Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Endurance 3(2) Juni 2018 (271-277)

PELAKSANAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


TERHADAP KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PERAWAT RUMAH
SAKIT
Sentya Putri*, Santoso, Endang Purnawati Rahayu
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
*
Email : sentyasudi@gmail.com

Submitted :12-10-2017, Reviewed:24-10-2017, Accepted:04-12-2017


DOI: http://doi.org/10.22216/jen.v3i2.2686

ABSTRAK
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Kejadian kecelakaan kerja
sering terjadi pada tenaga kesehatan khususnya perawat rumah sakit. Oleh karena itu, diperlukan upaya
pembinaan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) agar terhidar dari kecelakaan kerja.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
(pengetahuan, sikap, pelatihan, promosi dan pengawasan) terhadap kejadian kecelakaan kerja pada
perawat Rumah Sakit X di Pekanbaru tahun 2017. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
analitik survey dengan desain penelitian Analytic Cross-sectional. Populasi adalah seluruh perawat
ruangan P, I dan 4 ruangan Rawat Inap Rumah Sakit X di Pekanbaru berjumlah 164 orang, dengan
sampel menggunakan teknik total populasi. Analisis data meliputi analisis univariat, bivariat dengan uji
chi square, multivariat dengan uji regresi logistik ganda. Hasil penelitian diperoleh variabel yang
memiliki hubungan sebab akibat terhadap kejadian kecelakaan kerja yaitu sikap p value 0,001, pelatihan
p value 0,001 dan promosi p value 0,001 dan yang menjadi confounding adalah variabel pengetahuan
terhadap variabel pelatihan. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah menjadikan pelaksanaan K3
menjadi bagian yang terpenting bagi perawat. Saran kepada pihak rumah sakit bersama dengan komite
K3RS agar meningkatkan pengetahuan perawat mengenai K3 melalui sosialisasi, pelatihan, rapat
internal ruangan perawatan secara berkala.

Kata Kunci : Sikap, pelatihan, promosi

ABSTRACT
Occupational accidents are unexpected events. Incident of occupational accident often happened to
health officer especially nurse. Therefore, it is necessary efforts to foster the implementation of
occupational safety and health (OHS) in order to avoid occupational accident. The aim of this research
is to analyze the effect of implementation occupational health and safety (OHS) (knowledge, attitude,
training, promotion and supervision) of the incidence of occupational accidents for nurses at Hospital
X in Pekanbaru 2017.The research is quantitative analytic survey research using Cross-sectional
Analitics. The Population is all nurses from P, I, 4 Inpatient room at Hospital X in Pekanbaru. Its
amounted to 164 people, using technique of total population. Data analysis with univariate analysis,
bivariate analysis with chi square test, multivariate analysis with multiple logistic regression test. The
results of the reaserch showed that effect occupational accidents are attitude p value 0,001, training p
value 0,001, promotion p value 0,001 and the confounding is a knowledge variable to training variable.
The conlusion of the research is to make the implementation of occupational helath and safety become
the most impotant for nurse. Recommended to the hospital along with occupational health and safety
committee to improve the knowledge of nurses on occupational health and safety through socialization,
training, and internal meeting of the periodic.

Keywords : Attitude, training, promotion

Kopertis Wilayah X 271


Jurnal Endurance 3(2) Juni 2018 (271-277)

PENDAHULUAN
Rumah sakit merupakan sarana (KK) di sarana umum kesehatan secara
pelayanan yang bergerak dibidang umum belum tercatat dengan baik, namun
pelayanan jasa kesehatan yang mempunyai menurut Departemen Kesehatan (Depkes)
beragam persoalan tenaga kerja yang rumit 2007, diketahui bahwa risiko bahaya yang
dengan berbagai risiko terkena penyakit dialami oleh pekerja di rumah sakit adalah
akibat kerja bahkan kecelakaan akibat kerja infeksi HIV (0,3%), risiko pajanan
sesuai jenis pekerjaannya sehingga membrane mukosa (1%), risiko pajanan
berkewajiban menerapkan upaya kulit (<1%) dan sisanya tertusuk jarum,
pembinaan Keselamatan dan Kesehatan terluka akibat pecahan gigi yang tajam dan
Kerja Rumah Sakit (K3RS). Upaya ini bor metal ketika melakukan pembersihan
dijalankan agar terhidar dari adanya risiko gigi, low back paint akibat mengangkat
kecelakaan kerja (Astono, 2010). beban melebihi batas, gangguan
Kecelakaan kerja merupakan kejadian yang pernapasan, dermatitis dan hepatitis
tidak terjadi secara kebetulan, melainkan (Depkes, 2007).
ada sebabnya. Oleh karena ada Beberapa komponen pelayanan
penyebabnya, sebab kecelakaan harus kesehatan di rumah sakit, perawat adalah
diteliti dan ditemukan, agar untuk salah satu tenaga pelayanan kesehatan yang
selanjutnya dengan tindakan korektif yang berinteraksi dengan pasien yang
ditujukan kepada penyebab itu serta dengan intensitasnya paling tinggi dibandingkan
upaya preventif lebih lanjut kecelakaan komponen lainnya. Perawat sebagai
dapat dicegah dan kecelakaan serupa tidak anggota inti tenaga kesehatan yang
berulang kembali (Suma’mur, 2013). jumlahnya terbesar di rumah sakit (40-
Data dari Massachussetts 60%) dan dimana pelayanan keperawatan
Departement of Public Health (MDPH) yang diberikan merupakan bagian integral
USA pada Maret 2012, dari 98 orang rumah dari pelayanan kesehatan memiliki peran
sakit yang dilakukan surveilans periode kunci dalam mewujudkan keselamatan dan
Januari sampai Desember 2010, terdapat kesehatan kerja (K3) di Rumah Sakit
2.947 orang pekerja rumah sakit mengalami (Depkes, 2007).
cedera terkena benda tajam termasuk jarum Rumah Sakit X merupakan rumah
suntik. Sebanyak 1.060 orang perawat, sakit rujukan dan rumah sakit pendidikan di
1.078 orang tenaga dokter, 511 orang Pekanbaru. Rumah Sakit X memiliki 6
tenaga teknisi phlebotomy dan sisanya kategori fasilitas pelayanan yaitu fasilitas
1.119 orang tenaga pelayan pendukung rawat jalan, fasilitas instalasi rawat darurat,
lainnya (Letitia K. Davis, 2013). fasilitas rawat inap, fasilitas penunjang,
Dalam laporan Bureau Labor fasilitas penunjang diagnostic dan terapi
Statistics USA (2009) bahwa tingkat serta fasilitas unggulan (Profil Rumah Sakit
kejadian hilang hari kerja di rumah sakit X, 2015).
akibat cedera terpeleset (slip), tersandung RSUD X dengan berbagai macam
(trip) dan terjatuh (fall). Slip, Trip and Fall bentuk pelayanannya memiliki berbagai
(STF) adalah 38,2 per 10.000 karyawan macam masalah K3, potensi bahaya
rumah sakit. Dalam aktivitas pekerjaannya, tersebut adalah bahaya biologi seperti
tenaga kesehatan di rumah sakit mengalami penularan penyakit virus Human
STF sering terjadi cedera yang serius Immunociency Virus (HIV), Hepatitis,
hingga berakibat hari kerja hilang, Tuberculosis (TBC). Bahaya kimia dari
produktivitas berkurang, klaim kompensasi obat farmasi. Bahaya radiasi sinar X-Ray,
yang mahal dan kemampuan berkurang bahaya fisik lingkungan kerja, benda tajam,
dalam merawat pasien (NIOSH, 2010). terjatuh, shift kerja, kelelahan, back pain,
Di Indonesia, data mengenai Penyakit kecelakan kerja, ergonomi, kebakaran,
Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja gempa dan lainnya. Kecelakaan kerja di

Kopertis Wilayah X 272


Jurnal Endurance 3(2) Juni 2018 (271-277)

Rumah Sakit X merupakan salah satu independen (pengetahuan, sikap, pelatihan,


bentuk masalah K3 yang perlu diupayakan promosi dan pengawasan) maupun variabel
pencegahan dan penanggulangannya. dependen (kejadian kecelakaan kerja).
Pengetahuan, sikap serta pelaksanaan K3 Definisi operasional variabel
tersebut dapat mempengaruhi kecelakaan dependen penelitian ini adalah kecelakaan
kerja pada tenaga perawat merupakan salah kerja yaitu kejadian kecelakaan yang dialami
satu upaya pencegahan dan perawat (tertusuk benda tajam, terjatuh,
penanggulangan kecelakaan kerja. terpeleset, terkena cairan darah, terjepit,
Berdasarkan laporan data kejadian terkena arus listrik, dll) di tempat kerjanya saat
tertusuk jarum tahun 2016 mengalami berdinas dan melakukan tindakan keperawatan
peningkatan dari tahun 2015 terdiri dari yang diukur melalui kuisioner dengan skala
ruangan I, P dan 4 ruangan rawat inap. Pada ukur ordinal menggunakan hasil ukur
tahun 2015, petugas yang melaporkan pernah dan tidak pernah. Definisi
kejadian tertusuk jarum ada 10 orang, pada operasional variabel independen dalam
tahun 2016 ini bertambah menjadi 11 penelitian ini adalah variabel pengetahuan
orang. Dari kejadian terpapar atau tertusuk yaitu Segala sesuatu yang diketahui tenaga
jarum infeksius disebabkan oleh petugas perawat yang terkait dengan K3 dengan
masih melakukan recapping yaitu menutup kategori Kurang ≤ 56% (<12), Cukup56-
kembali jarum dan spuit setelah digunakan 76% (12-17) dan Baik > 76% (>17). Untuk
dengan dua tangan, petugas masih variabel sikap yaitu Reaksi atau respon tenaga
perawat dalam program dan pelaksanaan K3
melakukan estapet dalam pembuangan
sampah benda tajam dan dikumpulkan skala yang digunakan skala Likert, dengan
dalam satu wadah terbuka, petugas tidak kategori Negatif ≤ Mean (≤37) dan Positif
langsung membuang benda tajam atau > Mean (>37). Untuk variabel pelatihan
jarum bekas pasien ke dalam safety box yaitu Pengalaman belajar terstruktur mengenai
K3RS yang pernah diikuti oleh perawat yang
atau kontainer benda tajam, sampah benda
diselenggarakan oleh komite K3RS dengan
tajam masih bercampur dengan sampah
kategori lengkap dan tidak lengkap. Untuk
medis yaitu di dalam kantong plastik
variabel promosi yaitu Informasi atau
kuning, petugas tidak membuang sampah sosialisasi kegiatan yang dilakukan oleh bagian
benda tajam ketika sudah ¾ penuh. K3 kepada tenaga perawat untuk meningkatkan
Penelitian ini bertujuan untuk keselamatan dan kesehatan kerja pada tenaga
menganalisis hubungan pengetahuan, perawat dengan kategori lengkap dan tidak
sikap, pelatihan, promosi dan pengawasan lengkap. Untuk variabel pengawasan yaitu
terhadap kejadian kecelakaan kerja pada Pemantauan kepada perawat yang dilakukan
perawat serta menganalisis variabel yang oleh komite K3RS terhadap pelaksanaan
paling dominan terhadap kejadian prosedur keselamatan dan kesehatan kerja
kecelakaan kerja pada perawat Rumah dengan kategori Tidak Baik (0), Kurang
Sakit . Baik (5-1) dan Baik (6).
Analisis data menggunakan analisis
METODE PENELITIAN bivariat dilakukan dengan uji Chi-Square,
Jenis penelitian kuantitatif analitik dan multivariat dengan uji Regresi
survey dengan desain penelitian Studi Logistik.
Penampang Analitik yang dilaksanakan
pada bulan Juli- Agustus 2017. Dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
populasi seluruh tenaga perawat Rumah Hasil uji bivariat terdapat
Sakit X yang berjumlah 175 orang dengan keseluruhan variabel independen
teknik pengambilan sampel Total populasi. mempunyai hubungan yang signifikan
Teknik pengumpulan data menggunakan dengan kejadian kecelakaan kerja yaitu
data primer yang dikumpulkan melalui pengetahuan (pvalue=0,007), sikap
wawancara dengan kuisioner, baik variabel (pvalue=0,001), pelatihan (pvalue=0,001),

Kopertis Wilayah X 273


Jurnal Endurance 3(2) Juni 2018 (271-277)

promosi (pvalue=0,001) dan pengawasan mengikuti pelatihan 6 kali berisiko


(pvalue=0,014). Berdasarkan nilai OR terhadap kejadian kecelakaan kerja.
maka perawat yang memiliki pengetahuan Perawat yang tidak lengkap mendapatkan
cukup 12 kali berisiko terhadap kejadian sosialisasi promosi K3 19 kali berisiko
kecelakaan kerja (CI 95% 1.55-93.78). terhadap kejadian kecelakaan kerja.
Perawat yang memiliki sikap negative 17 Perawat yang mendapatkan pengawasan
kali berisiko terhadap kejadian kecelakaan kurang baik 6 kali berisiko terhadap
kerja. Perawat yang tidak lengkap kejadian kecelakaan kerja (lihat tabel 1).

Tabel 1.
Hubungan Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan
Kejadian Kecelakaan Kerja
Kejadian Kecelakaan Kerja
p POR CI
Variabel Tidak Pernah Pernah Total value 95%
n % n % n
Pengetahuan
Cukup 66 44.6 82 55.4 148 12.07
Baik 1 6.2 15 93.8 16 0.007 (1.55-93.78)
Total 67 40.9 97 59.1 164
Sikap
Negatif 65 50.4 64 49.6 129 16.75
Positif 2 5.7 33 94.3 35 0.001 (3.85-72.76)
Total 67 40.9 97 59.1 164
Pelatihan
Tidak Lengkap 49 61.2 31 38.8 80 5.79
Lengkap 18 21.4 66 78.6 84 0.001 (2.91-11.53)
Total 67 40.9 97 59.1 164
Promosi
Tidak Lengkap 44 83 9 17 53 18.70
Lengkap 23 20.7 88 79.3 111 0.001 (7.98-43.82)
Total 67 40.9 97 59.1 164
Pengawasan
Kurang Baik 65 44.5 81 55.5 146 6.42
Baik 2 11.1 16 88.9 18 0.014 (1.42-28.93)
Total 67 40.9 97 59.1 164

Hasil analisis multivariate dapat kerja adalah sikap perawat dengan nilai OR
disimpulkan bahwa yang berhubungan = 22,392 artinya perawat yang memiliki
secara bermakna dengan kejadian sikap negative berisiko 22 kali mengalami
kecelakaan kerja adalah sikap, pelatihan kejadian kecelakaan kerja dibandingkan
dan promosi. Hasil analisis didapatkan dengan perawat yang bersikap positif (CI
bahwa variabel yang paling dominan 95% 4,091-122,559) (lihat tabel 2).
berhubungan dengan kejadian kecelakaan

Kopertis Wilayah X 274


Jurnal Endurance 3(2) Juni 2018 (271-277)

Tabel 2.
Permodelan Multivariat Tahap Akhir
95% C.I. for EXP (B)
No Variabel p value POR Lower Upper
1 Sikap 0.001 22.392 4.091 122.559
2 Pelatihan 0.001 4.695 1.856 11.876
3 Promosi 0.001 14.359 4.779 43.146
4 Pengetahuan 0.072 10.913 0.811 146.945

Hubungan antara Sikap dengan akan mengurangi kejadian kecelakaan


Kejadian Kecelakaan Kerja kerja.
Variabel sikap merupalan variabel Atas dasar rekomendasi diatas maka perlu
yang paling dominan berhubungan dengan adanya peran serta Rumah Sakit khususnya
kejadian kecelakan kerja. Perawat yang bagian Komite K3RS untuk memberikan
memiliki sikap negative berisiko 22 kali informasi dan ketetapan standar
mengalami kejadian kecelakaan kerja operasional prosedur yang sesuai dengan
dibandingkan dengan perawat yang pelaksanaan K3 secara bertahap dan
bersikap positif (CI 95% 4,091-122,559). menyeluruh.
Menurut Honda dkk (2014) dalam
penelitian di Thailand, terdapat hubungan Hubungan antara Pelatihan dengan
yang signifikan antara sikap perawat Kejadian Kecelakaan Kerja
terhadap pencegahan cidera/ kecelakaan Variabel pelatihan berhubungan
akibat benda tajam dan terjadinya cidera secara signifikan dengan kejadian
akibat benda tajam. Perawat yang memiliki kecelakaan kerja dengan nilai pvalue 0.001.
sikap negative terhadap pencegahan cidera Kekuatan hubungan antara pelatihan
benda tajam hampir dua kali cenderung dengan kejadian kecelakaan kerja sebesar
terkena cidera benda tajam dibandingkan 4,6945 (CI 95% 1,856-11,876) yang berarti
dengan yang bersikap positif. Rumah sakit perawat yang tidak lengkap mengikuti
dapat mengurangi jumlah kejadian tertusuk pelatihan berisiko 5 kali mengalami
benda tajam dengan meningkatkan sikap kejadian kecelakaan kerja dibandingkan
perawat dimana sikap sangat berhubungan dengan perawat yang lengkap mengikuti
dengan perilaku. Penelitian ini sesuai juga pelatihan.
dengan penelitian yang dilakukan oleh Pelatihan keselamatan dan kesehatan
Salawati (2009) dan Sandewa (2014) kerja merupakan pelatihan yang
bahwa sikap ada hubungan dengan kejadian diselenggarakan dan diarahkan untuk
kecelakaan kerja. membekali, meningkatkan, dan
Direkomendasikan kepada perawat mengembangkan kemampuan,
untuk bersikap positif terhadap prosedur produktivitas, dan kesejahteraan tenaga
pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja. Kebutuhan pelatihan keselamatan
kerja dalam bentuk mendukung/ dan kesehatan kerja di Rumah Sakit satu
menyetujui segala program K3 khususnya dengan Rumah Sakit lain berbeda sesuai
untuk pencegahan kecelakaan kerja maka sifat bahaya, skala kegiatan dan kondisi
diusahakan adanya sikap yang pro aktif petugas kesehatan (Ramli, 2010). Pelatihan
untuk mengaplikasikan ilmu baru tentang keselamatan dan kesehatan kerja sangat
pelaksanaan keselamatan dan kesehatan penting mengingat kebanyakan kecelakaan
kerja. Semakin pro aktif mengaplikasikan terjadi pada pekerja yang belum terbiasa
ilmu baru maka akan semakin bersikap bekerja secara selamat. Penyebabnya
positif tentang pelaksanaan K3 sehingga adalah ketidaktahuan tentang bahaya atau
cara mencegahnya meskipun tahu tentang

Kopertis Wilayah X 275


Jurnal Endurance 3(2) Juni 2018 (271-277)

adanya suatu resiko. Menurut Piri (2015) mudah diakses seluruh perawat sehingga
dalam penelitian di Kota Tomohon, promosi K3 dapat terlaksana dengan baik.
terdapat hubungan yang signifikan antara Atas dasar rekomendasi diatas maka
pelatihan terhadap kejadian kecelakaan perlu adanya pemanfaatan media sosialisasi
kerja. oleh bagian Komite K3RS yang berisi
Direkomendasikan kepada perawat tentang prosedur K3 terutama untuk
untuk mengikuti pelatihan dan pencegahan kejadian kecelakaan kerja.
mengaplikasikan ilmu yang didapat dalam Untuk itu maka diperlukan media
melaksanakan tugas yang mengacu pada sosialisasi seperti whatsapp yang dapat di
prosedur K3 terutama untuk pencegahan akses dengan mudah oleh perawat tentang
kejadian kecelakaan kerja. informasi pelaksanaan K3, sehingga efisien
Atas rekomendasi tersebut perlu dan efektif dalam menyampaikan promosi
dilaksanakan pelatihan K3 oleh komite K3. Media sosial tersebut dapat
K3RS yang lengkap dan secara berkala bagi mengakomodir kebutuhan informasi, ilmu
seluruh perawat agar memiliki pengetahuan baru, praktik terbaik tentang
dan keterampilan dalam pelaksanaan tugas penanggulangan kecelakaan kerja yang
sesuai prosedur. Perlu dilaksanakan dikelola oleh Komite K3RS.
pelatihan K3RS secara berkala,
komprehensif dan merata pada seluruh Variabel Independen yang tidak
perawat yang bertugas di Rumah Sakit X berhubungan dengan Kejadian
Pekanbaru. Perlu peran Komite K3RS Kecelakaan Kerja
untuk menyelenggarakan pelatihan internal Pengetahuan
bagi seluruh perawat di Rumah Sakit X Hasil penelitian menunjukkan tidak
Pekanbaru secara berkala tanpa terkecuali ada hubungan antara pengetahuan terhadap
dengan membuat daftar checklist nama kejadian kecelakaan kerja pada perawat
perawat yang sudah lengkap mengikuti dikarenakan pada pertanyaan tentang
pelatihan secara berkala. veriabel tentang variabel pengetahuan bias
terjadi bias informasi yaitu pertanyaan
Hubungan antara Promosi Keselamatan dalam kuesioner tersebut tidak dapat
dan Kesehatan Kerja dengan Kejadian dimengerti oleh responden.
Kecelakaan Kerja Pengawasan
Pada penelitian ini menunjukkan Hasil penelitian menunjukkan tidak
bahwa promosi berhubungan secara ada hubungan antara pengawasan terhadap
signifikan dengan kejadian kecelakaan kejadian kecelakaan kerja pada perawat.
kerja dengan nilai pvalue 0.001 (CI 95% Mungkin karena pertanyaan yang diajukan
4,779-43,146) dengan POR 14,359 yang hanya susah dijawab, sehingga untuk
berarti perawat yang tidak lengkap penelitian lebih lanjut perlu disusun
mendapatkan sosialisasi promosi K3 pertanyaan yang lebih baik.
berisiko 14 kali mengalami kejadian
kecelakaan kerja dibandingkan dengan SIMPULAN
perawat yang lengkap mendapatkan Berdasarkan hasil analisis penelitian
sosialisasi promosi K3. Penelitian ini sesuai dan pembahasan dapat diketahui bahwa
dengan penelitian yang dilakukan oleh tidak ada hubungan yang signifikan
Salawati (2009) dan Piri (2015) bahwa pengetahuan terhadap kejadian kecelakaan
promosi K3 ada hubungan dengan kejadian kerja, adanya hubungan yang signifikan
kecelakaan kerja. sikap terhadap kejadian kecelakaan kerja,
Direkomendasikan supaya perawat adanya hubungan yang signifikan pelatihan
dapat mencegah terjadinya kecelakaan dengan kejadian kecelakaan kerja, adanya
kerja maka diupayakan media sosialisasi hubungan yang signifikan promosi dengan
untuk memberikan promosi K3 yang kejadian kecelakaan kerja, tidak ada

Kopertis Wilayah X 276


Jurnal Endurance 3(2) Juni 2018 (271-277)

hubungan yang signifikan pengawasan Department of Public Health


terhadap kejadian kecelakaan kerja serta Occupational Health Surveillance
variabel yang paling dominan yaitu sikap Program. Available at:
terhadap kejadian kecelakaan kerja. http://www.mass.gov/
Pihak Manajemen Rumah Sakit X eohhs/docs/dph/occupational-
bersama dengan Komite Keselamatan dan health/injuries/injuries-hospital-
Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) agar 2008.pdf. Massachu setts USA.
meningkatkan pengetahuan perawat
mengenai Keselamatan dan Kesehatan NIOSH. (2010). Slip , Trip , and Fall
Kerja (K3) melalui sosialisasi, pelatihan Prevention for Healthcare Workers.
K3, rapat internal ruangan perawatan Available at:
berkala sebelum bekerja diharapkan timbul http://www.cdc.gov/niosh/docs/2011
peningkatan sikap positif perawat tentang -123/pdfs/2011-123.pdf.
K3 serta timbul kesadaran pribadi dan
Piri, Sovian. (2015). Pengaruh Kesehatan,
membudayakan K3.
Pelatihan dan Penggunaan Alat
Pelindung Diri terhadap Kecelakaan
UCAPAN TERIMA KASIH
Kerja pada pekerja Konstruksi di
Ucapan terima kasih ditujukan
Kota Tomohon., 2(4). Available at.
kepada Direktur Utama RS X dan Komite
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol
K3RS yang telah memberikan izin dam
2 No. 4 November 2015
membantu penelitian ini dilakukan. Tidak
lupa ucapan terimakasih saya haturkan Ramli, S. (2013). Sistem Manajemen
kepada kedua orang tua yang telah Keselamatan dan Kesehatan Kerja
memberikan motivasi, doa dan materi OHSAS 18001, Jakarta: Dian Rakyat
dalam kelancaran penyusunan karya ilmiah
ini. Salawati, Liza. (2009). Hubungan Perilaku,
Manajemen Keselamatan dan
DAFTAR PUSTAKA Kesehatan Kerja dengan terjadinya
Astono, S. & Wichaksana, A. (2002). Kecelakaan Kerja di Laboraturium
Penyakit Akibat Kerja di Rumah Sakit Patologi Klinik Rumah Sakit Umum
dan Pencegahannya. Jakarta: Cermin Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.,
Dunia Kedokteran. Tesis, Program Studi Pascasarjana
IKM-FKM USU, Medan.
Depkes. (2007). Pedoman Pelaksanaan
Kewaspadaan Universal di Sandewa, S. (2014). Hubungan Perilaku
Pelayanan Kesehatan, Jakarta: dengan Risiko Kecelakaan Kerja
Departemen Kesehatan RI. Available pada Perawat di Ruang Rawat Inap
at: http://depkes.go.id. RSUD Labuang Baji Makassar., 5(4).
Available at. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Honda, M., Chompikul J,. Rattanapan. Diagnosis Vol 5 No. 4. Stikes Nani
(2014). Sharps Injuries among Hasanuddin Makasar.
Nurses in a Thai Regional Hospital:
Prevalence and Risk Factors. Suma'mur. (2013). Higiene Perusahaan
http://www.theijoem.com/ijoem/inde dan Kesehatan Kerja (HIPERKES).
x.php/ ijoem/ Jakarta: CV. Sagung Seto.
article/download/109/215wwww.thei
joem.com Vol 2 Number 4
Letitia K. Davis, S.D. (2011). Sharps
Injuries among Hospital Workers in
Massachusetts. In Massachusetts

Kopertis Wilayah X 277

Anda mungkin juga menyukai