Anda di halaman 1dari 21

Nama : Khofifah Riza Armelia

NIM : 21117034

UAS TOPIK KHUSUS GEOTEKNIK

1. Jelaskan jenis-jenis patahan dan sumber gempa, serta faktor apa saja yang memengaruhi
besarnya gemoa yang mungkin terjadi!
Jawab:
Patahan adalah retakan atau zona retakan antara dua bongkahan batuan. Keberadaan
patahan ini menjadikan kedua blok batuan bisa bergerak satu sama lain. Gerakan batuan
ini bisa begitu cepat, yaitu dalam bentuk gempa. Gerakannya bisa juga sangat lambat yang
disebut gerakan ‘rangkak’ (creep). Panjang patahan-patahan ini bisa dalam rentang
milimeter hingga ribuan kilometer. Dalam waktu geologis, banyak patahan menghasilkan
gerakan perpindahan yang berulang-ulang.
Pada sebuah gempa, batuan pada salah satu sisi patahan tergelincir dengan tiba-tiba pada
bongkahan batuan lainnya. Permukaan patahan dapat berupa bidang horisontal, vertikal,
atau memiliki sudut tidak teratur di antara kedua bongkahan.

Sudut patahan terhadap permukaan (disebut sebagai dip) dan arah geliciran sepanjang
patahan dipakai geologist untuk membedakan jenis-jenis patahan. Patahan yang bergerak
di sepanjang arah bidang dip disebut sebagai patahan dip-slip. Patahan ini dapat dibagi
dalam dua jenis: normal (sesar turun) dan reverse (sesar naik) tergantung dari gerakannya.
Patahan yang bergerak horisontal disebut sebagai patahan strike-slip (sesar geser) dan
dapat dibagi ataus atas dua jenis: right-lateral (sesar laterall kanan) atau left-lateral (sesar
lateral kiri). Patahan yang bergerak di sepanjang arah dip dan juga bergerak horisontal
disebut patahan oblique-slip (sesar miring).
a. Patahan Normal

Patahan normal adalah patahan dip-slip dimana bongkahan batuan yang ada di bagian
atas tergelincir ke arah bawah relatif terhadap bongkahan batuan di bawahnya. Tipe ini
terdapat di sepanjang sistem bubungan lautan dan akibat tarikan yang terjadi pada mantel
bumi.

b. Paatahan Reeserve (Patahan Naik)


Patahan reverse, adalah patahan dip-slip dimana bongkahan paling atas di atas bidang
patahan bergerak naik di atas bongkahan di bawahnya. Patahan jenis ini biasanya terjadi di
daerah tertekan, yakni di daerah pertemuan lempeng yang salah satu lempeng ditujam oleh
lempeng lainnya. Subduksi Sumatera dan Jepang merupakan patahan reverse. Jika sudut
dip sangat landai, patahan reverse ini sering disebut sebagai patahan thrust.

c. Patahan Strike Slip (Sesar Geser)

Patahan strike-strip adalah patahan dimana kedua bongkahan batuan bergeser satu sama
lain dalam arah horisontal. Patahan tipe ini dibagi menjadi patahan right-lateral atau left-
lateral tergantung arah dari gerakan dari bongkahan pada sisi yang lebih jauh dari titik
padangan jika seseorang melihat gerakannya dari sisi lainnya. Patahan besar Sumatera yang
membelah Pulau Sumatera merupakan patahan strike slip (sesar geser).

d. Patahan Oblique
Patahan Oblique (Patahan/sesar miring) adalah patahan yang bergerak di sepanjang arah
dip dan juga bergerak horisontal.
Faktor-faktor yang memengaruhi Gempaa ialah sebagai berikut:
Penyebab gempa bumi umumnya adalah pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan
yang disebabkan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar
dan akhirnya mencapai pada keadaan di mana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi
oleh pinggiran lempengan. Pada saat itulah gempa bumi terjadi. Penyebab gempa bumi
karena terjadinya pergeseran lempeng ini dipengaruhi oleh pelepasan sejumlah energi yang
besar. Selain pergeseran lempeng bumi, gerak lempeng bumi yang saling menjauhi satu
sama lain juga bisa menjadi penyebab gempa bumi. Hal ini disebabkan karena saat dua
lempeng bumi bergerak saling menjauh, akan terbentuk lempeng baru di antara keduanya.
Lempeng baru yang terbentuk memiliki berat jenis yang jauh lebih kecil dari berat jenis
lempeng yang lama. Lempeng yang baru akan mendapatkan tekanan besar dari dua
lempeng lama, sehingga akan bergerak ke bawah dan menimbulkan pelepasan energi yang
juga sangat besar. Penyebab gempa bumi berikutnya adalah karena gerak lempeng yang
saling mendekat. Pergerakan dua lempeng yang saling mendekat bahkan juga berdampak
pada terbentuknya gunung. Seperti yang terjadi pada gunung Everest yang terus tumbuh
tinggi akibat gerak lempeng di bawahnya yang semakin mendekat dan saling bertumpuk.
Gempa bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan-lempengan tersebut.
Pergerakan Magma Gunung Berapi
Penyebab gempa bumi lainnya adalah pergerakan magma di dalam gunung berapi. Gempa
Bumi seperti itu dapat menjadi gejala akan terjadinya letusan gunung berapi.
Penumpukan Massa Air yang Sangat Besar
Beberapa gempa bumi juga terjadi karena menumpuknya massa air yang sangat besar di
balik dam, seperti Dam Karibia di Zambia, Afrika. Walaupun hal ini cukup jarang terjadi.
Sebagian lagi (jarang juga) juga dapat terjadi karena injeksi atau akstraksi cairan dari/ke
dalam Bumi (contoh, pada beberapa pembangkit listrik tenaga panas Bumi dan di Rocky
Mountain Arsenal).
Bahan Peledak
Terakhir, penyebab gempa bumi juga dapat terjadi dari peledakan bahan peledak. Hal ini
dapat membuat para ilmuwan memonitor tes rahasia senjata nuklir yang dilakukan
pemerintah. Penyebab gempa bumi yang dipengaruhi oleh manusia seperti ini disebut juga
seismisitas terinduksi.

2. Jelaskan bagaimana prosedur dalam melakukan analisis bahaya gempa disuatu lokasi!
Jawab:
Prosedur Seismic Hazard Analysis
Identifikasi sumber gempa
a. Lokasi : koordinat lokasi dan sumber gempa
b. Geometri: arah strike, sudut dip, dan kedalaman maksimum
c. Mekanisme: subduksi, patahan normal, dan reverse
Karakterisasi sumber gempa (Informasi geologi, seismologi,katalog gempa)
d. Frekuensi terjadinya gempa
e. Slip rate
f. Magnitude maksimum
Pemilihan fungsi atenuasi
g. Data strong motion accelorogram yang ada
Perhitungan hazard gempa (Expert judgement, Seismic design criteria)
h. Menghitung hazard dengan menginput tahap 1,2, dan 3 dengan memperhitungkan
ketidakpastian epistemic.

3. Jelaskan kelebihan dan kekurangan dari metode probabilistic sesismic harzard analysis
(PSHA) dan Metode Deterministic Seismic Hazar Analysis (DSHA)?
Jawab:
Analisis ini menggunakan metode Probabilistic Seismic Hazard Analysis (PSHA) dengan
bantuan software R-Crisis 2018. Metode PSHA adalah metode analisis bahaya gempa
probabilistik dengan memperhitungkan dan menggabungkan ketidakpastian dari
magnitude, lokasi, dan waktu kejadian gempa. Hasil PSHA merupakan percepatan gempa
maksimum yang mungkin terjadi pada periode ulang tertentu. Disisi lain, kejadian gempa
yang mungkin akan datang tidak dapat terlihat jelas dalam PSHA. Dengan kondisi seperti
ini PSHA menjadi kurang lengkap memberikan informasi tentang parameter gempa yaitu
magnitude (M) dan jarak (R) yang dominan dalam desain gempa. Untuk melengkapi
metode PSHA maka diperlukan deagregasi terhadap setiap sumber gempa yang
dimodelkan.
Analisis probabilistik PSHA pada prinsipnya adalah analisis deterministik dengan berbagai
macam skenario dan didasarkan tidak hanya pada parameter gempa yang menghasilkan
pergerakan tanah terbesar. Perbedaan utama antara pendekatan DSHA dan PSHA adalah
pada pendekatan probabilistik (PSHA), frekuensi untuk setiap skenario pergerakan tanah
yang akan terjadi juga diperhitungkan. Dengan demikian, pendekatan PSHA juga bisa
digunakan untuk memprediksi seberapa besar probabilitas kondisi terburuk akan terjadi di
lokasi studi. Metoda ini memungkinkan untuk memperhitungkan pengaruh faktor-faktor
ketidakpastian dalam analisis seperti ukuran, lokasi dan frekuensi kejadian gempa. Metode
ini memberikan kerangka kerja yang terarah sehingga faktor-faktor ketidakpastian dapat
diidentifikasi, diperkirakan, dan kemudian digabungkan dengan metode pendekatan yang
rasional untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang kejadian gempa.
Secara umum metoda DSHA dapat dibagi menjadi empat tahap. Tahap pertama adalah
identifikasi sumber-sumber gempa yang meliputi lokasi sumber-sumber gempa, geometri
sumber, mekanisme kegempaan, sejarah kegempaan, dan parameter kegempaan seperti
magnituda maksimum dan frekuensi keberulangan kejadian gempa. Tahap kedua adalah
untuk setiap sumber gempa yang berada di sekitar lokasi studi ditentukan (diskenariokan)
parameter gempa yang akan menghasilkan dampak di lokasi studi seperti magnituda yang
maksimum dan lokasi kejadian yang terdekat ke lokasi studi. Tahap ketiga adalah
menghubungkan parameter sumber gempa dengan parameter pergerakan tanah di lokasi
studi dengan menggunakan fungsi atenuasi. Tahap keempat adalah menentukan parameter
gempa desain berdasarkan skenario yang menghasilkan parameter pergerakan tanah
terbesar (worst case scenario).
Metode DSHA umumnya diaplikasikan untuk mengestimasi percepatan gempa untuk
konstruksi yang sangat membahayakan jika terjadi kerusakan, seperti bangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) (Irsyam et al., 1999), bendungan besar,
konstruksi yang dekat dengan sesar aktif, dan untuk keperluan emergency response.
Kelebihan metoda ini adalah mudah digunakan untuk memprediksi gerakan gempa pada
skenario terburuk. Sedangkan kelemahannya adalah metoda ini tidak mempertimbangkan
probabilitas terjadinya gempa dan pengaruh berbagai ketidakpastian yang terkait dalam
analisis (Kramer, 1996).
Analisis DSHA dan PSHA pada kenyataannya saling melengkapi. Hasil DSHA
dapatdiverifikasi dengan PSHA untuk memastikan bahwa kejadian tersebut masih realistik
atau mungkin terjadi. Sebaliknya, hasil analisis PSHA dapat diverifikasi oleh hasil analisis
DSHA untuk memastikan bahwa hasil analisis tersebut rasional. Lebih jauh, McGuire
(2001) menyampaikan bahwa DSHA dan PSHA akan saling melengkapi tetapi dengan
tetap memberikan penekanan pada salah satu hasil. Untuk keperluan desain infrastruktur
tahan gempa, umumnya digunakan PSHA dengan tingkatan gempa atau probabilitas
terlampaui mengikuti SEAOC (1997).

4. Jelaskan metode penyelidikan tanah di labolatorium dan di lapangan untuk mendapatkan


parameter dinamika tanah!
Jawab:
Metode penyelidikan tanah dilabolatorium
Metode penyelidikan tanah dilabolatorium yang biasa digunakan adalah dengan
menggunakan uji Triaxial, CBR, LL-PL (Liquid Limit dan Plastic Limit), Sendcond¸
konsolidasi,
Metode In situ (Dilapangan)
Uji sondir atau Cone Penetration Test (CPT) adalah uji sederhana yang lebih banyak
digunakan pada tanah lempung lunak dan pasir halus sampai pasir setengah kasar.
Pengujian ini jarang diterapkan pada tanah berkerikil dan lempung kaku/keras karena akan
sulit ditembusi. Pengujian ini dilakukan dengan mendorong kerucut baku ke dalam tanah
dengan kecepatan 10 sampai 20 mm/detik. Nilai tahanan kerucut statis atau tahanan konus
(qc) yang diperoleh dari pengujian dapat dikorelasikan secara langsung dengan kapasitas
dukung tanah dan penurunan pada pondasi dangkal atau pondasi tiang.
Standard Penetration Test (SPT, dalam Bahasa Indonesia Uji Penetrasi Standar)
merupakan percobaan yang paling sering di gunakan untuk menentukan kondisi-kondisi
lapangan. Pada pengujian ini sifat-sifat tanah ditentukan dari pengukuran kerapatan relatif
secara langsung di lapangan. SPT dilakukan dengan cara memukul suatu tabung belah
standar ke dalam lubang bor pada lapisan tanah yang akan diuji. SPT menghasilkan nilai
N-SPT yang diukur dari jumlah pukulan (Nmeasured). Untuk menentukan kapasitas
dukung izin dari hasil uji SPT diperlukan estimasi kasar nilai lebar pondasi dari pondasi
terbesar pada bangunan.
5. Jelaskan prosedur analisis perambatan gelombang gempa dari batuan dasar ke permukaan
berdasarkan metode linear ekivalen dan nonlinear!
Jawab:
Gelombang seismik adalah gelombang mekanis yang muncul akibat adanya gempa bumi,
sedangkan gelombang secara umum adalah fenomena perambatan gangguan dalam
medium sekitarnya. Gangguan ini mula-mula terjadi secara lokal yang menyebabkan
terjadinya osilasi atau pergeseran kedudukan partikel-partikel medium, osilasi tekanan
maupun osilasi rapat massa, karena gangguan merambat dari suatu tempat ke tempat lain,
berarti ada transportasi energi. Gelombang seismik disebut juga gelombang elastik karena
osilasi partikelpartikel medium terjadi akibat interaksi antara gaya gangguan (gradien
stress) malawan gaya-gaya elastik.
Gelombang seismik dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok:
1. Gelombang Badan
Gelombang badan adalah gelombang yang merambat dalam badan medium, yang
berarti juga dapat merambat dipermukaan medium, yang mana dapat dibedakan
menjadi dua jenis:
a. Gelombang primer (P) atau gelombang longitudinal.
Gelombang P atau gelombang mampatan (compression wave), adalah gelombang
yang arah geraknya sejajar dengan arah arah perambatan gelombang. Gelombang
ini dapat merambatdi media padat maupun cair. Semakin padat media yang dilewati
kecepatannya semakin besar.
b. Gelombang sekunder (S) atau gelombang transversal.
Gelombang S atau gelombang sekunder (shear wave) adalah gelomban yang arah
geraknya tegk lurus dengan arah perambatan gelombang. Gelombang ini tidak
dapat merambat pada medium cair.

2. Gelombang permukaan.
Gelombang permukaan adalah gelombang yang terjadi akibat interaksi antara
gelombang badan dengan bagian permukaan lapisan bumi terpandu oleh suatu
23
permukaan bidang batas medium. Gelombang permukaan dapat dibedakan
menjadi dua jenis:
a. Gelombang Rayleigh (R)
Gelombang Rayleigh adalah getaran partikel batuan yang bergerak
melingkar (circular orbit) berbentuk ellips terhadap arah perambatan
gelombang.
b. Gelombang Love (L)
Gelombang Love adalah getaran partikel dengan yang dihasilkan dari
interaksi antara SH-waves dengan permukaan tanah lunak dan tidak
memiliki komponen gerakan horizontal dari partikel.

6. Jelaskan prosediur mendapatkan response spectra dan time history yang sesuai dengan
lokasi yang diaalisiis beserta ilustrasinya!
Jawab:
Mencari respon spektra

Step 1 (menentukan kelas situs)


Menentukan kelas situs. Apabila tidak diketahui data biasanya lebih aman menggunakan
kelas berupa tanah lunak (SE)
Step 2. Menentukan Koefisien Situs
Nilai S1 dan Ss kota tertentu dapat dilihat dari peta dibawah ini dan warna yag telah
ditentukan.

Step 3. Kemudian mencari nilai PGA, berikut merupakan rumus mencari PGA
Nilai PGA didapat dari melihat peta diatas dan didapat nilai PGA Jakarta daerah. Dan FPGA
didapat dari melihat table koefisien situs, FPGA

Step 4. Kemudian mencari nilai Fa dan Fv

Step 5. Setelah mendapatkan nilai Fa dan Fv maka selanjutnya menghitung SMS dan SM1
SMS = Fa x Ss
SM1 = Fv x S1
Step 6. Selanjutnya setelah didapatkan nilai dari SMS dan SM1, dapat menghitung SDS dan
SD1
SDS = 2/3 x SMS
SD1 = 2/3 x SM1
Step 7. Kemudian menentukan nilai T0 dan Ts
SDS
T0 = 0,2 x SD1
SDS
Ts = SD1

Berdasarkan nilai yang didapatkan dapat digambarkan grafik spectrum spektra.

7. Jelaskan makenisme terjadinya likuifaksi pada suatu lokasi yang mengalamu gempa bumi
beserta dampak yang terjadi akibat lkuifaksi pada struktur jalan, gedung, lereng, bedungan
dan dinding penahan tanah.
Jawab:
Jelaskan mekanisme terjadinya likuifaksi pada suatu lokasi yang mengalami gempa bumi
beserta dampak yang terjadi akibat likuifaksi pada struktur seperti jalan, gedung, lereng,
bendungan dan dinding penahan tanah
Likuifaksi dan mekanismenya secara harfiah dalam ilmu geologi rekayasa, liquifaksi
didefinisikan sebagai proses transformasi tanah berbutir kasar dari keadaan
padat (solid) menjadi keadaan cair (liquid) akibat dari peningkatan tekanan hidrostatik
karena adanya beban siklik yang cukup tinggi secara tiba-tiba. Secara umum, liquifaksi
lapisan tanah sering dikaitkan dengan gempa bumi besar. Ketika gelombang seismik
merambat melalui endapan sedimen berbutir yang jenuh air, gelombang gempa tersebut
akan menginduksi deformasi geser siklik yang menyebabkan runtuhnya struktur partikel-
partikel tanah longgar. Ketika keruntuhan terjadi, susunan partikel terganggu dan, untuk
endapan granular yang longgar, beban yang sebelumnya dipikul melalui kontak antar
partikel atau intergranular akan dipindahkan ke air pori interstisial, sehingga lapisan tanah
itu akan berperilaku sebagai cairan kental daripada sebagai padatan (lihat: Youd, 2003).

Syarat-syarat terjadinya liquifaksi

Merujuk pada definisi di atas dan juga catatan-catatan sejarah liquifaksi yang pernah terjadi
di dunia, ada empat hal utama yang bisa menjadi syarat untuk memicu terjadinya liquifaksi.
Keempat hal tersebut, antara lain:

a. Keberadaan tanah berbutir kasar (granular soils) yang dominan


Tanah tipe granular ini meliputi kerikil, pasir atau lanau dengan sedikit atau tanpa
kandungan lempung. Tanah tipe ini tidak memiliki nilai kohesi yang berarti sehingga
tanah ini tidak bisa untuk dibentuk menggunakan tangan ketika dalam kondisi lembab
dan mudah diuraikan ketika dalam kondisi kering. Perlu dipahami bahwa pendapat
yang menyatakan liquifaksi terjadi hanya pada tanah granular ini didasarkan pada hasil
observasi pada sebagian besar sejarah liquifaksi di dunia (lihat Youd & Perkins, 1978),
meskipun ada juga temuan lain yang menngindikasikan bahwa liquifaksi juga
memungkinkan untuk terjadi pada tanah berbutir halus (lihat Seed dkk., 2003).
b. Kondisi lapisan tanah jenuh air yang cukup dekat dengan permukaan Tempat-tempat
dengan permukaan air tanah yang dangkal mempunyai kecenderungan yang tinggi
untuk rentan terhadap liquifaksi. Berdasarkan sejarah, kerentanan tertinggi terjadi
ketika muka air tanahnya kurang dari 3 meter di bawah permukaan tanah. Air yang
berada di dalam rongga-rongga antar butiran tanah inilah yang akan menimbulkan
kenaikan tekanan hidrostatik yang tinggi di suatu lapisan tanah.
c. Beban siklik dengan intensitas dan durasi yang cukup besar
Beban siklik atau beban berulang yang menerus ini dipicu oleh banyak faktor dan salah
satunya adalah gempa bumi. Sebagian besar kejadian liquifaksi di dunia dipicu oleh
beban gempa ini. Secara umum nilai magnitude gempa yang bisa memicu fenomena
liquifaksi dengan dampak yang siknifikan ini adalah gempa skala Richter 7 atau lebih
seperti gempa yang terjadi di Palu-Donggala baru-baru ini. Sejarah juga mencatat
hanya ada beberapa kasus kejadian liquifaksi yang dipicu oleh gempa dengan skala
Richter 5 dan tidak dijumpai kejadian liquifaksi yang termanifestasi di permukaan
untuk gempa-gempa di bawah skala Richer 5 ini.
d. Umur lapisan tanah yang masih muda
Pada dasarnya suatu lapisan tanah merupakan campuran yang sangat kompleks dari
butiran-butiran tanah dan cairan yang terbentuk secara alami. Sejalan dengan waktu
lapisan tanah yang terkubur akan cenderung semakin meningkat kekuatannya akibat
proses adukan antar-partikel (litifikasi) dan reaksi kimia (diagenesis). Pada proses
litifikasi akan terjadi perpindahan cairan pengisi rongga yang digantikan dengan
partikel padat sehingga mengemas partikel-partikel butiran menjadi lebih dekat dan
padu. Proses ini memperkuat sedimen yang terkubur dengan meningkatkan kontak
antar-butir (kekuatan gesekan). Untuk proses diagenesis akan melibatkan beberapa
proses kimia seperti sementasi, rekristalisasi dan solusi. Butiran sedimen dapat
berubah menjadi mineral lain selama diagenesis. Kedua proses penting tersebut dapat
dikaitkan dengan istilah pengerasan-penuaan. Kekuatan tanah umumnya meningkat
seiring waktu dan akan meningkatkan juga kemampuan lapisan tanah untuk tidak
terliquifaksi. Sejarah mencatat liquifaksi sangat rentan untuk lapisan tanah yang
berumur kurang dari 500 tahun. Material-material dengan umur kurang dari 10.000
tahun atau Holosen dalam umur geologi juga masih tergolong rentan terhadap
liquifaksi.

Dampak likuifaksi pada bangunan

Yang akan dialami oleh bangunan-bangunan yang berada diatas tanah yang terjadi
likuifaksi adalah bangunan-bangunan tersebut akan terseret bersama likuifaksi
tersebut. Karena tanah yang menopang bagunan-bangunan itu bergeser mengakibatkan
bangunan itu pun bergeser dan mengakibatkan rusaknya bangunan tersebut secara
parah.

8. Jelaskan teori /metode yang dapat digunakan untuk mengetahui tekanan lateral aktif pada
dinding yang menerima beban seismic beserta kelebihan dan kekurangan dari setiap
metode!
Jawab:
a. Metode M-O (Mononobe-Okabe),
pengaruh Gerakan tanah pada dinding penahan diakui setelah terjadinya gempa besar
Kanto yang terjadi pada tahun 1923. Metode ini berdasarkan dari teori Coulomb tentang
tekanan tanah statis. Kekurangan dari metode ini adalah hanya untuk tanah homogen dan
berbutir (pasir), tidak mempertimbangkan dynamic dari tanah timbunan. Desain tidak
ekonomis, jika Kh > 0,4g– 0,7g, maka akan menghasilkan nilai PAE yang terlalu besar.
Tidak cocok untuk kasus dengan percepata yang cukup tinggi. Tidak ada tambahan
timbunan, Ada syarat sydut kemiringan timbunan. Kelebihan metode Mononobe-Okabe
lebih teliti daripada metode Rankine, hal ini dikarenakan metode ini mendasarkan teorinya
pada teori Coulomb. Selain itu metode Mononobe - Okabe mempertimbangkan pula faktor
gempa yang dimasukkan dalam bentuk variable θ yaitu θ = tan-1 (\frac{Kh}{1-Kv}).
Dengan metode desain diizinkan adanya deformasi dinidng sekitar 0.5% dari tinggi
dinding.
b. Metode Metode Steedman-Zeng (1990)
Kelebihannya memperhitungkan efek amplifikasi dalam bentuk ω dan Vs,
mempertimbangkan dynamic properties tanahnya. Lebih complete dari metode M-O.
Kekurangnnya untuk tanah-tanah yang kasus penyelidikan tanahnya atau data-datanya
tidak terlalu banyak.
c. Metode Choudry et al (2006)
Kelebihannya mempertimbangkan Pseudo dynamic jadi ada efek gelombang, periode,
kecepatan Kekurangannya persamaannya lumayan rumit diandingkan dengan metode
lainnya. Non-Yealding Wall.
d. Metode Wood (1973)
Kekurangannya, dilakukan solusi statis berdasarkan gaya bidang horizontal dengan
pecepatan 1g, percepatan 1g ini luamyan besar. Perlu mengetahui PGA, poissons ratio dan
densitas dari tanah untuk memperoleh tekanan. Kelebihan, metodenya sederhana tidak
rumit.
e. Metode Ostadan dan white
Kelebihannya metodenya sangat sederhana dan menggunakan software SHAKE,
Metodenya sudah disederhanakan dan diverifikasi oleh solusi langsung dari SASSI,
metode ini telah di adopsi oleh kode bangunan (NEHRP2000) dan akan disertakan dalam
versi ASCE 4-98 Kekurangan metode ini bukan solusi lengkap untuk masalah tekanan
tanah seismic.
f. Metode Wu dan Finn (1999)
Dalam metode M-O, dinding harus bergerak cukup untuk menciptakan keadaan
keseimbangan batas timbunan. Kondisi ini tidak dipenuhi oleh dinding kaku.
Kelebihan: Mempertimbangkan kekakuan dinding, Kekurangan: Persamaan sedikit rumit
untuk digunakan
9. Diketahui suatu penampang melntang dari lereng tibunan pasir diatas tanah lempungm
memiliki parameter sebagai berikut:
Saudara diminta untuk melakukan analisis faktor keamanan lereng (FS) dengan metode
Culmann Simplified Method dengan koefisien gempa horizontal kh = 0.5 dan kv = 0.25.
Hitung secara manual faktor keamanan kondisi statik dan pseudostatik jika sudut gesek
tanah timbunan sama untuk kedua kondisi.

Jawab:

. β = tg-1 (kh/(1 - kv))


= tg-1 (0,5/(1 - 0,25)) = 33,7
𝛾𝐻 1−𝐶𝑂𝑆(𝛽−𝛿)
Cd’ = 𝑋
4 𝑆𝐼𝑁 𝛽 𝐶𝑂𝑆 𝛿

16,5(6) 1−𝐶𝑂𝑆(33,7−0)
= 𝑋 = 7,49 kPa
4 𝑆𝐼𝑁 33,7 𝐶𝑂𝑆 0

𝐶𝑢
FS =
𝐶𝑑′
50
= 7,49 = 6,67

10. PT. PP akan membangunan Gedung Apartemen di Palembang dengan kondisi tanah
ditunjukkan pada hasil penyelidikan tanah bor (Tabel 1.). Saudara sebagai perencana
diminta untuk memberikan respon spektra desain dilokasi tersebut untuk periode ulang
2500 tahun (MCEr) sesuai dengan acuan standar SNI 1726-2019. Hasil penyelidikan tanah
yang digunakan berdasarkan angka terakhir NIM Saudara (Y).

NOTE : Y adalah angka terakhir pada NIM saudara.


Contoh: NIM : 21117189 maka Y = 9
Untuk Y (1-2) : DP-25, (3-4) : DP-26, (5-6) : DP-27, (7-8) : DP-28 dan (9-0) : DP-29
Jawab:
a. Kelas Tanah
Kedalaman di ∑ ̅
No NSPT di/NSPT ∑ di 𝑁
(m) (m) di/NSPT
1 0 0 0 0
2 2 8 2 0.25
3 4 12 2 0.166667
4 6 16 2 0.125
5 8 18 2 0.111111
6 10 28 2 0.071429
7 12 42 2 0.047619
8 14 50 2 0.04 1.099067 30 27.29587
9 16 41 2 0.04878
10 18 52 2 0.038462
11 20 60 2 0.033333
12 22 60 2 0.033333
13 24 60 2 0.033333
14 26 60 2 0.033333
15 28 60 2 0.033333
16 30 60 2 0.033333

̅ antara 15 – 50
Diperoleh Situs tanah pada DP-25 adalah SD (tanah lunak) karena nilai 𝑁

b. Nilai PGA

Nilai PGA yang diperoleh dari peta SNI-2019 sebesar 0,15


Nilai FPGA yang diperoleh dari interpolasi sebesar 1,5
PGAm = PGA x FPGA
= 0,15 x 1,5
= 0,225

c. Respon spektra dari nilai PGA dan data DP-25


• Menggunakan nilai PGA dan data DP-25
• Menentukan nilai Ss dari peta SNI-2019 = 0,3
• Menentukan nilai S1 dari peta SNI-2019 = 0,25
• Menentukan nilai amplivikasi Fa dan Fv, dengan interpolasi berdasarkan nilai Ss dan
S1
• Nilai Fa = 1,56
• Nilai Fv = 2.1
Menentukan nilai SMS dan SM1
• SMS = Fa x Ss
= 1,56 x 0,3
= 0,468
• SM1 = Fv x S1
= 2,1 x 0,25
= 0.525

Menentukan nilai SDS dan SD1

• SDS = 2/3 x SMS


= 2/3 x 0,468
= 0,312

• SD1 = 2/3 x SM1


= 2/3 x 0,525
= 0,350

d. Respon spektra desain dari nilai PGA dan data DP-25


• Menentukan nilai T0
T0 = 0.2 x SD1/SDS
= 0,2 x 0,350/0,312
= 0,22
• Menentukan nilai TS
Ts = SD1/SDS
= 0,350/0,312
= 1.1
• Menentukan Sa saat nilai T < T0, T = 0s
Sa = SDS (0,4 + 0,6 (T/T0))
= 0,312 (0,4 + 0,6 (0/0.22))
= 0,125
• Menentukan Sa saat nilai T=T0, T=Ts
Nilai Sa pada saat T=T0, T=Ts sama dengan nilai SDS yaitu sebesar 0,312
• Menentukan Sa saat T>Ts (T=Ts+n)
Sa = SD1/T
= SD1/(Ts+n)
Pada T = 1.2
Sa = 0.350/1.2
= 0.286
Pada T = 1.3
Sa = 0.350/1.3
= 0.265
Pada T = 1.4
Sa = 0.350/1.4
= 0.246
Pada T = 1.5
Sa = 0.350/1.5
= 0.216

Begitu seterusnya hingga T= 4.5 sekon, hingga didapat nilai seperti pada table berkut:
Tabel Respon Spektrum
T T detik Sa Keterangan
0 0.0 0.125 Ao
T0 0.22 0.312 Sds
Ts 1.1 0.312 Sds
Ts+0.1 1.2 0.286 Sa = SD1/Ts+n
Ts+0.2 1.3 0.265 Sa = SD1/Ts+n
Ts+0.3 1.4 0.246 Sa = SD1/Ts+n
Ts+0.4 1.5 0.230 Sa = SD1/Ts+n
Ts+0.5 1.6 0.216 Sa = SD1/Ts+n
Ts+0.6 1.7 0.203 Sa = SD1/Ts+n
Ts+0.7 1.8 0.192 Sa = SD1/Ts+n
Ts+0.8 1.9 0.182 Sa = SD1/Ts+n
Ts+0.9 2.0 0.173 Sa = SD1/Ts+n
Ts+1 2.1 0.165 Sa = SD1/Ts+n
Ts+1.1 2.2 0.158 Sa = SD1/Ts+n
Ts+1.2 2.3 0.151 Sa = SD1/Ts+n
Ts+1.3 2.4 0.145 Sa = SD1/Ts+n
Ts+1.4 2.5 0.139 Sa = SD1/Ts+n
Ts+1.5 2.6 0.133 Sa = SD1/Ts+n
Ts+1.6 2.7 0.129 Sa = SD1/Ts+n
Ts+1.7 2.8 0.124 Sa = SD1/Ts+n
Ts+1.8 2.9 0.120 Sa = SD1/Ts+n
Ts+1.9 3.0 0.116 Sa = SD1/Ts+n
Ts+2 3.1 0.112 Sa = SD1/Ts+n
Ts+2.1 3.2 0.109 Sa = SD1/Ts+n
Ts+2.2 3.3 0.105 Sa = SD1/Ts+n
Ts+2.3 3.4 0.102 Sa = SD1/Ts+n
Ts+2.4 3.5 0.099 Sa = SD1/Ts+n
Ts+2.5 3.6 0.097 Sa = SD1/Ts+n
Ts+2.6 3.7 0.094 Sa = SD1/Ts+n
Ts+2.7 3.8 0.092 Sa = SD1/Ts+n
Ts+2.8 3.9 0.089 Sa = SD1/Ts+n
Ts+2.9 4.0 0.087 Sa = SD1/Ts+n
Ts+3 4.1 0.085 Sa = SD1/Ts+n
Ts+3.1 4.2 0.083 Sa = SD1/Ts+n
Ts+3.2 4.3 0.081 Sa = SD1/Ts+n
Ts+3.3 4.4 0.079 Sa = SD1/Ts+n
Ts+3.4 4.5 0.077 Sa = SD1/Ts+n

Berdasarkan table diatas didapat grafik respon spektra design seperti dibawah ini:

Respon Spektra BH 1
0.700

0.600

0.500

0.400
Sa

0.300

0.200

0.100

0.000
0 5 10 15 20 25 30 35 40
T (detik)

Anda mungkin juga menyukai