Modul Budidaya Maggot BSF
Modul Budidaya Maggot BSF
Family Pisces
Jalan Pasir Kandang No. 20 Kel. Pasie Nan Tigo Kec. Koto Tangah Kota Padang
Hp. 082173133309 Email : andilelefamilypisces@gmail.com
MODUL
OLEH
IRWANDI, S.Pi., MM
1. Latar Belakang
Budidaya Maggot BSF mulai dilirik banyak kalangan mulai dari peternak,
pembudidaya ikan, pembuat pakan, pemerhati lingkungan, sampai pada instansi –
instansi pemerintah yang ada kaitan dengan pengolahan sampah atau budidaya
Maggot BSF.
Hal ini merupakan sikap positif namun cendrung lambat berkembangnya
dibandingkan dengan negara – negara tetangga yang sudah lebih dahulu mengadopsi
budidaya maggot dengan skala kecil atau besar – besaran. Hal ini disebabkan
kurangnya informasi yang dapat diterima masyarakat, dan sulitnya masyarakat
menemukan orang yang benar – benar ahli dalam budidaya maggot BSF
Tujuan usaha dari masyarakat umumnya baru sebatas menghasilkan maggot
segar (fresh maggot) untuk pakan unggas dan ikan, mereka belum dapat menjangkau
ke arah yang lebih maju seperti membuat tempung maggot, pelet, ataupun pur ayam.
Sebenarnya budidaya maggot sangat simpel dan tidak membutuhkan tenaga kerja dan
modal yang banyak untuk bidang usaha skala kecil, berbeda dengan bidang skala
besar tentunya membutuhkan gedung dan mesin pengolahan yang representatif yang
dapat menampung dan mengolah limbah organik secara besar – besaran. Kita dapat
mengumpulkan semua limbah organik yang ada di pasar, rumah tangga, hotel ataupun
restoran, yang selama ini mereka buang di tempat penampungan sampah, ditepat
penampungan sampah penulis melihat limbah tersebut hanya di tumpuk dan hancur
sejalan dengan waktu, sedangkan tumpukan sampah organik lambat laun akan
menimbulkan bau yang kurang sedap dan menghasilkan air lindi yang akan
mencemari air tanah. Untuk itulah penulis berkeinginan menulis tentang budidaya
maggot BSF, yang intinya akan mengajarkan kepada kita bagaiman kita bisa melihat
sumberdaya alam yang tersedia saat ini belum dapat di gunakan secara maksimal
terutama sampah yang merupakan sumber daya yang tidak pernah habis yang selalu
dihasilkan dan cenderung meingkat. Semoga dengan tulisan ini para pelaku usaha
peternakan, perikanan, usaha pakan dan pemerhati lingkungan juga kepada
pemerintah pemegang kendali terhadap pemusnahan sampah terutama sampah organik
dengan menggunakan maggot BSF kita tidak saja dapa menghancurkan sampah
organik namun kita juga akan memperoleh sumber protein hewani pakan ikan dan
ternak dan juga menghasilkam kasgot (berkas maggot) yang merupakan pupuk
organik.
3. Pengertian sampah
Sampah adalah bahan buangan padat maupun semi padat yang dihasilkan dari
aktivitas manusia dan hewan yang dibuang karena tidak dibutuhkan atau tidak
digunakan kembali (Tchobanoglous et al., 1993). Undang-undang No.18 tahun 2008
mendefinisikan sampah sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses
alam yang berbentuk padat.
4. Penggolongan sampah
Menurut Suprihatin et al. (1996) berdasarkan asalnya sampah padat dapat
digolongkan menjadi :
a. Sampah organik Sampah organik terdiri dari bahan-bahan yang berasal dari
tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan
pertanian, perikanan, dan lainnya. Sampah organik mudah diuraikan dalam
proses alami. Sebagian besar sampah rumah tangga merupakan bahan organik,
misalnya sampah dari dapur, sisa tepung, sayuran, kulit buah, dan daun.
b. Sampah anorganik Sampah anorganik merupakan sampah yang berasal dari
sumber daya alam tidak dapat diperbaharui seperti mineral dan minyak bumi,
atau dari proses industri. Beberapa dari bahan ini tidak terdapat di alam
seperti plastik dan aluminium. Sebagian besar sampah anorganik secara
keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam, sedang sebagian lainnya hanya
dapat diuraikan dalam jangka waktu yang sangat lama. Contoh sampah
anorganik pada tingkat rumah tangga yaitu botol kaca, botol plastik, dan
kaleng. Pemilahan sampah sesuai jenis dan manfaatnya di sumber akan
mempermudah pengolahan sampah.
Polan pengolahan sampah dengan metode 4R (Reduce, Reuse, Recycle, Replace) untuk
MENGURANGI SAMPAH
1. Reduce (Mengurangi)
Agar tidak banyak menghasilkan sampah kita bisa meminimalisir penggunaan benda-
benda sekali pakai yang bisa menjadi sampah. Contohnya:
Ketika berbelanja, sebaiknya membawa tas belanja sendiri sehingga tidak perlu
lagi menggunakan kantong plastik.
Jangan sering-sering membeli minuman kemasan botol. Kalau minuman sudah
habis, botolnya hanya menambah sampah.
Kurangi jajan. Jajanan di sekolah-sekolah biasanya menggunakan kemasan
plastik, seperti snack, permen, minuman, juga makanan yang dijual ‘abang-abang’
PKL. Selain tidak menimbulkan sampah, dengan tidak banyak jajan kita terhindar
dari berbagai penyakit karena jajanan berpotensi mengganggu kesehatan.
Apabila kamu sering membeli koran atau majalah, jangan langsung dibuang
setelah dibaca. Sebaiknya didaur ulang atau dijual ke tukang loak.
Usahakan mengeprint atau fotokopi secara bolak-balik. Dengan demikian, jumlah
kertas yang diperlukan lebih sedikit. Lebih baik lagi bila menggunakan kertas-
kertas HVS bekas yang baru dipakai 1 halaman, sementara halaman satunya masih
kosong. Halaman kosong tersebut masih bisa digunakan untuk mengeprint tugas
sekolah. Sudah banyak guru yang membolehkan, bahkan menganjurkan hal
tersebut (misalnya guru saya). Guru yang baik akan menerima apabila siswanya
melakukan hal tersebut karena kesadaran akan keselamatan lingkungan. Tidak
hanya mengurangi sampah, tetapi juga dapat menghemat kertas yang secara tidak
langsung dapat menyelamatkan
4. Replace (Mengganti)
Mengganti yang saya maksud disini adalah mengganti barang yang kita gunakan
dengan yang lebih ramah lingkungan. Misalnya:
Mengganti penggunaan kantong plastik biasa dengan plastik biodegradable.
Plastik jenis ini lebih eco-friendly karena mudah diuraikan.
Mengganti botol minum dengan botol yang dapat digunakan berulang kali, atau
botol dari bahan almuminium.
Jangan malu menggunakan tas yang terbuat dari kain perca batik atau plastik
bekas kemasan detergen sebagai pengganti tas kamu. Tas unik dan menarik,
apalagi ramah lingkungan, akan menjadi kebanggaan tersendiri bagi yang
memakainya.
Daripada menggunakan styrofoam, lebih baik bawa kotak bekal sendiri sebagai
tempat makanan.
5. Klasifikasi Organik
Sampah jenis ini dapat dibedakan atau diklasifikasikan secara garis besar ke
dalam dua jenis, yaitu:
1. Sampah Organik Basah
Sampah organik berjenis basah merupakan sampah yang berasal dari makhluk
hidup yang notabene memiliki kadar air yang cukup tinggi. Contoh dari sampah
organik ini adalah sayuran, buah-buahan, dan limbah pengelolaan hewan ternak.
2. Sampah Organik Kering
Sampah organik berjenis kering adalah sampah yang berasal dari makhluk
hidup yang notabene memiliki kadar air yang cukup kecil sehingga tidak basah
apabila dipegang oleh tangan. Contoh sampah ini adalah kertas, kayu, ranting
pohon, serta dedaunan yang kering.
b. Fase Larva Larva yang baru menetas dari telur berukuran sangat kecil, sekitar
0.07 inci (1.8 mm) dan hampir tidak terlihat dengan mata telanjang. Tidak
seperti lalat dewasa yang meyukai sinar matahari, larva BSF bersifat
photofobia. Hal ini terlihat jelas ketika larva sedang makan, dimana mereka
lebih aktif dan lebih banyak berada di bagian yang miskin cahaya. Larva yang
baru menetas optimum hidup pada suhu 28-35°C dengan kelembaban sekitar
60-70% (Holmes et al., 2012). Pada umur 1 (satu) minggu, larva BSF memiliki
toleransi yang jauh lebih baik terhadap suhu yang lebih rendah. Ketika cadangan
makanan yang tersedia cukup banyak, larva muda dapat hidup pada suhu kurang
dari 20°C dan lebih tinggi daripada 45°C. Namun larva BSF lebih cepat tumbuh
pada suhu 30-36°C. Larva yang baru menetas akan segera mencari tempat yang
lembab dimana mereka dapat mulai makan pada material organik yang
membusuk. Pada tahap ini larva muda akan sangat rentan terhadap pengaruh
faktor eksternal, termasuk di antaranya terhadap suhu, tekanan oksigen yang
rendah, jamur, kandungan air, dan bahan beracun. Ketahanannya terhadap
faktor-faktor tersebut akan meningkat setelah berumur sekitar 1 minggu
(berukuran sekitar 5-10 mg). Setelah berumur 10 hari, larva-larva ini akan
mampu bersaing dengan lainnya yang lebih tua dalam inkubator
pengembangbiakan. Setelah menetas, mulai dari fase larva hingga mencapai
tahap prepupa, BSF mampu mereduki hingga kurang lebih 55% sampah yang
diberikan (Diener, 2010). Selama masa pertumbuhannya larva BSF mengalami
5 (lima) fase pergantian kulit (instar) dengan perubahan warna dari putih
krem sampai dengan berwarna cokelat kehitaman pada instar terakhir (Popa dan
green, 2012). Dalam kondisi ideal larva BSF akan mencapai fase prepupa
dan ukuran maksimum pada hari ke-14 setelah menetas, namun pada kondisi
iklim tertentu bisa berlangsung hingga hari ke-30. Beberapa kondisi non
ideal yang dapat menghambat pertumbuhan larva BSF antara lain suhu yang
tidak optimal, kualitas makanan yang rendah nutrien, kelembaban udara yang
kurang, dan adanya zat kimia yang tidak cocok bagi larva. Pada kondisi normal
larva BSF dewasa berukuran ratarata 16-18 mm dengan berat antara 150-200
mg. Bahkan dalam beberapa kejadian, larva dewasa dapat mencapai ukuran 1
inci (27 mm) dengan berat sampai dengan 430 mg. Larva BSF membutuhkan
material organik mudah terurai sebagai makanannya seperti kompos, sampah,
kotoran, bangkai hewan, sayuran dan buah-buahan busuk. Larva BSF lebih aktif
mengurai sisa atau sampah yang diberikan dalam keadaan mulai membusuk.
Hal ini membuat sampah yang di dalamnya terdapat banyak larva BSF tidak
mengeluarkan bau tidak sedap yang terlalu mencolok.
c. Fase Pupa Setelah berganti kulit hingga instar yang keenam, larva BSF akan
memiliki kulit yang lebih keras daripada kulit sebelumnya, yang disebut sebagai
puparium dimana larva mulai memasuki fase prepupa. Pada tahap ini, prepupa
akan mulai bermigrasi untuk mencari tempat yang lebih kering dan gelap,
sebelum mulai berubah menjadi kepompong. Pupa berukuran kira-kira dua
pertiga dari prepupa dan merupakan tahap dimana BSF dalam keadaan pasif dan
diam, serta memiliki tekstur kasar berwarna cokelat kehitaman. Selama masa
perubahan larva menjadi pupa, bagian mulut BSF yang disebut labrum akan
membengkok ke bawah seperti paruh elang, yang kemudian berfungsi sebagai
kait bagi kepompong. Proses metamorfosis pupa menjadi BSF dewasa
berlangsung dalam kurun waktu antara sepuluh hari sampai dengan beberapa
bulan tergantung kondisi suhu lingkungan.
d. Lalat Dewasa Panjang tubuh BSF dewasa adalah antara 12-20 mm dengan
rentang sayap selebar 8-14 mm. BSF dewasa berwana hitam dengan kaki
berwana putih pada bagian bawah dan memiliki antena (terdiri dari tiga segmen)
dengan panjang 2 (dua) kali panjang kepalanya. Antara BSF betina dan
BSF jantan memiliki tampilan yang tidak jauh berbeda, dengan ukuran tubuh
BSF betina yang lebih besar dan ukuran ruas kedua pada perutnya yang lebih
kecil dibanding pada BSF jantan. BSF dewasa berumur relatif pendek, yaitu 4-8
hari. BSF dewasa tidak membutuhkan makanan, namun memanfaatkan
cadangan energi dari lemak yang tersimpan selama fase larva. Hal ini membuat
lalat BSF tidak digolongkan sebagai vektor penyakit. Lalat dewasa berperan
hanya untuk proses reproduksi. BSF dewasa mulai dapat kawin setelah berumur
2 hari. Setelah terjadi perkawinan, BSF betina akan menghasilkan sebanyak
300-500 butir telur dan meletakkannya di lokasi yang lembab dan gelap, seperti
pada kayu lapuk. Suhu optimum bagi BSF untuk bertelur secara alami di alam
adalah sekitar 27,5-37,5°C (Sheppard et al., 1994), sedang di penangkaran
terjadi pada suhu lebih dari 24,4°C. Hasil penelitian menunjukkan kelembaban
udara optimum yang baik untuk BSF betina dapat bertelur adalah antara 30-
90%. Hal ini dikarenakan BSF bersifat sangat mudah dehidrasi, sehingga
dibutuhkan kelembaban udara yang cukup. Namun dengan tersedianya pasokan
air pada sangkar penangkaran agar BSF dapat minum, kelembaban udara yang
dapat ditolerir pada kondisi kurang lebih 20%. Gambar dibawah menampilkan
siklus metamorfosis BSF, mulai dari telur hingga menjadi BSF dewasa.
8. Kelebihan Maggot BSF
Serangga ( Larva BSF adalah bagian dari metamorfosa serangga ) secara umum
memiliki sistem kekebalan bawaan ( innate immune system) yang telah berevolusi
dengan baik. Larva BSF dapat hidup diberbagai kondisi ekstrim seperti manur,
kompos dan limbah organik yang dihuni oleh berbagai jenis bakteri dan fungi. Oleh
karena itu larva BSF kaya akan berbagai jenis antimicrobial peptide (AMP) yang
memiliki kemampuan menghambat mikroorganisme patogen .
Selain itu, larva BSF juga diketahui memiliki kandungan asam laurat yang tinggi, salah satu
jenis asam lemak yang berfungsi sebagai agen antimikroba alami serta kandungan kitin,
polisakarida yang dapat berperan dalam meningkatkan respon kekebalan hewan.
ANTI BAKTERI APA SAJA YANG BEKERJA SECARA EFISIEN DARI LARVA
BSF
Ada 8 ( delapan ) jenis bakteri yang diteliti reaksinya dalam percobaan ilmiah yaitu :
Salmonella sp., E. Coli, Klebsiella pneumonia, Neisseria gonorrhoeae, Shigella sonnei,
Bacillus subtilis, Streptococcus mutans dan Sarcina lutea. Tetapi terdapat 5 anti bakteri pada
larva BSF bekerja secara optimal yaitu Salmonella sp., E. Coli, Klebsiella pneumonia,
Neisseria gonorrhoeae, Shigella sonnei dan 3 ( tiga ) jenis bakteri tidak memberikan reaksi
yaitu Bacillus subtilis, Streptococcus mutans dan Sarcina lutea
5 bakteri yang mampu dihabisi oleh larva BSF
1. Anti Bakteri Salmonella Sp
Anda tahu jenis bakteri amat terkenal menyerang manusia dan mengakibatkan penyakit
yang bernama Salmonellosis atau biasa juga diseput typus.
Bakteri Salmonellosis menular melalui makanan, terutama telur, daging sapi, daging
unggas, buah-buahan, air atau susu yang terkontaminasi. Makanan memang aman, tetapi
tidak sepenuhnya menghilangkan risiko infeksi. Salmonellosis dapat menular dari satu
individu ke individu lain jika tidak mencuci tangan
Escherichia coli atau disingkat E. coli adalah bakteri umum yang biasanya ditemukan
dalam usus manusia. Ada beberapa jenis dan sebain besar tidak berbahaya artinya ada
segelintir jenis bakteri E. coli yang dapat merugikan kesehatan.
Salah satu bakteri E. coli yang berbahaya adalah E. coli O157:H7. Menyebabkan
keracunan makanan dan infeksi yang cukup serius. E. coli O157:H7 dapat menghasilkan
racun yang mampu merusak dinding dari usus kecil dan mengakibatkan kram perut, diare
yang bercampur dengan darah, hingga muntah-muntah.
Klebsiella pneumoniae merupakan bakteri patogen, gram negative yang berbentuk batang
(basil), oportunistik, bakteri yang non motil (tidak bergerak), bakteri ini bersifat fakultatif
anaerob. Penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri ini antara lain adalah penyakit infeksi
seperti saluran kencing, septicemias dan infeksi jaringan bronkopneumoniae dan
pneumonia
Infeksi Klebsiella pneumoniae sering terjadi pada pasien yang menderita penyakit lain
seperti diabetes, penyakit paru-paru kronis, atau pecandu alkohol kronis.
4. Anti Bakteri Neisseria Gonorrhoeae
Kita biasa menyebutnya penyakit “ Lion King” alias “raja singa” alias “Kentjing Nanah”
atau paling mudah disebut gonore. Penyebab gonore adalah infeksi bakteri Neisseria
gonorrhoeae. Bakteri ini paling sering menular melalui hubungan intim, termasuk seks
oral dan seks anal. Wanita lebih mudah terkena komplikasi gonore dibanding pria.
Komplikasi gonore yang dapat muncul pada pria adalah epididimitis dan luka pada
saluran kencing. Sedangkan komplikasi gonore yang dapat muncul pada wanita adalah
penyakit radang panggul dan sumbatan pada saluran telur. Kondisi ini dapat memicu
terjadinya hamil anggur atau kehamilan ektopik.
Infeksi Shigella atau shigellosis adalah infeksi saluran cerna ( kita menyebutnya diare ) .
Infeksi ini disebabkan oleh kelompok bakteri Shigella melalui makanan atau air yang
terkontaminasi, atau melalui kontak dengan feses.
Shigella akan menggandakan diri di usus kecil, lalu menyebar ke usus besar. Bakteri ini
kemudian akan melepaskan racun yang membuat usus besar mengalami kram. Kemudian
penderita akan mengalami diare, yang bisa terjadi 10-30 kali dalam sehari.
Persiapan fisik
1. Kandang BSF
Setelah mempelajari budidaya ini dari hulu sampai hilir, baru melakukan persiapan
kebutuhan yang diperlukan. Kandang adalah kebutuhan utama yang diperlukan untuk
melakukan budidaya lalat dan bertujuan untuk memproduksi telur-telur sebagai bibit
Maggot BSF nya.
Perencanaan anda dan skala budidaya yang ditentukan akan mempengaruhi ukuran
kandang yang akan dibuat, disamping tentunya kesiapan dari lahan yang ada. Kandang
ukuran 2,5m x 4m x 3m (tinggi) cukup untuk memenuhi skala kecil menengah ini dan
dapat mengimbangi luasan media maggot sampai 150m2, tapi tentu tidak absolut dan
menjadi relative disesuaikan dengan kebutuhan kita selanjutnya.
Penempatan kadang harus memenuhi beberapa syarat misalnya kandang harus transparan
mendapatkan sinar matahari yang cukup dan kandang harus aman dari gangguan musah
misalnya tikus dan burung.
Dibawah ini gambar salah satu gambar kandang BSF yang dapat penulis rekomendasikan
2. Media Penetasan
Media penetasan bisa dibuat dari box-box kecil dimana disini telur-telur bsf ditetaskan
menjadi larva lalu selanjutnya dipindah ke biopond sebagai media pembesaran.
Tempatkan ruang khusus untuk penetasan ini, tidak harus permanen tetapi memiliki
lokasi khusus sehingga tidak berceceran setiap kegiatan di lokasi kita nantinya. Gunakan
rak untuk menyusun box-box tersebut sehingga rapi dan tertata dengan baik
Media penetasan harus lah yang bergizi dan dapat diserap mini larva (maggot kecil)
media penetasan dapat berupa bekatul, sisa buah, pellet, pur, dan lain - lain
Yang harus diperhatikan setelah adanya mini larva keadaan media tidak boleh kering dan
berair, karena apabila terdapat keadaan seperti diatas, mini larva dimedia kering tidak
akan berkembang, atau mini larva di media basah akan kabur.
3. Biopond
Biopond yang digunakan pada skala menengah berbeda ukuran dengan skala rumahan,
prinsipnya sama dimana biopond ini memiliki 2 jenis yaitu biopond biasa (tanpa ramp)
digunakan sebagai media untuk memproduksi larva muda dan biopond yang memiliki
ramp/bidang miring sebagai jalan migrasi prepupa
Ukuran disesuaikan dengan lahan yang ada, rencanakan lokasi biopond ini sehingga
nantinya menjadi bagian dalam kegiatan secara utuh yang baik dilihat, dan yang paling
penting dan menunjang kinerja dengan maksimal.
Inilah yang dapat diuraikan dalam tulisan ini semoga dari beberapa uraian diatas dapat
diambil pelajaran betapa pengelolaan sampah saat ini butuh perhatian banyak pihak, dari
pengelolaan ini akan menghasilkan beberapa keuntungan. Semoga kedepanya akan lebih
memacu pertumbuhan ekonomi dengan adanya inovasi- inovasi dalam kegiatan pengelolaan
sampah organik maupun anorganik. Kepada pemuda pemudi, beralihlah kepada sampah lirik
lah sampah, betapa banyak sumberdaya – sumberdaya yang belum termanfaatkan dari
sampah, mulailah mengelolah sampah dari rumah dengan memilah dan menjadikan suatu
barang yang bermanfaat. Jika semua rumah telah melaksanakanya tentunya beban pemerintah
dan bebat Tempat penampungan sampat tidak terlalu berat menangani masalah sampah yang
makin lama makin menggunung.