Anda di halaman 1dari 69

PRINSIP INSURABLE INTEREST (Kepentingan)

1. KONSEP KEPENTINGAN

Dalam pembahasan tentang Risiko, telah dikemukakan bahwa salah satu


katagori (karakteristik) yang harus dipenuhi agar risiko murni (pure risk) dapat
diasuransikan (insurable) ialah bahwa tertanggtung harus mempunyai insurable
interest (kepentingan).

Mengapa kepentingan itu mutlak harus ada dalam suatu kontrak asuransi ?
Pertanyaan itu sebaiknya dijawab dengan bertanya :

Apakah sebenarnya yang dipertanggungkan dalam polis asuransi ?

2. OBYEK PERTANGGUNGAN (Subject Matter of Insurance)

Apa saja berupa benda atau peristiwa yang dapat mengakibatkan hilangnya hak
atau timbulnya tanggung gugat hukum.

Contoh :

Dalam asuransi kebakaran, obyek pertanggungan adalah bangunan, stock,


mesin, etc.

Dalam asuransi Liability, obyek pertanggungan adalah tanggung-gugat


(Liability) seseorang atas terjadinya cedera atau kerusakan benda sehingga
orang lain menderita orang lain.

Dalam asuransi marine, Kapa1, barang muatan, atau tangu ng-gugat hukum
pemilik kapal terhadap pihak ketiga. Dalam Asuransi Jiwa, objek pertanggungan
adalah jiwa seseorang.

Yang perlu dipahami ialah bahwasanya bukanlah bangunan, stock, mesin,


perabot, kapal muatan dsb. Yang dipertanggungkan, melainkan kepentingan
keuangan (pecuniary interest) dari Tertanggung dalam objek pertanggungan
tersebut di atas.
3. POKOK PERJANJIAN ASURANSI (Subject Matter of Contract)

Yang diartikan dengan subject matter of contract adalah kepentingan keuangan


(Financial Interest) yang dimiliki seseorang dalam subject / benda
pertanggungan. Konsep ini merupakan akar dari doktrin kepentingan.

Dalam Hukum Asuransi Inggris, hal ini diterangkan dengan jelas dalam kasus
Castellain V Preston (1883) sbb:

What is it that is insured in the fire policy?

Not the bricks and materials used in building the house, but the interest of the
insured in the subject matter of insurance.

(Apakah yang dipertanggungkan dalam poiis Asuransi Kebakaran?Bukanlah


batu bata dan bahan bangunan yang dipakai dalam membangun rumahnya,
melainkan kepentingan tertanggung dalam objek pertanggungan).

4. DEFINISI

Tidak ada suatu definisi yang dapat diterima secara universal.

Kepentingan memherikan hak untuk mempertanggungkan, yang timbul dari


hubungan keuangan antara tertanggung dengan objek pertanggungan, yang
diakui oleh hukum.

5. UNSUR-UNSUR PUKOK (Essensialia) DALAM INSURABLE INTEREST

Dari definisi tersebut diatas dapat diakui paling tidak 4 unsur pokok dalam
kepentingan :

5.1 Harus terdapat benda, hak, kepentingan, jiwa, badan atau tanggung-
gugat potential.

5.2 Benda, hak, dan sebagainya itu harus merupakan objek pertanggungan.

5.3 Teranggung harus mempunyai hubungan dengan objek pertanggungan


tersebut. Di mana ia akan memperoleh manfaat bila objek pertanggungan
tersebut selamat atau bebas dari tanggmg-gugat hukum. Sebaliknya
Tertanggung akan dirugikan bila objek pertanggungan rusak/musnah atau
bila tanggung-gugat benar-benar timbul.

5.4 Hubungan tertanggung dengan objek pertanggungan yang bersangkutan


diakui secara hukum. (MACAURA V NORTHERN ASS.CO.1925)

6. DASAR TIMBULNYA KEPENTINGAN

6.1 Undang - undang :

Dalam hukum Inggis :

Common Iaw (Contoh : Owmersship, Tanggung gugat yang mungkin


timbul karena negligance)

Statutes (Hukum tertulis di Inggris yang menetapkan adanya


kepentingan, atau yang memodifikasi insurable interest yang timbul
berdasarkan common Iaw).

6.2 Perjanjian : misalnya, seseorang bertang,gt.mg jawab (liable) clan suatu


hal, sebenarnya ia tidak bertanggungjawab bila tidak dipersyaratkan
dalam Perjanjian.

Contoh :

Pemilik rurnah bertanggung jawab mcmelihara rumah-rumah yang


disewakan, tapi dapat diperjanjikan bahwa yang bertanggung jawah
adalah penyewa.

7. APLIKASI INSURABLE INTEREST DALAM BERBAGAI JENIS


ASURANSI

7.1 Asuransi Jiwa

Seseorang mempunyai kepentingan yang tidak terbatas atas


jiwanya sendiri dan oleh karena itu secara teori seseorang dapat
mengasuransikan jiwanya dengan jumlah uang pertanggungan yang
ia inginkan. Namun dalam praktek, besanrya premi membatasi
kemampuan seseorang untuk mempertanggungkan jiwanya.
Seseorang yang telah mecukah mempunyai kepeniingan atczc
iiwa przranffan hicluar:ya. Oleh karena itu seoranY istri dapat
mengasuransikan jiwa suamuiya. dan sebaliknya.

Hubungan darah tidak dengan sendirinya menimbulkan kepentingan.

Kecuali dalam industrial life assurance di mana seseorang dapat


mengasuransikan jiwa orang tuanya, orang tua tiri, kakek atau nenek
sampai suatu jumlah tertentu.

Seseorang dapat mengasuransikan jiwa orang lain terhadap siapa ia


mempunyai hubungan yang diakui oleh undang-undang, sampai
sebatas jumlah kerugian financial yang dapat terjadi dari hubungan
dimaksud, oleh karena itu sekutu (partner) dapat mengasuransikan
jiwa sekutu lainnya sebatas keterlibatan finansial dari sekutu yang
bersangkutan. Seorang kreditur dapat mengasuransikan jiwa
debiturnya sebatas jumlah pinjaman + bunga.

7.2 Asuransi Harta Benda

Kepentingan dapat timbul berdasarkan hak milik dimara si tertanggung


adalah pemilik (owner) atau salah satu pemilik (joint-owner) dari suatu
benda. Di samping itu, dapat juga timbul berdasarkan hubungan hukum
lainnya. Misalnya, Hubungan hipotik (mortgage), penitipan (bailment),
hubungan keagenan, hubungan perkawinan antara suami-isteri, executor.

7.3 Asuransi Tanggung - Gugat

Seseorang mempunyai kepentingan sampai sebesar tanggung gugat


hukumnya terhadap orang lain. Adalah tidak mungkin untuk menentukan
sebelumnya seberapa jauh kepentingan itu sebab kita tidak dapat
mengetahui.

Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kepentingan seseorang dalam


asuransi tanggung-gugat tidak terbatas. Jadi berbeda dengan asuransi
harta benda di mana Tertanggung dapat memperkirakan maksimum
kerugian yang dapat diderita namun bukan besarnya sesuatu kerugian.
8. KAPAN KEPENTINGAN ITU HARUS ADA ?

Segi lain dari masalah kepentingan ialah, kapan kepentingan harus ada ?

Menurut hukum Indonesia (pasal 250 KUHD), Kepentingan harus ada pada saat
diadakan asuransi. Kebanyakan ahli hukum berpendapat bahwa kata-kata
“Pada saat diadakan asuransi” harus ditafsir sebagai “pada saat terjadinya
kerugian”.

Da1am Hukum Inggris (MIA 1906 pasal 6) dengan tegas ditentukan sbb:

“The assured must be interest in the subject matter insured at the time of the loss
though he need not be interested when the insurance is effected”.

(Artinya : si Tertanggung harus mempunyai kepentingan atas object yang


diasuransikan pada saat terjadi kerugian, meskipun ia tidak usah mempunyai
kepentingan pada saat ditutupnya asuransi).

Dalam Asuransi Jiwa yang sifatnya berbeda dari asuransi kerugian,


kepentingan harus ada pada saat pertanggungan ditutup dari tidak perlu ada
pada saat terjadinya klaim.

[Kasus : Dalby V The India and London Life As. Co. (1854)]

Jenis-jenis asuransi lainnya, mengharuskan tertanggung mempunyai insurable


interest pada waktu terjadinya kerugian.

Ha1-hal yang sama dalan kaitan dengan insurable interest

1. Penanggung mempunyai insurable interest dalam tanggung jawabnya


membayar klaim kepada tertanggung dan oleh karena itu kepentingan ini
memberi hak kepada penanggung untuk mereasuransikan.

2. Mere expectation untuk memperoleh insurable interest di waktu yang akan


datang, betapapun pastinya harapan itu, tidak menimbulkan kepentingan.
kasus :

- Lucena V Crawfurd (1806)

- Cooks V Field (1850)


- Barclay V Causins (1802)

3. Lawful pussession accompanied by responsibility

4. Criminal acts;

5. Financial caluation;

9. AKIBAT TIDAK ADANYA KEPENTINGAN

Mienurut pasal 250 KUHD, apabila tertanggung tidak mempunyai kepentingan


maka penanggung dapat menolak Klaim.

Dalam hukum Inggris, apabila Tertanggung tidak mempunyai insurable interest,


perjanjian asuransi yang bersangkutan menjadi batal (void).

10. ASSIGNMENT (Pengalihan)

Seperti telah dikemukakan, bahwa yang diasuransikan adalah kepentingan


seseorang atas objek pertanggungan. Pengalihan polis kepada orang lain akan
menimbulkan masalah karena pemegang polis yang baru mungkin tidak
mempunyai kepentingan yang sama.

Pengalihan polis (assignment of policy) yang sering disebut sebagai pengalihan


hak dapat saja dilakukan namun dalam hal yang menyangkut “kontrak pribadi”
(Personal Contract) diperlukan persetujuan penanggung lebih dahulu.

11. KONTRAK PRIBADI (PERSONAL CONTRACT)

Istilah personal contract ditujukan pada kontrak di mana dalam kegiatan sehari-
hari dari Tertanggung serta sikapnya terhadap obyek pertanggungan dapat
mempengaruhi terjadi tidak-nya kerugian serta besarnya kerugian.
MIA 1906

Measure of insurable value

Subject to any express provision or valution in policy etc.

1. In insurance on ship, the insurable value is the value at the commencement of


the risk, of the ship, including her outfit, provisions & store for the officery and
crew, money advance for sea-man wages and other disbursement etc.

2. In insurance on goads or mercludise, the insurable value is the cost of the


property insured, plus the expenses of and incidental to shipping. and the
changes of insurance upon the whole.

MESIN

Definisi Mengembalikan T pada posisi keuangan yang sama sebelum


indemnity terjadi loss

Measure of Estimasi biaya perbaikan/penggantian dikurangi penyusutan


& indemnity betterment (if any)

Aturan Umum Indemnity tidak ditentukan oleh Cost

& case law Rp.5.000.000,-- tidak benar.

Ditetapkan oleh nilai pada saat terjadi loss Rp.15.000.000,--


Merupakan dasar penetapan Indemnity

(namun T better off) --- New Brand

Asumsi agreed expected life irtesin 10th.e. sudah digunakan


5th ---- Wear & Teat 50%.

Indemnity Rp.15.000.000,---Rp.7.500.000,-- = Rp.7.500.00,-

Tunduk pada limit (batasan) dalam polis.


PRINSIP UTMOST GOOD FAITH

1. PERJANJIAN NON-ASURANSI

Khususnya dalam perjanjian jual beli berlaku dokirin “CAVEAT EMPTOR”


(Let the buyer beware). Adalah kewajiban dari si pembeli untuk mengetahui
cacat barang yang dibeli, bila ada, dan ia tidak mempunyai upaya hukum
terhadap penjual kecuali adanya keterangan yang tidak benar
(misrepresentation) atau kecurangan dari penjual. Dalam beberapa ha1 doktrin
ini telah dimodifikasi oleh ketentuan perundang-undangan tertulis (statute law)
seperti :

Sales of goods Act 1979

The Misrepresentation Act 1967 .

The Supply of Goods (Implied Terms) Act 1973

The Unfair Contract Terni, Act 1977

2. PERJANJIAN ASURANSI :

Untuk Perjanjian Asuransi berlaku :

Prinsip : Utmost Good Faith (Inggris)

Uberrimai Fides (Latin)

Itikad Terbaik/ Kejujuran Sempurna (Indonesia)

Definisi : “a positive duty to voluntarily disclose accurately and fully all


facts material to the risk being proposed, whether asked for them or not”.

Maksud utama untuk melindungi penanggung :

As the underwriter knows nothing and the man who comes to him to ask
him to insure knows everything, it is the duty of the assured ... to make a
full disclosure to the underwriter without beeing asked of all material
circumstances. This is expressed by saying it is a contract of the utmost
good faith.

[Rozanes va Bowen (1928)]


3. KEWAJIBAN TIMBAL BALIK (Reciprocal Duty)

Duty of disclosure berlaku juga bagi penanggung [Carter vs Boehm (1756)]


MIA 1406 sect. 17. Tapi MIA 1406 sect l8- 20. hanya memberikan batasan
material facts dari segi tertanggung. Oleh karena itu, material facts dari segi
penanggung harus disimpulkan dari rumusan sect. 18 - 20.

Tidak menerima pertanggungan yang tidak dapat dilaksanakan secara hukum


atau untuk mana penanggung tidak mempunyai ijin.

Tidak memberikan keterangan yang tidak henar kepada tertanggung


selama negosiasi.

Tidak menerbitkan polis dengan ambiguous terms

4. SIKAP LAW REFORM COMMITE DI INGGRIS

Duty of disclosure merupakan beban yang terlalu berat bagi calon tertanggung
rata-rata.

5. FENGERTIAN MATERIAL FACTS

Hukum Inggris : MIA 1906, Sect. 18 / 2 :

“Every circumstance is material which would influence the judgement of a


prudent insurer in fixing the premium or determining whether he will take
the risk”.

Hukum Indonesia: KUHD pasal 251 :

“Setiap Keterangan yang keliru atau tidak benar, ataupun setiap tidak
pemberitahuan hal-hal yang diketahui oleh si tertanggung, betapapun
itikad baik ada padanya, yang demikian sifatnya sehingga seandainya si
penanggung telah mengetahui keadaan yang sebenarnya, perjanjian itu
tidak akan ditutup, atau tidak ditutup dengan syarat-syarat yang sama,
mengakibatkan batalnya pertanggungan.
Jadi menurut hukum Inggris, fakta materal adalah setiap keadaan yang dapat
mempengaruhi Penanggung dalam :

- memutuskan apakah akan menerima atau menolak permintaan


penanggungan.

- menetapkan prerni.

(ditafsirkan include other terms and condition)

Demikian juga menurut hukum Indonesia (Pasa1251 KUHD) yaitu: Keadaan


yang dapat mempengaruhi Penanggung dalam :

- Mengambil keputusan untuk menerima / menolak permintaan


pertanggungan.

- Menetapkan syarat-syarat pertanggungan

6. FAKTA YANG HARUS DIPERTANGGUNGKAN :

a. Fakta yang menunjukan bahwa suatu risiko tertentu yang secara internal
lebih besar daripada yang diperkirakan menurut sifat dan jenisnya.

b. Fakta di mana faktor eksternal menjadikan risiko itu lebih besar daripada
normal.

c. Fakta yang menjadikan kemungkinan jumlah kerugian jumlah lebih besar


daripada yang dipert:irakan secal-a normal.

d. Kerugian-kerugian dan klaim sebelumnya di bawah polis Itu.

e. Penotakan atau dikenakannya terms yang kurang baik pada permintaan


asuransi sebelumnya oleh penanggung lain.

f. Fakta yang membatasi subrogasi.

g. Adanya polis non-indemnitas lain seperti asuransi jiwa dan personal


accident.

h. Fakta dan uraian lengkap mengenai objek pertanggungan.


7. CONTOH FAKTA-FAKTA YANG HARUS DIBERITAHUKAN :

a. Asuansi kebakaran : Konstruksi bangunan dan okupasinya.

b. Asuransi kendaraan bermotor : Penggunaan kendaraan

c. Asuransi Marine : bahwa barang (cargo) dimuat di atas dek, usia kapal.

d. Asuransi Jiwa : Riwayat medis.

e. Asuransi Personal Accident : riwayat medis yang lebih memungkinkan


terjadinya kecelakaan, akibatnya lebih parah atau penyembuhan lzbih
lama.

f. Untuk semua jenis asuransi : pengalaman kerugian sebelumnya dan


semua fakta yang selayaknya diketahui oleh calon tertanggung.

8. FAKTA-FAKTA YANG TIDAK PERLU DIBERITAHUKAN :

Fakta-fakta berikut walaupun sifatnya material tidak perlu diberitahukan :

a. Fakta Hukum : Setiap orang dianggap mengetahui hukum.

b. Fakta yang dianggap diketahui oleh penanggung yaitu: Fakta-fakta yang


diketahui umum sepeiti suatu daerah terterrtu sering terjadi banjir atau
proses yang biasa atas sesuatu trade tertentu.

c. Fakta yang mengurangi risiko : adanya system alarm dalam risiko kecurian
(theft) atau adanya sprinkle system dalam risiko kebakaran.

d. Fakta yang telah diinformasikan kepada penanggung.

e. Fakta yang seyogianya telah dilihat oleh surveyor asuransi.

f. Fakta yang menjadi syarat polis.

g. Fakta yang tidak diketahui oleh calon tertanggung.


9. KAPAN BERLAKUNYA PRINSIP INI ?

Dari MIA 1906 Sact 18(2) dan KUHD pasa1 251 dapat disimpulkan
bahwa : prinsip ini mulai berlaku sejak dimulainya negoisasi dan
berakhir apabila kontrak telah ditutup.

- Kontrak ditutup : - Umumnya, proposal form "Accepted"

- Lloyds Slip, Initialled.

Apakah berlaku selama kontrak berjalan.

Adakalanya syarat polis (contractual duty) berlakunya prinsip ini dengan


mewajibkan tertanggung memberitahukan setiap perubahan yang terjadi
selama polis berjalan, dan memberi hak kepada Penanggung untuk
menolak meng-underwiite perubahan itu.

Posisi pada waktu Renewal / Perpanjangan :

- Asuransi Kerugian - berlaku, karena Penanggung tidak wajib


menerima perpanjangan.

- Personal Accident - berlaku

- Asuransi Jiwa - tidak berlaku karena tertanggung wajib


menerima perpanjangan. (Pure Indemnity
seperti Key-man Insurance dan asuransi
Jiwa oleh Kreditur atas jiwa debitur)

Bila selama polis berjalan, perlu merubah terms dari polis misalnya
kenaikan jumlah pertanggungan atau merubah uraian daripada objek
pertanggungani. Tertanggung wajib memberitahukan semua fakta
material yang berkaitan dengan perubahan itu. Hal ini berlaku untuk
semua jenis asuransi.
10. REPRESENTATION AND WARRANTIES

Representation : pernyataan lisan atau tertulis dibuat selama negosasi


untuk kontrak baik mengenai fakta material atau tidak. Pernyataan
mengenai fakta material harus sungguh-sungguh benar (substantially true)
atau benar menurut pengetahuan atau keyakinan terbaik dari calon
tertanggung (To the best knowledge or belief).

Warranties : dalam perjanjian dagang biasa, warranties adalah suatu janji,


subsider terhadap perjanjian pokok, bila dilangar, pihak yang dirugikan
hanya dapat menuntut ganti rugi.

Dalam perjanjian asuransi, warranties merupakan persyaratan yang bersifat


fundamental, dan bila tidak dipenuhi, pihak yang dirugikan dapat
menyangkal (repudiate) kontrak. ,

Suatu warranty adalah suatu jaminan oleh tertanggung bahwa :

- Sesuatu akan dilakukan, atau

- Sesuatu tidak akan dilakukan, atau

- Sesuatu keadaan fakta tertentu ada, atau

- Suatu keadaan fakta tertentu tidak ada.

Warranties tersebut di atas diberlakukan biasanya dengan alasan :

Untuk memastikan bahwa aspek “Good housekeeping" atau ”Good


Management” diperhatikan misalnya sampah dibuang setiap hari.
(Asuransi Kebakaran) atau alarm system dirawat dengan baik
(Asuransi Kecurian).

Untuk dapat memastikan bahwa hal-hal tertentu yang dapat


mempertinggi tingkat risiko tidak dilakukan tanpa sepengetahuan
penanggung, karena premi yang telah dikenakan didasarkan pada
fakta atau keadaan yang tidak terdapat pada waktu itu.

Contoh: tidak ada penyimpan oli.


- Express Warranty :

suatu warranty yang dinyatakan/dicantumkan dalam polis. Kadang suatu


warranty dimasukkan dalarn sebuah pernyataan dalam polis bahwa SPPA
(Proposal Form) adalah dasar daripada kontrak dan dalam Proposal Form
ada suatu pernyataan (Declaration oleh tertanggung mengenai kebenaran
jawaban yang diberikan menurut pengetahuan dan keyakinan yang
terbaik dari tertanggung. Fakta ini telah mendapat kritik.

- Implied Warranty:

Lazimnya warranties tertulis dalam polis, tetapi dalam marine insurance


terdapat implied warranty bahwa kapal dalam keadaan layak laut (MIA
1906 sect. 39 & 44 l )

11. PERBANDINGAN ANTARA REPRESENTATION & WARRANTIES :

Representations Warranties

- yang pokok, benar - harus secara sungguh-sungguh dipenuhi.

- Pelanggarannya(misrepresentation) - Setiap pelanggaran memberi hak untuk

harus material untuk. dapat direpudiate. Repudiate.

- biasanya tidak terdapat daIam polis. - disebut dalam polis, kecuali implied

warranty. (Tertanggung dapat membuat


warranty dalam Proposal Form yang
merupakan basis of contract).

12. TERJADINYA KONTRAK :

Kebanyakan bisnis asuransi dilakukan melalui jasa perantara asuransi.


Perantaara asuransi ada yang full time seperti broker asuransi atau konsultan
asuransi Ada juga perantara part time atau sambilan disanping pekerjaan
utamanya. Seperti bank, dealer mobil, akuntan, dsb.

12.1 PEMBERITAHUAN (DISCLOSURE) OLEH AGEN :


Dalam artian hukum, semua perantara adalah Agen dari prinsipal yang
diwakilinya. Tapi dalam praktek asuransi di Inggris yang umumnya
disebut agent adalah perantara part time, sedangkan perantara yang full
time adalah broker asuransi atau konsultan asuransi. (Di Indonesia
yang disebut agen asuransi adalah perantara yang mewakili penanggung)
Bila seorang prinsipal menggunakan orang lain bertindak untuk dirinya
dalam negoisasi suatu kontrak si prinsipal bertanggung jawab atas
kecurangan, penyembunyian atau pemberitaan yang tidak benar dari si
agen, sepanjang si kuasa secara nyata bertindak dalam rangka bisnis
seperti yang dikuasakan.

Di mana agen bertindak untuk seseorang penanggung menerima premi,


walaupun ia telah tahu bahwa tertanggung telah melanggar syarat polis,
penanggung tidak dapat membatalkan polis. Ini adalah doktrin
ES'TOPPEL.

12.2 TERTANGGUNG, PERANTARA DAN PENANGGUNG :

Bila tertanggung memakai seorang perantara pengetahuan dari perantara


dianggap berasal dari prinsipal dan sebaliknya, dan pengetahuan ini bila
sifatnya material harus diteruskan kepada penanggung. Seorang
perantara dapat bertindak sebagai kuasa dari calon tertanggung atau
penanggung, dapat pula dalam suatu transaksi sebagai kuasa dari
kedua-duanya.

12.3 KEWAJIBAN AGEN KEPADA PRINSIPAL :

- Bertindak hati-hati dan trampil

- Bertindak sesuai dengan syarat perjanjian Keperantaraan.

- Bertindak dengan itikad baik terhadap prinsipal

- Mempertanggung jawabkan kepada prinsipal semua uang yang


diterimanya atas nama prinsipal

- Melakukan sendiri kewajibannya (delegatus non potest


delegare = seorang kuasa tidak boleh mendelegasikan
kewajibannya kepada orang lain), kecuali secara tegas
diperbolehkan atau apabila pendelegasian itu perlu untuk dapat
melaksanakan kewajibannya dengan proper.

12.4 KEWAJIBAN PRINSIPAL TERHADAP AGEN :

- Membayar upah/remuneration yang telah disepakati

- Mengganti segala biaya, kerugian dan tanggung jawab yang


biasa timbul dalam rangka pekerjaan perantara.

12.5 TANGGUNG JAWAB (LIABILITY) PERANTARA :

- Bertanggung jawab atas Breach of Warranty of Authority

- Bertanggung jawab kepada prinsipal dalam hal perbuatan


melawan hukum (Tort)

- Bertanggung jawab atas wanprestasi (Breach of contract)

13. BENTUK PELANGGARAN PRINSIP UTMOST GOOD FAITH :

- Innocent misrepresentation : pemberian keterangan yang tidak sesuai


dengan keadaan tanpa maksud buruk.

- Fraudulent misrepresentation : Pemberian keterangan yang tidak


benar yang dilakukan dengan sengaja.

- Innocent Non disclosure : (Biasanya disebut Non disclosure saja):


tidak mengungkapkan hal-hal yang diketahui tanpa maksud buruk.

- Fraudulent Non Disclosure : (Biasanya disebut Concealement):


mengungkapkan hal-hal yang diketahui dengan maksud menipu.

14. UPAYA HUKUM ATAS PELANGGARAN PRINSIP UTMOST GOOD


FAITH :

Menurut MIA 1906, Sect 17 dan 18 (1), pihak yang dirugikan mempunyai
hak/opsi sbb:

Avoid the contract:

a. Menolak kontrak ab initia, atau


b. Menolak tanggung jawab atas klaim

Disarnping (1) menuntut ganti rugi (damages) jika terdapat


Concealment atau Fraudulent misrepresentation.

Tidak menggunakan opsi/hak pada (1) dan atau (2)

Pihak yang dirugikan harus mcnggunakan haknya tersebut dalam


batas waktu yang wajar setelah mengetahui adanya pelanggaran itu,
jika tidak, ia dianggap tidak rnenggunakan haknya.

Menurut KUHD pasal 251 perjanjian pertanggungan jadi batal.


PRINSIP PROXIMATE CAUSE

01. Arti pentingnya doktrin Proximate Cause.

Polis asuransi memberi jaminan terhadap kerugian yang disebabkan


oleh risiko-risiko tertentu yang dipertanggungkan.

Walaupun demikian, kadang-kadang mengalami kesulitan untuk .


menentukan penyebab-penyebab yang menimbulkan kerugian tersebut,
karena suatu peristiwa biasanya merupakan akibat dari satu atau
beberapa penyebab yang mungkin merupakan sederetan peristiwa
atau beberapa peristiwa yang terjadi bersamaan.

Dengan alasan-a1asan tersebut diatas, mak kita perlu mempelajari


doktrin Proximate Cause guna menentukan penyebab yang
mengakibatkan kerugian, yang kemudian akan dapat memastikan
bahwa kerugian tersebut dijamin atau tidak dalam polis.

02. Definisi dari Prinsip Proximate Cause.

“Proximate cause means the active, efficient cause that sets in motion a train
events which brings about a result, without the intervention of any force started
and working actively from a new and independent source.

Suatu sebab yang aktif dan efisien sepanjang rentetan kejadian di


mana penyebab itu mengakibatkan sesuatu tanpa adanya intervensi
dari kekuatan lainnya yang datang dan kemudian
bekerja/berpengaruh secara aktif dari sumber yang baru dan
independent.

Dari definisi tersebut bisa ditarik beberapa kesimpulan :

a. Proximate berarti aktif, maksudnya tidak hanya berpijak pada


penyebabnya, karena jarang hanya satu kejadian saja yang
melibatkan kerugian tapi suatu rentetan kejadiannya atau “a train
of events” yang akan dijadikan dasar dalam menentukan suatu
kerugian dijamin atau tidak.
b. Proximate berarti penyebab yang effisien, yang dimaksud effisien
di sini adalah pikiran yang sehat (Commensense Standards).

03. Sifat bahaya yang berkaitan dengan Prinsip Proximate Cause.

Seandainya terjadi suatu kerugian, maka penanggung akan memeriksa polis


yang ada, apakah penyebab kerugian tersebut adalah termasuk bahaya yang
dijamin dalam polis/dikecualikan/tidak disebutkan dalam polis.

a. Bahaya yang dijamin dalam polis (insured perils) ialah bahaya-


bahaya yang tercantum dalam polis, misalnya dalam Polis
kebakaran peledakan, kejatuhan pesawat terbang dsb.

b. Bahaya yang dikecualikan (Excepted/Excluded Perils) ialah


bahaya-bahaya yang secara tegas dikecualikan dalam polis,
misalnya bahaya perang, huru-hara, gempa bumi dsb.

c. Bahaya yang tidak diasuransikan (Uninsured Perils) ialah


bahaya-bahaya yang tidak dicantumkan dalam polis, baik
sebagai bahaya yang dijamin maupun bahaya yang
dikecualikan dalam polis.

04. Penyebab kerugian

Ada tiga jenis kelompok penyebab kerugian :

a. Penyebabnya dianggap tunggal (Single Cause)

Yaitu sederetan cause yang terjadinya tidak terputus, seandainya penyebabnya


adalah risiko yang dijamin dalam polis maka penanggung akan membayar penuh,
namun seandainya penyebabnya adalah risiko yang tidak dijamin atau bahkan
risiko yang dikecualikan maka kerugian tersebut tidak akan diganti.

b. Penyebabnya sederetan cause (Chain of Event)

Terdapat dua kriteria yaitu sederetan cause yang tidak terputus “Unbroken
Sequence” serta sederetan causa yang terputus “Broken Sequence” (lihat gambar).
05. Aplikasi Prinsip Proximate Cause

Sebagai contoh dalam polis kebakaran, di mana standard covernya adalah


Kebakaran, Petir, Peledakan & kejatuhan pesawat.

Sedangkan pengecualiannya ialah :

- inherent vice, process of decay, condition/nature of goods.

- War, invasion, act of foreign enemy, hostilities or….

- Riot, strike, malicious action, impact of vehicle

- Nuclear reactions, nuclear radiation or pollution by radio activity,


regardless of wheather such processes occur

Kemudian risiko-risiko yang tidak dijamin namun juga tidak dikecualikan,


misalnya short-circuit, atmospheric conditions or action of light, dan
sebagainya.

06. Prinsip Proximate Cause yang dimodifikasi dalam wordings

Misalnya penambahan bahaya tambahan, yaitu dengan menambahkan klausula


tertentu, misalnya Perluasan Jaminan, Gempa bumi dan Letusan Gunung
Berapi, Angin Topan, Badai, Banjir dll. Maka yang tadinya uninsured perils
menjadi insured perils.
Causa Proxima

Tanggung Jawab

Asuransi
Bahaya diasuransikan Penuh

CausaTunggal Bahaya tidak diasuransikan


Tidak ada
atau dikecualikan

Tidak ada bahaya Semua setelah bahaya yang


yang dikecualikan diasuransikan

Bila bahaya yang


dikecualikan terjadi lebih
dahulu. Tidak ada.
Tidak terputus Ada bahaya yang
dikecualikan
Bila bahaya yang
dikecualikan terjadi lebih
dahulu. Hanya sampai
bahaya yang dikecualikan

Tidak ada bahaya yang Kerugian dari bahaya yang


dikecualikan diasuransikan

Sederetan Causa Bila bahaya yang


Terputus dikecualikan terjadi lebih
Ada bahaya yang
dahulu dari bahaya yang
dikecualikan
diasuransikan.

Bila bahaya yang


diasuransikan terjadi lebih
dahulu. Hanya sampai
bahaya yang dikecualikan
saja.

Akibat dapat dipisah- Bahaya yang diasuransikan


Tidak ada pisahkan saja
bahaya yang
dikecualikan
Beberapa Causa Akibat tidak dapat dipisah- Penuh
pisahkan
bersamaan
Akibat dapat dipisah- Bahaya yang diasuransikan
Ada bahaya pisahkan saja
yang
dikecualikan
Akibat tidak dapat dipisah- Tidak ada
pisahkan
3A2A. CONTOH :

a. l. Angin menyebabkan robohnya tembok/tiang kayu bangunan

2. robohnya tembok menyebabkan rusaknya kabel listrik

3. kabel rusak terjadi arus pendek dan timbul percikan api

4. percikan api menyebabkan tiang kayu terbakar

5. pemadaman kebakaran dilakukan

6. air disemprotkan untuk mencegah kebakaran bangunan yang lain

7. air membasahi dan merusak barang serta bangunan lain

Dengan menggunakan cara sebagaimana disebutkan dalam 3A2, terlihat adanya


hubungan langsung nenyebab antara angin, robohnya tembok, kebakaran dan
kerusakan karena air.

b. 1. Suatu gempa menyebabkan minyak kompor tumpah

2. Api menyambar tumpahan minyak

3. api membakar bangunan

4. kebakaran per-tama merembet pada bangunan kedua

5. kebakaran bangungan kedua merembet ke bangunan ketiga

6. proses ke empat dan kelima berlanjut terus

7. akhirnya bangunan yang berjarak sekitar 500 yard dari kebakaran pertama

terbakar juga

Penyebab (proximate cause) dari kebakaran pada bangunan ini adalah gempa.
Keputusan ini terjadi pada kasus Tootal Broadhurst Lee. Co. London and Lancashire Fire
Insurance Co. (1908).

c. 1. Nyala korek api membakar rag dalam garasi

2. kebakaran rag itu menyebabkan panas pada tabung gas

3. tabung gas meledak .


4. tembok garasi ambrol akibat ledakan dan isi garasi terbakar berhamburan ke

bangunan kantor

5. bangunan kantor terbakar

Sekali lagi, bahwa kerugian ini kebakaran karena korek api.

d. 1. Petir menyambar gedung dan merusak tembok

2. segera setelah itu, angin kencang menghempaskan tembok

Dalam kasus Roth v. South Easthope Farmers Mutual Insurance.Co (1918)


diputuskan bahwa sambaran petir merupakan proximate cause

e. l. Kebakaran merusakkan tembok

2. Beberapa hari kemudian tembok roboh dihempas angin

Dalam kasus Gaskarth v. Law Union Insurance Co. (1876) diputuskan bahwa
kebakaran bukan merupakan proximate cause robohnya tembok.

f. l. Pada waktu itu sedang terjadi peperangan;

2. sebuah kapal kena sasaran torpedo musuh;

3. perahu itu bocor dan terancam tenggelam;

4. nahkoda berusaha merapat ke pelabuhan;

5. pekerjaan memperbaiki mulai dilakukan;

6. terjadi badai kencang;

7. kapal masih terancam bahaya tenggelam, risiko ini diperburuk oleh badai;

8. untuk menyelamatkan kemungkinan pelabuhan tertutup oleh kapal yang

tenggelam ini, penguasa pelabuhan memerintahkan kapal tersebut ditarik keluar


pelabuhan;

9. kapal tenggelam oleh badai di luar pelabuhan.


Sepanjang ancaman bahaya tenggelam tidak pernah terhenti, perang
dianggap sebagai proximate cause : Leyland Shipping Co. V. Norwich Union
Fire Insurance Society. (1918).

g. l. Kebakaran besar merusakkan sebuah bangunan;

2. tembok dalam ancaman bahaya terhadap bangunan dekatnya;

3. untuk pengamanan, penguasa daerah memerintahkan untuk merobohkan

tembok tersebut;

4. selama proses merobohkan, tembok roboh ke tetangga.

Sekali lagi, bahaya roboh tetap berkelanjutan dan kebakaran tersebut


merupakan proximate cause atas kerusakan bangunan tetangga : Johnston v.
West of Scotland Insurance (1828).

Dalam contoh tersebut, badai dan perobohan tembok masing-masing dianggap


hal yang terpisah atau ikut kontribusi sebagai penyebab tetapi bukan penyebab
yang aktif dan efisien.

3G. Summary

(a) Risiko yang dijamin tidak perlu penyebab utama;

(b) Risiko yang dijamin tidak harus akibat langsung dari suatu
penqecualian (kecuali polis secara khusus mengabaikan seperti
dimaksud dalam 3E1 di atas);

(c) Kerusakan, sebagai akibat langsung risiko yang ditutup adalah dijamin
meskipun risiko penyebab itu tidak disebut dalam polis (kecuali polis
secara khusus mengecualikan akibat itu seperti halnya ditunjukkan
dalam paragraf 3E1) yaitu kerusakan karena air atau asap dari
kebakaran adalah dijamin.

(d) Barang itu dijamin meskipun jenis risiko tidak secara nyata disebut
sebagai penyebab, sejauh jenis risiko itu masuk dalam operative clause
dan kerusakan akibat dari itu dijamin. Sebagai contoh, jika suatu
bangunan sebelahnya milik tertanggung, kena kebakaran dan hanya
kerusakan tertanggung karena semprotan air pemadam kebakaran atau
karena asap, maka barang tertanggung tersebut harus diganti (asalkan
sumber api tadi termasuk risiko yang tidak dikecualikan dalam polis).

(e) Risiko yang dijamin harus benar terjadi. Ketakutan kehilangan barang
karena risiko yang dijamin bukan kerugian karena risiko itu (Moors V.
Evans (1917)

(f) Kerugian lebih jauh yang timbul dalam upaya mengurangi kerugian,
terraasuk dijamin. Dengan demikian. kerusakan akibat penyemperotan
sprinkler atau pemadam kebakaran juga dijamin (Johnston V.West of
Scotland Insurance (1828);

(g) Novus actus interveniens, yaitu suatu kekuatan baru yang ikut
mempengaruhi. Hal ini dapat kita l.ihat dalam definisi kasus Pawsey bahwa
proximate cause harus tidak ada suatu intervensi dari kekuatan baru. Jadi, jika
dalam saat kebakaran penonton merusak barang sekitarnya, penyebab
kerusakaan itu di mana perbuatan itu seakan-akan merupakan pelanggaran dan
bukan kebakaran (Marsden V. City & Coutry Assurance Co. (1865).

Kasus "last straw". Dalam contoh dimana risiko semula memiliki arti bahwa
kerugian lebih kurang pasti terjai, maka risiko semula tersebut
merupakan proximate cause, meskipun kekuatan baru itu timbul dari
sumber lain (Leyland Shipping Co. Ltd. V Norwich Union (1918) dan
Johnston V West of Scotland (supra).

3G1. Summary of examples by class of business

3G1A. Marine

Leyland Shipping V. Norwich union (1918). Kapal akhirnya tenggelam dalam


suasana badai, tetapi ia telah bocor karena kena torpedo, dan meskipun telah ke
pelabuhan, kapal itu diperintahkan, oleh otoritas pelabuhan untuk meninggalkan
pelabuhan karena dikhawatirkan kapal akan tenggelam dan memblokir pelabuhan
itu. Ancaman atau bahaya tenggelamnya kapal karena torpedo merupakan
penyebab yang dominan pada saat mendekat pelabuhan terjadi badai.
Ionides V. Universal Marine Insurance Co. (1863). Kapten kapal kehilangan arah
dan mencoba mendekat daratan untuk mencari lampu menara.

Karena adanya permusuhan lampu menara itu padam dan akhirnya kapal itu
kandas. Bermusuhan dan padatnnya lampu menara dianggap proximate cause yang
terpisah.

3G1B. Kebakaran

Haris V. Poland (1941). Adalah maksud dari polis untuk menjamin risiko yang
bersifat accidental atau kejadian yang tidak diduga oleh tertanggung. Dalam
asuransi kebakaran juga harus ada sesuatu yang dalam kebakaran yang tidak
semestinya terbakar. Tertanggung meletakkan uang dan perhiasannya pada
tunggu api (heater) dan secara tidak terduga kemudian terbakar. Hakim
berpendapat bahwa hal itu merupakan kerugian yang secara accendintal dan
memenangkan klaim tersebut.

Everett V London Union Insurance Co.(1855). Tempat itu rusak karena terjadinya
ledakan sejauh kurang lebih setengah mil, ledakan itu disebabkan oleh kebakaran.
Keputusan kasus tersebut adalah bahwa kebakaran adalah proximate cause yang
terpisah. dan kerusakaan itu disebabkaan oleh peledakan. Hukum "In jure non
remota causa sed proxima spectatur" menjadi dasar dari keputusan tersebut.

Gaskarth V Law Union insurance Co. (1876). Akibat kebakaran tembok yang
telah rusak itu dibiarkan berdiri, tetapi konsekuensinya roboh kena angin kencang,
dan pengadilan memutuskan bahwa kerusakan akibat robohnya tembok itu bukan
karena kebakaran.

Roth V. South Easthrope Farmers (1918). Di mana petir telah merusakkan


bangunan dan sesaat kemudian menimbulkan kerusakan akibat adanya angin
kencang. Kasus ini diputuskan bahwa seluruh kerusakaan adalah akibat petir.

Hal yang krusial di sini adalah apakah orisinil risiko/peril masing berfungsi dan
merupakan faktor yang dominan dalam kerugian. Dalam kasus
partama terbukti bahwa tembok itu tahan api, sedangkan dalam kasus
kedua tidak demikian halnya dan angin kencang bertiup sebelum
upaya perbaikan dilakukan.

Yohnston V West, of Scotland Ins. Co. (1828) di mana bangunan,


berada dalam ancaman roboh akibat kebakaran, dan otoritas
setempat memerintahkan untuk merobohkan bangunan itu. Dalam
proses perobohan tembok itu merobohi rumah tertanggung, dan
kemudian diputuskan bahwa kerusakaan itu penyebabnya adalah
kebakaran. Sepanjang bangunan itu masih dalam kondisi yang
membahayakan akibat kebakaran, maka risiko dari kebakaran itu
tetap sampai bahaya itu dipisahkan. Prases merobahkan bangunan
tersebut merupakan upaya mengurangi kerugian lebih besar, namun
upaya itu gagal.

3G1C. Asuransi Harta Benda Lainnya

Winikofsky V Army and Navy General (1919). Dalam kasus ini


pencuri memanfaatkan adanya keadaan gelap selama dinyatakan
adanya bahaya serangan udara. Diputuskan bahwa proximate cause
bukan perang.

Shiells V Scottish Assurance Co. Ltd. (1889). Polis yang menutup


asuransi ternak tidak membedakan jaminan atas luka dan mati.
Klaim kematian dibayar apabila hewan itu cedera hewan akibat
perbuatan manusia.

Harsden V. City and Country Assurance (1865). Di mana kelompok


gang merusak jendela sewaktu petugas pemadam mendekati tempat
kebakaran. Diputuskan bahwa kerugian itu bukan disebabkan oleh
kebakaran melainkan kasusnya adalah asuransi kaca.

3G1D. Asuransi Personal Accident

Dalam kasus Etherington V. Lanchashire and York Accident Ins. Co. (1909),
tertanggung dari kuda, mengalami cidera dan menyebabkan dia harus terbaring
dan tertimbun salju. Karena timbunan salju itu sangat dingin dan lembab sehingga
ia kejangkitan penyakit pneumonia kemudian meninggal. Kasus itu diputuskan,
bahwa ia meninggal akibat kecelakaan dari kuda dan bukan dari penyakit
pneumonia itu yang dikecualikan dalam polis asuransi kecelakaan.

Kasus Coxe V. Employrs Liabiliy Assurance Corp. (1916), seorang tentara yang
memiliki polis asuransi kecelakaan, yang dalam polisnya dikecualikan risiko
akibat tidak langsung dari perang. la meninggal tertabrak kereta api sewaktu.
melakukan inpeksi sepanjang rel kereta api dalam masa peperangan. Proximate
cause kematiannya adalah kecelakaan tetapi secara tidak langsung akibat perang.
Perang sebenarnya penyebab yang terpisah tetapi rumusan polis telah
mengecualikan akibat secara langsung atau tidak langsung dari peperangan.

3G1E. Liability policies

Vandyke V. Fender (1970). Seorang pegawai mengalami kecelakaan sewaktu


kantor. Majikan memberikan jaminan (asuransi kecelakaan) untuk pegawainya
dalam menjalankan tugas pekerjaan, termasuk pulang dan pergi ke kantor.
Kecelakaan tersebut terjadi sewaktu ia pulang dari kantor tetapi tidak melalui
route sebagaimana mestinya karena dalam perjalanan itu ia memang bermaksud
mempunyai tujuan lain.

Gray V. Barr (1917). Gray memiliki hubungan istimewa dengan istri Barr.
Pada suatu sore Barr menduga istrinya pergi ke rumah Gray, kemudian ia
menyusul dengan membawa senjata api yang siap ditembakkan. Karena Barr
tidak percaya jawaban Gray bahwa istri Barr tidak ada dirumah Gray, Barr
naik ke lantai atas untuk mencari dan menembakkan senjatanya ke langit-
langit rumah dengan tujuan untuk menakut-nakuti Gray. Perkelahian terjadi
dan Gray terbunuh. Barr dinyatakan pembunuh dan atas polis public liability
dituntut ganti rugi oleh istri Gray. Pengadilan menyatakan bahwa proximate
cause kematian Gray ada hubungannya dengan istri Barr, dan para hakim
tidak sepenuhnya setuju alasan bahwa: a) baik tembakan yang pertama
maupun kedua penyebab kerugian Barr; b) peristiwanya bukanlah suatu
accidental. Akan tetapi empat hakim lainnya sependapat bahwa perbuatan
Barr marupakan tindakan yang melawan public policy sehingga klaim ditolak.
Dalam kasus ini penggunaan senjata adalah hal yang sangat penting dan
merupakan kasus hukum yang membedakan antara indemnity untuk tanggung
jawab hukum kepada pihak ketiga dalam polis asuransi, public liability dan
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga dalam polis asuransi kendaraan
bermotor.
PRINSIP INDEMNITY

1. KONSEP INDEMNITY

- Merupakan "Controlling Principle" dalam huk-urn asuransi (Referensi-A


Leading Case " Castellain V Preston (1983) )

- Pelaksanaan Prinsip Indemnity dalam asuransi menimbulkan berbagai


masalah. Kendala yang dihadapi dalam rnerumuskan konsep inu adalah
bagaimana aplikasi prinsip ini pada berbagai cabang asuransi dan
bagaimana pula modifikasinya dalam meresponse kebutuhan (yang selalu
berkembang).

Essensi Permasalahan ialah :

Berapa ganti rugi yang dapat diterima seseorang, bila peristiwa yang
dipertanggungkan terjadi.

Contoh:

Seorang pemilik pabrik membeli sebuah mesin, 5 tahun lalu seharga Rp.
25.000.000,- Mesin musnah terbakar dan biaya penggantian (Replacement cost)
pada saat terjadi kerugian Rp. 30.000.000,- Berapa ganti rugi yang dapat
diberikan ????

1.1 Definisi

"The Exact financial compensation sufficient to place the insured in the


same financial position after a loss as he enjoyed immediately before it
occurred"

(Kompensasi keuangan yang eksak, cukup untuk mengembalikan


tertanggung pada posisi keuangan yang sama setelah kerugian seperti
dinikmatinya sesaat sebelum kerugian terjadi).

1.2 Kaitan Dengan Insurabte Interest

- Ada kaitan langsung antara prinsip insurable interest dengan


prinsip indemnity.
- Insurable interest - kepentingan tertanggung atas subject of
insurance yang dipertanggungkan.

- Apabila terjadi suatu kerugian, ganti rugi yang diberikan tidak


boleh melebihi kepentingan tertanggung.

- Seperti insurable interest, indemnity sangat tergantung pada


financial valuation.

- Polis asuransi jiwa dan keceiakaan diri bukan merupakan contract


of indemnity, tapi merupakan benefit policy.

2. BAGAIMANA INDEMNITY DIBERIKAN

2.1 Cash

Kontrak asuransi adalah kontrak untuk mambayar sejumlah uang apabila


terdapat Valid Claim.

Pada umumnya claim dibayarkan secara cash (tunai, sesuai dengan jumlah
yang harus dibayarkan sesuai dengan kondisi (syarat) polis.

Contoh :

Dalam Asuransi tanggung gugat ganti rugi pada umumnya diberikan secara
cash/tunai.

2.2 Repair

Dalam cabang asuransi tertentu misal motor, penanggung lebih memilih untuk
melakukan repair (perbaikan), sebagai cara pemberian indemnity. Bengkel
tertentu, telah ditunjuk penanggung untuk melakukan perbaikan, atau penanggung
memiliki bengkel sendiri.

Cara ini memungkinkan penanggung memberikan services kepada tertanggung


dengan baik dan praktis.

2.3 Replacement

Cara ini banyak dilakukan pada Glass Insurance, di mana kaca-kaca yang
telah pecah diganti perusahaan kaca atas nama penanggung.
HaI ini dilakukan karena penanggung dapat memperoleh discount dari
pembelian barang.

2.4 Reinstatement

Pada umumnya ditemui pada Asuransi Property. Di mana penanggung memilih


untuk membangun kembali gedung yang rusak.

Karena berbagai kendala yang dihadapi penanggung apabila memilih


reinstatement sebagai cara pemberian ganti rugi, maka cara ini hampir tidak
pernah dilakukan oleh penanggung.

3. MEASUREMENT OF INDEMNTIY

- Da1am polis indemnity, claim adalah "Unliquidated Damage" yaitu jumlah


ganti rugi yang sebenarnya tidak diketahui sebelum terjadi kerugian.
(Jabbour V Custodian of Israeli Absentee Property - 1954)

Contoh :

Kerugian atas property, asuransi tanggung gugat dsb.

- Dalam Polis Non-Indemnity (Jiwa dan kecelakaan diri), Claim adalah


"Liquidated amount" yaitu jumlah ganti rugi yang dibayarkan apabila terjadi
kerugian sudah diketahui.

- Cara bagaimana suatu indemnity ditetapkan, tergantung pada cabang


asuransi yang memiliki sifat masing-masing.

3.1 Marine Insurance

- The Marine Insurance Act 1906 (MIA) mengatur mengenai polis


"Unvalued" dan "Valued".

- Nilai pertanggungan dalam "Unvalued" Policy harus dihitung berdasarkan


formula MIA 1906, S.16.

- Dalam "Valued Policy" nilai pertanggungan disepakati bersama antara


penanggung dan tertanggung.
- Dalam kedua macam polis tersebut, telah ada nilai pertanggungan yang
tetap, berlaku sejak permulaan risiko dan tidak terpengaruh oleh fluktuasi
pasar.

- Dalam Marine Insurance, lazim diterbitban polis “Agreed Value” atas


pertimbangan komersial.

Dalam polis rangka kapal, memungkinkan shipowner menetapkan harga


yang wajar.

Dalam polis Cargo memungkinkan pemilik barang mempertanggungkan


"Profit" di samping nilai barangnya.

- Dalam Marine Insurance, indemnity lebih bersifat "Commercial


Indemnity" dan bukan "Strict Indemnity".

Dalam Cargo:

Apabila Total Loss, indemnity adalah niIai yang ditetapkan dalam


polis.

Apabila Partial Loss, Pembayaran berdasarkan proporsi antara Nilai


disepakati (Agreed Value) dengan jumlah depresiasi.

Dalam Hull :

Apabila Total Loss, indemntity adalah nilai yang ditetapkan dalam


polis.

Apabila Partial Loss, indemntity adalah biaya perbaikan kerusakan


(Repair Cost).

3.2 Property Insurance

Aturan umum bahwa Measure of indemnity untuk property adalah:

Not by its Cost (Aubery Film Production V Graham I960).

Oleh Nilai - (Hercules Insurance V Hunter 1836) pada saat terjadi


kerugian

Dan di Tempat - (Rice V Baxendale 1861) terjadi Loss.


Bila nilai mengalami kenaikan selama periode asuransi, maka
tertanggung berhak atas indemnity berdasarkan nilai tersebut. (Willson
V Scottish Ins. Corporation 1920).

Namun tunduk pada limit dalam polis (sum insured atau average).

Dalam menetapkan nilai tersebut tidak diperkenankan memasukkaun.


unsur "Prospective Profits" atau "Consequential Loss" (Wright V Pole
1834) atau "Sentimental value" (Re Egmont's Trusts 1908).

Sentimental value adalah subyektive value, tidak dapat diukur secara


operatif, dan jika tertanggung akan ditempatkan pada posisi finansial
yang sama setelah kerugian maka penyelesaian pembayaran tidak
termasuk sentimental value.

3.2.1 Buidings

- Indemnity atas kerusakan atau kerugian building adalah biaya


perbaikan atau biaya pembangunan kembali pada saat
terjadi kerugian dikurangi W&T dan "Betterment".

W&T = Wear and Tear

- Betterment timbui karena:

Setelah perbaikan/penggantian item-item tertentu


keadaannya lebih baik sebelum terjadi kerugian.

Contoh :

Instalasi listrik, dekorasi.

Pada saat property telah dilakukan


perbaikan / penggantian, beberapa item/Article lebih
baik dari sebelumnya.

Contoh :

Pemasangan sprinkler baru


3.2.2 Machinery and Contents Other than Stock

- Pada umumnya tidak tersedia barang second hand di pasar, sehingga


tidak mungkin dilakukan penggantian dengan barang second hand.

Indemnity adalah nilai atas biaya perbaikan atau penggantian


dikurangi dengan Wear and Tear.

- Namun bila tersedia barang second hand di pasaran, maka


indemnity adalah harga barang second hand plus biaya
pengangkutan plus biaya instalasi (pemasangan)

3.2.3 Manufacturer’s Stock – In-Trade

Terdiri dari :

Raw material

Work-in-progress

Finished Stock

- Nilai indemnity adalah beberapa biaya yang harus dikeluarkan pada


saat dan tempat terjadi kerugian, untuk menganti barang pada
keadaan ketika teqadi kerugian.

- Raw Material

Replacement cost Plus ongkos delivery to site

- Work in progress (semi-finished)

Biaya Raw Material etc.

Labour (Tenaga Kerja)

- Biaya produksi lainnya untuk memproduksi barang, seperti


keadaan ketika terjadi loss.
3.2.4 Whole Salers and Retailers’ Stock In Trade

- Indemnity adalah biaya penggantian (replace) stock pada saat


terjadi loss plus Transport, handling cost ke premises
tertanggung.

3.2.5 Obsolescence

Dalam assessment kerugian stock, harus memperhatikan unsur


obsolescence.

Karena tidak semua barang yang diproduksi terjuai semua, sehingga


harus dicegah biaya penggantian lebih besar dari harga pasar.

Ganti rugi yang diberikan tidak boleh membuat keadaan keuangan


tertanggung lebih baik dari seandairya keru.gian tidak terjadi.

3.2.6 Household Goods

Biaya untuk mengganti pada waktu kerugian dikurangi potongan


untuk wear and tear; Sentimental value tidak termasuk.

3.2.7 Farming Stock

Dalam hal livestock dan hasil-hasil pertanian, harga pasar setempat


adalah dasar dari indemnity. Tika dalam commodity
lain,tertanggung tidak berhak atas keuntungan yang diharapkan dari
penjualan (potential profit for sale), tidak demikian dalam farming
stock. Dalarn fanning stock terdapat satu market price.

Jika livestock atau produce untuk dijual, indemnity adalah harga


pasar dikurangi processing, handling atau biaya transport yang
tidak dikeluarkan karena terjadinya loss. Jika. benda yang hilang
untuk konsumsi pertanian (farm consumption) seperti diary cows
straw feedstuff maka harus diganti dan market price harus
ditambah dengan biaya-biaya yang diperlukan untuk
menggantikan stock di tempat pertanian.
3.2.8 Pecuniary Insurance

Da1am money insurance atau polis guarantee mudah menetapkan


indemnity. Dalam consequential loss agak sulit. Dengan bantuan
akuntan, perIu ditetapkan berapa profit yang seyogianya akan
diperoleh seandainya tidak terjadi kebakaran dan
membandingkannya dengan apa yang benan-benar diperoleh
selisihnya menjadi dasar indemnity.

3.3 Salvage

Bila property tidak rusak seluruhnya maka penetapan bahwa total loss atau
tidak berada pada penanggung.

Tertanggung tidak dapat meng-abandon salvage kepada penanggung kecuali


dalam marine insurance.

Contoh :

Sebu,ah toko sepatu terbakar dan sebagian sepatunya terkena asap. Dalam
hal ini penanggung dapat mengambil alih kepemilikan salvage sepatu
tersebut atau loss adjuster yang take over dan menjualnya untuk
me:ngurangi pembayaran klaim.

Abandonment

Hanya berlaku dalam marine insurance dalam haI C.T.L. Tertanggung


berhak mengabandon subject matter kepada penanggung dan menuntut
Claim Total Loss.

Pengertian CTL - Ref. MIA 1906. S.60:

- Unlikely to recover / the ship / goods / or

- The cost of recovery would exceed the value when recovered


3.4 Faktor-faktor yang membatasi pembayaran ganti kerugian :

3.4.1 Harga Pertanggungan / Limit of Indemnity

- Merupakan maximum pembayaran ganti kerugian, kecuali dalam


asuransi gugat di mana costs dan expenses dapat melebihi limit of
liability.

Contoh :

- Harga pertanggungan : Rp. 100 juta

- Terjadi total loss : Rp. 150 juta

- Indemnity : Maks = Harga Pertanggungan


(Rp. 100 juta)

3.4.2 Average

- Berlaku dalam hal under-insurance

- Pada umumnya ganti kerugian yang diberikan lebih kecil


dari jumlah kerugian yang sebenarnya.

Contoh :

- Harga pertanggungan : Rp. 100 juta

- Harga sebenarnya (Value of Risk) : Rp. 150 juta

- Kerugian : Rp. 50 juta

- Ganti rugi : Harga Pertanggungan x Kerugian

Nilai sebenarnya

= 100 x 50 juta

150

TSI x Loss = Indemnity

VAR
3.4.3 Excess :

- Adalah suatu jumlah dalam setiap kerugian yang tidak dijamin


dalam polis.

- Excess lazim terdapat dalaam asuransi kendaraan bermotor,


untuk cargo secara teori dapat dikatakan bahwa Tertanggung
adalah Penangung sendiri untuk sejumlah Excess dimaksud.

- Bila Excess berlaku, Tertanggung menerima kurang dari ganti


kerugian (indemnity).

3.4.4 Franchise

- Penanggung tidak memberikan ganti kerugian sampai dengan


jumlah tertentu, namun apabila jumlah kerugian melebihi dari
franchise yang ditetapkan penanggung akan mengganti penuh
termasuk franchise yang bersangkutan.

- Sering diaplikasikan dalam asuransi marine dan personal


accident & Sickness, serta Engineering interruption policies. --
time franchise.

Contoh :

Franchise 1% dari Harga Pertanggungan 100 juta ..

Kerugian 50.000 Tidak diganti

Kerugian 150.000 Diganti penuh 150.000,-

3.4.5 Limits

Penanggung membatasi ganti kerugian dengan cara mencantumkan


limit tertentu. Misalnya, dalam Household Contents Policy
ditegaskan limit tertentu terhadap benda antik/seni "no one curio
picture work of art is deemed to be of greater value than 5% of the
Sum Insured on Contents."
Harga Pertanggungan untuk Contents Rp 600 juta; kerugian sebuah
lukisan Rp 7,5 juta dibayar Rp 3 juta.

3.4.6 Deductible

- Penanggung tidak memberikan ganti kerugian sampai jumlah


tertentu (seperti excess)

- Diberlakukan untuk penutupan industri besar.

- Untuk memperoleh discount premi

- Lazimnya jumlah tersebut cukup besar

- Tertanggung merasa mempunyai dana yang cukup untuk


mengatasi keruzian sampai denkan jumlah deductible.

3.4.7 Extensions In The Operation Of Indemnity

3.4.7.1 Reinstatement

- Metode yang digunakan untuk menentukan jumlah


yang dibayarkan atas klaim building & machinery.

- Pembayaran kepada tertanggung tanpa


memperhitungkan wear & tear / depresiasi.

- Penanggung setuju untuk membayar biaya


reinstatement Penuh, pada saat reinstatement
dilakukan.

- Ganti rugi yang diterima tertanggung : Indemnity +


wear & tear / depresiasi + inflasi dari ad ----Reinst.

- Tertanggung harus kontrbusi bila ada betterment.

- Sum insured not less than full reinstatement cost at


time of reinstatement.

3.4.7.2 Household contents insurance "New for old".

- Mirip dengan metode Reinstatement dengan berbagai


bentuk
- Pada dasarnya, penanggung setuju untuk memberikan
ganti rugi atas dasar biaya reistatement untuk contents
yang dibeli 3-5 tahun sebelumnya tanpa mengurangi
faktor wear and tear.

- Ada juga yang memberikan tanpa batasan waictu


untuk semua contents kecuali clothing

3.4.7.3 Agreed additional cost

- Lazimnya berlaku pada asuransi property

- Biaya tambahan yang timbul setelah teijadi kerugian.

e.g./. - Remove debris from site

- Public authority requirements

- Archetects and suveyors' fee

- Raw tobacco and cotton

- Ganti rugi melebihi strict indemnity

3.4.7.4 Valued Policies

- Lazimnya berlaku pada asuransi marine dan polis-polis


tertentu yang menutup article tertentu seperti permata,
karya seni.

- Value telah disetujui antara penanggung dan


tertangung sejak awal untuk pembayaran ganti rugi
dalam haI terjadi total loss

- Dapat dibantah bahwa valued paling tidak merupakan


modifikasi indemnity sebab dalam hal partial losses,
prinsip indemnity masih berlaku.
SUBROGASI

1. DEFINISI

- A right one person, having indemnified another under legal obligation to


do so, to stand in the place of the other and avail himself of all rights, and
remedies of that other, whether already enforced or not.

- Terjemahan :

Hak seseorang yang telah membayar ganti rugi kepada orang lain karena
kewajiban hukumnya, untuk menggantikan orang lain itu serta
menggunakan semua hak dan upaya hukum orang itu, apakah sudah
dilaksanakan atau tidak).

2. KONSEP / TUJUAN

Prinsip Indemnity dalam Asuransi ialah agar Tertanggung yang menderita


kerugian ditempatkan pada posisi keuangan yang sarna sesaat sebelum
terjadinya kerugian.

Prinsip Subrogasi mencegah Tertanggung memperoleh indemnitas ganda.


Bila Penanggung telah membayar Tertanggung, jumlah yang diterima dari pihak
ketiga menjadi hak Penanggung.

Bila Penanggung harus membayar ganti rugi kepada Tertanggung yang telah
menerima pambayaran dari pihak ketiga, Penanggung berhak memperhitungkan
pembayaran klaim dengan jumlah uang yang telah diterima Tertanggung dari
pihak ketiga. (Penanggung berhak menyesuaikan pembayaran ganti rugi dengan
pembayaran dari pihak ketiga).

Prinsip Subrogasi dapat juga mencegah pihak ketiga memperkaya diri karena
tidak membayar ganti rugi atas kerugian yang ditimbulkannya.

3. CORROLLARY/KONSEKWENSI LOGIS DARI INDEMNITY (Pendukung


prinsip Indemnity).

Subrogasi hanya berlaku terhadap Asuransi yang


berdasarkan prinsip indemnity (Asuransi kerugian).
Dalam Asuransi Jiwa dan Personal Accident, Subrogasi tidak ada.

Maksud Subrogasi ialah agar dapat dilaksanakannya asas Indemnity. Sehingga


mencegah Tertanggung untuk memperoleh lebih dari ganti rugi penuh.

KASUS : CASTELLAIN V PRESTON 1883

- Preston telah membuat kontrak penjualan rurnahnya kepada Rayner.

- Kontrak mewajibkan Rayner membayar penuh harga rumah £. 3.100 walaupun


rumah telah rusak dan belum diperbaiki.

- Sebelum jual beli tuntas, rumah yang bersangkutan rusak karena terbakar.

- Preston (tertanggung) mendapat ganti nigi dari Asuransi. (Liverpool, London &
Globe).

- Setelah itu, Preston berhasil juga memperoleh pembayaran penuh dari Rayner.
Dengan menerima pembayaran tersebut Preston telah melaksanakan haknya
terhadap Rayner.

- Pihak Asuransi menuntut Preston atas nama chairmannya, Castellain.

- Penanggung berhasil memperoleh kembali pengeluaran £. 330 dari Preston,


yaitu taksiran beaya perbaikan.

Ini adalah sebuah contoh seorang Penanggung menggunakan haknya yang telah
dilaksanakan.

Lazimnya bila Tertanggung telah mendapatkan ganti rugi dari Penanggung,


recobery diterima dari pihak ketiga.

4. LUAS HAK SUBROGASI

Subrogasi terkait dengan Indemnity. Oleh karena itu Penanggung tidak berhak
memperoleh lebih dari jumlah yang dibayarkannya kepada Tertanggung.

Seorang Tertanggung dapat menerima indemnitas penuh dari Penanggung dan


kemudian dapat memperoleh lebih dari jumlah pembayaran klaim dari pihak
ketiga.

KASUS : UORKSHIRE INS. CO. V NISBET SHIPPING. CO. 1961


- SebuAh kapal milik Tertanggung diasuransikan £. 72.000.

- Total loss karena tabrakan, dengan kapaI lain milik Pemerintah Canada
Tahun 1945.

- Penanggung bayar klaim £. 72.000 kepada Tertanggung.

- Recovery berhasil diperoleh dari Pemerintah Canada sebesar £. 127.000


(Diperhitungkan keterlambatan pembayaran dan juga terhadap devaluasi
£)

- Penanggung mempunyai hak Subrogasi £. 72.000.

- Tertanggung-T?erhak menyimpan sisa £. 72.000 (£.127.000 - £. 72.000)

Dalam kasus ini ditegaskan apa yang telah dinyatakan dalam kasus
sebelumnya [(Glen Line V Attorney General (1930) ] bahwa: Subrogasi
memberi hak kepada Penanggung hanya sampai sejumlah klaim yang
dibayarkannya kepada Tertanggung.

EXCESS dan AVERAGE

Bila Tertanggung tidak menerima ganti rugi penuh dari Asuransi karena
berlakunya excess atau average, ia berhak memperoleh kekurangannya
dari recovery.

Contoh 1 :
Kerugian : Rp. 500.000
Excess : Rp. 100.000
Dibayar asuransi : Rp. 400.000

Hasil Subrogasi : Rp. 500.000


Hak Tertanggung : Rp. 100.000
Hak Penanggung : Rp. 400.000
Contoh 2 :

Harga pertanggungan : Rp. 10 juta


Value at risk : Rp. 5 juta
Klaim : Rp. 1 juta

Asuransi bayar : 5 x 1 juta = Rp. 500.000


10
Subrogasi : Rp. 750.000
Hak tertanggung : Rp. 500.000

PEMBAYARAN GRATIA

Bila Penanggung membayar secara ex gratia, ia tidak mempunyai hak


Subrogasi, bila Tertanggung berhasil memperoleh pembayaran dari sumber
lain, karera pembayaran ex gratia bukanlah indemnitas, sedangkan
Subrogasi ada untuk mendukung konsep indemnitas.

Pembayaran ex gratia dalam pembayaran di luar ketentuan kontrak asuransi


Penanggung sebenarnya tidak Liable atas Klaim yang bersangkutan, antara
lain karena :

- Terjadi breach of warranty / condition.

- Polis dapat di-avoid karena pelanggaran prinsip utmost good faith.

- Tidak cukupnya bukti mengenai kerugian.

- Penyebab kerugian di luar lingkup polis.

Namun, atas pertimbangan komersial, klaim dibayar oleh Penanggung,


yang biasanya tidak 100%.
5. CARA TIMBULNYA HAK SUBROGASI

Hak Subrogasi timbul dengan 4 (empat) cara :

a. Hak Subrogasi yang timbul dari Tort (hk. Inggris) perbuatan


melawan hukum (hk. Indonesia - Ref. KUH Per 1365 dst)

Contoh :

- Negligence : Kelalaian

- Nuisance : Menimbulkan gangguan

- Trespass : Masuk wilayah orang lain tanpa ijin

- Defamation : Pencemaran nama baik

b. Hak Subrogasi yang timbul dari Contract / Perjanjian

Di mana seseorang (tertanggung) berhak atas ganti rugi dari pihak lain.

Contoh :

Tenancy / Rental Agreement

Menurut kebiasaan yang berlaku dalam trade tertentu, bailee


bertanggung jawab atas kerugian orang lain (tertanggung).

Misalnya : Hotel Propriety, Common Carrier.

Kasus Castellain V Preston adalah contoh Subrogasi yang timbul dari


perjanjian.

c. Hak yang timbul dari statute (hk. Tertulis di Inggris)

- Berdasarkan Public Order Act. 1986. Penanggung yang membayar


ganti rugi kepada Tertanggung yang disebabkan riot dapat
memperoleh recovery dari pihak kepolisian. dalam hal ini penanggung
mempunyai hak atas nama sendiri.

- The Railway Fires Act l.9tlS) Amendment Act 1923


Perusahaan kereta api bertanggung jawab atas kerugian yang
ditimbulkan percikan api dan sisa bara terhadap tanah pertanian atau
tanaman sampai suatu jumlam tertentu, tanpa defence.

d. Hak yang timbul dari Subject Matter of Insurance

Bila Tertanggung telah diberi ganti rugi karena total loss, ia tidak dapat
juga menuntut salvage, karena hal itu akan memberikan Indemnitas lebih.

DaIam hal ini dapat dikatakan bila Penanggung mengambil salvage, ia


sebenarnya melaksanakan hak Subrogasi untuk mendukung prinsip
Indemnity.

Hal terakhir ini tidak berlaku dalam marine abandonment. Bila suatu
benda, telah di-abandoned (dilepas) kepada marine insurer, ia menjadi
pemilik dari benda itu tanpa memperhatikan nilainya maupun hak
Subrogasi.

7. MODIFIKASI PELAKSANAAN SUBROGASI

7.1 Adanya Knock for Knock Agreement

Dengan nama masing-masing penanggung tidak akan saling melakukan


Subrogasi satu sama lain atas kerugian yang diderita kendaraan
tertanggungnya sendiri.

7.2 Perjanjian antara Motor Insurers dan Property insurers yang menjamin

impact damage by motor vehicle.

Dengan perjanjian ini masing-masing penanggung membayar kerugian menurut


proporsi yang telah ditetapkan sebelumnya.

7.3 Agreement para Employers Liability Insurers.

- Dalam Employers Liability Insurers Subrogation ditiadakan oleh


penanggung bila akan melibatkan tuntutan terhadap karyawan atas
nama majikan.
- Kesepakatan terjadi setelah kasus : Liver V Romford Ice and Cold
Storage Ltd. (1957).

- Dalam kasus ini majikan / tertanggung mendapat ganti rugi dari


Penanggung atas kecelakaan yang menimpa karyawannya akibat
kelalaian karyawan lainnya.

- Penanggung dengan hak Subrogasi berhasil atas nama majikan menuntut


karyawati yang lalai itu.

KASUS : MORRIS V FORD MOTOR (1973)

- Seorang karyawan sebuah perusahaan cleaning bekerja di perusahaan


Ford.

- la cedera akibat kelalaian salah seorang karyawan Ford.

- Perusahaan Cleaning telah setuju menyelesaikan klaim walaupun


ditimbulkan oleh karyawan Ford sendiri.

- Kemudian ia berusaha untuk karyawan Ford yang lalai itu dengan hak
Subrogasi dari Ford.

- Hakim menoIak tuntutan itu atas dasar oahwa hal itu tidak wajar dan ber
bahaya terhadap hubungan perburuhan.

Walaupun bukan pihak Asuransi yang terlibat dalam kasus tersebut, ide menolak
hak Subrogasi karena tidak wajar dan membahayakan, akan bertahan.

8. KEWAJIBAN TERTANGGUNG TERHADAP PENANGGUNG

- Membantu Penanggung dalam melaksanakan hak Subrogasi.

- Tidak melakukan tindakan yang dapat menugikan hak penanggung untuk


memperoleh recovery.

Misalnya: membebaskan pihak ketiga, melakukan kompromi, dengan tidak


sewajarnya dengan pihak ketiga.

Dalam KUHD Ps. 284 di atas, hal ini dengan tegas disebutkan.

Demikian juga PSKI pasal XVI :


"Sesuai dengan pasal 284 KUHD setelah pembayaran ganti rugi atas harta
Benda yang dipertanggungkan dalam polis ini maka Penanggung menggantikan
Tertanggung dalam segala hak yang diperolehnya terhadap pihak ketiga
sehubungan dengan kerugian tersebut

Subrogasi di atas telah berlaku dengan sendirinya tanpa memerlukan suatu surat
kuasa khusus dari Tertanggung.

Tertanggung tetap bertanggung jawab atas setiap perbuatan yang mungkin dapat
merugikan hak penanggung terhadap pihak ketiga".

Dari ketentuan pasal XVI PSKI dapat dicatat juga:

- Subrogasi berlaku dengan sendirinya.

- Tidak memerlukan surat kuasa khusus dari Tertanggung; tapi


dalam praktek hal ini selalu diminta.
CONTRIBUTION

1. DEFINISI

"The right of an insurer to call upon other, similiarly, but not necessarily equally
liable to the same insured to share the cost of an indemnity payment ".

Terjemahan :

"Hak seorang Penangung untuk meminta kepada Penanggung lain, yang sama-sama
bertanggung jawab, tetapi tidak harus seimbang, kepada Tertanggung yang sama,
untuk membayar biaya pembayaran ganti rugi.”

2. TIMBULNYA KONTRIBUSI

Untuk adanya Kontribusi harus dipenuhi syarat-syarat berikut:

1. Adanya dua atau lebih polis Indemnity.

2. Polis-polis tersebut menjamin kepentingan yang sama (Common Interest)

3. Polis-polis tersebut menjamin bahaya yang sama (Common Peril)

4. Polis-polis tersebut menjamin objek yang sama (Common Subject Matter)

5. Masing-masing polis bertanggung jawab terhadap kerugian yang terjadi

Polis-polis tidak perlu menjamin kepentingan, bahaya, obyek yang persis sama,
yang penting ada "OVERLAP" antara satu polis dengan polis yang lain.

Contoh :

- Sebuah polis yang menjamin kepentingan Tn. A akan berkontributsi dengan


polis yang menjamin kepentingan Tn. A dan Ta. B.

- Polis yang menjamin Fire Only akan berkontributsi dengan polis yang
menjamin Fire, Explosion (atas kerugian yang disebabkan Fire).

- Polis yang menjamin stock tertanggung yang berada di Jatinegara akan


berkontributsi dengan polis yang menjamin stock tertanggung yang berada di
seluruh daerah Jakarta termasuk Jatinegara.
- Sebuah polis yang menjamin Stock Only akan berkontributsi dengan polis yang
menjamin all contents including stock

2.1 Common Interest

Kasus : North British & Mercantile V Liverpool & London & Globe
1877. (dikenal sebagai kasus : The King and Queen Granaries).

- Tn. Rodocanachi menyimpan padi di gudang milik Tn. Barnett

- Tn. Barnett sebagai pemilik gudang msngasuransikan padi tersebut, karena


berdasarkan kebiasaan di London, ia bertanggung jawab secara mutlak atas
keselamatan padi tersebut.

- Pemilik padi juga telah mengasuransikan padi tersebut untuk menjamin


kepentingannya sebagai pemilik.

- Terjadi kebakaran yang mengakibatkan kerugian atas padi.

- Kedua polis menjamin risiko kebakaran tersebut.

- Penanggang dari pemilik gudang rnembayar klaim.

- Kemudian ia berusaha untuk memperoleh recovery dari penanggung yang


menjamin kepentingan pemilik padi.

- Pengadilan memutuskan dalam hal di atas tidak berlaku kontribusi


karena kepentingan yang berbeda yakni kepentingan pemilik
(owner) dan kepentingan pemilik gudang (bailee). Pemilik gudang
lebih bertanggung jawab karena berkewajiban mengasuransikannya.

- Keputusan ini diperkuat lagi dengan dua keputusa.n lainnya yaitu :

Scottish Amicable Heritable Securities Association V Northern.


Co.1883

Glasgow Provident Investment Society V Westminsters Fire Office


1887.
2.2 Rateable Proportion

Dengan prinsip Kontribusi dibagikan di antara penanggung menurut rateable


proportionnya.

Ada dua penafsiran mengenai rateable proportionnya yaitu:

2.2.1 Proporsi terhadap harga pertanggungan

Contoh :

Polis I : Rp. 1 milyar

Polis II : Rp. 2 milyar

Polis III : Rp. 3 milyar

Rp. 6 milyar

Polis I bayar : (Rp. 1 milyar : Rp. 6 milyar) x kerugian

Demikian seterusnya untuk polis I dan II

2.2.2 Proporsi terhadap besarnya Liability dalam kerugian

Contoh :

Loss : Rp. 1.5 milyar


Polis I : Liable Rp. 0.5 milyar
Polis II : Liable Rp. 1 milyar Setelah Average
Polis III : Liable Rp. 1 milyar
Polis I dibayar : (500 juta : 2.5 milyar)x Rp. 1.5 milyar : Rp. 300 juta
Polis II dibayar : (1 milyar : 2.5 milyar) x Rp. 1.5 milyar : Rp. 600 juta
Polis III dibayar : (1 milyar : 2.5 milyar) x Rp. 1.5 milyar : Rp. 600 juta
Rp. 1.5 milyar
Metode ini dinamakan INDEPENDENT LIABILITY METHOD

2.3 Property Policy

- Polis tidak tunduk pada ketentuan average (not subject to average)

- Objek pertanggungan sama (identical)

- Loss dibayar proporsi terhadap harga pertanggungan.


(HP Penanggung tertentu : Total HP semua penanggung) x loss Liability
penanggung tertentu.

Contoh 1

polis I atas bangunan di jalan tembok no 43 Jakarta : Rp. 1 milyar polis II atas
bangunan yang sama : Rp. 2 milyar

Loss: Rp. 1,2 milyar


Proporsi Klaim :
polis I bayar :1/3 x Rp. 1,2 milyar = Rp. 400 juta
polis II bayar : 2/3 x Rp. 1,2 milyar = Rp. 800 iuta
Rp. 1,2 milyar
2.4 Property Policy Lainnya

Contoh 2

Value at risk :Rp. 4,5 milyar (Under insured)


Loss : Rp. 450 juta
Polis I : Rp. 1 milyar Subject to pro-rata average karena under
insured
Polis II : Rp. 2 milyar

Langkah I :

Hitung Independent Liability masing-rmiitg polis.


- (HP polis I : VAR) x loss = .
(Rp. 1 milyar : Rp. 4.5 milyar) x Rp. 450 juta = Rp. 100 juta
- (HP polis II: VAR) x loss =
(Rp. 2 milyar : Rp. 4.5 milyar) x Rp. 450 juta = Rp. 200 juta
Polis I dan II dibayar Rp. 300 juta.
Tertanggung memikul sendiri Rp. 150 juta
Langkah II:

Bila jumlah Independent liability dari semua penanggung kurang dari, atau
sama dengan jumlah kerugian (contoh di atas Rp. 300 juta), masing-masing
polis membayar independent liability sendiri.

Langkah III:

Jika independent liability semua penanggung melebihi jumlah kerugian,


maka kerugian itu dibagi secara proporsi dengan independent liability.

Contoh 3

Value At Risk : Rp. 4.5 milyar


Loss : Rp. 450 juta
polis I : Rp. 4,5 milyar
Subject to average
polis II : Rp. 1 milyar

Langkah I

polis I: (4.5 milyar : 4.5 milyar) x 450 juta =Rp. 450 juta

(Average tidak berlaku)

polis II:(1 milyar : 4.5 milyar) x 450 juta =Rp. 100 juta

Rp. 550 juta

- Langkah II atau Langkah III ??

Langkah III, karena jumlah independent liability semua polis (Rp. 55O juta)
melebihi jumlah kerugiaan ( Rp. 450 juta):

polis I : (450 juta : 550juta) x 450 juta = Rp. 368.201.000

polis II: (100 juta : 550 juta) x 450 juta = Rp. 81.800.000

Rp. 450.000.000
Contoh di atas menggambarkan metode dalam hal concurent Policies, tapi
dapat juga dipakai dalarn hal non-concurrent policy.

Contoh 4

Polis I (all contents) : Rp. 20 juta


Subject to average
Polis II (stock only) : Rp. 15 juta

V A R : Stock Rp. 20 juta.


Other contents Rp. 5 juta

Loss : Rp. 10 juta (stock)


Independent Liability Polis I
{20 juta :[20 juta + 5 juta])} x 10 juta = Rp. 8 juta

Independent Liability Polis II


{15 juta : 20 juta} x 10 juta = Rp. 7.5 juta
= Rp. 15.5 juta

Polis I bayar :
(8 : 15,5) x 10 juta = Rp. 5.161.300
polis II bayar :
(7,5 : 15,5) x 10 juta = Rp. 4.838.700
Rp. 10.000.000

Asuransi Tanggung Gugat (liability insurance)

Contoh 5

Polis As Liability I : Limit Rp. 100 juta

Polis As Liability II : Limit Rp. 250 juta

Tertanggung Liable (Klaim) Rp. 125 juta kepada pihak ketiga (klaim).

Independent Liability Polis I : Limit Rp. 100 juta


Independent Liability Polis II : Limit Rp. 250 juta

Polis I bayar :
(100 : 225) x 125 juta = Rp. 55.555.560

Polis II bayar :
(125 : 225) x 125 juta = Rp. 69.444.440
Rp. 125.000.000

Jika kerugian < Rp. 100 juta, yakni dibavvah limit kedua polis, kerugian dibagi
sama rata, karena independent liability semua polis = jumlah kerugian

Loss = Rp. 75.000.000

Independent liability

Polis I : Rp. 75.000

Polis II : Rp. 75.000

Rp. 150.000

Polis I bayar : (75:150) x 75 = 37.500

Polis II bayar : (75:150) x 75 = 37.500

3. MODIFIKASI PRINSIP KONTRIBUSI

3.1 Non-Contribution Clause :

Kadang kala kontributsi dihilangkan dari polis dengan klausula sbb:

"This policy shall not apply in respect of rnry claim where the insured is
entitled to indemnity under any other insurance ".

Berarti bahwa polis tidak akan mengkontributsi bila ada polis lain yang
berlaku.
Sebagai alternatif warding berikut ini dapat ditambahkan pada klausula
diatas :

"Except in respect of any excess beyond the amount which would


have been payable under such other insurance had this insurance
not been effected ".

Dengan klausula tersebut, Tertanggung boleh mengklaim dengan


polis yang berisikan klausula tersebut tetapi hanya bila palis yang
lain tidak membayar indemnity dan hanya untuk balance o loss,
yaitu tidak ada "reteable sharing".

Namun courts tidak setuju dengan klausula dimaksud dan jika


kedua polis berisikan klausuIa dimaksud, kedua Penanggung
akan berkontributsi secara rateble.

3.2 Klausula yang lebih specific

Bila polis yang diterbitkan memberikan jaminan yang luas, kadang kala
klausula seperti tersebut diatas dicantumkan untuk mencegah kontributsi
antara polis yang memberikan jaminan yang luas (wide - range policy)
dengan polis yang lebih specific (more specific) di dalam penutupannya.

Sebagai contoh polis kebakarari atas stock barang dagangan hanya akan
menjamin balance of loss setelah liaility polis yang lebih specific habis
digunakan.

Begitu pula polis kebakaran atas stock tidak akan mengkontributsi dengan
polis marine cargo di dockside warehouse kecuali untuk excess of value
yang tidak dijamin oleh polis marine.

3.3 Market Agreement

Banyak Penanggung yang telah sepakat bahwa kecelakaan


(injury) yang diderita eleh karyawan yang menggunakan
kendaraan majikan ketempat pekerjaannya dapat diklaim dengan
polis employer's liability dan tidak ada kontributsi dengan polis
kendaraan bermotor.
Secara hukum klaim tersebut sebenarnya dapat dilakukan dengan
polis employer's liability. Namun karena market agreement maka
klaim dilaksanakan dengan polis employer's liability.

3.4 Fire Office Committee Rule


DOKUMEN POLIS
PROPOSAL FORM

1. PENGERTIAN

Proposal Form atau Surat Permintaan Asuransi (selanjutnya disebut SPA) adalah
dokumen yang dirancang oleh Penanggung untuk memperoleh jawaban-jawaban
atas aspek material yang utama daripada risiko yang akan diasuransikan. SPA
secara hukum tidak diharuskan tapi diperlukan untuk mempermudah
pengumpulan informasi yang relevan.

2. FUNGSI PROPOSAL FORM

Fungsi utamanya ialah untuk mencatat informasi yang diperlukan oleh


underwriter dalam rangka melakukan assesment risiko yang akan
dipertanggungkan. Penawaran dan Penerimaan dapat saja dilakukan secara lisan
misalnya, per tilpon, namum demikian adalah lazim calon Tertanggung diminta
juga untuk melengkapi SPA sebelum Polis diterbitkan.

3. SPA SEBAGAI DASAR KONTRAK

Bila dalam SPA calon Tertanggung membuat Pernyataan (declaration) bahwa


SPA menjadi dasar kontrak (basis of the contract) dan menjamin (warrants)
kebenaran dari jawaban yang diberikannya, maka setiap misrepresentation
merupakan breach of contract, yang berakibat perjanjian dapat dibatalkan. Bila
pernyataan dimaksud ditambah dengan kata-kata “to the best of my know ledge
and belief”, maka Penanggung dapat avoid Contract bila ia dapat membuktikan
bahwa breach of warranty yang bersangkutan diketahui oleh Tertanggung.

4. KEGUNAAN SPA

Umumnya Penanggung lebih suka bila calon Tertanggung mengisi SPA, tapi
ada kalanya SPA tidak digunakan antara lain pada asuransi :

4.1 Asuransi Marine


Kecuali untuk kapal-kapal pesiar dan risiko-risiko kecil lainnya,
perusahaan-perusahaan asuransi maupun Lloyds tidak menggunakan
SPA melainkan Slip.

4.2 Asuransi Kebakaran

Untuk risiko kebakaran yang besar, SPA tidak digunakan dengan alasan
antara lain, tidak cukup space untuk memuat semua uraian mengenai
benda-benda yang akan diasuransikan. Penanggung melakukan survey,
dan si broker membuat Summary dari informasi yang relevan dalam
menawarkan risiko yang bersangkutan.

4.3 Jenis Asuransi Lainnya.

Umumnya SPA diperIukan, kecuali risiko engginering dan aviation


untuk mana dilakukan survey.

5. STRUKTUR SPA

Terdiri dari 4 bagian utama :

5.1 General Question/Pertanyaan yang bersifat umum.

5.2 Spesitic/Particular Question/Pertanyaan yang bersifat khusus

5.1 PERTANYAAN-PERTANYAAN YANG BERSIFAT UMUM

Pertanyaan-pertanyaan yang biasanya terdapat dalam setiap SPA untuk


semua jenis asuransi :

- Nama calon Tertanggung

- Alamat calon Tertanggung

- Lokasi risiko

- Pekerjaan/Okupasi

- Riwayat asuransi sebelumnya & yang ada sekarang

- Riwayat Klaim/kerugian sebelumnya


5.2 PERTANYAAN-PERTANYAAN YANG BERSIFAT KHUSUS

Sebagai tambahan terdapat pertanyaan-pertanyaan yang bersifat khusus


tergantung pada jenis asuransi yang diminta.

5.2.1 Asuransi Kebakaran

- Konstruksi, Okupasi bangunan dan nilainya.

- Sifat dan nilai isi dari bangunan.

- Sifat dari proses yang dilakukan dalam bangunan

- Perluasan jaminan yang diperlukan

5.2.2 Asuransi Kendaraan Bermotor

- Jenis jaminan yang diperlukan, Komprehensif,


TPL, TLO.

- Penggunaan Kendaraan

- Uraian mengenai kendaraan

- Usia, pengalaman mengemudi, pengalaman dalam


kecelakaan dari pengemudi

5.2.3 Asuransi Jiwa dan Personal Accident

- Usia, Pekerjaan, Riwayat medis dari orang yang jiwanya


dipertanggungkan.

- Tinggi, berat badan.

5.2.4 Public Liability

- Sifat dari pekerjaan yang dilakukan.

- Detail dari peralatan/mesin.

- Detail dari bahan-bahan yang berbahaya yang digunakan dalam


prosesnya.

- Limit of liability yang diminta.


- Jumlah karyawan dan payroll setahun.

5.2.5 DECLARASI

Dalam SPPA biasanya terdapat Deklafasi

- SPPA merupakan basis of contract

- Calon Tertanggung akan menerima syarat-syarat kontrak yang biasa


diberlakukan oleh Penanggung

- Menjamin kebenaran dari keterangan yang diberikannya, "to the best


of my knowledge and belief'.

5.2.6 SIGNATURE (Tanda tangan calon Tertanggung).


POLIS

1. FUNGSI POLIS

Polis bukanlah perjanjian asuransi tetapi sebagai tanda bukti adanya perjanjian
asuransi (evidence of insurance contract).

Pasal 255 KUHD mengatakan :

"Suatu perjanjian pertanggungan harus dibuat secara tertu(is dalam suatu akta
yang disebut dengan polis".

2. POLIS IKHTISAR (Schedule Policy)

Adalah bentuk polis di mana bagian-bagian yang berbeda dari dokumen tersebut
dipisah dari satu dan yang lainnya dan informasi tertentu yang berkaitan dengan
perjanjian itu dirinci dalam halaman khusus yang disebut ikhtisar/schedule.

3. STRUKTUR POLIS IKHTISAR

Terdiri dari :

3.1 Heading :

Di mana tercantum nama dan alamat penanggung.

3.2 PreambleRecital/Clause :

Merupakan pembukaan Polis di mana disebutkan bahwa premi telah atau


akan dibayar, pihak-pihak dalam perjanjian (tanpa menyebut nama) dan
menunjuk pada ikhtisar, SPA merupakan basis dan menjadi bagian dari
Polis.

3.3 Operative/Insuring Clause

Menguraikan secara garis besar risiko yang dijamin.

3.4 Exceptions/Exclusions

Menguraikan risiko yang tidak dijamin.

3.5 Conditions
Ketentuan yang berhubungan dengan pelaksanaan dan penafsiran
perjanjian secara keseluruhan, terdiri dari :

3.5.1 General Conditions (persyaratan umum)

Yaitu persyaratan yang tercetak dalam polis dan berlaku pada


semua polis dari jenisnya.

Contoh :

Pemberitahuan tentang perubahan risiko, Pemberitahuan dan


Prosedure K1aim, Kontribusi, Subrogasi, Arbitrase, Pembatalan,
etc.

3.5.2 Special Conditions:

Yaitu persyaratan yang dibuat secara khusus untuk polis tertentu.


Contoh :

Perluasan jaminan, Warranty tertentu.

3.6 Ikhtisar/Schedule

Lembaran khusus dari polis yang memuat :

- Nama tertanggung

- Alamat Tertanggung

- Pekerjaan/Usaha Tertanggung

- Jangka Waktu pertanggungan.

- Premi

- Jumlah Pertanggungan/limit of liability

- Uraian mengenai objek pertanggungan

- Warranty khusus yang berlaku untuk polis yang


bersangkutan.

- Nomor Polis
3.7 Tanda tangun Penanggung/Attestation Clause

3.8 Specification :

Untuk risiko-risiko industri besar, di sarnping Schedule terdapat


Specification, di mana tercantum jumlah pertangungan untuk tiap-tiap
item, dan klausula-klausula tambahan, bila ada.

4. CONDITIONS

Condition dapat dibedakan antara lain :

4.1 Implied Conditions

Condition yang tidak tertera dalam polis tetapi harus dipatuhi, yaitu:

- Adanya insurable interest dari Tertanggung.

- Dipenuhinya azas utmost good faith uleh kedua belah pihak.

- Obyek pertanggungan benar-benar ada dar, dapat diidentifikasi.

4.2 Express Conditions

Conditions yang tertera dalam polis, baik general condition maupun


particular conditions seperti tersebut di atas.

4.3 Lebih lanjut Conditions masih dapat dibedakan antara lain :

4.3.1 Conditions Precedent to Contract

Condition yang berlaku sebelum contract berlaku

- Implied conditions tersebut diatas.

4.3.2 Conditions Subsequent to Contract

Adalah Conditions, baik general rnaupun particular conditions,


yang harus dipenuhi selama berlakunya perjanjian.

4.3.3 Conditions Precedent to Liability

Conditions yang harus dipenuhi sebelum adanya liability


Penanggung atas klaim.
5. AKIBAT BREACH OF CONDITIONS

5.1 Breach of Conditions untuk Conditions Precedent to Contract adalah Void


ab initio / voidable.

5.2 Breach of Conditions untuk Conditions Subsequent to Contract adalah


Voidable, as from breach.

5.3 Breach of Conditions untuk Conditions Precedent to Liability adalah


Claim dapat di tolak.

6. CONDITIONS DALAM ASURANSI JIWA

Dapat digolongkan :

6.1 Restrictive : Tempat tinggal, Pekerjaan.

6.2 Privilage : Day of grace, Surrender, Loans, Paid-up.

6.3 Special : Pembayaran premi secara cicilan.

7. POLIS KOLEKTIF

- Suatu objek pertanggungan ditutup bersama oleh beberapa Penanggung.


Leading Insurer (biasanya yang memikul risiko terbesar) melakukan survey
dan mempersiapkn polis dan spesifikasi.

- Rincian saham dan bagian premi dari masing-masing Penanggung serta


spesifikasi dikirimkan kepada masing-masing.

- Bila Member/Coinsurer seruju dengan terms, menandatangani signing slip


dan mengirimkannya kepada Leading Insurer.

- Berdasarkan Signing Slip yang ditanda tangani Coinsurers, Leading Insurer


menanda tangani Polis.

Beda antara Polis Kolektif dari Polis biasa

- Polis Kolektif tanpa Heading.

- Kota Company diganti dengan Insurer.


- Terdapat satu halaman yang memuat daftar para Penanggung, dengan
nomor referansi Polis serta saham masing-masing.

8. ENDORSEMENT

Dokumen yang dipakai untuk melakukan perobahan-perobahan atas polis yang


bersangkutan. Misalnya : Perubahan nilai pertanggungan, cover, premi, objek
pertanggungan etc.

9, COVER NOTE

- Nota Penutupan sementara.

- Diperlukan menunggu polis diterbitkan atau menunggu informasi yang


diperlukan agar penanggungan dapat menutup pertanggungan.

- Biasanya berlaku untuk 15-30 hari.

- Mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan Polis.

- Bila terjadi klaim sebelum Polis diterbitkan, Penanggung Liable


berdasarkan Polis standar, kecuali Cover Note mencantumkan Special
Condition.

- Dapat dibatalkan (Penanggung tidak menerima).

10. CERTIFICATE OF INSURANCE

Untuk jenis asuransi yang bersifat compulsory, diperlukan Certificate of


Insurance (Sertifikat Asuransi), sebagai bukti adanya pertanggungan wajib.
Misalnya : Third Party motor Insurance Certificate yang isinya :

- Uraian mengenai kendaraan

- Nama pemegang Polis

- Tanggal mulai dan berakhirnya pertanggungan

- Orang/kelompok orang yang boleh mengemudikan

- Pembatasan penggunaan kendaraan


11. GREEN CARD

Di Inggris, apabila seseorang ingin mengendarai di Iuar United Kingdom,


memerlukan sertifikat khusus yaitu Green Card, sebagai bukti telah memperoleh
jaminan asuransi yang minimal dipersyaratkan oleh negara-negara yang
disebutkan didalam. Green Card.

12. RULES OF INTERPRETATION/ CONSTRUCTION (Ketentuan Umum


Penafsiran Perjanjian/Polis)

- Apa yang tertulis dalam Polis dianggap sebagai kehendak para pihak. Setiap
kata harus diartikan menurut pengertian umum (ordinary meaing), kecuali
diartikan lain oleh undang-undang (legal meaning) atau mempunyai arti
tertentu dalam bidang tertentu (technical meaning). Kata-kata yang dicetak
dikalahkan oleh kata-kata yang diketik atau ditulis. Implied terms
dikalahkan oleh Expressed terms.

- Ejusdem Generis Rule

- Apabila kelompok benda/ha1 tertentu yang lebih khusus, diikuti oleh hal
yang umum, yang terakhir harus diartikan sebagai kelompok yang sama
dengan yang disebutkan secara khusus.

- Contra Pro_ferentum Rules (apabila ada kata-kata yang tidak jelas harus
ditafsirkan untuk kerugian pembuat perjanjian).

Pedoman Penafsiran Menurut Hukum Perjanjian Indonesia Pasal 1342 KUHPer


dst.

- Kata-kata yang sudah jeias tidak boleh ditafsirkan lain.

- Maksud / kehendak para pihak.

- Pragmatisme dalam perjanjian

- Sifat perjanjian.

- Kebiasaan setempat.

- Untuk kerugian yang memperjanjikan.


Rectification

Apabila terdapat kesalahan dalam polis, dapat diminta agar polis diperbaiki
(rectification). Rectification dapat dilakukan dengan menerbitkan polis baru
atau dengan endorsement.

Marine cargo

Jika risiko marine cargo diasuransikan dengan floating policy diterbitkan


certificate untuk setiap pengiriman barang setiap pengiriman mengurangi
harga pertanggungan sampai habis. Certificate ini diperlukan oleh tertanggung
sebagai bukti bahwa setiap pengiriman barang telah diasuransikan.

Anda mungkin juga menyukai