Anda di halaman 1dari 3

Masjid Cheng Ho Palembang

Masjid Cheng Hoo Sriwijaya Palembang

Masjid Cheng Hoo Sriwijaya Palembang


Informasi umum
Letak Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia

Afiliasi agama Islam

Deskripsi arsitektur

Jenis arsitektur Masjid


Gaya
China
arsitektur
Tahun selesai 2006

Masjid Cheng Hoo Palembang sebenarnya bernama Masjid Al Islam Muhammad Cheng
Hoo Sriwijaya Palembang adalah Masjid bernuansa Muslim Tionghoa yang berlokasi di
Jakabaring Palembang. Masjid ini didirikan atas prakarsa para sespuh, penasehat, pengurus
Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Sumsel, dan serta tokoh masyarakat Tionghoa di
sekitar Palembang.

Selain itu, Mesjid yang dibangun dengan perpaduan unsur Cina, melayu, dan nusantara ini
sudah menyelesaikan beberapa bagian masjid seperti rumah imam, pagar sekeliling, dan
mengaktifkan Tempat Pendidikan Al-Quran untuk anak-anak secara gratis. Pembangunan
masjid ini diawali dengan peletakkan batu pertama 2003. Modal awal pembangunan masjid
itu sekitar Rp 150 juta dari hasil kumpul-kumpul dengan kawan-kawan di PITI. Tanah tempat
masjid berdiri merupakan hibah dari pemerintah daerah dan baru diresmikan pada 2006.
Sejarah

Laksamana Cheng Hoo

Keberadaan Laksamana Cheng Ho tak dipisahkan dari Palembang. Sejak melakukan


pelayaran mengelilingi dunia, Cheng Ho sempat tiga kali datang ke Palembang. Cheng Ho
adalah seorang kasim Muslim yang menjadi orang kepercayaan Kaisar Yongle dari Tiongkok
(berkuasa tahun 1403-1424), kaisar ketiga dari Dinasti Ming. Nama aslinya adalah Ma He,
juga dikenal dengan sebutan Ma Sanbao ( 馬 三 保 ), berasal dari provinsi Yunnan. Ketika
pasukan Ming menaklukkan Yunnan, Cheng Ho ditangkap dan kemudian dijadikan orang
kasim. Ia adalah seorang bersuku Hui, suku bangsa yang secara fisik mirip dengan suku Han,
namun beragama Islam.

Alam penyebaran Islam di Indonesia, selain dilakukan para pedagang dari Arab dan
sekitarnya, ternyata para pedagang asal Tionghoa ikut berperan menyebarkan Islam di daerah
pesisir Palembang. Di sini pula peran Laksamana Cheng Ho dalam menyebarkan Islam di
Palembang. Armada Cheng Ho sebanyak 62 buah kapal dan tentara yang berjumlah 27.800
yang dipimpinnya itu pernah empat kali berlabuh di pelabuhan tua di Palembang. Pada 1407
Kota Palembang yang berada di bawah kekuasaan Sriwijaya pernah meminta bantuan armada
Tiongkok yang ada di Asia Tenggara untuk menumpas perampok-perampok Tionghoa
Hokkian yang mengganggu ketenteraman. Kepala perampok Chen Tsu Ji tersebut berhasil
diringkus dan dibawa ke Peking. Semenjak itu, Laksamana Cheng Ho membentuk
masyarakat Tionghoa Islam di Kota Palembang yang memang sudah ada sejak zaman
Sriwijaya banyak didiami orangorang Tionghoa. Gerombolan perompak yang dipimpin Chen
Tsu Ji, sebenarnya bekas seorang perwira angkatan laut China asal Kanton. Dia melarikan
diri ketika Dinasti Ming berkuasa. Pelariannya berlabuh di Palembang. Kedatangannya ke
Palembang telah membuat resah para pedagang yang singgah. Sebab, Chen Tsu Ji membawa
ribuan pengikutnya dan membangun basis kekuasaan di Palembang, atau dalam bahasa
China, po-lin-fong, yang berarti ”pelabuhan tua.” Selama berkuasa di Palembang, Chen Tsu
Ji menguasai daerah sekitar muara Sungai Musi, perairan Sungsang, dan Selat Bangka. Anak
buah Chen Tsu Ji merompak semua kapal yang melintasi perairan itu. Kebetulan atau tidak,
daerah-daerah itu sampai kini jadi kantung-kantung bandit Palembang. Selama perjalanan
Cheng Ho antara 1405–1433 M, dia pernah empat kali ke Palembang. Tahun 1407 masehi,
armada Cheng Ho mampir ke Palembang dalam rangka menumpas perompak yang dipimpin
Chen Tsui Ji tersebut. Kemudian, pada tahun 1413–1415M, 1421–1422M, dan tahun 1431–
1433 M, armada Cheng Ho berlabuh ke Palembang. Setelah memberantas para perampok,
Laksamana Cheng Ho berlabuh hingga tiga kali ke Palembang. Namun, tidak ada yang tahu
maksud dan tujuannya.[1]

Arsitektur
Masjid Sriwijaya Muhammad Cheng Hoo, sebuah masjid yang berlokasi di Jakabaring ini
punya disain arsitektur China, mampu menampung jamaah sekitar 600 dan berlantai 2.

Masjid Cheng Ho punya desain arsitektur yang unik, yang memadukan unsur-unsur budaya
lokal Palembang dengan nuansa Cina dan Arab. Masjid yang dibangun di atas tanah 5.000
meter persegi ini berada di sebuah kompleks perumahan kelas menengah. Menara di kedua
sisi masjid meniru klenteng-klenteng di Cina, dicat warna merah dan hijau giok.

Masjid ini mulai digunakan sejak Agustus 2008. Tidak ada pembatas yang memisahkan
jamaah laki-laki dan perempuan di dalam masjid. Laki-laki salat di lantai pertama, sedang
perempuan di lantai kedua. Di lingkungan masjid ini ada sebuah rumah kecil buat imam,
sebuah kantor, sebuah perpustakaan, dan sebuah ruang serbaguna.

Fungsi
Fungsi masjid Cheng Ho lebih dari sekadar tempat ibadah. Masjid ini menghelat kegiatan-
kegiatan agama dan kemasyarakatan, dan telah menjadi sebuah tujuan wisata, yang menarik
para pengunjung dari Malaysia, Singapura, Taiwan dan bahkan Rusia.

Masjid Cheng Ho menjadi bukti bahwa di Indonesia ada ruang bagi para warga untuk
mengekspresikan identitas unik mereka – percampuran tradisi dan budaya Tionghoa dan
Islam dalam konteks lokal Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai