Anda di halaman 1dari 14

SISTEM BUFFER TUBUH

MAKALAH KELOMPOK V

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Dasar Keperawatan


Disusun oleh:
Obet Buni Pona ( 1608 02720) Yeremia M Bulla (1617 02720)

Cristini Nguru ( 1585 02720 ) Robinson Jalla (1612 027220)

Ermawati Y. Dangga ( 1591 02720) Maria S. Ilus (1604 02720)

Elisabeth U. Lado (

JURUSAN KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA

KUPANG

2020
I
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
limpahan rahmatnya maka kami boleh kami menyelesaikan sebuah karya tulis dengan tepat
waktu,

Berikut ini kami mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “ Sistem Buffer
Tubuh”, yang menurut kami dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajari
bagaimana mendidik insan perawat yang professional,

Kami menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna, oleh karena itu, kami
mengharapkan masukan dan saran untuk menyempurnakan makalah ini,

Kami mempersebahkan makalh ini dengan penuh rasa syukur dan terima kasih, semogah
makalah ini memberikan manfaat.

Kupang, 11 Desember 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………….…..i

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………..…………………1


1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………….……………….1
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………………2
1.4 Manfaat………………………………………………………………………………..………2

BAB II PEMBAHSAN……………………………………………………………………………3

2.1 Apa pengertian larutan penyangga?...........................................................................................4

2.2 Bagaimana cara kerja larutan penyangga?.................................................................................5

2.3 Bagaimana perhitungan pH larutan penyangga?.......................................................................6

2.4 Apa saja peranan larutan penyangga?.......................................................................................7

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………….10

3.2 Saran…………………………………………………………………………………………10

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………..…………………………..12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan Teori Asam-Basa Arrhenius, larutan yang mengandung campuran asam lemah
dan garam yang anionnya senama dengan asam lemah tersebut akan membentuk larutan
penyangga. Contohnya, NH3COOH dan CH3COONa. Demikian juga jika larutan
mengandung campuran basa lemah dan garam yang kationnya senama dengan basa lemah
akan membentuk larutan penyangga. Contohnya, NH4OH dan NH4Cl.

Berdasarkan Teori Asam-Basa Bronsted-Lowry, larutan yang mengandung campuran dari


pasangan asam lemah dan basa konjugat atau basa lemah dan asam konjugatnya akan
membentuk larutan penyangga.

Larutan penyangga adalah larutan yang memiliki sifat dapat mempertahankan atau ralatif
tidak mengubah pH dengan adanya penambahan sedikit asam, basa, atau adanya
pengenceran. Larutan penyangga disebut juga larutan buffer atau dapar. Larutan penyangga
terdiri atas asam lemah dengan asam basa konjungsinya atau basa lemah dengan asam
konjungsinya.

1.2 Rumusan Masalah


A. Bagaimana proses terjadinya system buffer?
B. Apa pengertian dari system buffer tubuh?
C. Apa fungsi dari system buffer tubuh?
1.3 Tujuan

2 Mengetahui pengertian larutan penyangga

3 Mengetahui cara kerja larutan penyangga

4 Mengetahui perhitungan larutan penyangga

5 Mengetahui peranan larutan penyangga

1.4 Manfaat
1. Menjaga pH cairan tubuh agar ekskresi ion H+ pada ginjal tidak terganggu
2. Menjaga pH makanan olahan dalam kaleng agar tidak mudah rusak/teroksidasi
1

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian larutan penyangga (Buffer)

Larutan penyangga, larutan dapar, atau buffer adalah larutan yang digunakan untuk
mempertahankan nilai pH tertentu agar tidak banyak berubah selama reaksi kimia berlangsung.
Sifat yang khas dari larutan penyangga ini adalah pH-nya hanya berubah sedikit dengan
pemberian sedikit asam kuat atau basa kuat.

Larutan penyangga asam adalah suatu campuran larutan yang tersusun dari asam lemah dengan
garamnya. Larutan penyangga basa adalah suatu campuran larutan yang tersusun dari basa lemah
dengan garamnya.

Meskipun ke dalam larutan penyangga ditambahkan sedikit asam atau sedikit basa atau
dilakukan proses pengenceran maka pH larutan tidak berubah. Sebaliknya penambahan asam
atau penambahan basa dalam larutan bukan penyangga menyebabkan perubahan pH larutan yang
dratis.

2.2 Komponen larutan penyangga terbagi menjadi:

Larutan penyangga yang bersifat asam:

Larutan ini mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Untuk mendapatkan larutan ini
dapat dibuat dari asam lemah dan garamnya yang merupakan basa konjugasi dari asamnya.
Adapun cara lainnya yaitu mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat dimana
asam lemahnya dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan menghasilkan garam yang
mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang bersangkutan. Pada umumnya basa kuat
yang digunakan seperti natrium (Na), kalium, barium, kalsium, dan lain-lain.

Larutan penyangga yang bersifat basa:

Larutan ini mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Untuk mendapatkan larutan ini
dapat dibuat dari basa lemah dan garamnya, yang garamnya berasal dari asam kuat. Adapun
cara lainnya yaitu dengan mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu asam kuat dimana
basa lemahnya dicampurkan berlebih.
2

2.3 Cara kerja larutan penyangga

Larutan penyangga mengandung komponen asam dan basa dengan asam dan basa
konjugasinya, sehingga dapat mengikat baik ion H+ maupun ion OH-. Sehingga penambahan
sedikit asam kuat atau basa kuat tidak mengubah pH-nya secara signifikan. Berikut ini cara kerja
larutan penyangga:

A. Larutan penyangga asam

Adapun cara kerjanya dapat dilihat pada larutan penyangga yang mengandung CH3COOH dan
CH3COO- yang mengalami kesetimbangan. Dengan proses sebagai berikut:

Pada penambahan asam

Penambahan asam (H+) akan menggeser kesetimbangan ke kiri. Dimana ion H+ yang
ditambahkan akan bereaksi dengan ion CH3COO- membentuk molekul CH3COOH.

CH3COO-(aq) + H+(aq) → CH3COOH(aq)

Pada penambahan basa

Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka ion OH- dari basa itu akan bereaksi dengan ion
H+ membentuk air. Hal ini akan menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan sehingga
konsentrasi ion H+ dapat dipertahankan. Jadi, penambahan basa menyebabkan berkurangnya
komponen asam (CH3COOH), bukan ion H+. Basa yang ditambahkan tersebut bereaksi dengan
asam CH3COOH membentuk ion CH3COO- dan air.

CH3COOH(aq) + OH-(aq) → CH3COO-(aq) + H2O(l)

B. Larutan penyangga basa

Adapun cara kerjanya dapat dilihat pada larutan penyangga yang mengandung NH3 dan NH4+
yang mengalami kesetimbangan. Dengan proses sebagai berikut:

Pada penambahan asam

Jika ditambahkan suatu asam, maka ion H+ dari asam akan mengikat ion OH-. Hal tersebut
menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan, sehingga konsentrasi ion OH- dapat
dipertahankan. Disamping itu penambahan ini menyebabkan berkurangnya komponen basa
(NH3), bukannya ion OH-. Asam yang ditambahkan bereaksi dengan basa NH3 membentuk ion
NH4+.

NH3(aq) + H+(aq) → NH4+(aq)

Pada penambahan basa 3

Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka kesetimbangan bergeser ke kiri, sehingga
konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan. Basa yang ditambahkan itu bereaksi dengan komponen
asam (NH4+), membentuk komponen basa (NH3) dan air.

NH4+ (aq) + OH-(aq) → NH3 (aq) + H2O(l)

2.4 Perhitungan pH Larutan Penyangga

Larutan penyangga asam

larutan penyangga asam terdiri atas asam lemah dan basa konjungsinya (garamnya).

Contoh

CH3COOH dan CH3COONa

HCN dan KCN

H2CO3 dan HCO3-

Perumusan :

(H+) = Ka . (A)

(B)

Dapat digunakan tetapan ionisasi dalam menentukan konsentrasi ion H+ dalam suatu larutan
dengan rumus berikut:

pH = – log (H+)

= pKa + log (G)

(A)

Ka = tetapan ionisasi asam lemah


a = jumlah mol asam lemah

g = jumlah mol basa konjugasi

contoh soal : 4

Ke dalam larutan CH3COOH ditambahkan padatan CH3COONa , shg konsentrasi CH3COOH =


0,1 Molar dan konsentrasi CH3COONa = 0,05 Molar. Jika Ka CH3COOH 1,8 X 10-5. Tentukan
pH campuran ?

Jawab :

Diketahui : Ka = 1,8 x 10-5

Asam lemah = 0,1

Garam = 0,05

Ditanyakan : pH campuran ?

Penyelesaian :

( H+) = Ka x (Asam lemah)

(Garam)

= 1,8 x 10-5 x 0,1

0,05

= 3,6 x 10-5

pH = – log ( H+)

= – log 3,6 x10 = 5 – log 3,6

Larutan penyangga basa terdiri atas basa lemah dan asam konjungssinya (garamnya).

Contoh :

· NH4OH dan NH4Cl

· NH4OH dan NH4NO3

· NH3 DAN NH4+a


Perumusan:

(OH-) = Kb . (B)

(G) 5

Dapat digunakan tetapan ionisasi dalam menentukan konsentrasi ion H+ dalam suatu larutan
dengan rumus berikut:

pOH = – log (OH-)

= pKb + log (B)

(G)

keterangan:

Kb = tetapan ionisasi basa lemah

B = jumlah mol basa lemah

g = jumlah mol asam konjugasi

Contoh soal:

50 ml NH4OH 0,1 Molar dicampur dgn 100ml ( NH4)2SO4

= 0,2 Molar. Jika Kb NH4OH = 10-5 . Tentukan pH campuran?

Jawab:

Diketahui : mmol NH4OH = V X M = 0,5 ml x 0,1 = 5mmol

mmol (NH4)2SO4 = VXM = 100ml x 0,2 = 20 mmol

Ditanyakan : pH campuran?

Penyelesaian:

( OH-) = Kb x (mmol basa lemah)

2(mmol garam )

= 10-5 x 5___

2 x 20
=10-5 x 0,125

= 1,25 x 10-6

pOH = – log ( OH) 6

= – log 1,25 x 10-6

= 6 – log 1,25

pH = 14 – ( 6 – log 1,25 )

= 8+ log 1,25

2.5 Sifat Larutan penyangga

Sifat-sifat larutan penyangga yaitu:

a. pH larutan buffer praktis tidak berubah pada penambahan sedikit asam kuat atau sedikit basa
kuat atau pengenceran.

b. pH larutan buffer berubah pada penambahan asam kuat atau basa kuat yang relatif banyak,
yaitu apabila asam kuat atau basa kuat yang ditambahkan menghabiskan komponen larutan
buffer itu, maka pH larutan akan berubah drastis.

c. Daya penyangga suatu larutan buffer bergantung pada jumlah mol komponennya, yaitu jumlah
mol asam lemah dan basa konjugasinya atau jumlah mol basa lemah dan asam konjugasinya.

Peranan Larutan Penyangga

Larutan penyangga banyak digunakan dalam reaksi-reaksi kimia terutama dalam bidang kimia
analitis, biokimia, bakteriologi, dan bidang kesehatan. Dalam reaksireaksi kimia tersebut
dibutuhkan pH yang stabil.

Dalam tubuh manusia, pH darah harus dijaga pada 7,35 – 7,45. Jika pH darah kurang dari 7,35
maka disebut asidosis (penurunan pH) yang dapat terjadi akibat penyakit-penyakit seperti ginjal,
jantung, diabetes mellitus (penyakit gula), konsumsi protein berlebihan dalam waktu yang lama
atau dehidrasi (kekurangan cairan tubuh yang cukup banyak) misalnya olah raga yang terlalu
berlebihan atau diare yang terus menerus. Dan jika pH darah lebih dari 7,45 disebut alkalosis
(peningkatan pH) yang bisa terjadi bila kita mengalami muntah yang hebat, bernafas terlalu
berlebihan (hyperventilasi) biasanya di daerah yang udaranya tipis (ketinggian) atau ketika kita
sedang cemas atau histeris. Kematian dapat terjadi jika pH darah kurang dari 7,0 atau 132lebih
besar dari 7,8. pH di dalam darah dijaga oleh beberapa sistem kesetimbangan larutan penyangga.

Pada cairan tubuh, baik cairan intra sel maupun cairan luar sel (extracelluler), merupakan larutan
penyangga. Sistem penyangga yang utama dalam cairan intra sel adalah pasangan asam basa
konjugasi dihidrogenfosfat-monohidrogenfosfat (H2PO4– – HPO42–). Sistem ini bereaksi
dengan asam dan basa sebagai berikut:

HPO42–(aq) + H+(aq) H2PO4–(aq) 7

H2PO4–(aq) + OH–(aq) HPO42–(aq) + H2O(l)

Pada cairan luar sel terdapat sistem penyangga pasangan asam basa konjugasi asam karbonat-
bikarbonat (H2CO3 – HCO3–). Sistem ini bereaksi dengan asam dan basa sebagai berikut:

HCO3–(aq) + H+(aq) H2CO3(aq)

H2CO3(aq) + OH–(aq) HCO3–(aq) + H2O(l)

Dalam plasma darah terdapat sistem penyangga sebagai berikut:

•Campuran asam karbonat (H2CO3) dan basa konjugasinya ion bikarbonat (HCO–3).

• Campuran asam haemoglobin (HHb) dan basa konjugasinya ion oksihaemoglobin

(HbO2–).

Dalam sel darah merah terdapat sistem penyangga sebagai berikut:

• Campuran asam karbonat (H2CO3) dan basa konjugasinya ion bikarbonat(HCO–3).

• Campuran asam haemoglobin (HHb) dan basa konjugasinya haemoglobin (Hb).

Berbagai zat yang masuk ke dalam tubuh kemudian diserap oleh darah, akan sangat
mempengaruhi harga pH darah. Dengan adanya system penyangga, perubahan pH darah yang
drastis, baik penurunan atau kenaikan pH darah dapat dicegah. Dalam bidang industri, terutama
bidang farmasi (obat-obatan), diperlukan keadaan pH yang stabil. Perubahan pH akan
menyebabkan khasiat zat aktif dalam obat-obatan akan terus berkurang atau hilang sama sekali.
Untuk obat suntik dan obat yang dapat menimbulkan iritasi seperti tetes mata, pH obat-obatan
tersebut harus disesuaikan dengan pH cairan tubuh. pH Obat suntik harus disesuaikan dengan pH
darah agar tidak terjadi asidosis atau alkalosis pada darah.
8

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Larutan penyangga atau larutan buffer adalah larutan yang dapat mempertahankan pH tertentu
terhadap usaha mengubah pH, seperti penambahan asam, basa, ataupun pengenceran. Dengan
kata lain pH larutan penyangga tidak akan berubah walaupun pada larutan tersebut ditambahkan
sedikit asam kuat, basa kuat atau larutan tersebut diencerkan.

Ada dua jenis larutan penyangga, yaitu : larutan penyangga dari asam lemah dan basa
konjugasinya serta larutan penyangga basa lemah dan asam konjugasinya. Larutan penyangga
dapat dibuat dengan dua cara. Pertama dengan cara mencampurkan langsung komponen-
komponennya yaitu suatu asam lemah dengan garamnya atau suatu basa lemah dengan
garamnya. Kedua dengan cara mencampurkan asam lemah dan basa kuat dengan jumlah asam
lemah yang berlebih atau mencampurkan basa lemah dan asam kuat dengan jumlah basa lemah
berlebih.

Pengenceran tidak mempengaruhi pH larutan, karena ketika ke dalam kedua larutan penyangga
tersebut ditambahkan akuades (dilakukan pengenceran) maka konsentrasi asam lemah dan basa
konjugasinya serta basa lemah dan asam konjugasinya akan menurun dengan faktor yang sama.
Akan tetapi perbandingan konsentrasinya tidak mengalami perubahan sehingga pH larutan
penyangga tidak mengalami perubahan.

3.2 Saran

Penulis mengharapkan saran dari pembaca yang bisa membangun demi kelancaran pembuatan
makalah selanjutnya.
10

DAFTAR PUSTAKA

Harnanto, Ali.2009.Kimia SMU 2.Jakarta:Pusat Perbukuan Depertemen Pendidikan Nasional

Utami, Sri.2011.Larutan Buffer.

Watson, David G. 2012.

Pharmaceutical Analysis.USA: Elsevier Health Sciences.

Craig, Bruce D, David S. Anderson. 2004.Handbook of Corrosion Data.New York: ASM


Internasional.
11

Anda mungkin juga menyukai