Anda di halaman 1dari 69

SKRIPSI

GAMBARAN TRAUMA PSIKOLOGIS PADA ANAK USIA


SEKOLAH (7-12 TAHUN) PASCA BENCANA GEMPA DI
DESA MEKKATTA KECAMATAN MALUNDA

A. SRIWULAN
B0217307

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
MAJENE
Juni & 2021
SKRIPSI

GAMBARAN TRAUMA PSIKOLOGIS PADA ANAK USIA


SEKOLAH (7-12 TAHUN) PASCA BENCANA GEMPA DI
DESA MEKKATTA KECAMATAN MALUNDA

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


Gelar Sarjana Keperawatan

A. SRIWULAN
B0217307

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
MAJENE
Juni & 2021

i
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
LEMBAR PERSETUJUAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi dengan


judul “Gambaran Trauma Psikologis Pada Anak Usia Sekolah (7-12 Tahun) Pasca
Bencana Gempa Di Desa Mekkatta Kecamatan Malunda” telah mendapat
persetujuan untuk di Uji dalam Seminar Hasil Program Studi S1 Keperawatan
Universitas Sulawesi Barat.

Majene, Juni, 2021

Tim Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II

Eva Yuliani, M.Kep., Sp.Kep.An Supyati, SKM., M.Kes

Ketua Program Studi S1 Keperawatan


Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sulawesi Barat

Ns. Indrawati, S.Kep.,M.Kes

ii
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi:

GAMBARAN TRAUMA PSIKOLOGIS PADA ANAK USIA


SEKOLAH (7-12 TAHUN) PASCA BENCANA GEMPA DI
DESA MEKKATTA KECAMATAN MALUNDA

Disusun dan diajukan oleh:

A. SRIWULAN
B0217307

Telah dipertahankan dihadapan dewan penguji dan diterima sebagai bagian


persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sulawesi
Barat

Ditetapkan di Majene Tanggal:

Dewan Penguji

Muhammad Irwan, S.Kep., Ns., M.Kes ( )

Rahmania, SKM., MPH ( )

Sastriani, S.Kep., Ns., M.Kep ( )

Dewan Pembimbing

Eva Yuliani, M.Kep., Sp.Kep.An ( )

Supyati, SKM., M.Kes ( )

Mengetahui

Dekan Ketua
Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan

Dr. Muzakkir, M.Kes Ns.Indrawati, S.Kep., M.Kes

iii
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini
yang berjudul ”GAMBARAN TRAUMA PSIKOLOGIS PADA ANAK USIA
SEKOLAH (7-12 TAHUN) PASCA BENCANA GEMPA DI DESA
MEKKATTA KECAMATAN MALUNDA”.
Dalam menjalani proses penyusunan skripsi ini, tidak sedikit hambatan yang
penulis hadapi. Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari berbagai pihak demi perbaikan skripsi ini. Atas bantuan,
arahan, serta motivasi yang senantiasa diberikan selama penyusunan skripsi ini,
dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Ir. H. Akhsan Djalaluddin, M.S, selaku RektorUniversitas
Sulawesi Barat
2. Bapak Dr. Muzakkir, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Sulawesi Barat
3. Ibu Eva Yuliani, M.Kep, Sp.Kep.An, selaku dosen pembimbing I yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulisan dalam
penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Supyati, SKM, M.Kes, selaku dosen pembimbing II yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulisan dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Muhammad Irwan, S.Kep, Ns, M, M.Kes, selaku penguji I yang telah
memberikan masukan dan arahan dalam proses penyelesaian skripsi ini.
6. Ibu Rahmania, SKM, MPH, selaku penguji II yang telah memberikan
masukan dan arahan dalam proses penyelesaian skripsi ini.
7. Ibu Sastriani, S.Kep, Ns, M.Kep selaku penguji III yang telah memberikan
masukan dan arahan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

iv
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
8. Kepala Desa Mekkatta beserta jajarannya yang telah banyak membantu dalam
usaha memperoleh data yang saya perlukan.
9. Bapak dan Ibu Dosen beserta staf Program Studi S1 Keperawatan Universitas
Sulawesi Barat, yang telah memberikan bimbingan selama penulis mengikuti
pendidikan di Universitas Sulawesi Barat.
10. Teristimewa kepada kedua orang tua dan keluarga saya yang telah
memberikan perhatian, motivasi, serta bantuan dukungan material dan moral.
11. Bapak dan ibu responden, yang telah mengizinkan anaknya untuk
berpartisipasi pada penelitian ini.
12. Senior-senior yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan skripsi
ini.
13. Kepada semua pihak, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.
Terima Kasih

v
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
Judul Penelitian : Gambaran Trauma Psikologis Pada Anak Usia Sekolah (7-
12 Tahun) Pasca Bencana Gempa Di Desa Mekkatta
Kecamatan Malunda
Nama : A. Sriwulan
Nim : B0217307
Program Studi : Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

ABSTRAK
Bencana alam merupakan suatu kejadian yang diakibatkan oleh alam salah
satunya adalah bencana gempa bumi. Bencana mengakibatkan trauma, dimana
trauma tersebut memiliki pengaruh terbesar pada kelompok usia yang paling
rentan mengalami trauma yaitu kelompok usia anak-anak. Trauma sangat erat
kaitannya dengan kondisi mental dan psikologis seseorang.Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui gambaran tingkat trauma psikologis pada anak usia sekolah (7-
12 tahun) pasca gempa di Desa Mekkatta Kecamatan Malunda. Desain penelitian
deskriptif denganteknik pengambilansampel adalah total sampling denganjumlah
responden 50 orang. Memperoleh data dengan menggunakan Strengths and
Difficulties Questionnaire (SDQ) yangterdiri dari 25 item pertanyaan.Ditemukan
karakteristik responden yaitu sebagian besar responden berusia 7 tahun yaitu
sebanyak 10 orang (20.0%), dan sebagian besar responden berjenis kelamin
perempuan sebanyak 28 orang (56.0%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
gambaran trauma psikologispada anak usia sekolah(7-12 tahun).Pada subskala
kesulitan sebagian besar dalam kategori perbatasan yaitu 27 orang (54.0%),
normal 18 orang (36.0%), dan sebagian kecil dalam kategori abnormal 5 orang
(10.0%). Sedangkan subskala kekuatan sebagian besar dalam kategori normal
yaitu 27 orang (54.0%), perbatasan 19 orang (38.0%), dan sebagian kecil dalam
kategori abnormal 4 orang (8.0%).

Kata Kunci: Gempa bumi, Trauma psikologis, Anak usia sekolah

vi
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
Title of the Thesis :Overview of Psychological Trauma in School Age
Children (7-12 Years) Post-Earthquake in Mekkatta
Village Malunda District
Name : A. Sriwulan
Student ID Number : B0217307
Study Program : Nursing Faculty of Health Sciences

ABSTRACT
Natural disaster is an event caused by nature, one of which is an
earthquake. Disasters cause trauma, where trauma has the greatest impact on the
age group most vulnerable to trauma, namely the age group of children.Trauma
is closely related to a person's mental and psychological condition.This study
aims to describe the level of psychological trauma in school-age children (7-12
years) post-earthquake in Mekkatta Village, Malunda District. Descriptive
research design with sampling technique is total sampling with the number of
respondents 50 people.Data was collected using the Strength and Difficulty
Questionnaire (SDQ) consisting of 25 question items. It was found that the
characteristics of the respondents were mostly 7 years old as many as 10 people
(20.0%), and most of them were female as many as 28 people (56.0%). The
results showed that the description of psychological trauma in school-age
children (7-12 years). On the difficulty subscale, most of them were in the
borderline category, namely 27 people (54.0%), normal 18 people (36.0%), and a
small portion in the abnormal category as many as 5 people (10.0%). While the
strength subscale is mostly in the normal category, namely 27 people (54.0%),
borderline 19 people (38.0%), and a small portion is in the abnormal category as
many as 4 people (8.0%).

Keywords: Earthquake, Psychological trauma, School age children

vii
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................iii
KATA PENGANTAR .....................................................................................iv
ABSTRAK ........................................................................................................vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................x
DAFTAR TABEL ............................................................................................xi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................. 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Tentang Trauma Psikologis ................................... 6
2.1.1 Definisi Trauma Psikologis ..................................................... 6
2.1.2 Macam-macam Trauma Psikologis ......................................... 6
2.1.3 Gejala Trauma Psikologis ........................................................ 9
2.1.4 Dampak Trauma .................................................................... 11
2.1.5 Penanganan Trauma Psikologis ............................................. 12
2.1.6 Alat Ukur Trauma Psikologis ................................................ 13
2.2 Tinjauan Umum Tentang Anak Usia Sekolah ................................ 14
2.2.1 Definisi Anak Usia Sekolah .................................................. 14
2.2.2 Perkembangan Anak Usia Sekolah ....................................... 14
2.3 Tinjauan Umum Tentang Bencana Alam ....................................... 17
2.3.1 Definisi Gempa Bumi ............................................................ 17
2.3.2 Jenis - Jenis Gempa Bumi ..................................................... 17
2.4 Kerangka Teori................................................................................ 19
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian .............................................................................20
3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ......................................... 20

viii
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ...........................................................21
3.4 Instrumen Penelitian ....................................................................... 21
3.5 Alur Penelitian ................................................................................ 22
3.6 Validitas dan Reliabilitas................................................................. 24
3.7 Pengelola Data dan Analisa Data .................................................... 24
3.8 Definisi Operasional ....................................................................... 25
3.9 Etika Penelitian................................................................................ 26
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ................................................................................28
4.2 Pembahasan ..................................................................................... 30
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 36
5.2 Saran ............................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 38
LAMPIRAN ................................................................................................... 42

ix
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.4 ....................................................................................................19
Gambar 3.5 ....................................................................................................22

x
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.8 ........................................................................................................25
Tabel 4.1.1 .....................................................................................................28
Tabel 4.1.2 .....................................................................................................29
Tabel 4.1.3 .....................................................................................................29

xi
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai negara yang agraris dan negara kepulauan
dimana letak negara Indonesia yaitu berada pada posisi geografis, hidrologi,
geologi dan demografi yang rawan akan terjadinya bencana. Letak geografis
dan geologis Indonesia terletak padadaerah dengan aktivitas seismik yang
tinggi. Karena letak geografis dan letak geologinya, Indonesia merupakan
daerah yang rawan terhadap berbagai bencana alam, seperti banjir, gempa
bumi, tsunami, tanah longsor dan letusan gunung berapi (Ediyono &
Hidayah, 2018).
Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2017, bencana merupakan
suatu kapasitas alam yang tidak mampu dibendung dan akan memicu
serangkaian kejadian yang mampu mengancam kehidupan maupun
penghidupan masyarakat. Bencana ini dapat disebabkan oleh faktor alam
atau faktor nonalam, dimana bencana tersebut dapat menimbulkan adanya
korban jiwa, kerusakan harta benda, kerusakan alam, dan trauma
psikologis(BPBD, 2018). Bencana alam merupakan suatu kejadian yang
diakibatkan oleh alam seperti bencana gempa bumi, erupsi gunung
merapi/gunung meletus, tsunami, banjir, musim kemarau panjang, angin
puting beliung, serta tanah longsor (BNPB, 2017).
Peristiwa setelah terjadinya bencana tidak saja mengakibatkan adanya
korban jiwa, namun juga mengakibatkan korban serta keluarga dari korban
bencana merasakan perasaan duka yang cukup dalam, dan ketakutan yang
mendalam. Masyarakat yang mengalami kehilangan orang yang dikasihnya,
kehilangan pekerjaan, serta kerusakan harta bendanya membawa dampak
yang buruk pada kesejahteraan sosial dan emosional bagi semua individu
baik orang dewasa, remaja maupun anak-anak. Ada juga diantara korban
bencana yang mengalami cacat pada fisiknya dan terganggu psikologisnya.
Bencana mengakibatkan trauma, dimana trauma tersebut memiliki
pengaruh terbesar pada kelompok usia yang paling rentan mengalami
trauma yaitu kelompok usia anak-anak (Thoyibah, et al., 2019). Pada anak-

1
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
anak korban bencana alam akan mengalami masalah pada kesehatan
mentalnya padamasa mendatang yang disebabkan olehperistiwa bencana
tersebut seperti gangguan kecemasan/ansietas dan gangguan stres.
Gangguan ansietas dan stres yang dialami setelahterjadinya bencana alam
disebut dengan sebutan gangguan stres pasca trauma (Narwangsih, 2016).
Trauma merupakan suatu reaksi emosional terhadap suatu kejadian
negatif seperti kecelakaan, kejahatan, bencana alam, dan hal-hal yang tidak
menyenangkan. Trauma sangat erat kaitannya dengan kondisi mental dan
psikologis seseorang. Trauma psikologis adalah suatu pengalaman atau
situasi yang dialami individu, dimana individu merasa bahwa dirinya
mengalami kelelahan emosional, kognitif, serta fisiknya sehingga hilangnya
kemampuan individu untuk menghadapi situasi yang sedang dialaminya
(Giller, 2018).Trauma psikologis/psikis terjadi pada saat seseorang
mengalami peristiwa yang menekan dimana mengakibatkan perasaan tidak
berdaya dan dirasakan berbahaya. Reaksi umum yang muncul terhadap
peristiwa dan pengalaman yang traumatis yaitu mencoba
menghilangkannyadari kesadaran, tetapi gambaran peristiwa tersebut masih
tersimpan di memori (Rimayati, 2019).
Sesuai paradigma keperawatan anak, kemampuan berpikir seorang
anak berbeda dengan orang dewasa. Pemikiran orang dewasa sudah dalam
tingkat matang sedangkan pada anak masih dalam tingkatperkembangan.
Anak-anak yang belum dewasa merasakan, mengalami, dan melihat akibat
yang ditimbulkan dari suatu bencana, secara perkembangan psikologis jika
penanganannya tidak tepat maka akan berpengaruh pada pertumbuhan
danperkembangan anak di kemudian hari (Yuliastati & Arnis, 2016).
Sebuah survai menunjukkan bahwa setelah terjadinya bencana,
sebagian besar dari populasi korban yang mengalami bencana akan
memiliki respon trauma psikologis normal, sekitar 15-20% korban
menderita gangguan mental sedang atau gangguan mental ringan yang
mengarah pada kondisi Post Traumatic Stress Disorder atau PTSD, dan 3-
4% korban akan menderita gangguan mental berat seperti: psikosis, depresi
berat serta ansietas/kecemasan yang tinggi (WHO, 2013).

2
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
Hasil penelitian Widiawaty & Satria, (2019) yang dilaksanakan di
Pesantren Samalanga Kabupaten Bireuen menyatakan bahwa berdasarkan
gambaran status psikologis santriwan dan santriwati pasca bencana gempa.
Dari 301 responden menunjukkan 150 responden (50,8%) pada kategori
berat. 54 responden (17,9%) kategori sedang. Serta 94 responden (31,2%)
kategori rendah. Merujuk dari hasil penelitian diatas memperlihatkan bahwa
bencana alam dapat mengakibatkan trauma mulai dari tingkat normal
sampai berat/abnormal.
Dampak trauma pasca bencana jika tidak ditangani akan mengarah
pada Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) (Handayani, 2020). Jika
PTSD tidak didiagnosis tanpa perawatan khusus dan tidak dirawat dalam
jangka waktu yang lama, hal itu dapat menimbulkan komplikasi dan
gangguan psikologis yang serius serta mengganggu kehidupan sosial,
pekerjaan, dan perkembangan anak. Post traumatic stress disorderdapat
ditangani dengan membantu korban menormalkan kondisi dan perilakunya
seperti semula (Widyastuti, Widha & Aulia, 2019).
Gempa bumi yang terjadi tepatnya di Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar)
yaitu di Kabupaten Majene dan Kabupaten Mamuju, terjadi pada tanggal 14
dan 15 Januari 2021 dengan magnitudo 5.9 SR dan 6.2 SR (BMKG 2021).
Bencana gempa tersebut menyebabkan 73 korban jiwa di kabupaten
Mamuju dan 11 korban jiwa di kabupaten Majene. Selain itu, 674 orang
mengalami luka ringan serta 253 orang mengalami luka berat (Sutera,
2021). Sehingga mengakibatkan 27.850 jiwa mengungsi di 25 titik pos
pengungsian (Kartikaningrum, 2021). Di Desa Mekkatta 578 KK terkena
dampak bencana atau 2.270 jiwa pengungsi dengan perincian 1147 laki-laki
serta 1123 perempuan, 5 orang meninggal tertimpa reruntuhan,dan 518
rumah rusak. Di Desa Mekkatta terdapat beberapa pos pengungsian dan di
pos pengungsian Aholeang dan Rui,sebanyak 50orang anak usia 7-12 tahun
yang terdampak bencana gempa.
Dari uraian diatas usia anak-anak adalah usia yang rentang terdampak
trauma di mana apabila tidak ditangani dengan tepat maka akan berdampak
pada masa depannya, oleh sebab itu. Penelitian ini tertarik untuk melihat

3
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
gambaran trauma psikologis pada anak usia sekolah pasca gempa di Desa
Mekkatta Kecamatan Malunda Kabupaten Majene.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka yang menjadirumusan masalah pada
penelitian ini yaitu Bagaimanakah gambarantingkat traumapsikologis pada
anak usia sekolah(7-12 tahun)pasca Gempa di Desa Mekkatta Kecamatan
Malunda.
1.3 Tujuan Peneliti
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran tingkattrauma psikologis pada anak usia
sekolah(7-12 tahun) pasca Gempa di Desa Mekkatta Kecamatan
Malunda.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi karakteristik demografi responden anak usia
sekolah (7-12 tahun) di Desa Mekkatta Kecamatan Malunda
1.3.2.2 Untuk mengetahuitrauma psikologis kesulitan tingkah laku
anak usia sekolah (7-12 tahun) di Desa Mekkatta Kecamatan
Malunda
1.3.2.3 Untuk mengetahui trauma psikologis kekuatan tingkah laku
anak usia sekolah (7-12 tahun) di Desa Mekkatta Kecamatan
Malunda
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi bagi
perawat sebagai pemberi pelayanan keperawatan untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat yang terdampak bencana.
1.4.2 Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkandapat menjadi sumber informasi pada
mahasiswa atau mahasiswi keperawatan dan institusi pendidikan
keperawatan tentang trauma psikologis yang terjadi pasca bencana.

4
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
1.4.3 Peneliti Selanjutnya
Dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan menambah
pengetahuan mengenai trauma pasca bencana pada anak.
1.4.4 Keluarga Klien
Hasil penelitian ini dapat menjadi suatu gambaran untuk keluarga
tentang pentingnya penanganan trauma pada anak pasca bencana.

5
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Tentang Trauma Psikologis
2.1.1 Definisi Trauma Psikologis
Trauma merupakan sebuah peristiwa yang terjadi pada
seseorangyang mempunyai dampak yang cukup berat. Seseorang yang
menderita trauma berat akan merusak kesehatan pada psikologis atau
kejiwaannya (Widyastuti, Widha & Aulia, 2019). Trauma adalahsuatu
gangguan psikologis yang berbahaya bagi kehidupan individu
terutama pada anak serta remaja, karena trauma dapat menurunkan
daya intelektual, emosional, dan perilaku (Hatta, 2016).
Kejadian trauma sangat erat kaitannya dengan kondisi mental
dan psikologis individu. Trauma psikologis adalah suatu pengalaman
atau suatu situasi yang dialami oleh individu, dimana individu merasa
bahwa dirinya mengalami kelelahan secara emosional, kognitif, serta
fisiknya sehingga hilangnya kemampuan individu dalam menghadapi
situasi yang sedang dialaminya (Giller, 2018).Trauma psikologis
merupakan suatu kondisi yang menyebabkan dampak psikologis
berupa gangguan dalam perilaku individu seperti perasaan cemas yang
berlebih, seringmerasa tersinggung, tidak bisa tidur, serta perasaan
tegang (Ediyono & Hidayah, 2018).
2.1.2 Macam-macam Trauma Psikologis
Menurut dari National Children Trauma Stress Network
(NCTSN) yang dibentuk tepatnya di tahun 2000, penyebab kejadian
trauma psikologis dibedakan menjadi bermacam-macam, sebagai
berikut:
2.1.2.1 Kekerasan Komunitas
Kekerasan komunitas merupakan suatu tindakan
kekerasan yang dilakukan oleh individu di tempat umum
yang tidak memiliki hubungan dekat dengan korban.
Kekerasan Komunitas biasanya diakibatkan oleh bentrokan
antara individu dan kelompok, kemudian mengarah pada

6
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
perilaku kejam seperti pemukulan, penyerangan dan
pemerkosaan. Tindakan ini biasanya membawa pisau atau
senjata lain untuk menusuk korban.
2.1.2.2 Bullying
Bullying merupakan suatu tindakan penindasan yang
bersifat fisik (seperti: memukul, menendang dan
menyandung), bersifat verbal (seperti: menyebut nama,
mengancam, mengejek, serta komentar seksual), dan sosial
(seperti: menyebarkan rumor, dan dipermalukan di depan
umum). Hal ini menyebabkan kondisi traumatis seperti
ketakutan, tidak percaya diri, dan cenderung bersifat
pendiam.
2.1.2.3 Trauma Kompleks
Trauma semacam ini ditimbulkan oleh pengalaman
kejadian traumatis di masa kanak-kanak, dimana pengalaman
ini biasanya terjadi pada waktu yang bersamaan. Misalnya,
pelecehan, penelantaran, pengabaian, pelecehan seksual dan
kekerasan dalam rumah tangga.
2.1.2.4 Kekerasan Berumah Tangga
Kekerasan ini baik itu perilaku kekerasan saat
berhubungan seksual atau saat memulai sebuah keluarga, itu
sudah termasuk perilaku kekerasan yang terjadi dalam
berumah tangga. Bentuk kekerasan tersebut bisa berupa
kekerasan fisik atau sekedar pelecehan emosional.
2.1.2.5 Trauma Anak Usia Dini
Trauma ini umumnya mengacu pada pengalaman
trauma anak berusia 0-6 tahun. Pengalaman traumatis ini
dapat terjadi karena alasan seperti penganiayaan, kekerasan
fisik, pelecehan seksual, dan kekerasan dalam rumah tangga.
Bisa juga karena kejadian acak seperti bencana alam,
kecelakaan, serta perang. Anak-anak kecil juga mungkin

7
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
menderita stres traumatis saat dihadapkan pada intervensi
medis atau kehilangan orang tua / pengasuh secara tiba-tiba.
2.1.2.6 Trauma Pengobatan
Trauma medis diakibatkan dari suatu pengalaman
buruk yang terjadi dalam proses pengobatan, luka atau sakit.
Seperti tindakan operasi atau medis, contohnya: perawatan
pada luka bakar. Hal inilah yang menyebabkan seseorang
tidak lagi ingin ke rumah sakit.
2.1.2.7 Bencana Alam
Bencana alam meliputi angin topan, gempa bumi,
kebakaran, tsunami, banjir, dan panas yang ekstrem. Dimana
peristiwa tersebut mengakibatkan banyak masalah baik bagi
anak-anak ataupun keluarga, termasuk evakuasi, kehilangan
barang-barang rumah dan barang pribadi, hancurnya sekolah,
kehilangan dukungan komunitas serta sosial, yang berdampak
trauma.
2.1.2.8 Kekerasan Fisik
Kekerasan fisik yaitu menyebabkan rasa sakit/ luka
fisik. Ini mungkin termasuk memukul, membakar,
menendang , atau mencederai dengan cara apapun. Kekerasan
fisik mencakup satu atau lebih perlakuan. Dalam kasus yang
parah, bisa berakibat fatal.
2.1.2.9 Pelecehan Seksual
Pelecehan seksual anak yaitu setiap interaksi antara
seorang anak dan orang dewasa atau antara sesamanya yang
tujuannya digunakan untuk rangsangan seksual pelaku atau
pengamat. Perilaku seksual sering kali mencakup kontak fisik
seperti ciuman, kontak alat kelamin, dan hubungan seksual.
Selain kontak fisik, pelecehan seksual anak berupa
pemaksaan verbal terhadap pelecehan seksual dan tekanan
pornografi.

8
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
2.1.2.10 Trauma Terorisme
Faktor penting pada aksi terorisme yaitu kerusakan
pada psikologis musuh. Departemen Pertahanan menyatakan
bahwa terorisme merupakan suatu kekerasan atau ancaman
kekerasan. Terorisme mencakup serangan terhadap individu
yang melakukan berbagai aktivitas, seperti serangan bentuk
penembakan, pengeboman, atau jenis serangan lainnya.
2.1.2.11 Trauma duka cita
Trauma duka cita diakibatkan karena sulitnya untuk
menyesuaikan setelah kehilangan seseorang yang dicintai
(meninggal dunia). Anak-anak yang mengalami trauma duka
cita mungkin mengalami reaksi sulit untuk mengingat
kenangan positif dengan orang yang dicintainya.
2.1.3 Gejala Trauma Psikologis
Berdasarkan aspek yang terdapat pada diri manusia adapun
bentuk gejala-gejala yang mungkin muncul dari trauma psikologis
pada anak, berdasarkan jenisnya: (a) Fisik, yaitu:meningkatnya suhu
badan, tenggorokan terasa kering (yang mengakibatkan anak malas
untuk makan, sulit saat menelan, dan terasa pahit), anak merasa lelah,
badan anak tampak lemah, sakit pada area dada, dan detak jantung
cepat. (b) Emosional, yaitu: merasa takut, mulai mengisolasi diri atau
menjauhi semua orang,serangan panik, sensitif, sering menangis tanpa
alasan, dan sering membantah. (c) Kognitif, yaitu: sering keliru, terus
bermimpi buruk, curigaan, gemar menyalahkan orang, kesulitan
berkonsentrasi, dan menjadi pelupa. (d) Perilaku, yaitu: malas bergaul,
penyendiri, tidak mampu melakukan aktivitas seperti biasanya,
menjadi sangat pendiam, dan berusaha menghindari semua hal yang
mengarah pada ingatan peristiwa trauma (Nurulia, 2018).
Post trauamtic stress disorder(PTSD) adalah salah satu
permasalahan psikologis, kejiwaan yang sering ditemui diderita pada
penyintas bencana alam. PTSD yaitu gangguan kecemasan yang
terjadi diakibatkan karena suatu kejadian atau peristiwa traumatic

9
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
yang mengancam keselamatan, kehidupan, serta menjadikan
seseorang merasa bahwa dirinya tidak berdaya (Keliat & Marliana,
2018). Adapun gejala umum dari PTSD (Post Traumatict Stress
Disorder) berdasarkan National Health Service (NHS, 2018) yaitu:
2.1.3.1 Re-experiencing (Mengalami kembali)
Mengalami kembali adalah suatu gejala trauma yang
paling umum. Seseorang yang mengalami trauma tanpa sadar
dan dengan jelas menghidupkan kembali peristiwa traumatis
dalam bentuk: (a) kilas balik, (b) mimpi buruk, (c) gambar
atau sensasi yang berulang-ulang dan menyedihkan, serta (d)
sensasi fisik seperti: nyeri, berkeringat, merasa mual atau
gemetar. Beberapa orang memiliki suatu pikiran negatif yang
terus-menerus tentang peristiwa mereka, berulang kali
mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri yang mencegah
mereka menerima peristiwa tersebut yang berakibat pada
trauma.
2.1.3.2 Avoidance and emotional numbing (Penghindaran dan mati
rasa emosional)
Menghindari keadaan yang bisa membuka memori
tentang kejadian traumatis dan mati rasa terhadap respon
emosional, hal ini perludiaplikasikan minimal 3 dari: (a)
menjauhdari orang serta tempat tertentu yang mengingatkan
pada trauma, (b) menghindari, berbicara yang berhubungan
peristiwa tersebut, (c) mencoba menghilangkan ingatan
mengenai peristiwa trauma, dengan cara memusatkan
perhatian kepada hal yang disenangi seperti: hobi atau
pekerjaan, (d) mencoba menangani perasaan dengan cara
tidak merasakan apapun, ini disebut dengan mati rasa
emosional, (e) menjadi terisolasi serta menyendiri, dan (f)
menyerah untuk melakukan aktivitas yang dulu mereka sukai.

10
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
2.1.3.3 Hyperarousal symptoms (Peningkatan Kewaspadaan)
Seseorang dengan gangguan PTSDmerasa sangat
cemas dan sulit untuk merasa rileks. Mereka merasa selalu
sadar akanancaman dan mudah terkejut.Keadaan pikiran ini
dikenal dengan sebutanhyperarousal. Hyperarousal sering
menyebabkan: (a) mudah marah, (b) ledakan kemarahan
(angry outbursts), (c) insomnia, (d) kesulitan berkonsentrasi,
(e) waspada yang berlebihan, dan (f) mudah terkejut secara
berlebihan.
Banyak orang yang mengalami peristiwa trauma mengalami
gejala yang sama dengan yang dijelaskan di atas pada hari-hari setelah
kejadian peristiwa tersebut. Namun, bagi orang yang di diagnosis
dengan PTSD, gejalanya harus berlangsung selama lebih dari sebulan
dan harus menimbulkan tekanan atau masalah yang signifikan pada
individu tersebut, gejala yang muncul seringkali bertahan selama
berbulan-bulan dan terkadang sampai bertahun-tahun. PTSD sering
terjadi pada kondisi terkait, seperti depresi, penggunaan zat, masalah
memori, dan masalah kesehatan fisik dan mental (Torres, 2020).
2.1.4 Dampak Trauma
Adapun beberapa dampak yang ditimbulkan akibat dari trauma
psikologis pada anak menurut National Children Trauma Stress
Network (NCTSN) yang dibentuk tepatnya di tahun 2000, yaitu: (a)
Dampak pada fisik, seperti: pernapasan cepat atau jantung berdebar-
debar, sakit kepala atau sakit perut, dan lesuh. (b) Dampak emosional,
seperti: mudah marah, meningkatnya rasa cemas, mati rasa emosional,
mudah merasa sedih, pemikiran mengganggu,dan takut apabila
peristiwa trauma tersebut menimpanya lagi. (c) Dampak pada
perilaku, seperti: perilaku impulsive, membuat kemarahan/kekacauan,
memisahkan diri dengan orang lain atau mengisolasi diri, dan terlibat
dalam perilaku berisiko (seperti: melukai diri sendiri). (d) Dampak
kognitif, seperti: tidak mampu berfikir jernih, sulit untuk konsentrasi,
defisit dalam perkembangan bahasa, dan kesulitan dalam belajar.

11
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
Trauma juga mengakibatkan terjadinya perubahan pada sikap
anak setelah peristiwa seperti: sangat sensitif, cepat menangis, lebih
mudah tersinggung, sering khawatir, yang awalnya ceria dan cerdas
setelah kejadian bencana menjadi pendiam dan selalu menarik diri
(Thoyibah, et al., 2019).Dampak trauma pasca bencana jika tidak
ditangani akan mengarah pada Post Traumatic Stress Disorder
(PTSD) (Handayani, 2020). Jika PTSD tersebut tidak didiagnosis
tanpa perawatan khusus dan tidak dirawat dalam jangka waktu yang
lama, hal itu dapat menimbulkan komplikasi dan gangguan psikologis
yang serius serta mengganggu kehidupan sosial, pekerjaan, dan
perkembangan anak. Post traumatic stress disorder dapat ditangani
yaitu dengan membantu korban bencana menormalkan kondisi dan
perilakunya seperti semula(Widyastuti, Widha & Aulia, 2019).
2.1.5 Penanganan Trauma Psikologis
Pemulihan trauma yaitu suatu hal yang penting untuk dilakukan
bagi seseorang yang pernah mengalami suatu peristiwa yang sangat
menyedihkan atau mengguncang perasaan, mengguncang jiwa, serta
mengancam nyawa. Ini karena kejadian trauma dapat mengakibatkan
rasa syok, ketakutan, sedih, serta rasa cemas berlebihan yang sifatnya
berkepanjangan. Meskipun reaksi setiap anak tidaklah sama dalam
menghadapi rasa trauma, namun tetap saja sangat dibutuhkan suatu
penanganan terhadap pemulihan trauma tersebut.
Jika trauma tidak segera ditangani, trauma psikologis dapat
menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan mental anak.
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam penanganan trauma pada
anak yaitu:
2.1.5.1 Play therapy(Terapi bermain)
Play therapy (terapi bermain) yaitu kegiatan seperti
menari, bernyanyi, dan bercerita yang dibarengi dengan materi
mengenai perlindungan anak. Dimana kegiatan tersebut
penting dilaksanakan agar dapat menjaga mental anak tetap
stabil (Salamor, Salamor & Ubwarin, 2020).Salah satu teknik

12
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
terapi permainan adalah mendongeng. Mendongeng adalah
suatu kesenian yang menggunakan bahasa, suara, dan gerakan
tubuh untuk mengekspresikan unsur dan gambar cerita secara
langsung kepada penonton. Seperti yang kita ketahui bersama,
penggunaan mendongeng sebagai media pemulihan trauma
pada anak telah menjadi budaya dan dengan cepat
mempengaruhi perkembangan kesehatan seseorang. Dalam
proses bercerita, penonton merasa sangat santai dan tenggelam
dalam latar cerita, karena ketika mendengarkan cerita, setiap
penonton memiliki imajinasi masing-masing tentang karakter
dan latar cerita (Syamsuddin, 2019).
2.1.5.2 SDQSkrining tingkah laku pada anak
Strenght and Difficulties Questionnaire(SDQ) adalah alat
skrining perilaku singkat yang dirancang untuk anak-anak dan
remaja (3-17 tahun). SDQ memberikan sebuah gambaran
singkat yang berfokus pada kekuatan dan kesulitan dari
perilaku anak-anak dan remaja Goodman dalam Agustine,
Sutini &Mardhiyah, (2018).
2.1.6 Alat Ukur Trauma Psikologis
Menurut Keliat & Marliana (2018) dalam buku Dukungan
Kesehatan Jiwa dan Psikososial, Strengths and Difficulties
Questionnaire (SDQ) merupakan suatu kuesioner singkat tentang
tingkah laku anak. Kuesioner ini terdiri dari 25 item pertanyaan
dengan lima subskala dimana masing-masing dari subskala tersebut
menggambarkan atribut psikologis, yaitu: masalah emosional
(emotional symptoms), perilaku (conduct problems), hiperaktif
(hyperactivity), hubungan dengan teman sebaya (perr problems) dan
ketidakpedulian (prososial).
Ketidakpedulian yaitu suatu perilaku adaptif dari perilaku
prososial atau tindakan membantu. Prososial adalah suatu atribut
psikologis positif yang harus dimiliki seorang anak. Jika tidak ada

13
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
perilaku pro-sosial, anak tidak akan merasa peduli dengan apa yang
terjadi di lingkungannya.
Skor Total kesulitan tingkah laku anak dapat dihitung dengan
cara menjumlah total skor dari empat subskala, yaitu subskala masalah
emosional (emotional symptoms), perilaku (conduct problems),
hiperaktif (hyperactivity), dan hubungan dengan teman sebaya (perr
problems). Skor total tersebut berada pada rentang 0-40, dengan tiga
kategori yaitu normal 0-15, perbatasan/borderline 16-19 dan abnormal
20-40. Sedangkan skor kekuatan tingkah laku pada anak dihitung
dengan satu subskala, yaitu subskala ketidakpedulian (prososial).
Pada rentang 0-10, dengan tiga kategori yaitu normal 6-10, perbatasan
5 dan abnormal 0-4.
2.2 Tinjauan Umun Tentang Anak Usia Sekolah
2.2.2 Definisi Anak Usia Sekolah
Anak usia dasar merupakan anak yang berusia 7-12 tahun ke
atas atau dalam sistem pendidikan, dapat disebut dengan anak usia
sekolah dasar (Bujuri, 2018). Usia ini dikenal sebagai kelompok usia
dimana anak mulai mengalihkan perhatian dan hubungan dekat dalam
keluarga, kerjasama antar teman, dan sikap terhadap pekerjaan atau
belajar (Iklima, 2017).Tanda usia sekolah adalah anak mulai
memasuki sekolah dasar, dan awal dari sejarah baru dalam kehidupan
mereka akan mengubah sikap dan perilaku mereka. Guru menyebut
periode ini sebagai masa sekolah, karena pada usia inilah anak
pertama kali menerima pendidikan formal, tetapi dapat juga dikatakan
usia sekolah adalah masa matang untuk belajar dan masa matang
sekolah (Walansendow, Mulyadi & Hamel, 2016).
2.2.3 Perkembangan Anak Usia Sekolah
2.2.3.1 Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik anak usia sekolah dasar adalah anak
lebih tinggi, lebih berat, dan lebih kuat dari anak PAUD/TK,
yang terlihat pada perubahan sistem rangka, otot, dan motorik.
Anak-anak lebih aktif dan kuat dalam kegiatan fisik/olahraga

14
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
seperti berlari, memanjat, berenang dan kegiatan luar ruangan
lainnya (Khaulani, Neviyarni & Murni, 2020). Aspek
perkembangan fisik ini akan mempengaruhi aspek
perkembangan yang lain, misalnya kondisi fisik anak yang
tidak normal, seperti anak terlalu tinggi atau terlalu pendek,
dan anak terlalu kurus atau terlalu gemuk, yang akan
mempengaruhi kepercayaan diri anak. Rasa kepercayaan ini
akan berkaitan dengan emosi, kepribadian dan interaksi sosial
anak (Latifa, 2017).
2.2.3.2 Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif adalah perkembangan yang
sangat komprehensif, yang berkaitan dengan kemampuan
berpikir, seperti kemampuan menalar, kemampuan mengingat,
kemampuan memecahkan masalah praktis, kemampuan
memiliki ide dan kreativitas. Perkembangan kognitif
berpengaruh pada perkembangan psikologis dan emosional
anak serta kemampuan berbahasa. Sikap dan perilaku anak
juga berkaitan dengan kemampuan berpikir anak. Oleh karena
itu, perkembangan kognitif dapat dikatakan sebagai kunci
perkembangan non-fisik (Bujuri, 2018).
Teori perkembangan kognitif dikemukakan oleh Piaget
menyatakan bahwa untuk anak usia 7 sampai 11 tahun, anak
usia sekolah dasar umumnya berada pada tahap operasinal
konkret. Tahap operasional konkret adalah tahap ketiga dari
tahap perkembangan kognitif Piaget. Pada tahap ini, anak-anak
dapat membuat kesimpulan secara logis tentang hal-hal
bersifat konkret, tetapi mereka masih belum dapat membuat
kesimpulan logis tentang hal-hal abstrak (Trianingsih, 2016).
2.2.3.3 Perkembangan emosional
Perkembangan emosi merupakan suatu keadaan
kompleks yang dapat diekspresikan dalam bentuk perasaan
atau pikiran, dan ditandai dengan perubahan biologis yang

15
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
disebabkan oleh perilaku seseorang (baik berupa keinginan,
perasaan, maupun keadaan mental yang tidak terkendali).
Adapun perkembangan usia 7-12 tahun, yaitu: (a)
Perkembangan emosi anak usia 7-8 tahun saat ini, anak telah
terinternalisasi rasa malu dan bangga. Anak-anak dapat
menggunakan kata-kata untuk mengungkapkan konflik
emosional yang mereka alami. Semakin tua anak, semakin
sadar akan perasaan dirinya dan orang lain. (b) Anak usia 9-10
anak dapat mengatur ekspresi emosi dalam situasi sosial dan
dapat mengatasi tekanan emosional yang disebabkan oleh
orang lain. Selain itu, juga dapat mengontrol emosi negatif
seperti rasa takut dan sedih. Anak akan mengerti apa yang
membuat mereka sedih, marah atau takut, sehingga mereka
belajar beradaptasi untuk mengendalikan emosi tersebut. (c)
Pada usia 11-12 tahun, pemahaman anak tentang baik dan
buruk, serta pemahaman mereka tentang norma, aturan, dan
nilai yang berlaku di lingkungannya menjadi semakin
fleksibel, tidak kaku seperti di masa kanak-kanak. Mereka
mulai memahami bahwa penilaian atau aturan baik atau buruk
dapat diubah sesuai dengan lingkungan atau keadaan di mana
perilaku itu terjadi. Nuansa emosional mereka semakin
beragam (Ilham, 2020).
2.2.3.4 Perkembangan bahasa
Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi dalam interaksi
sosial. Perkembangan bahasa anak akan dimulai di sekolah
dasar dan mencapai kesempurnaan pada akhir masa remaja.
Pada uisa late primary (7-8 tahun), perkembangan bahasa anak
sangat pesat. Salah satu faktor yang mempengaruhi
perkembangan bahasa siswa sekolah dasar adalah faktor
lingkungan. Siswa SD banyak belajar dari orang-orang di
sekitarnya, terutama lingkungan keluarga yang paling dekat
dengan anaknya (Khaulani, Neviyarni & Murni, 2020).

16
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
2.3 Tinjauan Umum Tentang Bencana Alam
2.3.1 Definisi Gempa Bumi
Gempa bumi adalah suatu guncangan atau getaran yang terjadi
di atas permukaan bumi, diakibatkan karena energi dilepaskan secara
tiba-tiba di bawah permukaan bumi sehingga menimbulkan
gelombang seismik. Gempa bumi biasanya diakibatkan oleh
pergerakan kerak dan lempeng. Selain itu, letusan gunung berapi
dapat menyebabkan gempa bumi. Gempa bumi juga dapat dipahami
sebagai gempa bumi karena pelepasan energi secara tiba-tiba dari
bumi yang ditandai dengan jatuhnya lapisan kerak atau batuan
permukaan (BPBD Banda Aceh, 2018).
Gempa bumi merupakan suatu peristiwa yang terjadi ketika
energi yang tersimpan di kerak bumi dilepaskan atau dilepaskan ke
arah permukaan. Energi yang dilepaskan diubah menjadi gelombang
getaran atau guncangan yang terlihat oleh manusia, dan direkam oleh
alat perekam seismik khusus yang disebut seismograf. Gempa bumi
biasanya memiliki karakteristik tertentu yang terjadi secara tiba-tiba
dan cepat dalam hitungan menit bahkan detik (Partuti & Umyati,
2019).
2.3.2 Jenis - Jenis Gempa Bumi
Jenis gempa dibedakan menjadi dua bagian berdasarkan penyebabnya
dan kedalamannya.
2.3.2.1 Berdasarkan Penyebabnya
Sebagai berikut: (a) Gempa tektonik, sejenis gempa bumi
yang diakibatkan oleh bergesernya lempeng tektonik. Gempa
bumi ini menghasilkan energi dalam jumlah besar karena
tekanan yang terjadi antar berbatuan dari dalam perut bumi.
Gempa bumi ini juga sangat sering terjadi dan dapat
menyebabkan sebagian besar kerusakan fisik dan
menimbulkan jatuhnya korban jiwa. Ini karena pelepasan
energi tektonik terjadi secara tiba-tiba dari gerakan persepsi.
(b) Gempa vulkanik, adalah gempa bumi yang disebabkan

17
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
oleh aktivitas magma dalam perut bumi. Gempa ini biasanya
terjadi sebelum letusan gunung berapi. Peningkatan aktivitas
di pegunungan menimbulkan ledakan yang mengakibatkan
gempa bumi. Gempa ini hanya bergantung pada intensitas
letusan yang memiliki gunung berapi aktif dan berada dalam
kisaran tertentu. (c) Gempa tumbukanmerupakan gempa
bumi yang disebabkan karena tumbukan meteorit atau
asteroid yang menghantam bumi. (d) Gempa runtuhan, yaitu
gempa bumi yang diakibatkan karena kejadian tanah longsor.
(e) Gempa buatan manusia, gempa bumi ini
diakibatkankarena aktivitas manusia berupa ledakan dinamit
dan uji coba nuklir.(Mandela & Wanane, 2020).
2.3.2.2 Berdasarkan Kedalamannya
Sebagai berikut: (a) Gempa bumi dalam,merupakan gempa
bumi yang pusat atau sub-pusatnya terletak pada kedalaman
lebih dari 300 km dari permukaan atau kerak bumi. Secara
umum gempa bumi ini tidak berbahaya. (b) Gempa bumi
menengah, merupakan gempa bumi pada kedalaman 60-300
km di bawah permukaan. Secara umum gempa bumi ini dapat
menyebabkan kerusakan ringan dan lebih banyak getaran. (c)
Gempa bumi dangkal, merupakan gempa bumi yang pusat
gempanya pada kedalaman kurang dari 60 km dari
permukaan. Gempa dangkal ini biasanya banyak
menimbulkan kerusakan (BNPB NTB, 2020).

18
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
2.4 Kerangka Teori
Gambar 2.4 Kerangka Teori

Macam-macam Trauma
Trauma Psikologis
Psikologis berdasarkan
penyebabnya.
Gejala-gejala trauma
psikologis yang timbul - Kekerasan komunitas
berdasarkan jenisnya: - Bullying
- Fisik
- Comlex trauma
- Emosional - Trauma anak usia dini
- Mental - Kekerasan rumah
- Perilaku tangga
- Trauma pengobatan
Penanganan trauma psikologis - Kekerasan fisik
- Pelecehan seksual
pada anak yaitu:
- Trauma terorisme
- Play therapy(Terapi bermain) - Trauma duka cita
- SDQ sebagai alat skrining
tingkah laku pada anak Bencana Gempa
Bumi

Jenis-jenis gempa bumi yaitu:


1. Berdasarkan penyebab
- Gempa tektonik
- Gempa vulkanik
- Gempa tumbukan
- Gempa runtuhan
- Gempa buatan
2. Berdasarkan kedalaman
- Gempa bumi dalam
- Gempa bumi menengah
- Gempa bumi dangkal

19
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuantitatif
dengan menggunakan desain deskriptif. Deskriptif merupakan penelitian
yang melukiskan atau menggambarkan, keadaan objek penelitian, sesuai
dengan situasi maupun kondisi pada saat penelitian tersebut dilaksanakan
(Sugiyono, 2017). Desain deskriptif ini digunakan yaitu untuk melihat suatu
gambaran kejadian fenomena pada kelompok populasi tertentu
(Notoatmodjo, 2018).
3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
3.2.1 Populasi
Populasi merupakan seluruh jumlah objek pada penelitian atau
objek yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2018). Populasi pada
penelitian ini yaitu anak usia sekolah korban bencana gempa bumi di
Desa Mekkatta Kecamatan Malunda sebanyak50anak, data diperoleh
dari pos pengungsian Aholeang dan Rui pada bulan April 2021.
3.2.2 Sampel
Sampel adalah suatu objek yang akan diteliti oleh peneliti yang
dianggap mewakili keseluruhan populasi (Notoatmodjo, 2018).
Sampel yang ditentukan sebagai subyek dari penelitian ini adalah anak
usia sekolah korban bencana gempa bumi.
3.2.3 Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan sebuah teknik dalam pengambilan
sampel (Sugiyono, 2017). Teknik pengambilan sampel yang
digunakan pada penelitian ini adalah teknik total sampling. Teknik
total sampling merupakan teknik pengambilan sampel dimana
keseluruhan anggota populasi tersebutsemuanya dijadikan sampel
(Sugiyono, 2017).

20
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
Sampel yang dipilih pada penelitian ini memiliki kriteria inklusi
dan eksklusi sebagai berikut:
a) Kriteria inklusi
1) Anak usia sekolah (7-12 tahun)
2) Mengalami dan atau menjadi korban bencana gempa bumi
3) Bersedia menjadi responden
b) Kriteria eksklusi
1) Anak yang sedang sakit saat penelitian dilakukan
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mekkatta, Kecamatan
Malunda Kabupaten Majene. Alasan peneliti melakukan penelitian di
Desa Mekkatta ini dikarenakan desa ini salah satu desa yang paling
parah terdampak bencana gempa bumi.
3.3.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan yaitu dimulai pada bulan Juni
tahun 2021.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan peneliti
dalam pengumpulan data (Notoatmadjo, 2018). Instrumen pada penelitian
ini yaitu menggunakan kuesioner. Kuesioner digunakan untuk memperoleh
data demografi, (meliputi nama(inisial), usia, dan jenis kelamin) dan data
trauma psikologis pada anak korban bencana gempa, kuesioner tersebut
disusun dengan berpedoman pada SDQ(Strength and Difficulties
Questionnaire). Kuesioner ini terdiri dari 25 item pertanyaan dengan lima
subskala, yaitu:
a) Masalahemosional (emotional symptoms) : 3, 8, 13, 16, 24
b) Masalah perilaku (conduct problems) : 5, 7, 12, 18, 22
c) Hiperaktif (hyperactivity) : 2, 10, 15, 21, 25
d) Hubungan teman sebaya (perr problems) : 6, 11, 14, 19, 23
e) Ketidakpedulian (prososial) : 1, 4, 9, 17, 20

21
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
E = Emotional; C = Conduct problems; H = hyperactivity; P = Perr
problems; Pr = Prososial.
Penskoran:E = E1 + E2 + E3 + E4 + E5 =

C = C1 + C2 + C3 + C4 + C5 = Skor Total Kesulitan


=E+C+H+P =
H = H1 + H2 + H3 + H4 + H5 =

P = P1 + P2 + P3 + P4 + P5 =

Pr = Pr1 + Pr2 + Pr3 + Pr4 + Pr5 = Skor Kekuatan

3.5 Alur Penelitian


Gambar 3.5 Alur Penelitian

Pengurusan perizinan dari institusi dan penyampaian surat


pengantar penelitian ke Kesbangpol Mejene yang selanjutnya di
serahkan ke kantor Desa Mekkatta dan pengambilan data awal

Populasi
Anak usia sekolah (7-12 thn) korban bencana gempa bumi di
Desa Mekkatta Kecamatan Malunda sebanyak50anak

Sampel
Sampel yang dijadikan subyek pada penelitian ini yaitu anak
usia sekolah korban bencana gempa bumi

Sampling
Teknik total sampling

Pengumpulan Data
Kuesioner SDQ

Analisa Data

Hasil dan Kesimpulan

22
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
Keterangan:
a) Meminta izin pertama kepada pihak kampus Universitas Sulawesi
Barat, fakultas ilmu kesehatan untuk melakukan penelitian.
b) Mengurus perizinan kepada pihak kampus Universitas Sulawesi Barat,
fakultas ilmu kesehatan, kemudian penyampaian surat pengantar
penelitian ke Kesbangpol Majene, dan menyerahkan surat izin ke
kantor Desa Mekkatta.
c) Meminta izin kepada kepala Desa Mekkatta Kecamatan Malunda
untuk melakukan penelitian dan sekaligus pengambilan data awal
setelah surat izin diterima.
d) Setelah pengambilan data awal peneliti menentukan jumlah populasi,
yaitu sebanyak 50 anak usia 7-12 tahun yang terdampak bencana
gempa bumi.
e) Setelah penentuan populasi, peneliti menentukan jumlah sampel yaitu
50 anak dengan menggunakan teknik total sampling.
f) Selanjutnya peneliti melakukan pengumpulan data yaitu dengan cara:
1) Peneliti memberikan penjelasan kepada peserta/responden tentang
maksud maupun tujuan penelitian.
2) Isi dari penjelasan yaitu tentang informed consent dan surat
permohonan menjadi responden. Setelah peneliti mendapat
persetujuan dari responden, peneliti kemudian membacakan dan
memberikan kuesioner tersebut kepada responden serta
memberikan penjelasan tentang cara pengisian kuesioner.
3) Setelah pengisian kuesioner sudah lengkap, selanjutnya di
kumpulkan oleh peneliti dan mengucapkan terima kasih kepada
responden.
g) Setelah data terkumpul, peneliti melakukan analisis data yaitu
menggunakan program SPSS dengan terlebih dahulu melakukan
editing, coding, entry data dan cleaning.
h) Hasil dan kesimpulan ditentukan setelah penelitian dilakukan di Desa
Mekatta Kecamatan Malunda.

23
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
3.6 Validitas dan Reliabilitas
Kuesioner Strenght and Difficulties Questionnaire(SDQ)sebanyak 25
item pernyataan yang terdiri dari 5 subskala yaitu emotional symptoms,
conduct problems, hyperactivity, perr problems, danprososial.Dilakukan uji
validitas dan reliabilitas pada 56 responden di Lembaga Pembinaan Khusus
Anak (LPKA). Dengan nilai validitas yaitu 0,012 item yang valid dan nilai
reliabilitas 0,773 (Agustine, Sutini & Mardhiyah, 2018).
3.7 Pengelola Data dan Analisa Data
3.7.1 Pengelola Data
Apabila data yang diperlukan didapatkan selanjutnya masuk
pada proses pengolahan data. Langkah-langkah pengolahan data
penelitian dari lembar kuesioner dapat dilakukan dengan cara manual
maupun menggunakan bantuan komputer (komputerisasi). Menurut
Notoatmodjo (2018), pengolahan data adalah suatu langkah penting
yang digunakan dalam memperoleh data penelitian yang masih
mentah dengan tujuan untuk memperoleh penyajian data penelitian
sebagai hasil yang berkualitas. Berikut langkah-langkah dalam
pengelolaan data penelitian yaitu:
3.7.1.1 Editing (Penyunting Data)
Dalam penelitian ini, setelah data awal dikumpulkan
menggunakan kuesioner kemudian dilakukan proses editing
yaitu mengecek kembali data yang masuk dengan tujuan
untukmelengkapi data yang masih kurang.Dalam proses
editing data yang diperoleh peneliti hanya data benar-benar
diperlukan dan objektif.
3.7.1.2 Coding (Pengkodean)
Coding merupakan memberikan kode atau nomor pada
kuesioner penelitian untuk memudahkan entri dan analisa data.
Codingdata dilakukan dengan cara memberikan kode pada tiap
jawaban responden. Pengkodean dalam penelitian ini yaitu
kesulitan tingkah laku pada anak untuk (normal = 1, perbatasan

24
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
= 2, dan abnormal = 3) dan kekuatan tingkah laku anak untuk
(normal = 1, perbatasan 2, dan abnormal = 3).
3.7.1.3 Data Entry (Memasukan Data)
Setelah proses penyuntingan dan pengkodean data
selesai, selanjutnya dilakukan data entry dalam bentuk kode
dengan menggunakan bantuan komputer. Salah satu program
komputer yang sering digunakan penelitidalam memasukan
data penelitian yaitu program statistik terkomputerisasi
(SPSS).
3.7.1.4 Cleaning (Pembersihan Data)
Setelah seluruh data pada penelitian dimasukkan,
selanjutnya dilakukan kembali pengecekan data yang
tujuannya untuk melihat ada kesalahan atau tidak. Bila ternyata
ada kesalahan dalam memasukkan data, maka harus dilakukan
pembetulan pada data yang disebut dengan cleaning.
3.7.2 Analisa Data
Analisa data pada penelitian ini yaitu menggunakan analysis
univariat.Analysis univariatmerupakan analisa data yang tujuannya
untuk mendeskripsikan dan memberi gambaran pada objek penelitian
yang meliputi sampel atau populasi. Padaanalysis univariat ini
selanjutnya data penelitian akan di interprestasikan dalam bentuk
distribusi frekuensi dan presentasi (Notoatmodjo, 2018).
3.8 Definisi Operasional
Tabel 3.8 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Trauma Trauma psikologis Kuesioner 1. Kesulitan Ordinal
Psikologis merupakan suatu berjumlah tingkah laku
pada anak
kejadian traumatic 25 item
- Normal
yang dialami anak, pertanyaan. 0-15
yangberdampak pada Pilihan - Perbatasan
16-19
psikologisnya, dimana jawaban:
- Abnormal
anak tersebut - Tidak 20-40
mengalami gangguan Benar = 0 2. Kekuatan

25
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
pada tingkah lakunya, - Agak tingkah laku
berupa masalah Benar = 1 pada anak
- Normal
emosional, perilaku, - Benar = 2
6-10,
hiperaktif, hubungan - Perbatasan
teman sebaya dan 5
- Abnormal
prososial.
0-4.

3.9 Etika Penelitian


Dalam penelitian ini harus dilakukan dengan memperhatikan etika
penelitian. Prinsip etik pada penelitian ditetapkan dalam suatu kegiatan
penelitian dimulai pada saat penyusunan proposal hingga penelitian tersebut
di publikasikan (Notoatmodjo, 2018). Adapun etika penelitian yang
dipertimbangkan yaitu:
3.9.1 Menghormati Harkat dan Martabat Manusia (Respect For Human
Dignity)
Penelitian harusberkaitan dengan harkat dan martabat manusia.
Subjek yang berpartisipasi dalam penelitian ini memiliki hak asasi
serta kebebasan untuk memilih ikut dalam penelitian atau tidak
(autonomy). Sebelum subjek memilih, peneliti dapat menjelaskan
secara lengkap dan jelas tujuan penelitian, manfaat, metode, risiko
penelitian, dan kerahasiaan informasi. Prinsip ini juga sepenuhnya
tertuang dalam kontrak yang ditandatangani oleh subjek setelah
memperoleh gambaran yang lengkap dan jelas tentang prosedur umum
proses tersebut.
3.9.2 Menghormati Privasi dan Kerahasiaan Subjek (Respect For Privacy
and Confientiality)
Mereka yang digunakan sebagai subjek memiliki privasi serta
hak asasi dengan adanya kerahasiaan informasi. Kerahasiaan
informasi dilakukan dengan cara mengubah identitas subjek yaitu
nama diganti dengan kode berupa nomor atau nama inisial, serta
alamat dan nomor telpon tidak dicantumkan dalam hasil penelitian.

26
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
3.9.3 Menghormati Keadilan dan Inklusivitas (Repect For Justice
Inculusiveness)
Dalam penelitian ini prinsip keterbukaan diterapkan secara jujur,
cermat, tepat, arif dan profesional. Sedangkan pada prinsip keadilan
penelitian diterapkan tanpa membeda-bedakan kriteria yang tidak
relevan dalam pemilihan subjek penelitian, namun karena alasan
ilmiah yang berkaitan dengan masalah penelitian.
3.9.4 Memperhitungkan Manfaat dan Kerugian yang Ditimbulkan
(Balancing Harm Andbenefist)
Prinsip ini bermakna bahwa semua proses penelitian harus
memperhatikan manfaat untuk subjek serta populasi penelitian dimana
hasil penelitian tersebut diaplikasikan. Manfaat dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui sejauh mana tingkat trauma psikologis,
sehingga dapat ditangani secara tepat dengan dampak negatif yang
minimal pada individu.

27
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Karakteristik Responden
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 04Juni 2021dengan
jumlah responden 50 anak usia sekolah yang berada di Desa Mekkatta
Kecamatan Malunda dengan teknik pengambilan sampel yaitu teknik
total sampling.Adapun karakteristik anak usia sekolah (7-12 tahun)
yang dipaparkan yaitu mencakup usia dan jenis kelamin. Data yang
diperoleh menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia 7
tahun yaitu sebanyak 10 orang (20.0%)dengan rata-rata usia 9.36
tahun dan nilai tengah 9 tahun. Terlihat pada data jenis kelamin laki-
laki sebanyak 22 orang (44.0%), perempuan sebanyak 28 orang
(56.0%).

Tabel 4.1.1Karakteristik Responden Berdasarkan Usia dan Jenis


Kelamin Pada Anak Usia Sekolah (7-12 tahun) Pasca Gempa di Desa
Mekkatta Kecamatan Malunda
Karakteristik Responden Frekuensi (f) Persentase (%)
Usia
7 Tahun 10 20.0
8 Tahun 9 18.0
9 Tahun 8 16.0
10 Tahun 8 16.0
11 Tahun 6 12.0
12 Tahun 9 18.0
Total 50 100.0

Jenis Kelamin
Laki-laki 22 44.0
Perempuan 28 56.0
Total 50 100.0

Tabel 4.1.2 StatisticsUsia Responden

28
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
Usia Mn Max Mean Median Variance Std.Deviation
7-12 thn 7 12 9.36 9 3.17 1.78

4.1.2 Gambaran trauma psikologis pada anak usia sekolah (7-12 tahun)
pasca bencana gempa di Desa Mekkatta Kecamatan Malunda
Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambarantrauma
psikologis anak usia sekolah (7-12 tahun) subskala kesulitan tingkah
laku yaitu, sebanyak 18 orang (36.0%) berada pada kategori normal,
sebanyak 27 orang (54.0%) kategori perbatasan, dan 5 orang (10.0%)
berada pada kategori abnormal. Sedangkan subskala kekuatan tingkah
laku yaitu, 27 orang (54.0%) pada kategori normal, 19 orang kategori
perbatasan, dan sebanyak 4 orang (8.0%) berada pada kategori
abnormal. Hasil penelitian mengenai gambaran trauma psikologis
kekuatan dan kesulitan tingkah laku anak usia sekolah di Desa
Mekkatta Kecamatan Malunda dapat dilihat pada tabel 4.1.3 di bawah
ini.

Tabel 4.1.3Distribusi Responden Berdasarkan Gambaran Trauma


Psikologis Kekuatan dan Kesulitan Tingkah Laku Anak Usia Sekolah
(7-12tahun) Pasca Bencana Gempa Di Desa Mekkatta Kecamatan
Malunda
Trauma Normal Perbatasan Abnormal Total
f % f % f % f %
Psikologis
Skala Kesulitan 18 36.0% 27 54.0% 5 10.0% 50 100.0%
Skala Kekuatan 27 54.0% 19 38.0% 4 8.0% 50 100.0%

29
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
4.2 Pembahasan
4.2.1 Karakteristik Responden
Anak usia dasar merupakan anak yang berusia 7-12 tahun ke
atas atau dalam sistem pendidikan, dapat disebut dengan anak usia
sekolah dasar (Bujuri, 2018). Usia ini dikenal sebagai kelompok usia
dimana anak mulai mengalihkan perhatian dan hubungan dekat dalam
keluarga, kerjasama antar teman, dan sikap terhadap pekerjaan atau
belajar (Iklima, 2017).Merujuk pada tabel 4.1.1. Distribusi Responden
Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin Anak Usia Sekolah (7-12 tahun)
Pasca Gempa di Desa Mekkatta Kecamatan Malundamenunjukkan
bahwa responden berusia 7 tahun sebanyak 10 orang (20.0 %), berusia
8 dan 12 tahun sebanyak 9 orang (18.0%), berusia 9 dan 10 tahun
sebanyak 8 orang (16.0%), serta paling sedikit berusia 11 tahun
sebanyak 6 orang (12.0%). Dimana rata-rata usia 9.36 tahun dan nilai
tengah 9 tahun.Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Hanifah & Pratiwi, 2020 yaitu usia yang paling
banyak mengalami trauma yang disebabkan oleh kejadian bencana
alam angin puting beliung yaitu usia 7- 12 tahun sebanyak 19
responden (63.3%).
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa usia
merupakan faktor kunci dalam pemahaman anak-anak tentang
bencana. Usia sebagai indikator keterampilan perkembangan anak
dalam merefleksikankemampuan untuk memahami bahwa bencana
atau peristiwa dapat menyebabkan trauma. Pengalaman penelitian
terkait bencana pada kelompok usia sekolah menyatakan bahwa anak
usia sekolah menunjukkan adanya tekanan psikologis (Purnamasari,
2016).
Menurut teori perkembangan psikososial Erikson (1994), teori
ini menunjukkan bahwa kognitif anak belum siap dan tidak mampu
menetapkan solusi penyelesaian konflik yang dialami anak, anak takut
untuk mengingat pengalaman hidup karena melihat kejadian atau
peristiwa, anak memiliki keterbatasan mengekspresikan suara

30
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
hatinyahal ini dikarenakan anak masih membangun
superegonya.Perkembangan kognitif adalah perkembangan yang
sangat komprehensif, yang berkaitan dengan kemampuan berpikir,
seperti kemampuan menalar, kemampuan mengingat, kemampuan
memecahkan masalah praktis, kemampuan memiliki ide dan
kreativitas. Perkembangan kognitif berpengaruh pada perkembangan
psikologis dan emosional anak serta kemampuan berbahasa (Bujuri,
2018).
Teori perkembangan kognitif dikemukakan oleh Piaget
menyatakan bahwa untuk anak usia 7 sampai 11 tahun, anak usia
sekolah dasar umumnya berada pada tahap operasional konkret. Tahap
operasional konkret adalah tahap ketiga dari tahap perkembangan
kognitif Piaget. Pada tahap ini, anak-anak dapat membuat kesimpulan
secara logis tentang hal-hal bersifat konkret, tetapi mereka masih
belum dapat membuat kesimpulan logis tentang hal-hal abstrak
(Trianingsih, 2016).
Anak usia sekolah yang terkena bencana perlu menjalani proses
adaptasi. Dalam proses adaptasi, beberapa anak dapat bertahan dan
pulih dari situasi negatif, dan beberapa anak gagal karena tidak dapat
menghadapi perubahan yang ada. Tergantung sejauh mana
kemampuan individu untuk beradaptasi dengan perubahan kehidupan
yang disebut dengan resiliensi (Nuari, 2017).
Menurut Rahmat & Alawiyah, 2020 peristiwa atau pengalaman
traumatis akan di hayati berbeda-beda pada setiap orang, sehingga
setiap orang akan mengalami reaksi yang berbeda-beda ketika
menghadapi suatu peristiwa traumatis. Menjelaskan bahwa gender
memengaruhi respons seseorang terhadap peristiwa traumatis.
Kebanyakan pria menghadapi peristiwa traumatis, tetapi wanita lebih
banyak yang mengembangkan trauma psikologis sebagai respon atas
peristiwa traumatis ini.
Berdasarkan tabel 4.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia
dan Jenis Kelamin Anak Usia Sekolah (7-12 tahun) Pasca Gempa di

31
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
Desa Mekkatta Kecamatan Malunda memberikan
memperlihatkanbahwaperempuan sebanyak 28 orang (56.0%) dan
laki-laki 22 orang (44.0%). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan olehThoyibah, et al., 2019 yaitu jumlah
responden yang mengalami trauma paling banyak berjenis kelamin
perempuan 26 responden (55.32%) dan laki-laki 21 responden
(44.68%).Adanya perbedaan respons perempuan dan laki-laki
terhadap peristiwa traumatis diduga terkait dengan perbedaan respons
adaptif.
Menurut (Santoso & Tjhin, 2018), laki-laki dan perempuan
bereaksi berbeda dalam menghadapi konflik. Perempuan memiliki
persepsi negatif tentang konflik dan tekanan, pada konflik perempuan
dapat menyebabkan stres, kecemasan dan ketakutan. Sedangkan laki-
laki biasanya menikmati adanya konflik dan persaingan, dimana
menurut mereka konflik dapat memberikan dorongan yang positif.
Dengan kata lain, ketika perempuan berada di bawah tekanan, mereka
umumnya lebih rentan terhadap gangguan psikologis.
4.2.2 Gambaran trauma psikologis pada anak usia sekolah (7-12 tahun)
pasca bencana gempa di Desa Mekkatta Kecamatan Malunda
Trauma merupakan sebuah peristiwa yang terjadi pada
seseorang yang mempunyai dampak yang cukup berat. Seseorang
yang menderita trauma berat akan merusak kesehatan pada psikologis
atau kejiwaannya (Widyastuti, Widha & Aulia, 2019).Kejadian trauma
sangat erat kaitannya dengan kondisi mental dan psikologis individu.
Trauma psikologis adalah suatu pengalaman atau suatu situasi yang
dialami oleh individu, dimana individu merasa bahwa dirinya
mengalami kelelahan secara emosional, kognitif, serta fisiknya
sehingga hilangnya kemampuan individu dalam menghadapi situasi
yang sedang dialaminya (Giller, 2018).
Hasil penelitianyang diperlihatkan oleh tabel 4.1.3.
menunjukkan bahwa gambaran trauma psikologisdari 50 responden
anak usia sekolah(7-12 tahun).Pada subskala kesulitan sebagian besar

32
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
dalam kategori perbatasan yaitu 27 orang (54.0%), normal 18 orang
(36.0%), dan sebagian kecil dalam kategori abnormal 5 orang
(10.0%). Sedangkan subskala kekuatan sebagian besar dalam kategori
normal yaitu 27 orang (54.0%), perbatasan 19 orang (38.0%), dan
sebagian kecil dalam kategori abnormal 4 orang (8.0%).
Pada penelitian Lestari, et al., 2018tingkat kesulitan tidak sesuai
dengan penelitian ini, dimana sebagian besar dalam kategori normal
sebanyak 79 orang (79.0%), perbatasan 18 orang (18.0%) dan
sebagian kecil abnormal sebanyak 3 orang (3.0%). Sedangkan pada
tingkat kekuatan sesuai dengan penelitian ini, yaitu sebagian
besardalam kategori normal sebanyak 89 orang (89.0%), perbatasan 8
orang (8.0%), dan sebagian kecil abnormal 3 orang (3.0%).
Penelitian yang dilakukan oleh Lestari, et al., 2018 pada
subskala kesulitan tidak sejalan dengan hasil penelitian ini. Hasil
penelitian didapatkan subskala kesulitan paling banyak berada pada
kategori perbatasan 27 orang (54.0 %). Kategori perbatasan pada
penelitian ini disebabkan karena sebagian besar responden merasa
gelisah, cemas atau khawatir, sulit berkonsentrasi, dan mudah menjadi
takut. Hal ini sejalan dengan penelitian Agustine, Sutini & Mardhiyah,
(2018)menunjukkan bahwa masalah utama perilaku psikologis
sebagian besar disebabkan oleh kecemasan,kekhawatiran dan
kegelisahan. Selainitu, sebagian kecil responden seringkali tidak dapat
mengendalikan amrahnya.
Masalah trauma psikologis anak dilihat dari Strenghts and
Difficulties Questionnaire (SDQ). Total strenghts atau kekuatan
didapatkan dari total skor perilaku prososial.Ketidakpedulian yaitu
suatu perilaku adaptif dari perilaku prososial atau tindakan membantu.
Prososial adalah suatu atribut psikologis positif yang harus dimiliki
seorang anak. Jika tidak ada perilaku pro-sosial, anak tidak akan
merasa peduli dengan apa yang terjadi di lingkungannya (Keliat &
Marliana 2018).

33
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
Sedangkan total diffculties atau kesulitan didapatkan dari
penjumlahan total skor dari empat aspekyaitu emosional,
hiperaktifitas, masalah perilaku conduct dan masalah hubungan
dengan teman sebaya. Adapun aspek kesulitan yaitu: (a) Gejala emosi
(emotional), semua aspek gejala emosional mengarah pada perasaan
dalam pikiran yang khas, serangkaian kecenderungan perilaku dalam
suatu keadaan biologis dan psikologis. Anak yang mengalami
gangguan emosi dan perilaku memiliki karakteristik yang kompleks,
seperti banyak khawatir, sering mengeluh sakit, dan sering menangis
atau tidak merasa bahagia.(b) Hiperaktifitas (hyperactivity), yaitu pola
perilaku dimana seseorang menunjukkan sikap tidak mau diam,
ceroboh, impulsif, atau sewenang-wenang. Anak-anak dengan
perilaku ini seringkali sulit untuk diatur atau dikontrol. Perilaku yang
muncul biasanya tidak bisa duduk diam atau tampak gelisah, sulit
menikmati aktivitas atau permainan yang tenang, ingin selalu aktif,
dan suka berbicara terkadang tidak sesuai konteks.(c) Masalah
perilaku, dari aspek perilaku mengganggu atau mengacau adalah pola
perilaku negatif, bermusuhan dan perilaku menentang terus-menerus,
tanpa pelanggaran serius terhadap norma sosial atau hak orang lain.
Masalah perilaku seperti ini merupakan masalah yang paling sering
ditunjukkan oleh anak-anak, seperti memukul, menendang, mengejek,
dan menolak untuk menuruti permintaan orang lain. (d) Hubungan
dengan teman sebaya (peer problem), yaitu masalah teman sebaya
dimana anak kurang dapat berinteraksi dengan teman sebaya di rumah
atau di sekolah. Kesulitan sosial anak seringkali membuat mereka
kurang dapat diterima oleh teman sebayanya, sehingga membatasi
anak untuk aktif berinteraksi dengan kelompok sebayanya (Istiqomah,
2017).
Menurut Agustine, Sutini & Mardhiyah, (2018), perilaku normal
berdasarkan psikologi mengacu pada perilaku yang tidak mengganggu
kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan atau bergaul
dengan orang lain, dan perilaku abnormal dapat berasal dari: (a)

34
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
perilaku maladaptif (ketidakmampuan untuk beradaptasi dengan
lingkungan), (b) kesusahan pribadi (selalu khawatir, tekanan mental,
selalu marah, mengalami berbagai sakit dan nyeri). Kemudian, untuk
kategori perbatasan (borderline) yaitu berada pada ambang batas
perilaku normal dan abnormal, karena masih harus mendapat
perhatian agar tidak menjadi perilaku abnormal, tetapi menjadi
perilaku normal.
Pada penelitian gambaran trauma psikologis anak usia
sekolahyang mengalami kategori perbatasandan abnormal penanganan
utama yang dapat dilakukan yaitu dengan play therapy (terapi
bermain).Terapi bermain adalah sejenis teknik konseling yang
diberikan kepada anak-anak melalui konsep bermain sebagai cara
berkomunikasi dengan orang dewasa untuk mengekspresikan ekspresi
alami. Kemudian, metode ini digunakan untuk mengintervensi atau
berbicara dengan mereka untuk menciptakan perasaan yang lebih baik
dan mengembangkan situasi agar dapat memecahkan masalah yang
ada(Darmayanti, Ekawati &Rachmat, 2020).
Play therapy (terapi bermain) yaitu kegiatan seperti menari,
bernyanyi, dan bercerita yang dibarengi dengan materi mengenai
perlindungan anak. Dimana kegiatan tersebut penting dilaksanakan
agar dapat menjaga mental anak tetap stabil (Salamor, Salamor &
Ubwarin, 2020).Salah satu teknik terapi permainan adalah
mendongeng. Mendongeng adalah suatu kesenian yang menggunakan
bahasa, suara, dan gerakan tubuh untuk mengekspresikan unsur dan
gambar cerita secara langsung kepada penonton. Seperti yang kita
ketahui bersama, penggunaan mendongeng sebagai media pemulihan
trauma pada anak telah menjadi budaya dan dengan cepat
mempengaruhi perkembangan kesehatan seseorang. Dalam proses
bercerita, penonton merasa sangat santai dan tenggelam dalam latar
cerita, karena ketika mendengarkan cerita, setiap penonton memiliki
imajinasi masing-masing tentang karakter dan latar cerita
(Syamsuddin, 2019).

35
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
36
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian dengan judul gambaran trauma
psikologis pada anak usia sekolah (7-12 tahun) pasca bencana gempa di
Desa Mekkatta Kecamatan Malunda. Maka dapat disimpulkan anak usia
sekolah di Desa Mekkatta mengalami trauma psikologis. Hal ini dibuktikan
pada 50 responden dengan didapatkannya data yang menunjukkan pada
subskala kesulitan tingkah laku yaitu, sebanyak 18 orang (36.0%) berada
pada kategori normal, 27 orang (54.0%) kategori perbatasan, dan 5 orang
(10.0%) berada pada kategori abnormal. Sedangkan subskala kekuatan
tingkah laku yaitu, 27 orang (54.0%) pada kategori normal, 19 orang
kategori perbatasan, dan sebanyak 4 orang (8.0%) berada pada kategori
abnormal.
5.2 Saran
5.2.1 Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
informasi bagi dosen dan mahasiswa untuk mempelajari tentang
trauma psikologis sehingga dapat digunakan untuk praktek profesi
Ners dalam memberikan asuhan keperawatan profesional kepada
pasien yang mengalami gejala trauma psikologis maupun pasien yang
mengalami trauma psikologis baik di rumah sakit ataupun di
masyarakat.
5.2.2 Institusi Pendidikan Keperawatan
Diharapkan hasil penelitian tersebut dapat mengembangkan
metode pembelajaran mahasiswa sesuai dengan evidence based
sehingga mahasiswa mengetahui perlunya intervensi pada masyarakat
korban pasca bencana gempa bumi.
5.2.3 Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian inidapat digunakan sebagai data awal bagi
peneliti yang akan melaksanakan penelitian pada ruang lingkup yang
sama. Selain itu juga disarankan pada peneliti selanjutnya untuk

37
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
melakukan intervensi keperawatan khususnya bagi responden yang
berada pada trauma psikologis kategori abnormal.

38
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
DAFTAR PUSTAKA

Agustine1, E. M., Titin, S., & Mardhiyah, A. (2018). Skrining Perilaku Remaja Di
Lembaga Pembinaan Khusus Anak (Lpka) Kelas Ii Bandung. Jurnal
Keperawatan Komprehensif, 4(1), 34-36.

Badan Geologi. (2021). Kajian Kejadian Gempa Bumi Majene Januari 2021 Pusat
Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi. Https://Vsi.Esdm.Go.Id.
Retrieved from https://vsi.esdm.go.id/index.php/gempabumi-a-
tsunami/kejadian-gempabumi-a-tsunami/3399-kajian-kejadian-gempa-bumi-
majene-januari-2021-pusat-vulkanologi-dan-mitigasi-bencana-geologi

BNPB. (2017). Definisi Bencana. Www.Bnpb.Go.Id.


https://www.bnpb.go.id/definisi-bencana

BNPB NTB. (2020). Gempa Bumi. Https://Bpbd.Ntbprov.Go.Id.


https://bpbd.ntbprov.go.id/?q=content/gempa-bumi-0.

BNPB Banda Aceh. (2018). Pengertian Gempa Bumi, Jenis-Jenis, Penyebab,


Akibat, dan Cara Menghadapi Gempa Bumi.
Http://Bpbd.Bandaacehkota.Go.Id.
http://bpbd.bandaacehkota.go.id/2018/08/05/pengertian-gempa-bumi-jenis-
jenis-penyebab-akibat-dan-cara-menghadapi-gempa-bumi/

BPBD. (2018). Definisi Bencana menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun


2007. Bpbd.Tanahlautkab.Go.Id.http://bpbd.tanahlautkab.go.id/definisi-
bencana-menurut-undangundang-nomor-24-tahun-2007

Bujuri, D. A. (2018). Analisis Perkembangan Kognitif Anak Usia Dasar dan


Implikasinya dalam Kegiatan Belajar Mengajar. LITERASI (Jurnal Ilmu
Pendidikan), 9(1), 38.

Darmayanti, N., Ekawati, D., & Rachmat, A. (2020). Traditional sundanese games
as play therapy for traumatic risk reduction of child earthquake victims: A
cultural and psychological study. International Journal of Innovation,
Creativity and Change, 11(2), 482.

Endiyono, E., &Hidayah, N.I. (2018). Gambaran Post Traumatic Stress Disorder
Korban Bencana Tanah Longsor di Dusun Jemblung Kabupaten
Banjarnegara. Medisains, 16(3),127.

Erikson. (1994). Identity, Youth, and Crosis.In Suryono (Edt.), The Psycology
Development.Philadelphia: FA Davis.

Esther Giller. (2018). What Is Psychological Trauma? Www.Sidran.Org.


https://www.sidran.org/for-survivors-and-loved-ones/

39
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
Felix Torres. (2018). What Is Posttraumatic Stress Disorder?
Www.Psychiatry.Org. https://www.psychiatry.org/patients-
families/ptsd/what-is-ptsd

Hanifah, U. N., & Pratiwi, A. (2020). Gambaran kecemasan anak dengan post
traumatic stress disorder sebagai dampak bencana alam angin puting beliung.
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 3(2), 176–178.

Hatta, Kusmawati. (2016). Trauma dan Pemulihannya. Banda Aceh: Dakwah Ar-
Raniry Press.

Iklima, N. (2017). Gambaran Pemilihan Makanan Jajanan Pada Anak Usia


Sekolah Dasar. Keperawatan BSI, 5(1), 10.

Ilham. (2020). Perkembangan Emosi dan Sosial Pada Anak Usia Sekolah Dasar.
Journal of Chemical Information and Modeling, 4(1), 164–168.

Istiqomah, I. (2017). Parameter Psikometri Alat Ukur Strengths and Difficulties


Questionnaire (SDQ). Psympathic : Jurnal Ilmiah Psikologi, 4(2), 254.

Kartikaningrum. (2021). Sebanyak 73 Orang Meninggal Akibat Gempa M6,2 di


Sulawesi Barat. Bnpb.Go.Id. Retrieved from https://bnpb.go.id/berita/-
update-sebanyak-73-orang-meninggal-akibat-gempa-m6-2-di-sulawesi-barat

Keliat, B. A., & Marliana, T. (2018). Dukungan Kesehatan Jiwa Dan Psikososial.
Keperawatan Jiwa. Edisi 1 Depok, Jawa Barat.

Khaulani, F., S, N., & Murni, I. (2020). Fase Dan Tugas Perkembangan Anak
Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 7(1), 53-55

Latifa, U. (2017). Aspek Perkembangan pada Anak Sekolah Dasar : Masalah dan
Perkembangannya. Journal of Multidisciplinary Studies, 1(2), 188.

Lestari, T. R., Adyas, A., Rachmawati, E., Ardesa, Y. H., & Pasaribu, E. S.
(2018). Kekuatan dan Kesulitan Remaja Disabilitas di Yayasan Pendidikan
Anak Cacat (YPAC) Jakarta dan Surakarta. Jurnal Kesehatan, 9(2), 250.

Mandela, W., & Wanane, M. (2020). Evaluasi Pemeriksaan Bangunan Rumah


Sederhana Dengan Menggunakan Rapid Visual Screening Di Kelurahan
Saoka Distrik Maladumes Kota Sorong. Jurnal Karkasa, 6(2), 48.

NCTSN. (2018). Trauma Types. Www.Nctsn.Org. https://www.nctsn.org/what-is-


child-trauma/trauma-types

NHS. (2018). Symptoms - Post-traumatic stress disorder. Www.Nhs.Uk.


https://www.nhs.uk/mental-health/conditions/post-traumatic-stress-disorder-
ptsd/symptoms/

40
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan Ketiga.
Jakarta:PT Rineka Cipta.

Nuari, N. A. (2017). Model Peningkatan Resiliensi Anak Usia Sekolah (Model Of


Resilience Improvement On School Age Children After The Kelud Mountain
Eruption Based On Disaster Nursing Competency). Nursing Competency
Journal, 1(1), 3.

Nurulia, R. (2018). Kiat Mengobati Trauma Psikologis pada Anak.


Https://Www.Klikdokter. https://www.klikdokter.com/info-
sehat/read/3465527/kiat-mengobati-trauma-psikologis-pada-anak

Partuti, T., & Umyati, A. (2019). Pengenalan Upaya Mitigasi Bencana Gempa
Bumi Untuk Siswa. Jurnal Pengabdian Dinamika, 1(6), 1–2.

Purnamasari, I. (2016). Perbedaan Reaksi Anak dan Remaja Pasca Bencana.


Jurnal Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 3(1), 49.

Rahmat, K. H., & Alawiyah, D. (2020). Konseling Traumatik: Sebuah Strategi


Guna Mereduksi Dampak Psikologis Korban Bencana Alam. Jurnal
Mimbar: Media Intelektual Muslim Dan Bimbingan Rohani, 6(1), 37.

Rimayati, E. (2019). Konseling Traumatik Dengan CBT: Pendekatan dalam


Mereduksi Trauma Masyarakat Pasca Bencana Tsunami di Selat Sunda.
Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application,
8(1), 57.

Salamor, A. M., Salamor, Y. B., & Ubwarin, E. (2020). Trauma healing dan
edukasi perlindungan anak pasca gempa bagi anak-anak di Desa Waai.
Communnity Development Journal, 1(3), 320.

Santoso, E., & Tjhin, P. (2018). Perbandingan tingkat stres pada lansia di Panti
Werdha dan lansia di keluarga. Jurnal Biomedika Dan Kesehatan, 1(1), 31.

Suteja, J. (2021). 84 Meninggal Akibat Gempa di Sulawesi Barat.


Www.Beritasatu.Com. https://www.beritasatu.com/nasional/721407/84-
meninggal-akibat-gempa-di-sulawesi-barat

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :


Alfabeta, CV.

Syamsuddin. (2019). Pemulihan Trauma Anak-Anak Korban Gempa Di Kota Palu


Melalui Mendongeng. Guru Tua : Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran,
2(2), 30–31.

Thoyibah, Z., Dwidiyanti, M., Mulianingsih, M., Nurmayani, W., & Wiguna, R.I.
(2019). Gambaran dampak kecemasan dan gejala psikologis pada anak
korban bencana gempa bumi di Lombok. 2(1), 32-35.

41
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
Trianingsih, R. (2016). Pengantar Praktik Mendidik Anak Usia Sekolah Dasar. Al
Ibtida: Jurnal Pendidikan Guru MI, 3(2), 199–200.

Verury Verona Handayani. (2020). Trauma Bencana Bisa Sebabkan PTSD jika
Tidak Diatasi. Www.Halodoc.Com. https://www.halodoc.com/artikel/trauma-
bencana-bisa-sebabkan-ptsd-jika-tidak-diatasi

Widiawaty, N., & Satria, B. (2019). Status Psikologis Santriwan Dan Santriwati
Psychological Status Of Islamic Students After Earthquake Disaster. Idea
Nursing Journal, X(3), 44.

Widyastusi, C., Widha, L., & Aulia, A. R. (2019). Play Therapy Sebagai Bentuk
Penanganan Konseling Trauma Healing pada Anak Usia Dini. Bimbingan
Konseling Dan Dakwah Islam, 16(1), 101-102.

Walansendow, P., Mulyadi, N., & Hamel, R. (2016). Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Tingkat Prestasi Anak Usia Sekolah Di Sd Gmim
Tumpengan Sea Dua Kecamatan Pineleng. Jurnal Keperawatan UNSRAT,
4(2), 2.

WHO. (2013). Building Back Better. Sustainable mental health care after
emergencies. Geneva: World Health Organization; 2013.
https://www.who.int/publications/i/item/building-back-better-sustainable-
mental-health-care-after-emergencies

Yuliastati, & Amelia, A. (2016). Keperawatan Anak. Jakarta: Pusdik SDM


Kesehatan.

42
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
Lampiran 1

KUESIONER PENELITIAN MENGENAI TRAUMA PSIKOLOGIS PADA


ANAK USIASEKOLAH KORBAN BENCANA GEMPA BUMI DI DESA
MEKKATTA KECAMATAN MALUNDA

Kode Responden :
Tanggal Pelaksanaan :
Petunjuk Umun Pengisian
1. Mengisi lembar kuesioner secara lengkap.
2. Untuk data yang kamu pilih, berikan tanda (√) padakotak dan isilah sesuai
jawaban.
3. Pada tiap pertanyaan harus kamu isi dengan satu jawaban.

I. Data Demografi

1. Nama (inisial) :
2. Tanggal Lahir :
3. Jenis Kelamin :

Laki-laki Perempuan

II. Kuesioner Kekuatan dan Kesulitan Pada Anak


Pada setiap pertanyaan, berikan tanda (√) di kotak (Tidak Benar, Agak
Benar atau Benar). Berikan jawaban anda sebagaimana yang telah terjadi
kepada anda empat bulan terakhir ini. Jawablah pertanyaan sebaik
mungkin.
No Tidak Agak Skor
Pertanyaan Kode Benar
. Benar Benar Anak
Saya berusaha bersikap baik kepada Pr-1
1. orang lain. Saya peduli dengan perasaan
mereka
Saya gelisah, saya tidak dapat diam untuk H-1
2.
waktu lama
3. Saya sering sakit kepala, sakit perut atau E-1

43
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
macam-macam sakit lainnya
Kalau saya memiliki mainan atau Pr-2
4. makanan, saya biasanya berbagi dengan
orang lain
Saya menjadi sangat marah dan sering C-1
5. tidak dapat mengendalikan kemarahan
saya
Saya lebih suka sendirian dari pada P-1
6. bersama dengan orang-orang yang
seumuran saya
Saya biasanya melakukan apa yang C-2
7.
diperintahkan oleh orang lain
Saya banyak merasa cemas atau khawatir E-2
8.
terhadap apa pun
Saya selalu siap menolong jika ada orang Pr-3
9.
yang terluka, kecewa, atau merasa sakit
Bila sedang gelisah atau cemas, badan H-2
10. saya sering bergerak-gerak tanpa saya
sadari
Saya mempunyai satu orang teman baik P-2
11.
atau lebih
Saya sering bertengkar dengan orang C-3
12. lain. Saya dapat memaksa orang lain
melakukan apa yang saya inginkan
Saya sering merasa tidak bahagia, sedih E-3
13.
atau menangis
Orang lain seumuran saya pada umumnya P-3
14.
menyukai saya
Perhatian saya mudah teralihkan, saya H-3
15. sulit memusatkan perhatian pada apa pun
atau sulit berkonsentrasi
Saya merasa gugup dalam situasi baru, E-4
16.
saya mudah kehilangan rasa percaya diri
Saya bersikap baik terhadap anak-anak Pr-4
17.
yang lebih muda dari saya
Saya sering dituduh berbohong atau C-4
18.
berbuat curang
Saya sering diganggu, dipermainkan atau P-4
19.
diancam oleh anak-anak lain
Saya sering menawarkan diri untuk Pr-5
20. membantu orang lain (orang tua, guru,
anak-anak)
Sebelum melakukan sesuatu saya berpikir H-4
21.
dahulu tentang akibatnya

44
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
Saya mengambil barang yang bukan C-5
22. milik saya dari rumah, sekolah atau dari
mana saja
Saya lebih mudah berteman dengan orang P-5
23. dewasa dari pada dengan orang-orang
yang seumuran saya
Banyak yang saya takuti, saya mudah E-5
24.
menjadi takut
Saya menyelesaikan pekerjaan yang H-5
25. sedang saya lakukan. Saya mempunyai
perhatian yang baik terhadap apa pun.

Catatan: E = Emotional; C = Conduct problems; H = hyperactivity;


P = Perr problems; Pr = Prososial.

E = E1 + E2 + E3 + E4 + E5 =

C = C1 + C2 + C3 + C4 + C5 =

H = H1 + H2 + H3 + H4 + H5 =

P = P1 + P2 + P3 + P4 + P5 =

Pr = Pr1 + Pr2 + Pr3 + Pr4 + Pr5 =

Skor Total = E+C+H+P =

45
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
Lampiran 2

INFORMED CONSENT
SURAT PERMOHONAN PERSETUJUAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : A. Sriwulan
NIM : B0217307
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Malimpung

Bermaksud akan mengadakan penelitian dengan judul “Gambaran trauma


psikologis pada anak usia sekolah (7-12 tahun) pasca bencana gempa di Desa
Mekkatta Kecamatan Malunda”.Penelitian ini bertujuanuntuk mengetahui
gambaran tingkat trauma psikologis pada anak usia sekolah (7-12 tahun) pasca
Gempa di Desa Mekkatta Kecamatan Malunda.
Partisipasi anak Ibu/ Bapak pada penelitian ini akan bermanfaat bagi
peneliti dan menambah pengetahuan mengenai gambaran trauma psikologis pasca
bencana.
Penelitian ini tidak akanmenimbulkan kerugian bagi anak Ibu/ Bapak
sebagai responden. Kerahasiaansemua informasi akan dijaga dan dipergunakan
untuk kepentingan penelitian.
JikaIbu/ Bapak tidak memberikan persetujuan anak Ibu/ Bapak menjadi
responden,maka tidak ada ancaman bagi Ibu/ Bapak maupun keluarga. Jika
bersedia, makasaya mohon ketersediaannya untuk menandatangani lembar
persetujuan yang sayalampirkan. Atas perhatian dan ketersediaannya menyetujui
anak Ibu/ Bapakmenjadi subjek atau responden penelitian ini saya ucapkan terima
kasih.
Hormat saya,

A. Sriwulan
NIM. B0217307

46
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
INFORMED CONSENT
SURAT PERMOHONAN PERSETUJUAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Alamat :
Orang tua/ wali dari:
Nama :
Jenis Kelamin :
Menyatakan bahwa saya menyetujui anak saya menjadi subjek atau responden
penelitian oleh:
Nama : A. Sriwulan
NIM : B0217307
Program studi : Keperawatan Universitas Sulawesi Barat
Judul :Gambaran Trauma Psikologis Pada Anak Usia Sekolah
(7-12 Tahun) Pasca Bencana Gempa Di Desa Mekkatta
Kecamatan Malunda

Prosedur penelitian ini tidak memberikan dampak buruk pada


responden.Peneliti sudah memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian yaitu
untukmengetahuigambaran tingkat trauma psikologis pada anak usia sekolah (7-
12 tahun) pasca Gempa di Desa Mekkatta Kecamatan Malunda. Peneliti akan
menjaga kerahasiaanjawaban dari responden.
Dengan ini saya memberikan persetujuan secara sukarela bahwa anak saya
turut menjadi subjek atau responden dalam penelitian ini.

Mekkatta, , 2021
Responden

(................................................)

47
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
Lampiran 3

48
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
Lampiran 4

49
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
50
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
51
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
Lampiran 5

52
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
53
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
Lampiran 5
Frequencies

[DataSet1] E:\SKRIPSI\TUGAS AKHIR (SKRIPSI)\Analisis Data Aholeang.sav

Statistics

Jenis Kelamin Usia Responden Kategori Kesulitan Kategori Kekuatan

N Valid 50 50 50 50

Missing 0 0 0 0

Mean 9.36 1.74 1.54

Std. Error of Mean .252 .089 .091

Median 9.00 2.00 1.00

Mode 7 2 1

Std. Deviation 1.782 .633 .646

Variance 3.174 .400 .417

Range 5 2 2

Minimum 7 1 1

Maximum 12 3 3

Sum 468 87 77

Frequency Table

Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-laki 22 44.0 44.0 44.0

Perempuan 28 56.0 56.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

54
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
Usia Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 7 10 20.0 20.0 20.0

8 9 18.0 18.0 38.0

9 8 16.0 16.0 54.0

10 8 16.0 16.0 70.0

11 6 12.0 12.0 82.0

12 9 18.0 18.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Kategori Kesulitan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Normal 18 36.0 36.0 36.0

Perbatasan 27 54.0 54.0 90.0

Abnormal 5 10.0 10.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Kategori Kekuatan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Normal 27 54.0 54.0 54.0

Perbatasan 19 38.0 38.0 92.0

Abnormal 4 8.0 8.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

55
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
Lampiran 6

56
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR
57
Fakultas Ilmu Kesehatan UNSULBAR

Anda mungkin juga menyukai