Agama Mantap

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 8

 

MENGANALISIS MAKNA DAN KETENTUAN PERNIKAHAN


DALAM ISLAM SESUAI DENGAN AL QUR’AN. DAN HADITS
 
 
 
 
DISUSUN OLEH  :
  
 Kelompok 1
 
1.HABIB ZIKRI
2.ADILLA YULISKA
3.DESTRI AISYAH
4.MELDA
5.MAHYU VIVINDASARI
 
            XII IPA

 
ARTI PERNIKAHAN 

 
Dari pengertiannya menurut KBBI, nikah adalah perjanjian perkawinan antara laki-laki dan perempuan sesuai dengan ketentuan hukum

dan ajaran agama.

Secara istilah, pernikahan adalah akad yang menghalalkan pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya.

Dari akad itu juga, muncul hak dan kewajiban yang mesti dipenuhi masing-masing pasangan.

Ketentuan mengenai pernikahan ini tergambar dalam firman Allah SWT dalam Alquran surah Ar-Rum ayat 21:

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu hidup tentram

bersamanya. Dan Dia [juga] telah menjadikan di antaramu [suami, istri] rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian

itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir," (Ar-Rum [30]: 21).

*Menurut istilah lain juga dapat berarti Ijab Qobul (akad nikah) yang mengharuskan perhubungan antara sepasang manusia yang

diucapkan oleh kata-kata yang ditujukan untuk melanjutkan ke pernikahan, sesuai peraturan yang diwajibkan oleh Islam.[1] Kata zawaj

digunakan dalam al-Quran artinya adalah pasangan yang dalam penggunaannya pula juga dapat diartikan sebagai pernikahan, Allah

s.w.t. menjadikan manusia itu saling berpasangan, menghalalkan pernikahan dan mengharamkan zina.

 
Tujuan pernikahan:

 
1. Memenuhi kebutuhan dasar manusia

Pernikahan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan itu terdiri dari kebutuhan emosional, biologis, rasa saling

membutuhkan, dan lain sebagainya.

Dalilnya adalah hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah bahwasanya Rasululllah SAW bersabda:

"Wanita dinikahi karena empat hal: karena hartanya, kedudukannya, kecantikannya, dan karena agamanya. Nikahilah wanita karena

agamanya, maka kamu tidak akan celaka," (H.R. Bukhari dan Muslim).

 
2. Mendapatkan ketenangan hidup.

Dengan menikah, suami atau istri dapat saling melengkapi satu sama lain. Jika merasa cocok, kedua-duanya akan memberi dukungan,

baik itu dukungan moriel atau materiel, penghargaan, serta kasih sayang yang akan memberikan ketenangan hidup bagi kedua

pasangan.

 
3. Menjaga akhlak.

Dengan menikah, seorang muslim akan terhindar dari dosa zina, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:

“Wahai para pemuda! Barangsiapa di antara kalian berkemampuan untuk nikah, maka nikahlah, karena nikah itu lebih menundukkan

pandangan, dan lebih membentengi farji [kemaluan]. Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia puasa, karena shaum itu

dapat membentengi dirinya," (H.R. Bukhari dan Muslim).

 
4. Meningkatkan ibadah kepada Allah SWT

Perbuatan yang sebelumnya haram sebelum menikah, usai dilangsungkan perkawinan menjadi ibadah pada suami atau istri.

Sebagai misal, berkasih sayang antara yang berbeda mahram adalah dosa, namun jika dilakukan dalm mahligai perkawinan, maka akan

dicatat sebagai pahala di sisi Allah SWT.

Hal ini berdasarkan sabda Nabi Muhammad SAW sebagai berikut:

“ ... 'Jika kalian bersetubuh dengan istri-istri kalian termasuk sedekah!'. Mendengar sabda Rasulullah para sahabat keheranan dan

bertanya: 'Wahai Rasulullah, seorang suami yang memuaskan nafsu birahinya terhadap istrinya akan mendapat pahala?' Nabi

Muhammad SAW menjawab, 'Bagaimana menurut kalian jika mereka [para suami] bersetubuh dengan selain istrinya, bukankah mereka

berdosa?' Jawab para shahabat, 'Ya, benar'. Beliau bersabda lagi, 'Begitu pula kalau mereka bersetubuh dengan istrinya [di tempat yang

halal], mereka akan memperoleh pahala!' (H.R. Muslim).

 
5. Memperoleh keturunan yang saleh dan salihah

Salah satu amal yang tak habis pahalanya kendati seorang muslim sudah meninggal adalah keturunan yang saleh atau salihah.

Dengan berumah tangga, seseorang dapat mendidik generasi muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, yang merupakan

tabungan pahala dan amal kebaikan yang berkepanjangan.

"Allah telah menjadikan dari diri-diri kamu itu pasangan suami istri dan menjadikan bagimu dari istri-istrimu itu anak-anak dan cucu-

cucu, dan memberimu rezeki yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang batil dan mengingkari nikmat Allah?"

(Q.S. An-Nahl[16]: 72).

 
 
HUKUM PERNIKAHAN 

Melaksanakan pernikahan merupakan suatu ibadah yang dianjurkan dalam ajaran agama islam. Ikatan suci antara dua insan dalam

sebuah pernikahan akan membawa kebahagiaan baik di dunia maupun akhirat.

Meskipun dianjurkan, hukum nikah bisa berbeda sesuai dengan kondisi masing-masing orang. Dalam kondisi tertentu hukumnya bisa

menjadi wajib, sunah, makruh, mubah dan haram.

 
1.Wajib

Hukum nikah menjadi wajib apabila seseorang telah mampu untuk membangun berumah tangga, baik secara fisik, mental maupun

finansial. Selain itu,  menikah bisa membantu seseorang terhindar dari perbuatan zina yang dilarang dalam Islam.

Sementara itu, hukum menikah bagi perempuan adalah wajib menurut Ibnu Arafah. Hal tersebut dikatakan wajib apabila seorang

perempuan tidak mampu mencari nafkah bagi dirinya sendiri dan 

jalan satu-satunya, yakni dengan menikah

 
2.Sunah

Menikah bisa dianjurkan atau disunahkan, termasuk bagi orang-orang yang memilih untuk tidak melakukannya. Hukum tersebut berlaku

bagi seseorang yang sudah mampu menikah, namun tidak mampu menafkahi istri secara finansial. 

Dalam kondisi seperti ini, orang tersebut sebaiknya meminta petunjuk Allah dengan berikhtiar, beribadah dan berpuasa. Selain itu, bisa

berdoa sampai Allah SWT memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya.

Meskipun demikian, agama Islam selalu menganjurkan umatnya untuk menikah jika memang mampu sebab pernikahan termasuk salah

satu ibadah. 

 
3.Makruh

Selanjutnya, hukum nikah bisa makruh apabila terjadi pada seseorang akan menikah, tetapi tidak berniat memiliki anak. Hal ini bisa

terjadi karena faktor penyakit ataupun wataknya.

Dia juga tidak memiliki kemampuan untuk menafkahi istri dan keluarganya. Apabila jika dipaksakan untuk menikah, maka akan

dikhawatirkan ia tak bisa memenuhi hak dan kewajibannya dalam menjalani kehidupan rumah tangga. 

 
4.Mubah

Menikah hukumnya mubah atau boleh dilakukan. Artinya seseorang yang menikah dengan tujuan hanya sekedar sekedar untuk

memenuhi syahwatnya saja atau bersenang-senang,

Ia tidak berniat untuk membina rumah tangga sesuai syariat agama Islam, memiliki keturunan atau melindungi diri dari maksiat.

 
5.Haram

Hukum nikah juga bisa menjadi haram apabila seseorang tidak memiliki kemampuan untuk menafkahi istrinya secara lahir batin.

Contohnya saja tidak memiliki penghasilan dan tidak dapat melakukan hubungan seksual karena suatu alasan. 
Begitu juga pernikahan yang dilakukan dengan maksud untuk menganiaya, menyakiti dan menelantarkan pasangannya. Selain itu,

pernikahan juga bisa diharamkan jika syarat sah dan kewajiban tidak terpenuhi bahkan dilanggar.

 
Hukum nikah 

berdasarkan penjelasan Sa'id Musthafa al_khin dan Musthafa Al bugha dalam kitab Al fiqhul manhaji 'ala madzhabil imamis Syafi'i...

 
1.sunah 

Nikah sangat di anjurkan oleh Rasulullah saw.oleh karena itu,hukum asal nikah adalah sunah bagi seseorang yang memang sudah

mampu untuk melaksanakan nya.

Hadis nabi Muhammad Saw yang diriwayatkan oleh imam Al Bukhari,,yang artinya berikut ini:"wahai para pemuda,jika kalian telah

mampu,maka menikahlah.sungguh menikah itu lebih menenteramkan mata dan kelamin..bagi yang belum mampu ,maka berpuasalah

karena puasa bisa menjadi tameng baginya .

 
2.sunah ditinggalkan

Nikah juga bisa dianjurkan atau di sunahkan untuk tidak dilakukan.hukum tersebut berlaku bagi orang yang ingin menikah,namun tidak

memiliki kelebihan harta untuk biaya menikah sekaligus menafkahi istri.orang tersebut sebaiknya mencari nafkah,beribadah dan

berpuasa sambil berdoa Allah SWT segera mencukupi kemampuannya untuk nikah.

Firman Allah SWT dalam surat an nur ayat 33 ,yang artinya :dan orang orang yg tidak mampu menikah, hendaklah menjaga kesucian

(diri)nya,,sampai Allah memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya.

 
3.makruh 

Nikah pun bisa dihukumi makruh.hukum ini berlaku bagi orang yang memang tidak menginginkan untuk menikah ,karena faktor

perwatakan nya ataupun penyakit.seseorang itu juga tidak memiliki kemampuan untuk menafkahi istri dan keluarga nya.apabila

dipaksakan menikah,orang itu dikhawatirkan tidak bisa memenuhi hak dan kewajiban nya dalam pernikahan...

 
JENIS JENIS PERNIKAHAN 

tDalam Islam terdapat macam-macam pernikahan yang digolongkan berdasarkan hukum Islam yang berlaku. Macam-macam pernikahan

tersebut yaitu sebagai berikut:

 
1. Pernikahan Az Zawaj Al WajibPernikahan Az Zawaj Al Wajib adalah pernikahan wajib yang harus dilakukan oleh individu yang memiliki

kemampuan untuk melakukan pernikahan serta memiliki nafsu biologis (nafsu syahwat), dan khawatir pribadinya melakukan dosa paling

berat dalam Islam yakni perbuatan zina yang dosa dan dilarang Allah manakala tidak melakukan pernikahan. Untuk menghindari

perbuatan zina, maka melakukan pernikahan menjadi wajib bagi individu yang seperti ini.

 
2. Pernikahan Az Zawaj Al MustahabPernikahan

Az Zawaj Al Mustahab adalah pernikahan yang dianjurkan kepada individu yang mampu untuk melakukan pernikahan dan memiliki nafsu

biologis untuk menghindarkan pribadinya dari kemungkinan melakukan zina yang dosa. Seorang muslim yang memiliki kemampuan

dalam bidang ekonomi, serta sehat jasmani dalam artian memiliki nafsu syahwat, maka dia tetap dianjurkan supaya melakukan

pernikahan meskipun individu yang bersangkutan merasa mampu untuk memelihara kehormatan pribadinya.Dalam suatu hadits,

Rasulullah bersabda:"Dari Abdillah berkata : Rasulullah SAW bersabda kepada kami, "hai para pemuda barang siapa pribadi kalian

mampu untuk melakukan pernikahan maka melakukan pernikahanlah, sesungguhnya pernikahan itu menundukkan pandangan dan

menjaga farji (kehormatan). Dan barang siapa tidak mampu maka berpuasalah, sesungguhnya puasa itu baginya sebagai penahan.

(pribadiwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Pernikahan)" .

 
3. Pernikahan Az Zawaj Al Makruh

Pernikahan Az Zawaj Al Makruh merupakan pernikahan yang kurang atau tidak disukai oleh Allah. Pernikahan ini bisa terjadi karena

seorang muslim tidak memiliki kemampuan biaya hidup meskipun memiliki kemampuan biologis, atau tidak memiliki nafsu biologis

meskipun memiliki kemampuan ekonomi, tetapi ketidakmampuan biologis atau ekonomi itu tidak sampai membahayakan salah satu

pihak khususnya istri. Hal itu terjadi apabila seorang muslim akan menikah tetapi tidak berniat memiliki anak, juga ia mampu menahan

diri dari berbuat zina. Padahal, apabila ia menikah ibadah sunnahnya akan terlantar.

 
4. Pernikahan Az Zawaj Al Mubah

Pernikahan Az Zawaj Al Mubah adalah pernikahan yang diperbolehkan untuk dilakukan tanpa ada faktor-faktor pendorong atau

penghalang. Seseorang yang hendak menikah tetapi mampu menahan nafsunya dari berbuat zina, maka hukum nikahnya adalah mubah.

Sementara, ia belum berniat memiliki anak dan seandainya ia menikah ibadah sunnahnya tidak sampai terlantar .

5. Pernikahan Haram

Pernikahan Haram adalah pernikahan yang berdasarkan hukum Islam haram apabila seorang muslim menikah justru akan merugikan

istrinya, karena ia tidak mampu memberi nafkah lahir dan batin. Atau jika menikah, ia akan mencari mata pencaharian yang diharamkan

oleh Allah padahal sebenarnya ia sudah berniat menikah dan mampu menahan nafsu dari zina.Keharaman pernikahan ini sebab

pernikahan dijadikan alat untuk mencapai yang haram secara pasti, sesuatu yang menyampaikan kepada yang haram secara pasti, maka

ia haram juga. Jika seorang muslim melakukan pernikahan tersebut, wanita pasti akan mengalami penganiayaan dan menyakiti sebab

kenakalan laki laki itu, seperti melarang hak hak istri, berkelahi dan menahannya untuk disakiti, yang kemudian pernikahan tersebut

menjadi haram untuknya.Dalam Alquran surat Al Baqarah ayat 195, Allah berfirman:

Macam-macam pernikahan dalam Islam 

Wa anfiqu fii sabiilillaahi wa laa tulqu bi'aidiikum ilat-tahlukati wa ahsinu, innallaaha yuhibbul-muhsiniinArtinya:"Dan belanjakanlah

(harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena

sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik."

 
6. Pernikahan Badal

Pernikahan badal adalah pernikahan tukar menukar istri. Hal ini terjadi karena seorang laki-laki mengadakan perjanjian untuk

menyarahkan istrinya kepada orang lain dan mengambil istri orang lain tersebut sebagai istrinya dengan memberi sejumlah uang

tambahan.

 
7. Pernikahan Mut'ah

Pernikahan ini terjadi karena seorang laki-laki menikahi seorang wanita dengan memberikan sejumlah harta dalam waktu tertentu, dan

pernikahan ini akan berakhir sesuai dengan batas waktu yang telah di tentukan tanpa talak serta tanpa kewajiban memberi nafkah atau

tempat tinggal. Pernikahan Mut'ah berasal dari kata tamattu' yang berarti bersenang senang atau menikmati.Jika pernikahan tersebut

ditetapkan syarat hanya sampai waktu tertentu, maka disebut pernikahan mut'ah. Pernikahan sejenis ini disepakati haramnya oleh

empat imam madzhab.Adapun jika si pria berniat pernikahan sampai waktu tertentu dan tidak diberitahukan di awal pada si wanita

(pernikahan dengan niatan cerai), status pernikahan sejenis ini masih diperselisihkan oleh para ulama.Imam Abu Hanifah dan Imam

Syafi'i memberikan keringanan pada pernikahan sejenis ini. Sedangkan Imam Malik, Imam Ahmad dan selainnya melarang atau

memakruhkannya. Berdasarkan suatu hadits, Rasulullah bersabda:"Dari Ali bin Abi Tholib, Ia berkata: "Sesungguhnya Rasulullah

melarang pernikahan mut'ah dengan perempuan perempuan pada waktu perang khaibar".

 
"8. Pernikahan Syighar

Suatu pernikahan dianggap sebagai pernikahan syighar apabila seorang laki-laki berkata kepada laki-laki lain, "Pernikahankanlah aku

dengan puterimu, maka aku akan pernikahankan puteriku dengan pribadimu". Atau berkata, "Pernikahankanlah aku dengan saudara

perempuanmu, maka aku akan pernikahankan saudara perempuanku dengan pribadimu".Menurut bahasa, pernikahan syighar diambil
dari kata Assyighor yang berarti mengangkat. Pernikahan ini diharamkan sebab tidak sesuai dengan hikmah atau tujuan menikah seperti

firman Allah dalam Alquran surat Ar Rum ayat 21 yang berbunyi sebagai berikut:

Macam-macam pernikahan dalam Islam 

Wa min aayaatihii an khalaqa lakum min anfusikum azwaajal litaskunuu ilaihaa wa ja'ala bainakum mawaddataw wa rahmah, inna fii

zaalika la'aayaatil liqaumiy yatafakkarunArtinya:"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri

dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir."

 
Jenis pernikahan yang di larang dalam Islam

1. Pernikahan syighar

Pernikahan syighar adalah pernikahan yang dilakukan dengan syarat imbalan. Lebih singkatnya seperti "Nikahkan aku dengan putrimu,

maka aku akan menikahkan putriku dengan dirimu".

Jenis pernikahan ini jelas dilarang dalam agama. Pasalnya mau penikahan tersebut ada mahar ataupun tidak, tetap saja Rasulullah

melarang.

Dampak negatif dari pernikahan syigar ini akan ada rasa menyesal terhadap dirinya. Rasulullah pernah bersabda dalam sebuah hadis

yang berkata bahwa “Tidak ada nikah syighar dalam Islam”.

 
2. Pernikahan mut’ah

Saat mendengar pernikahan mut’ah pun pasti Mama kebingungan terhadap artinya. Jadi, pernikahan mut’ah adalah pernikahan yang

dibatasi oleh waktu tertentu, bisa lama maupun sebentar.

Terbayang sesuatu? Ya, istilah modern yang digunakan saat ini adalah kawin kontrak. Perlu dipahami bahwa jenis pernikahan ini jelas

dilarang oleh Islam dan tidak sah.

Ungkapan laki-laki kepada calon istri yang akan dinikahinya pun berbunyi “Aku menikahimu selama satu bulan”.

Dalam aturan yang sah, pernikahan itu dilakukan secara mutlak dan tanpa ikatan waktu tertentu. Selain itu, mesti dijalani untuk selama-

lamanya sebagai pasangan suami istri ketika sudah sah menikah.

 
3. Pernikahan orang ihram

Selanjutnya, yakni orang yang sedang ihram. Ini baik sedang melaksanakan ibadah haji, maupun ihram sedang menjalani ibadah umrah

dan keduanya.

Berdasarkan sabda Rasululah, orang yang ihram tidak boleh menikah dan tidak boleh dinikahkan. Namun, orang yang sedang ihram

boleh melakukan rujuk atau menjadi saksi pernikahan.

Hal tersebut karena rujuk ialah melanjutkan pernikahan, bukan mengawali pernikahan yang akan dijalani.

Sebagaimana disabdakan Rasulullah, "Seseorang yang sedang berihram tidak boleh menikah dan tidak boleh dinikahkan dan tidak boleh

meminang." - (HR Abu Dawud, Ibnu Majah, At Tirmidzi)

 
 
4. Pernikahan dengan beberapa akad

Pernikahan yang dimaksud dengan beberapa akad, yakni sebagai contoh di mana ada dua orang wali menikahkan satu orang perempuan

dengan dua orang laki-laki.

Tidak diketahui secara pasti siapa yang akadnya lebih dahulu. Jika salah seorang laki-laki itu menggaulinya, maka wajib bagi perempuan

mendapatkan mahar mitsli.

Jika keduanya menggaulinya, maka perempuan berhak mahak mitsli dari keduanya. Mahar mitsli ini, yakni mahar yang disesuaikan

dengan mahar yang dibayar pada sebayanya si perempuan tersebut.

Bisa dengan cara melihat kepada mahar yang diterima saudarinya maupun bibinya.
 
5. Pernikahan dengan perempuan yang sedang masa iddah

Pernikahan dengan perempuan yang sedang masa iddah pun tidak sah, bahkan dilarang oleh agama Islam.

Iddah ialah masa tunggu di mana seorang perempuan telah diceraikan atau ditinggal meninggal, lalu perempuan ini berniat akan

menikah dengan lelaki lain.

hika laki-laki yang menikahi perempuan yang sedang masa iddah itu menggaulinya, maka ia harus dijatuhi hukuman, kecuali jika ia tidak

mengetahui status keharaman menikahi dengan perempuan yang beriddah.

Hal tersebut diatur dalam QS Al-Baqarah ayat 228, "Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri menunggu tiga kali quru." 

 
6. Pernikahan dengan seorang penyembah selain Allah

Maksud dari penyembah di sini ialah seperti penyembah berhala, penyembah api atau yang kita kenal sebagai majusi, penyembah

matahari atau perempuan murtad.

Hal ini berdasarkan firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 221 yang berbunyi “Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik,

sebelum mereka beriman.”

 
7. Pernikahan dengan perempuan yang ragu akan kehamilannya sebelum habis iddahnya

Pernikahan dengan perempuan yang ragu akan kehamilannya sebelum habis iddahnya, maka diharamkan. 

Hal tersebut haram dilakukan pernikahan, kecuali keraguannya hilang. Meskipun masa iddah dengan tiga kali masa sucinya telah habis.

Keharamannya karena keraguannya tadi, demikian pula siapapun yang menikahi perempuan yang diduga masih masa iddah atau sedang

istibra dari kehamilan.

 
8. Pernikahan dengan yang pindah agama

Mungkin hal ini semua orang tahu bahwa tidak diperbolehkan menikah dengan yang berbeda agama atau pindah kepada agama lain.

Jelas ini tidak boleh terjadi pernikahan, selain kedua mempelai sama-sama beragama Islam. Jadi, pilihlah pasangan yang seiman, yakni

agama Islam.

 
9.Pernikahan Badal (Tukar Menukar Istri)

Ialah individu laki laki mengadakan perjanjian untuk menyarahkan istrinya kepada  individu lain dan mengambil istri  individu lain itu

sebagai istrinya dengan memberi sejumlah uang tambahan.

 
 
 

Anda mungkin juga menyukai