Anda di halaman 1dari 9

PROPOSAL SKRIPSI

PENAFSIRAN TERM BURUJ DALAM Al-QURAN


(Studi Analisis Tafsir Ilmi pada Kitab Abu Masy’ari Al-Falaki Al-Kabir)

Oleh:
Nisfi Nuur lailatin
NIM: 18010804

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SUNAN PANDANARAN
YOGYAKARTA
2021

1
A. Latar Belakang

Al-Quran adalah ajaran yang diwahyukan selama kira-kira dua puluh

tahun meliputi dua periode, sebelum dan sesudah hijrah. Mengingat hal yang

demikian itu maka wajar untuk mengadakan kajian yang seksama atas kandungan

Al-Quran dari aspek ilmiah. 1 Sebagian orang menganggap bahwa Al-Quran hanya

kitab petunjuk bukan kitab ilmu, termasuk ilmu tentang alam semesta dan

manusia.2

Ilmu di sini bermakna semua cabang disiplin ilmu pengetahuan tanpa

terkecuali. Ia mencakup studi yang berhubungan dengan alam semesta serta

subjek yang ada kaitannya dengan itu, termasuk di dalamnya ilmu pengetahuan

modern seperti ilmu biologi, kimia, fisika, dan astronomi. Dan tidak ada keraguan

bagi Al-Quran untuk mendorong manusia dalam mempelajari ilmu pengetahuan

untuk kepentingan bersama.3

Terlebih Al-Quran banyak menyentuh persoalan mengenai kejadian alam

semesta. Banyak ayat-ayat yang menerangkan kejadian langit dan bumi, peredaran

siang dan malam, pergerakan bintang, matahari dan bulan. Ini merupakan bukti

bahwa Al-Quran menganjurkan kepada manusia untuk merenungi fenomena alam.

Al-Quran dalam konstruksinya selain berisi tentang hidayah, akidah, ibadah dan

sejarah, juga berisi dan bernuansa ilmu pengetahuan.

Sebelum perangkat ilmu-ilmu kontemporer ini ditemukan, yakni pada

zaman klasik, para ulama memandang Al-Quran sebatas sumber ilmu itu lahir dari
1
Maurice Bucaille, Pengetahuan Modern Dalam Al-Quran, terj. Khozin Afandi,
Surabaya: Al-Ikhlas, 1995, hal. 20.
2
Muhammad Izzudin Taufiq, Dalil Anfus Al-Quran dan Embriologi (ayat-ayat tentang
Penciptaan Manusia), Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2006, hal. 5.
3
Muhammad Jamaluddin El Fandy, Al-Quran tentang Alam Semesta, Jakarta: Sinar
Grafika Offset, 1995, hal.1.

2
keyakinan komprehensif kandungan tafsirnya, sedangkan para ulama

kontemporer, mereka bukan saja meyakini hal tersebut namun lebih menekankan

pembuktian akan keajaiban Al-Quran dalam bidang keilmuan dan mencoba

mencocokkan dengan penemuan-penemuan sains kontemporer.4

Ilmu-ilmu kontemporer itu tak luput dari penafsiran Al-Quran seseorang.

Tafsir Al-Quran yang bisa dikatakan sebagai bentuk penafsiran yang bersifat

saintifik atau menggunakan keilmuan kealaman salah satunya adalah tentang

astronomi.

Pada kitab-kitab tafsir klasik maupun pertengahan, seperti Kitab Ma'rifat

sa'at al-mashriq fī kull balad sebenarnya sudah banyak kajian-kajian mengenai

astronomi. Hal ini terjadi karena banyak ayat-ayat Al-Quran yang menyinggung

tentang astronomi. Akan tetapi pembahasan yang diberikan tidak begitu

mendalam dan kadangkala sukar dicari justifikasinya secara ilmiah. Karena

teknologi yang ada pada masa itu belum berkembang secara pesat.

Secara umum, banyak sekali kitab-kitab tafsir yang kita jumpai, baik kitab

tafsir klasik maupun kontemporer, diantaranya: tafsir Ibnu Katsir, tafsir Jalalain,

tafsir at-Thabari, tafsir al-Kurtubi, tafsir ar-Razi, tafsir Nawawi al-Bantani, tafsir

al-Misbah, tafsir al-Iklil, tafsir an-Nur, tafsir al-Azhar, tafsir al-Munir, tafsir al-

Ibris dan tafsir Abu Ma’syar. Berdasarkan nama kitab-kitab tafsir tersebut, maka

penulis ingin meneliti terkait term5 burj6 yang ada pada kitab tafsir Abu Ma’syar.

4
Mehdi Golshani, Filsafat Sains Menurut Al-Quran, terj. Agus Effendi, Bandung: Mizan
Media Utama, 2003, hal. 57.
5
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia Online, term diartikan sebagai istilah, kata atau
frasa yang menjadi subjek atau predikat dari sebuah proposisi, periode waktu awal dan akhir,
bagian tahun akademik.
6
Menurut kamus Almaany, burj berasal dari bahasa Arab yaitu ‫ بُرُوج‬- ‫ ْٱلبُرُوج‬yang artinya
gugusan bintang-bintang.

3
Abu Ma’syar Ja’far Ibnu Muhammad Ibnu Umar juga dikenal sebagai al-

Falaki atau Ibn Balkhi, Latin sebagai Albumasar, Albusar, atau Albuxar adalah

astronom dan filsuf Islam asal Persia. Ia dianggap sebagai Astronom terbesar dari

Abbasiyah di Baghdad. Ia menulis sejumlah buku pedoman praktis tentang

astrologi. Karya-karyanya ditulis dalam bahasa Arab dan Persia.7

Abu Ma'shar al-Balkhi lahir 10 Agustus 787 (abad IX) di Balkh, Khurasan

Balkh, sebuah kota di sebelah timur Khurasan. Abu Ma’syar ahli astronomi dan

astrologi. Astrologi yang dimaksudkan di sini adalah yang berhubungan dengan

rasi bintang, bukan ilmu nujum. Setelah menyelesaikan studi Tradisi Islam Klasik

di Baghdad, Abu Ma’syar mencurahkan seluruh perhatiannya untuk mempelajari

astronomi dan astrologi.8

Sebagaimana pendapat Abu Ma’syar dalam pendahuluan kitabnya yang

menyebutkan bahwa ayat terkait buruj ada dalam Al-Quran surat al-Furqan ayat

61 yang akan penulis bahas kemudian.

‫ك الَّ ِذ ۡى َج َع َل فِى ال َّس َمٓا ِء بُ ُر ۡو ًجا َّو َج َع َل فِ ۡيهَا ِس ٰرجًا َّوقَ َمرًا ُّمنِ ۡيرًا‬
َ ‫تَ ٰبـ َر‬

“Mahasuci Allah yang menjadikan di langit gugusan bintang-bintang dan

Dia juga menjadikan padanya matahari dan bulan yang bersinar.”9

Berdasarkan ayat tersebut yang terdapat dalam kitab tafsir Abu Ma’syar,

beliau menafsirkan kata buruj seperti nama-nama zodiak, terdapat pada pasal 15

hingga pasal 20. Sebagaimana yang kita ketahui ada 12 nama zodiak yaitu: Aries,

Taurus, Gemini, Cancer, Leo, Virgo, Libra, Scorpio, Sagitarius, Capicorn,

7
Mursyid Fikri dan Muh. Rasywan Syarif, “Eksplorasi Pemikiran Abu Ma’syar Al Falaky
Tentang Manusia dan Bintang”, Jurnal Ilmu Falak, Vol. 3, No. 2, 2019, hal. 178.
8
Ibid, hal. 179.
9
Al-Quran.

4
Aquarius dan Pisces. Oleh karena itu, penulis ingin meneliti nama-nama zodiak

tersebut yang ada dalam kitab tafsir Abu Ma’syar.

Kajian terkait judul ini, penulis belum pernah menemukan penelitian yang

sama yang pernah dikaji sebelumnya. Akan tetapi penulis menemukan literatur

yang menyerupai kajian yang penulis akan bahas pada skripsi yang ditulis oleh

Anik Oktaviyah.10 Kajian penelitian yang dilakukannya membahas seputar

penafsiran term banan didapatkan dengan menggunakan penafsiran yang

mengkhususkan objek kajiannya pada ilmu alam (sains) seperti Tantawi Jauhari,

Hamka dan Zaglul Al-Najjar.

Berdasarkan yang telah penulis paparkan di atas, dapat diketahui

bahwasannya belum ada yang membahas terkait term buruj secara komprehensif,

meskipun beberapa diantaranya sempat penulis menemukan pembahasan yang

menyinggung bagian-bagian terluar atau term yang semisal dengan term buruj.

Sehingga, dapat disimpulkan bahwa penelitian penulis dengan judul

“Penafsiran Term Buruj dalam Al-Quran (Studi Analisis Tafsir Ilmi pada Kitab

Abu Masy’ari Al-Falaki Al-Kabir)“ adalah penting dan relevan untuk dikaji

secara komprehensif.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, agar lebih fokus dan

pembahasannya tidak melebar, maka dirumuskanlah masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penafsiran term buruj menurut Abu Ma’syar ?


10
Anik Oktaviyah, Penafsiran Term Banan dalam Al-Quran (Studi Analisis Tafsir Ilmi),
Skripsi di UIN Walisanga Semarang, 2018.

5
2. Bagaimana interkoneksi penafsiran term buruj Abu Ma’syar dengan nama-

nama zodiak ?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan

sebagai berikut:

1. Agar mengetahui penafsiran term buruj menurut Abu Ma’syar.

2. Agar mengetahui interkoneksi penafsiran term buruj Abu Ma’syar dengan

nama-nama zodiak.

Adapun kegunaant dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Secara teoretis, adalah upaya memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dalam

bidang ilmu Al-Quran dan tafsir, khususnya kajian term-term yang terdapat dalam

ayat-ayat Al-Quran yang dikaji lebih kompleks, guna memahami secara

menyeluruh term-term yang terdapat pada Al-Quran.

2. Secara praktis, penelitian ini digunakan untuk mengetahui penafsiran term buruj

dalam Al-Quran menurut Abu Ma’syar. Mengingat bahwa kajian term buruj

menjadi salah satu rujukan untuk melakukan interkoneksi dengan nama-nama

zodiak.

D. Kajian Pustaka

Guna mempersiapkan proposal penelitian ini, penulis telah melakukan

penelusuran beberapa hasil penelitian terdahulu terkait kajian term buruj dalam

ayat Al-Quran. Beberapa hasil penelitian tersebut, diantaranya:

6
Karya Mamad Muhamad Fauzil Abad dengan judul “Penafsiran Makna

Bahrain Dalam Al-Quran (Pendekatan Tafsir Ilmiy)”.11 Hasil penelitiannya

menyebutkan bahwa makna bahrain menurut kalangan ulama tafsir ilmi terdapat

kontroversi.

Pertama, terjadinya pertemuan dua lautan, yang terjadi di selat Giblartar,

pertemuan laut Atlantik dan laut Meditrania. Pendapat ini dikemukakan oleh

Muhammad Fakhruddin ar-Razi, Thanthawi Jauhari, Abiy Hayyan al-Andalusiy,

Sayyid Qutb, Ibrahim bin Umar bin Hasan al-Rubat bin Ali bin Abi Bakar as-

Syafi’I al-Biqa’i, dan Quraish Syihab. Kedua, bahru as-sama’ wa bahru al-ardh

(air laut dan air hujan). Pendapat ini dikemukakan oleh Muhammad Fakhruddin

ar-Razi, Thanthawi Jauhari, Sayyid Qutb, dan Syihabuddin Sayyid Mahmud.

Namun menurut penulis yang selaras dengan temuan sain modern bahwa

makna bahrain diartikan dengan yang ditemukan pada tahun 1873 oleh para

Oceanografer, hal ini terjadi di permukaan laut dan di dasar laut. Seperti di antara

laut Mediterania dan laut Atlantik, dan sebuah sungai di dasar laut di Cenota

Angelita, Mexico.

Bukan hanya itu, ternyata di daerah pertemuan dua lautan terdapat Sumber

Daya Alam yang melimpah, seperti Gas Alam, Minyak, mutiara, marjan dan ikan.

Hal tersebut disebabkan terjadinya pemerosesan posil, lokan menyusup dari air

tawar ke air asin. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, belum cukup dan relevan

untuk disampaikan.

11
Mamad Muhamad Fauzil Abad, Penafsiran Makna Bahrain Dalam Al-Quran
(Pendekatan Tafsir Ilmiy), Skripsi di UIN Walisanga Semarang, 2017.

7
Kajian sejenis juga dilakukan oleh Ani Oktaviyah dengan judul

“Penafsiran Term Banan Dalam Al-Quran (Studi Analisis Tafsir IIlmi).” 12 Ia

mengidentifikasi aspek rasm, tanda baca dan tanda waqaf dalam beberapa mushaf

di Jawa Barat. Adanya jumlah naskah yang cukup banyak, 18 buah, ia

digitalisasikan dan kemudian dilacak aspek-aspek tersebut di dalamnya.

Menurutnya, aspek rasm mengalami inkonsistensi pola rasm di setiap

mushaf tersebut. Objek kajian yang terlalu banyak serta penyampaian hasil

penelitian yang terbatas kemudian menjadikan kajian ini memaparkannya secara

global. Bahkan beberapa sebab dan latar belakang penulisan mushaf dengan pola

yang berbeda satu sama lain hanya diungkapnya sebagai praduga dan asumsi.

Jelas kajian ini membutuhkan wadah dan kesempatan lebih untuk

mengungkapnya.

Melalui telaah pustaka atas beberapa kajian yang telah dilakukan kedua

peneliti terdahulu, penulis mendapati celah-celah kosong yang agaknya dapat

dielaborasi lebih jauh. Al-Quran masih terdapat term-term yang perlu dikaji lebih

mendalam. Terlebih mengenai term-term ayat Al-Quran tersebut merupakan

kajian Ulumul Qur’an yang penting.

Kedua penelitian tersebut memiliki kesamaan dalam studi analisis yaitu

tafsir ilmi, akan tetapi memiliki perbedaan pembahasan dalam term ayat Al-

Quran, yang mana saudara Mamad membahas term bahrain sedangkan saudari

Anik membahas tentang term banan.

E. Kerangka Teori
12
Anik Oktaviyah, loc.it.

8
F. Metode Penelitian

G. Sistematika Pembahasan

Anda mungkin juga menyukai