Anda di halaman 1dari 14

JOURNAL READING

Risk Factors for Meconium Stained Amniotic Fluid and Its Implications

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik

Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi

Pembimbing:

dr. Ratna Widyastuti, Sp.OG

Disusun oleh:

Miftahul Arif Himawan, S.Ked J510215017

Angesti Atiqah Ranasatri, S.Ked J510215102

Aprilia Fani Pratiwi, S.Ked J510215116

Woro Puspita Gati, S.Ked J510215120

Melliyana Wahyu Sukamta, S.Ked J510215122

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DR. HARJONO S. PONOROGO
FK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021
HALAMAN PENGESAHAN

JOURNAL READING

Risk Factors for Meconium Stained Amniotic Fluid and Its Implications

Disusun Oleh:

Miftahul Arif Himawan, S.Ked J510215017

Angesti Atiqah Ranasatri, S.Ked J510215102

Aprilia Fani Pratiwi, S.Ked J510215116

Woro Puspita Gati, S.Ked J510215120

Melliyana Wahyu Sukamta, S.Ked J510215122

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Pembimbing Ilmu Obstetri dan Ginekologi
Program Pendidikan Profesi FK Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pembimbing

dr. Ratna Widyastuti, Sp.OG (……………………………..)

Dipresentasikan di hadapan

dr. Ratna Widyastuti, Sp.OG (……………………………..)

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

RUMAH SAKIT UMUM DR. HARJONO S. PONOROGO

FK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2021
TELAAH KRITIS JURNAL

1. Judul Jurnal
Risk Factors for Meconium Stained Amniotic Fluid and Its Implications

2. Pendahuluan
Pewarnaan mekonium pada ketuban telah lama dianggap sebagai penanda
dari prognosis yag buruk terhadap janin, Sindroma Aspirasi Mekonium
(SAM), merupakan penyebab terbanyak dari morbiditas dan mortilitas
perinatal. Hal ini dikaitkan dengan rendahnya skor apgar, meningkatnya
insiden korioamnionitis, meningkatnya insiden perawatan neonatus diruang
intensif dan tingginya angka kematian perinatal.1 Secara global, hampir 7-22%
dari seluruh kelahiran hidup memiliki komplikasi berupa pewarnaan mekonium
pada ketuban. Sindroma Aspirasi Mekonium muncul pada 1-3% dari semua
kasus pewarnaan mekonium pada ketuban dan 10-30% pada neonatus,
mekonium ditemukan di bawah pita suara.2
Sejak dulu, mekonium juga dinilai sebagai soft marker atau penanda
adanya fetal distress, sebelum adanya manajemen perinatal yang lebih modern.
Soft marker seperti pewarnaan mekonium pada ketuban ini berperan penting
dalam membantu dokter spesialis obstetrik dan ginekologi dalam menentukan
pilihan tindakan yang tepat.
Adanya pewarnaan mekonium pada ketuban memungkinkan dapat
diidentifikasi suatu kasus dengan risiko tinggi lebih awal dan dapat mengurangi
kejadian morbiditas dan mortalitas. Hal tersebut juga dapat membantu dalam
menentukan penanganan awal dan tepat sehingga dapat ditentukan rencana
tindakan selanjutnya dengan tepat.
Penelitian ini bertujuan untuk menyediakan penaksiran terkini dari makna
sebenarnya pewarnaan mekonium pada ketuban dan peranannya bagi dokter
spesialis obstetrik dan ginekologi, kondisi kesehatan bayi paska persalinan dan
identifikasi dari faktor risiko yang menyebabkan terjadinya pewarnaan
mekonium pada ketuban.

3
3. Metode Penelitian
Studi yang digunakan berupa studi prospektif case control dari 100 pasien
di rumah sakit tingkat tersier dalam periode waktu enam bulan. Lima puluh
pasien dengan pewarnaan mekonium pada ketuban yang terdeteksi selama
persalinan ataupun sebelumnya dikelompokkan dalam kelompok studi setelah
dilakukan informed consent tertulis sebelumnya dan bahasa yang dimengerti
pasien. Kriteria inklusi antara lain: kehamilan tunggal; presentasi kepala;
aterm; dan tidak memiliki kelainan kongenital. Untuk kelompok kontrol,
dipilih pasien yang memenuhi kriteria inklusi dengan ketuban yang jernih.
Data yang dikumpulkan antara lain usia ibu, paritas, usia gestasi, antenatal
care, komplikasi selama kehamilan seperti hipertensi dalam kehamilan;
anemia; pertumbuhan janin terhambat; oligohidramnion; induksi persalinan
dengan oksitosin, prostaglandin E1, prostaglandin E2; ketuban pecah sebelum
waktunya; distosia; korioamnionitis; fetal distress; masalah tali pusat; tipe-tipe
mekonium; cara persalinan; berat bayi lahir; skor apgar di menit ke-1 dan ke-5;
sindroma aspirasi mekonium dan kematian neonatus.
Data dianalisis dengan meggunakan Microsoft Excel 2010 (Microsoft,
Seattle WA) dalam komputer personal peneliti. SAS sotware ver. 23 digunakan
untuk menganalisis data. Comparison of proportion dilakukan dengan
menggunakan tes chi-square. Rerata dan Standar Deviasi dihitung
menggunakan metodologi standar. Regresi logistik menggunakan analisis
univariat dan multivariat untuk menentukan kekuatan asosiasi relatif.

4. Hasil Penelitian
Usia pasien dalam kelompok studi berada pada rentang 19-35 tahun. Usia
gestasi dan paritas tidak menunjukan hasil yang signifikan atara kelompok
studi dan kelompok kontrol (tabel 1).

4
Tabel 1. Karakteristik Demografik

Kejadian preeklampsia pada total populasi dari 100 pasien adalah 17.
Empat belas (32%) dari pasien dengan pewarnaan mekonium pada ketuban
telah didiagnosa dengan preeklampsia. Hanya 3 (6%) pasien yang termasuk
dalam kelompok kontrol didiagnosa preekl ampsia. Perbedaan statistik yang
signifikan ditemukan dari faktor risiko preeklampsia (p=0.0034) (Tabel 2).
Tidak ditemukan perbedaan statistik yang signifikan dari anemia,
oligohidramnion, dan insiden dari korioamnionitis. Pada kelompok studi, 6
(12%) pasien ditemukan memiliki pertumbuhan janin terhambat, sedangkan 1
(2%) pasien pada kelompok kontrol. Ditemukan perbedaan statistik yang
signifikan (p=0.05).
Induksi persalinan dengan prostaglandin E1 dan prostaglandin E2 serta
penggunaan oksitosin tidak memiliki perbedaan statistik yang signifikan.
Sepuluh (20%) pasien dalam kelompok studi dengan distosia sedangkan tidak
ditemukan kasus distosia pada kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan terdapat
perbedaan yang signifikan dengan p=0.0009 (Tabel 2).
Delapan belas (36%) pasien dengan pewarnaan mekonium pada ketuban
pada kelompok studi mengalami fetal distress. Hanya 3 (6%) pasien dengan
ketuban yang jernih mengalami fetal distress. Terdapat perbedaan statistik yang
signifikan dengan p=0.0002, hal tersebut menunjukkan asosiasi kuat antara
kejadian fetal distress dan pewarnaan mekonium pada ketuban (Tabel 2).

5
Tabel 2. Faktor Risiko Antepartum dan Intrapartum

Angka kejadian sectio caesarean meningkat pada pasien dengan


pewarnaan mekonium pada ketuban (66%). Terdapat perbedaan statistik yang
signifikan (p=0.0004). Hal tersebut menunjukkan bahwa kejadian pewarnaan
mekonium pada ketuban meningkatkan angka morbiditas maternal. 33 (66%)
pasien memiliki mekonium yang tipis, sedangkan 17 pasien (34%) memiliki
mekoium yang tebal pada ketubannya (Tabel 3).
Tabel 3. Cara Persalinan

9 (18%) bayi yang termasuk dalam kelompok studi pewarnaan mekonium


pada ketuban mengalami depresi jalan nafas. Tiga belas (26%) bayi dengan
pewarnaan mekonium pada ketuban mengalami Sindroma Aspirasi Mekonium.
Satu pasien yang mengalama Sindroma Aspirasi Mekonium, sementara 12 bayi
dengan pewarnaan meonium pada cairan ketuban didapatkan mengalami SAM.
Hal tersebut menunjukkan terdapat perbedaan statistik yang signifikan
(p=0.0199) (Tabel 4).

6
Tabel 4. Skor Apgar

5. Diskusi
Insiden dari pewarnaan mekonium pada ketuban selama periodi studi adalah
9.45%. Sebanyak 84% pasien termasuk dalam rentang usia 18-30 tahun. Pada
penelitian yang dilakukan oleh Naveen et al, usia ibu >30 tahun ditemukan
sebagai penanda yang signifikan terhadap pewarnaan mekonium pada ketuban,
tapi pada penelitian ini usia ibu tidak memiliki asosiasi terhadap kejadian
pewarnaan mekonium pada ketuban.3 Menurut Greenwood et al, mekonium lebih
sering ditemukan seiring dengan bertambahnya usia gestasi. 4 Becker et al, Mundra
et al, Naveen et al dan Desai et al, menemukan bahwa usia gestasi merupakan
faktor yang signifikan terhadap adanya pewarnaan mekonium pada ketuban. 3,5-7
Sementara pada penelitian ini, didapatkan 28% pasien dengan pewarnaan
mekonium pada ketuban memiliki usia gestasi >40 tahun, sedangkan pada
kelompok kontrol sebanyak 16%. Dapat disimpulkan usia gestasi yang tua tidak
memiliki perbedaan yang sigifikan.
Tingginya angka kejadian hipertensi dalam kehamilan pada pasien dengan
pewarnaan mekonium pada ketuban ditemukan pada penelitian yang dilakukan
oleh Khan et al dan Mundra et al.6,8 Pada penelitian ini, preeklampsia ditemukan
sebanyak 32% pada pasien dengan pewarnaan mekonium pada ketuban. Hal
tersebut merupakan faktor risiko yang signifikan (p=0.0034) terhadak adanya
pewarnaan mekonium pada ketuban pada penelitian ini.
Naveen et al mengidentifikasikan pertumbuhan janin terhambat (PJT)
sebagai faktor risiko munculnya pewarnaan mekonium pada ketuban (p=0.01). 3
PJT ditemukan sebanyak 12% pada penelitian ini, dan merupakan faktor risiko
yang signifikan terhadap pewarnaan mekonium pada ketuban (p=0.05) pada
penelitian ini.
Jazayeri et al dalam penelitian nya menemukan bahwa dengan adanya
mekonium pada ketuban meningkatkan terjadinya endometritis paska persalinan,

7
tapi tidak ada asosiasi dengan kejadian korioamnionitis. 9 Sebaliknya, Tran et al,
menemukan mekonium yang tebal memiliki asosiasi yang signifikan dengan
korioamnionitis dibandingkan dengan pasien dengan ketuban yang jernih.10
Sementara pada penelitian ini, korioamnionitis tidak memiliki asosiasi yang
signifikan terhadap kejadian meknium pada ketuban.
Pada penelitian ini tidak terdapat perbedaan antara persalinan spontan
dengan persalinan yang diinduksi obat-obatan dengan kejadian mekonium pada
ketuban. Hal serupa juga dilaporkan Greenwood et al pada penelitiannya.4
Naveen et al menemukan persalinan yang lama sebagai faktor risiko
pewarnaan mekonium pada ketuban (p=0.002).3 Pada penelitian ini sebanyak 20%
pasien dengan pewarnaan mekonium pada ketuban mengalami persalinan dengan
distosia, hal tersebut menjadikan distosia sebagai faktor yang signifikan terhadap
kejadian pewarnaan mekonium pada ketuban (p=0.0009).
Gupta et al melaporkan pewarnaan mekonium pada ketuban secara
signifikan sering terjadi pada kehamilan dengan fetal distress (p<0.001).11 Pada
penelitian ini juga meunjukkan asosiasi yang kuat antara kejadian fetal distress
dengan pewarnaan mekonium pada ketuban (p=0.0002).
Becker et al melaporkan insiden persalinan operatif pervaginam dan sectio
caesarean ditemukan lebih tinggi pada kelompok dengan mekonium pada ketuban
(p<0.01).5 Hal serupa juga ditemukan pada penelitian ini (p=0.0004). Sectio
caesarean secara signifikan lebih sering dilakukan pada pasien dengan pewarnaan
mekonium pada ketuban (p<0.0001).
Sebanyak 20% bayi dengan mekonium pada ketuban dilaporkan memiliki
skor Apgar yang rendah pada penelitian oleh Mundra et al. 6 Pada penelitian saat
ini ditemukan 18% (p=0.0002) bayi memiliki skor Apgar <7 pada menit ke5.
Sindroma Aspirasi Mekonium (SAM) ditemukan sebanyak 28.4% dari kasus
pewarnaan mekonium pada ketuban dan memiliki asosiasi dengan mekonium
yang tebal pada 87.32% kasus yg diteliti oleh Bhatia P et al. 2 SAM lebih sering
terjadi pada bayi yang lahir dari ibu dengan mekonium yang tebal pada
ketubannya.

8
Didapatkan 3 kasus kematian neonatus pada penelitian ini dan semuanya
termasuk dalam kelompok studi, terutama ketuban dengan pewarnaan mekonium
yang tebal. Angka mortilitas pada penelitian ini akibat SAM yaitu 7.6%, hal ini
serupa dengan persentase kematian perinatal akibat SAM yang diteliti oleh Usta et
al.12Sementara penelitian oleh Bathia et al, menunjukkan angka kematian perinatal
sebanyak 9.2%.2

6. Kelebihan dan kekurangan penelitian


Kelebihan dari penelitian case control atara lain tidak mengahadapi kendala
etik seperti pada penelitian eksperimental, dapat membandingkan dua
kelompok yaitu kelompok studi dan kelompok kontrol pada waktu yang
bersamaan, yang dapat dinilai sejak awal dan pola perbandingannya dapat terus
diikuti. Topik yang diangkat merupakan hipotesis yang kemungkinan benar
dan butuh bukti penelitian untuk meyakinkannya dengan data-data yang
diambil pada penelitian ini lebih rinci dan detail.
Sementara itu, kekurangan dari penelitian ini adalah hanya berkaitan
terhadap satu penyakit, shingga tidak dapat dipakai untuk menentukan lebih
dari 1 variabel dependen, data yang didapatkan merupakan catatan medik
sehingga dapat menyebabkan bias.

7. Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa preeklampsia, pertumbuhan janin
terhambat dan fetal distress memiliki asosiasi dalam meningkatkan risiko
terjadinya pewarnaan mekonium pada ketuban. Diidentifikasinya faktor risiko ini
lebih awal, dokter spesialis obstetrik dan ginekologi dapat mengantisipasi
terjadinya pewarnaan mekonium pada ketuban. Dan juga dapat membantu dalam
memberikan penjelasan mengenai kemungkinan dilakukannya tindakan persalinan
secara operatif, kemungkinan terjadinya SAM dan risiko kematian bayi, untuk
lebih lanjut merujuk pasien ke tingkat rumah sakit yang lebih tinggi.

9
Telaah Kritis

Jurnal yang diakses dari International Journal of Reproduction,


Contraception, Obstetrics and Gynecology ini merupakan bagian dari kedokteran
berbasis bukti (evidence-based medicine) diartikan sebagai suatu proses evaluasi
secara cermat dan sistematis suatu artikel penelitian untuk menentukan reabilitas,
validitas, dan kegunaannya dalam praktik klinis. Komponen utama yang dinilai
dalam critical appraisal adalah validity, importancy, applicability. Tingkat
kepercayaan hasil suatu penelitian sangat bergantung dari desain penelitian
dimana uji klinis menempati urutan tertinggi. Telaah kritis meliputi semua
komponen dari suatu penelitian dimulai dari komponen pendahuluan, metodologi,
hasil, dan diskusi. Masing-masing komponen memiliki kepentingan yang sama
besarnya dalam menentukan apakah hasil penelitian tersebut layak atau tidak
digunakan sebagai referensi.

Evaluasi Jurnal
Telaah kritis meliputi semua komponen dari suatu penelitian dimulai dari
komponen pendahuluan, metodologi, hasil dan diskusi. Masing-masing komponen
memiliki kepentingan yang sama besarnya dalam menentukan apakah hasil
penelitian tersebut layak atau tidak digunakan sebagai referensi.
a. Latar Belakang
Secara garis besar, latar belakang jurnal ini cukup memenuhi komponen-
komponen yang harusnya terpapar dalam latar belakang. Dalam latar
belakang dipaparkan prevalensi dari pewarnaan mekonium pada ketuban.
Latar belakang cukup menjabarkan data hasil penelitian yang telah ada
sebelumnya mengenai pewarnaan mekonium pada ketuban dan
komplikasinya. Tujuan penelitian juga sudah dituliskan dalam latar belakang.
b. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitan ini sudah cukup baik karena peneliti telah
memaparkannya secara jelas, yaitu untuk menyediakan penaksiran terkini
dari makna sebenarnya pewarnaan mekonium pada ketuban dan perananbya

10
bagi dokter spesialis obstetrik dan ginekologi, kondisi kesehatan bayi paska
persalinan dan identifikasi dari faktor risiko yang menyebabkan terjadinya
pewarnaan mekonium pada ketuban.
c. Metode Penelitian
Metode penelitian dalam jurnal terdiri dari kelompok studi dan
kelompok kontrol, desain penelitian, dan rencana analisis. Jurnal ini
memaparkan seluruh komponen-komponen tersebut secara lengkap, dimana
populasi penelitian ini adalah sebanyak 100 pasien dari rumah sakit tingkat
tersier dalam periode waktu 6 bulan yang memenuhi kriteria inklusi, terbagi
menjadi 50 pasien dalam kelompok studi dengan pewarnaan mekonium pada
ketuban dan 50 pasien dalam kelompok kontrol dengan ketuban yang jernih.
Desain studi yang digunakan yaitu studi prospektif case control. Data
dianalisis dengan meggunakan Microsoft Excel 2010 (Microsoft, Seattle
WA) dalam komputer personal peneliti. SAS sotware ver. 23 digunakan
untuk menganalisis data. Comparison of proportion dilakukan dengan
menggunakan tes chi-square. Rerata dan Standar Deviasi dihitung
menggunakan metodologi standar. Regresi logistik menggunakan analisis
univariat dan multivariat untuk menentukan kekuatan asosiasi relatif.
d. Hasil Penelitian
Hasil penelitian dalam jurnal ini telah memenuhi komponen-komponen
yang harus ada dalan hasil penelitian jurnal. Dalam hasil penelitian, dalam
bentuk tabel telah dipaparkan perbandingan antara kelompok studi dan
kelompok kontrol yang menentukan faktor risiko yang memiliki perbedaan
statistik yang signifikan, cara persalinan, serta kondisi keadaan bayi paska
persalinan dengan skor Apgar. Data juga dibandingkan dengan data dari hasil
penelitian-penelitian sebelumnya.
e. Diskusi
Pada jurnal ini dalam diskusi dijabarkan hasil penelitian dan
perbandingannya dengan hasil penelitian-penelitian sebelumnya. Hasil
penelitian dibahas sesuai dengan tujuan penelitian.

11
I. Study Validity
Research questions
Is the research question well-defined that can be answered using this study
design?

Ya. Penelitian dengan menggunakan desain penelitian pada jurnal ini dapat
menjawab tujuan dari dilakukannya penelitian.

Does the author use appropriate methods to answer their question?


Ya. Metode penelitian yang digunakan adalah studi prospektif case control.
Metode ini dapat menjawab tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui faktor
risiko terjadinya pewarnaan mekonium pada ketuban dan maknanya terhadap
pilihan tindakan oleh dokter spesialis obstetrik dan ginekologi, kondisi bayi paska
persalinan, serta kejadian Sindroma Aspirasi Mekonium.

Is the data collected in accordance with the purpose of the research?


Ya. Data yang diambil sesuai dengan tujuan penelitian. Sampel penelitian
adalah 100 pasien yang dirawat dirumah sakit tingkat tersier dalam periode waktu
selama 6 bulan.

Randomization

Was the randomization list concealed from patients, clinicians, and


researchers?
Pada penelitian ini sampel diambil sesuai dengan kriteria inklusi yang telah
ditetapkan dan dibagi menjadi kelompok studi dan kelompok kontrol.

Interventions and co-interventions


Were the performed interventions described in sufficient detail to be
followed by others? Other than intervention, were the two groups cared for in
similar way of treatment?

12
Penelitian ini tidak melakukan intervensi terhadap sampel penelitian karena
peneliti menggunakan data dari database.

II. Importance
Is this study important?
Ya, penelitian ini penting karena hasil penelitian ini dapat membantu
petugas medis untuk mengantisipasi kejadian pewarnaan mekonium pada ketuban
sehingga dapat memberikan prognosis yang lebih baik untuk ibu dan bayi.

III. Applicability
Are your patient so different from these studied that the results may not
apply to them?
Tidak, karena permasalahan yang muncul juga sering ditemukan di
Indonesia, sehingga hasil dari penelitian ini dapat diterapkan sebagai acuan dalam
permasalahan serupa di Indonesia.

Is your environment so different from the one in the study that the methods
could not be use there?
Tidak, penelitian ini dapat diterapkan di Indonesia.

Kesimpulan: Jurnal ini valid, penting, dan dapat diterapkan sehingga jurnal ini
dapat digunakan sebagai referensi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Sundaram R, Anuradha Murugesan, 2016. Risk factors for meconium stained


amniotic fluid and its implications. International Journal of Reproduction,
Contraception, Obstetrics and Gynecology. 2016 Aug;5(8):2503-2506

14

Anda mungkin juga menyukai