Sifat Tercela
Sifat Tercela
OLEH :
Sifat Bergantung
Salah satu bukti tingginya TAUHID seseorang adalah bergantung pada Allah dan
tidak bergantung pada mahluk.
Maksudnya bagaimana ya?
Jadi begini, kita berusaha semaksimal mungkin mengurangi ketergantungan dan butuh
kepada mahluk/manusia, berusaha melakukannya dengan usaha sendiri.
Kemudian hati sangat bergantung kepada Allah, selalu berdoa di manapun dan
kapanpun, ketika ia berusaha dengan tanganya sendiri.
Karena Allah Maha Kaya dan kita sangat butuh Allah.
Allah Ta’ala berfirman, “ Hai manusia, kamulah yang sangat butuh kepada Allah;
dan Allah Dialah yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji .” (QS.
Fathir: 15)
Jadi sebisa mungkin kita berusaha dengan tangan sendiri, bekerja dan berupaya dan
mengurangi ketergantungan kepada mahluk. Misalnya:
Berusaha mencari nafkah sendiri
Berusaha memenuhi kebutuhan sendiri yang ia mampu
Berusaha agar mandiri
Sifat Serakah
Serakah ialah suatu keadaan jiwa yang membuat manusia tidak puas dengan apa
yang dimilikinya dan berusaha ingin memiliki yang lebih banyak lagi. Keserakahan ini tidak
hanya pada pemilikan harta, tetapi juga terhadap makanan, minuman, kegiatan seksual, dan
sebagainya.
Ini termasuk penyakit hati yang tercela dan tidak sehat, karena hati orang serakah
tidak pernah tenang, puas, dan selalu merasa kekurangan. Karena itu, bisa terdorong berbuat
buruk, misalnya menipu, mencuri, manipulasi, korupsi, dan sebagainya, untuk memenuhi
nafsu serakahnya terhadap harta dan kedudukan. Itulah sebabnya Rasulullah Shalallaahu
‘Alaihi Wasallam mengingatkan bahaya sifat serakah: “Barangsiapa menjadikan akhirat
sebagai tujuannya, maka Allah akan memberikan kecukupan dalam hatinya. Segala
keperluannya akan Allah kumpulkan dan keperluan dunia akan datang. Barangsiapa
menjadikan (motivasi) dunia sebagai cita-citanya Allah akan menjadikan kefakiran di
hadapan matanya dan akan menjadikan kacau segala urusannya. Sedangkan dunia (yang
dicarinya sungguh-sungguh) tak ada yang datang menghampirinya melainkan sesuai dengan
apa yang ditakdirkan oleh Allah atas dirinya, pada sore dan pagi harinya dia selalu dalam
kefakiran.” (H.R. Tirmizi).
Rasulullah juga mengingatkan:
1. “Setiap anak Adam akan mengalami masa tua, kecuali dua hal, yaitu kerakusan terhadap
harta benda dan panjangnya umur.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
2. “Seandainya seorang anak Adam telah memiliki dua lembah, maka dia akan mencari
lembah yang ketiga, dan perutnya tidak akan merasa puas sampai dimasukkan ke dalam
tanah.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Sabda Rasulullah itu menjelaskan bahwa nafsu untuk menumpuk harta dan mencapai
kedudukan yang setinggi-tingginya dalam kehidupan dunia itu sebenarnya manusiawi dan
dapat menjadi motivasi untuk meraih kemajuan dalam kehidupan dunia, seperti kekayaan,
kedudukan, dan ilmu pengetahuan, tetapi nafsu itu harus dikontrol agar tidak menimbulkan
ekses negatif, yaitu mencari kekayaan dan kedudukan dengan cara yang tidak benar, seperti
sogok-menyogok dan sebagainya. Tetapi, kalau mencari harta dan kedudukan yang setinggi-
tingginya sekalipun dengan cara yang benar, tentu saja boleh.
Lawan dari serakah ialah merasa cukup (kanaah). Hal ini dapat membuat orang
mengendalikan keinginan-keinginan yang tidak baik dan merasa cukup dengan mempunyai
harta yang dimiliki. Orang yang berbuat kebajikan itu selalu hidup terhormat, terpandang,
dan merdeka; ia kebal terhadap penyakit yang ditimbulkan kelimpahan harta di dunia serta
hukuman di akhirat.
Penyakit serakah itu dapat disembuhkan dengan merenungkan keburukan dan akibat-
akibatnya yang merugikan, dan menyadari bahwa serakah merupakan perangai hewan yang
tidak mengenal batas dan kepuasan, serta menggunakan segala cara, termasuk yang haram
sekalipun, dalam memenuhi tuntutan nafsu serakahnya.