0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
20 tayangan8 halaman
Puslabfor Bareskrim Polri memiliki lima bidang operasional untuk menangani berbagai jenis barang bukti. Limbah B3 merupakan limbah berbahaya dan beracun yang dapat mencemari lingkungan dan membahayakan kehidupan, termasuk limbah mudah meledak, mudah terbakar, korosif, pengoksidasi, beracun, berbahaya bagi lingkungan, dan karsinogenik.
Puslabfor Bareskrim Polri memiliki lima bidang operasional untuk menangani berbagai jenis barang bukti. Limbah B3 merupakan limbah berbahaya dan beracun yang dapat mencemari lingkungan dan membahayakan kehidupan, termasuk limbah mudah meledak, mudah terbakar, korosif, pengoksidasi, beracun, berbahaya bagi lingkungan, dan karsinogenik.
Puslabfor Bareskrim Polri memiliki lima bidang operasional untuk menangani berbagai jenis barang bukti. Limbah B3 merupakan limbah berbahaya dan beracun yang dapat mencemari lingkungan dan membahayakan kehidupan, termasuk limbah mudah meledak, mudah terbakar, korosif, pengoksidasi, beracun, berbahaya bagi lingkungan, dan karsinogenik.
A. Keadaan Umum Pusat Laboratorium Forensik Badan Reserse
Kriminal Kepolisian Republik Indonesia Puslabfor Bareskrim Polri bertempat di Jalan Inspeksi Tarum Barat Kav. Agraria Blok E No. 5, Jakarta Timur 13620. Puslabfor ditetapkan sebagai unsur pelaksana teknik Bareskrim Polri sejak 17 Oktober 2002 berdasarkan keputusan Kapolri No. Pol: Kep/53/X/2002 bahwa Puslabfor bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi laboratorium forensik untuk mendukung penyidikan yang dilaksanakan oleh seluruh jajaran Polri dengan fungsi, yaitu : 1. Penyiapan kebijakan Kabareskrim yang berkaitan dengan fungsi Labfor dan termasuk bahan masukan untuk penyusunan perencanaan strategis Polri. 2. Penyusunan perencanaan strategis dan program kerja Labfor serta pelaksanaanya. 3. Pembinaan dan pengembangan kemampuan sumber daya Labfor yang meliputi sistem/metode, personel, instrumen analisis, dan pengembangan ilmu forensic serta aplikasinya dalam rangka mencapai mutu pemeriksaan sesuai dengan standar yang berlaku. 4. Penyelenggaraan pemeriksaan laboratoris kriminalistik barang bukti dan pemeriksaan teknis kriminalistik TKP dalam rangka pembuktian ilmiah pada proses penyidikan. 5. Pembinaan teknis fungsi Labfor kepada seluruh jajaran Polri dan pelayanan umum fungsi Labfor kepada masyarakat dalam rangka mewujudkan Forensic Mindness. 6. Koordinasi dan kerja sama dengan instansi terkait dalam Polri ataupun di luar Polri demi kelancaran tugas serta peningkatan profesionalitas. 7. Pengawasan, pengendalian, analisis, evaluasi pelaksanaan, pembinaan, dan operasional fungsi Labfor. 8. Pemberian pertimbangan saran kepada Kabareskrim Polri mengenai hal - hal yang berhubungan dengan bidang tugasnya. Kewenangan formal pelaksanaan tugas pokok, fungsi, dan peran Puslabfor antara lain, berdasarkan : 1. UU No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. 2. UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. 3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 137/Menkes/SK/X/1998 tentang Penunjukkan Laboratorium Pemeriksa Narkoba dan Psikotropika. 4. Surat Edaran Jaksa Agung Republik Indonesia No. 5/KRI/2589 perihal penunjukkan Puslabfor untuk pemeriksa tulisan. 5. Surat Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia N0. 808/XII/1983 perihal penunjukkan Puslabfor sebagai pemeriksa barang bukti kasus pidana umum. 6. Surat edaran Jaksa Agung Republik Indonesia No. SE/003/SA/2/1984 tentang keterangan ahli mengenai tanda tangan dan tulisan sebagai alat bukti. 7. Peraturan Kapolri Nomor 21 Tahun 2010 tentang susunan organisasi dan tata kerja satuan kerja Mabes Polri. 8. Peraturan Kapolri Nomor 10 Tahun 2009 tentang tata cara permintaan bantuan kepada Labfor Polri. Peran dalam mendukung tahapan proses penegakan hukum meliputi tahap penyelidikan, tahap penindakan, tahap pemeriksaan, tahap penyelesaian dan penyerahan berkas perkara, tahap penuntutan, dan tahap peradilan. Adapun bentuk pelayanan Laboratorium Forensik Polri dikategorikan sebagai berikut : 1. Kepentingan Peradilan (Pro Justicia) Jenis pelayanan tersebut hanya diberikan berdasarkan permintaan dari aparat penegak hukum untuk perkara pidana dalam bentuk Berita Acara pemeriksaan teknis kriminalistik TKP dan pemeriksaan laboratorium kriminalistik barang bukti. 2. Kepentingan Non Peradilan (Non Justicia) Jenis pelayanan tersebut diberikan kepada masyarakat dalam rangka proses penegakan aturan internal. Dilakukan untuk suatu perkara perdata dan hasil pengujian diberikan dalam bentuk Surat Keterangan Pemeriksaan Sampel Puslabfor sebagai unsur pelaksana teknik Bareskrim Polri dipimpin oleh Kapuslabfor Bareskrim Polri dan dibantu oleh sekretaris (Sespuslabfor) Kapuslabfor membawahi beberapa pokok jabatan fungsional dan bidang operasional. Bidang operasional Puslabfor terdiri atas lima unit bagian yang dibedakan berdasarkan aspek kriminalistik yang disesuaikan dengan bidang tugasnya, antara lain : 1. Bidang Dokumen Palsu Forensik (Dokupalfor) Bidang Dokupalfor meliputi pemeriksaan; tulisan tangan, tanda tangan, dan ketik. Sementara bidang Produk Cetak dan Uang Palsu Forensik meliputi pemeriksaan; bahan cetak, perangko, dan uang palsu. Bidang Fotografi Forensik meliputi pemeriksaan; mikro dan makro fotografi 2. Bidang Balistik dan Metalurgi Forensik (Balmetfor) Bidang Balistik dan Metalurgi bertugas menyelenggarakan pelayanan pemeriksaan teknik kriminalistik TKP dan pemeriksaan laboratorium kriminalistik barang bukti senjata api, bahan peledak, metalurgi, dan kecelakaan konstruksi serta memberikan pelayanan umum forensik kriminalistik. 3. Bidang Fisika Komputer Forensik (Fiskomfor) Bidang Fisika Komputer Forensik bertugas menyelenggarakan pelayanan pemeriksaan teknis kriminalistik TKP (Tempat Kejadian Perkara) dan pemeriksaan laboratorium kriminalistik barang bukti uji kebohongan, jejak, radioaktif, konstruksi bangunan, peralatan teknik, kebakaran, komputer, dan kejahatan jaringan internet serta memberikan pelayanan umum forensik kriminalistik. 4. Bidang Kimia Biologi dan Toksikologi Lingkungan Forensik (Kimbiofor) Bidang Kimia Biologi dan Toksikologi Lingkungan bertugas menyelenggarakan pelayanan pemeriksaan teknik kriminalistik TKP (Tempat Kejadian Perkara) dan laboratorium kriminalistik barang bukti kimia, biologi/serologi, dan toksikologi lingkungan serta memberikan pelayanan umum forensik kriminalistik. 5. Bidang Narkoba Forensik (Narkobafor) Bidang Narkoba Forensik bertugas menyelenggarakan pelayanan pemeriksaan teknis kriminalistik TKP dan pemeriksaan laboratorium kriminalistik barang bukti narkotika, psikotropika, dan obat serta memberikan pelayanan umum forensik kriminalistik. B. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Secara umum yang disebut limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga), yang dlebih dikenal sebagai sampah. Apabila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia senyawa organik dan senyawa anorganik (Widjajanti, 2009). Bentuk limbah tersebut dapat berupa gas dan debu, cair, atau padat. Tingkat dari bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah. Diantara berbagai jenis limbah ini ada yang bersifat beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (limbah B3). Menurut Peraturan Pemerintah RI Pasal 1 No. 101 Tahun 2014 tentang Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun adalah zat, energi, dan atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan atau jumlahnya baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemari lingkungan serta membahayakan kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain (Larastika, 2011). Limbah yang termasuk limbah B3 adalah limbah lain yang apabila diuji dengan metode toksikologi memiliki LD50 dibawah nilai ambang batas yang telah ditetapkan. Pengujian toksikologi dilakukan untuk menentukan sifat akut atau kronik dan menetapkan nilai LD50. LD50 adalah perhitungan dosis (gram pencemar per kilogram) yang dapat menyebabkan kematian 50% populasi makhluk hidup yang dijadikan percobaan, Pengelompokkan limbah B3 dapat dibedakan berdasarkan sifatnya, yaitu : 1. Limbah mudah meledak (explosive) adalah limbah yang melalui reaksi kimia dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan. Contoh limbah B3 dengan sifat ini adalah asetil peroksida, benzoil peroksida, dan jenis monomer yang mempunyai polimerisasi secara spontan sambal melepaskan gas bertekanan tunggi seperti butadien dan metakrilat. 2. Limbah mudah terbakar (flammable) adalah limbah yang bila berdekatan dengan api, atau sumber nyala lain akan mudah terbakar. Contoh dari limbah jenis ini adalah buangan dari Bahan Bakar Minyak (BBM) atau buangan pelarut (Benzena, toluen, aseton). 3. Limbah yang menimbulkan karat (corrosive) adalah limbah buangan yang mengandung pH sangat rendah atau sangat tinggi yang menyebabkan korosi pada logam lain. Limbah jenis ini biasanya asam sulfat dan baterai. 4. Limbah pengoksidasi (oxidizing waste) adalah limbah yang dapat menyebabkan kebakaran karena melepaskan oksigen atau buangan peroksida yang tidak stabil pada suhu tinggi. Contoh nya magnesium, perklorat, dan metal etil ketonperoksida. 5. Limbah beracun (toxic waste) adalah limbah yang mengandung racun dan dapat menyebabkan kematian apabila masuk ke dalam tubuh. Limbah jenis ini misalnya logam berat (Hg, Cd, Pb, Cr), pestisida, pelarut, dan halogenida. 6. Limbah yang berbahaya bagi lingkungan (dangerous for environment) adalah limbah yang berbahaya bagi lingkungan, biasanya di beri simbol B3. 7. Limbah karsinogenik, teratogenik, dan mutagenik (carcinogenic, tetragenic, mutagenic) adalah limbah yang menyebabkan sel kanker, mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan embrio, serta penyebab pertumbuhan kromosom yang berarti dapat merubah genetika. 8. Limbah gas bertekanan (pressure gas) adalah limbah gas bertekan mudah meledak apabila dipanaskan 9. Limbah yang menyebabkan infeksi (harmful waste) adalah limbah yang menimbulkan penyakit. (Padmaningrum, 2010) Klasifikasi limbah menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Pasal 1 No. 101 Tahun 2014 tentang Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Limbah B3 berdasarkan sumbernya dikelompokkan menjadi tiga, yaitu : 1. Limbah dari sumber spesifik. Limbah B3 ini merupakan sisa dari proses suatu industri kegiatan tertentu 2. Limbah dari sumber yang tidak spesifik. Untuk limbah B3 ini berasal bukan dari proses utamanya, misalnya dari kegiatan pemeliharaan alat, inhibitor, korosi, dan lain-lain. 3. Limbah B3 dari bahan kadaluarsa, tumpahan, sisa kemasan, atau buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi. Limbah jenis ini tidak memenuhi spesifikasi yang ditentukan atau tidak dapat dimanfaatkan kembali, sehingga memerlukan pengelolaan seperti limbah B3 lainnya. C. Logam Berat Logam berat merupakan unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar dari 5 gr/cm3, letaknya di sudut kanan bawah pada sistem periodik dengan afinitas yang tinggi terhadap unsur S dan biasanya bernomor atom 22 hingga 92. Terdiri atas merkuri (Hg), kromium (Cr), kadmium (Cd), emas (Ag), nikel (Ni), timbal (Pb), arsen (Ar), selenium (Sn), dan seng (Zn). Sifat toksisitas logam berat dikelompokkan menjadi logam berat bersifat toksik tinggi, sedang, dan rendah. Dimana logam berat yang bersifat toksik tinggi terdiri terdiri atas unsur-unsur Hg, Cd, Pb, Cu, dan Zn. Sementara logam berat bersifat toksik sedang terdiri atas unsur-unsur Cr, Ni, dan Co, sedangkan loam bersifat toksik rendah terdiri atas unsur Mn dan Fe (Darmono, 1995). Adanya logam berat di perairan, berbahaya baik secara langsung terhadap organisme, maupun efeknya secara tidak langsung terhadap manusia. Hal ini berkaitan dengan sifat-sifat logam berat, yaitu : 1. Sulit didegradasi, sehingga mudah terakumulasi dalam lingkungan perairan dan keberadaannya secara alami sulit terurai. 2. Dapat terakumulasi dalam organisme termasuk kerang dan ikan 3. Memiliki EC50 dan LC50. 4. Mempunyai waktu paruh yang tinggi dan nilai faktor konsentrasi yang besar dalam tubuh biota laut (Moore dan Ramamoorthy, 1984). Sumber pencemaran logam berat adalah masuknya material pencemar seperti partikel kimia, limbah industri, limbah pertanian, limbah kimia yang masuk ke dalam perairan. Ada beberapa aspek-aspek sebagai pengukuran tingkat pencemaran air, yaitu : 1. Nilai pH dan alkalinitas Air yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH sekitar 6,5 – 7,5. Air limbah dan bahan buangan industry akan mengubah pH air yang akhirnya akan mengganggu ekosistem dan kualitas air. Sementara alkalinitas berkaitan dengan kesadahan air, yang merupakan salah satu sifat air. 2. Suhu Peningkatan suhu pada air akan mengakibatkan dampak menurunnya jumlah oksigen yang terlarut dalam air, meningkatkan kecepatan reaksi kimia, dan dampak lainnya yang ditimbulkan. 3. Oksigen terlarut 4. Warna dan kekeruhan Warna air yang tidak normal merupakan indikasi terjadinya pencemaran air. Warna air sejati terjadi akibat adanya bahan-bahan yang terlarut, sementara air semu terjadi akibat adanya bahan terlarut dan tersuspensi diantaranya yang sifatnya koloid.