NARKOBA FORENSIK
(NARKOBAFOR)
OLEH :
ENDAH SEKAR PALUPI
091824653005
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Tujuan Penulisan 4
1.2.1 Tujuan Umum 4
1.2.1 Tujuan Khusus 4
1.3 Waktu Pelaksanaan 4
BAB II KAJIAN TEORI 5
BAB III KAJIAN EMPIRIS 8
BAB IV PENUTUP 15
4.1 Kesimpulan 15
4.2 Saran 15
DAFTAR PUSTAKA 16
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.2. Tujuan Penulisan
1.2.1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini antara lain adalah sebagai pemenuhan nilai
mata kuliah Tata Laksana Laboratorium Forensik.
4
BAB II
KAJIAN TEORI
7
BAB III
KAJIAN EMPIRIK
LABORATORIUM NARKOBA FORENSIK
Narkoba merupakan singkatan dari narkotika dan obat terlarang. Sebagian juga
mengartikan sebagai narkotika dan obat berbahaya. Narkoba juga diistilahkan sebagai napza.
Napza adalah suatu singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Berdasarkan
asal zat/bahannya narkoba dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Tanaman
Opium atau candu/morfin yaitu olahan getah tanaman papaver somniferum tidak
terdapat di Indonesia, tetapi diselundupkan di Indonesia. Kokain, yaitu olahan daun
koka diolah di Amerika (Peru, Bolivia, Kolumbia). Cannabis Sativa atau marihuana
atau ganja banyak di tanam di Indonesia.
b. Bukan Tanaman
Semi sintetik : adalah zat yang diproses secara ektraksi, isolasi disebut alkaloid opium.
Contoh : heroin, kodein, dan morfin.
Sintetik : diperoleh melalui proses kimia bahan baku kimia, menghasilkan zat baru
yang mempunyai efek narkotika dan diperlukan medis untuk penelitian serta
penghilang rasa sakit (analgesic) seperti penekan batuk (antitusif).
Narkotika berasal dari bahasa Yunani narkoum, yang memiliki arti membuat lumpuh
atau membuat mati rasa. Narkotika memiliki manfaat yang digunakan dalam bidang
kedokteran, kesehatan, dan pengobatan serta berguna bagi penelitian perkembangan, ilmu
pengetahuan farmasi atau farmakologi itu sendiri. Dalam bahasa Inggris narcotic Iebih
mengarah ke obat yang membuat penggunanya kecanduan. Narkotika berasal dari kata
"narkoties" yang memiliki kesamaan arti dengan kata "narcosis" yang berarti membius.
Narkotika adalah jenis zat yang dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi orang-
orang yang menggunakannya, yaitu dengan cara memasukkan ke dalam tubuh.
Pengertian narkotika dimuat dalam Undang- undang Republik Indonesia Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika. Dalam Pasal 1 butir 1 undang-undang tersebut dinyatakan
bahwa :
“Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis
maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penuruna atau peubahan kesadaran, hilangnya
rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan,
8
yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang
ini”.
Menurut Undang-Undang, Narkotika dibagi atas:
a. Narkotika golongan I
Narkotika yang hanya digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi
mengakibatkan ketergantungan.Contohnya : ganja, heroin, kokain, opium.
b. Narkotika golongan II
Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan
dapat digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan
ketergantungan.Contoh : morfina, pentanin, dan turunannya.
c. Narkotika golongan III
Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan.Contohnya : kodein dan turunannya, metadon,
naltrexon, dan sebagainya.
Psikotropika merupakan suatu zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan prilaku. Menurut WHO tahun 1992,
zat psikotropika yang sering disalahgunakan meliputi:
a. Alkohol: semua minuman beralkohol yang mengandung etanol (etil alkohol).
b. Opioida : heroin, morfin, pethidin, dan candu.
c. Kanabinoida : ganja, hashish.
d. Sedativa/hipnotika : obat penenang/obat tidur.
e. Kokain : daun koka, serbuk kokain, crack. Stimulansia lain, termasuk kafein,
ecstasy, dan shabu-shabu. Halusinogenika, LSD, mushroom, mescalin. Tembakau
(mengandung nikotin).
f. Pelarut yang mudah menguap seperti aseton dan lem. Multipel (kombinasi) dan
Iain-Iain, misalnya kombinasi heroin dan shabu- shabu, alkohol dan obat tidur.
g. Zat adiktif lain termasuk inhalansia (aseton, thinner chat, lem, nikotin, dan kafein).
9
Psikotropika dibagi menjadi:
a. Golongan I
Psikotropika yang hanya digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan, contohnya : MDMA/ekstasi, LSD, dan STP.
MDMA/Ecstasy LSD (Lysergic Acid Diethylamide).
b. Golongan II
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan
atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan, contohnya : amfetamin, metilfenidat, atau Ritalin.
c. Golongan III
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan
atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
mengakibatkan sindroma ketergantungan, contohnya : lumibal buprenorsina,
pentobarbital, flunitrazepam
d. Golongan IV
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi
dan atau untuk tujuan ilmupengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan, contohnya : nitrazepam (BK, mogadon, dumolid),
diazepam.
Laboratorium sub bidang narkoba forensik mencakup pelayanan yang dikhususkan pada
pemeriksaan kasus narkoba. Laboratorium ini memiliki fungsi yang sama dengan Badan
Narkotika Nasional (BNN). Kasus-kasus yang terjadi selama ini dilakukan pemeriksaan sesuai
dengan prosedur yang meliputi:
a. Barang bukti diterima pada bagian administrasi
b. Barang bukti masuk kedalam laboratorium narkoba
c. Barang bukti dianalisis
d. Barang bukti kembali kepada penyidik beserta hasil analisisnya
Proses menganalisa barang bukti yang telah diterima dilakukan dengan cara manual dan
modern. Dimana, untuk menganalisis secara manual dapat dilakukan menggunakan panca
indra untuk melihat bentuk, bau, dan warna. Secara modern, analisis barang bukti dapat
dilakukan dengan alat instrument yang dimiliki oleh sub bidang narkoba forensic seperti GC-
MS, GC-FID, dan Raman test.
10
Kasus yang sering ditangani oleh laboratorium forensic Polri cabang Surabaya meliputi
pengedaran narkoba jenis sabu, ekstasi, dan ganja. Kasus narkoba jenis sabu-sabu yang terjadi
belakangan ini pada bulan Oktober di Mojokerto ditemukan sebanyak 6,9 Kg yang dialibikan
dalam bentuk sachet teh China yang dikirim melalui jalur laut. Peredaran ini diketahui berasal
dari Negara Malaysia yang diedarkan ke Indonesia. [3]
Selain itu, kasus narkoba jenis sabu-sabu juga pernah terjadi di akhir tahun 2018, pada
bulan Desember. Narkoba jenis sabu ditemukan di Pasuruan sebanyak 3 kg. Barang bukti ini
ditemukan di rumah pelaku. [4]
Kasus Narkoba jenis ganja juga pernah diungkap pada bulan Agustus tahun 2019.
Pemuda lulusan SMP di Malang ditangkap karena memiliki ganja seberat 501,3 gram. Selain
itu pemuda ini juga memiliki biji ganja seberat 11,52 gram yang nantinya akan ditanam
disekitar rumahnya. [5]
Gambar 3.1 Berkas yang diterima dari bagian Administrasi yang disalurkan ke Sub
Bidang Narkobafor
11
Gambar 3.2 Contoh Barang Bukti berupa bubuk dan obat dari kasus narkoba yang ditangani
oleh Sub Bidang Narkobafor
Gambar 3.3 Contoh Barang Bukti berupa Prekursor kasus narkoba yang ditangani oleh Sub
Bidang Narkobafor
12
Gambar 3.4 Contoh Barang Bukti berupa Tanaman Ganja dari kasus narkoba yang ditangani
oleh Sub Bidang Narkobafor
Gambar 3.5 Contoh Barang Bukti psikotropika yang ditangani oleh Sub Bidang Narkobafor
Gas chromathography (GC) merupakan suatu metode pemisahan yang digunakan untuk
menganalisis senyawa yang mudah menguap (volatil) atau senyawa yang mudah diuapkan.
Senyawa yang mudah terdegradasi oleh panas tidak dapat dianalisis dengan metode ini. Mass
13
Spectrometer (MS) merupakan metode analisis instrumental yang dipakai untuk identifikasi
dan penentuan struktur dari komponen sampel yang didasarkan pada massa relatif dari molekul
komponen dan massa relatif hasil pecahannya. Gas Chromathography-Mass Spectrometer
adalah gabungan metode analisis antara GC dan MS. GC berfungsi sebagai pemisah tetapi
tanpa dilengkapi dengan detector. Sehingga, dalam hal ini MS yang berfungsi sebagai
detektornya. Aturan pemisahan dan kemampuan akan mengikuti aturan pada GC, sedangkan
fragmentasi dan pola spektrum massa akan mengikuti aturan MS. Gabungan kedua metode ini
akan memberikan keuntungan yang lebih baik karena senyawa yang telah terpisahkan oleh GC
dapat langsung dideteksi oleh MS. Beberapa keuntungan detektor MS untuk kromatografi gas
yaitu penggunaan senyawa yang telah diketahui isotopnya yang digunakan sebagai standar
untuk meningkatkan ketelitian analisis dan pada resolusi tinggi dapat menentukan komposisi
dasar dari senyawa yang akan dianalisis. GC-MS mampu memisahkan komponen-komponen
dalam suatu analit dan menentukan jenis komponen melalui spektrum massanya.
Prinsip kerja GC-MS yaitu sampel yang berupa cairan diinjeksikan ke dalam injector,
kemudian diuapkan. Sampel yang telah diuapkan dibawa oleh gas pembawa menuju kolom
untuk proses pemisahan. Kemudian, masing-masing komponen akan melalui ruang pengion
dan dibombardir oleh elektron sehingga terjadi ionisasi. Fragmen-fragmen ion yang dihasilkan
akan ditangkap oleh detektor dan dihasilkan spektrum massa.
14
Gambar 3.6 Instrumen GC-FID yang dimiliki Sub Bidang Narkobafor
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Laboratorium Forensik Polri Cabang Surabaya memiliki 5 sub bidang yaitu narkobafor,
kimbiofor, balmetfor, dokupalfor, dan fiskomfor. Laboratorium Forensik Polri Cabang
Surabaya telah terakreditasi ISO/IEC 17025. Kasus-kasus yang sering ditangani terutama pada
sub bidang narkobafor meliputi narkoba jenis sabu-sabu dan ganja. Proses analisa barang bukti
menggunakan instrument GC-MS, GC-FID, dan Raman.
4.2 Saran
15
Sebaiknya kunjungan ke Laboratorium Forensik Polri Cabang Surabaya diadakan
dalam grup kecil perharinya. Sehingga, diharapkan mahasiswa benar-benar mengerti mengenai
apa saja yang dilakukan di Laboratorium Forensik Polri Cabang Surabaya beserta cara-cara
penganalisaan kasus.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Barzah, Christwo Arapanta, 2017, Peranan Pusat Laboratorium Forensik Dalam
Mengungkap Suatu Peristiwa yang Diduga Sebagai Tindak Pidana, Skripsi,
Universitas Lampung, Bandar Lampung
[2] Wiratama, Bramanda, Frendy N.P., dan Ismail E.S., 2015, Peran Serta Proses
Identifikasi Laboratorium Forensik Dalam Penyelidikan Kasus Pemalsuan Surat
Dan Tanda Tangan, Gema, Volume 27, No.50
[3] Liputan 6, 2019, Polda Jatim Tembak Bandar Narkoba Jaringan Mojokerto,
https://surabaya.liputan6.com/read/4099096/polda-jatim-tembak-bandar-narkoba-
jaringan-mojokerto, Diakses Pada Tanggal 4 November 2019
16
[4] Surya, 2018, Polda Jatim Bongkar Peredaran Narkoba di Pasuruan, 3 Kg Sabu Siap
Diedarkan pada Malam Tahun Baru,
https://surabaya.tribunnews.com/2018/12/23/polda-jatim-bongkar-peredarannarkoba-
di-pasuran-3-kg-sabu-siap-diedarkan-pada-malam-tahun-baru, Diakses Pada Tanggal 4
November 2019
[5] Tribun Jatim, 2019, Punya Setengah Kilo Ganja dan Bijinya, Pemuda Lulusan SMP
ditangkap Poler Malang. Mau Tanam Ganja?,
https://jatim.tribunnews.com/2019/08/18/punya-setengah-kilo-ganja-dan-bijinya-
pemuda-lulusan-smp-ditangkap-polres-malang-mau-tanam-ganja, Diakses Pada
Tanggal 4 November 2019
[6] Darmapatni, Komang A.G., Achmad Basori, dan Ni Made Suaniti, 2016, Pengembangan
Metode GC-MS Untuk Penetapan Kadar Acetaminophen Pada Spesimen Rambut
Manusia, Jurnal Biosains Pascasarjana, Volume 18, No.3
17