Anda di halaman 1dari 23

TATA KELOLA DAN TATA LAKSANA LABORATORIUM KIMIA

DALAM PEMERIKSAAN FORENSIK

(Tata Laksana Laboratorium Forensik)

DISUSUN OLEH:

Putu Ajeng Agustini (219232001)

Indriyanti Ibrahim (219232002)

Mohammad Anrico Putra Pratama (219232010)

PROGRAM MAGISTER ILMU FORENSIK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2024
BAB I
PENDAHULUAN

Kejahatan dan tindakan pidana merupakan perbuatan yang dilarang oleh


hukum dan dapat dikenai sanksi pidana. Dalam mengungkapkan suatu kasus
tindakan kriminal membutuhkan yang namanya pembuktian untuk menyatakan
benar atau tidaknya suatu tindak pidana yang didakwakan kepada pelaku.
Pembuktian memberikan suatu kepastian yang diperlukan dalam menilai suatu
tindak pidana yang telah dilakukan sebagaimana benar atau tidaknya perbuatan
yang didakwakan kepada pelaku. Pada Pasal 184 KUHAP menerangkan tentang
jenis-jenis alat bukti yang digunakan dalam pembuktian yaitu Keterangan saksi,
Keterangan ahli, Surat, Petunjuk dan Keterangan Terdakwa. Keterangan ahli
menjadi salah satu alat bukti yang membantu dalam mengungkapkan kasus
kejahatan. Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seseorang yang
memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk memberikan titik
terang dalam proses investigasi suatu tindak pidana. Seorang ahli yang dimaksud
dalam hal ini disebut dengan ahli forensik. Dalam hal pembuktian suatu kasus
tindak pidana, memerlukan adanya barang bukti untuk memperkuat petunjuk siapa
pelaku dan apa sebab luka atau kematian korban. Oleh karena itu, dalam memeriksa
dan mengungkapkan peristiwa yang diduga sebagai penyebab tindak pidana
memerlukan laboratorium untuk menganalisis suatu barang bukti. Analisis barang
bukti di laboratorium harus dilaksanakan oleh seorang ahli forensik yang memiliki
latar belakang dari berbagai disiplin ilmu, salah satunya adalah disiplin ilmu kimia
dalam analisis laboratorium kimia forensik.
Senyawa kimia dengan segala sifatnya banyak digunakan dalam berbagai
tindak pidana. Dalam bidang toksikologi forensik, seringkali senyawa kimia
menjadi penyebab kasus keracunan baik disengaja maupun tidak disengaja. Kasus
forensik lain yang terkait dengan penggunaan senyawa kimia yaitu kasus
pencemaran lingkungan, kebakaran yang disengaja, penipuan keuangan, dan
penggunaan narkotika atau zat terlarang. Penggunaan senyawa kimia dalam
berbagai kejahatan telah menjadi salah satu aspek yang menarik perhatian dalam
ilmu forensik. Perkembangan teknologi dan pemahaman tentang senyawa kimia
telah memberikan dampak signifikan dalam penyelidikan dan penegakan hukum
terkait berbagai tindak kriminal. Mulai dari penggunaan racun dalam pembunuhan
maupun bunuh diri, serta penggunaan campuran kimia dalam pembuatan bom
bunuh diri, senyawa kimia memiliki peran penting dalam mengungkap kebenaran
di balik berbagai kejahatan.
Pada umumnya pemeriksaan yang dilakukan terhadap barang bukti yang
melibatkan laboratorium kimia forensik yaitu pemeriksaan senyawa kimia yang
terlibat dalam kasus tersebut. Adapun beberapa kasus yang melibatkan pemeriksaan
laboratorium kimia forensik yaitu penggunaan Methoxphenidine dalam kasus
chemsex yang diterangkan dalam jurnal analisis toksikologi (Goncalves et al.,
2022). Dalam jurnal ini menjelaskan bagaimana analisis senyawa Methoxphenidine
secara kualitatif dan kuantitatif terhadap rambut dan postmortem korban dimana
disalahgunakan sebagai media untuk melakukan pesta seksual. Jurnal (Yamamoto
et al., 2020)melaporkan penggunaan nikotin dalam kasus bunuh diri kompleks,
sampel biologis dianalisis pada laboratorium toksikologi forensik dan menunjukkan
bahwa kadar nikotin pada tubuh korban melewati lethal dose sehingga ditetapkan
sebagai penyebab kematian. Kasus lain yang melibatkan pemeriksaan laboratorium
forensik yaitu penggunaan MEP (mephedrone) dalam kasus post-mortem
distribution pada jenazah seorang homoseksual dan positif HIV yang dijelaskan
dalam jurnal analisis toksikologi (Palazzoli et al., 2021). Jurnal ini menjelaskan
bagaimana distribusi mephedrone dalam organ tubuh dengan deteksi simultan dua
metabolitnya yang dianalisis pada laboratorium toksikologi forensik dan
menunjukkan hasil bahwa kedua metabolit MEP (mephedrone) terdeteksi di semua
organ tubuh dan telah melewati ambang batas dari seharusnya sehingga
menyebabkan kematian.
Ilmu kimia berperan penting dalam mengungkap kebenaran di balik berbagai
kasus kriminal. Kecanggihan teknologi dan metode analisis kimia dewasa ini masih
harus menghadapi berbagai masalah yang dapat muncul yang memerlukan tata
laksana laboratorium yang ketat. Masalah utama yang sering dihadapi salah satunya
adalah keabsahan dan integritas bukti-bukti kimia yang ditemukan di tempat
kejahatan. Resiko kontaminasi dapat mengganggu hasil analisis kimia dan
mengarah pada kesimpulan yang tidak akurat. Kontaminasi ini dapat terjadi melalui
berbagai cara, mulai dari penggunaan alat yang tidak steril hingga kurangnya
kehati-hatian dan ketelitian dalam pengambilan sampel. Hal ini menekankan
pentingnya tata laksana laboratorium yang ketat dalam hal penggunaan alat,
prosedur pengambilan sampel, dan pengelolaan bahan kimia.
Selain itu, validitas metode analisis juga perlu diperhatikan keandalannya
dalam proses analisis di laboratorium kimia forensik. Penggunaan metode yang
tidak valid atau kurang tepat dapat menghasilkan informasi yang salah atau tidak
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Oleh karena itu, penting untuk
memiliki standar operasional yang jelas dan mematuhi pedoman yang telah
ditetapkan dalam melakukan analisis di laboratorium. Tatalaksana laboratorium
kimia menjadi sangat penting diperhatikan untuk memastikan bahwa bukti-bukti
kimia yang ditemukan dapat digunakan sebagai dasar yang kuat dalam proses
penyidikan tindak pidana.
BAB II
ISI

2.1.Persyaratan dan Kompetensi Petugas Laboratorium


Fasilitas forensik merupakan salah satu landasan penting dalam upaya
penegakan hukum, dan salah satu komponen terpenting dari fasilitas ini adalah staf
ilmiah profesionalnya. Staff ilmiah profesional memainkan peran yang krusial
dalam proses penyidikan tindak pidana dan peradilan, dengan kemampuan untuk
memberikan kesaksian ahli yang penting dalam pengadilan. Ilmuwan forensik tidak
hanya bertanggung jawab untuk melakukan analisis dan interpretasi bukti fisik,
tetapi juga dapat menjadi saksi ahli yang kompeten dan dapat dipercaya dalam
persidangan.
Pengetahuan yang luas dalam berbagai metode analisis kimia menjadi
landasan bagi ilmuwan forensik untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, dan
menganalisis bukti-bukti fisik yang ditemukan di tempat terjadinya tindak pidana.
Analis laboratorium harus memahami prosedur laboratorium yang tepat, memenuhi
standar etika profesional, dan dapat bekerja dengan teknologi dan peralatan
laboratorium yang kompleks. Untuk memberikan kontribusi yang signifikan dalam
upaya penegakan hukum, memastikan keadilan dalam proses pengadilan, dan
membantu memecahkan berbagai kasus kriminal dengan akurat dan adil maka
seorang ahli forensik yang bekerja di laboratorium harus yang benar-benar
berkompeten. Syarat menjadi petugas laboratorium forensik yang dijelaskan dalam
(Bertler, et al., 2011) saat melaksanakan pengujian adalah menguasai hal-hal
berikut :
1. Kemampuan untuk memiliki pendekatan kritis, terutama dalam menafsirkan
bukti
2. Kemampuan untuk merumuskan strategi pemeriksaan laboratorium,
misalnya urutan tes yang akan dilakukan
3. Pengetahuan tentang persyaratan hukum dan organisasi
4. Pengetahuan tentang prinsip-prinsip dasar pengendalian mutu dan
penjaminan mutu, termasuk partisipasi dalam proses penjaminan mutu
eksternal seperti uji kemahiran.
5. Pengetahuan tentang pentingnya menggabungkan hasil tes dari analisis
pelengkap untuk memperkuat temuan laboratorium.
6. Pengetahuan tentang keterbatasan tes apapun yang digunakan dan
pentingnya mendokumentasikan dengan jelas keterbatasan ini dalam berkas
kasus laporan.
7. Pengetahuan tentang literatur ilmiah dan teknis dalam bidang ilmu forensik
(dan ilmu pengetahuan terkait) yang diminati dan kemampuan untuk tetap
mengikuti perkembangan sehubungan dengan pengetahuan ini.
8. Kemampuan untuk menerapkan praktik kerja yang aman di laboratorium
dengan hormat untuk menangani bukti kimia dan biologis yang tidak
diketahui dan berpotensi berbahaya.
9. Pengetahuan tentang kemampuan dan keterbatasan penghalang fisik
pribadi, seperti sarung tangan, jas laboratorium, kacamata keselamatan,
yang digunakan untuk melindungi analis dari bukti reagen, serta bukti dari
analis.
10. Pengetahuan tentang prosedur keselamatan sehubungan dengan penanganan
gas bertekanan, zat yang mudah terbakar, beracun dan korosif, bahan
biohazardous, sumber cahaya berintensitas tinggi (termasuk lampu UV dan
laser), dll.
11. Kemampuan menyiapkan reagen dan larutan.
12. Kemampuan meninmbang sampel secara akurat, termasuk pengetahuan
tentang kesalahan terkait (ketidakpastian pengukuran).
13. Kemampuan untuk menangani bukti fisik yang sangat
kecil/mikroskop/laten.
14. kemampuan dalam pengoperasian, perawatan, dan pemeliharaan peralatan,
termasuk penggunaan yang benar, pemecahan masalah, pengujian,
kalibrasi, pembersihan, pemeliharaan rutin, dan proses darurat.
15. Kesadaran akan metode destruktif dan non-destruktif, dan oleh karena itu
kemampuan untuk melakukan pemeriksaan dalam urutan yang
memaksimalkan informasi dan meminimalkan hilangnya bukti (yaitu
rangkaian pemeriksaan selalu dimulai dengan pemeriksaan non-destruktif
dan diakhiri dengan metode destruktif bila diperlukan).
16. Kesadaran akan perbedaan antara tes dugaan dan tes konfirmasi dan
perlunya tes konfirmasi diterapkan jika memungkinkan.
17. Kemampuan untuk menerapkan teknik persiapan sampel yang sesuai
dengan jenis bukti fisik yang diperiksa, termasuk pengetahuan tentang
teknik ekstraksi dan teori terkait.
18. Pengetahuan tentang metode statistik dasar dan kemampuan serta
keterbatasannya, serta kemampuan untuk menerapkan metode statistik yang
tepat jika diperlukan.
Selain harus memenuhi syarat sebagai petugas laboratorium, seorang analis
juga harus memiliki kompetensi tentang teknik analisis tertentu, mampu mengelola
bukti fisik dengan akurat, dan memenuhi standar etika profesional dalam prosesnya.
Beberapa kompetensi yang harus dikuasai oleh analis laboratorium dalam beberapa
pengujian barang bukti adalah sebagai berikut :
a. Pengujian Obat-obatan terlarang dan prekursornya
Pengujian ini meliputi analisis obat-obatan dan prekursor dalam bahan yang
disita, serta obat-obatan dan metabolitnya dalam spesimen biologis, dengan teknik
analisis yang berbeda tergantung pada tujuan seperti identifikasi, kuantisasi, dan
profil fisik/kimia, yang memerlukan sampel yang sesuai terutama pada analisis
dalam matriks biologis. Analis yang direkomendasikan dalam pengujian ini adalah
yang memiliki tingkat pendidikan setara BSc dan MSc dalam bidang kimia atau
setara untuk melakukan tugas-tugas analisis. Kompetensi yang harus dikuasai
seorang analis laboratorium dalam bahan yang disita adalah sebagai berikut :
- Pengetahuan tentang penyalahgunaan obat-obatan yang paling umum
ditemui di pasar gelap termasuk produksi atau sintesisnya, konsumsi, efek
dan prekursor utamanya.
- Kesadaran akan kebutuhan penting akan sampel referensi untuk tujuan
perbandingan dan kemampuan untuk menyiapkan standar sekunder jika
diperlukan.
- Kemampuan untuk menerapkan prosedur pengambilan sampel
(menggunakan pendekatan statistik bila diperlukan).
- Kesadaran akan adanya bukti lain pada kemasan obat (misalnya sidik jari,
rambut, serat, DNA, tanda alat) dan kemampuan untuk menyimpan bukti
tersebut.
- Kesadaran akan nilai pembuktian dari kemasan itu sendiri (misalnya jenis
bahan kemasan plastik, pita perekat, dan lain-lain).
- Pengetahuan tentang metabolit utama, karakteristik matriks biologis yang
berbeda, dan teknik ekstraksi yang sesuai untuk spesimen biologis.
- Kemampuan untuk menerapkan tindakan pencegahan yang tepat
sehubungan dengan kesehatan dan keselamatan, terutama dalam
penanganan spesimen biologis.
b. Identifikasi Sidik Jari
Identifikasi ini mencakup analisis sidik jari dan pola bentuk tubuh lainnya
yang dapat terlihat atau tersembunyi, dengan metode visualisasi optik, fisik, dan
kimia untuk mengungkap tanda laten, khususnya pada sidik jari yang kompleks
karena mengandung sekresi alami dan kontaminan lingkungan. Kompetensi yang
harus dikuasai oleh seorang analis laboratorium dalam pengujian sidik jari adalah
sebagai berikut :
- Pengetahuan tentang mekanisme berbagai metode deteksi (optik, fisik,
kimia) dan penerapannya tergantung pada substrat (yaitu permukaan
berpori, semi berpori, tidak berpori) dan kondisi lingkungan (misalnya
apakah sidik telah terpapar kelembaban yang tinggi atau basah).
- Pengetahuan tentang komposisi kimia dari tanda laten (sekresi alami) dan
kemungkinan kontaminan (cat, atau darah).
- Pengetahuan tentang fisika dan kimia dasar yang diterapkan pada deteksi
sidik jari dan teknik peningkatan, termasuk teori cahaya, warna, dan
fotoluminesensi.
- Kesadaran akan metodologi deteksi umum dan urutan pemeriksaan
(misalnya metode non-destruktif hingga destruktif), dan pentingnya
mencatat hasil setelah setiap tahapan rangkaian pengembangan.
c. Identifikasi kebakaran dan Ledakan
Investigasi kebakaran dan ledakan bertujuan untuk mengetahui asal usul
serta penyebabnya, melalui analisis sampel di lokasi kejadian dan rekonstruksi
kejadian berdasarkan kerusakan yang teramati, termasuk deteksi dan identifikasi
bahan akselerator atau peledak. Kompetensi yang harus dikuasai oleh analis
laboratorium dalam investigasi kebakaran dan ledakan adalah sebagai berikut :
- Memiliki pengetahuan tentang kimia dan fisika pembakaran (misalnya
keberadaan sumber penyulutan, oksigen, bahan mudah terbakar) dan proses
ledakan.
- Kemampuan menginterpretasikan dengan benar pola pembakaran dan efek
ledakan (misalnya sumber panas/penyalaan, sumber ventilasi, produk yang
mudah terbakar/meledak) dan untuk menentukan penyebab yang tidak
disengaja maupun yang disengaja.
- Kemampuan untuk menemukan, mengumpulkan, mengemas dan
menyimpan bukti fisik dan pengendalian substrat dengan benar (misalnya
pemilihan wadah khusus untuk mencegah hilangnya senyawa yang mudah
menguap).
- Kemampuan untuk melaporkan dengan benar fenomena kebakaran dan
ledakan (termasuk penentuan penyebab dan asal usul berdasarkan pada
penyelidikan TKP).
- Pengetahuan tentang berbagai macam akselerator yang dapat digunakan
untuk memulai dan mempercepat kebakaran.
- Pengetahuan tentang produk pirolisis umum dari bahan substrat (misalnya
plastik, karpet) dan kemampuan untuk membedakannya dari bahan pemicu
api.
- Pengetahuan tentang berbagai jenis bahan peledak, sifat fisik dan kimianya,
serta kerusakan yang dapat ditimbulkan.
- Kemampuan untuk melaporkan fenomena kebakaran dan ledakan dengan
benar (termasuk penentuan penyebab dan asal usulnya) berdasarkan
pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada sampel.
d. Identifikasi dokumen palsu
Pemeriksaan dokumen palsu termasuk analisis tinta, kertas, teknis
pengetikan, dan pencetakan untuk menentukan keaslian serta identifikasi
penulisnya melalui adaptasi dan potensi identifikasi tanda tangan. Analisis
laboratorium memiliki peran dalam pemeriksaan dokumen dengan melibatkan
perbandingan komponen sampel dan standar yang telah diketahui. Kompetensi
yang diperlukan dalam analisis laboratorium pemeriksaan dokumen palsu adalah
sebagai berikut :
- Kemampuan mengumpulkan dan menyimpan dokumen dengan benar.
- Pengetahuan tentang berbagai jenis substrat (misalnya kertas, polimer) dan
fitur-fitur utama yang berguna untuk mengkarakterisasinya.
- Pengetahuan tentang berbagai fitur keamanan (misalnya tanda air, serat
fluoresen) yang terdapat dalam dokumen resmi (misalnya uang kertas dan
dokumen identitas).
- Pengetahuan tentang karakteristik berbagai jenis pena (misalnya pulpen,
pena gel), sifat dan komposisi tinta (misalnya pigmen dan pewarna),
pembuatan dan perbedaan ciri-ciri kertas (misalnya tanda air, daur ulang,
vellum), dan pengaruh faktor lingkungan terhadap karakteristik tinta
(misalnya kelembaban matahari).
- Pengetahuan tentang metode dan perangkat pencetakan yang berbeda
(misalnya offset, intaglio, inkjet) dan kemampuan mengidentifikasi pada
dokumen dengan karakteristik pencetakan yang dihasilkan oleh metode ini.
- Pengetahuan tentang berbagai jenis dokumen palsu (menambah/menghapus
item pada dokumen yang sudah ada) dan pemalsuan (membuat seluruh
dokumen palsu).
2.2.Etika Profesi
Etika merupakan bagian dari filsafat yang sering diartikan sebagai nilai.
Beberapa tokoh mengemukakan etika adalah filsafat moral yang berkaitan dengan
perilaku manusia yang ditekankan pada nilai baik dan buruk, dengan kata lain etika
membahas yang berkaitan tentang perilaku baik dan buruknya manusia. (Sunardiyo,
2014). Etika tidak pernah terlepas dari masalah moral dan hukum, ketiga aspek
tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Dalam kaitannya terhadap
profesi, etika sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilan suatu pemeriksaan
dalam laboratorium. Etika profesi merupakan suatu bidang etika terapan. Etika
profesi berkaitan dengan kewajiban etis mereka yang disebut dengan profesional.
Etika profesi berfungsi sebagai panduan bagi para profesional dalam memberikan
dan mempertahankan jasa mereka dengan standar yang tinggi. Sebagai seorang
profesi laboratorium dalam melakukan pemeriksaan dalam laboratorium tentunya
harus berdasarkan SOP yang berlaku. Dalam laboratorium kimia, etika profesi yang
diterapkan yaitu sebagai berikut:
1. Dalam aturan berpakaian, seorang tenaga laboratorium harus menggunakan
pakaian yang sesuai berdasarkan SOP yaitu selalu menggunakan kacamata
keselamatan ANSI 78.1 dengan pelindung percikan.
2. Menggunakan peralatan pelindung diri dan peralatan kendali teknik yang
memberikan perlindungan maksimal dan menutupi sebagian besar kulit
tubuh, tidak diperbolehkan menggunakan pakaian pendek dan sandal untuk
menghindari terpapar zat kimia berbahaya. peralatan kendali teknik meliputi
tudung laboratorium, ventilasi buang hingga kotak sarung tangan, dimana
dapat mengontrol bahaya di laboratorium. Peralatan pelindung diri, seperti
kaca mata pengaman, kaca mata pelindung dan pelindung wajah.
3. Untuk menghindari kontaminasi pada sampel, dilarang membawa makanan
atau minuman ke dalam laboratorium
4. mengembangkan dan memperbaiki program dan prosedur untuk memastikan
proses pemeriksaan dalam laboratorium berdasarkan peraturan yang berlaku,
untuk menunjang kedisiplinan seorang profesi atau ahli laboratorium
5. mengambil tindakan yang tepat untuk memperbaiki bahaya atau keadaan
yang membahayakan kesehatan, keselamatan atau lingkungan
6. mempertimbangkan faktor keselamatan dan lingkungan dalam semua
keputusan tindakan
7. penggunan bahan atau zat kimia secukupnya sesuai kebutuhan
8. memahami toksisitas dari setiap bahan/zat kimia di dalam laboratorium
9. menjaga area kerja untuk tetap rapi dan bersih dengan tujuan menjaga
ruangan laboratorium agar tetap dalam keadaan steril
10. ketika melakukan pemeriksaan, tidak terlibat dalam interaksi sosial di
laboratorium, karena pengujian dilakukan dengan menggunakan zat-zat
berbahaya dan sangat riskan terhadap hasil analisis
2.3.Teknik Dan Kemampuan Uji
Dalam melaksanakan mandat kegiatan laboratorium, salah satu faktor yang
mempengaruhi hasil pengujian atau kalibrasi adalah seleksi, verifikasi dan validasi
metode. Center for Drug Evaluation and Research (CEDAR), U.S. Food and Drug
Administration (FDA) menyatakan empat komponen yang harus dipenuhi untuk
menghasilkan data pengujian bermutu yaitu: kualifikasi/kinerja peralatan yang
sesuai, validasi metode, uji kesesuaian sistem, dan pengendalian mutu. Sebelum
melakukan pengujian, laboratorium harus melakukan pemilihan metode pengujian
yang akan digunakan. Pemilihan metode pengujian didasarkan pada banyak faktor
seperti biaya, peralatan, bahan kimia, sumber daya manusia, kondisi akomodasi dan
lingkungan. Setiap laboratorium dapat memutuskan sendiri metode pengujian mana
yang akan digunakan yang disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan
laboratorium. Definisi dari verifikasi adalah penyediaan bukti objektif bahwa
barang tertentu memenuhi persyaratan yang ditentukan, sedangkan validasi adalah
memverifikasi bahwa persyaratan yang dinyatakan mencukupi untuk suatu
penggunaan tertentu. SNI ISO 9000:2015 dan SNI ISO/IEC 17025:2017
mendefinisikan validasi sebagai proses konfirmasi melalui pengujian dan
pengadaan bukti objektif bahwa persyaratan tertentu untuk maksud terpenuhi
dipenuhi. Dalam melakukan pengujian atau kalibrasi, laboratorium harus
menggunakan metode yang tepat, sesuai maksud pengujian atau kalibrasi.
Metode pengujian terdiri dari:
1. Metode resmi atau standar, yaitu metode standar yang diadopsi dari badan
yang berwenang seperti: SNI, AOAC, ASTM, AACC, ISO, AOCS, BAM
dan sebagainya
2. Metode yang berasal dari metode resmi atau standar yang mengalami
modifikasi dapat berupa modifikasi bahan kimia, peralatan atau prosedur
yang digunakan. Sebagai contoh: a) modifikasi volume reagen yang
digunakan untuk analisis, volumenya dikurangi jumlahnya dari yang tertulis
dalam metode standar atau resmi; b) instrumen yang digunakan berbeda
dengan metode resmi, misalnya menggunakan HPLC namun detector yang
digunakan berbeda; c) tahapan dalam prosedur analisis dimodifikasi
sehingga waktu analisis lebih cepat.
3. Metode yang berasal dari metode resmi atau standar yang digunakan di luar
kisaran peruntukannya atau diperluas penggunaannya dari rancangan
semula. Metode pengujian kadar nitrogen pupuk yang diperoleh dari metode
resmi AOAC digunakan oleh laboratorium untuk pengujian kadar nitrogen
pada produk susu.
4. Metode tidak resmi yang berasal dari sumber lain seperti dari pemasok
bahan kimia, pemasok peralatan atau badan yang tidak berwenang. Pemasok
bahan kimia seperti pengujian dalam bentuk kit, biasanya memiliki prosedur
pengujian bagaimana menggunakan kit tersebut.
5. Metode “in-house” yaitu metode yang dirancang dan dikembangkan sendiri
oleh laboratorium untuk keperluannya. Hal ini dapat dimasukkan ke dalam
kategori pengembangan metode pengujian.
6. Metode tidak resmi yang dimodifikasi untuk keperluan analisis atau
pengujian tertentu. Bukan hanya metode resmi atau standar yang dapat
dimodifikasi, metode tidak resmi pun dapat dimodifikasi disesuaikan
dengan keinginan laboratorium.
Dalam teknik dan kemampuan uji laboratorium juga memerlukan standar
prosedur analitis untuk meningkatkan kualitas dari pengujian/pemeriksaan
laboratorium. Prosedur analitis laboratorium kimia yaitu sebagai berikut:
1. Identifikasi, kuantifikasi atau perbandingan bahan kimia/bahan harus
didasarkan pada karakteristik spesifik ditentukan dalam metode yang
divalidasi, dan keputusan mengenai jenis/sumber bahan harus didasarkan pada
ambang batas keputusan.
2. Penyedia layanan ilmu forensik harus memantau proses analitis menggunakan
blanko yang sesuai, kontrol positif dan negatif, serta bahan referensi.
3. Penyedia layanan ilmu forensik harus memiliki prosedur untuk menguji secara
rutin keandalan proses analitis dengan bahan referensi yang diketahui (kontrol
positif). Hal ini dapat dilakukan bersamaan dengan setiap analisis atau pada
jadwal yang telah ditentukan.
4. Bahan referensi dan data terkait harus digunakan untuk menunjukkan
keandalan hasil pengujian. Hasil tes positif harus memenuhi kriteria
penerimaan yang ditentukan dalam validasi metode dan protokol
pengoperasian. Dalam urutan preferensi, kriteria penerimaan harus didasarkan
pada:
a. Perbandingan data yang diperoleh dari bahan referensi yang sesuai dan
dianalisis pada kondisi analisis yang sama (yaitu instrumen, metode
instrumental, dan fase diam) seperti sampel uji/kasus. Jika data bahan
acuan dikumpulkan pada instrumen yang berbeda dengan sampel
uji/kasus, maka harus ditunjukkan bahwa kedua instrumen menghasilkan
data yang sebanding.
b. Perbandingan dengan data referensi eksternal dapat digunakan jika bahan
referensi tidak tersedia. Data referensi eksternal harus dinilai dan
dibuktikan sesuai dengan tujuannya. Faktor-faktornya meliputi asal data,
validasi data, tinjauan yang sebanding dengan data, perbandingan kondisi
analitis.
c. Apabila bahan referensi atau data referensi eksternal tidak tersedia,
teknik penjelasan struktural, bila dapat diterapkan oleh disiplin ilmu,
dapat digunakan dengan ketentuan bahwa analisis hanya dilakukan oleh
praktisi ilmu forensik, sebagaimana didefinisikan oleh penyedia layanan
ilmu forensik, yang kompeten dalam bidangnya. interpretasi penjelasan
struktural.

2.4.Indikator Kinerja Petugas


Peningkatan kualitas laboratorium didukung dengan sistem petugas
laboratorium yang representatif dan memenuhi standar pelayanan yang baik.
Pelayanan laboratorium yang ideal akan menunjukkan bahwa eksistensi
laboratorium sangat dibutuhkan sebagai tempat untuk pemeriksaan dan pengujian
suatu sampel. Laboratorium yang baik tercermin dari petugas laboratorium tersebut,
bagaimana kinerjanya apakah sesuai dengan standar operasional. Adapun indikator-
indikator kinerja petugas laboratorium kimia forensik dalam (OSAC, 2020) yaitu
sebagai berikut :
Indikator Deskripsi Indikator

Meningkatkan efisiensi laboratorium Memperluas kemampuan sebagai


Melalui kemajuan teknologi petugas laboratorium dengan
menerapkan program ilmiah baru dan
berinvestasi pada infrastruktur peralatan
laboratorium

Menyediakan pengujian dan analisis Sebagai petugas laboratorium mampu


tepat waktu melakukan analisis yang terkoordinasi
dan tepat waktu sesuai dengan standar
indrustri dan pedoman akreditasi

Memperkirakan, menganalisis dan Analisis data mentah dan menyajikan


menyajikan data secara strategis visual grafis untuk memberikan
informasi strategis yang lebih baik

Kompetensi kepribadian Menampilkan diri dengan pribadi yang


dewasa, mantap dan berakhlak mulia.
menunjukkan komitmen tugas

Kompetensi sosial Bekerja sama dalam pelaksanaan tugas


dan mampu berkomunikasi secara lisan
maupun tertulis

Kompetensi profesional Merawat ruang laboratorium

Mengelola bahan dan peralatan


laboratorium

Menjaga kesehatan dan keselamatan


kerja di laboratorium

Menjadi petugas atau seorang ahli dalam laboratorium kimia harus memenuhi
standar kriteria, karena orang yang bekerja di laboratorium memiliki tanggung
jawab yang besar dan keahlian khusus di bidang tersebut, tidak sembarang orang
dapat bekerja di dalam laboratorium. Kriteria yang harus dipenuhi oleh seorang
petugas laboratorium kimia menurut (Department of Forensic Science, 2023)
adalah sebagai berikut:
Kualifikasi/pendidikan minimal
1. Petugas pendukung teknisi
a. memiliki latar belakang pendidikan sebagai teknisi, keterampilan, dan
kemampuan yang sesuai dengan tanggung jawab
b. mengikuti pelatihan kerja yang khusus dengan tanggung jawab posisi
mereka
2. Petugas teknisi
a. memiliki latar belakang pendidikan sebagai teknisi, keterampilan, dan
kemampuan yang sesuai dengan tanggung jawab
b. memiliki pelatihan formal khusus dalam menangani bukti dan aspek
analisis dari tugas mereka
c. telah mengikuti ujian tertulis atau lisan, ujian kompetensi
d. telah mengikuti pelatihan peradilan semu/tiruan
3. Praktisi ilmu forensik
a. memenuhi semua persyaratan teknisi
b. Memiliki setidaknya gelar sarjana atau setara dalam ilmu alam atau
fisika. Individu tersebut harus berhasil menyelesaikan kuliah dan kelas
laboratorium secara umum, kimia organik, dan analitik
c. Sesuai dengan Praktik E2917 untuk pelatihan praktisi ilmu forensik,
pendidikan berkelanjutan, dan program pengembangan profesional
4. Pemimpin teknis
a. Memenuhi seluruh persyaratan praktisi ilmu forensik
b. Memiliki pengalaman minimal tiga (3) tahun sebagai praktisi ilmu
forensik yang berkualifikasi, dalam disiplin ilmu tertentu, yang
melakukan analisis bukti independen
c. Penyedia layanan ilmu forensik harus memiliki dan mengikuti pelatihan
terdokumentasi, pendidikan berkelanjutan dan program pengembangan
profesional.
2.5.Sistem Manajemen Mutu
Laboratorium adalah salah satu lembaga yang peranannya sangat menentukan
di dalam penjaminan dan pengendalian mutu suatu produk yang dihasilkan.
Laboratorium – laboratorium tersebut tentunya membutuhkan hasil analisa yang
benar – benar akurat, tidak terbantahkan, dapat dipercaya dan mempunyai personil
yang kompeten dalam melaksanakan kegiatannya. Untuk mencapai keseragaman
hasil analisis antar laboratorium dibutuhkan suatu standar yang bersifat
internasional yang mencakup sistem mutu dan teknis yang baik, salah satunya
adalah standar SNI ISO/IEC 17025:2017. Berikut merupakan persyaratan proses
standar (SNI ISO 17025:2017) :
a. Tinjauan permintaan, tender dan kontrak
Diperlukan prosedur untuk memastikan pemahaman persyaratan pelanggan
kemampuan dan sumber daya laboratorium untuk memenuhinya, pengendalian
penyedia eksternal yang digunakan (jika ada), dan pemilihan metode yang tepat
untuk memenuhi persyaratan tersebut. Laboratorium harus menginformasikan
kepada pelanggan jika metode pengujian atau kalibrasi atau pengambilan sampel
yang diperlukan dianggap tidak sesuai atau ketinggalan zaman. Jika pernyataan
kesesuaian dengan spesifikasi atau standar diperlukan, aturan keputusan (yang
menetapkan kriteria lulus atau gagal) yang dipilih harus dikomunikasikan kepada
dan disetujui oleh pelanggan. Prosedur tinjauan kontrak harus diterapkan juga untuk
setiap perubahan dalam kontrak atau tender atau permintaan.
b. Seleksi, verifikasi dan validasi metode
Istilah "metode" digunakan untuk mengidentifikasi metode kalibrasi,
pengujian atau pengukuran, dan pengambilan sampel. Laboratorium diminta untuk
memastikan bahwa metode versi terbaru yang sah yang digunakan, kecuali jika
tidak sesuai atau tidak mungkin untuk dilakukan. Metode yang digunakan dapat
mencakup metode yang dipublikasikan dalam standar internasional, regional atau
nasional, atau oleh organisasi teknis terkemuka, atau dalam teks ilmiah atau jurnal
yang relevan, atau seperti yang ditentukan oleh produsen peralatan atau metode
yang dikembangkan atau dimodifikasi oleh laboratorium. Laboratorium harus
memverifikasi bahwa metode yang dipilih dapat dilakukan dengan benar.
Penyimpangan dari metode hanya terjadi jika telah didokumentasikan, dibenarkan
secara teknis, disahkan, dan diterima oleh pelanggan. Metode tidak baku, metode
yang dikembangkan laboratorium dan metode baku yang digunakan di luar ruang
lingkup yang dimaksudkan atau yang dimodifikasi harus divalidasi, dan rekaman
validasinya harus disimpan.
c. Pengambilan sampel
Rencana dan metode pengambilan sampel harus tersedia dan diterapkan jika
laboratorium melakukan pengambilan sampel zat, bahan atau produk untuk
pengujian atau kalibrasi berikutnya. Rekaman data pengambilan sampel harus
disimpan.
d. Penanganan barang uji atau kalibrasi
Laboratorium harus memiliki prosedur untuk pengangkutan, penerimaan,
penanganan, perlindungan, penyimpanan, retensi, dan pembuangan atau
pengembalian barang uji atau kalibrasi. Juga harus tersedia sistem yang tidak
ambigu untuk identifikasi barang uji atau kalibrasi. Penyimpangan dari kondisi
yang ditentukan harus direkam dan dikonsultasikan kepada pelanggan untuk
langkah selanjutnya.
e. Rekaman teknis
Standar ini mengharuskan ketersediaan rekaman teknis yang memuat hasil,
laporan dan informasi yang cukup untuk memfasilitasi, jika mungkin, identifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran dan ketidakpastian pengukuran
terkait, dan memungkinkan pengulangan kegiatan laboratorium untuk penelusuran
ke versi sebelumnya atau pengamatan asli.
f. Evaluasi ketidakpastian pengukuran
Laboratorium kalibrasi harus mengevaluasi ketidakpastian pengukuran untuk
semua kegiatan kalibrasi. Laboratorium pengujian harus mengevaluasi
ketidakpastian pengukuran. Bila metode uji tidak memungkinkan evaluasi
ketidakpastian pengukuran yang ketat, estimasi harus dilakukan berdasarkan
pemahaman prinsip-prinsip teoritis atau pengalaman praktis dari kinerja metode
tersebut.
g. Pemastian keabsahan hasil
Laboratorium harus memiliki prosedur dan rekaman untuk memantau
keabsahan hasil yang mencakup antara lain penggunaan bahan acuan atau bahan
kendali mutu, penggunaan instrumentasi alternatif yang terkalibrasi, pemeriksaan
fungsional peralatan pengukuran dan pengujian, penggunaan standar kerja dengan
diagram kendali, pemeriksaan antara untuk alat ukur, replikasi pengujian atau
kalibrasi, pengujian ulang atau kalibrasi ulang, korelasi hasil, tinjauan hasil yang
dilaporkan, perbandingan dalam-laboratorium, dan pengujian blind sample.
Laboratorium harus berpartisipasi dalam uji profisiensi dan/atau perbandingan intra
laboratorium jika tersedia dan sesuai.
h. Pelaporan hasil
Hasil kegiatan laboratorium harus dilaporkan. Informasi umum yang harus
dimuat dalam laporan disajikan secara rinci dalam SNI ISO/IEC 17025:2017 yang
memuat informasi spesifik untuk laporan pengujian, sertifikat kalibrasi, dan laporan
pengambilan sampel. terdapat juga informasi untuk laporan pernyataan kesesuaian,
laporan opini dan interpretasi dan untuk amandemen laporan.
i. Pengaduan
Proses terdokumentasi diperlukan untuk menerima, mengevaluasi, dan
mengambil keputusan atas pengaduan. Proses ini harus tersedia untuk setiap pihak
yang berkepentingan atas dasar permintaan. Hasil yang akan dikomunikasikan
kepada pengadu harus dibuat atau ditinjau dan disetujui oleh individu yang tidak
terlibat dalam kegiatan laboratorium aslinya.
j. Pekerjaan yang tidak sesuai
Laboratorium harus memiliki prosedur yang harus dilaksanakan bila ada
aspek dari kegiatan atau hasilnya yang tidak sesuai dengan prosedur laboratorium
sendiri atau persyaratan yang disepakati dengan pelanggan. Prosedur ini harus
memastikan bahwa tanggung jawab dan wewenang untuk pengelolaan pekerjaan
yang tidak sesuai ditetapkan, tindak lanjut diambil dengan mempertimbangkan
tingkat risiko pekerjaan, signifikansi pekerjaan yang tidak sesuai dievaluasi,
keputusan keberterimaan pekerjaan tersebut diambil, pelanggan diberitahu jika
memungkinkan, pekerjaan ditarik kembali jika diperlukan, dan tanggung jawab
untuk mengesahkan dimulainya kembali pekerjaan ditetapkan. Rekaman pekerjaan
yang tidak sesuai disimpan.
k. Pengendalian data dan manajemen informasi
Klausul ini menetapkan persyaratan untuk sistem manajemen informasi
laboratorium yang digunakan untuk pengumpulan, pemrosesan, pencatatan,
pelaporan, penyimpanan atau pengambilan data.
Standar SNI ISO/IEC 17025:2017 juga memiliki persyaratan sistem
manajemen mutu yang menjelaskan bahwa laboratorium dapat memilih antara
menerapkan sistem manajemen sesuai dengan Opsi A atau Opsi B. Opsi A
mencantumkan persyaratan minimum untuk penerapan sistem manajemen di
laboratorium. Persyaratan ISO 9001 untuk sistem manajemen yang relevan dengan
ruang lingkup kegiatan laboratorium telah dimasukkan. Opsi B memungkinkan
laboratorium untuk menetapkan dan memelihara sistem manajemen sesuai dengan
persyaratan ISO 9001. Kesesuaian laboratorium dengan persyaratan ISO 9001 tidak
dengan sendirinya menunjukkan kompetensi laboratorium untuk menghasilkan data
dan hasil yang benar secara teknis karena kondisi ini hanya dapat dicapai melalui
kesesuaian dengan ISO/IEC 17025.
Persyaratan untuk dokumentasi telah berkurang secara signifikan, adapun
persyaratan dokumentasi yang terkait dengan pengoperasian sistem manajemen
dalam klausul ini adalah:
1. kebijakan dan tujuan sistem manajemen
2. analisis umpan balik pelanggan
3. tindakan korektif, rekaman terkait ketidaksesuaian
4. audit internal dan rekaman hasilnya
5. rekaman masukan dan keluaran tinjauan manajemen
Tidak ada lagi persyaratan untuk prosedur terdokumentasi yang terkait
dengan kegiatan sistem manajemen sebagaimana dimaksud pada klausul ini. Juga
tidak ada persyaratan untuk panduan mutu. Dengan menerapkan pemikiran berbasis
risiko, dimungkinkan pengurangan persyaratan preskriptif dan penggantiannya
dengan persyaratan berbasis kinerja. Klausul ini mengharuskan laboratorium
mempertimbangkan risiko dan peluang yang terkait dengan kegiatan laboratorium.
Kegiatan-kegiatan ini dijelaskan di seluruh standar, mencakup risiko yang terkait
dengan ketidakberpihakan, pernyataan kesesuaian, pekerjaan yang tidak sesuai, dan
tindakan korektif. Standar ini tidak menentukan metode formal atau khusus untuk
manajemen risiko atau proses manajemen risiko yang terdokumentasi.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pemeriksaan forensik dalam bidang kimia berperan penting dalam
mengungkap kebenaran di balik berbagai tindak pidana yang melibatkan senyawa
kimia. Masalah tindak pidana seperti kontaminasi, penipuan, dan keracunan
menjadi fokus utama dalam proses investigasi yang dilakukan oleh petugas
laboratorium. Dalam melakukan investigasi tindak pidana, seorang petugas
laboratorium harus memiliki pendidikan, pengetahuan, dan pengalaman yang
diperlukan dalam ilmu forensik guna memastikan keberhasilan pemeriksaan dan
memberikan hasil yang akurat serta dapat dipercaya. Petugas laboratorium harus
memiliki kemampuan dalam menggunakan berbagai teknik analisis kimia, biologi,
dan fisika untuk mengidentifikasi, menguji, dan menginterpretasi bukti-bukti fisik
yang ditemukan di tempat kejahatan. Selain mumpuni dalam investigasi
laboratorium, petugas laboratorium forensik juga harus menerapkan etika profesi
yang tinggi dan memiliki indikator kinerja yang jelas dalam pemeriksaan forensik.
Kepatuhan terhadap standar etika profesional, integritas dalam penanganan
bukti, dan ketepatan dalam pelaporan hasil analisis merupakan hal yang harus
diperhatikan dan dijalankan oleh petugas laboratorium. Sistem manajemen mutu
laboratorium juga berperan dalam kelancaran investigasi tindak pidana,
implementasi sistem manajemen mutu yang baik menjadi kunci dalam menjaga
konsistensi, keandalan, dan keunggulan dalam pelayanan forensik. Sistem ini
mencakup pemantauan evaluasi terhadap proses laboratorium, pelatihan terkait
mutu, dan tindakan perbaikan yang berkelanjutan. Hal ini penting untuk
memastikan keadilan dan kepercayaan publik dalam sistem peradilan serta
memberikan kontribusi signifikan dalam upaya penegakan hukum.
DAFTAR PUSTAKA
Department of Forensic Science. (2023). Operations for professional
development in chemistry laboratory.
Goncalves, R., Castaing, N., Titier, K., & Dumestre-Toulet, V. (2022). Hair
Analysis of Methoxphenidine in a Forensic Chemsex Case. Journal of
Analytical Toxicology, 46(3), 328–336. https://doi.org/10.1093/jat/bkab016
Bertler, C., Bramley, B., Compton, D., & Margot, P. (2011). Staff skill requirements
and equipment recommendations for forensic science laboratories (K. T, Ed.).
English, Publishing and Library Section, United nations Office at Vienna.
www.unodc.org
OSAC. (2020). Chemistry SAC QA Draft Standard (I. A. SAC, Ed.). Organization
of Scientific Area Comittees for Forensic Science.
Palazzoli, F., Santunione, A. L., Verri, P., Vandelli, D., & Silingardi, E. (2021).
Post-mortem distribution of mephedrone and its metabolites in body fluids and
organ tissues of an intoxication case. Journal of Pharmaceutical and
Biomedical Analysis, 201. https://doi.org/10.1016/j.jpba.2021.114093
SNI ISO 17025:2017. (2018). Persyaratan Umum Kompetensi Laboratorium
Pengujian dan Laboratorium Kalibrasi.
Sunardiyo, S. (2014). Kinerja Tenaga Laboran Dan Teknisi Laboratorium Rekayasa
Di Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang Dan Faktor-Faktor Dominan
Yang Mempengaruhinya. INVOTEC, X(2), 121–130.
Yamamoto, H., Takayasu, T., Ishida, Y., Nosaka, M., Hata, S., Kuninaka, Y.,
Shimada, E., Hashizume, Y., Ishigami, A., Ozaki, M., Kawaguchi, M.,
Kimura, A., Furukawa, F., & Kondo, T. (2020). A case of complex suicide due
to acute nicotine intoxication caused by cigarette ingestion. International
Journal of Legal Medicine, 134(3), 997–1002.
https://doi.org/10.1007/s00414-019-02228-5

Anda mungkin juga menyukai