Anda di halaman 1dari 3

Tugas Referat

A. Definisi

Tubo-ovarian abscess atau disebut juga dengan abses tuba ovarium (ATO) adalah akumulasi
suatu keadaan penyakit inflamasi akut pelvis di mana kondisi tersebut dikarakteristikan
dengan adanya massa pada dinding pelvis yang mengalami inflamasi. Abses tubo ovarium
adalah pembengkakan yang terjadi pada tuba-ovarium yang ditandai dengan radang
bernanah, baik di salah satu tuba-ovarium, maupun keduanya. (6)

Abses tubo-ovarium (TOA) sebagian besar merupakan konsekuensi dari penyakit radang
panggul (PID). Namun endometritis, pielonefritis, keganasan panggul dan setiap operasi
obstetrik dapat menyebabkan TOA. PID disebabkan oleh infeksi dari organisme saluran
genital bawah dari vagina atau leher rahim yang naik ke dalam rahim, saluran tuba dan
rongga peritoneum. (1) TOA ditandai dengan massa inflamasi yang melibatkan tuba fallopi,
ovarium dan kadang-kadang organ panggul lain yang berdekatan (misalnya kandung kemih
dan usus). (2) Kompleks tuboovarian harus dibedakan dari TOA yang memiliki dinding abses
sejati. (3) TOA dapat menempel pada struktur panggul yang berdekatan seperti usus, kandung
kemih atau omentum dan ini dapat menyebabkan peningkatan jumlah sel darah putih atau
demam. Infeksi polimikroba dengan bakteri anaerobik dominan menyebabkan TOA.
Organisme yang paling umum diisolasi dari TOA adalah spesies Escherichia coli dan
Bacteroides. (4) Gonore dan Chylamydia mungkin memiliki peran untuk memfasilitasi infeksi,
tetapi jarang diisolasi dari abses. (5)

1. Chappell CA, Wiesenfeld HC. Pathogenesis, diagnosis and management of severe


pelvic inflammatory disease and tuboovarian abscess. Clin Obst Gynecol
2012;55(4):893-903. https://doi.org/10.1097/GRF.0b013e3182714681
2. Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Hoffman B, Bradshaw KD, Cunnıngham FG.
Gynecologic Infections: In Williams Gynecology. 1st edition. McGraw-Hill, 2009:49-
85.
3. Hajj SN, Mercer LJ, Ismail MA. Surgical approaches to pelvic infections in women. J
Reprod Med 1988;33(1):159-63.
4. DeWitt J, Reining A, Allsworth JE, Peipert JF. Tuboovarian abscesses: Is size
associated with duration of hospitalization and complications? Obst Gynecol Int 2010
Article ID 847041, 5 pages, 2010.
5. Wiesenfeld HC, Sweet RL. Progress in the management of tuboovarian abscesses.
Clin Obst Gynecol1993;36(2):433-44. https://doi.org/10.1097/00003081-199306000-
00022
6. Farid, H., Lau T., Kamon, A., Steyer A. 2016. Clinical Characteristics Associated
with Antibiotic Treatment Failure for Tuboovarian Abscesses. Infect Dis Obstet
Gynecol. 2016

B. Epidemiologi

Abses tubo ovarium/ Tubo-ovarian abscess (TOA) merupakan komplikasi tersering dari
penyakit radang panggul. CDC meperkirakan bahwa sekitar satu juta wanita mengalami
penyakit radang panggul setiap tahunnya. Abses tubo-ovarium menyerang sekitar 10-15%
pasien penyakit radang panggul. Abses tubo-ovarium terjadi akibat perluasan proses
inflamasi yang terjadi di sekitar saluran tuba dan ovarium. (1) Abses tubo ovarium menyerang
sekitar 70.000 wanita yang rutin melakukan pemeriksaan ke rumah sakit. Sering terjadi pada
wanita berumur 20-30 tahun dan satu perlima hingga sepertiganya adalah nullipara.
Kemungkinan kehamilan setelah terjadinya abses tubo ovarium adalah 15%.
Mikroorganisme tersering penyebab TOA adalah Escherichia coli (37%), Bacteroides fragilis
(26%), Bacteroides species (26%), Peptostreptococcus species, Peptococcus species and
aerobic streptococci. (2)
1. Hoffman, B., Schorge,J., Schaffer J., Halvorson, L., Bradshaw, K., Cunningham F.
2012. Williams Gynecology 2th.
2. Tsai., S., Kuo C. 2012. Clinical characteristics and treatment outcomes of patients
with tubo-ovarian abscess at a tertiary care hospital in Northern Taiwan. Elsavier 45:
58-64

C. Faktor risiko
Faktor risiko yang mempengaruhi morbiditas Abses Tuba Ovarium adalah :
 Fertilisasi in vitro
 Perangkat intrauterin
 Infeksi saluran genital bawah
 Ruptur ovarium spontan
 kista endometriosis
 Diabetes mellitus

Gao, Yang. Et all. 2021. Risk factors for the development of tubo - ovarian abscesses in
women with ovarian endometriosis: a retrospective matched case–control study. BMC
Women Health 21:43

D. Patogenesis
Mikrobakterial pasti penyebab infeksi pada tuba pada masing masing orang tidak bisa
di pastikan. Hasil kultur pada endoserviks, endometrium dan ruangan cul de sac
menunjukan kuman yang beraneka ragam. Pada klasik salpingititis kuman yang sering
ditemukan adalah N. Gonorrhea dan C. tracomatis. Infeksi saluran reproduksi bagian
bawah juga dipercaya menjadi penyebab infeksi saluran reproduksi atas, hal itu
terbukti dengan setelah dilakukan ligasi pada saluran tuba kejadian infeksi berkurang.
N. Gonorrhea menjadi kuman yang paling sering ditemukan pada sel epitel tuba yang
terinfeksi. N. Gonorrhea akan menyebabkan reaksi inflamasi akibat respon
endoserviks, endometrium, dan tuba fallopi. Jika sel normal tuba terpajan oleh kuman
E. coli, B. fragilis, atau Enterococcus faecalis saja tidak terjadi reaksi inflamasi.
Namun jika kuman diatas masuk ke tuba fallopi yang sebelumnya sudah ada kuman
N. Gonorrhea maka akan meyebabkan respon inflamasi dan kerusakan jaringan.
Sedangkan, C. tracomatis tidak menimbulkan respon inflamasi akut, namun ketika
terjadi respon yang dimediasi oleh sel imunitas pada antigen T. Tracomatis yang
persistent bisa memicu reaksi hipersensitifitas tipe lambat yang berlanjut
menyebabkan destruksi dan pembentukan jaringan parut pada tuba fallopi. Salpingitits
juga bisa terjadi akibat penyakit inflamasi gastrointestinal yang meluas seperti ruptur
abses divertikular atau apendikular. Infeksi dan inflamasi supuratif pada tuba fallopi
bisa melibatkan organ lain seperti ovum. Jika pada pemeriksaan sonografi organ tuba
fallopi dan ovarium masih bisa dikenali, ini diesbut kompleks tubo-ovarium. Jika
inflamasi tetap berlanjut sehingga organ tuba dan ovarium tidak bisa dibedakan ini
disebut abses tubo-ovarium. Abses tubo-ovarium yang terus berlanjut akan
mengalami perlunakan organ dan ruptur menyebabkan terjadinya peritonitis yang
mengancam.

Anda mungkin juga menyukai