Anda di halaman 1dari 31

MODUL OLIMPIADE/KSM BIOLOGI

MODUL 1
BIOLOGI SEL
Digunakan sebagai bahan ajar tambahan saat WFH

Disusun Oleh:
Indarti Purwo Utami, S.Si, M.Pd

0
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah Swt. Alhamdulillahi Robbal Aalamin, atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyususnan modul ini . Shalawat dan salam
dengan ucapan Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa’ala ali Muhammad peyusun sampaikan untuk junjungan
kita Nabi besar Muhammad Saw
Modul ini disusun untuk membantu calon peserta kompetisi sains/olimpiade dalam memahami materi
biologi selama WFH atau belajar dari rumah. Modul olimpiade/KSM ini diuraikan kedalam 7 buah modul yang
masing masing terdiri dari pokok bahasan tertemtu sesuai dalam silabus olimpiade . modul tersebut terdiri
atas: 1. Biologi Sel, 2. Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan, 3. Anatomi dan Fisiologi Hewan, 4. Etologi, 5.
Genetika, 6. Ekologi, 7. Biosistematika. Modul ini juga dilengkapi dengan contoh soal dan jawabannya
Penyusun menyadari bahwa modul ini tentu punya banyak kekurangan. Oleh karena itu penyusun
dengan lapang dada menerima masukan dan kritikan kontruktif dari berbagai pihak demi kesempurnaan
dimasa yang akan datang. Akhirnya kepada Allah jualah penyusun bermohon semoga semua ini menjadi
amal soleh bagi penyusun dan bermanfaat bagi pembaca.

Tanjungpandan, Aprill 2020


Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………….. 1

DAFTAR ISI ………………………………………….. 2

A. STRUKTUR DAN FUNGSI SEL ………………………………………….. 3

B. JARINGAN ………………………………………….. 7

C. ORGAN, SISTEM ORGAN DAN ORGANISME ………………………………………….. 10

D. METABOLISME SEL ………………………………………….. 11

E. SINTESIS PROTEIN ………………………………………….. 17

F. PEMBELAHAN SEL ………………………………………….. 20

SOAL LATIHAN ………………………………………….. 29

2
A. STRUKTUR DAN FUNGSI SEL

Penelitian menunjukkan bahwa satuan unit terkecil dari kehidupan adalah Sel. Kata "sel" itu sendiri
dikemukakan oleh Robert Hooke yang berarti "kotak-kotak kosong", setelah mengamati sayatan gabus
dengan mikroskop. Selanjutnya disimpulkan bahwa sel terdiri dari kesatuan zat yang dinamakan protoplasma.
Istilah protoplasma pertama kali dipakai oleh Johannes Purkinje. Menurutnya protoplasma dibagi menjadi dua
bagian yaitu sitoplasma dan nukleoplasma. Robert Brown mengemukakan bahwa nukleus (inti sel) adalah
bagian yang memegang peranan penting dalam sel, Rudolf Virchow mengemukakan sel itu berasal dari sel
(Omnis Cellula Cellulae).
Sel didefinisikan sebagai unit kehidupan terkecil baik secara struktural maupun fungsional. Secara
struktural sel menjadi bagian unit biologis yang paling kecil, sedangkan fungsi kehidupan juga merupakan
akibat adanya aktifitas sel. Di dalam sel terdapat organel-organel yang saling bekerja sama untuk
melangsungkan fungsi kehidupan sehingga kelangsungan hidup organisme dapat terjamin.
Pembagian tipe sel biasanya didasarkan pada ada atau tidaknya membran yang menyelubungi inti
sel (nukleomembran). Atas dasar ini, sel dibedakan atas :
1. Prokariot, yaitu sel yang tidak memiliki membran inti, contohnya pada sel bakteri dan alga hijau biru
2. Eukariot, yaitu sel yang memiliki membran inti, terdapat pada tumbuhan dan hewan
Karakter spesifik untuk dua tipe sel tersebut disajikan pada tabel berikut :

Karakter Sel Prokariot Sel Eukariot


Tumbuhan Hewan
Dinding sel Ada Ada Tidak ada
Inti sel Tidak ada Ada Ada
(nukleus)
Membran inti Tidak ada Ada Ada
Nukleolus Tidak ada Ada Ada
Mitokondria Tidak ada, digantikan oleh Ada Ada
mesosom
Kromosom Tunggal, sirkuler, tidak ada Banyak, linear, dengan Banyak, linier, dengan
protein protein protein
Kloroplas Tidak ada Ada Tidak ada
Retikulum Tidak ada Ada Ada
endoplasma
Kompleks Tidak ada Ada Ada
golgi
Lisosom Tidak ada Ada Ada
Vakuola Tidak ada Ada Tidak ada
Sentriol Tidak ada Tidak ada Ada
Sitoskeleton Tidak ada Ada Ada

a b c

Gambar 1. Struktur sel (a) hewan, (b) tumbuhan, (c) prokariot

3
Secara struktural, sel terdiri atas tiga komponen utama yaitu membran plasma, sitoplasma dan
nukleus atau inti sel. Namun jika diuraikan secara lebih spesifik, di dalam sitoplasma sel juga terdapat
organel-organel yang beragam.
a. Membran sel (membran plasma ) : selaput yang menyelubungi sel yang berperan dalam mengisolasi
komponen dalam sel dengan lingkungannya, mengatur pergerakan materi dari dan ke dalam sel,
menjadi sarana komunikasi antar sel. Struktur kimiawi membran terdiri atas lipid (lemak) bilayer dan
protein yang tertanam pada membrean. Lipid terdiri atas bagian kepala yang dapat mengikat air
(hidrofobik), sedangkan bagian ekor bersifat menolak air (hidrofobik). Di bagian luar permukaan
membran terdapat senyawa glikolipid (persenyawahan lipid dengan polisakarida) yang biasanya
berperan sebagai reseptor atau penerima.

Gambar 2. Struktur membran sel

b. Nukleus (inti sel) : struktur yang biasanya berbentuk bulat, terdapat di dalam sel dan mengandung
kromatin (materi DNA yang diorganisasikan bersama protein). Di dalam nukleus terdapat nukleolus
(anak inti) yang berperan sebagai tempat sintesis ribosom.

Gambar 3. Struktur nukleus

c. Sitoplasma : bagian dalam sel yang berupa medium semicair (sitosol) yang sebagian besar terdiri
atas air, menjadi tempat organel-organel sel berada Penyusun utama dari sitoplasma adalah air
(90%), berfungsi sebagai pelarut zat-zat kimia serta sebagai media terjadinya reaksi kimia sel.

d. Ribosom : organel yang berperan dalam mensintesis protein, dapat melekat pada retikulum
endoplasma atau bebas di dalam sitoplasma. Protein yang disintesis oleh ribosom bebas akan
berfungsi di sitosol sedangkan protein yang disintesis oleh ribosom pada retikulum endoplasma
memiliki fungsi yang lebih luas baik secara struktural (misal penyusun komponen organel lain)
maupun secara fungsional yaitu sebagai komponen enzim dan hormon.

4
Gambar 4. Struktur ribosom

e. Retikulum endoplasma : sistem membran dalam sitoplasma yang saling bersambung dan
berhubungan dengan nukleus, berperan dalam mensintesis komponen membran sel dan lipid serta
protein. Dapat dalam bentuk kasar RER (karena adanya ribosom yang melekat) dan bentuk halus
SER (tanpa ribosom). RE halus berfungsi dalam sintesis lipid, metabolisme karbohidrat dan
menawarkan obat atau racun. RE kasar terspesialisasi untuk mensekresi protein yang dihasilkan
oleh ribosom dan juga berperan dalam pembentukan membran sel.

Gambar 5. Struktur Retikulum Endoplasma

f. Badan golgi : struktur berupa kantung-kantung dengan membran yang tipis dalam sitoplasma,
berfungsi dalam transportasi protein dan memodifikasi serta membentuk paket protein dan lipid, juga
mensintesis karbohidrat

Gambar 6. Struktur Badan Golgi

5
g. Mitokondria : struktur berbentuk sosis dan berfungsi dalam menghasilkan energi melalui
metabolisme aerob. Dalam mitokondria inilah aktivitas katabolisme berlangsung

Gambar 7. Mitokondria

h. Vakuola : rongga atau kantung yang diselubungi membran yang berisi cairan berupa air dan sisa
metabolisme, berfungsi dalam pengaturan pH sitoplasma dan dapat berperan sebagai alat pencerna
(vakuola makanan), dan pergerakan (vakuola kontraktil) pada organisme rendah

dinding sel

vacuola

Gambar 8. Sruktur Vakuola

i. Lisosom : berupa kantung yang mengandung enzim hidrolitik dan berperan dalam mencerna
makromolekul (protein, polisakarida, lemak, asam nukleat). Lisosom akan berfungsi juga dalam
proses autolisis atau autofagi dimana sel memakan organelnya sendiri atau bahkan menghancurkan
diri sendiri dengan jalan mengeluarkan enzim-enzim hidrolitiknya.

Gambar 9. Foto Organel dengan


mikroskop electron

6
j. Peroksisom : ruangan metabolisme khusus yang diselubungi oleh selapis membran, mengandung
enzim yang mentransfer hidrogen dari berbagai substrat ke oksigen dan menghasilkan produk
samping berupa peroksida (H2O2), berfungsi untuk memecah asam lemak dan penawar racun.

k. Dinding sel : bagian di luar membran plasma sel yang lebih tebal dan relatif kaku, umumnya terdapat
pada sel tumbuhan, berfungsi dalam melindungi sel dan mempertahankan bentuknya. Dinding sel
tersusun dari dua lapis senyawa selulosa, di antara kedua lapisan selulosa tadi terdapat rongga
yang dinamakan lamel tengah (middle lamel) yang dapat terisi oleh zat-zat penguat seperti lignin,
chitine, pektin, suberine dan lain-lain.

l. Mikrotubulus: berbentuk benang silindris, kaku, berfungsi untuk mempertahankan bentuk sel dan
sebagai rangka sel. Contoh organel ini antara lain benang-benang gelembung pembelahan. Selain
itu mikrotubulus berguna dalam pembentukan sentriol, flagela dan silia.

Gambar 10. Struktur mikrotubul

m. Mikrofilamen : seperti mikrotubulus, tetapi lebih lembut. Terbentuk dari komponen utamanya yaitu
protein aktin dan miosin (seperti pada otot). Mikrofilamen berperan dalam pergerakan sel.

Macam – macam permiabilitas yang dimiliki membrane sel atau membran plasma
1. Semipermiabel : membrane sel mudah ditembus oleh molekul air
2. Impermiabel : membrane sel tidak dapat dilalui oleh ion atau zat tertentu
3. Selektif permeabel : memiliki kemampuan memilih zat- zat / ion tertentu yang dibutuhkan oleh sel
4. Dialisa : membrane sel yang pada bagian luarnya terdapat selaput yang mampu
melewatkan molekul air dan kristal dengan menggunakan kekuatan tekanan hidrostatik

B. JARINGAN

Jaringan adalah kumpulan dari sel-sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang sama. Pembagian
jaringan biasanya didasarkan pada struktur dan fungsinya.

a. Jaringan ikat/penghubung : Jaringan ini berperan penting dalam menghubungkan dan mendukung
jaringan lain.
Terdiri atas serabut (kolagen, elastik dan retikuler) dan sel-sel sebagai materi dasar yang berada dalam
cairan ekstraseluler (matriks). Berperan dalam menghubungkan dan mengikat jaringan-jaringan lainnya.
Jenis jaringan ikat/penghubung :
 Jaringan ikat padat, terdiri atas serabut kolagen berwarna putih, fleksibel tapi tidak elastis, terdapat
pada selaput urat, otot, ligamen dan tendon, berfungsi penghubung organ tubuh, dan penyokong
serta pelindung.

7
 Jaringan ikat longgar, terdiri atas serabut kolagen elastis, sel-sel jarang dan sebagian besar tersusun
atas matriks, contohnya fibroblast, sel plasma, dan makrofag.
 Jaringan adipose, merupakan spesialisai jaringan penghubung, Menyimpan minyak dalam
seladipose yang tersebar dalam matrik. Berperan sebagai bantalan tubuh dan menjadi cadangan
makanan
 Jaringan rawan (cartilago atau tulang rawan), terdiri atas serabut kolagen dan chondrosit. Terdiri
atas 3 macam yaitu :
- rawan hialin (bening), terdapat pada ujung tulang, permukaan sendi, trakhea, dan larink
- rawan elastin, matriks keruh kekuning-kuningan, serabut kolagen berupa jala, terdapat di
daun telinga, epiglotis
- rawan fibrosa (banyak kolagen), matriks gelap dan keruh, serabut kolagen sejajar, terdapat
pada perekatan ligamen dan cakram antar ruas tulang punggung
 Tulang, termineralisasi dan keras, dihasilkan oleh osteoblast, berfungsi menyokong tubuh dan
pelindung organ-organ, terdiri atas 2 jenis (berdasarkan susunan matriksnya) : tulang spons jika
matriksnya berongga dan berlamel, tulang kompak jika matriksnya kompak atau padat.

Gambar 11. Tulang kompak

 Darah : jaringan ikat khusus yang terdiri atas sel-sel (eritrosit, leukosit dan trombosit) yang
tersuspensi dalam matriks berupa plasma darah, berfungsi dalam transportasi nutrisi, hormon, enzim
dan sebagai proteksi serta keseimbangan cairan tubuh

8
Gambar 12. Darah manusia

b. Jaringan epitel : melapisi bagian luar tubuh dan organ-organ dalam, sel-sel berikatan erat, berperan
sebagai lapisan pelindung mekanis, proteksi terhadap bakteri dan dehidrasi, sebagai filter, kelenjar,
dan penghasil cairan pelumas (mukus). Dibedakan berdasarkan bentuk sel dan jumlah lapisan yaitu
pipih (squamous), kubus (cuboid), silindris (columnar), dan epitel transisional. Lapisanya dapat
berupa selapis atau berlapis banyak. Epitel pipih: selapis, contoh : pada pembuluh darah, alveolus,
pembuluh limfe, glomerulus ginjal; banyak lapis, contoh: pada kulit, rongga mulut, vagina. Epitel
kubus: selapis, contoh: pada kelenjar tiroid, permukaan ovarium; berlapis ganda, contoh: pada
saluran kelenjar minyak dan kelenjar keringat pada kulit. Epitel silindris: silindris selapis, contoh:
pada lambung, jonjot usus, kantung empedu, saluran pernafasan bagian atas; banyak lapis, contoh:
pada saluran kelenjar ludah, uretra; banyak lapis semu/epitel silindris bersilia, contoh: pada trakea,
rongga hidung. Epitel transisional: bentuk epitel banyak lapis yang sel-selnya tidak dapat
digolongkan berdasarkan bentuknya. Bila jaringannya menggelembung bentuknya berubah.Contoh:
pada kandung kemih.

(a) (b) (c)


Gambar 13. (a) epitel silindris bersilia, (b) kubus dan pipih, (c) transisional
c. Jaringan saraf : berfungsi dalam menerima stimulus dan mengalirkan sinyal antar bagian tubuh,
terdiri atas sel-sel saraf (neuron) berupa neuron sensoris, motoris dan penghubung. Komponen
utama neuron yaitu badan sel (dendrit), axon serta neurit

Gambar 14. Sel saraf


(neuron) dengan akson
dan dendrit.

9
d. Jaringan otot : terdiri atas sel-sel otot dan berfungsi dalam pergerakan tubuh oleh proses kontraksi
dan relaksasi (komponen aktin dan miosin), terbagi atas otot polos (inti satu, di tengah, gerak tak
sadar, tidak berserabut), otot lurik (inti banyak, di tepi, berlurik, kerja sadar), otot jantung (inti satu, di
tengah, berserabut, kerja tak sadar)

C. ORGAN, SISTEM ORGAN DAN ORGANISME

Organ merupakan kesatuan dari berbagai jaringan yang saling bekerja sama dan berhubungan
untuk menyelenggarakan fungsi tertentu. Sebagai contoh adalah kulit yang terdiri atas jaringan epitel,
jaringan otot, jaringan ikat, jaringan saraf, jaringan lemak (adiposa) yang saling bekerja sama untuk
melaksanakan fungsi kulit sebagai pelindung tubuh secara mekanis, sebagai tempat pengeluaran sisa
metabolisme, penyimpan cadangan makanan, dan indera peraba.
Kesatuan dari berbagai sistem organ yang terintegrasi secara tepat dan padu akan membangun
strata atau unit kehidupan yang lebih tinggi yaitu organisme atau individu. Oleh sebab itu, secara ringkas,
susunan organisasi kehidupan dapat dirumuskan sebagai berikut :

Gambar 16. Struktur organisasi kehidupan

10
Berbagai macam organ kemudian akan saling berkaitan satu sama lainnya untuk membentuk suatu sistem
organ dengan fungsi kerja yang lebih rumit dan panjang, misalnya sistem pencernaan yang terdiri dari
berbagai organ mulai dari rongga mulut hingga anus. Beberapa contoh sistem organ pada hewan disajikan
pada tabel berikut :

Sistem organ Organ-organ penyusun Fungsi


Pencernaan Mulut, lidah, farink, kerongkongan, lambung, Mencerna makanan hingga dapat
usus, hati, pankreas diserap tubuh
Sirkulasi jantung, pembuluh darah dan limfa transportasi zat, proteksi tubuh
dan homeiostastis
Respirasi Laring, trakea, paru-paru Suplai oksigen dan pengeluaran
karbondioksida
Ekskresi ginjal, ureter, urethra, kantung urine, kulit pengeluaran zat-zat sisa ke luar
tubuh
Reproduksi testis, ovarium, uterus proses perkembangbiakan

D. METABOLISME SEL

I. KATABOLISME
Katabolisme adalah reaksi penguraian senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan
bantuan enzim. Penguraian senyawa ini menghasilkan atau melepaskan energi berupa ATP yang biasa
digunak4an organisme untuk beraktivitas. Katabolisme mempunyai dua fungsi, yaitu menyediakan bahan
baku untuk sintesis molekul lain, dan menyediakan energi kimia yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas
sel. Reaksi yang umum terjadi adalah reaksi oksidasi. Energi yang dilepaskan oleh reaksi katabolisme
disimpan dalam bentuk fosfat, terutama dalam bentuk ATP (Adenosin trifosfat) dan berenergi elektron tinggi
NADH2 (Nikotilamid adenin dinukleotida H2) serta FADH2 (Flavin adenin dinukleotida H2).

i. Respirasi sel
Respirasi sel merupakan jalur metabolisme yang menghasilkan energi (dalam bentuk ATP dan
NADPH) dari molekul-molekul bahan bakar (karbohidrat, lemak, dan protein). Jalur-jalur metabolisme
respirasi sel juga terlibat dalam pencernaan makanan. Respirasi adalah proses mobilisasi energi yang
dilakukan jasad hidup melalui pemecahan senyawa berenergi tinggi (SET) untuk digunakan dalam
menjalankan fungsi hidup. Dalam pengertian kegiatan kehidupan sehari-hari, respirasi dapat disamakan
dengan pernapasan. Namun demikian, istilah respirasi mencakup proses-proses yang juga tidak tercakup
pada istilah pernapasan. Respirasi terjadi pada semua tingkatan organisme hidup, mulai dari individu hingga
satuan terkecil (sel). Apabila pernapasan biasanya diasosiasikan dengan penggunaan oksigen sebagai
senyawa pemecah, respirasi tidak melulu melibatkan oksigen.

Gambar 17. Skema respirasi sel


Pada dasarnya, respirasi adalah proses oksidasi yang dialami SET sebagai unit penyimpan energi
kimia pada organisme hidup. SET, seperti molekul gula atau asam-asam lemak, dapat dipecah dengan
bantuan enzim dan beberapa molekul sederhana. Karena proses ini adalah reaksi eksoterm (melepaskan

11
energi), energi yang dilepas ditangkap oleh ADP atau NADP membentuk ATP atau NADPH. Pada gilirannya,
berbagai reaksi biokimia endotermik (memerlukan energi) dipasok kebutuhan energinya dari kedua kelompok
senyawa terakhir ini. Kebanyakan respirasi yang dapat disaksikan manusia memerlukan oksigen sebagai
oksidatornya. Reaksi yang demikian ini disebut sebagai respirasi aerob. Namun demikian, banyak proses
respirasi yang tidak melibatkan oksigen, yang disebut respirasi anaerob. Yang paling biasa dikenal orang
adalah dalam proses pembuatan alkohol oleh khamir Saccharomyces cerevisiae. Berbagai bakteri anaerob
menggunakan belerang (atau senyawanya) atau beberapa logam sebagai oksidator. Respirasi dilakukan
pada satuan sel.

Proses Respirasi Pada Organisme Eukariotik Secara Aerob


1. Glikolisis
Glikogenolisis, pengubahan glikogen menjadi glukosa. Glikogenolisis adalah lintasan metabolisme
yang digunakan oleh tubuh, selain glukoneogenosis, untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa di dalam
plasma darah untuk menghindari simtoma hipoglisemia. Pada glikogenolisis, glikogen digradasi berturut-turut
dengan 3 enzim, glikogen
fosforilase, glukosidase,
fosfoglukomutase, menjadi glukosa.
Hormon yang berperan pada
lintasan ini adalah glukagon dan
adrenalin.
Glikolisis, pengubahan
glukosa menjadi piruvat dan ATP
tanpa membutuhkan . oksigen.
Glikolisis adalah serangkaian reaksi
biokimia di mana glukosa dioksidasi
menjadi molekul asam piruvat.
Glikolisis adalah salah satu proses
metabolisme yang paling universal
yang kita kenal, dan terjadi (dengan
berbagai variasi) di banyak jenis sel
dalam hampir seluruh bentuk
organisme. Proses glikolisis sendiri
menghasilkan lebih sedikit energi
per molekul glukosa dibandingkan
dengan oksidasi aerobik yang
sempurna. Energi yang dihasilkan
disimpan dalam senyawa organik
berupa adenosine triphosphate
atau yang lebih umum dikenal
dengan istilah ATP dan NADH.

Tahapan dalam proses glikolisis


Tahap1: Fosforilasi Glukosa
Tahap pertama adalah fosforilasi
glukosa (penambahan gugus
fosfat). Reaksi ini dimungkinkan
oleh heksokinase enzim, yang
memisahkan satu kelompok fosfat
dari ATP (Adenosine Triphsophate)
dan menambahkannya ke glukosa,
mengubahnya menjadi glukosa 6-
fosfat. Dalam proses satu ATP
molekul, yang merupakan mata
uang energi tubuh, digunakan dan
akan ditransformasikan ke ADP

12
(Adenosin difosfat), karena pemisahan satu kelompok fosfat. Reaksi keseluruhan dapat diringkas sebagai
berikut:
Glukosa (C6H12O6) + + ATP heksokinase → Glukosa 6-Fosfat (C6H11O6P1) + ADP

Tahap 2: Produksi Fruktosa-6 Fosfat


Tahap kedua adalah produksi fruktosa 6-fosfat. Hal ini dimungkinkan oleh aksi dari enzim
phosphoglucoisomerase. Kerjanya pada produk dari tahap sebelumnya, glukosa 6-fosfat dan berubah
menjadi fruktosa 6-fosfat yang merupakan isomer nya (Isomer adalah molekul yang berbeda dengan rumus
molekul yang sama tetapi susunan berbeda dari atom). Reaksi seluruh diringkas sebagai berikut:
Glukosa 6-Fosfat (C6H11O6P1) + Phosphoglucoisomerase (Enzim) → Fruktosa 6-Fosfat (C6H11O6P1)

Tahap 3: Produksi Fruktosa 1, 6-difosfat


Pada tahap berikutnya, Fruktosa isomer 6-fosfat diubah menjadi fruktosa 1, 6-difosfat dengan penambahan
kelompok fosfat. Konversi ini dimungkinkan oleh fosfofruktokinase enzim yang memanfaatkan satu molekul
ATP lebih dalam proses. Reaksi ini diringkas sebagai berikut:
Fruktosa 6-fosfat (C6H11O6P1) + fosfofruktokinase (Enzim) + ATP → Fruktosa 1, 6-difosfat (C6H10O6P2)

Tahap 4: Pemecahan Fruktosa 1, 6-difosfat


Pada tahap keempat, adolase enzim membawa pemisahan Fruktosa 1, 6-difosfat menjadi dua molekul gula
yang berbeda yang keduanya isomer satu sama lain. Kedua gula yang terbentuk adalah gliseraldehida fosfat
dan fosfat dihidroksiaseton. Reaksi berjalan sebagai berikut:
Fruktosa 1, 6-difosfat (C6H10O6P2) + Aldolase (Enzim) → gliseraldehida fosfat (C3H5O3P1) +
Dihydroxyacetone fosfat (C3H5O3P1)

Tahap 5: interkonversi Dua Glukosa


Fosfat dihidroksiaseton adalah molekul hidup pendek. Secepat itu dibuat, itu akan diubah menjadi fosfat
gliseraldehida oleh enzim yang disebut fosfat triose. Jadi dalam totalitas, tahap keempat dan kelima dari
glikolisis menghasilkan dua molekul gliseraldehida fosfat.
Dihidroksiaseton fosfat (C3H5O3P1) + Triose Fosfat → gliseraldehida fosfat (C3H5O3P1)

Tahap 6: Pembentukan NADH & 1,3-Diphoshoglyceric


Tahap keenam melibatkan dua reaksi penting. Pertama adalah pembentukan NADH dari NAD +
(nicotinamide adenin dinukleotida) dengan menggunakan enzim dehydrogenase fosfat triose dan kedua
adalah penciptaan 1,3-diphoshoglyceric asam dari dua molekul gliseraldehida fosfat yang dihasilkan pada
tahap sebelumnya. Reaksi keduanya adalah sebagai berikut:
Fosfat dehidrogenase Triose (Enzim) + 2 NAD + + 2 H-→ 2NADH (Reduced nicotinamide adenine
dinucleotide) + 2 H + Triose fosfat dehidrogenase gliseraldehida fosfat + 2 (C3H5O3P1) + 2P (dari
sitoplasma) → 2 molekul asam 1,3-diphoshoglyceric (C3H4O4P2)

Tahap 7: Produksi ATP & 3-fosfogliserat Asam


Tahap ketujuh melibatkan penciptaan 2 molekul ATP bersama dengan dua molekul 3-fosfogliserat asam dari
reaksi phosphoglycerokinase pada dua molekul produk 1,3-diphoshoglyceric asam, dihasilkan dari tahap
sebelumnya.
2 molekul asam 1,3-diphoshoglyceric (C3H4O4P2) + + 2ADP phosphoglycerokinase → 2 molekul 3-
fosfogliserat acid (C3H5O4P1) + 2ATP (Adenosine Triphosphate)

Tahap 8: Relokasi Atom Fosfor


Tahap delapan adalah reaksi penataan ulang sangat halus yang melibatkan relokasi dari atom fosfor dalam 3-
fosfogliserat asam dari karbon ketiga dalam rantai untuk karbon kedua dan menciptakan 2 - asam
fosfogliserat. Reaksi seluruh diringkas sebagai berikut:
2 molekul 3-fosfogliserat acid (C3H5O4P1) + phosphoglyceromutase (enzim) → 2 molekul asam 2-
fosfogliserat (C3H5O4P1)

13
Tahap 9: Penghapusan Air
The enolase enzim datang ke dalam bermain dan menghilangkan sebuah molekul air dari 2-fosfogliserat acid
untuk membentuk asam yang lain yang disebut asam phosphoenolpyruvic (PEP). Reaksi ini mengubah kedua
molekul 2-fosfogliserat asam yang terbentuk pada tahap sebelumnya.
2 molekul asam 2-fosfogliserat (C3H5O4P1) + enolase (enzim) -> 2 molekul asam phosphoenolpyruvic (PEP)
(C3H3O3P1) + H2O 2

Tahap 10: Pembentukan piruvat Asam & ATP


Tahap ini melibatkan penciptaan dua molekul ATP bersama dengan dua molekul asam piruvat dari aksi
kinase piruvat enzim pada dua molekul asam phosphoenolpyruvic dihasilkan pada tahap sebelumnya. Hal ini
dimungkinkan oleh transfer dari atom fosfor dari asam phosphoenolpyruvic (PEP) untuk ADP (Adenosin
trifosfat). 2 molekul asam phosphoenolpyruvic (PEP) (C3H3O3P1) + + 2ADP kinase piruvat (Enzim) → 2ATP
+ 2 molekul asam piruvat.

2. Dekarboksilasi oksidatif
Dekarboksilasi oksidatif adalah reaksi yang mengubah asam piruvat yang beratom 3 C menjadi senyawa baru
yang beratom C dua buah, yaitu asetil koenzim-A (asetil ko-A). Reaksi dekarboksilasi oksidatif ini (disingkat
DO) sering juga disebut sebagai tahap persiapan untuk masuk ke siklus Krebs. Reaksi DO ini mengambil
tempat di intermembran mitokondria.

Gambar 19. Dekarboksilasi Oksidatif

Setelah melalui reaksi glikolisis, jika terdapat molekul oksigen yang cukup maka asam piruvat akan
menjalani tahapan reaksi selanjutnya, yaitu siklus Krebs yang bertempat di matriks mitokondria. Jika tidak
terdapat molekul oksigen yang cukup maka asam piruvat akan menjalani reaksi fermentasi. Akan tetapi, asam
piruvat yang mandapat molekul oksigen yang cukup dan akan meneruskan tahapan reaksi tidak dapat begitu
saja masuk ke dalam siklus Krebs, karena asam piruvat memiliki atom C terlalu banyak, yaitu 3 buah.
Persyaratan molekul yang dapat menjalani siklus Krebs adalah molekul tersebut harus mempunyai dua atom
C (2 C). Karena itu, asam piruvat akan menjalani reaksi dekarboksilasi oksidatif.
Pertama-tama, molekul asam cuka yang dihasilkan reaksi glikolisis akan melepaskan satu gugus
karboksilnya yang sudah teroksidasi sempurna dan mengandung sedikit energi, yaitu dalam bentuk molekul
CO2. Setelah itu, 2 atom karbon yang tersisa dari piruvat akan dioksidasi menjadi asetat (bentuk ionisasi
asam asetat). Selanjutnya, asetat akan mendapat transfer elektron dari NAD+ yang tereduksi menjadi NADH.
Kemudian, koenzim A (suatu senyawa yang mengandung sulfur yang berasal dari vitamin B) diikat oleh
asetat dengan ikatan yang tidak stabil dan membentuk gugus asetil yang sangat reaktif, yaitu asetil koenzim-
A, yang siap memberikan asetatnya ke dalam siklus Krebs untuk proses oksidasi lebih lanjut. Selama reaksi
transisi ini, satu molekul glukosa yang telah menjadi 2 molekul asam piruvat lewat reaksi glikolisis
menghasilkan 2 molekul NADH.

14
3. Siklus Krebs
Siklus krebs merupakan tahap kedua respirasi aerob. Nama siklus ini berasal dari nama orang yang
menemukan reaksi tahap kedua respirasi aerob ini, yaitu Hans Krebs. Siklus ini disebut juga siklus asam
sitrat. Siklus krebs diawali dengan adanya 2 molekul asam piruvat yang dibentuk pada glikolisis yang
meninggalkan sitoplasma masuk ke mitokondria. Sehingga, siklus krebs terjadi di dalam mitokondria.

Gambar 20. Silus Krebs

4. Transpor electron
Transpor elektron terjadi di membran dalam mitokondria, dan berakhir setelah elektron dan H+ bereaksi
dengan oksigen yang berfungsi sebagai akseptor terakhir, membentuk H2O. ATP yang dihasilkan pada tahap
ini adalah 32 ATP. Reaksinya kompleks, tetapi yang berperan penting adalah NADH, FAD, dan molekul-
molekul khusus, seperti Flavo protein, ko-enzim Q, serta beberapa sitokrom. Dikenal ada beberapa sitokrom,
yaitu sitokrom C1, C, A, B, dan A3. Elektron berenergi pertama-tama berasal dari NADH, kemudian ditransfer
ke FMN (Flavine Mono Nukleotida), selanjutnya ke Q, sitokrom C1, C, A, B, dan A3, lalu berikatan dengan H
yang diambil dari lingkungan sekitarnya. Sampai terjadi reaksi terakhir yang membentuk H2O. Jadi hasil akhir
proses ini terbentuknya 32 ATP dan H2O sebagai hasil sampingan respirasi. Produk sampingan respirasi
tersebut pada akhirnya dibuang ke luar tubuh, pada tumbuhan melalui stomata dan melalui paru-paru pada
pernapasan hewan tingkat tinggi.

Gambar 21. Transport elektron

15
ii. Respirasi Anaerob
Respirasi anaerob adalah proses pembebasan energy tanpa oksigen bebas. Ciri-ciri dari fermentasi adalah:
1. Terjadi pada organisme yang tidak membutuhkan oksigen bebas
2. terjadi proses glikolisis
3. tidak terjadi penyaluran elektron ke Siklus Krebs dan Transpor Elektron
4. energi (ATP) yang terbentuk lebih sedikit jika dibandingkan dengan Respirasi aerob
5. Fermentasi terdiri atas 3 macam, yaitu:
a.Fermentasi Asam Laktat
b. Fermentasi Alkohol
c. Fermentasi Asam Cuka

1. Respirasi Anaerob (Fermentasi Asam Laktat)


Fermentasi Asam Laktat merupakan proses fermentasi yang menghasilkan Asam Laktat (asam susu
= asam lelah). Ciri-ciri dari fermentasi asam laktat adalah:
1. Terjadi pada hewan tingkat tinggi & manusia
2. Menghasilkan Asam Laktat sebagai produk sampingan yang mengakibatkan:
a. napas tersengal-sengal
b. pegal-pegal di sekujur tubuh
3. dihasilkan energi sebesar 2 ATP
4. reaksi sederhananya:
2CH3CCOCOOH→2CH3CHOHCOOH+47 kkal

2. Fermentasi Alkohol
Fermentasi Alkohol merupakan proses fermentasi yang menghasilkan alkohol sebagai produk
sampingan.
Ciri-ciri fermentasi alkohol:
1. terjadi pada sel Ragi (Saccharomyces cerreviceae).
2. menghasilkan alkohol sebagai produk sampingan. Alkohol mengakibatkan racun bagi organisme
tersebut.
3. dihasilkan energi sebesar 2 ATP + 2 NADH2
4. reaksi sederhananya:
2CH3COCOOH → 2CH3CH2OH + 2CO2 + 28 kkal

3. Fermentasi Asam Cuka


Fermentasi asam cuka merupakan
proses fermentasi yang
berlangsung dalam keadaan aerob
dan menghasilkan asam cuka.
Ciri-ciri fermentasi asam cuka
1. terjadi pada bakteri asam cuka
2. substratnya adalah Etanol
(Alkohol)
3. dihasilkan energi 5 kali lebih besar dari fermentasi alkohol, yaitu 10 ATP

16
E. SINTESIS PROTEIN

Protein merupakan suatu zat yang dibangun dari rantaian asam amino yang membentuk suatu struktur yang
dinamakan rantai polipeptida, sehingga seringkali protein juga disebut sebagai rantai polipeptida. Asam
amino adalah dasar penyusunan rantai polipeptida menjadi suatu jenis protein, asam amino terbentuk dari
rangkaian proses penterjemahan kode-kode yang berasal dari DNA dan RNA.
Gen adalah sebuah ―letak/posisi‖ pada kromosom yang memuat struktur yang bertanggung jawab
terhadap pewarisan sifat. Struktur yang dimaksud adalah DNA, yaitu salah satu jenis asam nukleat yang wajib
terdapat pada setiap makhluk hidup dan sering disebut sebagai zat dasar penyusun makhluk hidupDNA
(deoxiribosa nucleat acid). Merupakan molekul hidup karena dapat melakukan proses penggandaan diri
(replikasi) dan berdasarkan dari proses inilah proses pembentukan protein dapat terjadi. DNA merupakan
struktur yang berbentuk rantai yang panjang tersusun atas pensenyawaan phosphat, gula ribosa dan basa
nitrogen, DNA terdiri atas dua rantai yang saling berpilin, sering dingkat dengan sebutan berpilin ganda
(double helix). DNA berperan dalam pembentukan RNA yang memiliki struktur rantai yang lebih pendek dan
tunggal. Baik DNA maupun RNA memiliki 2 (dua) pasangan basa nitrogen, yaitu : Basa Purin dan Basa
Pirimidin. Pada DNA basa purin dan pirimidin terdiri atas:
A. Basa Purin terdiri atas Adenin (A) dan Guanin (G),
B. Basa Pirimidin terdiri atas Timin (T) dan Sitosin (C)

Gambar 23. Struktur DNA

I. Struktur DNA
Rantai DNA merupakan rantai yang berbentuk panjang serta berpilin ganda, pada rantai tersebut terdapat
ikatan Nukleotida dan Nukleosida. Perbedaan antara keduanya adalah pada gugus phosphat yang tidak
terdapat pada Nukleosida. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dari gambar ilustrasi berikut :

Gambar 24. Ilustrasi nukleosida dan nukleotida

Sehingga, Nukleotida terdiri atas rangkaian struktur phosphat sebagai ―rangka‖ DNA yang berikatan dengan
struktur Gula Ribosa dan selanjutnya mengikat salah satu basa nitrogen, purin ataupun pirimidin. Sedangkan
Nukleosida terdiri atas ikatan Gula Ribosa dan Salah satu Basa Nitrogen, purin ataupun pirimidin. Basa
nitrogen tersebut selalu berpasangan antara basa purin dan basa pirimidin, basa purin. Adenin (A) selalu
berpasangan dengan pasangan basanya Timin (T) dan basa purin Guanin (G) dan begitu juga sebaliknya.
Masing-masing pasangan basa tersebut berikatan antara satu dengan yang lainnya oleh atom hidrogen,

17
Adenin dan Timin saling berikatan dengan 2 atom hidrogen sedangkan ikatan antara guanin dan sitosin
dihubungkan dengan 3 atom hidrogen. Dan untuk memecahkan atau memutuskan ikatan -ikatan tersebut
diperlukan suatu struktur protein lain yang disebut RNA Polimerase.
Beberapa sifat rantai DNA antara lain :
1.Memiliki jumlah pasangan basa yang sama.
2.Urutan dan Pasangan DNA tiap spesies berbeda
3.Bersifat stabil
4.Menyimpan gen
5.Terdapat fragmen-fragmen yang berulang
Proses sintesa protein dimulai dengan pemecahan atau pemutusan DNA oleh RNA Polimerase,
yang kemudian rantai DNA tersebut dikode oleh RNAm, serangkaian kode DNA yang diterjemahkan tersebut
dinamakan rantai DNA Sense atau Template.

II. RNA (Ribosa Nucleat Acid).


Dalam rangkaian pembentukan Protein melalui proses penterjemahan kode, setelah pemotusan atau
pemotongan rantai DNA maka langkah selanjutnya adalah proses penterjemahan yang dilakukan oleh RNA
atau ribosa nucleat acid. RNA adalah Asam nukleat yang terbentuk dari proses penterjemahan rantai sense
DNA, memiliki struktur rantai yang lebih pendek daripada DNA karena hanya memuat 3 kode triplet pada tiap
rangkaian rantainya. Rantainya juga tidak berstruktur ganda, hanya berstruktur tunggal. Sama-sama memiliki
2 pasangan basa yaitu basa purin dan basa pirimidin, hanya terdapat perbedaan pada salah satu jenis basa
pirimidinnya. Pasangan Basa pada Rantai RNA antara lain :
A.Basa Purin, terdiri atas Adenin (A) dan Guanin (G)
B.Basa Pirimidin, terdiri atas Urasil (U) dan Sitosin (C)
RNA terbagi menjadi 3 macam, yaitu :
1. RNA messenger/duta, rantai RNA yang terbentuk sebagai hasil terjemahan dari rantai DNA sense
dalam nukleus.
2. RNA transfer, RNA yang bertugas menterjemahkan rantai RNA messenger/duta.
3. RNA ribosom, adalah RNA yang berperan dalam menterjemahkan kodon RNA transfer menjadi
rangkaian asam amino.

III. Proses Sintesis Protein


Seperti yang telah kita bahas dari awal, bahwa sintesa protein
dimulai dari proses replikasi DNA yang kemudian salah satu
rantainya yang lebih dikenal dengan DNA Sense atau DNA Template
yang kemudian diterjemahkan oleh RNA. Lebih Rinci proses tersebut
diurai dalam rangkaian proses sebagai berikut : Rantai double heliks
DNA diputus oleh struktur yang disebut RNA Polimerase, proses
tersebut membagi struktur rantai DNA menjadi 2 bagian yaitu : DNA
Sense atau DNA Template dan DNA Antisense. Bagian dari rantai
DNA yang digunakan pada proses sintesa polipeptida adalah DNA
Sense atau DNA Template yang kemudian diterjemahkan oleh
kodon-kodon yang terdapat pada RNA messenger. Proses ini terjadi
di sitoplasma, proses yang mengkode ulang urutan basa pada rantai
DNA sesuai dengan pasangan basanya yang terdapat pada rantai
RNA messenger. Secara detail proses tersebut dapat dilihat dari
ilustrasi contoh disamping sebagai berikut :

i. Transkripsi
Transkripsi adalah proses penterjemahan atau pengkodean rantai
DNA Sense oleh rantai mRNA sesuai dengan pasangan basanya
yang terdapat pada rantai mRNA. Transkripsi terjadi di dalam
nukleus, setelah proses penterjemahan selesai maka serangkaian
mRNA akan keluar menuju sitoplasma. Dalam sitoplasma mRNA
akan segera ditangkap oleh ribosom, yang kemudian akan
melaksanakan proses selanjutnya yaitu Translasi.

18
ii. Translasi
Translasi adalah proses pengkodean ulang rantai mRNA oleh tRNA sesuai kode pasangan basanya masing-
masing. Proses ini terjadi pada ribosom, setelah proses translasi terjadi maka proses berikutnya adalah
mensintesis anti kodon dari tRNA oleh RNAr yang selanjutnya berdasarkan kode-kode tersebutlah sintesa
asam amino dilakukan.
Contoh Proses Sintesa Asam Amino
Misalkan urutan Rantai DNA Double Helix DNA antisense:
3’TAG-CCG-GGA-CTG-GAT-TCG-TAC-CAT-ATC5’
Maka, DNA sense nya :
5’ATC-GGC-CCT-GAC-CTA-AGC-ATG-GTA-TAG3’
Rantai DNA ganda itu, dipotong oleh RNA polimerase dan yang digunakan adalah DNA sense :
5’ATC-GGC-CCT-GAC-CTA-AGC-ATG-GTA-TAG3’
Maka, mRNA (ARN d) sebagai hasil dari Proses Transkripsi :
UAG—CCG—GGA—CUG—GAU—UCG—UAC—CAU—AUC (mRNA)
Lalu mRNA menuju sitoplasma dan ditangkap ribosom, pada ribosom:
UAG—CCG—GGA—CUG—GAU—UCG—UAC—CAU—AUC (mRNA)
Kode tersebut, kemudian ditranslasikan oleh tRNA :
AUC—GGC—CCU—GAC—CUA—AGC—AUG—GUA—UAG (tRNA kodon)
tRNA kodon, dikode ulang menjadi tRNA antikodon :
UAG—CCG—GGA—CUG—GAU—UCG—UAC—CAU—AUC (tRNA antikodon)
tRNA antikodon ini kemudian disintesis menjadi asam amino :
Stop—Prolin—Glisin—Arginin—AsamAspartat—Serin—Tyrosin—Histidin—Isoleusin

Gambar 26. Tabel asam amino

19
F. PEMBELAHAN SEL

I. Pembelahan Sel
Sel merupakan bagian terkecil yang menyusun tubuh kita. Setiap sel dapat memperbanyak diri dengan
membentuk sel-sel baru melalui proses yang disebut pembelahan sel atau reproduksi sel . Pada organ-isme
bersel satu ( uniseluler ), seperti bakteri dan protozoa, proses pem-belahan sel merupakan salah satu cara
untuk berkembang biak. Protozoa melakukan pembelahan sel dari satu sel menjadi dua, dari dua sel menjadi
empat, dan dari empat sel menjadi delapan, dan seterusnya.
Pada makhluk hidup bersel banyak (multiseluler), pembelahan sel mengakibatkan bertambahnya
sel-sel tubuh. Oleh karena itu, terjadi proses pertumbuhan pada makhluk hidup. Pembelahan sel juga
berlangsung pada sel kelamin atau sel gamet yang bertanggung jawab dalam proses perkawinan antar
individu. Setelah dewasa, sel kelenjar kelamin pada tubuh manusia membelah membentuk sel-sel kelamin.
Seorang laki-laki menghasilkan sperma di dalam testis, sedangkan wanita menghasilkan sel telur atau ovum
di dalam ovarium. Pada dasarnya, pembelahan sel dibedakan menjadi dua, yaitu pembelahan secara
langsung (amitosis) dan pembelahan secara tidak langsung (mitosis dan meiosis).

1. Pembelahan Sel secara Langsung


Proses pembelahan secara langsung disebut juga pembelahan ami-tosis atau pembelahan biner.
Pembelahan biner merupakan proses pembelahan dari 1 sel menjadi 2 sel tanpa melalui fase-fase atau
tahap-tahap pembelahan sel. Pembelahan biner banyak dilakukan organisme uniseluler (bersel satu), seperti
bakteri, protozoa, dan mikroalga (alga bersel satu yang bersifat mikroskopis). Setiap terjadi pembelahan
biner, satu sel akan membelah menjadi dua sel yang identik (sama satu sama lain). Dua sel ini akan
membelah lagi menjadi empat, begitu seterus-nya. Pembelahan biner dimulai dengan pembelahan inti sel
menjadi dua, kemudian diikuti pembelahan sitoplasma. Akhirnya, sel terbelah menjadi dua sel anakan.
Pembelahan biner dapat terjadi pada organisme prokariotik atau eukariotik tertentu. Perbedaan antara
organisme prokariotik dan eukariotik, terutama berdasarkan pada ada tidaknya membran inti selnya.
Membran inti sel tersebut membatasi cairan pada inti sel ( nukleoplasma) dengan cairan di luar inti sel,
tempat terdapatnya organel sel (sitoplasma).
Organisme prokariotik tidak mempunyai membran inti sel, sedangkan organisme eukariotik
mempunyai membran inti sel. Oleh karena itu, eukariotik dikatakan mempunyai inti sel (nukleus) sejati.
Pembelahan biner pada organisme prokariotik terjadi pada bakteri. DNA bakteri terdapat pada daerah yang
disebut nukleoid. DNA pada bakteri relatif lebih kecil dibandingkan dengan DNA pada sel eukariotik. DNA
pada bakteri berbentuk tunggal, panjang dan sirkuler sehingga tidak perlu dikemas menjadi kromosom
sebelum pembelahan. Contoh organisme eukariotik yang mengalami pembelahan biner adalah bakteri dan
amoeba

Gambar 27. pembelahan sel secara langsung

20
2. Pembelahan Sel secara Tidak Langsung (Mitosis dan Meiosis)
Pembelahan sel secara tidak langsung adalah pembelahan yang melalui tahapan-tahapan tertentu. Setiap
tahapan pembelahan ditandai dengan penampakan kromosom yang berbeda-beda. Di dalam inti sel terdapat
benang-benang kromatin. Ketika sel akan membelah, benang-benang kromatin ini menebal dan memendek,
yang kemudian disebut kromosom. Kromosom dapat berikatan dengan warna tertentu, sehingga mudah
diamati dengan mikroskop. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kromosom merupakan benang pembawa
sifat. Di dalam kromosom terdapat gen sebagai faktor pembawa sifat keturunan.
Pada waktu sel sedang membelah, terjadi proses pembagian kromosom di dalamnya. Tingkah laku
kromosom selama sel membelah dibedakan menjadi fase-fase atau tahap-tahap pembelahan sel.
Pembelahan sel yang terjadi melalui fase-fase itulah yang disebut pembelahan secara tidak langsung.
Pembelahan sel secara tidak langsung dibedakan menjadi dua, yaitu pembelahan mitosis dan meiosis .
Sebelum kalian mempelajari lebih jauh tentang pembelahan sel secara tidak langsung, Proses pertumbuhan
dan perkembangan jaringan atau organ tu-buh organisme terjadi melalui proses pembelahan sel secara
mitosis. Pembelahan mitosis adalah pembelahan sel yang menghasilkan sel anakan dengan jumlah
kromosom sama dengan jumlah kromosom induknya. Proses pembelahan mitosis terjadi pada semua sel
tubuh makhluk hidup, kecuali pada jaringan yang menghasilkan gamet (sel kelamin).
Pada pembelahan mitosis, satu sel induk membelah diri menjadi dua sel anakan. Sel anakan ini mewarisi
sifat sel induknya dan memiliki jumlah kromosom yang sama dengan induknya. Jika sel induk memi-liki 2n
kromosom, maka setiap sel anakan juga memiliki 2n kromosom. Jumlah 2n ini disebut juga kromosom diploid
. Pembelahan mitosis terjadi selama pertumbuhan dan reproduksi secara aseksual.
Pada manusia dan hewan, pembelahan mitosis terjadi pada sel meristem somatik (sel tubuh) muda yang
mengalami pertum-buhan dan perkembangan. Sebagai contoh, sel telur yang telah dibuahi sperma akan
membelah beberapa kali secara mitosis untuk membentuk embrio. Sel-sel pada embrio ini terus-menerus
membelah secara mitosis dan akhirnya terbentuk bayi. Pertumbuhan manusia dari bayi hingga dewasa juga
melalui mekanisme pembelahan sel secara mitosis.
Pembelahan meiosis yang disebut juga sebagai pembelahan reduksi merupakan pembelahan sel
induk dengan jumlah kromosom diploid (2n) menghasilkan empat sel anakan. Setiap sel anakan mengandung
separuh kromosom sel induk atau disebut haploid (n). Pembelahan meiosis terjadi pada proses pembentukan
sel gamet (sel kelamin) pada organ reproduksi (testis atau ovarium). Pada manusia atau hewan, sperma yang
haploid dihasilkan di dalam testis dan sel telur yang juga haploid dihasilkan di dalam ovarium. Pada tumbuhan
berbunga, sel gamet dihasilkan di dalam putik dan benang sari. Pembentukan gamet jantan dan gamet betina
terjadi melalui tahapan gametogenensis (dibahas pada subbab tersendiri). Penyatuan kedua gamet akan
menghasilkan zigot dengan variasi genetik. Ini disebabkan karena sel anakan merupakan hasil penyatuan
dua sel yang berbeda materi genetiknya. Perpaduan ini menyebabkan adanya variasi genetik.

II. Tahapan Pembelahan Mitosis


Pembelahan sel secara mitosis meliputi sejumlah tahapan tertentu.
Sebenarnya, pembelahan mitosis hanyalah sebagian kecil dari
siklus sel. Siklus sel terdiri dari fase pembelahan mitosis (M) dan
periode pertumbuhan yang disebut interfase. Interfase merupakan
bagian ter-besar dari siklus sel. Interfase terdiri dari tiga sub fase,
yaitu fase G1 (pertumbuhan primer), fase S (sintesis) , dan fase G2
(pertumbuhan sekunder ).

Gambar 28. Siklus sel

Pembelahan mitosis merupakan pembelahan yang menghasil-kan sel-sel tubuh (sel somatik).
Secara garis besar, pembelahan sel secara mitosis terdiri dari fase istirahat (interfase ), fase pembelahaninti
sel ( kariokinesis ), dan fase pembelahan sitoplasma (sitokinesis). Bagaimanakah ciri-ciri setiap fase
pembelahan tersebut? Untuk menge-tahuinya, simaklah penjelasan berikut.

21
1. Interfase (Fase Istirahat)
Pada tahap ini, sel dianggap sedang istirahat dan tidak melaku-kan pembelahan. Namun, interfase
merupakan tahap yang penting untuk mempersiapkan pembelahan atau melakukan metabolisme sel. Pada
interfase, tingkah laku kromosom tidak tampak karena berbentuk benang-benang kromatin yang halus.
Walaupun begitu, sel anak yang baru terbentuk sudah melakukan metabolisme. Sel perlu tumbuh dan
melakukan berbagai sintesis sebelum memasuki proses pembelahan berikutnya.Apa saja kegiatan sel pada
saat interfase? Pada saat interfase, sel mengalami subfase berikut.
a. Fase Pertumbuhan Primer ( Growth 1 disingkat G1 )
Sel yang baru terbentuk mengalami pertumbuhan tahap pertama. Pada subfase ini, sel-sel belum
mengadakan replikasi DNA yang masih bersifat 2n (diploid). Sementara organel-organel yang ada di
dalam sel, seperti mitokondria, retikulum endoplasma, kompleks golgi, dan or-ganel lainnya
memperbanyak diri guna menunjang kehidupan sel.
b. Fase Sintesis (S)
Pada subfase ini, sel melakukan sintesis materi genetik. Materi ge-netik adalah bahan-bahan yang
akan diwariskan kepada keturunannya, yaitu DNA. DNA dalam inti sel mengalami replikasi
(penggandaan jumlah salinan). Jadi, subfase sintesis (penyusunan) menghasilkan 2 salinan DNA.
c. Fase Pertumbuhan Sekunder ( Growth 2 disingkat G2 )
Setelah DNA mengalami replikasi, subfase berikutnya adalah per-tumbuhan sekunder (G2). Pada
subfase ini, sel memperbanyak organel-organel yang dimilikinya. Ini bertujuan agar organel-organel
tersebut dapat diwariskan kepada setiap sel turunannya. Pada subfase ini, rep-likasi DNA telah
selesai dan sel bersiap-siap mengadakan pembelahan secara mitosis. Selain itu, inti sel (nukleus)
telah terbentuk dengan jelas dan terbungkus membran inti.
Pada fase ini, inti sel mempunyai satu atau lebih nukleolus (membran inti sel). Di luar inti terdapat
dua sentrosom yang terbentuk oleh replikasi sentrosom pada tahap sebelumnya. Sentrosom
mengala-mi perpanjangan menyebar secara radial yang isebut aster (bintang). Pada sentrosom
terdapat sepasang sentriol yang berfungsi menentukan orientasi pembelahan sel. Walaupun
kromosom telah diduplikasi pada fase S, namun pada fase G2, kromosom belum dapat dibedakan
secara individual karena masih berupa benang-benang kromatin. Setelah ketiga tahapan interfase
dilalui, sel telah siap menjalani pembelahan secara mitosis. Seperti fase interfase, pembelahan
pembelahan mitosis.

2. Pembelahan Mitosis
Pembelahan mitosis menghasil-kan sel anakan yang identik dengan induknya. Secara garis besar, fase
pembelahan mitosis terbagi menjadi dua fase, yaitu fase pembelahan inti ( kariokinesis ) dan fase
pembelahan sitoplasma ( sitokinesis).Kariokinesis adalah fase pembelahan inti sel. Secara rinci, fase
kariokinesis dibagi menjadi empat subfase, yaitu profase, metafase, anafase, dan telofase. Sekarang, marilah
kita bahas keempat subfase tersebut.

Gambar 29. Tahap pembelahan Mitosis


a Profase
Pada permulaan profase, di dalam nukleus mulai terbentuk kro-mosom , yaitu benang-benang rapat
dan padat yang terbentuk akibat menggulungnya kromatin. Pada fase ini, kromosom dapat dilihat

22
menggunakan mikroskop. Selanjutnya, nukleolus menghilang dan terjadi duplikasi kromosom (kromosom
membelah dan memanjang) menghasilkan 2 kromosom anakan yang disebut kromatid . Kedua kromatid
tersebut bersifat identik sehingga disebut kromatid kembar (sister chromatid ), yang bersatu atau
dihubungkan oleh sentromer pada lekukan kromosom. Perhatikan Gambar 4.6. Sentromer merupakan
bagian kromosom yang menyempit, tampak lebih terang dan membagi kromosom menjadi 2 lengan.
Pada akhir profase, di dalam sitoplasma mulai terbentuk gelendong pembelahan ( spindel ) yang
berasal dari mikrotubulus. Mikrotubulus tersebut memanjang, seolah-olah mendorong dua sentrosom di
sepanjang permukaan inti sel (nukleus). Akibatnya, sentrosom sa ling menjauh. Proses ini kemudian
berlanjut ke fase berikutnya, yaitu metaphase.

b Metafase
Tahap awal metafase (prometafase) ditandai dengan semakin memadatnya kromosom (kromosom
ini terdiri dari 2 kromatid) dan terpecahnya membran inti (membran nukleus). Hal ini menyebabkan
mikrotubulus dapat menembus inti sel dan melekat pada struktur khusus di daerah sentromer setiap
kromatid, disebut kinetokor . Oleh karena itu, kinetokor ini berfungsi sebagai tempat bergantung bagi
kromosom. Sebagian mikrotubulus yang melekat pada kinetokor disebut mikro-tubulus kinetokor,
sedangkan mikrotubulus yang tidak memperoleh kinetokor disebut mikrotubulus non kinetokor. Sementara
itu, mikrotubulus non kinetokor berinteraksi dengan mikrotubulus lain dari kutub sel yang berlawanan. Pada
metafase, kromosom tampak jelas.
Pada tahap metafase sesungguhnya, sentrosom telah berada pada kutub sel. Dinding inti sel
menghilang. Sementara itu, kromosom me-nempatkan diri pada bidang pembelahan yang disebut bidang
metafase. Bidang ini merupakan bidang khayal yang terletak tepat di tengah sel, seperti garis katulistiwa
bumi sehingga disebut juga bidang ekuator. Pada bidang ini, sentromer dari seluruh kromosom terletak
pada satu baris yang tegak lurus dengan gelendong pembelahan. Kinetokor pada setiap kromatid
menghadap pada kutub yang berlainan. Dengan letak kromosom berada di bidang pembelahan, maka
pembagian jumlah informasi DNA yang akan diberikan kepada sel anakan yang baru, benar-benar rata dan
sama jumlahnya. Tahapan ini merupakan akhir dari metafase.

c Anafase
Setelah berakhirnya tahap metafase, pembelahan sel berlanjut pada tahap anafase. Tahap anafase
ditandai dengan berpisahnya kromatid saudara pada bagian sentromer kromosom. Gerak kromatid ini
disebabkan tarikan benang mikrotubulus yang berasal dari sentriol pada kutub sel. Kalian telah mengetahui
bahwa mikrotubulus melekat pada sentromer. Hal ini menyebabkan sentromer tertarik terlebih dahulu.
Akibatnya, sentromer berada di depan dan bagian lengan kromatid berada di belakang. Struktur ini seperti
huruf V.
Gerakan ini menempuh jarak sekitar 1μm (10-6 meter) tiap menit. Pada saat bersamaan,
mikrotubulus non kinetokor semakin memanjang sehingga jarak kedua kutub sel semakin jauh. Selanjutnya,
masing-masing kromatid bergerak ke arah kutub yang berlawanan dan berfungsi sebagai kromosom
lengkap, dengan sifat keturunan yang sama (identik). Untuk menjalankan tugasnya ini, mikrotubulus telah
mengalami peruraian pada bagian kinetokornya.
Salah satu perbedaan sel tumbuhan dan sel hewan adalah ada tidak sentriol. Pada sel tumbuhan,
peran sentriol digantikan oleh kromosom sehingga arah pembelahan tetap menuju ke kutub sel. Pada sel
hewan, sentriol pada kutub sel merupakan arah yang dituju oleh gerakan kromatid saat pembelahan.

d Telofase
Bentuk selnya memanjang akibat peran mikrotubulus non kinetokor. Benang-benang kromatin mulai
longgar. Dengan demikian, fase kariokinesis yang menghasilkan dua inti sel anak yang identik secara
genetik telah berakhir, namun dua inti sel masih berada dalam satu sel. Agar kedua inti terpisah menjadi sel
baru, perlu adanya pembelahan sitoplasma yang disebut sitokinesis. Sitokinesis terjadi, segera setelah
telofase selesai. Pada fase sitokinesis terjadi pembelahan sitoplasma diikuti pembentukan sekat sel baru,
sehingga terbentuk dua sel anakan. Pada sel hewan, sitokinesis ditandai dengan pembentukan alur
pembelahan melalui pelekukan permukaan sel di sekitar bekas bidang ekuator. Di sepanjang alur
melingkar, terdapat mikrofi lamen yang terdiri dari protein aktin dan miosin. Protein tersebut berperan dalam
kontraksi otot atau pergerakan sel yang lain. Kontraksi ini semakin ke dalam sehingga menjepit sel dan
membagi isi sel menjadi 2 bagian yang sama. Berbeda dengan sel hewan, sel tumbuhan mempunyai

23
dinding sel yang keras. Oleh karena itu, pada sitokinensis tidak terbentuk alur pembelahan. Sitokinesis
terjadi dengan pembentukan pelat sel (cell plate ) yang terbentuk oleh vesikula di sekitar bidang ekuator.
Vesikula-vesikula yang dibentuk oleh badan golgi tersebut saling bergabung. Penggabungan juga terjadi
dengan membran plasma diikuti terbentuknya dinding sel yang baru oleh materi dinding sel yang dibawa
oleh vesikula.

III. Pembelahan Meiosis


Makhluk hidup yang sejenis mempunyai jumlah kromosom yang sama pada setiap sel. Manusia mempunyai
46 kromosom, kecuali pada sel reproduksi atau sel kelaminnya. Sel kelamin pada manusia hanya mempunyai
setengah jumlah kromosom sel tubuh lainnya, yaitu 23 kromosom. Jumlah setengah kromosom (haploid) ini
diperlukan untuk menjaga agar jumlah kromosom anak tetap 46. Kalian telah mengetahui bahwa anak
terbentuk dari perpaduan antara sel kelamin betina (sel telur) dan sel kelamin jantan (sperma). Perpadu an
kedua sel kelamin yang ma-sing-masing memiliki 23 kromosom ini akan menghasilkan sel anak (calon janin)
yang mempunyai 46 kromosom. Oleh sebab itu, pembelahan meio-sis sangat berpengaruh dalam
perkembang an makhluk hidup.
Pembelahan meiosis disebut juga pembelahan reduksi, yaitu pengurangan jumlah kromosom pada
sel-sel kelamin (sel gamet jantan dan sel gamet betina). Sel gamet jantan pada hewan (mamalia) diben-tuk di
dalam testis dan gamet betinanya dibentuk di dalam ovarium. Gamet jantan pada tumbuhan dibentuk di
dalam organ reproduktif berupa benang sari, sedangkan gamet betinanya dibentuk di dalam pu-tik. Sel
kelamin betina pada hewan berupa sel telur, sedangkan pada tumbuhan berupa putik. Pada dasarnya, tahap
pembelahan meiosis serupa dengan pembelahan mitosis. Hanya saja, pada meiosis terjadi dua kali
pembelahan, yaitu meiosis I dan meiosis II. Masing-masing pembelahan meiosis terdiri dari tahap-tahap yang
sama, yaitu profase, metafase, anafase, dan telofase.

1. Tahap Meiosis I
Seperti halnya pembelahan mitosis, sebelum mengalami pembe-lahan meiosis, sel kelamin perlu
mempersiapkan diri. Fase persiapan ini disebut tahap interfase . Pada tahap ini, sel melakukan persiapan
berupa penggandaan DNA dari satu salinan menjadi dua salinan (seperti interfase pada mitosis). Tingkah
laku kromosom masih belum jelas terlihat karena masih berbentuk benang-benang halus (kro-matin)
sebagaimana interfase pada mitosis. Selain itu, sentrosom juga bereplikasi menjadi dua (masing-masing
dengan 2 sentriol), seperti tampak pada gambar di samping. Sentriol berperan dalam menentu-kan arah
pembelahan sel.
Setelah terbentuk salinan DNA, barulah sel mengalami tahap pembelahan meiosis I yang diikuti tahap
meiosis II. Tahap meiosis I ter-diri atas profase I, metafase I, anafase I, dan telofase I, serta sitokinesis I.
Bagaimanakah ciri-ciri setiap fase pembelahan tersebut? Berikut akan dibahas fase-fase meiosis I pada sel
hewan dengan 4 kromosom diploid (2n = 2).

Gambar 30. Tahap Pembelahan Meiosis 1

24
a. Profase I
Pada tahap meiosis I, profase I merupakan fase terpanjang atau terlama dibandingkan fase lainnya
bahkan lebih lama daripada tahap profase pada pembelahan mitosis. Profase I dapat berlangsung dalam
beberapa hari. Biasanya, profase I membutuhkan waktu sekitar 90% dari keseluruhan waktu yang
dibutuhkan dalam pembelahan meiosis. Tahapan ini terdiri dari lima subfase, yaitu leptoten, zigoten,
pakiten, iploten, dan diakinesis.
1) Leptoten
Subfase leptoten ditandai adanya benang-benang kromatin yang memendek dan menebal. Pada
subfase ini mulai terbentuk sebagai kromosom homolog.
2) Zigoten
Kromosom homolog saling berdekatan atau berpasangan menurut panjangnya. Peristiwa ini disebut
sinapsis. Kromosom homolog yang berpasangan ini disebut bivalen (terdiri dari 2 kro-mosom homolog).
3) Pakiten
Kromatid antara kromosom homolog satu dengan kromosom homolog yang lain disebut sebagai
kromatid bukan saudara ( non sister chromatids ). Dengan demikian, pada setiap kelompok sinap-sis
terdapat 4 kromatid (1 pasang kromatid saudara dan 1 pasang kromatid bukan saudara). Empat kromatid
yang membentuk pa-sangan sinapsis ini disebut tetrad
4) Diploten
Setiap bivalen me ngandung empat kromatid yang tetap berkaitan atau berpasangan di suatu titik
yang disebut kiasma (tunggal). Apabila titik-titik perlekatan tersebut lebih dari satu disebut kiasmata.
Proses perlekatan atau persilangan kromatid-kromatid disebut pindah silang ( crossing over ). Pada
proses pin-dah silang, dimungkinkan terjadinya pertukaran materi genetik (DNA) dari homolog satu ke
homolog lainnya. Pindah silang inilah yang memengaruhi variasi genetik sel anakan.
5) Diakinesis
Pada subfase ini terbentuk benang-benang spindel pembela-han (gelendong mikrotubulus).
Sementara itu, membran inti sel atau karioteka dan nukleolus mulai lenyap.Profase I diakhiri dengan
terbentuknya tetrad yang mem-bentuk dua pasang kromosom homolog. Setelah profase I berakhir,
kromosom mulai bergerak ke bidang metafase.

b. Metafase I
Pada metafase I, kromatid hasil duplikasi kromosom homolog berjajar berhadap-hadapan di sepanjang
daerah ekuatorial inti (bidang metafase I). Membran inti mulai menghilang. Mikrotubulus kinetokor dari
salah satu kutub melekat pada satu kromosom di setiap pasangan. Sementara mikrotubulus dari kutub
berlawanan melekat pada pasang-an homolognya. Dalam hal ini, kromosom masih bersifat diploid.

c. Anafase I
Setelah tahap metafase I selesai, gelendong mikrotubulus mulai menarik kromosom homolog sehingga
pasangan kromosom homolog terpisah dan masing-masing menuju ke kutub yang berlawanan Gambar
4.16). Peristiwa ini mengawali tahap anafase I. Namun, kromatid saudara masih terikat pada
sentromernya dan bergerak sebagai satu unit tunggal. Inilah perbedaan antara anafase pada mitosis dan
meiosis. Pada mitosis, mikrotubulus memisahkan kromatid yang bergerak ke arah berlawanan. Coba
pelajari lagi tahap anafase pada mitosis.

d. Telofase I
Pada telofase, setiap kromosom homolog telah mencapai kutub-kutub yang berlawanan. Ini berarti
setiap kutub mempunyai satu set kromosom haploid. Akan tetapi, setiap kromosom tetap mempunyai dua
kromatid kembar. Pada fase ini, membran inti muncul kembali. Peristiwa ini kemudian diikuti tahap
selanjutnya, yaitu sitokinesis. Sitokinesis merupakan proses pembelahan sitoplasma. Tahap sitokinesis
terjadi secara simultan dengan telofase.Artinya, terjadi secara bersama-sama. Tahap ini merupakan tahap
di antara dua pembelahan meiosis.
Pada tahap ini tidak terjadi perbanyakan (replikasi) DNA. Hasil pembelahan meiosis I menghasilkan
dua sel haploid yang mengandung setengah jumlah kromosom homolog. Meskipun demiki-an, kromosom
tersebut masih berupa kromatid saudara (kandungan DNA-nya masih rangkap). Untuk menghasilkan sel
anakan yang mem-punyai kromosom haploid diperlukan proses pembelahan selanjutnya, yaitu meiosis II.
Jarak waktu antara meiosis I dengan meiosis II disebut dengan interkinesis . Tujuan meiosis II adalah

25
membagi kedua salinan DNA pada sel anakan yang baru hasil dari meiosis I. Meiosis II terjadi pada
tahap-tahap yang serupa seperti meiosis I

2. Tahap Meiosis II
Tahap meiosis II juga terdiri dari profase, metafase, anafase, dan telo-fase. Tahap ini merupakan kelanjutan
dari tahap meiosis I. Masing-masing sel anakan hasil pembelahan meiosis I akan membelah lagi menjadi dua.
Sehingga, ketika pembelahan meiosis telah sempurna, dihasilkan empat sel anakan. Hal yang perlu diingat
adalah bahwa jumlah kromo-som keempat sel anakan ini tidak lagi diploid (2n) tetapi sudah haploid
(n). Proses pengurangan jumlah kromosom ini terjadi pada tahap meiosis II.

Gambar 32. Tahap Pembelahan Meiosis II

a. Profase II
Fase pertama pada tahap pembelahan meiosis II adalah profase II (Gambar 4.18a). Pada fase ini,
kromatid saudara pada setiap sel anakan masih melekat pada sentromer kromosom. Sementara itu,
benang mi-krotubulus mulai terbentuk dan kromosom mulai bergerak ke arah bidang metafase. Tahap ini
terjadi dalam waktu yang singkat karena diikuti tahap berikutnya.

b. Metafase II
Pada metafase II, setiap kromosom yang berisi dua kromatid, me-rentang atau berjajar pada bidang
metafase II (Gambar 4.18b). Pada tahap ini, benang-benang spindel (benang mikrotubulus) melekat pada
kinetokor masing-masing kromatid.

c. Anafase II
Fase ini mudah dikenali karena benang spindel mulai menarik kromatid menuju ke kutub pembelahan
yang berlawanan. Akibatnya, kromosom memisahkan kedua kromatidnya untuk bergerak menuju kutub
yang berbeda. Kromatid yang terpisah ini se-lanjutnya berfungsi sebagai kromosom individual.

d. Telofase II
Pada telofase II, kromatid yang telah menjadi kromosom menca-pai kutub pembelahan. Hasil akhir
telofase II adalah terbentuknya 4 sel haploid, lengkap dengan satu salinan DNA pada inti selnya (nuklei).
Selama telofase II, terjadi pula sitokinesis II, ditandai adanya sekat sel yang memisahkan tiap inti sel.

26
Akhirnya terbentuk 4 sel kembar yang haploid. Berdasarkan uraian di depan, sel-sel anakan sebagai hasil
pembelahan meiosis mempunyai sifat genetis yang bervariasi satu sama lain. Variasi genetis yang dibawa
sel kelamin orang tua menyebabkan munculnya keturunan yang bervariasi juga.

IV Gametogenesis
Gametogenesis memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangbiakan hewan. Gametogenesis
pada hewan yang akan kita pelajari dibagi menjadi dua, yaitu spermatogenesis dan oogenesis.
Spermatogenesis merupakan proses pembentukan gamet jantan (sperma).Sementara oogenesis adalah
proses pembentuk an gamet betina (ovum) atau sel telur).

a. Spermatogenesis
Sperma berbentuk kecil, lonjong, berfl agela, dan secara keselu-ruhan bentuknya menyerupai
kecebong (berudu). Flagela pada sperma digunakan sebagai alat gerak di dalam medium cair. Sperma
dihasilkan pada testis. Pada mamalia, testis terdapat pada hewan jantan sebagai buah pelir atau buah zakar.
Buah pelir pada manusia berjumlah sepasang.
Di dalam testis terdapat saluran-saluran kecil yang disebut tubulus seminiferus . Pada dinding
sebelah dalam saluran inilah, terjadi proses spermatogenesis. Di bagian tersebut terdapat sel-sel induk
sperma yang bersifat diploid (2n)
yang disebut spermatogonium
.Pembentukan sperma terjadi
ketika spermatogonium
mengalami pembelahan mitosis
menjadi spermatosit primer (sel
sperma primer). Selanjutnya, sel
spermatosit primer mengalami
meiosis I menjadi dua spermatosit
sekunder yang sama besar dan
bersifat haploid. Setiap sel
spermatosit sekunder mengalami
meiosis II, sehingga terbentuk 4
sel spermatid yang sama besar
dan bersifat haploid. Mula-mula,
spermatid berbentuk bulat, lalu
sitoplasmanya semakin banyak
berkurang dan tumbuh menjadi sel
spermatozoa yang berfl agela dan
dapat bergerak aktif. Berarti, satu
spermatosit primer menghasilkan
dua spermatosit sekunder dan
akhirnya terbentuk 4 sel
spermatozoa yang masing-masing
bersifat haploid dan fungsional.
Gambar 33. Tahap Spermatogenesis

b. Oogenesis
Oogenesis merupakan proses pembentukan sel kelamin betina atau gamet betina yang disebut sel telur atau
ovum. Oogenesis terjadi di dalam ovarium. Di dalam ovarium, sel induk telur yang disebut oogonium tumbuh
besar sebagai oosit primer sebelum membelah secara meiosis. Berbeda dengan meiosis I pada
spermatogenesis yang menghasilkan 2 spermatosit sekunder yang sama besar. Meiosis I pada oosit primer
menghasilkan 2 sel dengan komponen sitoplasmik yang berbeda, yaitu 1 sel besar dan 1 sel kecil. Sel yang
besar disebut oosit sekunder , sedangkan sel yang kecil disebut badan kutub primer ( polar body ).
Oosit sekunder dan badan kutub primer mengalami pembelahan meiosis tahap II. Oosit sekunder
menghasilkan dua sel yang berbeda. Satu sel yang besar disebut ootid yang akan berkembang menjadi
ovum. Sedangkan sel yang kecil disebut badan kutub.Sementara itu, badan kutub hasil meiosis I juga

27
membelah menjadi dua badan kutub sekunder. Jadi, hasil akhir oogenesis adalah satu ovum (sel telur) yang
fungsional dan tiga badan kutub yang me ngalami degenerasi.

Gambar 34. Tahap Oogenesis

28
SOAL LATIHAN

1. Berikut ini, manakah yang akan menyebabkan reduksi tiba-tiba pada jumlah kalium yang keluar dari sel?
(Nilai 0,5)
A. Meningkatnya permeabilitas membran terhadap kalium
B. Hiperpolarisasi potensial membran
C. Menurunnya konsentrasi kalium ekstraseluler
D. Penurunan aktivitas pompa natrium-kalium
E. Menurunnya konsentrasi natrium ekstraseluler

2. Terapi paling efektif saat ini untuk pasien AIDS adalah menggunakan azidothynidine (AZT), dideoxynosine
(DDI), dan saquinavir atau agen-agen serupa. Penggunaan tiga obat di atas menghambat proses virus yang
mana? (Nilai 0,5)
A. Rnase, Dnase
B. Pembentukan gp120
C. Ekspresi antibodi p24
D. Sintesis semua membran
E. Transkriptase balik, protease

3. Efek Pasteur, suatu penurunan pada laju konsumsi glukosa ketika sel ragi yang ditumbuhkan secara
anaerob didedahkan pada O2 , dapat disebabkan oleh: (Nilai 0,5)
A. Inhibisi dari fosfofructokinase oleh ATP dan sitrat
B. Peningkatan konsentrasi ADP dan AMP karena hidrolisis ATP
C. Penurunan perolehan ATP per molekul glukosa
D. Ketidakberpasangannya fosforilasi oksidatif dari transport-elektron
E. Stimulasi pemecahan glikogen

4. Semua proses berikut ini terjadi pada jalur yang memicu sekresi protein teregulasi pada sel hewan, kecuali:
(Nilai 1)
A. Pembentukan vesikel transport dari RE kasar
B. Peningkatan konsentrasi ion kalsium sitosolik sebelum sekresi terjadi
C. Fosforilasi residu mannosa pada suatu glycoprotein
D. Pembentukan oligosaccharida N-linked
E. Sintesis sekuens sinyal terminal-amino

+ + +
5. Walaupun proton (H ) mirip dengan ion-ion positif seperti Na dan K dalam pergerakannya melintasi
membran, pada beberapa kasus proton memiliki keunikan. Berikut ini manakah pernyataan yang SALAH
mengenai pergerakan proton di dalam sel? (nilai 1)
A. Proton sangat aktif bergerak ketika di dalam air, berpindah dalam sekejap melalui jaringan ikatan
hidrogen dari molekul air dengan berdisosiasi dari satu molekul air ke molekul air di dekatnya.
B. Energi dari aliran proton dapat digunakan sebagai penggerak flagella bakteri Gram negatif
C. Pada peristiwa kemiosmosis, proton dipompa melalui mekanisme reduksi-oksidasi dari pembawa-
pembawa elektron.
D. Proton bergerak melintasi protein yang terbenam di dalam membran dengan cara berpindah dari satu
rantai samping asam amino ke yang lain.
E. Adanya rantai transpor elektron pada mitokondria mengakibatkan peningkatan pH di ruang antar
membran.

6. Pernyataan dibawah ini adalah perbedaan antara sistem regulasi ekspresi prokaryota dan eukaryota,
kecuali... (nilai 1)
A. Pada prokaryota hanya dijumpai satu jenis RNA polimerase, sedangkan pada eukaryota memiliki lebih
dari satu jenis RNA polimerase
B. Faktor sigma diperlukan untuk perlekatan RNA polimerase dengan tepat pada promoter prokaryota
C. Ekspresi gen pada prokaryota dipengaruhi oleh cis-acting element dan trans-acting gene product
D. Represi transkripsi menjadi sisi penting dari regulasi ekspresi gen prokaryota
29
E. Agar transkripsi gen eukaryota dapat terjadi, diperlukan histone acetylase (HAT) untuk memfasilitasi
pengikatan general transcription factor pada daerah inisiator.

7. Manakah model berikut ini yang menjelaskan efek umur maternal manusia pada peristiwa gagal berpisah
meiosis? (nilai 1)
A. Protein pre-RC (recombination complex) terurai setelah beberapa saat yang lama
B. Securing tidak stabil selama periode waktu yang lama
C. Microtubul spindle memiliki waktu paruh yang pendek
D. Kompleks cohesin terurai
E. A, B, dan D

8. Berikut ini adalah sekuens bagian ujung dari satu untai DNA yang akan anda amplifikasi dengan
menggunakan metode PCR.
5’ ACC CCC TCC AGA ----------------------------------GGG CCA GCG TAT 3’
3’ TGG GGG AGG TCT --------------------------------- CCC GGT CGC ATA 5’
Manakah dari sekuens berikut yang merupakan set primer yang sesuai untuk melakukan
pekerjaan anda? (Nilai 1)
A. Forward = 5’ ACC CCC TCC AGA 3’, Reverse = 5’ ATA CGC TGG CCC 3’
B. Forward = 5’ AGA CCT CCC CCA 3’, Reverse = 5’ CCC GGT CGC ATA 3’
C. Forward = 5’ TTG GGG AGG TCT 3’, Reverse = 5’ TAT GCG ACC GGG 3’
D. Forward = 5’ AAA GGG CCA GCG 3’, Reverse = 5’ TTT CGG AAG TCT 3’
E. Forward = 5’ GGG CCA GCG TAT 3’, Reverse = 5’ TCT GGA GGG GGT 3’

30

Anda mungkin juga menyukai