gizi, yang bisa diaplikasikan di rumah sakit maupun masyarakat, namun tidak semua
model pelayanan tersebut sudah standar. Minimal ada 3 model yang dipakai atau
dikembangkan di institusi pelayan kesehatan yaitu sebagai berikut :
Pertama, model yang sebenarnya tidak dianjurkan dimaa setiap profesi (Dokter,
perawat, Ahli gizi/Dietisen) menangani pasiennya masing-masing tanpa ada hubungan
dan koordinasi antar profesi. Ahli gizi menyiapkan makanan pasien sesuai
pemahamannya tanpa ada informasi mengenai keadaan pasien yang akurat dari
dokter, perawat, maupun profesi lain yang terkait.
Kedua, model pelayanan gizi yang kurang lebih serupa dengan model pertama, tetapi
bentuk pelayanan dilakukan oleh tim yang dikenal dengan Nutrition Support Team
(NST), yang terdiri dari dokter, perawat, pharmacist (ahli obat-obatan) dan dietetion/ahli
gizi. Pada model kedua ini juga belum ada koordinasi antara masing-masing profesi
dalam satu pelayanan bagi pasien, namun mereka telah menerapkan pelayanan
terstandar yang dikerjakan dalam satu tim. Salah satu kelemahan dari model kedua ini
adalah banyaknya profesi yang harus terlibat dalam satu pelayanan pasien. Pelayanan
semacam ini umumnya diterapkan di rumah saki yang memiliki sumberdaya manusia
cukup banyak. Model ini juga sudah menerapkan proses asuhan gizi secara tim, yang
dikenal dengan istilah Nutritional Care Process (NCP).
Ketiga, model yang banyak direkomendasikan, dimana aplikasi pelayanan gizi
dilaksanakan dalam satu tim, dengan melibatkan dokter, perawat dan dietisen/ahli gizi.
Keterlibatan masing-masing profesi dalam pelayanan ini benar-benar maksimal dan
terjadi koordinasi antar profesi, sehingga dalam memutuskan bentuk pelayanan yang
akan diberikan kepada pasien memiliki tujuan yang sama
Dari model ketiga tersebut muncul pola kerjasama atau kolaborasi antara tenaga gizi,
dokter dan perawat dalam suatu teamwork yang seharusnya diterapkan bagi pasien .
Ciri kerjasama antar kelompok kerja ini dalam menyelesaikan masalah klien adalah :
koordinasi, saling berbagi, kompromi, interrelasi, saling ketergantungan atau
interdependensi serta kebersamaan. Dengan demikian, diantara semua profesi harus
mempunyai satu kesatuan komitmen dan kemampuan serta tanggung jawab dalam
merespon masalah kesehatan. Perkembangan profesi gizi membutuhkan upaya
penataan system pendidikan sehingga menghasilkan professional gizi yang mampu
meningkatkan hubungan kemitraan antara dokter, perawat dan tenaga gizi dalam
pengabdian kepada masyarakat dibidang kesehatan (Bakri, 2010).