Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KUNJUNGAN BELAJAR LABORATORIUM FORENSIK

POLRI CABANG SURABAYA

NARKOBA FORENSIK
(NARKOBAFOR)

Disusun dalam rangka pemenuhan nilai mata kuliah


Tata Laksana Laboratorium Forensik

OLEH :
ENDAH SEKAR PALUPI
091824653005

PROGRAM STUDI ILMU FORENSIK


FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Tujuan Penulisan 4
1.2.1 Tujuan Umum 4
1.2.1 Tujuan Khusus 4
1.3 Waktu Pelaksanaan 4
BAB II KAJIAN TEORI 5
BAB III KAJIAN EMPIRIS 8
BAB IV PENUTUP 15
4.1 Kesimpulan 15
4.2 Saran 15
DAFTAR PUSTAKA 16

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki kasus-kasus besar
seperti teror bom, narkoba, dan pembunuhan. Perkembangan teknologi modern memiliki
dampak secara sosiologi yang bersifat regional maupun internasional. Kejahatan yang
semakin terstruktur baik secara lintas negara maupun lintas benua yang menjadi salah satu
dampak negative dari perkembangan teknologi. [1]
Kriminalistik merupakan suatu saran yang berguna untuk membantu mengungkapkan
permasalahn hukum dengan cara penyelidikan. Kriminalistik adalah ilmu yang
menentukan terjadinya atau tidaknya suatu kejahatan dengan cara mencari pelaku
menggunakan ilmu forensik yang berupa ilmu alam, ilmu racun, ilmu kimia, berserta ilmu
forensik lainnya. Ilmu kriminalistik membantu dalam menangani kasus seperti
pembunuhan, pencurian, pencemaran nama baik, dan pemalsuan surat-sirat. [2]
Pengungangkapan kasus besar yang terjadi selama ini, tidak lepas dari keterpaduan
peran ahli forensik dalam memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berawal
dari Tempat Kejadian Perkara (TKP) dengan cara melakukan pemeriksaan barang bukti.
Berdasarkan pasal 14 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang kepolisisan Negara
Republik Indonesia menyebutkan bahwa salah satu tugas kepolisisan adalah melakukan
penyidikan. Penyidikan ini juga diatur dalam pasal 1 ayat 2 KUHAP, dimana pasal ini
menyebutkan penyidikan merupakan serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan
menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan
bukti yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. [1]
Laboratorium Forensik merupakan suatu lembaga yang membantu instansi kepolisian
dalam penegakan hukum yang mana dibentuk untuk melaksanakan tugas dan fungsi untuk
memberikan bantuan kepada Instansi kepolisian yang bersifat ilmiah selama proses
penyidikan hingga proses peradilan. Barang bukti pada TKP nantinya akan dikirim ke
Laboratorium Forensik untuk diperiksa.

3
1.2. Tujuan Penulisan
1.2.1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini antara lain adalah sebagai pemenuhan nilai
mata kuliah Tata Laksana Laboratorium Forensik.

1.2.2. Tujuan Khusus


Dilain hal tujuan khususnya dapat dirinci sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui struktur organisasi Laboratorium Forensik Polda Jatim
b. Untuk mengetahui sub bidang kerja Laboratorium Forensik Polda Jatim
c. Untuk mengetahui peran Laboratorium Forensik Polda Jatim

1.3 Waktu Pelaksanaan


Kunjungan dilaksanakan pada tanggal 22 Oktober dan 29 Oktober 2019 di
Laboratorium Forensik Polri Cabang Surabaya, Jalan Ahmad Yani No.116, Wonokromo,
Gayungan, Surabaya, Jawa Timur - 60243

4
BAB II
KAJIAN TEORI

Indonesia memiliki laboratorium forensik sebanyak 7. Laboratorium forensik pusat


berada di Bareskim Polri yang terletak di kota Jakarta. Sementara, 6 lainnya berada di Medan,
Palembang, Semarang, Denpasar, Surabaya, dan Makassar. Laboratorium Forensik yang
terletak di Surabaya lebih dikenal dengan sebutan Laboratoium Polda Jatim oleh masyarakat
sekitar. Laboratorium ini telah dibangun pada 15 Januari 1954. Pada 16 April 1957,
laboratorium ini disahkan dengan nama Laboratorium Kriminil Cabang Surabaya. Pada tahun
1998, nama ini berganti menjadi Laboratorium Forensik Polri Cabang Surabaya. Cakupan
wilayah Laboratorium Forensik Polri Cabang Surabaya yaitu seluruh Provinsi yang ada di
Kalimantan dan Provinsi Jawa Timur. Laboratorium Forensik Polri Cabang Surabaya telah
diakui oleh internasional dan terakreditasi ISO/IEC 17025, yang merupakan suatu standar
laboratorium pengujian dan kalibrasi.
Dalam pelaksanaan tugas pokok, fungsi dan peran Laboratorium Forensik Polri selama
ini didasarkan kepada :
a. UU No. 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
b. Surat Ketua Mahkamah Agung Rl No. 808 / XII /1983 perihal penunjukan Labkrim
Polri sebagai pemeriksa barang bukti kasus kasus pidana umum.
c. Surat edaran Jaksa Agung Rl No. SE / 003/SA/2/1984 tentang keterangan ahli mengenai
tanda tangan dan tulisan sebagai alat bukti.
d. Keputusan Menteri Kesehatan Rl No. 1173 / Menkes / SK / X /1998 tentang
Penunjukan Laboratorium pemeriksa Narkoba dan Psikotropika.
e. Surat Edaran Jaksa Agung Rl No. 5 / KRI / 2589 perihal penunjukan Labkrim Polri
untuk pemeriksa tulisan.
f. UU No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Rl.
g. Peraturan KAPOLRI No 10 tahun 2009 tentang tata cara permintaan bantuan kepada
Labfor Polri.
h. Peraturan KAPOLRI nomor 21 tahun 2010 tentang susunan organisasi dan tata kerja
satker Mabes Polri.
Laboratorium Forensik Polri Cabang Surabaya memiliki tugas pokok sebagai
laboratorim cabang yang bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi laboratorium guna
mendukung penyelidikan dan penyidikan yang dilaksanakan oleh kepolisian wilayah.
Sementara, fungsi laboratorium forensik meliputi:
5
1. Dalam pelaksanaan tugas, laboratorium forensik cabanng Surabaya menyelanggarakan
fungsi:
a. Pemeriksaan teknis kriminalistik tempat kejadian perkara dan pemeriksaan
laboratoris kriminalistik barang bukti sesuai dengan bidang ilmu forensik
b. Pembinaan dan pengembangan sumber daya labfor cabang meliputi: sistem dan
metoda, sumber daya manusia material, fasilitas dan juga termasuk instrument
analisis, serta pengembangan aplikasi ilmu forensik dalam rangka menjamin mutu
pemeriksaan
2. Pembinaan teknis fungsi laboratorium forensik kepada kepolisian kewilayahan sesuai
dengan wilayah pelayanannya, dan pelayanan umu fungsi laboratorium forensik kepada
masyarakat
Laboratorium Forensik Polri Cabang Surabaya memiliki 5 bidang pelayanan yang
meliputi:
1. Dokupalfor
Dokupalfor merupakan sub bidang yang bertugas apabila terjadi kasus dokumen dan
uang palsu. Barang bukti yang ditemukan di TKP dan diperiksa seperti tanda tangan,
paraf, kertas, tinta, tulisan tangan, tulisan ketik, uang rupiah, uang asing, cap stempel,
blanko, perangko, STNK, BPKB, sertifikat.
2. Balmetfor
Balmetfor merupakan sub bidang yang bertugas apabila terjadi kasus yang berkaitan
dengan balistik dan metalurgi. Barang bukti yang di temukan di TKP dan diperiksa
seperti senjata api, air soft gun, amunisi, proyektil, selongsong, pemalsuan logam,
korosi logam.
3. Fiskomfor
Fiskomfor merupakan sub bidang yang bertugas apabila terjadi kasus yang berkaitan
dengan fisika dan computer. Barang bukti yang ditemukan di TKP dan diperiksa seperti
computer, HP, simcard, memory card, flash disk, cctv, petasan, bom rakitan.
4. Kimbiofor
Kimbiofor merupakan sub bidang yang bertugas apabila terjadi kasus yang berkaitan
dengan kimia dan biologi. Barang bukti yang ditemukan di TKP dan diperiksa seperti
bahan kimia, oplosan, miras, serologi, sperma.
5. Narkobafor
Narkobafor merupakan sub bidang yang bertugas apabila terjadi kasus yang berkaitan
dengan narkotika, psikotropika, dan obat berbahaya. Barang bukti yang ditemukan di
6
TKP dan diperiksa seperti ganja, MDMA, diazepam, nitrazepam, morfin, efedrin,
dekstrometropan, tramadol.
Jenis pelayanan Laboratorium Forensik Polri tersebut disajikan dalam bentuk produk
pemeriksaan Laboratorium Forensik Polri yang dikategorikan sebagai berikut:
a. Kepentingan Peradilan (PRO JUSTICIA).
Jenis pelayanan ini hanya diberikan berdasarkan permintaan dari Aparat
Penegak Hukum (Polri, Jaksa, Hakim, POM TNI, PPNS dan 18 instansi terkait lainnya)
dalam rangka proses penegakan hukum (Tahap Penyidikan, Penuntutan serta Peradilan)
untuk suatu Perkara Pidana dalam bentuk berita acara pemeriksaan teknis 17
kriminalistik TKP dan pemeriksaan laboratoris kriminalistik barang bukti.
b. Kepentingan Non Peradilan (NON JUSTICIA).
Jenis pelayanan ini dapat diberikan kepada / diminta masyarakat dalam rangka
proses penegakan aturan internal kelompok / masyarakat atau untuk meredam
terjadinya konflik atau untuk kepentingan terapi (bukan kepentingan penegakan
hukum). Umumnya dilakukan untuk suatu kasus Perkara Perdata, Perkara dalam rumah
tangga atau kepentingan terapi apabila ada kecurigaan terhadap anggota keluarga yang
diduga terlibat narkoba, dalam bentuk surat keterangan pemeriksaan contoh uji.

7
BAB III
KAJIAN EMPIRIK
LABORATORIUM NARKOBA FORENSIK

Narkoba merupakan singkatan dari narkotika dan obat terlarang. Sebagian juga
mengartikan sebagai narkotika dan obat berbahaya. Narkoba juga diistilahkan sebagai napza.
Napza adalah suatu singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Berdasarkan
asal zat/bahannya narkoba dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Tanaman
Opium atau candu/morfin yaitu olahan getah tanaman papaver somniferum tidak
terdapat di Indonesia, tetapi diselundupkan di Indonesia. Kokain, yaitu olahan daun
koka diolah di Amerika (Peru, Bolivia, Kolumbia). Cannabis Sativa atau marihuana
atau ganja banyak di tanam di Indonesia.
b. Bukan Tanaman
Semi sintetik : adalah zat yang diproses secara ektraksi, isolasi disebut alkaloid opium.
Contoh : heroin, kodein, dan morfin.
Sintetik : diperoleh melalui proses kimia bahan baku kimia, menghasilkan zat baru
yang mempunyai efek narkotika dan diperlukan medis untuk penelitian serta
penghilang rasa sakit (analgesic) seperti penekan batuk (antitusif).
Narkotika berasal dari bahasa Yunani narkoum, yang memiliki arti membuat lumpuh
atau membuat mati rasa. Narkotika memiliki manfaat yang digunakan dalam bidang
kedokteran, kesehatan, dan pengobatan serta berguna bagi penelitian perkembangan, ilmu
pengetahuan farmasi atau farmakologi itu sendiri. Dalam bahasa Inggris narcotic Iebih
mengarah ke obat yang membuat penggunanya kecanduan. Narkotika berasal dari kata
"narkoties" yang memiliki kesamaan arti dengan kata "narcosis" yang berarti membius.
Narkotika adalah jenis zat yang dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi orang-
orang yang menggunakannya, yaitu dengan cara memasukkan ke dalam tubuh.
Pengertian narkotika dimuat dalam Undang- undang Republik Indonesia Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika. Dalam Pasal 1 butir 1 undang-undang tersebut dinyatakan
bahwa :
“Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis
maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penuruna atau peubahan kesadaran, hilangnya
rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan,

8
yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang
ini”.
Menurut Undang-Undang, Narkotika dibagi atas:
a. Narkotika golongan I
Narkotika yang hanya digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi
mengakibatkan ketergantungan.Contohnya : ganja, heroin, kokain, opium.
b. Narkotika golongan II
Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan
dapat digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan
ketergantungan.Contoh : morfina, pentanin, dan turunannya.
c. Narkotika golongan III
Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan.Contohnya : kodein dan turunannya, metadon,
naltrexon, dan sebagainya.
Psikotropika merupakan suatu zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan prilaku. Menurut WHO tahun 1992,
zat psikotropika yang sering disalahgunakan meliputi:
a. Alkohol: semua minuman beralkohol yang mengandung etanol (etil alkohol).
b. Opioida : heroin, morfin, pethidin, dan candu.
c. Kanabinoida : ganja, hashish.
d. Sedativa/hipnotika : obat penenang/obat tidur.
e. Kokain : daun koka, serbuk kokain, crack. Stimulansia lain, termasuk kafein,
ecstasy, dan shabu-shabu. Halusinogenika, LSD, mushroom, mescalin. Tembakau
(mengandung nikotin).
f. Pelarut yang mudah menguap seperti aseton dan lem. Multipel (kombinasi) dan
Iain-Iain, misalnya kombinasi heroin dan shabu- shabu, alkohol dan obat tidur.
g. Zat adiktif lain termasuk inhalansia (aseton, thinner chat, lem, nikotin, dan kafein).

9
Psikotropika dibagi menjadi:
a. Golongan I
Psikotropika yang hanya digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan, contohnya : MDMA/ekstasi, LSD, dan STP.
MDMA/Ecstasy LSD (Lysergic Acid Diethylamide).
b. Golongan II
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan
atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan, contohnya : amfetamin, metilfenidat, atau Ritalin.
c. Golongan III
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan
atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
mengakibatkan sindroma ketergantungan, contohnya : lumibal buprenorsina,
pentobarbital, flunitrazepam
d. Golongan IV
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi
dan atau untuk tujuan ilmupengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan, contohnya : nitrazepam (BK, mogadon, dumolid),
diazepam.
Laboratorium sub bidang narkoba forensik mencakup pelayanan yang dikhususkan pada
pemeriksaan kasus narkoba. Laboratorium ini memiliki fungsi yang sama dengan Badan
Narkotika Nasional (BNN). Kasus-kasus yang terjadi selama ini dilakukan pemeriksaan sesuai
dengan prosedur yang meliputi:
a. Barang bukti diterima pada bagian administrasi
b. Barang bukti masuk kedalam laboratorium narkoba
c. Barang bukti dianalisis
d. Barang bukti kembali kepada penyidik beserta hasil analisisnya
Proses menganalisa barang bukti yang telah diterima dilakukan dengan cara manual dan
modern. Dimana, untuk menganalisis secara manual dapat dilakukan menggunakan panca
indra untuk melihat bentuk, bau, dan warna. Secara modern, analisis barang bukti dapat
dilakukan dengan alat instrument yang dimiliki oleh sub bidang narkoba forensic seperti GC-
MS, GC-FID, dan Raman test.

10
Kasus yang sering ditangani oleh laboratorium forensic Polri cabang Surabaya meliputi
pengedaran narkoba jenis sabu, ekstasi, dan ganja. Kasus narkoba jenis sabu-sabu yang terjadi
belakangan ini pada bulan Oktober di Mojokerto ditemukan sebanyak 6,9 Kg yang dialibikan
dalam bentuk sachet teh China yang dikirim melalui jalur laut. Peredaran ini diketahui berasal
dari Negara Malaysia yang diedarkan ke Indonesia. [3]
Selain itu, kasus narkoba jenis sabu-sabu juga pernah terjadi di akhir tahun 2018, pada
bulan Desember. Narkoba jenis sabu ditemukan di Pasuruan sebanyak 3 kg. Barang bukti ini
ditemukan di rumah pelaku. [4]
Kasus Narkoba jenis ganja juga pernah diungkap pada bulan Agustus tahun 2019.
Pemuda lulusan SMP di Malang ditangkap karena memiliki ganja seberat 501,3 gram. Selain
itu pemuda ini juga memiliki biji ganja seberat 11,52 gram yang nantinya akan ditanam
disekitar rumahnya. [5]

Gambar 3.1 Berkas yang diterima dari bagian Administrasi yang disalurkan ke Sub
Bidang Narkobafor

11
Gambar 3.2 Contoh Barang Bukti berupa bubuk dan obat dari kasus narkoba yang ditangani
oleh Sub Bidang Narkobafor

Gambar 3.3 Contoh Barang Bukti berupa Prekursor kasus narkoba yang ditangani oleh Sub
Bidang Narkobafor

12
Gambar 3.4 Contoh Barang Bukti berupa Tanaman Ganja dari kasus narkoba yang ditangani
oleh Sub Bidang Narkobafor

Gambar 3.5 Contoh Barang Bukti psikotropika yang ditangani oleh Sub Bidang Narkobafor
Gas chromathography (GC) merupakan suatu metode pemisahan yang digunakan untuk
menganalisis senyawa yang mudah menguap (volatil) atau senyawa yang mudah diuapkan.
Senyawa yang mudah terdegradasi oleh panas tidak dapat dianalisis dengan metode ini. Mass

13
Spectrometer (MS) merupakan metode analisis instrumental yang dipakai untuk identifikasi
dan penentuan struktur dari komponen sampel yang didasarkan pada massa relatif dari molekul
komponen dan massa relatif hasil pecahannya. Gas Chromathography-Mass Spectrometer
adalah gabungan metode analisis antara GC dan MS. GC berfungsi sebagai pemisah tetapi
tanpa dilengkapi dengan detector. Sehingga, dalam hal ini MS yang berfungsi sebagai
detektornya. Aturan pemisahan dan kemampuan akan mengikuti aturan pada GC, sedangkan
fragmentasi dan pola spektrum massa akan mengikuti aturan MS. Gabungan kedua metode ini
akan memberikan keuntungan yang lebih baik karena senyawa yang telah terpisahkan oleh GC
dapat langsung dideteksi oleh MS. Beberapa keuntungan detektor MS untuk kromatografi gas
yaitu penggunaan senyawa yang telah diketahui isotopnya yang digunakan sebagai standar
untuk meningkatkan ketelitian analisis dan pada resolusi tinggi dapat menentukan komposisi
dasar dari senyawa yang akan dianalisis. GC-MS mampu memisahkan komponen-komponen
dalam suatu analit dan menentukan jenis komponen melalui spektrum massanya.
Prinsip kerja GC-MS yaitu sampel yang berupa cairan diinjeksikan ke dalam injector,
kemudian diuapkan. Sampel yang telah diuapkan dibawa oleh gas pembawa menuju kolom
untuk proses pemisahan. Kemudian, masing-masing komponen akan melalui ruang pengion
dan dibombardir oleh elektron sehingga terjadi ionisasi. Fragmen-fragmen ion yang dihasilkan
akan ditangkap oleh detektor dan dihasilkan spektrum massa.

Gambar 3.5 Instrumen GC-MS yang dimiliki Sub Bidang Narkobafor

14
Gambar 3.6 Instrumen GC-FID yang dimiliki Sub Bidang Narkobafor

Gambar 3.7 Instrumen Raman yang dimiliki Sub Bidang Narkobafor

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Laboratorium Forensik Polri Cabang Surabaya memiliki 5 sub bidang yaitu narkobafor,
kimbiofor, balmetfor, dokupalfor, dan fiskomfor. Laboratorium Forensik Polri Cabang
Surabaya telah terakreditasi ISO/IEC 17025. Kasus-kasus yang sering ditangani terutama pada
sub bidang narkobafor meliputi narkoba jenis sabu-sabu dan ganja. Proses analisa barang bukti
menggunakan instrument GC-MS, GC-FID, dan Raman.

4.2 Saran

15
Sebaiknya kunjungan ke Laboratorium Forensik Polri Cabang Surabaya diadakan
dalam grup kecil perharinya. Sehingga, diharapkan mahasiswa benar-benar mengerti mengenai
apa saja yang dilakukan di Laboratorium Forensik Polri Cabang Surabaya beserta cara-cara
penganalisaan kasus.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Barzah, Christwo Arapanta, 2017, Peranan Pusat Laboratorium Forensik Dalam
Mengungkap Suatu Peristiwa yang Diduga Sebagai Tindak Pidana, Skripsi,
Universitas Lampung, Bandar Lampung
[2] Wiratama, Bramanda, Frendy N.P., dan Ismail E.S., 2015, Peran Serta Proses
Identifikasi Laboratorium Forensik Dalam Penyelidikan Kasus Pemalsuan Surat
Dan Tanda Tangan, Gema, Volume 27, No.50
[3] Liputan 6, 2019, Polda Jatim Tembak Bandar Narkoba Jaringan Mojokerto,
https://surabaya.liputan6.com/read/4099096/polda-jatim-tembak-bandar-narkoba-
jaringan-mojokerto, Diakses Pada Tanggal 4 November 2019
16
[4] Surya, 2018, Polda Jatim Bongkar Peredaran Narkoba di Pasuruan, 3 Kg Sabu Siap
Diedarkan pada Malam Tahun Baru,
https://surabaya.tribunnews.com/2018/12/23/polda-jatim-bongkar-peredarannarkoba-
di-pasuran-3-kg-sabu-siap-diedarkan-pada-malam-tahun-baru, Diakses Pada Tanggal 4
November 2019
[5] Tribun Jatim, 2019, Punya Setengah Kilo Ganja dan Bijinya, Pemuda Lulusan SMP
ditangkap Poler Malang. Mau Tanam Ganja?,
https://jatim.tribunnews.com/2019/08/18/punya-setengah-kilo-ganja-dan-bijinya-
pemuda-lulusan-smp-ditangkap-polres-malang-mau-tanam-ganja, Diakses Pada
Tanggal 4 November 2019
[6] Darmapatni, Komang A.G., Achmad Basori, dan Ni Made Suaniti, 2016, Pengembangan
Metode GC-MS Untuk Penetapan Kadar Acetaminophen Pada Spesimen Rambut
Manusia, Jurnal Biosains Pascasarjana, Volume 18, No.3

17

Anda mungkin juga menyukai