Anda di halaman 1dari 15

ABSES TUBA OVARIUM

A. TINJAUAN KASUS
1. Pengertian
Abses Tubo Ovarial (ATO) adalah radang bernanah yang terjadi
pada ovarium dan atau tuba fallopii pada satu sisi atau kedua sisi adneksa
TOA (tubo-ovarian abscess) merupakan salah satu komplikasi akut
dari PID (Pelvic inflammatory disease). Abses ini pada umumnya terjadi
pada wanita usia produktif dan biasanya merupakan kelanjutan dari infeksi
saluran genital bagian bawah. TOA berhubungan erat dengan PID (Pelvic
inflammatory disease). PID disebabkan oleh mikroorganisme yang
menghuni endoserviks kemudian naik ke endometrium dan tuba fallopi.
TOA merupakan end-stage process dari PID akut (Tohya et al., 2016).
TOA terjadi sekitar 18-34% pada pasien dengan PID (De Witt et al., 2010)
dan 22% dengan salpingitis di Nairobi, Kenya (Cohen, 2015).
Abses ini dapat terjadi pada pasien yang post histerektomi
supraservikal. TOA dapat juga terjadi pada pasien yang sebelumnya
mengalami servitis dan parametritis (Tohya et al., 2015).
TOA umumnya disebabkan oleh mikroorganisme umum yang
menjadi penyebab STD (sexually transmitted diseases), berhubungan seks
dengan partner yang memiliki agen infeksius ini merupakan faktor risiko
yang sangat penting dalam terjadinya TOA. Selain itu, operasi ginekologi,
kanker organ genital (genital malignancy), IVF treatment, dan apendisitis
yang mengalami perforasi juga diketahui menjadi penyebab TOA
(Protopapas et al., 2017; Canas et al., 2004; Vyas et al., 2017).
Diagnosis TOA sering sulit ditegakkan dan sulit dibedakan dengan
peradangan pelvis oleh sebab-sebab yang lain, sehingga dibutuhkan
anamnesa, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang yang tepat
untuk dapat menegakkan diagnosis pasti dan memberikan terapi yang tepat
pula. Dan bila tidak ditangani dengan baik, komplikasinya dapat
menyebabkan kematian, kemandulan dan kehamilan ektopik yang
merupakan masalah medik, sosial dan ekonomi.

1
Tubo-ovarian abscess (TOA) adalah pembengkakan yang terjadi
pada tuba-ovarium yang ditandai dengan radang bernanah, baik di salah
satu tuba-ovarium, maupun keduanya (Granberg, 2009). TOA Merupakan
komplikasi termasuk efek jangka panjang dari salfingitis akut tetapi
biasanya akan muncul dengan infeksi berulang atau kerusakan kronis dari
jaringan adnexa. Biasanya dibedakan dengan ada tidaknya ruptur. Dapat
terjadi bilateral walaupun 60% dari kasus abses yang dilaporkan
merupakan kejadian unilateral dengan atau tanpa penggunaan IUD. Abses
biasanya polimikroba

2. Etiologi
TOA biasanya disebabkan oleh bakteri aerob dan anaerob, seperti
Escherichia coli, Hemolytic streptococci and Gonococci, Bacteroides
species dan Peptococcus (Seshadri et al2004). Pada beberapa kasus,
Hemophilus influenzae, Salmonella, actinomyces, dan Staphylococcus
aureus juga dilaporkan menjadi penyebab TOA. Sekitar 92% penyebab
TOA adalah Streptococci (Cohen et al., 2016).
Dikatakan bahwa nekrosis tuba fallopi dan kerusakan epitel terjadi
dikarenakan bakteri patogen menciptakan lingkungan yang diperlukan
untuk invasi anaerob dan pertumbuhan. Terdapat salfingitis yang
melibatkan ovarium dan ada juga yang tidak. Proses inflamasi ini dapat
terjadi spontan atau merupakan respon dari terapi. Hasilnya dapat terjadi
kelainan anatomis yang disertai dengan perlengketan ke organ sekitar.
Keterlibatan ovarium biasanya terjadi di tempat terjadinya ovulasi yang
sering menjadi tempat masuk infeksi yang luas dan pembentukan abses.
Apabila eksudat purulen itu ditekan maka akan menyebabkan ruptur dari
abses yang dapat disertai oleh peritonitis berat serta tindakan laparotomi.
Perlengketan yang lambat dari abses akan menyebabkan abses cul de sac.
Biasanya abses ini muncul ketika penggunaan IUD, atau munculnya
infeksi granulomatous ( TBC, aktinomikosis).
Adapun faktor risiko adalah sebagai berikut ,(Tuncer et al., 2015) :
a Multiple partner

2
b Status ekonomi rendah.
c Riwayat PID
d Menggunakan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
e Adanya riwayat STD

Paling sering disebabkan oleh gonococcus, disamping itu oleh


staphylococcus dan streptococcus dan bacteri.
Infeksi dapat terjadi sebagai berikut :
a Menjalar dari alat yang berdekatan seperti dari ovarium
yang meradang.
b Naik dari cavum uteri.

3. Patofisiologi
Adanya penyebaran bakteri dari vagina ke uterus lalu ke tuba dan
atau parametrium, terjadilah salpingitis dengan atau tanpa ooforitis.
Keadaan ini bisa terjadi pada pasca abortus, pasca persalinan atau setelah
tindakan genekologi sebelumnya (Mudgil, 2009). Mekanisme
pembentukan TOA secara pasti masih sulit ditentukan, tergantung sampai
dimana keterlibatan tuba infeksinya sendiri. Pada permulaan proses
penyakit, lumen tuba masih terbuka mengeluarkan eksudat yang purulent
dari febriae dan menyebabkan peritonitis, ovarium sebagaimana struktur
lain dalam pelvis mengalami inflamasi, tempat ovulasi dapat sebagai
tempat masuk infeksi. Abses masih bisa terbatas mengenai tempat masuk
infeksi. Abses masih bisa terbatas mengenai tuba dan ovarium saja, dapat
pula melibatkan struktur pelvis yang lain seperti usus besar,buli-buli atau
adneksa yang lain. Proses peradangan dapat mereda spontan atau sebagai
respon pengobatan, keadaan ini biasanya memberi perubahan anatomi
disertai perlekatan fibrin terhadap organ terdekatnya. Apabila prosesnya
menghebat dapat terjadi pecahnya abses (Mudgil, 2009).

3
4. Pathway

4
5. Manifestasi Klinis
Pada semua kasus TOA, termasuk yang disebabkan oleh
Pneumococcus, menunjukkan gejala-gejala berikut: nyeri (88%), demam
(35%), massa adneksa (35%), diare (24%), mual dan muntah (18%), haid
tidak teratur (12%).
Pada pemeriksaan touching : nyeri goyang portio, nyeri kiri dan
kanan uterus atau salah satunya, kadang-kadang terdapat penebalan tuba
(tuba yang normal, tidak teraba), seta nyeri pada ovarium karena meradang
Gejala dapat sangat bervariasi dari asimptomatis sampai terjadinya
akut abdomen sampai syok septik. Karateristik pasien biasanya yang muda
serta paritasnya rendah dengan riwayat infeksi pelvis. Durasi dari gejala
pada wanita biasanya kurang lebih 1 minggu dan onsetnya biasanya terjadi
2 minggu atau lebih setelah siklus menstruasi.
Gejala-gejala lain yang bisa muncul pada pasien dengan ATO
( Abses Tuba Ovarium ) adalah :
·         Demam tinggi dengan menggigil.
·         Nyeri kiri dan kanan di perut bagian bawah terutama kalau ditekan.
·         Mual dan muntah, jadi ada gejala abdomen akut karena terjadi
perangsan peritoneum.
·         Kadang-kadang ada tanesmi adalah anum karena proses dekat rektum
dan sigmoid.
·         Toucher :
-          Nyeri kalau portio digoyangkan.
-          Nyeri kiri dan kanan dari uterus.
-          Kadang-kadang ada penebalan dari tuba. Tuba yang sehat tak teraba.
-          Nyeri pada ovarium karena meradang.

6. Pemeriksaan Penunjang / Diagnostik


a Pemeriksaan laboratorium: Hasil pemeriksaan yang didapatkan dari
laboratorium kurang bermakna. Hitung jenis sel darah putih bervariasi
dari leukopeni sampai leukositosis. Hasil urinalisis memperlihatkan

5
adanya pyuria tanpa bakteriuria. Nilai laju endap darah minimal 64
mm/h serta nilai akut C-reaktif protein minimal 20 mg/L dapat
difikirkan ke arah diagnosa TOA.

b USG
Dapat membantu untuk mendeteksi perubahan seperti terjadinya progressi.
regresi, ruptur atau pembentukan pus. Ultrasound adalah modalitas
pencitraan pilihan pertama untuk diagnosis dan evaluasi TOA. USG
menawarkan akurasi, siap ketersediaan, biaya rendah dan kurangnya
radiasi pengion. Namun, tetap memerlukan keahlian teknis untuk
mencapai potensi diagnostik yang akurat. Ini dapat dilakukan baik
transvaginal atau transabdominal: pencitraan yang transvaginal
memberikan gambaran lebih detail, dimana transduser berada di dalam
dekat dengan daerah pemeriksaan, sedangkan pencitraan pelvis yang
transabdominal menawarkan keuntungan imaging dalam satu tampilan
organ besar seperti rahim. Habitus tubuh besar dan adanya loop dari usus
di pelvis dapat menimbulkan kesulitan dalam pencitraan dengan US
transabdominal.

c CT (computed tomography)
Computed tomography telah digunakan, sejak perkembagan dari US dan
MRI, peran terbatas dalam evaluasi radiologi dari PID. Penggunaan radiasi
pengion yang membatasi faktor lainnya, karena mayoritas pasien tersebut
dalam usia reproduksi (Tukeva et al., 1999). Kinerja CT dengan
penggunaan media kontras oral dan intravena meningkatkan metode dari
akurasi diagnostik karena karakterisasi jaringan yang lebih baik. Sejumlah
kecil cairan dalam cul de sac bisa dideteksi oleh CT. Suatu abses Tubo-
ovarium mungkin tergambar sebagai massa peradangan dengan komponen
padat dan kistik, dengan peningkatan semua atau bagian dari komponen
padat. Tampilan paling sering dari Tubo-ovarium abcess adalah adanya
cairan yang mengandung massa dengan dinding tebal. Septations mungkin

6
juga ada. Salah satu tanda yang lebih spesifik dari abses Tubo-ovarium,
yang tidak umum pada PID, adalah munculnya gelembung gas pada
massa. Limfadenopati biasanya ada di daerah paraaortic pada tingkatan
dari hila ginjal (limfatik ovarium dan limfatik salpingial sejajar dengan
vena gonad) (Hricak et al., 2000). Kadang-kadang ovarium dapat dideteksi
dalam massa. Dalam kasus seperti diagnosis abses Tubo-ovarium tidak
sulit, jika tidak, massa yang mengalami inflamasi bisa dibedakan dari
proses peradangan yang timbul dari appendiks (abses appendiceal) atau
divertikula (Abses divertikular) atau bahkan keganasan kandung kemih.

d Kuldosentesis
Cairan kuldosentesis pada wanita denagn TOA yang tidak ruptur
memperlihatkan gambaran reaction fluid yang sama seperti di salpingitis
akut. Apabila terjadi ruptur TOA maka akan ditemukan cairan yang
purulen.
e Ultrasonografi,
bisa dipakai pada kecurigaan adanya ATO atau adanya masa di
adneksa melihat ada tidaknya pembentukan kantung-kantung pus,
dapat untuk evaluasi kemajuan terapi

f Pinki Douglas dilakukan bila pada VT : Cavum Douglas teraba


menonjol. Pada ATO yang utuh, mungkin didapatkan cairan akibat
reaksi jaringan. Pada ATO yang pecah atau pada abses yang mengisi
cavum Douglas, didapat pus pada lebih 70 % kasus
Penegakan diagnosis berdasarkan gejala-gejala yang telah
didapatkan dan dapat disertai adanya :
- Riwayat infeksi pelvis
- Adanya massa adnexa, biasanya lunak
- Produksi pus dari kuldesintesis pada ruptur

Diagnosa banding :

7
a. TOA utuh dan belum memberikan keluhan
a. Kistoma ovari, tumor ovari
b. KET
c. Abses peri, apendikuler
d. Mioma uteri
e. Hidrosalping

b. TOA utuh dengan keluhan


a. Perforasi apendik
b. Perforasi divertikel/abses divertikel
c. Perforasi ulkus peptikum
d. Kelainan sistematis yang memberi distres akut abdominal
e. Kista ovari terinfeksi atau terpuntir
7. Penatalaksanaan Medis
a.       Curiga ATO utuh tanpa gejala
-          Antibotika dengan masih dipertimbangkan pemakaian golongan :
doksiklin 2x / 100 mg / hari selama 1 minggu atau ampisilin 4 x 500
mg / hari, selama 1 minggu.
-          Pengawasan lanjut, bila masa tak mengecil dalam 14 hari atau
mungkin membesar adalah indikasi untuk penanganan lebih lanjut
dengan kemungkinan untuk laparatomi

b.      ATO utuh dengan gejala :


-          Masuk rumah sakit, tirah baring posisi “semi fowler”, observasi
ketat tanda vital dan produksi urine, perksa lingkar abdmen, jika perlu
pasang infuse P2
iotika massif (bila mungkin gol beta lactar) minimal 48-72 jam
Gol ampisilin 4 x 1-2 gram selama / hari, IV 5-7 hari dan gentamisin 5
mg / kg BB / hari, IV/im terbagi dalam 2x1 hari selama 5-7 hari dan
metronida xole 1 gr reksup 2x / hari atau kloramfinekol 50 mg / kb BB /

8
hari, IV selama 5 hari metronidzal atau sefaloosporin generasi III 2-3
x /1 gr / sehari dan metronidazol 2 x1 gr selama 5-7 hari interna
 c     ATO yang pecah, merupakan kasus darurat : dilakukan laporatomi
pasang drain kultur nanah
-   Setelah dilakukan laparatomi, diberikan sefalosporin generasi III
dan metronidazol 2 x 1 gr selama 7 hari (1 minggu)

8. Diagnosis Banding
a)      ATO utuh dan belum memberikan keluhan
-       Kistoma ovarii, tumor ovarii
-       Kehamilan ektopik yang utuh
-       Abses peri, apendikuler
-       Mioma uteri
-       Hidrosalping
b)      ATO utuh dengan keluhan :
-          Perforasi apendik
-          Perforasi divertikel / abses divertikel
-          Perforasi ulkus peptikum
-          Kelainan sistematis yang memberi ditres akut abdominal
-          Kista ovarii terinfeksi atau terpuntir

9. Komplikasi
a)      ATO yang utuh :
Pecah sampai sepsis reinfeksi dikemudian hari, ileus, infertilitas,
kehamian ektopik
b)      ATO yang pecah
Syok sepsis, abses intra abdominal, abses sub kronik, abses paru /
otak

B. Konsep ASuhan Keperawatan


1. Identitas Pasien

9
2. Status Kesehatan Hari ini
Alasan kunjungan ke rumah sakit :
Keluhan utama saat ini :
Timbulnya keluhan :
Diagnosa medis :
Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Menstruasi
b. Genogram
3. Riwayat Keluarga Berencana
4. Riwayat Kesehatan
5. Riwayat Lingkungan
6. Aspek Psikososial
7. Kebutuhan Dasar Khusus
a. Pola Nutrisi
Frekuensi makan :
Nafsu Makan :
b. Pola eliminasi :
c. Pola personal hygiene :
d. Pola istirahat :
e. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan:
8. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum :
Kesadaran :
Tekanan Darah :
Nadi :
Respirasi :
Suhu :
Kepala :
Mata :
Hidung :
Mulut dan tenggorokan :

10
Dada :
Sirkulasi jantung :
Abdomen :
Genetalia :
9. Data Penunjang
: USG abdomen
10. Diagnosa
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
b. Ansietas b.d krisis situasional
c. Resiko infeksi b.d efek prosedur invasif

11
1. PERENCANAAN KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA SLKI SIKI RASIONAL


1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan intervensi SIKI: Manajemen Nyeri 1. Megetahui lokasi,
agen pencedera selama……..........diharapkan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, karakteristik, durasi,
fisiologis …. durasi, frekuensi, kualitas, frekuensi, kualitas,
SLKI: Tingkat Nyeri intensitas nyeri intensitas nyeri
Dipertahankan pada…. 2. Identifikasi skala nyeri 2. Mengetahui skala nyeri
Ditingkatkan ke…. 3. Identifikasi respon non verval 3. Mengetahui respon nyeri
1. Meningkat 4. Berikan teknik non farmakologis non verbal
2. Cukup meningkat untuk mengurangi nyeri (mis. 4. Mengurangi intensitas
3. Sedang TENS, hypnosis, akupresur, nyeri
4. Cukup menurun terapi music, biofeedback, terapi 5. Lingkungan yang nyaman
5. Menurun pijat, aromaterapi, teknik akan membuat klien lebih
Dengan kriteria hasil: imajinasi terbimbing, kompres rileks
- Keluhan Nyeri hangat,/dingin, terapi bermain) 6. Terapi non farmakologis
- Meringis 5. Kontrol lingkungan yang kurang efektif untuk
- Sikap protektif memperberat rasa nyeri (mis. skala nyeri tinggi
- Gelisah Suhu ruangan, pencahayaan,

12
- Berfokus pada diri kebisingan)
sendiri 6. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
2. Ansietas b.d Setelah dilakukan intervensi SIKI: Reduksi Ansietas 1. Mengetahui adanya
krisis situasional selama……..........diharapkan 1. Monitor tanda-tanda ansietas ansietas pada pasien
…. 2. Ciptakan suasana terapeutik 2. Rasa tidak percaya dapat
SLKI: Tingkat Ansietas untuk menumbuhkan memperburuk ansietas
Dipertahankan pada…. kepercayaan 3. Merasa sendiri dapat
Ditingkatkan ke…. 3. Temani pasien untuk mengurangi memperburuk ansietas
1.Meningkat kecemasan, jika diperlukan 4. Ketidaktahuan pasien
2.Cukup meningkat 4. Jelaskan prosedur, termasuk akan mencipatakan rasa
3.Sedang sensasi yang mungkin dialami takut yang berlebihan
4.Cukup menurun 5. Anjurkan keluarga untuk tetap 5. Dampingan dan
5.Menurun bersama pasien, jika perlu dukungan keluarga akan
Dengan kriteria hasil: 6. Latih teknik relaksasi mengurangi rasa cemas
- Verbalisasi khawatir dan takut
akibat 6. Agar pasien dapat lebih
- Perilaku gelisah perilaku tenang dan rileks
tegang

13
- Frekuensi nadi
- Tremor
- Pucat
3 Resiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan SIKI : Perawatan luka 1. Mengetahui tanda dan
b.d efek prosedur keperawatan selama 3 x 24 gejala infeksi
1. Monitor tanda dan gejala infeksi
invasif jam diharapkan... 2. Agar luka cepat pulih
lokal dan sistemik
SLKI: Tingkat infeksi 3. Pasien tidak mengetahui
2. Berikan perawatan luka dengan
Dipertahankan pada… tanda gejala infeksi
baik
Ditingkatkan ke.. 4. Menghindari terpaparnya
3. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
1. Meningkat bakteri
4. Kolaborasi pemberian antibiotik,
2. Cukup meningkat
jika perlu
3. Sedang
4. Cukup menurun
5. Menurun
Kriteria hasil:
- Kemerahan
- Bengkak
- Nyeri

14
15

Anda mungkin juga menyukai