Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM BIOLOGI JAMUR

ACARA PRAKTIKUM KE: III

KEHADIRAN KAPANG DI ALAM

Nama : Elbibiya Izzul Penidda

NIM : 24020119140109

Kelompok :9

Hari, tanggal : Rabu, 10 Maret 2021

Asisten : Tubagus Roychan Fachira

LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2021
ACARA III
KEHADIRAN KAPANG DI ALAM

I. KOMPETENSI DASAR
Mahasiswa mampu membuktikan keberadaan kapang pada berbagai
bahan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kapang Phylloplane
Mikroba filoplan adalah mikroorganisme yang hidup pada
permukaan daun tanaman. Mikroorganisme filoplan diketahui dapat
menghindarkan infeksi patogen. Permukaan daun merupakan habitat
yang cocok untuk pertumbuhan mikroorganisme antagonis seperti
jamur sehingga dapat menghambat perkembangan patogen dengan
cara mengeluarkan antibiotik melalui proses sekresi, serta menjadi
pesaing dalam memperoleh nutrisi (Thakur & Harsh, 2014). Jamur
pada permukaan daun sangat kuat menempel, ada yang menggunakan
stroma, ada yang membentuk sporodochia dan synnemeta. Jamur
filoplan juga dipengaruhi oleh tanaman sekitarnya dan kondisi
lingkungan dalam persebaran spora jamur yang mendarat pada daun
(Wijaya et al., 2014).

Gambar 2.1 koloni C.cassiicola. diisolasi dari daun karet


[ CITATION Kha18 \l 1033 ]
2.2. Kapang Foodborne
Tepung terigu yang merupakan bahan dasar pembuatan roti
tawar yang mengandung pati cukup tinggi. Pati dapat dihidrolisis
menjadi gula sederhana oleh jamur. Gula sederhana tersebut akan
dijadikan sumber nutrisi utama oleh jamur. Jamur adalah
mikroorganisme utama yang berperan dalam proses pembusukan roti.
Beberapa jenis jamur yang sering ditemukan pada proses pembusukan
roti adalah Penicillium sp., Mucor sp., Rhizopus stolonifer,
Aspergillus sp. dan Geotrichum sp. (Mizana et al., 2016).

Gambar 2.2 Jamur Aspergillus sp.isolasi dari rlti tawar


(Mizana et al., 2016)
2.3. Kapang Airborne
Jamur berkembang dan melepaskan spora mereka ke udara
untuk disebarkan. Manusia sering terpapar jamur melalui penghirupan
spora jamur airborne terutama di lingkungan dalam ruangan. Namun,
konsentrasi dari spora fungi di dalam ruangan dapat berubah-ubah
tergantung musim, terutama saat musim panas atau musim gugur.
Kondisi cuaca seperti temperatur, kelembaban relatif atau curah hujan,
sangat memberi efek pasa sporulasi, dispersal, dan deposisi dari spora
dan fragmen mereka yang berkorelasi satu sama lain (Li et al., 2016).
Faktor lingkungan sangat mempengaruhi kelangsungan hidup
mikroorganisme di udara, jamur diduga dapat bertahan cukup baik di
kondisi lingkungan manapun dibandingkan bakteri. Fungi bersifat
ubiquitous seperti di lingkungan dalam ruangan, sehingga penting
untuk mendeterminasi diversitas mereka (Oliveira et al., 2012).

Gambar 2.3 Kapang Airborne pada media PDA


(Islamiati dan Rahmawati, 2017)

2.4. Kapang Oligotropik


Jamur oligotrofik biasanya berkembang relatif lebih lambat
daripada jamur copiotrophic. Jamur oligotrofik memiliki kemampuan
untuk mendegradasi polimer untuk memperoleh substrat. Banyak
spesies dari filum jamur Basidiomycota yang menunjukkan ciri
oligotrofik. Contoh jamur tersebut yaitu jamur yang berasal dari
genera Fomes, Irpex, Phanerochaete, Pycnoporus, Schizophyllum dan
Trametes. Kemampuan jamur oligotrofik untuk mengatasi kondisi
minim nutrisi dari lingkungan sekitarnya memungkinkan mereka
tumbuh di permukaan batuan[ CITATION HoA17 \l 1033 ].

Gambar 2.4 Kapang Oligotrofik pada media PDA


(Rao et al., 2015)
III. METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
1. Laptop / handphone
2. Alat tulis
3. Buku penuntun praktikum
4. Lembar laporan sementara
5. Contact plate
6. Cawan petri
7. Inkubator
3.1.2 Bahan
1. PPT dan video pembelajaran.
2. Media PDA yang telah diberi antibiotik Kloramfenikol 50
mg/L (ppm).
3. Sampel daun.
4. Kapang yang berada di atas permukaan roti dan kaca, serta di
udara.
3.2 Cara kerja
3.2.1 Kapang Phylloplane
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Contact plate yang sudah diisi media disiapkan.
3. Contact plate ditempelkan pada permukaan daun selama 30-60
detik, kemudian diinkubasi.
4. Pengamatan kapang dilakukan mulai hari kedua inkubasi.
Kapang yang tumbuh diamati dan diidentifikasi.
3.2.2 Kapang Foodborne
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Contact plate yang sudah diisi media disiapkan.
3. Contact plate ditempelkan pada permukaan roti selama 30-60
detik, kemudian diinkubasi.
4. Pengamatan kapang dilakukan mulai hari kedua inkubasi.
Kapang yang tumbuh diamati dan diidentifikasi.
3.2.3 Kapang Airborne
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Medium dituang ke dalam cawan petri dan contact plate secara
aseptis.
3. Segera setelah penuangan, cawan petri digerakkan seperti
angka 8 agar media tersebar merata di cawan, lalu didinginkan.
4. Cawan petri dibuka diudara selama 5-10 menit. Kemudian
diinkubasi
5. Pengamatan bisa dimulai pada hari kedua. Kapang yang
tumbuh diamati dan diidentifikasi.
3.2.4 Kapang Oligotropik
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Contact plate yang sudah diisi media disiapkan.
3. Contact plate ditempelkan pada permukaan kaca selama 30-60
detik, kemudian diinkubasi.
4. Pengamatan kapang dilakukan mulai hari kedua inkubasi.
Kapang yang tumbuh diamati dan diidentifikasi.
IV. HASIL PENGAMATAN

NO. Jenis Kapang Gambar Keterangan


1. Kapang Phylloplane Tempat isolasi:
karet

Nama kapang:
Aspergillus niger

(Khaerati dkk, 2018)


2. Kapang Foodborne Tempat isolasi:
ikan pindang

Nama kapang:
Penicillium
(Hermana, dkk 2018). citrinum

3. Kapang Airborne Tempat isolasi:


serasah daun talok

Nama Kapang:
Alternaria sp,
Aspergillus sp,
Cladosporium sp

(Miranti dkk, 2015)


4. Kapang Oligotropik Tempat isolasi:
Limbah bagase

Nama Kapang:
Mycelia sterilia

(Subash et al., 2015).


V. PEMBAHASAN
Praktikum Biologi Jamur Acara III yang berjudul “Kehadiran
Kapang di Alam” dilaksanakan pada hari Rabu, 10 Maret 2021 via online
melalui Ms. Teams. Kompetensi dasar dari praktikum acara ini adalah
mampu membuktikan keberadaan kapang dari berbagai bahan Alat yang
digunakan dalam praktikum ini yaitu laptop/handphone, alat tulis, buku
penuntun praktikum, dan lembar laporan sementara. Bahan yang
digunakan dalam praktikum ini yaitu PPT dan video pembelajaran. Cara
kerja dalam praktikum ini yaitu alat dan bahan disiapkan. Laptop
disiapkan, lalu Microsoft Teams dibuka. Asisten menjelaskan keberadaan
kapang di alam dan cara isolasinya. Praktikan mendengarkan penjelasan
dari asisten dan hal-hal yang penting dicatat. Laporan sementara dan
laporan resmi dibuat.

5.1. Kapang di Alam

Kapang dapat ditemukan dimana saja, baik dalam ruangan


atau luar ruangan. Islamiati & Rahmawati (2017) menyatakan
mikroba yang sering menkontaminasi lingkungan adalah
kapang. Keberadaan kapang di alam tidak disadari oleh
manusia. Pudjadi (2015) menyatakan bahwa udara di ruang
publik secara tidak disadari menjadi konsumsi bersama oleh
banyak orang. Mikroorganisme bakteri dan jamur yang tersebar
di udara akan terhirup dan menimbulkan penyakit infeksi
apabila mereka bersifat patogenik. Kapang dapat ditemukan di
udara, permukaan daun, makanan (foodborne fungi) dan tempat-
tempat minim nutrisi. Kegiatan eksplorasi kapang akan berguna
untuk manusia karena dapat menemukan potensi manfaat dan
mengetahui patogen yang diakibatkan oleh kapang.
5.1.1. Kapang Phylloplane
Kapang Phylloplane adalah kapang yang menetap
pada permukaan daun. Hal ini sesuai dengan pendapat
Thakur & Harsh (2014), kapang filoplan adalah kapang
yang hidup pada permukaan daun tanaman. Hal ini juga
didukung oleh pendapat Suniti & Sudarman (2017), jamur
filoplan merupakan jamur mikota yang tumbuh pada
permukaan tanaman. Kelompok jamur filoplan terbagi
menjadi resident (diam) dan casual (kebetulan hinggap).
Jamur filoplan dapat diisolasi dari permukaan daun. Hal
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Khaerati
et al., (2018), jamur filoplan diisolasi dari daun tanaman
karet yang sehat.
Cara kerja dalam isolasi ini adalah alat dan bahan
disiapkan lalu media dituang ke contact plate secara
aseptis dan didinginkan. Contact plate ditempelkan pada
permukaan bawah daun selama 30-60 detik. Kemudian
contact plate diinkubasi, pada hari ke-2 koloni yang
tumbuh dapat dilakukan pengamatan. Menurut Pasaribu et
al., (2016), isolasi jamur filoplan menggunakan metode
leaf imprint (cetakan daun). Permukaan daun ditempelkan
dengan media pertumbuhan jamur selama waktu tertentu.
Lalu dilakukan inkubasi selama 4 jam. Koloni yang sudah
tumbuh pada media dapat diamati.
Penempelan permukaan daun pada media bertujuan
agar seluruh jamur yang terdapat pada permukaan daun
dapat berpindah ke media. Hal ini sesaui dengan
pernyataan Pasaribu et al., (2016) yang menyatakan
bahwa seluruh permukaan media ditekan pada seluruh
bagian permukaan daun agar mikroorganisme yang
menempel pada daun dapat berpindah ke media. Perlakuan
inkubasi dilakukan untuk membiakan mikroba pada
kondisi lingkungan yang terkendali. Menurut Sulistyarsi,
et al., (2016), inkubasi dilakukan untuk melihat
pertumbuhan mikroba, meninjau kemampuan mikroba
dalam menghasilkan metabolit primer dan metabolit
sekunder. Contoh jamur filoplan yaitu Aspergillus niger.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suniti dan
Sudarma (2017), isolasi jamur filoplan dari daun kakao
didapat jamur Aspergillus niger, Aspergillus flavus,
Penicillium spp., Neurospora spp., Nigrospora spp.
5.1.2. Kapang Foodborne
Kapang foodborne adalah kapang yang hidup
dengan substrat bahan makanan seperti roti, buah dan jenis
pangan lainnya. Kapang jenis ini mengambil seluruh
nutrisi yang dia butuhkan dari bahan makanan. Kehadiran
kapang ini pada makanan akan menyebabkan makanan
mengalami kebusukan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Mizana, et al., (2016) yang menyatakan bahwa jamur
merupakan organisme yang sering ditemukan pada proses
pembusukan roti. Kapang foodborne dapat diisolasi dari
bahan pangan. Menurut Benedict, et al., (2016), kapang
foodborne merupakan kontaminan pada jagung, gandum,
beras dan banyak makanan lainnya. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Mizana, et al., (2016),
jamur Aspergillus sp. diisolasi dari roti tawar yang
diletakkan pada suhu kamar di hari ke-4.
Cara kerja isolasi kapang foodborne adalah alat dan
bahan disiapkan lalu media dituang ke contact plate secara
aseptis dan didinginkan. Kemudian contact plate
ditempelkan pada permukaan roti selama 30-60 detik.
Contact plate diinkubasi, pada hari ke-2 bisa dilakukan
pengamatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Anwer, et al.,
(2017) yang menyatakan bahwa isolasi kapang foodborne
dapat dilakukan dengan nempelkan contact plate pada
bahan makanan yang telah terkontaminasi, atau bisa
dengan mentransfer sedikit bagian dari sampel ke dalam
cawan petri berisi PDA, dan diinkubasi. Perlakuan
inkubasi dilakukan untuk membiakan mikroba pada
kondisi lingkungan yang terkendali. Menurut Sulistyarsi,
et al., (2016), inkubasi dilakukan untuk melihat
pertumbuhan mikroba, meninjau kemampuan mikroba
dalam menghasilkan metabolit primer dan metabolit
sekunder. Contoh kapang foodborne menurut Mizana. et
al., (2016) yaitu Penicillium sp., Mucor sp., Rhizopus
stolonifer, Aspergillus sp. dan Geotrichum sp.
5.1.3. Kapang Airborne
Kapang airborne adalah kapang yang berada di
udara bebas. Hal ini sesuai dengan pendapat Li, et al.,
(2016) yang menyatakan bahwa jamur dapat berkembang
dan melepaskan sporanya di udara. Kapang airborne dapat
diisolasi dari udara dengan cara meletakkan cawan petri
berisi media dan membiarkannya dalam keadaan terbuka.
Hal ini sesuai dengan pendapat Samson (2011) yang
menyatakan bahwa cawan petri dibuka selama 30 menit di
ruang baca dengan tujuan agar media terkontaminasi oleh
kapang udara.
Cara kerja dalam mengisolasi kapang di udara yaitu
alat dan bahan disiapkan lalu media dituang ke cawan
petri secara aseptis. Cawan petri digerakkan seperti angka
8 agar media rata dengan sempurna lalu media
didinginkan. Cawan petri dibuka dan dibiarkan terpapar
udara selama 5-10 menit. Kemudian cawan petri tersebut
diinkubasi, pada hari ke-2 bisa dilakukan pengamatan. Hal
ini sesuai dengan pendapat Samson (2011), metode
pengambilan sampel dilakukan menggunakan lima buah
cawan petri yang berisi media PDA. Cawan petri tersebut
dibuka selama 30 menit di setiap ruang baca. Setelah 30
menit cawan petri ditutup, lalu diinkubasikan pada suhu
ruang 28oC di laboratorium selama tujuh hari. Koloni
jamur yang tumbuh dapat diamati dengan mikroskop.
Perlakuan menggerakkan cawan petri seperti angka
8 bertujuan untuk meratakan media. Hal ini sesuai dengan
pendapat Zain (2017) yang menyatakan bahwa media
diratakan dalam cawan petri dengan cara menggerakkan
cawan membentuk angka delapan. Perlakuan inkubasi
dilakukan untuk membiakan mikroba pada kondisi
lingkungan yang terkendali. Menurut Sulistyarsi, et al.,
(2016), inkubasi dilakukan untuk melihat pertumbuhan
mikroba, meninjau kemampuan mikroba dalam
menghasilkan metabolit primer dan metabolit sekunder.
Contoh kapang airborne antara lain Alternia sp.,
Aspergillus sp., dan Cladosporium sp. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Goncalves, et al.,
(2016) pada ruang ICU RS Universitas Pelotas Brazil,
ditemukan kontaminasi jamur Penicillium sp.,
Cladosporium sp., Fusarium sp., Alternaria sp.
5.1.4. Kapang Oligotropik
Kapang oligotropik adalah kapang yang tumbuh
pada nutrisi yang rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat
Intani (2015) yang menyatakan bahwa fungi oligotropik
tumbuh pada suplai nutrisi yang rendah. Kapang
oligotropik dapat diisolasi dari beberapa tempat yang
rendah nutrisi seperti permukaan kaca, permukaan batu
ataupun benda lain yang mengandung sedikit atau bahkan
tidak mengandung nutrisi. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Jiang, et al., (2017), isolasi kapang
oligotrofik diambil dari sampel batu kapur, air dan tanah.
Cara kerja isolasi kapang oligotrofik yaitu alat dan
bahan disiapkan, media yang telah dicairkan dituang ke
contact plate secara aseptis dan tunggu media hingga
dingin. Contact plate yang telah berisi media ditempelkan
ke permukaan kaca selama 30-60 detik. Lalu contact plate
diinkubasi, setelah dua hari inkubasi koloni jamur yang
tumbuh dapat mulai diamati. Namun metode yang berbeda
dilakukan oleh Irawan, et al., (2019) yang mengisolasi
jamur dari sistem air oligotrofik, dimana sampel air
merupakan air bak toilet SPBU kota Pekanbaru. Sampling
jamur sistem air oligotrofik dilakukan dengan langkah
awal sterilisasi botol sampel untuk menampung sampel
air. Pengambilan sampel air dilakukan dengan mengaduk
air terlebih dahulu, kemudian air diambil dan dimasukkan
dalam botol sampel steril. Media PDA dibuat sebagai
media yang digunakan untuk mengkultur jamur
oligotropik. Sampel air 1 mL dimasukkan ke dalam cawan
petri, kemudian tambahkan media PDA 15-20 mL dan
dihomogenisasi sebanyak 3 kali. Medium yang telah
membeku dilakukan inkubasi selama 4 hari. Setelah 4 hari
inkubasi, jamur yang telah tumbuh pada media diamati.
Perlakuan inkubasi dilakukan untuk membiakan
mikroba pada kondisi lingkungan yang terkendali.
Menurut Sulistyarsi, et al., (2016), inkubasi dilakukan
untuk melihat pertumbuhan mikroba, meninjau
kemampuan mikroba dalam menghasilkan metabolit
primer dan metabolit sekunder. Contoh kapang oligotropik
yaitu Gliomastix sp. dan Mycelia stria. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Jiang, et al.,
(2017), jamur yang diisolasi dari habitat oligotropik
seperti permukaan batu umumnya dapat berkembang saat
diisolasi pada media Gel Silika Bebas Karbon (SGM).
Contoh jamur oligotropik yaitu Gliomastix murorum,
Fusarium asiaticum, Clonostachys rosea, Stagonospora
sp.
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, kapang dapat
ditemukan di berbagai tempat. Kapang Phylloplane spesies Aspergillus
niger memiliki tempat isolasi pada karet. Pada kapang Foodborne spesies
Penicillium citrinum memiliki tempat isolasi pada ikan pindang. Kapang
Airborne spesies Alternaria sp, Aspergillus sp, Cladosporium sp dapat
ditemukan di serasah daun talok, sedangkan pada kapang Oligotropik
spesies Mycelia sterilia dapat ditemukan di limbah bagase. Kehadiran
kapang pada berbagai bahan dapat dibuktikan dengan melakukan
mengisolasi kapang, yaitu dengan cara menyiapkan contact plate yang
sudah diisi media. Contact plate ditempelkan pada permukaan roti, daun,
dan kaca selama 30-60 detik. Cawan petri berisi media dibiarkan terbuka di
udara selama 5-10 menit. Kemudian diinkubasi. Pengamatan kapang
dilakukan mulai hari kedua inkubasi. Kapang yang tumbuh diamati dan
diidentifikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Anwer, S. S., Ali, G. A., Hamadamin, C. Z. & Jaafar, H. Y., 2017. Isolation and
identification of fungi from fast food restaurants in Langa Bazar.
International Journal of Envirement, Agriculture and Biotechnology, 2(4).
Benedict, K., Chiller, T. M. & Mody, R. K., 2016. Invasive fungal infections
acquired from contaminated food or nutritional supplements: a review of the
literature. Foodborne pathogens and disease, 13(7), pp. 343-349.
Goncalves, C. L. et al., 2016. Airborne fungi in an Intensive Care Unit. Brazilian
Journal of Biology, 78(2), pp. 265-270.
Hermana, Irma, A. Kusmarwati, Y. Yennie. 2018. Isolasi Dan Identifikasi Kapang
Dari Ikan Pindang. JPB Kelautan dan Perikanan Vol. 13 No. 1: 81-92
Ho, A., Lonardo, D. P. D. & Bodelier, P. L. E., 2017. Revisting Life Strategy
Concepts in Environmental Microbial Ecology. FEMS Micrbiology
Ecology, 93(3), pp. 1-14.
Intani, D. W., 2015. Aktivitas Enzim Lignolitik Jamur Gliomastix sp. dan Mycelia
sterilia sp. dengan Induksi Logam pada Limbah Bagase. Laporan Akhir.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Irawan, M. P., Juariah, S. & Rukmaini, S., 2019. Identifikasi Jamur Pathogen pada
Air Bak Toilet SPBU di Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru. HIJP : Health
Information Jurnal Penelitian, 11(2), pp. 117-125.
Islamiati, I. & Rahmawati, M. T., 2017. Jenis-Jenis Kapang Udara Ruang Baca Di
UPT Perpustakaan Universitas Tanjungpura Pontianak. Protobiont, 6(3).
Jiang, J.-R., Cai, L. & Liu, F., 2017. Oligotrophic fungsi from a carbonate cave,
with three new species of Cephalotrichum. MYCOLOGY , 8(3), pp. 164-177.
Khaeati, Y., F. & Rusli, 2018. Seleksei Mikrob Filoplan dan Endofit sebagai
Agens Hayati Penyakit Gugur Daun Karet (Corynespora cassicola). Jurnal
Tanaman Industri dan Penyegar, 5(3), pp. 113-122.
Li, D., Yang, C. S. & Johanning, E., 2016. Airborne Fungi and Mycotoxins. In:
Manual of Enviromental Microbiology . Third Edition ed.
Miranti, Arum Krisna, I. Rukmi, A. Suprihadi, 2015. Keanekaragaman Kapang
Aspergillus pada Serasah Daun Talok (Muntingia calabura L.) di Kawasan
Desa Sukolilo Barat, Kecamatan Labang, Kabupaten Bangkalan, Madura.
Seminar Nasional Konservasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam, 2015.
Mizana, D. K., S., N. & A., A., 2016. Identifikasi Pertumbuhan Jamur Aspergillus
sp. pada Roti Tawar yang Dijual di Kota Padang Berdasarkan Suhu dan
Lama Penyimpanan. Jurnal Kesehatan Andalas, 5(2).
Oliveira, M., L., O. M. & B., G. F., 2012. Airborne fungi and bacteria in public
indoor environments. Portugal: University of Porto.
Pasaribu, E. L. P., Ika, R. S. & Anton, M., 2016. Eksplorasi Jamur Filoplane pada
Tanaman Seledri (Apium gravelons) dan Uji Kemampuan Antagonisnya
Terhadap Penyakit Anatraknosa (Colletotrichum sp.). Jurnal HPT , 4(1), pp.
1-7
Anwer, S. S., Ali, G. A., Hamadamin, C. Z. & Jaafar, H. Y., 2017. Isolation and
identification of fungi from fast food restaurants in Langa Bazar.
International Journal of Envirement, Agriculture and Biotechnology, 2(4).
Benedict, K., Chiller, T. M. & Mody, R. K., 2016. Invasive fungal infections
acquired from contaminated food or nutritional supplements: a review of the
literature. Foodborne pathogens and disease, 13(7), pp. 343-349.
Goncalves, C. L. et al., 2016. Airborne fungi in an Intensive Care Unit. Brazilian
Journal of Biology, 78(2), pp. 265-270.
Ho, A., Lonardo, D. P. D. & Bodelier, P. L. E., 2017. Revisting Life Strategy
Concepts in Environmental Microbial Ecology. FEMS Micrbiology
Ecology, 93(3), pp. 1-14.
Intani, D. W., 2015. Aktivitas Enzim Lignolitik Jamur Gliomastix sp. dan Mycelia
sterilia sp. dengan Induksi Logam pada Limbah Bagase. Laporan Akhir.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Irawan, M. P., Juariah, S. & Rukmaini, S., 2019. Identifikasi Jamur Pathogen pada
Air Bak Toilet SPBU di Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru. HIJP : Health
Information Jurnal Penelitian, 11(2), pp. 117-125.
Islamiati, I. & Rahmawati, M. T., 2017. Jenis-Jenis Kapang Udara Ruang Baca Di
UPT Perpustakaan Universitas Tanjungpura Pontianak. Protobiont, 6(3).
Jiang, J.-R., Cai, L. & Liu, F., 2017. Oligotrophic fungsi from a carbonate cave,
with three new species of Cephalotrichum. MYCOLOGY , 8(3), pp. 164-177.
Khaeati, Y., F. & Rusli, 2018. Seleksei Mikrob Filoplan dan Endofit sebagai
Agens Hayati Penyakit Gugur Daun Karet (Corynespora cassicola). Jurnal
Tanaman Industri dan Penyegar, 5(3), pp. 113-122.
Li, D., Yang, C. S. & Johanning, E., 2016. Airborne Fungi and Mycotoxins. In:
Manual of Enviromental Microbiology . Third Edition ed.
Mizana, D. K., S., N. & A., A., 2016. Identifikasi Pertumbuhan Jamur Aspergillus
sp. pada Roti Tawar yang Dijual di Kota Padang Berdasarkan Suhu dan
Lama Penyimpanan. Jurnal Kesehatan Andalas, 5(2).
Oliveira, M., L., O. M. & B., G. F., 2012. Airborne fungi and bacteria in public
indoor environments. Portugal: University of Porto.
Pasaribu, E. L. P., Ika, R. S. & Anton, M., 2016. Eksplorasi Jamur Filoplane pada
Tanaman Seledri (Apium gravelons) dan Uji Kemampuan Antagonisnya
Terhadap Penyakit Anatraknosa (Colletotrichum sp.). Jurnal HPT , 4(1), pp.
1-7.
Samson, R. A. J. et al., 2011. Food and Indoor Fungi. Netherlands: Biodiversity
Centre Utrecht.
Subash C. B. Gopinath, Periasamy Anbu, Thangavel Lakshmipriya, Thean-Hock
Tang, Yeng Chen, Uda Hashim, A. Rahim Ruslinda, M. K. Md. Arshad.
2015. Biotechnological Aspects and Perspective of Microbial Keratinase
Productio. BioMed Research International, vol. 2015, Article ID 140726, 10
pages
Sulistyarsi, A., Puijati, P. & Ardhi, M. W., 2016. Pengaruh Konsentrasi dan Lama
Inkubasi Terhadap Kadar Protein Crude Enzim Selulase dari Kapang
Aspergillus niger. In Proceeding Biology Education Conference: Biology,
Science, Enviromental and Learning, 13(1), pp. 781-786.
Suniti, N. W. & Sudarma, I. M., 2017. Keragaman dan Potensi Jamur Eksofit
Sebagai Agensia Hayati Dalam Mengendalikan Penyakit Busuk Buah
Kakao [Phytophtora palmivora (Butter) Butler] Secara In Vitro. Seminar
Nasional Sains dan Teknologi IV (SENASTEK IV).
Thakur, S. & Harsh, N. S. K., 2014. Phylloplane fungi as biocontrol agent against
Alternia leaf spot disease of Akarkara (Spolonthes oleracea). Bioscience
Discovery, 5(2), pp. 139-144.
Wijaya, T. A., Djauhari, S. & A., C., 2014. Keanekaragaman Jamur Filoplan
Tanaman Kangkung Darat (Ipomoea reptans Poir.) pada Lahan Pertanian
Organik dan Konvensional. Jurnal Hama dan Penyakit Tumbuhan , 2(1),
pp. 29-36.
Zain, W. N. H., 2017. Karakteristik Mikrobiologis dan Fisik Yogurt Susu
Kambing dengan Penambahan Probiotik Lactobacillus Acidhophilus. Jurnal
Ilmu-Ilmu Peternakan, 20(1)
HALAMAN PENGESAHAN

Mengetahui, Ponorogo, 10 Maret 2021

Asisten Praktikan

Tubagus Royhan Fachira Elbibiya Izzul Penidda


NIM. 24020117130053 NIM.24020119140109
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai