bayi
untuk aliran susu.
Ada 4 macam bentuk puting yaitu normal/umum, pendek/datar, panjang dan
terbenam (inverted). Namun hal ini tidak berpengaruh terhadap proses laktASI
Pada papilla dan areola terdapat saraf peraba yang sangat penting untuk refleks
menyusui. Bila puting dihisap, terjadi rangsangan saraf yang diteruskan ke
kelenjar hipofisis yang kemudian merangsang produksi dan pengeluaran ASI.
Bentuk payudara

2. FISIOLOGI LAKTASI
Laktasi atau menyusui mempunyai 2 pengertian yaitu produksi dan pengeluaran
ASI. Hormon yang berfungsi untuk produksi ASI adalah hormon prolaktin,
disamping hormon lain seperti insulin, tiroksin dan sebagainya.
Selama kehamilan, hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI Biasanya
belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi. Pada hari
kedua atau ketiga pasca perasalinan, kadar estrogen dan progestero menurun drastis
sehingga prolaktin lebih dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI.
Dengan menyusukan lebih dini terjadi perangsangan puting susu, terbentuklah
prolaktin oleh hipofisis, sehingga sekresi ASI lebih lancar.

Dua reflek pada Ibu yang sangat penting dalam proses laktasi yaitu prolaktin dan
reflek aliran/oksitosin, timbul akibat perangsangan puting susu oleh hisapan oleh
bayi.
a. Reflek prolaktin
Pada akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat
kolostrum, terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan
progesteron yang masih tinggi. Pasca persalinan, yaitu lepasnya plasenta dan
berkurangnya fungsi korpus luteum maka estrogen dan progesteron juga
berkurang. Hisapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang payudara
karena ujung-ujung syaraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik.
Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis
hipotalamus dan akan menekan pengeluaran faktor penghambat sekresi
prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor pemacu sekresi
prolaktin. Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior
sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang
berfungsi untuk membuat air susu.
Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah
melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada
peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap
berlangsung. Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi
normal pada minggu ke 2-3. Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin akan
meningkat dalam keadaan seperti stress atau pengaruh psikis, anestesi, operasi
dan rangsangan puting susu.

b. Reflek aliran (let down reflex) / reflek oksitosin


Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan
yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior (neurohipofise)
yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah hormon ini menuju
uterus sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari sel akan memeras air
susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk melalui duktus lactiferus
masuk ke mulut bayi. Ibu perlu mewaspadai bahwa tekanan karena kontraksi
otot ini kadang-kadang begitu kuat sehingga air susu keluar dari putting
menyembur, ini bisa membuat bayi tersedak.
Refleks oksitosin dipengaruhi oleh pikiran, perasaan, dan sensasi ibu. biasanya
perasaan ibu bisa merangsang pengeluaran ASI secara refleks, tetapi kadang-
kadang juga menghambatnya. perasaan yang bisa menghentikan refleks
oksitosin misalnya, khawatir, sedih, atau takut akan sesuatu. ibu kesakitan pada
saat menyusui atau merasa malu. refleks ini bisa muncul pada saat sang ibu
mendengar bayinya menangis, melihat foto bayinya atau sedang teringat pada
bayinya berada jauh. manfaaat refleks oksitosin lainya adalah membantu
lepasnya plasenta dari rahim Ibu dan menghentikan perdarahan persalinan.

Refleks yang terjadi pada bayi diantaranya :

a. Rooting Refleks
Bila bayi baru lahir disentuh pipinya, dia akan menoleh kearah sentuhan. bila
bibirnya dirangsang atau disentuh dia akan membuka mulut dan berusaha
mencari putting untuk menyusu
b. Sucking Refleks / refleks menghisap
Terjadi bila ada sesuatu yang merangsang langit-langit dalam mulut bayi. jika
putting susu menyentuh langit-langit belakang mulut bayi terjadi refleks
menghisap dan terjadi tekanan terhadap daerah aerola oleh gusi, lidah, serta
langit-langit, sehingga isi sinus laktiferus (tempat penampungan ASI pada
payudara) diperas keluar kedalam rongga mulut bayi.
c. Refleks Menelan
Bila ada cairan didalam rongga mulut terjadi refleks menelan.

C. MANFAAT DAN KEUNGGULAN ASI


1. Aspek Gizi
Manfaat Kolostrum :
a. Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi bayi dari
berbagai penyakit infeksi terutama diare.
b. Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan bayi pada
hari-hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi
kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu kolostrum harus diberikan pada bayi.
c. Kolostrum mengandung protein,vitamin A yang tinggi dan mengandung
karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada
hari-hari pertama kelahiran.
d. Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama berwarna
hitam kehijauan.
Komposisi ASI :
a. ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga
mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat
dalam ASI tersebut.
b. ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk
pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi/anak.
c. Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki perbandingan antara
Whei dan Casein yang sesuai untuk bayi. Rasio Whei dengan Casein
merupakan salah satu keunggulan ASI dibandingkan dengan susu sapi. ASI
mengandung whey lebih banyak yaitu 65:35. Komposisi ini menyebabkan
protein ASI lebih mudah diserap. Sedangkan pada susu sapi mempunyai
perbandingan Whey : Casein adalah 20:80, sehingga tidak mudah diserap.
Komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASI :

a. Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang
berfungsi sebagai neuro-transmitter dan berperan penting untuk proses
maturasi sel otak. Percobaan pada binatang menunjukkan bahwa defisiensi
taurin akan berakibat terjadinya gangguan pada retina mata.
b. Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam
lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang
diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal. Jumlah DHA dan
AA dalam ASI sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan
kecerdasan anak. Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh dapat
dibentuk/disintesa dari substansi pembentuknya (precursor) yaitu masing-
masing dari Omega 3 (asam linolenat) dan Omega 6 (asam linoleat).

2. Aspek Imunologik
a. ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminASI.
b. Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup tinggi.
Sekretori Ig.A tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E. coli
dan berbagai virus pada saluran pencernaan.
c. Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang
mengikat zat besi di saluran pencernaan.
d. Lysosim, enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan salmonella)
dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada susu sapi.
e. Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil.
Terdiri dari 3 macam yaitu: Brochus-Asociated Lympocyte Tissue (BALT)
antibodi pernafasan, Gut Asociated Lympocyte Tissue (GALT) antibodi saluran
pernafasan, dan Mammary Asociated Lympocyte Tissue (MALT) antibodi
jaringan payudara Ibu.
f. Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang
pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora
usus bayi dan berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang
merugikan.
3. Aspek Psikologik
a. Rasa percaya diri Ibu untuk menyusui
Ibu mampu menyusui dengan produksi ASI yang mencukupi untuk bayi.
Menyusui dipengaruhi oleh emosi Ibu dan kasih saying terhadap bayi akan
meningkatkan produksi hormon terutama oksitosin yang pada akhirnya akan
meningkatkan produksi ASI.
b. Interaksi Ibu dan Bayi
Pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi tergantung pada kesatuan Ibu-
bayi tersebut.
c. Pengaruh kontak langsung Ibu-bayi
Ikatan kasih sayang ibu-bayi terjadi karena berbagai rangsangan seperti
sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi akan merasa aman dan puas karena
bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang
sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim.

4. Aspek Kecerdasan
a. Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk
perkembangan system syaraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi.
b. Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ point
4.3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia 3
tahun, dan 8.3 point lebih tinggi pada usia 8.5 tahun, dibandingkan dengan bayi
yang tidak diberi ASI.

5. Aspek Neurologis
Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap dan bernafas
yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.

6. Aspek Ekonomis
Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk
makanan bayi sampai bayi berumur 4 bulan. Dengan demikian akan menghemat
pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula dan peralatannya
7. Aspek Penundaan Kehamilan
Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan, sehingga
dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal
sebagai Metode Amenorea Laktasi (MAL).

D. PERSIAPAN DAN TEKNIK MENYUSUI


1. Persiapan Psikologis
a. Memberikan dorongan pada ibu dengan meyakinkan bahwa setiap ibu mampu
menyusui bayinya. Menjelaskan pada ibu bahwa melahirkan dan menyusui
adalah proses yang alamiah, hampir smua ibu berhasil menjalaninya, bila
terdapat masalah maka petugas kesehatan akan menolongnya. Ibu tidak perlu
ragu dan cemas.
b. Meyakinkan Ibu akan keuntungan ASI. Ajak Ibu membicarakan susu formula
dalam perbandingannya denga ASI agar ibu bisa melihat keuntungan ASI dan
kekurangan susu formula
c. Membantu ibu mengatasi keraguannya karena pernah bermasalah ketika
menyusui pada pengalaman menyusui yang kurang baik, yang dilami oleh
kerabat atau keluarga lainnnya
d. Mengikutsertakan suami atau anggota keluarga lain berperan dalam keluarga.
Pesankan pada Ibu harus banyak beristrahat, yang diperlukan untuk
kesehatannya sendiri dan bayinya sehingga perlu adanya pembagian tugas
dalam keluarga.
e. Memberikan kesempatan pada Ibu untuk bertanya setiap ia membutuhkannya.
Petugas kesehatan harus dapat memperlihatkan perhatian dan kesediaannya
untuk membantu Ibu.

2. Pemeriksaan Payudara
Dalam masa kehamilan payudara Ibu harus diperiksa sebagai persiapan menyusui.
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui keadaan payudara sehingga bila
terdapat kelainan dapat segera diketahui. Pemeriksaan payudara dilaksanakan pada
kunjungan pertama Ibu ketika memeriksa kehamilannya. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara inspeksi dan palpasi.
a. Inspeksi
- Payudara
Ukuran dan bentuk payudara tidak berpengaruh pada produksi ASI. Perlu di
perhatikan bila terdapat kelainan pembesaran masif, gerakan yang tidak
simetris pada perubahan posisi. Permukaan yang tidak rata seperti adanya
elevasi, retraksi atau luka pada kulit payudara harus dipikirkan kearah tumor
atau kegansan dibawahnya. Saluran limfe yang tersumbat dapat
menyebabkan kulit bengkak, dan membuat gambaran seperti kulit jeruk.
Perlu di perhatikan adanya warna kulit kemerhan seperti tanda radang,
penyakit kulit atau bahkan keganasan.
- Areola
Pada umumnya ukuran dan bentuk akan meluas pada masa puberitas dan
pada masa kehamilan akan bersifat simetris, bila batas areola tidak arata
(tidak melingkar) perlu diperhatikan. Pigmentasi yang meningkat apada saat
kehamilan menyebabkan warna kulit pada areola lebih gelap dibandingkan
sebelum hamil.
- Puting susu
Ukuran puting susu sangat berpariasi dan tidak mempunyai arti khusus.
Pada bentuk puting susu yang terbenam perlu dipikirkan retraksi akibat
keganasan namun tidak smua puting susu terbenam disebabkan oleh
keganasan.

b. Palpasi Payudara
Tujuan utama pemeriksaan palpasi payudara adalah untuk mencari masa.
Setuap masa harus digambarkan secara jelas dan ciri-ciri massa yang teraba
harus dievaluASI dengan baik. Pemeriksaan puting susu merupakan hal penting
dalam mempersiapkan ibu untuk menyusui.

3. Pemeriksaan puting susu


a. Periksa bentuk puting susu
b. Cubit areola di sisi puting susu dengan ibu jari dan telunjuk
c. Periksa kelenturan dengan menarik puting dan areola secara perlahan
membentuk “dot”.
- Mudah ditarik : lentur
- Tertarik sedikit : kurang lentur
- Masuk ke dalam : puting susu terbenam
4. Tehnik Menyusui
Seorang Ibu dengan bayi pertama mungkin akan mengalami masalah ketika
menyusui yang sebetulnya hanya karena tidak tahu cara menyusui yang sebenarnya
sangat sederhana. Cara meletakan bayi pada payudara ketika menyusui berpengaruh
terhadap keberhasilan menyusui. Sebenarnya kepekaan tersebut sangat sangat
mebantu dalam proses pembentukan ikatan batin antara ibu dan bayi. Dalam hal
tersebut, Ibu memerlukan pendamping yang dapat membimbingnya untuk bisa
merawat bayi termasuk menyusui. Tenaga kesehatan yang berkecimpung dalam
bidang laktasi seharusnya mengetahui bahwa menyusui adalah suatu proses
alamiah. Namun, untuk mencapai keberhasilan menyusui diperlukan pengetahuan
mengenai teknik menyusui yang benar.

5. Posisi Menyusui
Posisi menyusui yang biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri, berbaring. Ada
posisi khusus yang bersangkutan dengan situasi tertentu seperti menyusui bayi
kembar dilakukan dengan cara seperti memegang bola dimana kedua bayi disusui
secara bersamaan, di payudara kanan dan kiri. Pada ASI yang memancar (penuh),
bayi di tengkurapkan diatas dada Ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi,
dengan posisi ini bayi tidak akan tersedak.

Berbagai macam posisi menyusui


Posisi menyusui bayi kembar

6. Langkah –langkah Menyusui Yang Benar


a. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting
susu dan areola disekitarnya, cara ini bermanfaat sebagai desinfektan dan
menjaga kelembapan puting susu.
b. Bayi diletakan menghadap perut Ibu atau payudara
- Ibu duduk atau berbaring santai. Bila duduk sebaiknya menggunakan
kursiyang rendah agar kaki ibu tidak tergantungdan punggung ibu dapat
bersandar pada kursi.
- Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lekung siku Ibu
dan bokong bayi terletak pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah
dan bokong yang ditahan dengan telapak tangan Ibu.
- Satu tangan bayi diletakan dibelakang badan ibu, dan yang satu didepan
- Perut bayi menempel badan Ibu, kepala ibu menghadap payudara (tidak
hanya membelokan kepala bayi).
- Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
- Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
c. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang
dibawahnya. Jangan menekan puting susu atau areolanya saja.
d. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting refleks) dengan cara :
- Menyentuh pipi bayi denga mengunakan puting susu
- Menyentuh sisi mulut bayi
e. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara
ibu dengan puting serta areola dimasukan ke mulut bayi
- Usahakan sebagian besar areola masuk kedalam mulut bayi, sehingga puting
susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar
dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah areola.
- Setelah bayi menghisap, payudara tidak perlu dipegang atau di sangga lagi.
- Cara pengamatan teknik menyusui yang benar
Apabila bayi telah menyusui dengan benar maka akan memperlihatkan
tanda-tanda sebagai berikut :
 Bayi tampak tenang
 Badan bayi menempel pada perut Ibu
 Mulut bayi terbuka lebar
 Dagu bayi menempel pada payudara Ibu
 Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih
banyak yang masuk
 Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan
 Puting susu tidak terasa nyeri
 Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
 Kepala bayi agak menengadah
f. Melepas isapan bayi
Jari kelingking Ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau dengan
menekan dagu bayi ke bawah.
g. Menyusui berikutnya mulai dari payudara yang belum terkosongkan
h. Setelah menyusui, keluarkan sedikit ASI kemudian oleskan pada puting susu
dan areola, biarkan kering sendiri.
i. Menyendawakan bayi
- Bayi digendong tegak bersandar pada bahu Ibu, tepuk punggungnya
perlahan-lahan
- Bayi tidur tengkurap di pangkuan Ibu, tepuk punggungnya perlahan-lahan.

7. Lama dan Frekuensi Menyusui


Sebaiknya bayi di susui tanpa jadwal (on demand) karena bayi akan menentukan
kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan sebab lain
atau ibu sudah merasa perlu menyusyui bayinya,bayi yang sehat dapat
mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan
kosong dalam waktu 2 jam.Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik,
karena isapan bayi sangat berpengaruh pada ragsangan produksi ASI selanjutnya,
dengan menusui tanpa dijadwal, sesuai dengan kebutuhan bayi, akan mencegah
timbulnya masalah menyusui. Ibu yang bekerja diluar rumah dianjurkan lebih
sering menyusui pada malam hari. Bila sering disusukan pada malam hari akan
memacu produksi ASI.
Untuk menjaga keseimbangan besarnya payudara maka sebaiknya setiap kali
menyusui harus dengan kedua payudara. Mengajurkan pada ibu agar berusaha
menyusui sampai payudara terasa kosong agar produksi ASI menjadi lebih baik.
Setiap menyusu dimulai dengan payudara terahir disusukan. Selama masa
menyusui sebaiknya Ibu menggunakan BH yang dapat menyangga payudara tetapi
tidak terlalu ketat.

8. Pengeluaran ASI
Bila ASI berlebihan sampai keluar memancar, sebaiknya dikeluarkan atau diperah
terlebih dahulu sebelum menyusui. Hal ini untuk menghindari bayi tersedak atau
bayi enggan menyusu. Tindakan pengeluaran atau memerah ASI juga dilakukan
pada ibu bekerja yang menyimpan ASI untuk bayinya dirumah disebabkan ASI
yang merembes karena payudara penuh, untuk bayi yang mengalami masalah
mengisap (misal berat badan lahir rendah/BBLR), menghilangkan bendungan atau
memacu produksi ASI, atau ibu sakit sehingga tidak dapat langsung menyusui
bayinya.

Tindakan pengeluaran ASI dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :


a. Pengeluaran ASI dengan tangan

- Cuci tangan sampai bersih


- Siapkan cangkir / gelas tertutup yang telah dicuci dengan air mendidih.
Dapat juga dengan menggunakan botol dot bayi.
- Payudara dikompres dengan handuk hangat dan dimasase dengan kedua
telapak tangan dari pangkal ke arah areola payudara. Ulangi pemijatan ini
pada sekitar payudara secara merata.
- Masase dengan Ibu jari disekitar areola payudara bagian atas dan jari
telunjuk pada sisi yang lain, lalu daerah areola payudara ditekan ke arah
dada
- Daerah areola payudara diperas dengan ibu jari dan jari telunjuk. Jangan
memijat atau menekan puting karena dapat menyebabkan rasa nyeri atau
lecet
- Ulangi tindakan (tekan-peras-lepas-tekan-peras-lepas). Pada awalnya, ASI
tidak keluar, namun setelah beberapa kali ASI akan keluar
- Gerakan ini diulang pada sekitar areola payudara pada semua sisi agar yakin
bahwa ASI telah diperas dari semua segmen payudara.

b. Pengeluaran ASI dengan pompa payudara.


- Jika menggunakan pompa listrik, maka tempatkan breast cup di dada lalu
putar mesin dan biarkan mesin memompa ASI ke dalam wadah yang sudah
terpasang. Biasanya memerlukan waktu sekitar 15 menit untuk memompa
kedua payudara. Namun jika menggunakan pompa manual, maka
menggunakan tangan untuk meremas atau menarik pompa di payudara,
biasanya membutuhkan waktu hingga 45 menit.
- Pastikan untuk menggunakan breast cup yang tepat dengan ukuran payudara
sehingga tidak menimbulkan rasa sakit. Jika ukurannya tepat, maka tidak
akan terasa sakit tapi hanya sedikit aneh. Serta jangan lupa untuk selalu
membersihkan bagian dari pompa setelah digunakan untuk mencegah
bakteri.
- Sebagian besar pompa dirancang untuk perempuan yang memiliki puting
kecil, sehingga kondisi ini terkadang menyebabkan puting susu
membengkak. Karenanya pemilihan ukuran yang tepat sangat penting.
Untuk mengurangi pembengkakan, bisa dilakukan dengan cara
mengompres payudara dengan handuk lembut.
- Pilihlah pompa sesuai dengan kebutuhan. Jika dipakai secara terus menerus
dan Anda adalah orang yang sibuk bekerja, maka pompa listrik bisa menjadi
pilihan. Tapi jika hanya digunakan sesekali saja, tak ada salahnya untuk
menggunakan pompa manual.
- Cucilah tangan dan membasuh payudara dengan handuk sebelum memulai
memompa ASI. Kemudian tempatkan ibu jari dan jari lainnya berhadapan
dengan tepi dari areola, lalu memompa dengan cara mendorong jari ke
dinding dada untuk mengeluarkan susu. Tempatkan semua tutup wadah saat
mengumpulkan susu sehingga tidak ada susu yang tumpah.
- Letakkan ASI di dalam botol atau plastik khusus ASI dan ditutup rapat
sehingga terjaga kebersihannya. Jangan lupa menuliskan tanggal pada botol
atau kantong sebelum di masukkan dalam lemari es atau freezer, sehingga
bisa diketahui kapan ASI tersebut dipompa.
- Jika ingin menggunakan ASI yang beku, maka tempatkan botol atau
kantung ASI ke dalam semangkuk air hangat. Jangan menggunakan
microwave atau memanaskan susu, karena bisa menghancurkan nutrisi yang
terkandung dalam ASI. Jika ASI yang diminum tidak sampai habis, maka
sebaiknya membuang susu yang tersisa.
- Sebaiknya tidak memompa ASI dengan menggunakan tekanan yang terlalu
rendah atau kecepatannya terlalu cepat, karena tidak akan mendapatkan
jumlah ASI yang cukup. Serta pompalah ASI secara teratur dengan
memberikan jarak antara 3-4 jam sebelum memompa kembali.
- Berikan ASI pada bayi melalui gelas atau sendok dan jangan menggunakan
botol susu, karena nanti bayi akan sulit untuk menyusui melalui puting
ibunya lagi karena mengalami bingung puting.

9. Penyimpanan ASI
a. Di udara terbuka : 6-8 jam
b. Di lemari es (4°C) : 24 jam
c. Di freezer/beku (-18°C) : 6 bulan

E. MASALAH-MASALAH DALAM MENYUSUI


1. Masa antenatal
a. Kurang/Salahnya Pemberian Informasi
Kebanyakan Ibu masih beranggapan bahwa susu formula jauh lebih baik
daripada ASI, sehingga apabila ASI dianggap kurang dengan segera
menggunakan susu formula. Pada saat pemeriksaan kehamilan, pendidikan
kesehatan tentang menyusui yang diberikan oleh petugas kesehatanpun juga
masih kurang.
Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat pemeriksaan kehamilan tentang
menyusui adalah :
- Fisiologi laktasi.
- Keuntungan/manfaat pemberian ASI.
- Manfaat dari rawat gabung.
- Teknik menyusui yang benar.
- Kerugian susu formula.
- Dukungan pemberian ASI eksklusif.

b. Puting Susu Terbenam (Retracted) atau Puting Susu Datar


Bentuk anatomis dari papila atau puting susu yang tidak menguntungkan juga
mempengaruhi proses menyusui. Meskipun pada masa antenatal telah
dilakukan perawatan payudara dengan teknik Hoffman, yaitu dengan menarik-
narik puting ataupun penggunaan breast shield dan breast shell.
Hal yang paling efisien dilakukan adalah isapan langsung yang kuat oleh bayi.
Oleh karena itu, segera setelah bayi lahir lakukan :
- Biarkan bayi menyusu sedini mungkin dan lakukan kontak skin-to-skin.
- Lakukan inisiasi menyusu dini (IMD).
- Apabila puting benar-benar tidak muncul, lakukan penarikan dengan nipple
puller atau menggunakan spuit.
- Bayi tetap disusui dengan sedikit penekanan pada areola mammae dengan
jari.
- Bila ASI penuh, lakukan pemerasan dan berikan dengan sendok, cangkir
ataupun teteskan langsung ke mulut bayi.

2. Masa pasca persalinan dini


a. Puting susu lecet
Pada keadaan ini seringkali seorang Ibu menghentikan menyusui karena
putingnya sakit. Yang perlu dilakukan adalah :
- Cek bagaimana perlekatan ibu-bayi
- Apakah terdapat Infeksi Candida (mulut bayi perlu dilihat). Kulit merah,
berkilat, kadang gatal, terasa sakit yang menetap, dan kulit kering bersisik
(flaky) Pada keadaan puting susu lecet, yang kadang kala retak-retak atau
luka, maka dapat dilakukan dengan cara-cara seperti ini :
 Ibu dapat terus memberikan ASInya pada keadaan luka tidak begitu
sakit.
 Olesi puting susu dengan ASI akhir (hind milk), jangan sekali-sekali
memberikan obat lain, seperti krim, salep, dan lain-lain.
- Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu kurang
lebih 1x24 jam, dan biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2x24
jam.
- Selama puting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan
tangan, dan tidak dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri.
- Cuci payudara sekali saja sehari dan tidak dibenarkan untuk menggunakan
sabun.

b. Payudara bengkak
Dibedakan antara payudara penuh karena berisi ASI dengan payudara bengkak.
Pada payudara penuh terjadi kondisi rasa berat pada payudara, panas dan keras.
Bila diperiksa, ASI keluar dan tidak ada demam. Pada payudara bengkak
ditemukan kondisi sakit, puting kencang, kulit mengkilat walau tidak merah,
dan bila diperiksa, ASI tidak keluar, serta bisa timbul demam setelah 24 jam.
Hal ini terjadi karena produksi ASI meningkat, terlambat menyusui dini,
perlekatan kurang baik, kurang sering ASI dikeluarkan dan mungkin juga ada
pembatasan waktu menyusui. Untuk mencegah maka diperlukan menyusui dini,
perlekatan yang baik, menyusui “on demand” atau bayi harus lebih sering
disusui. Apabila terlalu tegang atau bayi tidak dapat menyusu sebaiknya ASI
dikeluarkan dahulu, agar ketegangan menurun.
Yang dapat dilakukan :
- Kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit
- Ibu harus rileks
- Pijat leher dan punggung belakang (sejajar daerah payudara)
- Pijat ringan pada payudara yang bengkak (pijat pelan-pelan ke arah tengah)
- Stimulasi payudara dan putting
- Kompres dingin pasca menyusui untuk mengurangi pembengkakan
- Pakailah BH yang sesuai
- Bila terlalu sakit dapat diberikan obat anti-nyeri (analgetik) sesuai petunjuk
dokter.

c. Mastitis atau abses payudara


Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi merah, bengkak
kadangkala diikuti rasa nyeri dan panas, suhu tubuh meningkat. Di dalam terasa
ada masa padat (lump) dan diluarnya kulit menjadi merah. Kejadian ini terjadi
pada 1-3 minggu setelah persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran susu
yang berlanjut. Keadaan ini disebabkan kurangnya ASI diisap/dikeluarkan atau
pengisapan yang tak efektif. Dapat juga karena kebiasaan menekan payudara
dengan jari atau karena tekanan baju atau BH. Pengeluaran ASI yang kurang
baik pada payudara yang besar terutama pada bagian bawah payudara yang
menggantung.
Ada dua jenis Mastitis yaitu yang hanya karena milk stasis adalah Non Infective
Mastitis dan yang telah terinfeksi bakteri yang disebut Infective Mastitis. Lecet
pada puting dan trauma pada kulit juga dapat mengundang infeksi bakteri.
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan :
- Kompres hangat dan pemijatan
- Rangsang Oxytocin : dimulai pada payudara yang tidak sakit, yaitu
stimulasi puting, pijat leher-punggung, dan lain-lain.
- Pemberian antibiotik sesuai petunjuk dokter.
- Bila perlu bisa diberikan istirahat total dan obat untuk penghilang rasa nyeri.
- Kalau sudah terjadi abses sebaiknya payudara yang sakit tidak boleh
disusukan, karena mungkin memerlukan tindakan bedah.
3. Masalah Menyusui pada Masa Pasca Persalinan Lanjut (1 – 6 minggu setelah
persalinan)
a. Sindrom ASI kurang
Sering kenyataannya ASI tidak benar-benar kurang. Tanda-tanda yang
“mungkin saja” ASI benar kurang antara lain :
- Bayi tidak puas setiap setelah menyusui, sering kali menyusu, menyusu
dengan waktu yang sangat lama. Tapi juga terkadang bayi lebih cepat
menyusu. Sering disangka produksinya berkurang padahal dikarenakan bayi
telah pandai menyusu.
- Bayi sering menangis atau bayi menolak menyusu.
- Tinja bayi keras, kering atau berwarna hijau.
- Payudara tidak membesar selama kehamilan (keadaan yang jarang), atau
ASI tidak “datang” pasca lahir.
- Walaupun ada tanda-tanda tersebut perlu diperiksa apakah tanda-tanda
tersebut dapat dipercaya.

Tanda bahwa ASI benar-benar kurang, antara lain :

- BB (berat badan) bayi meningkat kurang dari rata-rata 500 gram per bulan.
- BB lahir dalam waktu 2 minggu belum kembali.
- Ngompol rata-rata kurang dari 6 kali dalam 24 jam dengan cairan urin pekat,
bau menyengat dan warna kuning.

Cara mengatasinya disesuaikan dengan penyebab, terutama dicari pada ke 4


kelompok faktor penyebab :
- Faktor tehnik menyusui : keadaan ini yang paling sering dijumpai, antara
lain masalah frekuensi, perlekatan, penggunaan dot/botol dan lain-lain.
- Faktor psikologis : seperti tidak adanya keinginan ibu untuk menyusui
- Faktor fisik ibu : antara lain pengaruh dari KB, kontrasepsi, merokok,
kurang gizi, pengaruh obat, dan lainnya.
- Faktor kondisi bayi : misalnya bayi sakit, adanya abnormalitas dan lain-lain.

b. Mastitis atau abses payudara


Sudah dijelaskan pada masa pasca persalinan dini.

c. Ibu yang bekerja


Seringkali alasan pekerjaan membuat seseorang Ibu berhenti menyusui.
Sebenarnya ada beberapa cara yang dapat dianjurkan pada ibu menyusui yang
bekerja :
- Susuilah bayi sebelum ibu bekerja.
- ASI dikeluarkan untuk persediaan di rumah sebelum berangkat kerja
- Pengosongan payudara di tempat kerja setiap 3-4 jam.
- Pada saat Ibu di rumah, sesering mungkin bayi disusui, dan ganti jadwal
menyusuinya sehingga banyak menyusui di malam hari
- Keterampilan mengeluarkan ASI dan merubah jadwal menyusui sebaiknya
telah mulai dipraktekkan sejak satu bulan sebelum kembali bekerja
- Minum dan makan makanan yang bergizi dan cukup selama bekerja dan
selama menyusui bayi.

F. 10 LANGKAH MENUJU KEBERHASILAN MENYUSUI


1. Mempunyai kebijakan tertulis tentang ASI
2. Sarana pelayanan kesehatan melakukan pelatihan untuk staf sendiri atau lainnya
3. Menyiapkan Ibu hamil untuk mengetahui manfaat ASI dan langkah
keberhasilan menyusui
4. Melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) 30 menit sampai 1 jam setelah ibu
melahirkan
5. Membantu ibu melakukan teknik menyusui yang benar (posisi peletakan tubuh
bayi dan pelekatan mulut bayi pada payudara) dan mempertahankan pemberian
ASI
6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI selama 6 bulan
pertama. Kandungan gizi ASI sudah sangat lengkap, dan bahkan sering disebut
vaksin pertama bayi
7. Ibu dan bayi dirawat dalam satu ruang selama 24 jam
8. Menyemangati ibu untuk memberikan ASI sesuai keinginan bayi
9. Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi
10. Membina kelompok pendukung ASI untuk meningkatkan kesadaran.

G. HAL HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PRAKTEK LAKTASI


1. Nutrisi Ibu menyusui
Meskipun umumnya keadaan gizi pada Ibu hanya akan mempengaruhi kuantitas
dan bukan kualitas Asinya, ibu menyusui sebaiknya tidak membatasi konsumsi
makananya. Penurunan berat badan sesudah melahirkan sebaiknya tidak melebihi
0,5 kg/minggu.Pada bulan pertama menyusui, yaitu saat bayi hanya mendapatkan
ASI saja (”exlusive breastfeeding period”), Ibu membutuhkan tambahan kalori
sebanyak 700 kkl/hari, pada 6 bulan berikutnya 500 kkal/hari dan pada tahun
kedua 400 kkal/hari.
Jumlah cairan yang dibutuhkan Ibu menyusui dianjurkan minum 8 – 12 gelas
perhari.

2. Istirahat
Bila laktasi tidak berlangsung baik biasanya penyabab utamanya adalah kelelahan
pada ibu.Oleh karena itu, istirahat dan tidur yang cukup merupakan kebutuhan
yang harus dipenuhi

3. Obat – obatan
Pemakaian obat – obatan dalam masa menyusui perlu mendapat perhatian,
apakah mempunyai efek samping yang positif atau negatif terhadap laktasi.
Contoh obat yang dapat mengurangi produksi ASI yaitu pil KB yang
mengandung hormon estrogen.

4. Posisi Ibu-bayi yang benar saat menyusui


Dapat dicapai bila bayi tampak menyusui dengan benar, bayi menempel betul
pada ibu mulut dan dagu bayi menempel betul pada payudara, mulut bati
membuka lebar, sebagian besar areola tertutup mulut bayi, bayi menghisap ASI
pelan-pelan dengan kuat, puting susu ibu tidak terasa sakit dan puting terhadap
lengan bayi berada pada satu garis lurus

5. Penilaian kecukupan ASI pada bayi


Bayi usia 0 – 4 bulan atau 6 bulan dapt dinilai cukup pemberian ASInya bila
tercapai keadaan sebagai berikut :
a. Berat badan lahir telah pulih kembali setelah bayi berusia 2 minggu
b. Kenaikan berat badan dan tinggi badan sesuai dengan kurve pertumbuhan
normal
c. Bayi banyak ngompol sampai 6 kali atau lebih dalam sehari
d. Tiap menyusui, bayi menyusu kuat (rakus)
e. Payudara Ibu terasa lunak setelah disusukan dibanding sebelumnya

6. Diluar waktu menyusui


Jangan membiasakan bayi menggunakan dot atau kempeng. Berikan ASI dengan
sendok bila Ibu tidak dapat menyusui bayinya.

7. Ibu bekerja
Selama cuti hendaknya ibu menyusui bayinya terus. Jangan juga membiasakan
bayi menyusu dengan botol bila masa cuti telah habis dan ibu harus bekerja
kembali.

8. Pemberian makanan pendamping ASI


Makanan pendamping ASI hendaknya diberikan mulai usia bayi 4 – 6 bulan. BIla
Ibu bekerja sebaiknya makanan pendamping ASI diberikan pada jam kerja,
sehingga ASI tetap diberikan setelah ibu berada di rumah.
9. Penyapihan
Menghentikan pemberian ASI harus dilakukan secara bertahap dengan jalan
meningkatkan frekuensi pemberian makanan anak dan menurunkan frekuensi
pemberian ASI secara bertahap dalam kurun waktu 2 – 3 bulan.

10. Klinik laktasi


Pusat pelayanan kesehatan ibu dan anak harus memiliki pelayanan yang dapat
meyakinkan setiap Ibu dalam masa menyusui bahwa ia selalu dapat berkonsultasi
untuk setiap masalah laktasi yang dialaminy. Untuk itu perlu diadakan klinik
laktasi atau tenaga terlatih untuk membantunya pada sarana pelayanan kesehatan
yang terdekat.

11. Kelompok pendukung ASI


Perlu dibina adanya kelompok pendukung ASI di lingkungan masyarakat, yang
dapat merupakan sarana untuk mendukung ibu-ibu di lingkungan tersebut agar
berhasil menyusui bayinya, dibantu oleh tenaga kesehatan yang ada di lingkungan
tersebut. Melalui kelompok ini, Ibu-Ibu menyusui dapat mengadakan diskusi dan
mendapat bantuan bila mengalami masalah dalam menyusui bayinya.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, 2008, Asuhan Kebidanan Nifas,Yogyakarta : Mitra Cendikia

Program Manajemen Laktasi, 2009, Buku Bacaan Manajemen Laktasi Jakarta : Perinasia
http://wiyati.wordpress.com/2008/06/25/managemen-laktASI/

Anda mungkin juga menyukai