Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KELOMPOK KIMIA FORENSIK

PEDOMAN LABORATORIUM TOKSIKOLOGI FORENSIK


TAHUN AJARAN 2014/2015

Di susun Oleh:
Aqro Wijaya Kusuma

(1208105024)

Ita Zuhriyah

(1208105025)

Febby Hartesa Widya Sari

(1208105026)

Olivia Carolyn Sitepu

(1208105027)

Dosen Pembimbing
Dr. I Nengah Wirajana, M.Si.
Dr. Ni Made Suaniti, M.Si.
Komang Ariati, S.,Si., M.P.

LABORATORIUM KIMIA FORENSIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2014
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Toksikologi forensik adalah salah satu dari cabang ilmu forensik. Menurut Saferstein
yang dimaksud dengan Forensic Science adalah the application of science to low, maka
secara umum ilmu forensik (forensik sains) dapat dimengerti sebagai aplikasi atau
pemanfaatan ilmu pengetahuan tertentu untuk penegakan hukum dan peradilan. Guna lebih
memahami pengertian dan ruang lingkup kerja toksikologi forensik, maka akan lebih baik
sebelumnya jika lebih mengenal apa itu bidang ilmu toksikologi. Ilmu toksikologi adalah
ilmu yang menelaah tentang kerja dan efek berbahaya zat kimia atau racun terhadap
mekanisme biologis suatu organisme. Racun adalah senyawa yang berpotensi memberikan
efek yang berbahaya terhadap organisme. Tosikologi forensik menekunkan diri pada aplikasi
atau pemanfaatan ilmu toksikologi untuk kepentingan peradilan. Kerja utama dari toksikologi
forensik adalah melakukan analisis kualitatif maupun kuantitatif dari racun dari bukti fisik
dan menerjemahkan temuan analisisnya ke dalam ungkapan apakah ada atau tidaknya racun
yang terlibat dalam tindak kriminal, yang dituduhkan, sebagai bukti dalam tindak kriminal
(forensik) dipengadilan. Hasil analisis dan interpretasi temuan analisisnya ini akan dimuat ke
dalam suatu laporan yang sesuai dengan hukum dan perundang undangan. Menurut Hukum
Acara Pidana (KUHAP), laporan ini dapat disebut dengan Surat Keterangan Ahli atau Surat
Keterangan. Jadi toksikologi forensik dapat dimengerti sebagai pemanfaatan ilmu tosikologi
untuk keperluan penegakan hukum dan peradilan. Toksikologi forensik merupakan ilmu
terapan yang dalam praktisnya sangat didukung oleh berbagai bidang ilmu dasar lainnya,
seperti

kimia

analisis,

biokimia,

kimia

instrumentasi,

farmakologitoksikologi,

farmakokinetik, biotransformasi (Gelgel, 2008).


Secara umum tugas toksikolog forensik adalah membantu penegak hukum khususnya
dalam melakukan analisis racun baik kualitatif maupun kuantitatif dan kemudian
menerjemahkan hasil analisis ke dalam suatu laporan (surat, surat keterangan ahli atau saksi
ahli), sebagai bukti dalam tindak kriminal (forensik) di pengadilan . Untuk itu diperlukan
sautu pedoman laboratorium toksikologi forensik untuk membantu dalam hal analisis praktek
toksikologi forensik dalam mencapai tujuan masa depan (Gelgel, 2008).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu pedoman laboratorium toksikologi forensik ?

2. Bagaimana perlakuan terhadap sampel berdasarkan pedoman laboratorium toksikologi


forensik ?
3. Bagaimana langkah - langkah analisis toksikologi forensik berdasarkan pedoman
laboratorium toksikologi forensik ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa itu pedoman laboratorium toksikologi forensik
2. Mengetahui perlakuan terhadap sampel berdasarkan pedoman laboratorium toksikologi
forensik.
3. Mengetahui langkah - langkah analisis toksikologi forensik berdasarkan pedoman
laboratorium toksikologi forensik.
1.4 Manfaat
1. Memahami pedoman laboratorium toksikologi forensic.
2. Memahami perlakuan terhadap sampel berdasarkan pedoman laboratorium toksikologi
forensic.
3. Memahami langkah langkah analisis toksikologi forensic berdasarkan pedoman
laboratorium toksikologi forensic.

BAB II
ISI
2.1 Pedoman Toksikologi Forensik

Pedoman toksikologi forensik awalnya diterbitkan pada tahun 1991 dimana terdapat dua
dokumen utama yakni pedoman dan lampiran ditambah dengan daftar evaluasi diri. Pada tahun
1996 american board of toksikologi forensic meluncurkan program akreditasi forensic terutama
didasarkan pada LEMBUT/AAFS pedoman dan lampiran. Pada tahun 1997 New York State
mengeluarkan undang-undang yang mewajibkan akreditasi semua forensik laboratorium disektor
public, dan lain-lain. Komite pedoman menyimpulkan bahwa sudah waktunya merumuskan
kembali Pedoman asli dan Lampiran kedalam dokumen kohesif tunggal yang akan lebih mudah
untuk referensi dan memperbaharui masa depan. Itu dilakukan, dan final dokumen yang disetujui
diadopsi. Pengenalan dari pedoman 1991. Masyarakat toksikologi forensik dan toksikologi dan
toksikologi bagian dari America Academy of Sciences Forensik diangkat bersama komite
anggota untuk merekomendasikan satu set tambahan pedoman untuk praktek toksikologi.
Pedoman federal, terutama berkenan dengan pegawai laboratorium dan prosedur operasi.
Pedoman laboratorium toksikologi forensik dibedakan menjadi dua yakni :
1. Post-Mortem Toksikologi Forensik
Menentukan ada atau tidaknya obat-obatan dan metabolitnya, bahan kimia dan zat
volatil lainnya seperti etanol, karbon monoksida dan gas lainnya, dan bahan kimia
beracun lainnya dalam cairan dan jaringan manusia.
2. Kinerja Toksikologi Forensik pada manusia.
Menentukan ada atau tidaknya etanol dan obat lain serta bahan kimia dalam darah,
napas atau spesimen lainnya yang sesuai, dan mengevaluasi peran dalam
memodifikasi kinerja dan perilaku manusia (Graham R,et.al, 1997).
Personil dalam laboratorium toksikologi forensic yakni direktur dan staf laboratorium.
Ada beberapa kriteria standart operating procedure, diantaranya sebagai berikut :
a. Laboratorium harus memiliki panduan standar operasi prosedur (SOP) yang lengkap,
up-to-date, dan tersedia untuk semua personil yang melakukan tes.
b. Manual SOP harus mencakup deskripsi rinci prosedur untuk sampel penerima,
analisis, jaminan kualitas dan kontrol kualitas, review data, dan pelaporan.
c. Manual SOP harus mencakup prosedur administrasi serta metode analisis dan
ditinjau, ditandatangani, dan tanggal setiap kali pertama ditempatkan ke dalam
penggunaan atau diubah.
d. Manual SOP harus mencakup setiap prosedur analitis sesuai berikut: a) teori dan
prinsip metode, b) instruksi untuk persiapan reagen, c) Rincian dari prosedur analitis,
d) instruksi untuk persiapan kalibrator dan kontrol, e) informasi tentang persyaratan
khusus untuk penanganan reagen atau untuk memastikan keamanan, f) parameter

validasi (misalnya LOQ, linearitas), g) kriteria penerimaan atau penolakan hasil


kualitatif maupun kuantitatif dan h) referensi.
e. SOP harus berisi catatan tanda tangan sampel dan inisial semua penanganan staf
spesimen dan melakukan kegiatan analisis (yaitu "halaman tanda tangan").
f. Laboratorium harus memelihara salinan keluar-tanggal masuk dari manual SOP dan
menyediakan sarana untuk pengambilan dan penyimpanan arsip.
Secara umum tugas toksikolog forensik adalah membantu penegak hukum khususnya
dalam melakukan analisis racun baik kualitatif maupun kuantitatif dan kemudian menerjemahkan
hasil analisis ke dalam suatu laporan (surat, surat keterangan ahli atau saksi ahli), sebagai bukti
dalam tindak kriminal (forensik) di pengadilan. Lebih jelasnya toksikologi forensik mencangkup
terapan ilmu alam dalam analisis racun sebagi bukti dalam tindak kriminal, dengan tujuan
mendeteksi dan mengidentifikasi konsentrasi dari zat racun dan metabolitnya dari cairan biologis
dan akhirnya menginterpretasikan temuan analisis dalam suatu argumentasi tentang penyebab
keracunan dari suatu kasus. Menurut masyarakat toksikologi forensic amerika society of
forensic toxicologist, inc. SOFT bidang kerja toksikologi forensik meliputi:
-

analisis dan mengevaluasi racun penyebab kematian,


analisis ada/tidaknya alkohol, obat terlarang di dalam cairan tubuh atau napas, yang dapat
mengakibatkan perubahan prilaku (menurunnya kemampuan mengendarai kendaraan

bermotor di jalan raya, tindak kekerasan dan kejahatan, penggunaan dooping),


analisis obat terlarang di darah dan urin pada kasus penyalahgunaan narkotika, psikotropika
dan obat terlarang lainnya.
Berikut ini adalah gambaran kasus-kasus yang umumnya di negara maju memerlukan

pemeriksaan toksikologi forensik, meliputi tiga kelompok besar yaitu :


a) kematian akibat keracunan, yang meliputi: kematian mendadak, kematian di penjara,
kematian pada kebakaran, dan kematian medis yang disebabkan oleh efek samping obat
atau kesalahan penanganan medis,
b) kecelakaan fatal maupun tidak fatal, yang dapat mengancam keselamatan nyawa sendiri
ataupun orang lain, yang umumnya diakibatkan oleh pengaruh obat-obatan, alkohol, atau
pun narkoba,
c) penyalahgunaan narkoba dan kasus-kasus keracunan yang terkait dengan akibat
pemakaian obat, makanan, kosmetika, alat kesehatan, dan bahan berbahaya kimia
lainnya, yang tidak memenuhi standar kesehatan (kasus-kasus forensik farmasi).

2.2 Sampel
Sampel dari toksikologi forensik pada umumnya adalah spesimen biologi seperti: cairan
biologis (darah, urin, air ludah), jaringan biologis atau organ tubuh. Preparasi sampel adalah
salah satu faktor penentu keberhasilan analisis toksikologi forensik disamping kehandalan
penguasaan metode analisis instrumentasi. Berbeda dengan analisis kimia lainnya, hasil
indentifikasi dan kuantifikasi dari analit bukan merupakan tujuan akhir dari analisis toksikologi
forensik. Seorang toksikolog forensik dituntut harus mampu menerjemahkan apakah analit
(toksikan) yang diketemukan dengan kadar tertentu dapatdikatakan sebagai penyebab keracunan
(pada kasus kematian).
Pemilihan yang tepat, pengumpulan, dan pengajuan spesimen untuk analisis toksikologi
itu sangat penting. Jika hasil analisis yang diperoleh akurat dan interpretasi tepat akan berguna
dalam pengadilan kasus forensik. Pedoman dapat berlaku untuk penyelidikan oleh tim kesehatan
(postmortem forensik toksikologi) dan penyelidikan oleh lembaga penegak hukum dari kasus
yang melibatkan masalah kinerja manusia.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penerimaan sampel :
a. Jumlah spesimen yang dikumpulkan harus cukup.
b. Memberikan label pada wadah spesimen individu.
c. Lembaga yang mengirimkan sampel harus menunjukkan riwayat kesehatan yang relevan
pada pemilik sampel .
d. Sampel yang datang harus ditulis tanggal dan hari kedatangannya.
e. Penerimaan harus ditunjukkan dengan tulisan tangan atau elektronik tanda tangan (atau
inisial) dari orang yang menerima spesimen, minimal tanggal penerimaan juga harus
disertakan.
f. Spesimen yang diterima harus diberi label dengan nama orang yang meninggal atau
tersangka, jumlah dan jenis spesimen (misalnya darah) atau, tanggal spesimen diambil
dan identifikasi individu mengambil sampel (Graham R, et.al, 1997).
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penanganan sampel :
a. Penanganan spesimen dari satu individu atau tempat ke tempat lain harus selalu
didokumentasikan dengan baik.
b. Spesimen harus disimpan dengan cara yang aman.
c. Setiap transfer spesimen yang dikeluarkan untuk analisis, harus didokumentasikan
sebagai bagian dari catatan laboratorium permanen.
d. Jumlah orang yang menangani sampel harus diminimalisir sekecil mungkin.

e. Spesimen individu harus diangkut dan disimpan sedemikian rupa untuk meminimalkan
kemungkinan degradasi, kontaminasi, gangguan dan / atau kerusakan dalam pengiriman.
f. Setelah dilakukan analisis dan diperoleh data hasilnya harus di catat dan
didokumentasikan (Graham R, et.al, 1997).
Dalam investigasi kematian, jenis dan jumlah minimum spesimen jaringan dan cairan
yang dibutuhkan untuk mengevaluasi obat-obatan dan bahan kimia beracun lainnya sering
ditentukan oleh analit atau analit yang harus diidentifikasi dan kuantitatif menilai.
Banyak kematian akibat mengonsumsi beberapa obat, yang memerlukan sejumlah besar
jaringan dan cairan yang dikumpulkan pada otopsi untuk pemeriksaan toksikologi. Berikut ini
adalah daftar yang disarankan spesimen dan jumlah yang akan dikumpulkan di otopsi dalam
kasus seperti:

Otak 50 gm
Hati 50 gm
Ginjal 50 gm
Jantung Darah 25 mL
Darah perifer 10 mL
Humor vitreous Semua Tersedia
Empedu Semua Tersedia
Kencing Semua Tersedia
Isi lambung Semua Tersedia

2.3 Langkah-langkah Analisis Toksikologi Forensik


Secara umum tugas analisis toksikolog forensik (klinik) dalam melakukan analisis dapat
dikelompokkan ke dalam tiga tahap yaitu:
1. Penyiapan sampel sample preparation
Spesimen untuk analisis toksikologi forensik biasanya diterok oleh dokter, misalnya pada
kasus kematian tidak wajar spesimen dikumpulkan oleh dokter forensik pada saat melakukan
otopsi. Spesimen dapat berupa cairan biologis, jaringan, organ tubuh. Dalam pengumpulan
spesimen dokter forensik memberikan label pada masing-masing bungkus/wadah dan
menyegelnya. Label seharusnya dilengkapi dengan informasi: nomer indentitas, nama korban,
tanggal/waktu otopsi, nama spesimen beserta jumlahnya. Pengiriman dan penyerahan spesimen
harus dilengkapi dengan surat berita acara menyeran spesimen, yang ditandatangani oleh dokter
forensik. Toksikolog forensik yang menerima specimen kemudian memberikan dokter forensik

surat tanda terima, kemudian menyimpan sampel/spesimen dalam lemari pendingin freezer dan
menguncinya sampai analisis dilakukan. Prosedur ini dilakukan bertujuan untuk memberikan
rantai perlindungan/pengamanan spesimen (chain of custody).
Beberapa hal yang perlu diperhitungkan dalam tahapan penyiapan sampel adalah: jenis
dan sifat biologis spesimen, fisikokimia dari spesimen, serta tujuan analisis. Dengan demikian
akan dapat merancang atau memilih metode penanganan sampel, jumlah sampel yang akan
digunakan, serta memilih metode analisis yang tepat. Penanganan sampel perlu mendapat
perhatian khusus, karena sebagian besar sampel adalah materi biologis, sehingga sedapat
mungkin mencegah terjadinya penguraian dari analit. Pemilihan metode ekstraksi ditentukan
juga oleh analisis yang akan dilakukan, misal pada uji penapisan sering dilakukan ekstraksi satu
tahap, dimana pada tahap ini diharapkan semua analit dapat terekstraksi. Bahkan pada uji
penapisan menggunakan teknik immunoassay sampel tidak perlu diekstraksi dengan pelarut
tertentu. Sampel urin pada umumnya dapat langsung dilakukan uji penapisan dengan
menggunakan teknik immunoassay. Namun tidak jarang harus mendapatkan perlakuan awal,
seperti pengaturan pH dan sentrifugasi, guna menghilangkan kekeruhan.
Pemisahan sel darah dan serum sangat diperlukan pada persiapan sebelum dilakukan uji
penapisan

pada darah. Serum pada umumnya dapat langsung dilakukan uji penapisan

menggunakan teknik immunoassay. Tidak jarang sampel darah, yang diterima sudah mengalami
hemolisis atau menggupal, dalam hal ini darah dilarutkan dengan metanol, dan kemudian
disentrifugasi, sepernatannya dapat langsung dilakukan uji penapisan menggunakan teknik
immunoassay.
Ekstraksi satu tahap sangat diperlukan apabila uji penapisan tidak menggunakan teknik
immunoassay, misal menggunakan kromatografi lapis tipis dengan reaksi penampak bercak
tertentu. Atau juga ekstraksi bertingkat metode Stas-Otto-Gang untuk melalukan pemisahan
analit berdasarkan sifat asam-basanya.
Metode ekstraksi dapat berupa ekstraksi cair-cair, menggunakan dua pelarut yang
terpisah,atau ekstraksi cair-padat. Prinsip dasar dari pemisahan ekstraksi cair-cair berdasarkan
koefisien partisi dari analit pada kedua pelarut atau berdasarkan kelarutan analit pada kedua
pelarut tersebut. Pada ekstraksi cair-padat analit dilewatkan pada kolom yang berisi adsorben
fase kemudian dielusi dengan pelarut tertentu, biasanya diikuti dengan modifikasi pH pelarut.

Penyiapan sampel yang baik sangat diperlukan pada uji pemastian identifikasi dan
kuantifikasi, terutama pada teknik kromatografi. Karena pada umumnya materi biologik
merupakan materik yang komplek, yang terdiri dari berbagai campuran baik senyawa endogen
maupun senyawa eksogen xenobiotika. Penyiapan sampel umumnya meliputi hidrolisis,
ekstraski, dan pemurnian analit. Prosedur ini haruslah mempunyai efesiensi dan selektifitas yang
tinggi. Perolehan kembali yang tinggi pada ekstraksi adalah sangat penting untuk menyari semua
analit, sedangkan selektifitas yang tinggi diperlukan untuk menjamin pengotor atau senyawa
penggangu terpisahkan dari analit.
Pada analisis menggunakan GC/MS, penyiapan sampel termasuk derivatisasi analit secara
kimia, seperi salilisasi, metilisasi, dll. Derivatisasi ini pada umumnya bertujuan untuk
meningkatkan volatilitas analit atau meningkatkan kepekaan analisis.
2. Analisis meliputi :
a. Uji penapisan screening test atau dikenal juga dengan general unknown test
Uji penapisan untuk menapis dan mengenali golongan senyawa (analit) dalam sampel.
Disini analit digolongkan berdasarkan baik sifat fisikokimia, sifat kimia maupun efek
farmakologi yang ditimbulkan. Obat narkotika dan psikotropika secara umum dalam uji
penapisan dikelompokkan menjadigolongan opiat, kokain, kannabinoid, turunan
amfetamin, turunan benzodiazepin, golongan senyawa anti dipresan tri-siklik, turunan
asam barbiturat, turunan metadon. Pengelompokan ini berdasarkan struktur inti
molekulnya.
Uji penapisan seharusnya dapat mengidentifikasi golongan analit dengan derajat
reabilitas dan sensitifitas yang tinggi, relatif murah dan pelaksanaannya relatif cepat.
Terdapat teknik uji penapisan yaitu:
a. Kromatografi lapis tipis (KLT) yang dikombinasikan dengan reaksi warna
KLT relatif lebih murah, namun dalam pengerjaannya memerlukan waktu yang
relative lebih lama.
b. Teknik immunoassay
umumnya memiliki sifat reabilitas dan sensitifitas yang tinggi, serta dalam
pengerjaannya memerlukan waktu yang relatif singkat, namun alat dan bahan dari
teknik ini semuanya harus diimpor, sehingga teknik inimenjadi relatif tidak murah.
b. Uji konfirmasi yang meliputi uji identifikasi dan kuantifikasi
Uji ini bertujuan untuk memastikan identitas analit dan menetapkan kadarnya.
Konfirmatori test paling sedikit sesensitif dengan uji penapisan, namun haruslebih
spesifik. Umumnya uji pemastian menggunakan teknik kromatografi yang dikombinasi

dengan teknik detektor lainnya, seperti: kromatografigas - spektrofotometri massa (GCMS), kromatograficair kenerja tinggi (HPLC) dengan diode-arraydetektor, kromatografi
cair - spektrofotometri massa (LC-MS), KLT, Spektrofotodensitometri, dan teknik
lainnya. Meningkatnya derajat spesifisitas pada uji ini akan sangat memungkinkan
mengenali identitas analit, sehingga dapat menentukan secara spesifik toksikan yang ada

(Gelgel, 2008).
Metode Kalibrasi dan Validasi
Ketika melakukan analisis, harus berisi jumlah kalibrator dan kontrol yang cukup,
jumlah tergantung pada ukuran batch dan sifat dari tes. Ketika analisis sedang dilakukan
pada spesimen yang tidak biasa (jaringan terurai, vitreous cairan, dll), kalibrator matrikscocok t harus tepat, bila memungkinkan, bersiaplah dan diuji bersamaan dengan
spesimen. Untuk immunoassay, laboratorium minimal harus dapat menunjukkan bahwa
kalibrator kosong atau negatif ditambah dua standar deviasi tidak tumpang tindih dengan
cut-off atau

kalibrator positif terendah. Atau, laboratorium dapat menentukan batas

deteksi (LOD) dengan menentukan nilai rata-rata untuk kosong dan menambahkan tiga
standar deviasi untuk ini. Nilai (LOD = Xm + 3SD).

Metode Standar Penambahan


Metode ini dilakukan apabila terdapat speciemens forensic yang unik. Sehingga
sulit atau tidak mungkin untuk mendapatkan matrik yang sama untuk persiapan kalibrator
dan kontrol.

Pemisahan Pengujian Obat Melibatkan Konsentrasi Tinggi.


Perawatan harus diambil untuk menghindari kontaminasi silang dari pameran
karena terjadi perbedaan ekstrim dalam konsentrasi analit. Umumnya, analisis rutin
pameran dosis padat harus

dilakukan di laboratorium terpisah dari tempat yang

digunakan untuk analisis pameran biologi. Namun, kadang-kadang laboratorium


toksikologi forensik yang diperlukan untuk menganalisis bubuk atau pameran farmasi,
atau pameran lain yang mengandung konsentrasi tinggi obat-obatan seperti sendok
suntik. Dimana analisis tersebut dilakukan di laboratorium yang sama, perawatan harus
dilakukan untuk memisahan tes ini itu sampel biologis (misalnya, dengan menggunakan
gelas yang terpisah, dan jika mungkin peralatan analisis). Minimal harus ada cukup pra-

pengenceran substansi yang diuji dan untuk tes berbasis kromatografi, liberal
menggunakan pelarut "kosong" untuk menunjukkan kurangnya carryover.
3. Interpretasi temuan analisis dan penulisan laporan analisis.
Temuan analisis sendiri tidak mempunyai makna yang berarti jika tidak dijelaskan makna
dari temuan tersebut. Seorang toksikolog forensik berkewajiban menerjemahkan temuan
tersebut berdasarkan kepakarannya ke dalam suatu kalimat atau laporan yang dapat
menjelaskan atau mampu menjawab pertanyaan yang muncul berkaitan dengan
permasalahan/kasus yang dituduhkan. Terdapat beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh
toksikolog forensik dalam melakukan analisis :
a. Senyawa apa yang terlibat dalam tindak kriminal tersebut ?
b. Berapa besar dosisnya?
c. Efek apa yang ditimbulkan?
d. Kapan tubuh korban terpapar oleh senyawa tersebut?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat terungkap dari hasil analisis toksikologi dan didukung
oleh

penguasaan

ilmu

pendukung

lainnya

seperti

farmakologi

dan

toksikologi,

biotransformasi, dan farmakokinetik.


Semua temuan dan hasil interpretasi ini dibuat

dalam suatu laporan (berita acara

pemeriksaan) yang akan diserahkan kembali ke polisi penyidik. Berkas berita acara
pemeriksaan ini dikenal dengan keterangan ahli.
Pelaporan Hasil :
1. Rekomendasi umum
Rekomendasi umum terdiri dari :
1) nama dan / atau nomor identifikasi
2) Nomor identifikasi laboratorium
3) nama mengirimkan lembaga atau individu
4) Badan mengirimkan
5) tanggal disampaikan
6) tanggal laporan
7) spesimen diuji
8) hasil tes

9) tanda tangan menyetujui individu.


Meskipun sebagian besar laporan toksikologi forensik bersifat rahasia beberapa wilayah
hukum dapat membuat laporan sebagai dokumen publik resmi. Jika hasilnya rahasia, setiap
tindakan pencegahan harus dilakukan untuk memastikan bahwa orang yang berwenang benar
-benar menerima informasi ketika diberitahukan melalui telepon, komputer, FAX, atau
lainnya metode yang berbeda dari pengiriman konvensional laporan tertulis. Setiap
laboratorium harus merumuskan kebijakan sendiri untuk retensi atau pelepasan informasi dan
menanggapi permintaan untuk dokumentasinya.
2. Terminologi dalam laporan.
3. Laporan Pendahuluan.
4. Revisi, Tambahan atau Addendum Laporan.
5. Laporan Lisan.
6. Laporan Dikoreksi.
7. Rilis Laporan.
8. Pengujian dimaksud.
9. Retensi Arsip.
10. Paket Litigasi.
Paket ligitasi adalah salinan data dan dokumentasi yang terkait dengan laporan
toksikologi tertentu atau hasil individu.
Banyak prosedur pengujian, khususnya tes immunoassay, ditargetkan untuk mendeteksi
narkoba. Diduga, ini lebih sulit untuk mendapatkan dalam bentuk murni, bebas dari gangguan
dan bersertifikat untuk keaslian mereka. Sejumlah sumber komersial menawarkan obat dan
beberapa metabolit, bersama-sama dengan bentuk deuterated berguna sebagai standar internal
dalam GC / MS dan LC / MS. Sumber komersial akan memasok pernyataan kemurnian dengan
materi. Ini tidak sama dengan CRM atau SRM, tapi setelah verifikasi kemurnian, mungkin
cukup dapat diterima. Metabolit obat farmasi dapat di kali dan diperoleh dari perusahaan yang
memproduksi mereka. Hal ini sering membutuhkan kontak pribadi dengan seorang pejabat yang
tepat dari perusahaan, penyelesaian Dokumen yang diperlukan dan waktu tunda. The Meja
Physicians 'Referensi dalam "Indeks Produsen '" yang berisi Nama dan nomor telepon pejabat
Kontak. Ketika identitas metabolit yang telah dijelaskan dalam jurnal ilmiah terkemuka, tapi ada
sumber jelas, pencarian katalog dari pemasok bahan kimia organik mungkin berbuah. Jika hal ini
tidak berhasil, maka mungkin perlu untuk mensintesis metabolit. Dalam hal ini kasus
identitasnya harus dikonfirmasi oleh standar, metode yang dapat diterima. Dalam semua ini
alternatif, kemurnian harus dinilai (Graham R, et.al, 1997).

Laboratorium harus memiliki panduan keselamatan yang membahas minimal hal-hal berikut:
Spesimen penanganan, termasuk penanganan bahan infeksius dan pembuangan specimen

biologi.
Penanganan dan pembuangan pelarut, pereaksi, dan bahan kimia lainnya di laboratorium .
Penanganan dan pembuangan bahan-bahan radioaktif yang digunakan di laboratorium
Penanganan dan pembuangan gelas laboratorium
Tanggapan terhadap cedera pribadi dan tumpahan spesimen biologi, kimia, pelarut,

pereaksi, atau bahan radioaktif


Peraturan yang mengatur dress (misalnya jas laboratorium dan kacamata pengaman),
makan, minum, atau merokok di laboratorium.

BAB III
KESIMPULAN
1. Terdapat dua pedomaan laboratorium toksikolog forensic yaitu, post-mortem toksikologi
forensik dan kinerja toksikologi forensik pada manusia.
2. Sampel dari toksikologi forensik pada umumnya adalah spesimen biologi seperti: cairan
biologis (darah, urin, air ludah), jaringan biologis atau organ tubuh.
3. Langkah-langkah analisis toksikologi forensik meliputi :
Penyiapan sampel sample preparation.
Analisis
Interpretasi temuan analisis dan penulisan laporan analisis.

DAFTAR PUSTAKA
Gelgel, Agus.2008. Analisis Toksikologi Forensik dan Interprestasi Temuan Analisis. Indonesian
Journal of Legal and Forensic Sciences 2008; 1(1):47-55. 24 Juli 2014.
Graham R. Jones, Ph.D. (Chair), W. Lee Hearn, Ph.D., H. Horton McCurdy, Ph.D. and J. Rod
McCutcheon, B.S. 1997. SOFT/AAFS Laboratory Guidelines Committee.

Anda mungkin juga menyukai