Anda di halaman 1dari 5

Nama : Kimiyaus Sa’adah

NIM : 2018210103
Kelas : Hukum Komersial (AC)

SURAT BERHARGA 1

A. Uraian umum surat berharga

1. Pengertian
Surat-surat Berharga adalah surat-surat yang bersifat dan mempunyai nilai seperti uang tunai dan
dapat ditukarkan dengan uang tunai. Adapun sifat dari surat-surat berharga ialah dapat
diperdagangkan dan dapat dialihkan hak tagihannya kepada lain orang. Menurut hukum terdapat 2
macam klausula bagi surat berharga, yakni :

 Klausula “atas pembawa” (to bearer/aantoonder)


 Klausula “atas nama” (to order/aan order)

2. Penyerahan
Penyerahan suatu surat berharga berarti bawah semua hak atas tagihan yang disebutkan dalam
surat tersebut dialihkan kepada pemegangnya yang baru. Setiap pemegang yang jujur dari suatu
surat berharga akan dilindungi haknya oleh Undang-undang. Perlindungan terhadap pemegang
yang jujur itu dapat kita lihat dalam undang-undang misalnya untuk wesel diatur dalam pasal 115
KUHD.

3. Endosemen
Endosemen berarti penyerahan suatu surat atas tunjuk atau onderpapier oleh seorang yang
berhak/pemegang kepada orang lain dengan disertai pernyataan mengalihkan haknya atas surat itu
yang ditulis pada surat itu juga. Asal kata “endosemen” adalah berasal dari bahasa Perancis yang
berarti “pernyataan yang ditulis di bagian punggung atau belakang (endos) dari suatu surat”.

4.Sebagai alat bukti dan surat legitimasi


Diterbitkannya sehelai surat berharga tentunya mempunyai latar belakang perikatan yang
menyebabkan penerbitannya. Sehingga surat itu mempunyai peranan penting sebagai alat bukti dari
perikatan tersebut yang menjadi dasar diterbitkannya surat berharga itu. Penerbitan sehelai surat
berharga hanyalah bermaksud untuk melakukan pembayaran dari suatu hutang yang telah ada
sebelumnya. Sehingga fungsi dari surat berharga adalah sebagai alat bukti terhadap hutang yang
telah ada itu.
B. Macam macam surat berharga

1. Cek
Cek adalah warkat yang berupa perintahd ari nasabah kepada banknya yang ditanda tangani oleh
nasabah yang bersangkutan sebagai penariknya, untuk membayar tanpa syarat suatu jumlah uang
tertentu kepada suatu orang/pihak tertentu atau yang ditunjuk olehnya, atau kepada pembawa.

Tertarik (drawee) atau pihak yang harus membayar suatu cek haruslah suatu bank yang mempunyai
dana di bawah pengawasannya guna kepentingan penarik. Dana menurut persetujuannya, tegas atau
diam-diam, penarik berhak menggunakannya dengan menarik cek.

a) Jumlah nominal
Dalam suatu cek harus disebutkan suatu jumlah uang tertentu dan jumlah itu ditulis bukan saja
dengan huruf selengkap-lengkapnya, melainkan juga harus ditulis dengan angka.

b) Tempat pembayaran
Walaupun dalam undang-undang dinyatakan bahwa setiap cek bilamana di dalamnya tidak
etrdapat salah satu syarat formil sebagaimana yang disyaratkan di atas, maka cek itu tidak berlaku
sebagai cek, akan tetapi undang-undang telah memberikan pengecualian dalam hal “tempat
pembayaran”.

c) Kewajiban penarik
Menurut undang-undang, setiap penarik dari suatu cek berkewajiban untuk mengusahakan agar
pada hari bayarnya, pada si tertarik (bank) telah tersedia dana yang cukup guna pembayaran cek
tersebut. Demikian bunyi pasal 190a KUHD.

d) Tenggang waktu 70 hari


Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa suatu cek yang dikeluarkan ataupun yang harus
dibayar di Indonesia, harus diajukan untuk pembayarannya dalam tenggang waktu 70 hari.
Tenggang waktu berjalan mulai dari hari yang disebut sebagai tanggal penarikannya (pasal 206
KUHD).

e) Cek-silang (crossed cheque)


Cek-silang atau Crossed cheque adalah sehelai cek yang diberi dua garis miring yang sejajar pada
bagian muka cek itu. Ketentuan-ketentuan tentang cek silang diatur dalam Buku Kesatu Bab VII
Bagian Kelima pasal 214 dan pasal 215 KUHD. Dalam pasal 214 ayat 2 KUHD disebutkan ada 2
macam cek silang/crossed cheque, yakni :
 Cek silang Umum (General Crossing/Algemene kruising)
 Cek silang Khusus (Special Crossing/Bijzondere kruising)

1) Cek-silang Umum

Suatu cek-silang umum adalah sehelai cek yang diberi tanda berupa dua garis sejajar pada
bagian muka cek itu dan di antara dua garis itu tidak terdapat/tidak dimuat suatu petunjuk
atau nama sesuatu bank. Jadi hanya semata-mata diberi dua garis yang sejajar saja tanpa ada
suatu kata apapun. Suatu cek-silang umum mempunyai akibat hukum bahwa cek itu hanya
dapat dibayar oleh bank pembayar kepada :

a) Setiap bank yang menyerahkannya, atau

b) Kepada nasabah bank pembayar yang menyerahkan cek itu.

2) Cek-silang Khusus

Suatu cek-silang khusus adalah sehelai cek yang diberi tanda berupa dua haris sejajar pada
bagian muka cek itu dan di antara dua garis itu terdapat nama suatu bank. Sedangkan bagi
cek-silang yang pemegangnya adalah nasabah bank pembayar biaanya cek itu disetorkan ke
dalam rekening nasabah yang bersangkutan dan bilmana ia membutuhkan tunainya, iapun
akan menarim lagi dananya itu dengan menarik cek atas banknya (bank pembayar).

f) Post-date cheque
“Post-date cheque” atau cek yang diberi tanggal kemudian (dalam dunia perbankan di
Indonesia umumnya disebut sebagai “cek-tanggal”) adalah sehelsai cek yang ditarik oleh
penariknya dengan diberi tanggal yang akan datang, dengan maksud agar cek itu diuangkan
pada tanggal yang telah ditentukan dalam cek tersebut.

g) Cek hilang
Bagi pemegang yang kehilangan suatu cek, ia tidak dapat meminta pembayarannya kepada
tertarik/bank pembayar.

h) Cek sebagai jaminan kredit


Adapun alasannya ialah bahwa cek-cek yang dijaminkan itu pada hakekatnya dalah post-date,
sedangkan bank menyadari bahwa cek itu pada saat diterimanya belum tersedia dananya (cek
kosong).
2. Bilyet Giro
a) Pengertian
Bilyet-giro adalah tidak lain daripada surat perintah nasabah yang telah di standadisir
bentuknya, kepada bank penyimpan dana untuk memindah-bukukan sejumlah dana dari
rekening yang bersangkutan kepada pihak penerima yang disebutkan namanya pada bank yang
sama atau bank lainnya. Demikian definisi bilyet-giro yang disebut dalam S.E.B.I. No. 4/670
UPPB/PbB, tanggal 24-1-1972. Dari definisi tersebut dapat kita simpulkan bahwa pembayaran
dana bilyet-giro tidak dapat dilakukan dengan uang tunai dan tidak dapat dipindah-tangankan
melalui endosemen.

b) Kelebihan Bilyet Giro dibanding Cek


Setelah lembaga bilyet-giro dikenal oleh umum, maka kini pada umumnya para pengusaha
lebih sering menggunakan bilyet-giro daripada cek. Adapun alasan-alasan yang dikemukakan
mereka ialah :

1) Bilyet-giro dapat dibatalkan setiap saat selama surat itu belum jatuh tanggal efektip atau
belum dilaksanakan amanatnya oleh bank pembayar
2) Bilyet-giro bisa post-dated.
3) Sebagaimana diketahui, bahwa pada bilyet-giro disamping ada tanggal penarikan terdapat
pula tanggal efektip, yaitu tanggal mulai berlakunya perintah yang termaktub dalam surat
perintah itu.
4) Karena formulir bilyet-giro telah di standardisir bentuknya oleh Bank Indonesia sehingga
kalau dilihat sepintas lalu bentuknya seperti cek.
5) Walaupun menurut ketentuannya bilyet-giro tidak dapat dipindah tangankan atau
dialihkan haknya keapda pihak lain, akan tetapi kenyatannya penarik suatu bilyet-giro
seringkali tidak mencantumkan nama si penerima dana dan nama baik dimana si penerima
dana memelihara rekeningnya, sehingga bilyet-giro itu sering dialihkan haknya oleh
pemegang yang satu kepada pemegang lainnya tanpa disertai endosemen (karena
endosemen tidak dibenarkan oleh peraturannya).
c) Beberapa alasan Penolakan Cek/Bilyet Giro oleh Bank
1) Saldo tidak cukup
2) Rekening telah ditutup
3) Bea meterai belum terpenuhi
4) Endosemen tidak menurut peraturan yang ditetapkan
5) Tanda tangan tidak cocok dengan speciment atau tidak ada
6) Melampaui tenggang penawaran
7) Sudah kadaluwarsa
8) Pembayaran diblokir oleh Kepolisian/Kejaksaan
9) Jumlah huruf dan angka tidak cocok
10) Tanda penerimaan buku cek/bilyet giro belum dikembalikan
11) Coretan atau perubahan tidak ditanda tangani oleh penarik
12) Tanggal efektif bilyet giro belum sampai
13) Bilyet giro dibatalkan pemilik

Anda mungkin juga menyukai